Anda di halaman 1dari 68

Edisi September Edit.

indd 1

01/11/2012 9:08:36

Edisi September Edit.indd 2

01/11/2012 9:08:38

www.tniad.mil.id

Jurnal
Vol. 32 No. 3 September 2012
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

14

20
Menggagas Formulasi Keterpaduan Guna Mensinergikan Kekuatan Kecabangan TNI AD Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembinaan Latihan Antar Kecabangan

D A F T A R I S I

Sistem Pengendalian Latihan yang Efektif dan Implementasinya di Tingkat Kotama

Desain Makro Pembinaan Latihan Jangka Panjang TNI AD dan Permasalahannya

30
Mewujudkan Kemampuan BTP Kodam III/Slw Dalam Operasi Lawan Insurjensi Melalui Latihan yang Berkesinambungan

36
Konsepsi Pembinaan Latihan Yonif Raider Untuk Menjawab Tantangan Tugas Masa Depan

44
Peran dan Upaya Ditziad Dalam Rangka Meningkatkan Efektivitas Pembinaan Latihan TNI AD

50

54

62
Peran Satuan Penerangan Dalam Mendukung Latihan Antar Kecabangan TNI AD Tingkat Brigade

Peran Dithubad Dalam Meningkatkan Efektivitas Pembinaan Latihan Tni Ad

Penyelenggaraan Latihan Pratugas TNI Dalam Rangka Misi Pemeliharaan Perdamaian

Edisi September Edit.indd 3

01/11/2012 9:08:43

Jurnal Yudhagama

Kata Pengantar
Susunan Redaksi
Jurnal
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

PELINDUNG : Kepala Staf TNI Angkatan Darat PEMBINA : Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat PENASEHAT : Irjenad, Aspam Kasad, Asops Kasad, Aspers Kasad, Aslog Kasad, Aster Kasad, Asrena Kasad, Koorsahli Kasad. PEMIMPIN REDAKSI : Brigadir Jenderal TNI Sisriadi WAKIL PEMIMPIN REDAKSI : Kolonel Kav Bambang Hartawan, M.Sc. DEWAN REDAKSI : Kolonel Arh Erwin Septiansyah, S.IP. Kolonel Caj Drs. Moh. Noor, M.M. Kolonel Inf Drs. Zaenal Mutaqim, M.Si. Kolonel Arh Heru Sudarminto, S.IP., M.Sc. KETUA TIM EDITOR : Kolonel Inf Drs. Andi Suyuti, M.M. SEKRETARIS TIM EDITOR : Mayor Caj (K) Dra. Sri Indarti ANGGOTA TIM EDITOR : Letkol Caj Drs. M. Yakub Mayor Caj (K) Yeni Triyeni, S.Pd. Mayor Inf Dodi Fahrurozi, S.Sos. Mayor Inf Achmad Siswahadi Kapten Inf Candra Purnama, S.H. Lettu Caj (K) Besarah Septiana M., S.S. DISTRIBUSI : Mayor Inf Ibnu Yudho Prawiro, S.E. DESAIN GRAFIS : Serka Enjang TATA USAHA : Peltu (K) Ety Mulyati, PNS Suwarno, PNS Supriyatno REDAKTUR FOTO : Letkol Czi Drs. Syarifuddin Sara, M.Si. ALAMAT REDAKSI : Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Jl. Veteran No. 5 Jakarta Pusat Tlp. (021) 3456838, 3811260, Fax. (021) 3848300, Alamat email : jurnalyudhagama@yahoo.co.id

Salam Indonesia!! Tanpa kita sadari, saat ini kita sudah memasuki triwulan ketiga tahun 2012, dimana program kerja selama setengah semester ini telah kita laksanakan dengan baik. Tentunya hal tersebut patut kita syukuri bersama, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, redaksi dapat menghadirkan Jurnal Yudhagama Volume 32 Nomor 3 September 2012. Pada edisi kali ini, Pembaca Jurnal Yudhagama akan dimanjakan dengan tampilan fresh look dengan menampilkan tulisan-tulisan aktual berisi informasi yang bersifat strategis mengenai Angkatan Darat yang berasal dari buah pikiran para perwira yang berpengalaman dan mempunyai kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan bidangnya. Seperti kita ketahui bersama, salah satu fungsi organik militer adalah latihan yaitu menyelenggarakan pembinaan latihan perorangan dan satuan dalam rangka pembinaan kemampuan TNII AD yang diatur oleh Undang-Undang. Untuk mengetahui kebijakan Pimpinan Angkatan Darat khususnya dibidang pembinaan latihan akan diulas oleh Asrena Kasad Mayjen TNI Dicky W. Usman, S.IP., M.Si. dalam tulisan berjudul Desain Makro Pembinaan Latihan Jangka Panjang TNI AD dan Permasalahannya. Pembaca yang budiman, pada tahun 2012 ini, pemerintah telah menaikkan anggaran pertahanan negara sebesar 35%, dimana sebagian besar anggaran tersebut dialokasikan untuk peremajaan dan modernisasi Alutsista TNI termasuk TNI Angkatan Darat. Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo mencanangkan tahun 2012 sebagai tahun latihan TNI Angkatan Darat. Untuk memberikan pemahaman tentang latihan, Asops Kasad Mayjen TNI Dedi Kusnadi Thamim mengupasnya dalam tulisan berjudul Sistem Pengendalian Latihan yang Efektif dan Implementasinya di Tingkat Kotama. Konsekuensi logis sebagai alat pertahanan negara di darat, TNI AD dituntut untuk selalu siap menghadapi tantangan tugas kedepan, sehingga latihan merupakan salah satu hal mendasar yang terus dikembangkan sesuai tuntutan perubahan zaman. Danpussenif Kodiklat TNI AD Mayjen TNI M. Nasir membahasnya dalam tulisan berjudul Menggagas

Volume 32 No. 3 September 2012

Edisi September Edit.indd 4

01/11/2012 9:08:45

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

Formulasi Keterpaduan Guna Menyinergikan Kekuatan Kecabangan TNI AD dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembinaan Latihan Antar Kecabangan. Dewasa ini, hakikat ancaman yang menonjol adalah permasalahan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar, separatis, terorisme konflik komunal yang bernuansa SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan), serta gerakan radikal yang anarkis. Guna menghadapi kemungkinan adanya pemberontakan bersenjata di setiap wilayah, Pangdam III/Slw Mayjen TNI Sonny Widjaya membahasnya dalam tulisan berjudul Mewujudkan Kemampuan BTP Kodam III/Slw dalam Operasi Lawan Insurjensi Melalui Latihan yang Berkesinambungan. Sumbangan pemikiran yang sangat strategis dari Kas Kostrad, Mayjen TNI Harry Purdianto, S.IP., M.Sc. dengan judul Konsepsi Pembinaan Latihan Yonif Raider Untuk Menjawab Tantangan Tugas Masa Depan turut menjadi bagian penting dari jurnal edisi Kali ini. Masih berkaitan tentang pembinaan latihan, Dirziad Brigjen TNI Zainal Arifin, S.IP. pun turut menyumbangkan tulisan berjudul Peran dan Upaya Ditziad dalam rangka Meningkatkan Efektivitas Pembinaan Latihan TNI AD. Tulisan tersebut mengupas tentang pembinaan latihan yang dilaksanakan oleh Ditziad dalam rangka pembinaan kekuatan, latihan dalam rangka penggunaan kekuatan dan latihan dengan negara lain. Selain tulisan dari Dirziad, Dirhubad Brigjen TNI Sahrun Abu Junwar juga menyumbangkan buah pikirnya

kedalam tulisan berjudul Peran Dithubad dalam Meningkatkan Efektivitas Pembinaan Latihan TNI AD. Prajurit Perhubungan didalam mendukung tugas pokok TNI AD khususnya dalam bidang latihan disiapkan juga untuk dapat mendukung fungsi pembinaan latihan TNI AD khususnya yang berkaitan dengan perhubungan. Selain itu, redaksi juga menurunkan tulisan yang masih berkaitan dengan pembinaan latihan. Dalam keterlibatannya pada misi perdamaian dunia, pasukan TNI yang dikirimkan dalam misi PBB hampir selalu menorehkan sukses dan keberhasilan, serta mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Komandan PMPP TNI Brigjen TNI Imam Edi Mulyono, M.Sc. membahasnya dalam tulisan yang berjudul Penyelenggaraan Latihan Pratugas TNI dalam Rangka Misi Pemeliharaan Perdamaian. Yang tak kalah menariknya, tulisan dari Kabaginfosus Dispenad berjudul Peran Dispenad Dalam Mendukung Latihan Antar Kecabangan Tingkat Brigade Tahun Anggaran 2012 dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca setia Jurnal Yudhagama. Akhirnya segenap redaksi Jurnal Yudhagama menyampaikan terima kasih atas sumbangan tulisan baik berupa ide/gagasan maupun konsepsi yang sangat bermanfaat bagi kemajuan TNI Angkatan Darat dimasa yang akan datang. Redaksi berharap kiranya apa yang disajikan pada edisi kali ini senantiasa dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian. Selamat membaca! Redaksi

Jurnal Yudhagama sebagai media komunikasi internal TNI Angkatan Darat, mengemban misi: a. Menyebarluaskan kebijakan Pimpinan TNI Angkatan Darat kepada seluruh prajurit di jajaran TNI Angkatan Darat. b. Memberikan wadah untuk pemikiran-pemikiran yang konstruktif dalam pembinaan TNI Angkatan Darat dan fungsi teknis pembinaan satuan sesuai tugas pokok TNI Angkatan Darat sebagai kekuatan pertahanan negara matra darat. c. Menyediakan sarana komunikasi untuk penjabaran Kemanunggalan TNI-Rakyat. Tulisan yang dimuat dalam Jurnal Yudhagama ini merupakan pandangan pribadi penulisnya dan bukan pandangan resmi TNI Angkatan Darat, namun redaksi berhak merubah tulisan (rewrite) tanpa mengubah inti tulisan untuk disesuaikan dengan misi yang diemban Jurnal Yudhagama dan kebijakan Pimpinan TNI Angkatan Darat. Redaksi menerima karangan dari dalam maupun dari luar lingkungan TNI Angkatan Darat, dengan syarat merupakan karangan asli dari penulis. Karangan yang dimuat dalam jurnal ini dapat dikutip seluruh atau sebagian dengan menyebut sumbernya. Topik dan judul tulisan diserahkan kepada penulisnya, dengan ketentuan panjang tulisan berkisar sepuluh halaman kertas folio, dengan jarak satu setengah spasi.
Volume 32 No. 3 September 2012 5

Edisi September Edit.indd 5

01/11/2012 9:08:45

Jurnal Yudhagama

DESAIN MAKRO PEMBINAAN LATIHAN JANGKA PANJANG TNI AD DAN PERMASALAHANNYA


dari segala ancaman baik dari dalam maupun dari luar. Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut, telah ditentukan berbagai fungsi yang melekat pada organisasi TNI AD, diantaranya adalah fungsi organik militer. Salah satu dari fungsi organik militer adalah latihan yaitu menyelenggarakan pembinaan latihan perorangan dan satuan dalam rangka pembinaan kemampuan TNI AD yang diatur oleh Undang-Undang. Pada pelaksanaan kegiatan pembinaan latihan tentunya dibutuhkan suatu konsep desain makro pembinaan latihan jangka panjang yang dapat dipedomani dalam rangka mengarahkan pencapaian suatu tingkat kemampuan profesionalisme baik kemampuan dan keterampilan perorangan maupun kemampuan dan keterampilan dalam hubungan satuan. Dalam upaya pencapaian tersebut tentunya akan ditemukan berbagai macam permasalahan yang harus segera dieliminir sehingga seiring dengan berjalannya waktu diharapkan pada masa yang akan datang kualitas latihan semakin meningkat dan dapat menjawab tantangan tugas sebagaimana yang telah diuraikan pada tinjauan dari analisa lingkungan strategis diatas. KEBIJAKAN PEMBINAAN LATIHAN. Pembinaan latihan TNI AD diproyeksikan sebagai acuan dalam rangka meningkatkan kemampuan profesionalisme prajurit TNI AD sesuai bidang keterampilannya guna mencapai sasaran dan tugas pokoknya. Dimana sasaran pembinaan latihan itu sendiri adalah meningkatnya kemampuan prajurit TNI AD di Satpur, Satbanpur, Satbanmin, Sat Kewilayahan, Sat Intel dan Sat Markas/Pendukung baik pengetahuan dan keterampilan secara perorangan maupun dalam hubungan satuan dengan mengacu kepada pencapaian tingkat profesionalisme prajurit yang tinggi dalam rangka menghadapi tantangan tugas. Kebijakan pembinaan latihan sebagai prioritas utama dan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan satuan jajaran TNI AD dalam pelaksanaan tugas operasi baik dalam rangka OMP maupun OMSP. Adapun Tugas-tugas bidang pembinaan latihan mengacu kepada pokok-pokok

Oleh : Mayor Jenderal TNI Dicky W. Usman, S.IP., M.Si. (Asrena Kasad) PENDAHULUAN. Ditinjau dari analisa lingkungan strategis, maka pada tahun 2012, berdasarkan cakupannya, ancaman terhadap bangsa Indonesia dapat dikategorikan menjadi ancaman internasional, regional dan nasional. Ancaman internasional meliputi terorisme internasional, perkembangan senjata pemusnah massal dan persaingan dalam pembangunan kekuatan militer. Ancaman regional meliputi konflik bersenjata, kejahatan internasional, sengketa perbatasan dan bencana alam. Sedangkan ancaman nasional meliputi separatisme, terorisme, gangguan keamanan darat dan perbatasan, kerusuhan sosial dan bencana alam. Berdasarkan UU TNI Nomor 34 Tahun 2004 bahwa tugas pokok TNI AD adalah menegakkan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah darat negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia di wilayah daratan
6 Volume 32 No. 3 September 2012

Edisi September Edit.indd 6

01/11/2012 9:08:45

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

kebijaksanaan dan tugas umum pembinaan latihan TNI AD, yang mencakup delapan tugas-tugas esensial. Pertama, meningkatkan profesionalisme prajurit baik secara perorangan sampai dengan satuan, maka setiap pelaksanaan program kegiatan selalu berpedoman pada Proglatsi. Kedua, meningkatkan kepedulian pembinaan latihan di Kotama dan Puscabfung selaku pembina LKT terhadap penyelenggaraan latihan, Sisbinlat maupun penerapan manajemen latihan satuan jajarannya, maka dilaksanakan kegiatan asistensi maupun pengendalian dan pengawasan latihan sebagai upaya untuk menjamin tercapainya tujuan latihan. Ketiga, penyusunan program latihan satuan jajaran TNI AD

yang dilaksanakan melalui penyeimbangan materi taktik konvensional dan gerilya/lawan gerilya, sesuai dengan dinamika yang berkembang. Keempat, penyelengaraan program yang disesuaikan dengan status satuan tersebut dalam Protita (program tiga tahunan). Kelima, dalam rangka mengatasi keterbatasan dukungan munisi latihan yang dialokasikan kepada prajurit Satpur, Satbanpur, Satbanmin dan Satwil, Satintel maka dikembangkan suatu program latihan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menembak prajurit untuk mencapai nilai minimal 80%. Keenam, untuk meningkatkan kemampuan dan peran Bintara sebagai pelatih di Satuan maka dilaksanakan penataran pelatih khusus untuk prajurit yang berpangkat Bintara bekerja sama dengan USARPAC. Sedangkan untuk peningkatan kemampuan Perwira dilaksanakan kegiatan penataran tentang tehnik penyelenggaraan latihan. Ketujuh, meningkatkan kerjasama Internasional antara TNI AD dengan Angkatan Darat Negara Sahabat sesuai naskah kesepakatan dan hasil koordinasi berupa penawaran/undangan dari Negara Sahabat dalam rangka memperluas wawasan dan meningkatkan profesionalisme prajurit TNI AD sesuai tingkat jabatan masing-masing. Kedelapan, pembenahan 10 Komponen Latihan untuk meningkatkan profesionalisme para pelatih maupun para prajurit TNI AD.
Volume 32 No. 3 September 2012 7

Edisi September Edit.indd 7

01/11/2012 9:08:47

Jurnal Yudhagama
Kebijakan-kebijakan Pimpinan Angkatan Darat saat ini khususnya di bidang Pembinaan Latihan terlihat adanya perubahan dukungan anggaran yang sangat signifikan bila dibandingkan dukungan anggaran pada tahun-tahun sebelumnya yakni dukungan anggaran latihan TA. 2011 sebesar Rp. 99.657.567.000,00sedangkan dukungan anggaran latihan TA 2012 sebesar Rp. 253.216.554.000,00- artinya meningkat sebesar 255,6%. Demikian halnya Kebijakan pada alokasi anggaran Per Program terlihat adanya peningkatan yang signifikan pada Program Peningkatan Profesionalisme Personel Matra Darat yang semula alokasi anggaran pada TA 2011 sebesar Rp 614.835.183.000,00- menjadi Rp. 911.453.526.000,00- atau meningkat sebesar 48%. Diikuti dengan komitmen kebijakan untuk tetap melanjutkan Kebijakan Modernisasi Alutsista TNI AD yang semakin membaik dengan memberikan alokasi anggaran pada Program Modernisasi Alutsista dan nonAlutsista/Sarana dan Prasarana Matra Darat TA 2012 sebesar Rp. 2.514.069.469.000,00-. Dari uraian diatas terlihat jelas adanya upaya dan perhatian pimpinan Angkatan Darat yang sangat besar di bidang Latihan sehingga sudah seyogyanya Pemetaan atau Desain Makro di bidang Pembinaan Latihan TNI AD yang bersifat jangka panjang segera dirumuskan bersama kearah yang lebih baik dan diharapkan pembangunan Kemampuan Matra Darat yang Tangguh dan Profesional dapat segera diwujudkan. Pada sistem pembinaan Latihan TNI AD diketahui bersama bahwa peranan Latihan adalah membina prajurit agar miliki kemampuan dan keterampilan tertentu untuk mengisi jabatan dan melaksanakan tugas dalam organisasi satuan serta membina kemampuan satuan agar memiliki kesiapan tempur dan kesiapan operasional untuk tugas-tugas pertahanan negara di darat. Beragamnya fungsi tekhnis TNI AD yang diselenggarakan dalam rangka pencapaian tugas pokok TNI AD tentunya memberikan dampak konsekuensi pada pola pembinaan latihan secara menyeluruh.

Secara umum pola Pembinaan Latihan dalam rangka pembinaan kemampuan perorangan dapat dilakukan dengan menggelar latihan dasar militer namun bila dihadapkan dengan kemampuan dalam hubungan satuan dan sesuai dengan peran dan fungsi tekhnisnya dilapangan penugasan secara umum dan secara khusus pada pelaksanaan pertempuran yang sesungguhnya. SASARAN PEMBINAAN KEMAMPUAN. Bila diuraikan kemampuan yang harus dikembangkan sebagaimana yang tercantum dalam Postur TNI AD tahun 2005-2024 maka arah pembinaan latihan jangka panjang TNI AD dalam rangka pemenuhan dan pengembangan kemampuan TNI AD ditujukan pada empat kemampuan pokok, yaitu kemampuan intelijen, kemampuan tempur, kemampuan pembinaan teritorialdan kemampuan dukungan. Pembinaan kemampuan intelijen diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dibidang penyelidikan, pengamanan dan penggalangan. Kemampuan penyelidikan perlu ditingkatkan melalui programprogram yang tepat guna meweujudkan kemampuan deteksi dini dan cegah dini yang sampai saat ini masih

Volume 32 No. 3 September 2012

Edisi September Edit.indd 8

01/11/2012 9:08:49

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


terkendala oleh keterbatasan materil khusus intelijen yang dimiliki saat ini. Secara umum kemampuan pengamanan telah dimiliki oleh seluruh satuan TNI AD yaitu kemampuan pengamanan dalam rangka pengamanan personel, materiil, berita, dokumen, kegiatan militer, operasi dan obyek vital nasional yang bersifat strategis serta pengamanan terhadap pejabat VVIP dan VIP. Kemampuan penggalangan dan pembentukan opini dalam rangka menciptakan kondisi yang dikehendaki untuk kepentingan TNI dan TNI AD telah dimiliki oleh satuan Intelijen pada setiap tingkat komando, namun kemampuan penggalangan ini secara khusus lebih dikuasai oleh satuan Sandi Yudha Kopassus. Pembinaan kemampuan tempur diarahkan untuk meningkatkan kemampuan satuan pemukul strategis, operasi khusus, Raider, pertahanan wilayah darat, pertahanan udara, Pernika serta Nubika pasif. Satuan Pemukul Strategis diharapkan mampu menyelenggarakan operasi pertahanan tingkat strategis dalam rangka pertahanan negara. Satuan-satuan khusus diharapkan mampu menyelenggarakan pertempuran darat dan operasi intelijen strategis dalam bentuk operasi komando, operasi penanggulangan teror dan operasi sandhi yudha. Satuan Raider diharapkan mampu beroperasi di berbagai bentuk medan untuk menghancurkan lawan dengan memanfaatkan unsur pendadakan melalui kemampuan Raid maupun mobil udara yang dimiliki. Kemampuan pertahanan wilayah darat harus dibngun sedemikian rupa sehingga satuan-satuan jajaran TNI AD mampu untuk menyelenggarakan pertahanan wilayah secara cepat, tepat, ulet berdiri sendiri dan berlanjut yang dilaksanakan oleh Komando Kewilayahan dalam rangka pertahanan negara. Satuan pertahaanan udara diharapkan mampu menyelenggarakan pertahanan udara dalam rangka melindungi instalasi strategis dari kemungkinan ancaman serangan udara lawan. Kemampuan Pernika dibangun agar mampu melaksanakan fungsi komando dan pengendalian serta mencegah dan meniadakan gangguan komunikasi dari pihak lawan. Pembinaan kemampuan Nubika pasif diarahkan pada peningkatan kemampuan pengamanan terhadap kemungkinan serangan Nubika lawan. Pembinaan kemampuan Binter dilaksanakan untuk meningkatkan lima kemampuan teritorial. Pertama, kemampuan melaksanakan temu dan lapor cepat tentang kejadian di wilayah, yang bertujuan untuk menciptakan situasi wilayah yang kondusif.

Volume 32 No. 3 September 2012

Edisi September Edit.indd 9

01/11/2012 9:08:50

Jurnal Yudhagama
dalam semua bidang kegiatan di jajaran TNI AD sehingga mampu menunjang tugas pokok TNI AD yang berhasil dan berdaya guna. Keempat, penelitian dan pengembangan serta penguasaan Ilpengtek yang diarahkan untuk meningkatkan badan-badan Litbang TNI AD dalam penyelenggaraan pembinaan Ilpengtek serta Litbang guna mewujudkan penataan dan penerapan teknologi di jajaran TNI AD sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Alutsista untuk pemenuhan kebutuhan TNI AD dalam rangka mendukung pertahanan negara. Kelima, kemampuan kualitas lembaga pendidikan dalam rangka meningkatkan profesionalisme prajurit sesuai fungsi dan tugasnya serta tersedianya Alins, sarana dan prasarana serta pelatih yang memadai. Keenam kemampuan survei dan pemetaan yang diprioritaskan pada pemutakhiran data dan revisi peta. PEMBINAAN LATIHAN JANGKA PANJANG SESUAI SASARAN PEMBINAAN KEMAMPUAN. Bentuk pembinaan latihan jangka panjang yang dapat menjawab tuntutan dan sasaran pembinaan kemampuan sebagaimana yang telah diuraikan diatas sudah seyogyanya direncanakan secara dini dalam bentuk desain makro pembinaan latihan jangka panjang TNI AD, sehingga secara bertahap tuntutan dan sasaran pembinaan kemampuan tersebut diatas secara realistis dapat diukur dan mendapatkan hasil yang signifikan dalam rangka pencapaian tugas pokok TNI AD secara umum dan khususnya menjawab tuntutan peningkatan kemampuan satuan jajaran TNI Angkatan Darat baik dalam rangka OMP maupun OMSP. Desain Makro pembinaan latihan tersebut harus diarahkan pada skala prioritas pencapaian kemampuan yang diinginkan sesuai dengan besarnya ancaman yang mungkin timbul di suatu wilayah dan prioritas modernisasi Alutsista yang diperlukan menghadapi ancaman di wilayah tersebut, demikian halnya pada dukungan anggaran yang diperlukan disesuaikan dengan prioritas pencapaian

Kedua, mantapnya kemampuan menyelenggarakan manajemen teritorial di wilayah, sehingga pelaksanaan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat terlaksana secara optimal dan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Ketiga, kemampuan penguasaan wilayah, yang bertujuan untuk mengetahui potensi wilayah yang dapat digunakan untuk penyiapan kekuatan pertahanan. Keempat, kemampuan pembinaan terhadap masyarakat yang diarahkan pada penyiapan dan penyelenggaraan perlawanan rakyat di wilayah dalam rangka menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kelima, kemampuan menyelenggarakan komunikasi sosial dengan seluruh aparatur dan komponen bangsa, dengan tujuan terciptanya kesamaan visi, misi dan interpretasi dalam pemberdayaan wilayah pertahanan dan terciptanya kemanunggalan TNI-Rakyat. Pembinaan kemampuan dukungan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan satuan-satuan dukungan dalam menyelenggarakan fungsi dukungan operasi. Pertama, kemampuan K4I (Komando Kendali Komunikasi Komputerisasi Informasi) yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan menyelenggarakan K4I guna menjamin ketepatan, kecepatan dan kerahasiaan dalam penyelenggaraan pembinaan kekuatan dan penggunaan kekuatan. Selain itu, kemampuan K4I juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas kemampuan Senhub dan Sisinfolahta dalam rangka mendukung K4I Puskodal Mabes TNI AD dan Kotamaops. Kedua, kemampuan kukungan administrasi yang meliputi personel dan administrasi umum yang diarahkan untuk menjamin pelaksanaan pembinaan dan penggunaan kekuatan secara berlanjut, terpadu, terarah, efektif dan efisien dalam suatu keutuhan sistem. Ketiga, kemampuan pembinaan doktrin agar mampu mewujudkan keterpaduan dalam upaya pembinaan dan penggunaan kekuatan. Selain itu, pembinaan doktrin juga diarahkan untuk mencapai kuantitas dan kualitas TNI AD serta menjadi rujukan
10 Volume 32 No. 3 September 2012

Edisi September Edit.indd 10

01/11/2012 9:08:52

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

kemampuan yang hendak dicapai pada program kerja (Progja) tahun berjalan dan rencana strategis (Renstra) pada periode tersebut. Pada naskah sistem Pembinaan Latihan TNI AD telah diuraikan secara detail mulai dari bagaimana manajemen latihan yakni pentahapan latihan dan siklus latihan baik latihan perorangan maupun satuan, bagaimana program latihan yang distandarisasikan (Proglatsi) yakni dimulai dari pedoman latihan, waktu latihan dan materi latihan yang sajikan, bagaimana spesialisasi jabatan militer (SJM) yakni mulai buku pedoman kelompok jabatan (BPKJ 1-7), struktur kelompok karier, penggunaan SJM, tangungg jawab SJM, uraian kelompok karier dan pelaksanaan SJM, termasuk bagaimana teknik penyelenggaraan latihan (NIKGARLAT) yang harus dipedomani dalam pelaksanaannya yakni macam, methoda dan sifat latihan serta bagaimana bentuk rencana latihannya. Terakhir sampai dengan bagaimana rencana pengendalian dan pengawasan latihan (RENDALWASLAT) telah diatur sedemikian rupa sehingga pencapaian tujuan dan sasaran latihan yang dilaksanakan sesuai tahapan latihan dapat dicapai secara optimal. Desain Makro Binlat yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah program jangka selama 20 tahun serta sasaran-sasaran yang ingin dicapai pada setiap tahapan secara menyeluruh. Adapun sasaran atau

materi binlat pada pencapaian kemampuan yang diinginkan pada setiap Progja tahunan, Renstra dan RPJP dapat dilihat pada tabel Desain Makro Pembinaan Latihan. Contohnya, salah satu kemampuan yang akan ditingkatkan di bidang tempur adalah PEMUKUL STRATEGI dengan asumsi bahwa bidang pemukul strategi yang perlu menjadi prioritas pertama dalam pembangunan kemampuan yang bermuara pada peningkatan kemampuan perorangan dan satuan serta modernisasi peralatan yang digunakan oleh satuansatuan pemukul strategi dengan mempertimbangkan urgensi penggunaannya sesuai dengan spesifikasi wilayahnya yang perlu didukung dengan skala prioritas. Satuan pemukul strategi yang berada atau akan berangkat penugasan di wilayah atau daerah rawan tentunya diprioritaskan lebih awal dukungannya dibandingkan yang berada di daerah damai, demikian juga pertimbangannya pada setiap tahapan Renstra sehingga pada rentang waktu jangka panjang (20 tahun) diharapkan pembangunan kemampuan satuansatuan pemukul strategi sudah terwadahi dengan baik terutama di bidang Pembinaan Latihan. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI. Pencapaian sasaran program latihan tidak akan optimal manakala para pemangku kepentingan pembinaan latihan tidak mampu menegasi berbagai
Volume 32 No. 3 September 2012 11

Edisi September Edit.indd 11

01/11/2012 9:08:53

Jurnal Yudhagama
permasalahan klasik yang seringkali ditemukan di lapangan. Pertama, keterpaduan dan integrasi dalam penyusunan program. Azas keterpaduan dan integritas sangat diperlukan dalam memanage latihan terutama dalam skup yang lebih besar sehingga peningkatan kemampuan Matra Darat yang diharapkan dapat dicapai dalam rentang waktu yang relatif lebih singkat. Kedua, kepedulian peran Kotama dalam pelaksanaan Binlat. Panjangnya bentangan dan luasnya wilayah yang menjadi tanggung jawab Kotama serta sulitnya medan yang dihadapi dilapangan menuju dislokasi satuansatuan yang terpencil memungkinkan timbulnya kelemahan dan kekurangan dalam hal pengawasan dan pengendalian latihan Ketiga, ketepatan pemanfaatan alokasi anggaran. Diperlukan adanya personel Dansat yang mampu berkreatifitas tinggi sehingga alokasi anggaran latihan yang diperuntukan bagi satuannya tidak dimanfaatkan untuk memenuhi kepentingan satuan lainnya. Keempat, kreativitas komandan satuan dalam penyusunan program latihan. Program latihan yang telah disusun dari Komando Atas tentunya menjadi pedoman utama dalam mengembangkan kreatifitas Dansat sehingga program-program latihan dalam satuan yang mengacu pada peningkatan kemampuan yang harus dihadapi dalam program latihan yang sudah disusun tadi dapat diantisipasi sebelum pelaksanaan program tersebut dilaksanakan. Kelima, keterbatasan anggaran dalam memodernisasi Alutsista. Lamanya rentang waktu dimasa lalu yang tidak dibarengi dengan Peremajaan atau Modernisasi Alutsista menyebabkan besarnya alokasi yang disiapkan pada saat ini untuk mengejar ketertinggalan Alutsista. Walaupun demikian adanya keterbatasan anggaran dalam memodernisasi Alutsista bukanlah menjadi suatu alasan pembenaran untuk tidak melakukan sesuatu yang esensial sehingga yang perlu dikembangkan adalah kemauan dan semangat untuk berbuat untuk mengejar ketertinggalan dan meningkatkan mutu latihan. Keenam, kesiapan tenaga pelatih yang berkualitas masih minim. Perlu adanya pemikiran bersama yang komprehensif integral dalam menyikapi sikap mental prajurit yang berada di stara pelaksana, dimana sikap mental prajurit yang tangguh seperti di masa lalu yang syarat dengan penugasan tugas operasi ke daerah konflik sudah semakin sulit kita temukan di lapangan. Prajurit yang dimaksud ini adalah prajurit yang begitu mudahnya semangat patriotik dan disiplinnya kendor setelah sekian lama bergabung dengan rekannya karena terbawa arus pemikiran globalisasi, mereka dengan mudahnya melihat dan membanding prajurit yang setia dan sejati dibandingkan dengan prajurit yang biasa-biasa saja namun hak yang mereka terima sama besar adanya. Oleh karena itu dalam rangka penyiapan tenaga pelatih
Volume 32 No. 3 September 2012

12

Edisi September Edit.indd 12

TABEL DESAIN MAKRO PEMBNINAAN LATIHAN JANGKA PANJANG TNI AD

01/11/2012 9:08:53

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


yang berkualitas yang masih sangat minim ditemukan di lapangan, diperlukan adanya perhatian yang lebih atau Reward yang lebih baik dan jaminan Karier yang lebih dibanding dengan rekan-rekannya. Ketujuh, rentang waktu dan jarak serta padatnya kegiatan di suatu wilayah menyebabkan penyelenggaraan latihan tidak dapat dilaksanakan secara optimal. Rentang waktu dan jarak yang jauh dengan dislokasi Markas Komandonya memungkinkan adanya peluang yang dapat digunakan oleh satuan bawah untuk tidak melaksanakan kegiatan latihan dengan baik dan sempurna terlebih jika satuan tersebut juga melaksanakan kegiatan protokoler yang sulit dihindari karena dislokasi dan peran pelayanan yang diperlukann dari keberadaan satuan tersebut. Kedelapan, kepemilikan lahan sarana/prasarana latihan yang ada di satuan-satuan masih ditemukan adanya beberapa kasus belum jelas status hukumnya. Salah satu contohnya lapangan tembak Ambal di Kebumen hingga sampai dengan saat ini masih adanya beberapa permasalahan yang digugat oleh masyarakat. Hal demikian seyogya dan harus dilakukan upaya-upaya atau langkah-langkah penyelesaian permasalahan dengan berbagai macam cara yang harus ditempuh sekalipun memakan waktu lama dan membutuhkan dana yang cukup besar. Terlepas dari semua kendala tersebut diatas tentunya setiap prajurit harus sangat memahami bahwa peran pembinaan latihan itu sangat penting sehingga tidak ada kata menyerah atau mundur selangkahpun untuk tidak melaksanakan latihan dengan baik dan benar. Demikian penulisan Desain Makro Pembinaan Latihan Jangka Panjang TNI AD dan Permasalahannya disusun, semoga dapat menjadi bahan masukan bagi satuan dan Komando atas dalam mengambil suatu kebijakan dan keputusan lebih lanjut terutama dalam pembinaan latihan secara menyeluruh.

RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS


I. Data Pokok. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Sumber Pa/Th Jabatan : : : : : : : Dicky W. Usman, S.IP., M.Si. Mayjen TNI/ Makassar/28-04-1957 Islam Kawin AKABRI/1980 Asrena Kasad B. Luar Negeri. 1. 2. 3. 4. 5. Kamboja Singapura Bosnia Malaysia Malaysia : 1992 : 1996 : 1997 : 1998 : 2012

IV. Riwayat Jabatan. 1. Danton Denzipur-4 Dam VII/Wrb 2. Pa Intel Operasi Denzipur-4 Dam VII/Wrb 3. Wadan Denzipur-4 Dam VII/Wrb 4. Kasiminkar Bagpers Setditziad 5. Wadanyon Zipur-5 Dam V/Brw 6. Kasdim-0817/Surabaya Utara 7. Kadeptiknikzi Pusdikzi 8. Danyon Zipur-2 Kodam II/Swj 9. Dandim-0404 Muara Enim 10. Waasrendam II/Swj 11. Kasrem 041/Gamas Dam II/Swj 12. Irdya Lat Pra Itops Itjen TNI 13. Sespri Menkopolhukkam 14. Paban III/Manwil 15. Wadirziad 16. Dirziad 17. Asrena Kasad

II. Pendidikan. A. Dikbangum. 1. 2. 3. 4. 5. 6. AKABRI Sussarcabzi Suslapa Zeni Seskoad Sesko TNI Lemhannas : 1980 : 1980 : 1990 : 1995 : 2002 : 2008

III. Riwayat Penugasan. A. Dalam Negeri. 1. 2. 3. 4. 5. Ops Seroja Tim-Tim Ops Seroja Tim-Tim Ops Seroja Tim-Tim Ops Irja Ops Lihkam NAD : 1978 : 1980 : 1989 : 1996 : 2000

Volume 32 No. 3 September 2012

13

Edisi September Edit.indd 13

01/11/2012 9:08:53

Jurnal Yudhagama

SISTEM PENGENDALIAN LATIHAN YANG EFEKTIF DAN IMPLEMENTASINYA DI TINGKAT KOTAMA

Oleh : Mayor Jenderal TNI Dedi Kusnadi Thamim (Asops Kasad) Pada tahun 2012, pemerintah telah meningkatkan anggaran pertahanan negara sekitar 35%. Sebagian besar anggaran tersebut dialokasikan untuk melakukan peremajaan, modernisasi serta kualitas pemeliharaan dan kesiapan Alutsista TNI termasuk TNI Angkatan Darat didalamnya. Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya pada HUT Ke-66 TNI tanggal 5 Oktober 2011 di Cilangkap mengatakan: Pada saatnya nanti modernisasi Alutsista, doktrin, organisasi, maupun SDM TNI harus diuji dalam latihanlatihan termasuk dalam latihan gabungan TNI, serta penugasan secara berkelanjutan untuk mewujudkan postur TNI dengan kemampuan penangkalan dan penindakan yang tinggi dan kemampuan melaksanakan tugas-tugas operasional yang efektif. Hal tersebut tentunya selaras dengan motto latihan yaitu: Apa yang akan dilaksanakan itu yang dilatihkan dan apa yang dilatihkan itu pula yang akan diujikan.
14 Volume 32 No. 3 September 2012

Dalam Rapim TNI Angkatan Darat pada awal tahun 2012, Kepala Staf Angkatan Darat telah mencanangkan tahun 2012 sebagai tahun latihan bagi TNI Angkatan Darat. Sebagai tindak lanjut dari pencanangan tersebut Staf Umum Operasi Angkatan Darat telah menempatkan kegiatan pembinaan latihan sebagai prioritas utama dan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan satuan jajaran TNI Angkatan Darat dalam pelaksanaan tugas operasi, baik dalam rangka OMP maupun OMSP. Selama tahun 2012 TNI Angkatan Darat telah menyelenggarakan berbagai kegiatan latihan mulai dari tingkat latihan perorangan sampai dengan latihan satuan setingkat Batalyon dan puncaknya pada bulan September 2012 diselenggarakan latihan antar kecabangan tingkat Brigade. Dengan demikian, latihan yang diprogramkan dalam TA. 2012 diharapkan mampu meningkatkan profesionalisme prajurit dalam mencapai tingkat kesiapan operasional satuan yang tinggi. Hal ini tentunya menjadi tanggung jawab kita bersama khususnya para pembina latihan di satuan dalam menjamin terlaksananya seluruh program latihan, sehingga berjalan dengan baik dan efektif sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh Pimpinan TNI Angkatan Darat. Tingkat kesiapan operasional yang tinggi bagi satuan di jajaran TNI Angkatan Darat khususnya di tingkat Kotama selaku kompartemen strategis dan seluruh satuan yang termasuk dalam komandonya merupakan konsekuensi logis yang harus dipenuhi. Realitas menunjukkan bahwa kesiapan operasional satuan sangat dipengaruhi oleh kondisi kekuatan dan kemampuan satuan yang diimplementasikan melalui penyelenggaraan latihan yang terarah, terukur, dan berorientasi kepada tugas pokok. Ironisnya, penyelenggaraan latihan yang dilaksanakan saat ini masih ditemukan berbagai kendala dan hambatan. Bila dibiarkan, kondisi tersebut dapat mendorong timbulnya hal-hal yang bersifat kontraproduktif terhadap pelaksanaan tugas pokok satuan itu sendiri. Guna menyikapi permasalahan tersebut serta

Edisi September Edit.indd 14

01/11/2012 9:08:54

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


latihan satuan pada tahun yang akan datang. Dalam melaksanakan pengendalian latihan para pejabat sebagai pembina latihan perlu memedomani langkahlangkah dalam penyelenggaraan latihan meliputi tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengarahan, pengawasan dan pengendalian. Pada tahap perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan wewenang latihan ada pada Kotama, sedangkan tahap pengarahan dan pengawasan pengendalian latihan wewenang ada pada Kotama dan pada Puscab/Fung/ Dit selaku LKT (Sumber: Bujukmin tentang Garlat). Oleh karena itu, agar fungsi pengawasan dan pengendalian dapat terlaksana secara optimal sesuai dengan tataran kewenangan dan kebijaksanaan pimpinan TNI Angkatan Darat, maka setiap pembina latihan perlu memedomani ketentuan umum yang meliputi tujuan, sasaran, sifat, peranan, pengorganisasian, tugas dan tanggung jawab, persyaratan personel, teknik, metode, obyek, bentuk dan prosedur, serta alat perlengkapan dalam melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian latihan. Implementasi pengawasan dan pengendalian latihan yang dilaksanakan oleh satuan di tingkat Kotama saat ini masih belum berjalan dengan efektif. Hal ini disebabkan karena: Pertama, keterbatasan kemampuan pembina latihan dalam menyusun program latihan, sehingga penyusunan rencana program latihan yang bersifat bottom up di tingkat Kotama belum selaras dengan program latihan dari komando atas. Kedua, penyelenggaraan latihan yang dibuat dalam program kerja satuan masih belum sepenuhnya mengacu pada program latihan standardisasi yang disebabkan karena adanya dinamika penugasan, sehingga kemampuan standardisasi satuan belum semua dapat tercapai. Ketiga, sarana dan prasarana latihan yang dimiliki oleh masing-masing satuan TNI Angkatan Darat khususnya di tingkat Kotama masih terbatas baik kualitas maupun kuantitas, sehingga

tercapainya sistem pengendalian latihan yang efektif oleh setiap tataran kewenangan satuan khususnya di tingkat Kotama, perlu dirumuskan acuan yang benar dalam pembinaan latihan di lingkungan TNI Angkatan Darat, diantaranya dengan mengoptimalkan sistem pengendalian latihan dan implementasinya di tingkat Kotama. Pertanyaannya adalah: Bagaimana meningkatkan sistem pengendalian latihan yang efektif dan implementasinya di tingkat Kotama? Pembinaan latihan merupakan suatu usaha, pekerjaan dan kegiatan dalam merencanakan dan menyusun program latihan, mengelola sumber daya latihan dan mengatur serta mengendalikan kegiatan latihan yang dilakukan para pembina latihan untuk mencapai tingkat kesiapan operasional satuan dalam melaksanakan tugas-tugas operasi peperangan di darat. Salah satu fungsi dalam manajemen latihan adalah pengawasan dan pengendalian latihan yang merupakan rangkaian kegiatan untuk menjamin tercapainya tujuan latihan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pengawasan dan pengendalian latihan merupakan satu rangkaian kegiatan yang saling terkait dengan maksud untuk mengetahui sejauhmana latihan dapat dilaksanakan disertai hasil latihan yang dapat diukur secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengawasan yang seksama dan pengendalian yang baik dari semua eselon akan mempermudah pimpinan menentukan kebijaksanaan

Volume 32 No. 3 September 2012

15

Edisi September Edit.indd 15

01/11/2012 9:08:58

Jurnal Yudhagama

Untuk mengefektifkan kegiatan pengendalian latihan yang dilakukan oleh Kotama, maka diperlukan penyamaan persepsi kita sebagai pembina latihan terhadap implementasi kegiatan pengawasan dan pengendalian latihan.
berpengaruh terhadap pelaksanaan latihan itu sendiri. Keempat, pengawasan dan pengendalian latihan pada level komandan satuan selaku pembina latihan belum dilaksanakan dengan optimal. Kelima, evaluasi latihan yang terdiri dari pencatatan dan laporan masih sering diabaikan dan berupaya menutupi kelemahan, sehingga penyelenggaraan latihan tidak dapat dievaluasi dengan baik dan benar. Keberhasilan dalam pelaksanaan pengawasan dan pengendalian latihan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: Pertama, kemampuan personel yang tergabung dalam Tim Wasdallat memiliki pemahaman tentang penyelenggaraan latihan, sehingga tidak sekedar melaksanakan program Wasdallat saja. Kedua, dislokasi satuan yang tersebar dihadapkan pada besaran anggaran Wasdallat yang terbatas menyebabkan tidak seluruh satuan dapat dijadikan sasaran Wasdallat.

Ketiga, dukungan anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan pengawasan dan pengendalian latihan tidak tepat waktu, sehingga berpengaruh terhadap pelaksanaan Wasdallat itu sendiri. Keempat, terbatasnya referensi dan buku-buku petunjuk tentang pedoman pengawasan dan pengendalian latihan menjadi kendala dalam melaksanakan tugas pengendalian latihan. Dengan demikian, pengawasan dan pengendalian latihan perlu dilaksanakan dengan efektif oleh seluruh komandan satuan maupun pembina latihan dalam mencapai keberhasilan pada setiap penyelenggaraan latihan. Untuk mengefektifkan kegiatan pengendalian latihan yang dilakukan oleh Kotama, maka diperlukan penyamaan persepsi sebagai pembina latihan terhadap implementasi kegiatan pengawasan dan pengendalian latihan. Berdasarkan Buku Petunjuk Administrasi tentang Penyelenggaraan Latihan disebutkan bahwa Pengawasan latihan adalah kegiatan untuk mengawasi berlangsungnya penyelenggaraan latihan terhadap penyelenggara, pelaku, sarana dan prasarana, serta metode dan perangkat latihan lain yang digunakan. Sedangkan Pengendalian Latihan adalah suatu proses tindakan oleh penyelenggara latihan atau pejabat yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan latihan untuk mengarahkan/memengaruhi jalannya latihan dengan metode dan perangkat tertentu agar latihan dapat berlangsung sesuai skenario yang direncanakan. Kesemua itu bertujuan untuk : Pertama, mewujudkan

16

Volume 32 No. 3 September 2012

Edisi September Edit.indd 16

01/11/2012 9:09:04

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


keselarasan antara program latihan yang ditetapkan dengan penyelenggaraan latihan. Kedua, ketepatan dalam menerapkan sistem dan metode latihan yang ditentukan. Ketiga, ketepatan penggunaan teknik, taktik, dan prosedur operasi sesuai kecabangan/ fungsi. Keempat, menghindari kesalahan dalam teknik penyelenggaraan latihan. Adapun obyeknya terdiri dari: Piranti lunak yang berhubungan dengan latihan, program latihan, sistem dan metode latihan, penyelenggara dan pelaku latihan, mekanisme dan realisme latihan, taktik dan teknik sesuai kecabangan, produk latihan, Sarpras latihan, dan anggaran latihan. Upaya untuk mengefektifkan Pengendalian Latihan diperlukan suatu alat pengendalian latihan, baik secara lampiran Sprin Pangkotama serta petunjuk latihan diterbitkan oleh Komando dibawah Kotama. Ketiga, Rencana Garis Besar Latihanditerbitkan oleh Komando latihan memuat hal-hal secara garis besar tentang pelaksanaan latihan dan merupakan hal-hal yang harus dikembangkan oleh staf perancang latihan. Keempat, Naskah Latihan, produk komando latihan secara lengkap sebagai panduan penyelenggaraan latihan bagi penyelenggara maupun pelaku tingkat Batalyon ke atas. Kelima, Rencana Lapangan, produk komando latihan memuat segala kebutuhan dan pekerjaan di lapangan yang dibuat oleh koordinator materi latihan. Keenam, Pencatatan Hasil Latihan, produk penyelenggara latihan sebagai bahan penyusun laporan latihan. Ketujuh,

administratif (tertulis) maupun secara operasional (kegiatan). Pengendalian Administratif merupakan pengendalian latihan tertulis terhadap hal-hal yang menyangkut administrasi untuk dapat mendukung penyelenggaraan latihan yang meliputi: Pertama, Program Latihan sebagai salah satu saranapengendalian yang memuat kegiatan, waktu dan dana serta menjadi pedoman utama bagi seluruh penyelenggaraan latihan di satuan. Kedua, Direktif Latihan meliputi direktif latihan Kasad, diterbitkan tersendiri sebagai lampiran Sprin Kasad, dan direktif latihan Pangkotama ditujukan kepada Komando penyelenggara latihan sebagai
Volume 32 No. 3 September 2012 17

Edisi September Edit.indd 17

01/11/2012 9:09:09

Jurnal Yudhagama

Laporan Latihan, produk komando latihan yang berisi hasil penyelenggaraan latihan atau disebut dengan Buku III dan merupakan objek pengamatan tidak langsung oleh komando atasan penyelenggara untuk mengendalikan mutu latihan selanjutnya. Pengendalian Operasionaldilaksanakan pada saat berlangsungnya pelaksanaan latihan agar latihan dapat berjalan sesuai rencana dan skenario yang ditetapkan. Penanggung jawab latihan atau Komandan Latihan/ Direktur Latihan dapat mengarahkan dan memengaruhi jalannya latihan dengan berbagai cara antara lain: Pertama, teguran dan pujian yang dilakukan pimpinan secara langsung di lapangan terhadap penyimpangan dan keberhasilan latihan yang dilaksanakan, biasanya

cara ini sangat efektif untuk membangkitkan motivasi peserta latihan agar berbuat lebih baik. Kedua, rapat latihan secara periodik dalam tahun anggaran berjalan melalui forum Wandiklat (Rapim, Raker maupun Rakornis) atau bersifat situasional sesuai kebutuhan, termasuk paparan-paparan dengan tujuan membahas rencana latihan tahunan, mengevaluasi hasil latihan yang telah dilaksanakan, memberikan pengarahan tentang pelaksanaan latihan yang akan datang. Ketiga, konsultasi untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh komando bawahan dalam penyelenggaraan latihan. Keempat, perwasitan dan pengendalian latihan yang diberikan oleh Wasit dan pengendali latihan untuk memengaruhi kegiatan pelaku agar sesuai skenario

18

Volume 32 No. 3 September 2012

Edisi September Edit.indd 18

01/11/2012 9:09:12

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


latihan yang telah dirancang, sedangkan pengendali berfungsi atas dasar informasi yang diberikan oleh Wasit. Guna menjamin terselenggaranya seluruh kegiatan pengendalian latihan yang dilakukan oleh pembinaan latihan berjalan sesuai dengan harapan, maka diperlukan beberapa hal. Pertama, keterpaduan dan integrasi dalam penyusunan program. Kedua, peningkatan dan kepedulian peran Kotama dalam pelaksanaan Pembinaan Latihan. Ketiga, ketepatan pemanfaatan alokasi anggaran. Keempat, kreatifitas para Komandan satuan dalam penyusunan program latihan dan penyelenggaraan latihan di satuan. Kelima, menghindari terjadinya kerugian personel dalam setiap pelaksanaan latihan. Keenam, tidak mengalihkan alokasi dukungan program latihan satuan tanpa persetujuan pimpinan TNI AD. Dari uraian tersebut diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa hasil akhir suatu upaya pengendalian latihan yang efektif sangat ditentukan oleh para Pembina latihan di satuan, sekalipun rencana telah disusun secara baik dan persiapan sudah dilakukan secara matang namun apabila pelaksanaannya menyimpang dan tidak terkendali akan menghasilkan sesuatu di luar ketentuan yang sudah digariskan oleh komando atas. Dengan demikian, sistem pengendalian latihan yang efektif melalui pengendalian latihan secara administratif dan operasional merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam mengoptimalkan pembinaan latihan di satuan jajaran TNI AD. Oleh karenanya sistem pengendalian latihan tersebut harus di implementasikan oleh Kotama dengan sungguhsungguh sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang telah ditetapkan/digariskan oleh Komando Atas.

RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS


I. Data Pokok. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Sumber Pa/Th Jabatan : : : : : : : Dedi Kusnadi Thamim Mayjen TNI/29589 Bandung/31-08-1958 Islam Kawin AKABRI/1983 Asops Kasad III. Riwayat Penugasan. A. Dalam Negeri. 1. Ops Tim-Tim 2. Ops Tim-Tim 3. Ops Tim-Tim IV. Riwayat Jabatan. 1. Danton Ban/C Yonif Linud-700 2. Danton-1/C Yonif Linud-700 3. Danton-1/B Yonif Linud-700 4. Dankipan A Yonif Linud-700 5. Kasi-2/Ops Yonif Linud-700 6. PS Wadan Yonif-521 7. Wadan Yonif-521 8. Kasdim-0821/Lumajang 9. Danyonif-521 Rem-083/BDJ 10. Pamen Kodam V/Brw 11. Kabag Dikbangum Pussenif 12. Kasbrigif-1/PIK/JS Dam Jaya 13. Danbrigif-1/PIK/JS Dam Jaya 14. Asops Kasdam Jaya 15. Danrem-163/WS Dam IX/Udy 16. Pamen Mabesad (Dik) 17. Irdam VII/Wrb 18. Sekretaris Pussenif 19. Pati Ahli Kasad Bid Jemen 20. Kasdam IV/Dip 21. Danpussenif 22. Asops Kasad : 1984 : 1990 : 1999

II. Pendidikan. A. Dikbangum. 1. 2. 3. 4. 5. AKABRI Diklapa II/Inf Seskoad Sesko TNI Lemhannas : 1983 : 1992 : 1999 : 2003 : 2009

B. Dikbangspes. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sus Sar Para Sussarcab Inf Sus Danki Suslapa I/Inf Sus Danyonif Sus Danrem : 1982 : 1982 : 1986 : 1989 : 1997 : 2007

Volume 32 No. 3 September 2012

19

Edisi September Edit.indd 19

01/11/2012 9:09:12

Jurnal Yudhagama

MENGGAGAS FORMULASI KETERPADUAN# GUNA MENYINERGIKAN KEKUATAN KECABANGAN TNI AD DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBINAAN LATIHAN ANTAR KECABANGAN
salah satu hal mendasar yang terus dilakukan dan dikembangkan sesuai dengan tuntutan perubahan zaman. Latihan yang berkesinambungan sebagai upaya kolektif dalam penyiapan dini perwujudan kekuatan TNI AD yang handal untuk selalu siap dalam merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman. TNI AD bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk menegakkan kedaulatan Negara di darat, mempertahankan keutuhan wilayah dan melindungi keselamatan bangsa serta ikut secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut diselenggarakan melalui pola OMP dan OMSP yang didasarkan atas kebijakan dan keputusan politik negara1. Untuk melindungi kepentingan nasional suatu Negara, diperlukan perwujudan kekuatan pertahanan yang tangguh dan handal. Perwujudan pembangunan kekuatan TNI AD merupakan prasyarat utama dan mutlak untuk disiapkan bagi terlaksananya tugas pokok TNI AD, dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman secara efektif. Mengacu kepada semboyan Si Vis Pacem Para Bellum, kalau menginginkan perdamaian maka harus bersiap berperang2. Filosofis tersebut memberikan makna perlunya melakukan berbagai pembangunan kekuatan secara komprehensif untuk mempersiapkan secara dini perwujudan kekuatan militer yang handal agar mampu menjaga kepentingan nasional dan merespon berbagai bentuk ancaman. Fenomena kekinian seperti yang dikemukakan dalam berbagai literatur tentang teori generasi peperangan, bahwa abad ke-21 merupakan era peperangan generasi keempat (4GW)3 yang bertumpu pada ruang tempur (battlespace) dan meninggalkan pendekatan medan tempur (battlefield), karateristik perang menjadi sedemikian kompleks dan bersifat multi dimensional dan sulit diprediksi. Berbagai bentuk perang kekinian tidak lagi bersifat simetris namun lebih pada pola asimetris dan tidak selalu konvensional dengan menggunakan cara-cara yang bersifat regular, dan juga tidak linier. Potret model pola peperangan tersebut menjadikan hal penting artinya untuk digunakan sebagai critical review bagi satuan-satuan Infanteri khususnya

Oleh : Mayor Jenderal TNI M. Nasir (Danpussenif Kodiklat TNI AD)


# Formulasi keterpaduan yang dimaksud dalam judul tulisan ini lebih pada pemahaman keterpaduan kecabangan TNI AD sehingga diperlukan suatu rumusan formulasi keterpaduan, sedangkan definisi keterpaduan. Dapat dilihat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kemendiknas RI terbitan Balai Pustaka tahun 2008 hal 810 esensi dari keterpaduan; sudah padu, disatukan, dilebur menjadi satu, kompak, sudah bercampur dan menjadi satu, utuh dan kuat.

PENDAHULUAN. Seperti halnya esensi kebijakan Kasad bahwa tahun ini adalah tahun latihan dan latihan harus realistis sesuai dengan medan operasi sesungguhnya. memberikan semangat baru untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasi-inovasi baru yang cerdas dan bijak untuk mendukung perwujudan profesionalitas prajurit TNI AD. Konsekuensi logis sebagai alat pertahanan negara di darat, TNI AD dituntut untuk selalu siap menghadap tantangan tugas ke depan, sehingga latihan merupakan
20 Volume 32 No. 3 September 2012

Edisi September Edit.indd 20

01/11/2012 9:09:13

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


dan seluruh satuan jajaran TNI AD, untuk merevisi, mereaktualisasikan kembali serta meredifinisi berbagai pengembangan taktik dan teknik bertempur yang ada pada, doktrin, strategi, taktik maupun berbagai Juklak dan sebagainya. Sejalan dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membawa berbagai perubahan perkembangan lingkungan strategis yang semakin dinamis. Pada aspek realitas hakekat ancaman militer kedepan akan semakin kompleks, tidak pernah tunggal melainkan jamak dan bersifat multidimensional serta sedemikian sulit diprediksi, maka penanganannyapun harus mencerminkan interoperabilitas yang tinggi. Respon berbagai negara di dunia menyikapi perubahan karateristik bentuk ancaman di abad ke-21, dengan mengembangkan RMA (Revolution in Millitary Affairs)4 dalam rangka penyesuaian terhadap perubahan pola peperangan modern (modern warfare) yang sekaligus merubah karakteristik perang di masa mendatang. Walaupun perang bukan pilihan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan antar negara, namun demikian pembangunan kekuatan militer di dunia tetap menonjol mengingat kekuatan militer merupakan bagian dari alat diplomasi. Hal tersebut sejalan dengan ungkapan George Friedman yang memformulasikan prediksi masa depan, mengatakan bahwa; masa depan kekuatan ekonomi Negara ditentukan oleh kekuatan pertahanan Negara, tetapi kekuatan ekonomi yang tangguh dalam jangka panjang ditentukan oleh seberapa tangguh kekuatan militernya5. Seperti Negara; Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Prancis, China, Korea Selatan dan Jepang, bukan saja negara-negara yang kuat secara ekonomi, melainkan juga kuat dan canggih secara militer. Kekuatan militer yang modern tersebut diimbangi dengan kualitas SDM, Alutsista, strategi, hingga sistem pendidikan militernya yang modern dan profesional. Pengembangan teknologi militer negaranegara tersebut terus dimodernisasikan untuk mampu mengimbangi berbagai trend kemajuan zaman. Mencermati fenomena kekinian tersebut tentu saja keberadaan TNI AD tidak serta merta mengikuti berbagai pengembangan model RMA yang dilakukan di belahan dunia. TNI AD lebih mengedepankan pada perwujudan SDM berkualitas, seperti yang saat ini berjalan proses kaji ulang pembinaan personel, dan perlunya proses kaji ulang kesinambungan pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan yang menyinergikan kecabangan TNI AD. Kekuatan utama TNI AD terletak pada profesionalitas, soliditas dan kualitas prajurit TNI AD serta kedekatannya dengan rakyat, maka peran sumber daya manusia dalam pembinaan TNI AD bersifat mutlak, karena bagaimanapun keberhasilan

atau kegagalan pembinaan kekuatan dan kemampuan TNI AD diantaranya ditentukan oleh kualitas personel.6 Sejalan pengembangan perwujudan sinergitas kecabangan TNI AD yang tentunya perlu di awaki oleh SDM prajurit berkualitas yang antara lain dilahirkan dari perwujudan kesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan TNI AD yang modern dan mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD. Format modern dalam pembahasan ini lebih pada meninggalkan kebiasaan lama seperti: bersama untuk meninggalkan pemikiran-pemikiran primodial korps, yang hanya membanggakan korps, namun tidak jelas apa yang dibanggakannya. Pengembangan taktik dan teknik bertempur kedepan, tidak lagi membenarkan kebiasaan yang berorientasi pada pola peperangan lama dan sudah ditinggalkan oleh negara di dunia. Namun mindset ke depan adalah membiasakan penggunaan taktik dan strategi yang benar dan sesuai dengan fenomena kekinian. Hal sensitif lainnya yang perlu ditinggalkan adalah adanya pemikiran yang masih bersifat linier dan regular. Pemikiran kedepan tidak terbelenggu dengan pola peperangan masa lalu dan keraguan untuk berubah perlu ditinggalkan. Kedepan menjadi penting untuk mengembangkan formulasi berbagai aspek keterpaduan yang mampu mensinergikan kecabangan TNI AD dalam mengoptimalkan pencapaian tugas. Dalam kondisi seperti itu, pembangunan kekuatan pokok minimum TNI AD tahun 2010-2029 merupakan langkah yang paling relevan untuk diimplementasikan secara berkesinambungan dan konsisten, untuk mewujudkan kemampuan TNI AD yang memiliki efek tangkal terhadap berbagai bentuk ancaman yang mungkin timbul pada masa mendatang.7 Respon terhadap hal tersebut secara bertahap TNI AD melakukan modernisasi Alutsista serta perlengkapan dan persenjataan perorangannya. Tentu saja perlu juga diimbangi dengan pengembangan taktik dan teknik bertempurnya secara bersinergi. Sinergitas

Volume 32 No. 3 September 2012

21

Edisi September Edit.indd 21

01/11/2012 9:09:13

Jurnal Yudhagama
kekuatan kecabangan perlu dikembangkan, salah satu hal mendasarnya adalah memformulasikan berbagai aspek keterpaduan yang akan mewujudkan kekuatan kecabangan TNI AD mampu bersinergi secara optimal, yang akan meningkatkan kualitas berbagai model latihan antar kecabangan, yang merupakan latihan puncak TNI AD kedepan. Sebagai salah satu contoh pada konteks pertempuran sampai saat ini kita mengenal sistem yang menterpadukan tembakan yang disebut dengan Korbantem (Koordinasi Bantuan Tembakan). Sedemikian sederhananya rumusan tersebut, sehingga mekanisme Korbantem hampir dilupakan, pada lingkup pendidikan dan latihan bukan menjadi hal menarik untuk dikemukakan dan dilatihkan. Pengembangan berbagai program pendidikan dan latihan saat ini Korbantem kurang dikembangkan. Konsekuensi logis dengan pengembangan modernisasi Alutsista TNI AD saat ini yang secara bertahap akan semakin modern, maka format Korbantem penting artinya untuk terus dikembangkan dan dilatihkan. Tentu saja perlu juga diarahkan secara berkesinambungan dalam pengembangan siklus latihannya yang menyinergikan kecabangan, dengan tidak harus menunggu sampai pada waktu pelaksanaan latihan antar kecabangan TNI AD yang dijadikan sebagai latihan puncak TNI AD. Dalam upaya meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD perlu dijembatani melalui perwujudan berbagai aspek keterpaduan yang berkesinambungan dan konsisten antara pola pembinaan pendidikan yang mencerminkan kecabangan TNI AD dengan pola pembinaan latihan TNI AD ke depan. Perwujudan kekuatan sinergitas kecabangan TNI AD yang tangguh dan berdaya tangkal tinggi, diperlukan komitmen bersama untuk mewujudkannya. Berbagai aspek keterpaduan yang saat ini belum diformulasikan secara utuh sehingga perlu untuk dirumuskan secara bijak dan cerdas sebagai bagian dari upaya kolektif untuk mengakomodasi berbagai kepentingan kecabangan TNI AD. Keberadaan 15 kecabangan TNI AD ke depan dapatnya bersinergi dan saling mendukung serta bekerjasama secara maksimal, efektif, efisien dan berdaya guna, serta mampu menjembatani berbagai kepentingan dalam mewujudkan kualitas latihan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD. Maksud dan Tujuan. Tulisan ini dimaksudkan memberikan gambaran sekilas tentang pentingnya formulasi berbagai aspek keterpaduan guna mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD sebagai prasyarat mutlak dalam meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD yang merupakan latihan puncak TNI AD. Tujuan tulisan ini untuk memberikan solusi alternatif dalam
22 Volume 32 No. 3 September 2012

merumuskan formulasi keterpaduan yang tepat, cerdas dan bijak untuk menjembatani perwujudan sinergitas kecabangan TNI AD sebagai prasyarat utama dan mutlak dalam meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD kedepan yang mampu merespon berbagai bentuk ancaman. Lingkup Bahasan. Penggunaan terminologi formulasi keterpaduan pada lingkup bahasan ini, lebih pada pemikiran berbagai upaya menggagas formulasi berbagai aspek keterpaduan untuk mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD secara optimal, sebagai prasyarat utama dan mutlak dalam meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan yang menjadi latihan puncak TNI AD. Adapun lingkup bahasannya lebih pada potret sinergitas kecabangan TNI AD dan pentingnya formulasi keterpaduan dalam berbagai aspek untuk mampu mewujudkannya, yang merupakan upaya kolektif dalam meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan kedepan. POTRET SINERGITAS KECABANGAN TNI AD. Mencermati berbagai fenomena kekinian tersebut, pentingnya mewujudkan latihan antar kecabangan TNI AD yang berkualitas dan realistis, yang merupakan kesiapan dini kekuatan TNI AD dalam merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman. Untuk mewujudkannya ada hal sensitif yang menjadi pertanyaan yaitu; formulasi keterpaduan apa yang mampu menjembatani perwujudan sinergitas kecabangan TNI AD sebagai prasyarat utama dan mutlak untuk mewujudkan latihan antar kecabangan TNI AD yang berkualitas dan realistis ?..... tentu saja perlu diletakkan kembali secara cerdas dan bijak dengan berbagai upaya kolektif untuk mampu merespon dan menyikapinya. Respon untuk menyikapi fenomena kekinian dengan berubahnya karateristik bentuk ancaman di abad ke-21 yang bersifat multidimensional menuntut kehadiran kualitas SDM yang cerdas dan profesional.

Edisi September Edit.indd 22

01/11/2012 9:09:14

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


Hal tersebut harus diawali melalui penataan kembali secara berkesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan antar kecabangan. Implementasi kesinambungan pola pembinaan pendidikan dan pembinaan latihan dalam perspektif sinergitas antar kecabangan TNI AD saat ini, belum optimal dan belum berkesinambungan dalam menjembatani kepentingan sinergitas kecabangan tersebut. Pola pembinaan pendidikan yang mencerminkan sinergitas kecabangan belum ada, masih lebih didominasi pada tataran kecabangan masing-masing. Pada strata pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan belum dirancang suatu pendidikan ataupun kursus yang menyinergikan kecabangan TNI AD dalam berbagai materi yang belum dikembangkan seperti Korbantem, komunikasi terpadu, penyelenggaraan dukungan terpadu, Nikgarlat Ancab, serta berbagai hal lainnya yang mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD. Pada pengembangan siklus pembinaan latihan TNI AD, belum terlihat adanya kreatifitas dan inovasi cerdas terhadap perwujudan sinergitas kecabangan TNI AD, masih menggunakan siklus pembinaan latihan rutinitas setiap tahun anggaran, yaitu rentang waktu yang terlalu lama untuk masuk pada program latihan antar kecabangan yang merupakan latihan puncak TNI AD. Tidak adanya program materi latihan yang mensinergikan kecabangan sebagai latihan awal yang menjembataninya. Potret program latihan masih bersifat rutinitas, belum mengembangkan kepentingan sinergitas kecabangan seperti berbagai bentuk olah yudha dengan diskusi, geladi peta, geladi model, geladi medan maupun geladi posko masih mengedepankan kecabangan masing-masing. Model latihan masih mengedepankan berbagai asesoris bahkan lebih pada untuk penyiapan kepentingan protokoler peninjauan latihan, sehingga mengorbankan realisme latihan. Berbagai Bujuklap TNI AD tentang berbagai taktik dan teknik bertempur belum diakomodasikan untuk kepentingan sinergitas kecabangan lainnya, masih lebih didominasi pada satu kecabangan saja. Demikian juga pada mekanisme proses pengesahan suatu produk atau Buku Petunjuk Lapangan, yang di kenal dengan model UT (Uji Teori) belum dikembangkan kreatifitas dan inovasi baru untuk mencerminkan sinergitas kecabangan. Format baku pada tataran UT I, II dan III belum optimal untuk mewadahi pencapaian sinergitas kecabangan TNI AD. UT pada tahap awal belum menjadi wadah sebagai forum diskusi olah yudha yang mensinergikan kecabangan TNI AD. Belum dikembangkan model olah yudha dalam UT antar kecabangan melalui TFG (Tactical Floor Game). Model UT yang larut dengan debat kusir tanggapan, sehingga terjadi UT sudah sampai tingkat

Model latihan masih mengedepankan berbagai asesoris bahkan lebih pada untuk penyiapan kepentingan protokoler peninjauan latihan, sehingga mengorbankan realisme latihan.
pusat dapat mentah kembali, artinya proses UT belum optimal mensinergikan kecabangan. Hal tersebut mencerminkan masih mengedepankan kebiasaan lama pada saat melakukan olah yudha dengan sebutan prememori atau diasumsikan peran kecabangan. Kesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan TNI AD belum mencerminkan sinergitas kecabangan secara optimal. Belum adanya formulasi yang tepat dalam mewujudkan berbagai aspek keterpaduan yang dapat digunakan sebagai perekat dalam upaya mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD. Perwujudan sinergitas kecabangan belum sepenuhnya terpelihara dan teruji dengan baik melalui wadah latihan antar kecabangan yang dijadikan sebagai latihan puncak TNI AD. Pola pembinaan latihan yang dikembangkan saat ini, belum diimbangi dengan berbagai kesiapan peranti lunak yang up to date untuk mampu mengoptimalkan perwujudan berbagai model organisasi BTP (Batalyon Tim Pertempuran) dan juga tingkat Brigade bahkan dapat dikembangkan sampai pada tingkat Divisi. Format latihan antar kecabangan sampai saat ini masih merupakan bentuk Latihan Puncak TNI AD yang mewadahi kerjasama antar kecabangan meliputi Satpur, Banpur, Satter dan Banmin dan diujicoba kemampuan dan sinergitasnya dalam wadah latihan antar kecabangan merupakan tahapan tertinggi dalam siklus pembinaan latihan TNI AD yang diterapkan sampai saat ini. Bertahap, bertingkat dan berlanjut merupakan format yang dikemas dalam sistem pembinaan latihan TNI AD. Hal tersebut menunjukan strata pembinaan latihan sampai dengan strata tertinggi yaitu latihan antar kecabangan TNI AD. Mencermati format siklus pembinaan latihan TNI AD tersebut memberikan gambaran bahwa efektifitas waktu untuk menuju sinergitas kecabangan TNI AD yang dikemas pada latihan puncak TNI AD tersebut, masih membutuhkan waktu sedemikian lama dan belum dijembatani oleh berbagai aspek keterpaduan kecabangan yang mengantarnya. Alokasi waktu latihan dalam wadah latihan antar kecabangan TNI AD sedemikian singkat dengan berbagai materi, sehingga perlu dijembatani sebelumnya dengan berbagai aspek keterpaduan. Respon untuk menyikapi kebijakan Kasad bahwa tahun ini adalah tahun latihan dan latihan harus
Volume 32 No. 3 September 2012 23

Edisi September Edit.indd 23

01/11/2012 9:09:14

Jurnal Yudhagama
realistis sesuai dengan medan operasi sesungguhnya. Memberikan semangat baru untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasi-inovasi baru yang cerdas dan bijak untuk mendukung perwujudan profesionalitas prajurit TNI AD. Belum adanya kesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pembinaan latihan yang mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD, akan sangat berpengaruh terhadap kualitas latihan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD kedepan. TNI AD tidak dapat terlepas dari kebijakan pertahanan negara tentang postur pertahanan negara yang mensinergikan antara kekuatan pertahanan militer dengan kekuatan pertahanan nir militer8, sehingga pada aspek militer respon TNI AD untuk menyikapi berbagai bentuk ancaman tidak dapat diatasi dengan mengedepankan hanya satu kecabangan semata. Hal tersebut menuntut sinergitas kekuatan kecabangan TNI AD dalam merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman kedepan. Pada kepentingan TNI AD dalam mendesain pertahanan darat, yang saat ini secara bertahap dan berkelanjutan telah melakukan berbagai transformasi mengembangkan doktrin, strategi dan taktik dengan mordenisasi Alutsista TNI AD. Keberadaan 15 kecabangan TNI AD akan bersinergi secara optimal apabila adanya rumusan formulasi keterpaduan, untuk dapat diwujudkan secara berkesinambungan dan konsisten. Formulasi berbagai aspek keterpaduan ini belum diletakkan sebagai hal prioritas dalam mewujudkan sinergitas kecabangan, dikarenakan tidak akan pernah terjadi suatu pertempuran hanya mengedepankan satu kecabangan. Kekuatan kecabangan TNI AD belum sepenuhnya bersinergi secara optimal dapat saling bekerjasama dan saling mendukung baik dalam keadaan damai maupun dalam suatu pertempuran serta belum mengembangkan dan memformulasikan berbagai aspek keterpaduan kecabangan TNI AD. Pembangunan kekuatan TNI AD dititikberatkan pada keterpaduan 15 kecabangan TNI AD untuk dapat bersinergi dan saling mendukung secara maksimal. Kapabilitas dan struktur kecabangan TNI AD dapatnya mencerminkan keterpaduan antar kecabangan TNI AD. Belum adanya rumusan formulasi keterpaduan yang menjadikan perekat untuk mewujudkan menyinergikan kecabangan TNI AD sebagai prasyarat utama dalam menjembatani dan mendukung pencapaian tujuan dan sasaran latihan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD. Potret pola pembinan penyiapan dini masih mengedepankan kecabangan secara mandiri dan selanjutnya bertemu pada latihan puncak antar kecabangan TNI AD, belum disinergikan dengan berbagai aspek keterpaduan yang mampu menjembatani
24 Volume 32 No. 3 September 2012

perwujudan sinergitas tersebut. Belum adanya formulasi keterpaduan tersebut akan menjadikan kecabangan TNI AD belum optimal bersinergi, saling mendukung dan bekerjasama secara efektif, efisien dan berdaya guna. Kemajuan IPTEK serta perubahan karateristik bentuk ancaman abad ke-21, perlu direspon dan disikapi bersama melalui penyamaan persepsi pentingnya formulasi keterpaduan dalam berbagai aspek. Tidaklah berlebihan perwujudan sinergitas kekuatan kecabangan TNI AD akan meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD, yang merupakan cerminan kekuatan TNI AD yang profesional dan proporsional untuk siap menghadapi berbagai bentuk ancaman terhadap NKRI kedepan. PENTINGNYA FORMULASI KETERPADUAN DALAM MEWUJUDKAN SINERGITAS KECABANGAN TNI AD. Mencermati berbagai hal tersebut, bahwa formulasi keterpaduan menjadikan penting artinya dalam mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD. Hal tersebut perlu didukung dengan profesionalitas dan soliditas serta kualitas para prajuritnya maupun kedekatannya dengan rakyat, maka peran SDM prajurit TNI AD menjadi sedemikian penting untuk terus ditingkatkan kualitasnya, untuk mampu mewujudkan tugas, peran dan fungsinya secara bersinergi antar kecabangan TNI AD. Melalui perwujudan formulasi keterpaduan terhadap berbagai aspek diharapkan mampu men-driver perubahan dalam mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD. Perwujudan formulasi keterpaduan tersebut akan mampu meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD kedepan. Untuk menuju pencapaian latihan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD, perlu adanya formulasi keterpaduan dalam berbagai aspek yaitu; terpadu dalam doktrin, strategi dan taktik, terpadu dalam perencanaan, terpadu dalam pendidikan dan latihan, terpadu dalam operasi, terpadu dalam penyelenggaraan dukungan dan terpadu dalam pengadaan Alutsista. Berbagai aspek keterpaduan tersebut akan mengantar perwujudan sinergitas kecabangan, sebagai hal fundamental dalam mendukung peningkatan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD kedepan. Formulasi Keterpaduan. Pertempuran tidak dapat dimenangkan oleh satu kecabangan saja. Gabungan kecabangan tidak menjamin kemenangan pertempuran, kecuali bila diorganisir secara solid dan memiliki unity of effort, dan keberhasilan Operasi Darat memerlukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi semua Kecabangan TNI AD secara bersinergi secara optimal. Perwujudan

Edisi September Edit.indd 24

01/11/2012 9:09:15

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


optimalisasi tugas, peran dan fungsi kekuatan kecabangan TNI AD, akan efektif, efisien dan berdaya guna tinggi, berdaya tangkal tinggi, dan berdaya tempur tinggi apabila kekuatan kecabangan TNI AD tersebut bersinergi, saling bekerjasama dan saling mendukung secara optimal guna pencapaian tugas pokok TNI AD. Sinergitas kecabangan TNI AD serta modernisasi Alutsista dan pengembangan Doktrin, strategi serta taktik dan teknik bertempur akan lebih efektif dan efisien serta berdayaguna tinggi apabila dapatnya diwujudkan formulasi keterpaduan yang mencakup; Pertama, aspek keterpaduan dalam doktrin, strategi dan taktik. Keterpaduan dalam aspek doktrin, strategi, taktik maupun berbagai Juklap (Buku Petunjuk Lapangan) TNI AD yang mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD. Saat ini perlu disinergikan secara utuh, seperti pengembangan berbagai taktik dan teknik bertempur infanteri semestinya bersinergi juga dengan berbagai pengembangan mordenisasi Alutsista kecabangan lainnya demikian juga sebaliknya. Keterpaduan doktrin, strategi, taktik yang dikembangkan perlu diwujudkan di lapangan dengan duduk bersama untuk melakukan olah yudha, pada kepentingan pengembangan taktik dan teknik bertempur Infanteri maupun kecabangan yang terkait. Kajian akademik yang disusun dilakukan olah yudha secara komprehensif secara detail pada berbagai kepentingan sinergitas kecabangan TNI AD dalam pola OMP maupun OMSP. Perwujudan berbagai Bujuklap TNI AD diharapkan sepenuhnya menyinergikan kecabangan. Hal tersebut perlu menghilangkan primordial korps, dan selalu mengembangkan kreatifitas dan inovasi baru pada pengembangan taktik dan teknik bertempur sesuai perubahan zaman yang mengedepankan sinergitas kecabangan. Sinergitas kecabangan tersebut dapatnya dicerminkan pada berbagai Bujuklap TNI AD, pola pengembangan pada proses mekanisme pengesahan produk melalui UT (Uji Teori) sesuai tingkatannya dapat dikembangkan sebagai forum diskusi dengan berbagai model olah yudha yang mampu menyinergikan kecabangan TNI AD dan menghasilkan berbagai Bujuklap yang up to date. Kedua, aspek keterpaduan dalam perencanaan. Keterpaduan dalam aspek perencanaan, implementasi sistem bottom up maupun top down perlu diawali dengan mengedepankan sinergitas kecabangan TNI AD, tidak semata mengedepankan kepentingan satu kecabangan saja namun perlu diolahyudhakan bersinergi pada berbagai kecabangan TNI AD. Berbagai proses perencanaan perlu mengedepankan sinergitas kecabangan. Mekanisme perencanaan dan kepentingan kecabangan masing-masing diharapkan dapat sepenuhnya disinergikan yang berorientasi kepada keterpaduan dalam perencanaan, sehingga peran dan dominasi masing-masing kecabangan tidak lagi mengemuka. Salah satu akibat dari model bottom up planning adalah munculnya kepentingan kecabangan yang lebih dominan karena perencanaan berawal dari masing-masing kecabangan. Dominasi kecabangan tersebut perlu diadakan perubahan mind set pada tataran perencanaan yang mengedepankan kepentingan sinergitas kecabangan TNI AD dalam setiap perumusan program. Perencanaan kedepan perlu memadukan berbagai kecabangan TNI AD secara bersinergi dihadapkan pada perwujudan kekuatan dan kemampuan TNI AD yang diinginkan. Pada implementasinya tidak hanya sebatas menyalurkan kepentingan masing-masing kecabangan ketataran yang lebih tinggi namun perlu kepentingan masing-masing kecabangan tersebut mampu disinergikan dan diakomodasi, sehingga sistem perencanaan bottom up planning tetap terwadahi. Sebagai gambaran mekanisme pada aspek perencanaan terpadu ditingkat kecabangan diharapkan telah melibatkan berbagai kecabangan yang terkait. Pengembangan Alutsista akan berimplikasi dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur atau sebaliknya. Tuntutan perubahan zaman juga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan sehingga pada tataran kecabangan yang bersinergi tersebut, mampu memberikan keterpaduan perencanaan, yang selanjutnya dapat diteruskan pada tataran yang lebih tinggi. Ketiga, aspek keterpaduan dalam operasi. Keterpaduan pada aspek operasi, diharapkan sepenuhnya menyinergikan kekuatan kecabangan TNI AD secara optimal, kebiasaan dominasi pada salah satu kecabangan dapatnya dihilangkan. Sinergitas kecabangan menjadi penting artinya dalam mendukung suatu pertempuran. Optimalisasi tugas, peran dan fungsi kekuatan kecabangan TNI AD akan efektif, efisien dan berdaya guna tinggi, berdaya tangkal tinggi serta berdaya tempur tinggi apabila kekuatan kecabangan TNI AD tersebut bersinergi, saling bekerjasama dan saling mendukung secara optimal guna pencapaian tugas pokok TNI AD. Keterpaduan untuk saling mendukung antar kecabangan dalam berbagai operasi militer yang dilaksanakan diharapkan mengedepankan sinergitas kecabangan TNI AD dapat mewujudkan pencapaian tugas yang lebih optimal. Kedepan tidak lagi mengedepankan salah satu kecabangan seperti berbagai pengalaman operasi selama ini yang masih menonjolkan kecabangan tunggal. Selain sinergitas Aspek Kodal. Kodal juga berperan penting dalam pelaksanaan operasi, penerapan kodal yang tepat memungkinkan operasi dapat dikendalikan sesuai dengan rencana
Volume 32 No. 3 September 2012 25

Edisi September Edit.indd 25

01/11/2012 9:09:15

Jurnal Yudhagama
dan terukur. Penyelenggaraan Kodal dalam berbagai operasi peranan Kodal harus bersinergi secara terpadu, keberadaan Puskodal perlu dikembangkan tidak hanya pada kepentingan masa damai. Perlunya dikembangkan suatu sistem kodal terpadu yang akan mampu mengakomodasi sinergitas kekuatan kecabangan TNI AD dalam suatu penyelenggaraan operasi kedepan dalam penyiapan dini pertahanan di darat. Selanjutnya Komunikasi. Sistem, sarana dan prosedur komunikasi belum sama antar kecabangan TNI AD, maupun berbagai satuan yang sampai saat ini terus dikembangkan dalam mensinergikan sarana komunikasi. Konsekuensi logis perwujudan pertahanan di darat yang sedemikian luas perlu didukung sarana komunikasi yang modern dan mampu menjangkau satuan terdepan, dengan sarana satelit menjadi pertimbangan untuk dikembangkan kedepan. Komunikasi yang bersinergi untuk mencegah terjadi kesalahpahaman dalam pelaksanaan berbagai operasi, perlu membangun sistem dan prosedur komunikasi terpadu yang mampu menyinergikan kecabangan TNI AD di seluruh wilayah NKRI. Dan tidak kalah pentingnya adalah Korbantem (Koordinasi Bantuan Tembakan). Korbantem yang ada saat ini dapatnya diimplementasikan secara optimal, sehingga pemahaman terhadap prosedur koordinasi bantuan tembakan pada lingkup kepentingan operasi perlu disinergikan kembali. Perlu memformulasikan kembali prosedur koordinasi bantuan tembakan secara terpadu yang dikembangkan dalam berbagai implementasi pada pola OMP maupun OMSP sesuai dengan perubahan zaman saat ini yang mengedepankan kompleksitas berbagai bentuk ancaman yang bersifat multidimensional. Keempat, aspek keterpaduan dalam pendidikan dan latihan. Sinergitas antar kecabangan perlu dijembatani dengan berbagai aspek keterpaduan guna mewujudkan sinergitas kecabangan sejak dini, sesuai dengan strata kepentingan. Pola pembinaan pendidikan, kursus maupun penataran yang mensinergikan antar kecabangan perlu dikembangkan kembali seperti, Korbantem yang melibatkan berbagai kecabangan, pendidikan yang bersinergi terhadap materi tersebut dapatnya diwadahi. Demikian juga berbagi hal lainnya seperti; pengambilan keputusan militer, komunikasi terpadu dan lain-lain, dapatnya mengedepankan sinergitas kecabangan. Sinergitas kecabangan dapat dipadukan dalam kesinambungan pola pendidikan dan kesinambungan pola pembinaan latihan. Pada kesinambungan pola pendidikan sumber daya manusia prajurit TNI AD yang berkualitas diwujudkan melalui kesinambungan pola pembinaan pendidikan terintegrasi yang mencerminkan sinergitas kecabangan. Pengembangan pendidikan kedepan diharapkan
26 Volume 32 No. 3 September 2012

mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD, sesuai strata pembinaan pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan. Orientasi pola pembinaan pendidikan pada strata taktis dan operasional diharapkan sepenuhnya mentransformasikan lingkup sinergitas kecabangan sesuai porsi pada semua strata pembinaan pendidikan. Pada aspek realitas penyelenggaraan pendidikan yang mencerminkan sinergitas kecabangan baru terselenggara pada tingkat pendidikan pengembangan umum seperti Diklapa dan Seskoad, dengan materi yang mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD. Demikian juga peserta didik yang heterogen diharapkan dapat mewakili kecabangan, sehingga pengetahuan sinergitas kecabangan dalam konteks pertempuran maupun lingkup materi latihan antar kecabangan dapat merata. Pada aspek kelembagaan, perlu pengembangan terhadap Dikbangspes yang mengakomodasikan materi sinergitas kecabangan TNI AD seperti Sus Korbantem, Sus komunikasi terpadu, Sus penyelenggaraan dukungan terpadu, Sus Nikgarlat Ancab dsb, yang berorientasi pada kepentingan penyelenggaraan operasi yang menyinergikan kecabangan TNI AD. Pada Kesinambungan pola pembinaan latihan. Formulasi keterpaduan untuk mewujudkan sinergitas kecabangan merupakan prasyarat utama dan mutlak dalam mewujudkan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD dalam merespon ancaman. Diharapkan implementasinya dapat berkesinambungan dengan pola pembinaan pendidikannya. Perlunya pengembangan siklus pembinaan latihan TNI AD yang mencerminkan sinergitas kecabangan. Kesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan, dapatnya mentransformasikan berbagai kepentingan pada pola OMP dan OMSP yang mensinergikan kecabangan TNI AD. Demikian juga pola pengembangan pembinaan Latihan yang telah diprogramkan sebaiknya tidak lagi seragam, namun lebih mencerminkan kelima model satuan infanteri, demikian juga kemampuan yang ingin dicapai dari kecabangan lainnya. Tipologi satuan merupakan cerminan konstelasi geografis NKRI, sehingga kualifikasi kelima model satuan Infanteri perlu dirancang kembali tuntutan kemampuannya seperti pertempuran kota, hutan gunung dan kepulauan (Ralasuntai). Pengembangan ini secara komprehensif perlu diawali dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur yang berorientasi pada fenomena kekinian. Kelima, aspek keterpaduan dalam penyelenggaraan dukungan. Salah satu aspek yang dapat memenangkan pertempuran dalam peperangan di abad modern adalah adanya sustainability dalam melaksanakan pertempuran. Sustainability tersebut

Edisi September Edit.indd 26

01/11/2012 9:09:15

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


sangat bergantung terhadap kelancaran dukungan kepada satuan yang sedang bertempur. Oleh karena itu dalam memberikan dukungan diperlukan formulasi keterpaduan pada aspek dukungan yang mampu mensinergikan kepentingan kecabangan untuk saling mendukung dan bekerjasama secara optimal. Dukungan untuk salah satu kecabangan, sebaiknya dapat juga digunakan oleh kecabangan yang lain dan sebaliknya, sehingga akan lebih efektif, efisien dan berdaya guna. Pengembangan penyelenggaraan dukungan secara terpadu perlu diorientasikan dengan mengedepankan sinergitas kecabangan. Pelibatan satuan-satuan TNI AD dalam berbagai operasi perdamaian dunia, bantuan kemanusiaan untuk mengatasi bencana alam dan bantuan kemanusiaan lainnya, sebaiknya tetap berorientasi pada sinergitas kecabangan TNI AD akan lebih efektif, efisien dan berdaya guna. Hal tersebut dapat diwujudkan secara optimal apabila didukung dengan kesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan TNI AD kedepan. Keenam, aspek keterpaduan dalam pengadaan Alutsista. Cerminan berbagai aspek keterpaduan tersebut perlu diimplementasikan secara cerdas dan bijak, dalam berbagai kreatifitas dan inovasi baru dan upaya kolektif untuk mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD sebagai prasyarat utama dan mutlak untuk meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan yang merupakan latihan puncak TNI AD. Cerminan kualitas tersebut sebagai wujud kesiapan TNI AD dalam merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman. Dalam mengimplementasikan perwujudan sinergitas kecabangan TNI AD tidak terlepas dari kemampuan Alutsista untuk mampu mewujudkan daya tangkal yang tinggi dalam merespon berbagai bentuk ancaman. Mekanisme pengadaan Alutsista TNI AD dapatnya mencerminkan kepentingan sinergitas kecabangan TNI AD, yang berorientasi pada keleluasaan kepentingan dan kemampuan kecabangan yang diolahyudhakan pada kepentingan taktis dan strategis, selanjutnya dapat diakomodir pada Strata Mabes TNI AD. Modernisasi Alutsista kecabangan perlu disinergikan dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur, sejalan dengan penggelaran kekuatan Alutsista TNI AD akan mencerminkan keterpaduan yang saling mendukung antar kecabangan dalam kepentingan pertempuran. Perwujudan mordenisasi Alutsista TNI AD tidak hanya berorientasi pada kuantitas Alutsista namun tuntutan kemampuan Alutsista tersebut menjadikan penting untuk dipertimbangkan. Dalam pola peperangan modern di abad ke-21 yang mengedepankan teknologi canggih, disamping jumlah Alutsista, maka kemampuan Alutsista tersebut sangat menentukan perimbangan daya tempur relatif. Keterbatasan jumlah Alutsista dapat diimbangi dengan kemampuan Alutsista yang handal, sehingga imbangan daya tempur relatif TNI AD menjadi semakin tinggi. Konstelasi geografis Indonesia sangat beragam dan berbeda antara wilayah/pulau yang satu dengan lainnya. Keberagaman konstelasi geografis tersebut juga berpengaruh terhadap kebutuhan Alutsista yang akan digelar di masing-masing wilayah. Oleh karena itu dalam pengadaan dan penggelaran Alutsista juga perlu dipertimbangkan kesesuaian antara Alutsista dengan kondisi geografis wilayah setempat dan diselaraskan dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur Infanteri serta kualifikasi kelima model satuan Infanteri yang terus dikembangkan. IMPLEMENTASI FORMULASI KETERPADUAN. Respon TNI AD dalam menyikapi berbagai pemikiran tersebut perlunya untuk menata kembali berbagai perangkat lunak seperti; Doktrin, strategi dan taktik yang mencerminkan sinergitas kecabangan, merupakan upaya dalam meningkatkan profesionalitas kecabangan TNI AD. Perwujudan tersebut dapat dijadikan sebagai momentum untuk menyinergikan kembali kecabangan TNI AD secara cerdas dan bijak, melalui kegiatan bersama dalam mendiskusikan kembali action plan keterpaduan kecabangan TNI AD. Kesinambungan modernisasi Alutsista dan pengembangan taktik dan teknik bertempur yang lebih up to date diharapkan mampu merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman. Adapun implementasi formulasi keterpaduan dengan berbagai pertimbangan, meliputi: Pertama, optimalisasi tugas, peran dan fungsi kekuatan kecabangan TNI AD akan efektif, efisien dan berdaya guna tinggi, berdaya tangkal tinggi serta berdaya tempur tinggi apabila kekuatan kecabangan TNI AD tersebut bersinergi, saling bekerjasama dan saling mendukung secara optimal guna pencapaian tugas pokok TNI AD. Kedua, sinergitas kecabangan TNI AD serta modernisasi Alutsista dan pengembangan taktik dan teknik bertempur akan lebih efektif, efesien serta berdayaguna tinggi apabila dapat diwujudkan dalam suatu formulasi keterpaduan yang mencakup; aspek keterpaduan dalam doktrin dan strategi, aspek keterpaduan dalam perencanaan, aspek keterpaduan dalam operasi, aspek keterpaduan dalam pendidikan dan latihan, aspek keterpaduan dalam penyelenggaraan dukungan dan aspek keterpaduan dalam pengadaan Alutsista. Ketiga, modernisasi Alutsista, yang diimbangi dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur serta keterpaduan kekuatan kecabangan yang bersinergi. Kedepan disarankan perlunya didalami kembali dan ditindak lanjuti pada kelompok-kelompok kerja yang terintegrasi dalam
Volume 32 No. 3 September 2012 27

Edisi September Edit.indd 27

01/11/2012 9:09:15

Jurnal Yudhagama

Pembinaan kekuatan TNI AD saat ini perlu mengedepankan formulasi keterpaduan pada aspek perencanaan, aspek operasi, aspek pendidikan dan latihan, aspek penyelenggaraan dukungan serta aspek pengadaan Alutsista, sebagai hal mendasar dalam mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD.
rangka penyempurnaannya secara bertahap. Keempat, saatnya secara bertahap melakukan perubahan dan pembenahan serta pengembangan secara cerdas dan bijak untuk merevisi, mereaktualisasi serta meredifinisi kembali berbagai buku petunjuk TNI AD tentang taktik dan teknik bertempur maupun berbagai perangkat lunak seperti doktrin, strategi dan taktik, yang mengatur tentang cara-cara berperang di darat secara berkesinambungan dengan mengedepankan sinergitas kecabangan TNI AD. KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan menggagas perwujudan formulasi keterpaduan menjadikan penting dalam mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD, yang merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD. Hal tersebut merupakan cerminan perwujudan kekuatan TNI AD yang handal dan mampu merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman. Berbagai aspek keterpaduan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: Pembinaan kekuatan TNI AD saat ini perlu mengedepankan formulasi keterpaduan pada aspek perencanaan, aspek operasi, aspek pendidikan dan latihan, aspek penyelenggaraan dukungan serta aspek pengadaan Alutsista, sebagai hal mendasar dalam mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD. Perwujudan formulasi keterpaduan menjadi sedemikian penting untuk di wujudkan dalam upaya mengakomodasi berbagai kepentingan strategis dari masing-masing kecabangan, sehingga mampu bersinergi dan saling mendukung secara maksimal, efektif, efisien dan berdaya guna. Proses perencanaan merupakan ujung tombak dalam menentukan seluruh program agar keterpaduan masing-masing kecabangan TNI AD dapat terwujud. Mabes TNI AD dalam menentukan kebutuhan pokok minimal tetap mengedepankan sinergitas kecabangan TNI AD. Modernisasi Alutsista secara bertahap dapatnya disinergikan dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur atau
28 Volume 32 No. 3 September 2012

sebaliknya. Kesinambungan antara kepentingan pola pembinaan pendidikan dengan kepentingan pola pembinaan latihan perlu disinergikan kembali, sehingga mampu mewujudkan berbagai aspek keterpaduan kecabangan TNI AD kedepan. Disarankan dalam pembinaan kemampuan TNI AD perlunya Mabes TNI AD merumuskan kembali tentang formulasi keterpaduan yang dikembangkan dalam mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD dengan mengedepankan: Pertama, keterpaduan antara Staf Umum dan Staf Perencana dilaksanakan disemua tingkatan organisasi, mengedepankan sinergitas kekuatan kecabangan TNI AD, yang diolahyudhakan pada berbagai kepentingan. Kedua, dalam setiap pelaksanaan operasi TNI AD pada kepentingan pola OMP maupun OMSP disarankan tetap berorientasi pada sinergitas kecabangan TNI AD mulai dari proses perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran. Ketiga, disarankan untuk merumuskan jenis pendidikan atau kursus yang mensinergikan kecabangan TNI AD sesuai kebutuhan pengembangan operasi darat yang perlu dikoordinasikan dalam menyiapkan komponen pendidikan lainnya. Keempat, dalam penyelenggaraan latihan antar kecabangan TNI AD disarankan perlunya mengembangkan berbagai model pendidikan maupun pembinaan latihan yang mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD, guna membiasakan kerjasama dalam sinergitas kecabangan TNI AD yang perlu dipersiapkan sejak dini kemampuannya dalam rangka meningkatkan kualitas latihan puncak TNI. Footnote: 1 Undang-Undang RI Nomor: 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia pasal 7 hal 74. 2 Sayidiman Suryohadiprojo Letjen TNI ( Purn ) pada buku Si Vis Pacem Para Bellum membangun pertahanan negara yang modern dan efektif PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta 2005 hal 13. 3 Fourth Generation Warfare (4GW) adalah peperangan generasi keempat yang menggunakan semua jaringan yang tersedia; politik,ekonomi, sosial, dan militer untuk menyakinkan keputusan lawan bahwa tujuan strategi mereka tidak dapat dicapai atau terlalu mahal untuk diwujudkan.( Lihat; Letjen TNI (Purn) JS. Prabowo pada kebijakan dan strategi pembinaan TNI AD Tahun 2009 ). 4 Peraturan Menteri Pertahanan Nomor: 16 Tahun 2008 tanggal 10 september 2008 tentang Kebijakan Penyelenggaraan Pertahanan Negara substansi pada Tantangan dan Ancaman Pertahanan Negara. RMA (Revolution in Millitary Affairs) adalah perubahan besar dalam karakter peperangan yang diakibatkan oleh aplikasi inovatif teknologi baru yang dibarengi

Edisi September Edit.indd 28

01/11/2012 9:09:15

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


perubahan dramatis di bidang doktrin, konsep operasi dan organisasi yang mengubah karakter dan penyelenggaraan operasi militer secara mendasar. 5 George Friedman dalam bukunya The Next 100 years, 2009. Esensi yang dikemukakan, meramal bahwa kebangkitan China tahun 2020 akan meneggelamkan dominasi Amerika Serikat di dunia. Kekuatan mliter suatu negara masih mendominasi terhadap kuatnya ekonomi negara tersebut. 6 Letjen TNI (Purn) JS. Prabowo pada Transformasi TNI AD dalam sistem pertahanan Negara RI. Esensi yang di kemukakan antara lain menegaskan bahwa kualitas SDM menjadikan sangat penting artinya untuk di kembangkan melalui pembinaan pendidikan dan pembinaan latihan yang juga berkualitas. 7 Peraturan Presiden RI Nomor: 41 Tahun 2010 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara. 8 Kemenhan RI NO: 23 / 2007 tentang postur pertahanan Negara, esensi pada mendesain perwujudan sinergitas pertahanan militer dengan pertahanan nir militer. Pertahanan militer mengedepankan TNI sebagai komponen utama pertahanan Negara, sedangkan pertahanan nir militer mengedepankan Kementerian RI, LPNK serta instansi lainya.

RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS


I. Data Pokok. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Sumber Pa/Th Jabatan : : : : : : : Mohammad Nasir Mayjen TNI/29050 Dabo Singkep/27-07-1955 Islam Kawin AKABRI/1980 Danpussenif Kodiklat TNI AD B. Luar Negeri. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Australia RRC Singapura Thailand Brazil Korea Selatan : 1984 : 2001 : 2006 : 2007 : 2011 : 2011

II. Pendidikan. A. Dikbangum. 1. 2. 3. 4. 5. AKABRI Sussarcab Inf Diklapa II Seskoad Sesko TNI : 1980 : 1980 : 1990 : 1996 : 2001

IV. Riwayat Jabatan. 1. Danton Brigif-15/KJ II 2. Dankipan B Yonif-320 3. Dankiban Yonif-320 4. Dankipan A Yonif-320 5. Pasi-1/Lidik Yonif-320 6. Kasi-2/Ops Yonif-320 7. Dankipan A Yonif-320 8. PS. Wadanyonif-752 9. Wadanyonif-752 10. Kasdim-1704/Sorong 11. Danyonif-751 12. Pabandya Pam Sinteldam VI/Tpr 13. Kasiops Rem-101/Ant 14. Dandim-1008/TJG 15. Waasops Kasdam VI/Tpr 16. Asops Kasdam XVI/Ptm 17. Danrindam XVI/Ptm 18. Paban-1 Ren Sopsad 19. Danrem-051/Wkt Dam Jaya 20. Irops Itjenad 21. Kadisjas TNI AD 22. Kasdam II/Swj 23. Danpussenif Kodiklat TNI AD

B. Dikbangspes. 1. 2. 3. 4. 5. Sussar Para Susdanki Dik Jocit Susdanyonif Sus Danrem : 1980 : 1983 : 1984 : 1994 : 2006

III. Riwayat Penugasan. A. Dalam Negeri. 1. 2. 3. 4. 5. Ops Tim-Tim Ops Tim-Tim Ops Tim-Tim Ops Tim-Tim Ops Pam Rahwan Papua 6. Ops Pam Rahwan Maluku : 1981 : 1985 : 1986 : 1987 : 1995 : 2003

Volume 32 No. 3 September 2012

29

Edisi September Edit.indd 29

01/11/2012 9:09:15

Jurnal Yudhagama

MEWUJUDKAN KEMAMPUAN BTP KODAM III/SILIWANGI DALAM OPERASI LAWAN INSURJENSI MELALUI LATIHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Oleh : Mayor Jenderal TNI Sonny Widjaya (Pangdam III/Siliwangi) Ancaman negara di dunia saat ini telah bergeser dari perang konvensional/perangantar Negara menjadi krisis dalam negeri yang dapat mengancam kedaulatan dan eksistensi pemerintahannya yang disebabkan adanya isu-isu ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan atau ancaman keamanan non tradisional/non militer sebagaimana telah terjadi di negara-negara Timur Tengah diantaranya Mesir, Libya dan Suriah sehingga munculnya perlawanan bersenjata dari pihak yang berlawanan dengan pemerintah. Dalam lingkup nasional, hakekat ancaman yang menonjol saat ini adalah permasalahan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar, separatis, teroris, radikalisme yang anarkhis, konflik komunal dan bencana alam (Buku Putih Pertahanan Indonesia, Kemenhan RI,
30 Volume 32 No. 3 September 2012

Tahun 2008, hal 18). Masih adanya gerakan separatis seperti di Papua dan Maluku dan juga adanya konflik antar golongan dan kelompok-kelompok masyarakat yang tidak puas terhadap hasil pembangunan, apabila penyelesaiannya tidak dikelola dengan baik maka akan mengancam kedaulatan dan keutuhan NKRI. TNI AD sebagai alat pertahanan matra darat sesuai amanat UU RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, bertugas menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara di darat. Dengan demikian maka TNI AD diharapkan dapat menghadapi setiap pemberontakan bersenjata yang mengancam keutuhan dan kedaulatan NKRI sesuai keputusan politik negara. Pengalaman sejarah telah membuktikan bahwa operasi militer yang dilaksanakan oleh TNI khususnya TNI AD sejak kemerdekaan hingga saat ini adalah Operasi lawan Insurjensi. Namun demikian, hal yang dipelajari, diajarkan dan dilatihkan, justru lebih banyak taktik perang konvensional dibandingkan taktik Operasi Lawan Insurjen. Pengalaman ini menjadi pelajaran penting bagi TNI AD untuk dipertimbangkan dalam rangka membina kesiapan operasional satuan, agar mampu melaksanakan tugas-tugas pertempuran dalam mengatasi insurjen (pemberontakan bersenjata/ separatis) di seluruh wilayah NKRI. Kodam III/Siliwangi selaku Kotama Pembinaan dan Kotama Operasi bersifat kewilayahan merupakan Kompartemen Strategis Matra Darat berkedudukan langsung dibawah Kasad dan Panglima TNI memiliki tugas pokok menyelenggarakan pembinaan teritorial untuk menyiapkan wilayah pertahanan di darat dan

Edisi September Edit.indd 30

01/11/2012 9:09:15

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

Di tingkat pelaku, tingkat kesiapan tempur dan pemahaman tentang penyelesaian tugas secara terintegrasi antar kecabangan dalam suatu operasi belum optimal dan peran unsur satuan Banmin belum optimal.
(RKA). Akibatnya satuan perkuatan yang dilibatkan belum melaksanakan Uji Siap Tempur (UST) sebagai salah satu prasyarat untuk mengikuti latihan antar kecabangan. Pemahaman dasar dari prajurit khususnya satuan Banmin yang biasa melaksanakan kegiatan sebagai unsur pendukung latihan ketika dilibatkan dalam latihan atau melaksanakan latihan bersamasama dan terintegrasi masih sulit merubah mindsetnya. Faktor lain yang juga tidak kalah pentingnya adalah kondisi Alutsista dan kesesuaian dengan daerah operasi yang digunakan, perencanaan anggaran yang belum berorientasi pada kepentingan dan kondisi di setiap Kotama serta program latihan disetiap kecabangan yang belum mengarah kepada kepentingan dengan kecabangan lain dan terbatasnya sarana dan prasarana latihan, latihan BTP dalam OLI secara utuh belum pernah dilaksanakan, penyelenggara satuan teritorial dan intel berdiri sendiri serta keterbatasan kuantitas dan kualitas pelatih. Melalui pengelolaan manajemen latihan yang baik oleh Kodam III/Slw diharapkan dapat melahirkan para perwira yang memilki kompetensi sebagai SPL yang mampu merancang latihan BTP dalam OLI sesuai sasaran yang diinginkan, mampu merubah mindset unsur kecabangan Banmin sebagai bagian dari operasi bukan sebagai unsur pendukung/pelayan dari tugas penyelenggara latihan. Melalui manajemen yang baik diharapkan mampu mewujudkan kemampuan prajurit yang standar sesuai tingkat satuan yang

menjaga keamanan negara di wilayah Kodam III/ Siliwangi. Bertolak dari tugas tersebut guna menghadapi kemungkinan adanya pemberontakan bersenjata di wilayah Kodam III/Siliwangi diperlukan suatu kemampuan tempur yang sinergis yang melibatkan semua kecabangan TNI AD dalam wadah Batalyon Tim Pertempuran (BTP). Perwujudan kemampuan BTP Kodam III/Siliwangi ditentukan melalui sinergitas pembinaan latihan antar kecabangan yang dilaksanakan dengan menggunakan manajemen latihan yang terencana, disiapkan, dilaksanakan dan dapat dievaluasi dengan baik guna menghasilkan kekuatan dan kemampuan tempur untuk melaksanakan operasi tempur, baik pada tingkat strategis maupun taktis, sesuai dengan bentuk dan jenis operasi pada berbagai karakter wilayah tugas. Dalam pelaksanaan latihan BTP Kodam III/Slw TA. 2012 ditemukan adanya persoalan menonjol yaitu belum optimalnya manajemen latihan yang secara khusus tercermin pada hal-hal menonjol selama penyelenggaraan latihan. Perumusan materi latihan belum menggambarkan integrasi antar kecabangan dalam suatu operasi. Kriteria keberhasilan dalam pencapaian sasaran latihan belum terukur. Terbatasnya perwira yang memiliki kecakapan yang tinggi baik pada Nikgarlat maupun materi kecabangan untuk dijadikan sebagai Staf Perancang Latihan (SPL). Di tingkat pelaku, tingkat kesiapan tempur dan pemahaman tentang penyelesaian tugas secara terintegrasi antar kecabangan dalam suatu operasi belum optimal dan peran unsur satuan Banmin belum optimal. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya persoalan tersebut yaitu berawal dari kurangnya koordinasi dalam penyusunan program kerja bidang latihan antara Yonif 320/BP dan satuan perkuatan yang akan dilibatkan dalam BTP, baik ditinjau dari aspek waktu pelaksanaan program maupun materi latihan di tingkat kebijakan dan tingkat operasional pada tahap penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran

Volume 32 No. 3 September 2012

31

Edisi September Edit.indd 31

01/11/2012 9:09:16

Jurnal Yudhagama
terlibat dalam BTP dan telah lulus UST. Hal yang lain adalah bagaimana program latihan BTP dalam OLI yang singkron disesuaikan dengan tugas pokok masing-masing kecabangan dengan berisi materi dan sasaran latihan yang tepat dan terukur. Dalam mewujudkan kemampuan BTP dalam OLI yang handal melalui manajemen latihan yang baik diharapkan adanya standardisasi dalam hal Buku Petunjuk Teknis kecabangan dalam OLI, sinkronisasi program latihan dan anggaran, program kepelatihan untuk setiap kecabangan, peningkatan peran Komandan Satuan dalam penyiapan satuan kecabangan serta tersedianya tenaga pelatih yang profesional. Berkaitan dengan persoalan dan faktor-faktor yang berpengaruh maka perlu adanya pembenahan yang dilaksanakan secara terarah, menyeluruh dan terintegrasi mulai dari tingkat kebijakan sampai dengan tingkat pelaksana. Perencanaan latihan hendaknya dilaksanakan agar dapat mewadahi kepentingan mulai dari tingkat kebijakan sampai dengan tingkat pelaksana yang disusun berdasarkan prosedur Top Down dan Bottom Up (Bujukin tentang Latihan, Kodiklat TNIAD, Tahun 2011, hal 31). Secara Top Down maksudnya Kasad menentukan arah kebijakan dibidang latihan dan selanjutnya Pangdam sesuai dengan tataran kewenangannya, menentukan tema latihan, program latihan yang terintegrasi dalam wadah organisasi tugas BTP dengan materi operasi lawan insurjensi yang akan

Perencanaan latihan hendaknya dilaksanakan agar dapat mewadahi kepentingan mulai dari tingkat kebijakan sampai dengan tingkat pelaksana yang disusun berdasarkan prosedur Top Down dan Bottom Up
dilaksanakan oleh seluruh kecabangan. Bottom Up artinya setiap satuan yang terlibat, dapat mengajukan program latihan untuk mengakomodasi kepentingan di tingkat kebijakan yang menyangkut alokasi waktu, materi dan anggaran latihan berdasarkan hasil evaluasi terhadap tingkat kecakapan prajurit pada pelaksanaan latihan sebelumnya, guna menjamin kesiapan operasional dan mutu tempur satuan tersebut. Perwujudan sinkronisasi program dapat dilaksanakan melalui penataran dan sosialisasi. Penyiapan perwira yang memiliki kompetensi sebagai tim SPL dapat dilaksanakan melalui penataran Nikgarlat secara tersebar di setiap kecabangan dan dilanjutkan secara terpusat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang cara menyelenggarakan latihan antar kecabangan. Kegiatan tersebut ditindaklanjuti dengan latihan dalam satuan di tingkat Kodam dengan lebih menitikberatkan pada kondisi satuan dan daerah

32

Volume 32 No. 3 September 2012

Edisi September Edit.indd 32

01/11/2012 9:09:17

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

latihan serta perkembangan situasi di wilayah Kodam. Selanjutnya penyiapan pelatih dapat dilaksanakan mulai dari tingkat satuan oleh Komandan Satuan sampai dengan tingkat Kodam dengan memberikan pembekalan tentang ilmu kepelatihan dan materi yang akan dilatihkan sesuai dengan materi latihan, dalam operasi lawan insurjen. Ukuran keberhasilan dari penyiapan tim SPL dan Pelatih adalah mencapai tingkat kecakapan menguasai pada bidang ilmu pengetahuan dan mahir dibidang keterampilan. Guna mendukung terselenggaranya latihan sesuai mekanisme dan mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan maka pada proses pengawasan dan pengendalian dilaksanakan baik oleh pejabat Kodam dalam bentuk As/Waslat, peninjauan latihan, pencatatan dan laporan yang dilakukan oleh Pangdam III/Slw, Kasdam III/Slw, para Asisten Kasdam, para Kabalakdam, para Danrem, Danrindam III/Slw dan para Dansat. Selain itu juga dihadiri/ditinjau oleh pejabat latihan dari Kodam Jajaran TNI AD yang akan melaksanakan latihan BTP dan asistensi latihan sesuai fungsi kecabangan seperti dari SUAD, Kodiklat dan Puscabfung. Kegiatan ini tidak hanya dilaksanakan pada latihan puncak, tetapi dilaksanakan dalam setiap pentahapan latihan mulai dari latihan perorangan di setiap kecabangan, sampai dengan latihan puncak BTP. Sementara proses pengendalian latihan dilaksanakan oleh penyelenggara latihan yang dilakukan oleh pejabat pelatih, pengendali, penilai dan pendukung latihan disesuaikan dengan

matriks kegiatan latihan yang telah ditetapkan dalam bentuk Rencana Kegiatan Lapangan (RKL). Untuk dapat melaksanakan kegiatan pengendalian secara optimal maka penunjukan pelatih didasarkan pada tingkat kecakapan yang berkaitan dengan ilmu kepelatihan dan materi yang akan dilatihkan. Untuk meningkatkan kemampuan pelatih maka sebelum pelaksanaan latihan dilaksanakan penataran pelatih yang terprogram dan menjadi bagian dari pentahapan penyelenggaraan latihan BTP. Pada tahap pelaksanaan latihan yang diselenggarakan oleh penyelenggara disesuaikan dengan manajemen operasi dengan rangkaian kegiatan yang meliputi proses perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran sesuai pelaksanaan operasi sebenarnya. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan dan persiapan operasi, yaitu pemberian Prinsiap Pangkoops, pengajuan kebutuhan operasi, pemberian PO Pangkoops, apel gelar kesiapan BTP, latihan pendahuluan, upacara pemberangkatan ke daerah operasi dan pelaksanaan Serpas ke daerah operasi. Pada tahap pelaksanaan operasi disesuaikan dengan rencana kegiatan latihan masing-masing kecabangan. Materi latihan terdiri dari tehnik dan taktik bertempur pada materi operasi lawan insurjensi. Metode latihan yang digunakan pada latihan ini adalah drill tempur. Metoda ini sangat cocok dan praktis untuk dilaksanakan pada tingkat satuan kecil (Bujukin tentang Latihan, Kodiklat TNI-AD, Tahun 2011, hal 23).
Volume 32 No. 3 September 2012 33

Edisi September Edit.indd 33

01/11/2012 9:09:18

Jurnal Yudhagama

Peran pelatih dalam pengendalian dan pengawasan latihan yaitu dengan memberikan koreksi bagaimana jalannya latihan sudah memenuhi kriteria prinsip mutlak yang harus dilaksanakan dan bersifat aplikatif atau tidak, bila tidak prinsip cukup diberikan koreksi secara lisan. Bila salah dan prinsip pelatih mengoreksi/ memberikan pengulangan sampai dengan pelaku mahir melaksanakan. Penciptaan realisme dan pengendalian latihan dilakukan dengan penimbulan situasi melalui peran Bulsi dan RKL (Rencana Kegiatan Latihan) oleh penyelenggara kepada pelaku dengan memanfaatkan peran pelaku sebagai komando atas, samping, dan bawah. Dalam latihan ini, inisiatif pelaku terutama Komandan BTP dan staf mulai tahap perencanaan sampai dengan pengakhiran operasi dapat diakomodasi sebagai bagian dari pengendalian latihan. Agar latihan BTP lebih bernilai strategis maka selain berdaya guna dalam pembinaan kemampuan, dapat juga dimanfaatkan untuk memberikan efek detern terhadap berbagai ancaman keamanan asimetris berupa aksi perompakan, penyelundupan senjata dan bahan peledak, penyelundupan wanita dan anak-anak, imigran gelap, pembalakan liar, pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), narkotika dan obatobat terlarang, perdagangan manusia serta pencurian ikan (Buku Putih Pertahanan Indonesia, Kemenhan RI, Tahun 2008, hal 13). Sehingga diberikan tugas kepada Satgas Intel dan Teritorial untuk mengungkap kasuskasus asimetris yang menonjol di daerah latihan. Hal ini dianggap penting karena telah dilaksanakan oleh Satgas
34 Volume 32 No. 3 September 2012

Intel dan Teritorial pada latihan BTP 320 Kodam III/Slw TA. 2012 yang mampu mengungkap Imigran gelap di kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Kesimpulan yang dapat ditarik sebagai berikut, bahwa hampir semua pertempuran yang dilakukan oleh TNI AD dalam menumpas pemberontakan bersenjata/separatis di dalam negeri dilaksanakan melalui operasi lawan insurjen, untuk itu diperlukan upaya mewujudkan kesiapan operasional satuan agar mampu melaksanakan tugas-tugas pertempuran secara berdaya guna dan berhasil guna. Perwujudan tersebut dilaksanakan dengan membangun kemampuan tempur satuan dengan sistem yang terdiri dari beberapa unsur kecabangan, yang saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan operasional setingkat Batalyon Tim Pertempuran. Kemampuan BTP dapat diwujudkan melalui manajemen latihan yang baik.

Edisi September Edit.indd 34

01/11/2012 9:09:19

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


Guna mewujudkan kemampuan BTP jajaran TNIAD yang handal, maka disarankan beberapa hal antara lain: Pertama, latihan BTP dalam OLI dijadikan program latihan yang distandardisasikan (Proglatsi) dalam lingkungan TNI AD yang dilaksanakan setiap tahun dengan program latihan yang telah distandardisasikan meliputi pedoman penyelenggaraan, waktu, Rangka Pokok Latihan (RPL) dan Acara Latihan (AL) yang dilaksanakan oleh seluruh kecabangan/satuan yang terlibat ditingkat Kodam. Kedua, perlunya penerapan dan modernisasi BMS (Battlefield Management System) dengan membangun sistem komunikasi, informasi dan komando pengendalian serta kemudahan dalam pengambilan keputusan yang terintegrasi sampai dengan unit, seksi/kelompok, regu di lapangan. Demikian tulisan ini dibuat semoga dapat memberikan kontribusi positif dalam rangka penyiapan BTP Kodam III/Slw pada khususnya dan satuan jajaran TNI AD pada umumnya guna menghadapi setiap kemungkinan adanya Insurjen yang mengancam keutuhan NKRI. Daftar Pustaka 1. Buku Strategi Pertahanan Negara, Kemenhan (2007). 2. Bujuk Induk tentang Latihan, Mabes TNI AD (2011). 3. Buku Kodam Sebagai Kompartemen Strategis Pertahanan Negara, Mabes TNI AD (2003). 4. Buku Pedoman BTP dalam Taktik OLI , Kodiklat TNIAD (2010).

RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS


I. Data Pokok. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Sumber Pa/Th Jabatan : : : : : : : Sonny Widjaya Mayjen TNI/ Klaten/01-01-1958 Islam Kawin AKABRI/1982 Pangdam III/Siliwangi B. Luar Negeri. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Australia Malaysia Australia Philipina Pakistan Philipina : 1985 : 1987 : 1993 : 1994 : 1996 : 2002

II. Pendidikan. A. Dikbangum. 1. 2. 3. 4. 5. 6. AKABRI Sussarcabif Diklapa I Inf Diklapa II Inf Sesko Pakistan Sesko TNI : 1982 : 1981 : 1986 : 1992 : 1998 : 2002

IV. Riwayat Jabatan. 1. Danton, Danki B Yonif-623/Bwu 2. Danki A, Dankiban, Kasi-2/Ops Yonif -712/Hd 3. Kasiorg Staf Depstaf Pusdikif 4. Pabandya Rendikjar Seskoad 5. Danyonif-406/CK 6. Dandim-0724/BYL 7. Kasrem-074/Wrt 8. Aslog Kasdam IM 9. Aslog Kasdam IV/Dip 10. Koorspri Kasad 11. Danrem-052/Wkr 12. Pamen Sahli Panglima TNI 13. Dandenma Mabes TNI 14. Dirdok Kodiklat TNI 15. Aslog Kasad 16. Pangdam III/Slw

B. Dikbangspes. 1. 2. 3. 4. Sussarpara Susjurnubika Susstafyon Susbhs Inggris : 1981 : 1983 : 1988 : 1993

III. Riwayat Penugasan. A. Dalam Negeri. 1. Ops Tim-Tim 2. Ops Irja 3. Ops Tim-Tim : 1983 : 1990 : 1999

Volume 32 No. 3 September 2012

35

Edisi September Edit.indd 35

01/11/2012 9:09:19

Jurnal Yudhagama

KONSEPSI PEMBINAAN LATIHAN YONIF RAIDER UNTUK MENJAWAB TANTANGAN TUGAS MASA DEPAN
karakteristik geografi Indonesia sangat dibutuhkan dalam keberhasilan operasi. Kondisi geografis itu dapat dikelompokkan menjadi seperti berikut: Hutan. Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Sedangkan pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Berdasarkan perbedaan iklim, Indonesia memiliki hutan gambut, hutan hujan tropis, dan hutan muson. Selain itu juga berdasarkan sifat tanah, jenis hutan di Indonesia mencakup hutan pantai, hutan mangrove, dan hutan rawa. Hingga tahun 2010, tercatat bahwa luas hutan di Indonesia sebesar 68% dari luas keseluruhan daratan Indonesia. Gunung. Gunung adalah besar bentuk lahan yang membentang di atas tanah sekitarnya di lahan terbatas biasanya dalam bentuk puncaknya. Sebuah gunung umumnya lebih curam daripada bukit. Karakteristik pegunungan yang ada di wilayah Indonesia pada umumnya bervariasi diantaranya pada ketinggian tertentu, pohon tidak bisa tumbuh, dan apa pun yang hidup dapat hadir akan dari alpine tipe, menyerupai tundra. Pada daerah dengan iklim kering, kecenderungan gunung untuk memiliki curah hujan yang tinggi serta suhu yang lebih rendah serta memiliki perbedaan flora dan fauna. Untuk Indonesia sendiri memiliki 400 pegunungan serta 130 gunung berapi. Pemukiman/perkotaan. Pemukiman/perkotaan merupakan salah satu bentuk lahan yang terdiri dari bangunan berupa perumahan, gedung serta memiliki penduduk. Dan kemungkinan kedepannya pemukiman di Indonesia akan semakin berkembang. Rawa, sungai dan pantai. Rawa adalah lahan basah dengan beberapa banjir areal tanah oleh badan air dangkal. Sungai adalah air yang mengalir, biasanya air tawar yang mengalir menuju laut, danau terbentuk karena hujan atau kumpulan dari beberapa mata air. Sedangkan pantai adalah geologi bentuk lahan di sepanjang garis pantai dari laut atau danau. Pada dasarnya rawa, sungai dan pantai memiliki karakteristik

Oleh : Mayor Jenderal TNI Harry Purdianto, S.IP., M.Sc. (Kas Kostrad) PENDAHULUAN. Kebijakan pertahanan negara sesuai dengan Pasal 7 Undang-undang nomor 34 tahun 2004 tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Tugas pokok tersebut dilaksanakan dengan Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Mengacu pada tugas-tugas Operasi Militer Selain Perang yang tercantum dalam pasal tersebut, kemungkinan ruang operasi dominan adalah wilayah NRKI itu sendiri. Salah satu faktor dominan yang menjadi tantangan tugas di wilayah Indonesia adalah variasi medan dan kondisi iklim di Indonesia. Pengenalan tentang
36 Volume 32 No. 3 September 2012

Edisi September Edit.indd 36

01/11/2012 9:09:20

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


medan yang relatif sama. Di Indonesia tercatat luas rawa 33.393.570 Ha, sungai ada 5.950 DAS serta panjang garis pantai di Indonesia 81.000 km. Berdasarkan pemahaman tersebut, penangkalan terhadap setiap bentuk ancaman tidak lepas dari pemahaman tentang karakteristik geografi dan kondisi iklim di Indonesia. Oleh karenanya, bentuk satuan pemukul yang disiapkan juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan berbagi macam operasi taktis di segala bentuk medan dan cuaca yang ada di Indonesia. Adapaun bentuk satuan pemukul yang memiliki kemampuan tersebut salah satunya adalah Yonif Raider. Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Kasad Nomor Kep/10/IV/2006, menyebutkan bahwa tugas pokok Satuan Raider adalah melaksanakan pertempuran di darat dan tugas lain yang diperintahkan oleh Komando Atas. Sehingga Raider adalah salah satu satuan yang akan melaksanakan pertempuran darat dalam ruang dan waktu yang telah ditentukan. Lebih lanjut, definisi pertempuran di darat itu sendiri adalah segala bentuk pertempuran yang dilakukan di daratan dalam berbagai dimensi medan yang berupa pegunungan, hutan, pemukiman, rawa, sungai dan pantai. Dihadapkan pada tuntutan tugas tersebut, maka penulis mencoba menyajikan pokok bahasan tentang Bagaimana Konsepsi Pembinaan Kemampuan Yonif Raider Untuk Menjawab Tantangan Tugas Masa Depan. Secara simultan penulis uraikan pokok pembahasan tersebut di atas dalam ulasan bagaimana pembinaan latihan Yonif Raider saat ini apakah sesuai dengan tantangan tugas yang dihadapi ? serta hal-hal apa sajakah yang menjadi kendala dalam pembinaan latihan Yonif Raider yang dihadapkan dengan tantangan tugas saat ini ?. PERMASALAHAN LATIHAN. Perlu kita ketahui bahwa sistem penyusunan program latihan standarisasi Yonif Raider saat ini yang mekanismenya berupa Top Down dan Bottom Up telah cukup banyak memuat materi-materi program latihan, namun implementasinya belum dapat mewadahi materi-materi pendukung didalam program. Sistematika penyusunan materi disusun secara global dan disamaratakan antara Yonif Raider, Yonif Linud serta Batalyon Infanteri ringan dengan mengesampingkan peran, fungsi dan tugas batalyon. Program latihan Yonif Raider tahun 2012 dilaksanakan mulai latihan tingkat perorangan sampai latihan tingkat batalyon, yaitu diawali dengan latihan perorangan diakhiri UTP Umum, tingkat regu diakhiri UST Tk. Ru, tingkat peleton diakhiri UST Tk. Ton, kompi yang diakhiri UST Tk. Ki, latihan pemeliharaan kemampuan Raider, latihan pemantapan Raider, Lattis/ nis Tk. Batalyon, Gladi Posko I dan Gladi Posko II. Adapaun siklus latihan Yonif Raider yang dilaksanakan saat ini dapat diuraikan sebagai berikut: Pada latihan perorangan, dilaksanakan dalam waktu 9 minggu dengan materi sesuai dengan BPUP 1-7. Latihan tingkat regu dilaksanakan dalam waktu 6 minggu dengan materi operasi lawan insurjensi yang didalamnya terdapat materi Wandangran, patroli keamanan, Wandang jalan kaki, penghadangan, patroli penyergapan, pertempuran perjumpaan, teknik memasuki daerah penyelaman, dan pengepungan serta penggeledahan rumah. Latihan tingkat peleton dilaksnakan dalam waktu 6 minggu dengan materi operasi lawan insurjensi. Latihan tingkat kompi dilaksanakan dalam waktu 3 minggu dengan materi operasi lawan insurjensi. Latihan tingkat batalyon dilaksanakan selama 3 minggu dengan materi operasi pertahanan dan serangan. Selain latihan tersebut, dilaksanakan juga latihan menembak senjata ringan dan kelompok. Selanjutnya latihan pemeliharaan kemampuan Raider dilaksanakan dalam waktu 3 minggu pada triwulan kedua dengan materi Teknis PJD, teknis
Volume 32 No. 3 September 2012 37

Edisi September Edit.indd 37

01/11/2012 9:09:21

Jurnal Yudhagama

serbuan dalam ruangan, teknis airlift/muatan udara, teknis KSPT, teknis Ralasuntai, teknis demolisi, teknis raid baswan/penghancuran, teknis operasi Mobud, menembak reaksi, menembak dari helikopter, ilmu medan, survival, sanjak, Dispur, dan Intelpur. Latihan terakhir yang dilaksanakan adalah latihan pemantapan raider selama 2 minggu pada triwulan keempat dengan materi sama dengan materi pada latihan pemeliharaan. Dari uraian diatas, dapat digambarkan bahwa alokasi waktu latihan materi ke-Raider-an sangat kurang apabila dibandingkan dengan alokasi waktu latihan materi ke-Infanteri-an. Untuk latihan materi keInfanteri-an dilaksanakan selama 27 minggu, sedangkan materi Raider hanya dilaksanakan selama 5 minggu. Secara persentase, latihan untuk materi infanteri reguler mencapai 84,4% sedangkan sisanya sebanyak 15,6% untuk latihan khusus materi Raider. Ditambah latihan penanggulangan teror yang dilaksanakan oleh 50 orang anggota Raider yang memiliki kualifikasi Gultor yang ada di setiap Yonif Radier pada triwulan III. Kita ketahui untuk membentuk kemampuan seorang prajurit yang terampil dan handal harus melalui latihan yang bertahap, bertingkat dan berlanjut. Namun, implementasinya dalam satun Yonif Raider yang memfokuskan pada pembinaan kemampuan Raider tidak bertahap, bertingkat dan berlanjut. Hal tersebut dapat dilihat pada siklus latihan Yonif Raider saat ini yang kurang memberikan porsi latihan dalam kemampuan perorangan sebagai prajurit Raider bila dibandingkan dengan pembinaan kemampuan ke38 Volume 32 No. 3 September 2012

Infanteri-an yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip pelaksanaan latihan. Secara sederhana, pelaksanaan latihan Raider memberikan kesan terputus pada proses pembinaannya dalam 1 tahun anggaran. Disisi lain dalam hal piranti lunak, belum adanya pedoman tentang pembinaan latihan Yonif Raider berupa Buku petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Latihan Raider yang menjelaskan bentuk-bentuk latihan, namun materi-materi yang harus dilatihkan, menimbulkan keterbatasan dalam melaksanakan pembinaan. Lain halnya dengan materi ke-Infanteri-an yang sudah memiliki pedoman latihan tetap dalam 1 tahun anggaran. TANTANGAN ORGANISASIONAL. Catatan sejarah perjuangan bangsa Indonesia menyebutkan bahwa bangsa ini telah melalui erbagai macam peristiwa pemberontakan dan aktivitas kelompok bersenjata yang bertujuan untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia serta mengancam kedaultan dan keutuhan negara hingga saat ini. Beberapa trouble spot yang masih relevan menjadi perhatian negara adalah Atambua, Aceh, Ambon, Papua dan daerah perbatasan. Dihadapkan dengan tuntutan tugas, Yonif Raider harus mampu diterjunkan di segala situasi dan bentuk medan. Salah satu faktor penentu keberhasilan adalah sistem pengorganisasian yang baik dan efektif. Mencermati organisasi satuan Yonif Raider saat ini yang dihadapkan kepada tantangan tugas saat ini dan akan

Edisi September Edit.indd 38

01/11/2012 9:09:22

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


Tabel 1
32.112.603 (747) YONIF

MAYON 8.-.- (8)

KIMA 5.36.135 (176)

KI RALASUNTAI 5.18.114 (137)

KI MOBUD 5.20.122 (147)

KI HUTAN GUNUNG 5.19.118 (143)

KI GULTOR 4.19.114 (137)

Struktur organisasi Yonif Raider yang diharapkan datang, maka penulis menilai bahwa organisasi Yonif Raider kurang optimal. Pada akhirnya kemampuankemampuan khusus yang dimiliki prajurit Yonif Raider akan menjadi tumpul dikarenakan terhalang akan organisasi yang berkiblat kepada TOP Yonif. Maka dalam tulisan ini penulis mencoba suatu konsep organisasi yang dapat mewadahi kemampuan khusus dari Yonif Raider. Tingginya tuntutan tugas dan harapan pada Yonif raider, mendorong perlunya validasi organisasi agar satuan ini menjadi lebih profesional, efektif, efeisien, dan modern. Sadar akan kondisi negara saat ini maka diperlukan organisasi yang realistis, kenyal serta khusus dengan tetap mengedepankan pemahaman untuk tidak merevisi jumlah personel dan materiil yang telah dimiliki Yonif Raider saat ini. Adapaun konsep organisasi Yonif Raider yang penulis harapkan meliputi markas batalyon dan 5 kompi, yang terdiri dari markas batalyon, kompi markas, kompi penanggulangan teror, kompi mobil udara, kompi hutan gunung dan kompi rawa, laut, sungai dan pantai. (dapat dilihat di Tabel 1). Mayon, tidak ada perubahan dari TOP ROI-95 pada markas batalyon, yaitu terdiri dari Komandan Batalyon, Wakil Komandan Batalyon, Perwira Staf Intelijen, Operasi, Personel dan Logistik, Perwira Pembinaan Tabel 2 Mental serta Dokter Batalyon. Kompi Markas secara umum tidak ada perubahan dari TOP ROI-95, perubahan hanya terdapat pada bertambahnya jumlah provoost dari 4 (empat) personel menjadi 10 (sepuluh) personel. Hal ini diperlukan, karena pada kenyataannya empat orang personel provoost tidak cukup mampu untuk melaksanakan tugas menjaga keamanan dan ketertiban di satuan. Untuk mengatasi kekurangan ini umumnya disiasati dengan cara mengambil satu personel di masing-masing kompi untuk menambah jumlah kekuatan provoost. Struktur Kompi Markas dapat dilihat pada Tabel 2. Kompi penanggulangan teror (Gultor). tidak terdapat dalam organisasi Yonif Raider TOP ROI-95, tetapi kenyataannya setiap Yonif Raider mempunyai 50 (lima puluh) personel yang dilatih untuk menghadapi tugas penanggulangan teror. Unutk mewadahi tuntutan tugas ini maka organisasi kompi Gultor sebaiknya terdiri dari personel dan satuan yang memiliki berbagai keahlian (spesialisasi) yang mampu menjawab kebutuhan berdasarkan kemampuan yang diperlukan secara lebih fleksibel. Kompi Gultor terdiri dari 1 Pokkoki, 2 tim aksi khusus, dan 1 tim bantuan aksi khusus. Struktur organisasi kompi Gultor sebagai dapat dilihat pada Tabel 3.

5.36.135 (176) KIMA

POKKO 1.4.9 (14)

SI MA -.2.14 (16)

TON PIMU 1.4.20 (25)

TON KOM 1.5.22 (28)

SI INTEL -.5.16 (21)

SI MIN -.4.4 (8)

SI WAT -.4.5 (9)

TON KES 1.5.22 (28)

TON ANGK 1.2.14 (17)

RU PROV -.1.9 (10)

Volume 32 No. 3 September 2012

39

Edisi September Edit.indd 39

01/11/2012 9:09:22

Jurnal Yudhagama
Tabel 3
4.19.114 (137) KI GULTOR

POKKO 1.4.11 (16)

TIM AKSUS 1.5.32 (38) x 2

TIM BAN AKSUS 1.5.39 (45)

POKKO 1.2.7 (10)

UNIT BAKDUK -.1.9 (10)

POKKO 1.2.5 (8)

SANDHA -1.8 (9)

UNIT DAKIBU -.1.4 (5)

UNIT PJD -.1.9 (10)

CAKRA -.1.14 (15)

DEMOLISI -.1.8 (12)

Mobil udara merupakan salah satu spesialisasi yang dimiliki oleh Yonif Raider, tetapi nyatanya saat ini kemampuan ini hanya dimiliki oleh perorangan bukan satuan. Karena TNI AD belum memiliki Squadron Hellycopter yang mampu mengangkut satu batalyon untuk melaksanakan operasi Mobud, dengan demikian untuk lebih realistis maka setiap anggota wajib berkualifikasi Mobud, tetapi hanya kompi Mobud yang mahir dan dapat digerakkan dalam hubungan satuan. Kompi Mobud ini terdiri dari 1 Pokkoki, 1 Peleton Mobil Udara, 1 Peleton Bantuan, dan 2 peleton Senapan. Struktur organisasi kompi Mobud dapat dlihat pada Tabel 4.

Mengingat medan di Indonesia yang cukup bervariasi dan sebagian besar masih berupa hutan dan pegunungan, Yonif Raider perlu memiliki satuan yang memiliki keahlian untuk melaksanakan pertempuran di hutan gunung. Sebenarnya tidak ada yang asing dengan kemampuan bertempur di hutan gunung ini, karena selama ini materi latihan yang menunjang operasi di daerah ini telah lama dilatihkan, yaitu Nik Sanjak, mountaineering (pendaki serbu), gerilya, Opswanger, patroli dan OLI. Kompi hutan gunung terdiri dari 1 Pokkoki, 1 peleton bantuan, 1 peleton pendaki serbu, 1 peleton taktik perang hutan, dan 1 peleton Sanjak. Struktur organisasi kompi hutan gunung dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4

5.20.122 (147) KI MOBUD

POKKO 1.4.11 (16)

TON BANT 1.3.15 (19)

TON MOBUD 1.6.31 (38)

TON PAN 1.4.32 (37) X 2

POKKO 1.1.1 (3)

RU MORRI -.1.8 (9)

POKKO 1.1.5 (7)

RU PAN -.1.9 (10) X 3

RU SMR -.1.6 (7) POKKO 1.2.5 (8) RU PENDARAT -.1.9 (10) X 2 RU PANDU UDARA -.1.9 (10)

40

Volume 32 No. 3 September 2012

Edisi September Edit.indd 40

01/11/2012 9:09:23

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


Tabel 5
5.19.118 (143) KI HUTAN GUNUNG

POKKO 1.4.11 (16)

TON BANT 1.3.15 (19)

TON DAKIBU 1.5.32 (38)

TON TIK PUR HUTAN 1.4.32 (37) x 2

TON SANJAK 1.4.28 (33)

POKKO 1.1.1 (3)

RU MORRI -.1.8 (9) POKKO 1.1.5 (7) RU SMR -.1.6 (7) POKKO 1.1.6 (8) RU PENDAKI -.1.9 (10) x 2 POKKO 1.1.1 (3) RU PERINTIS -.1.9 (10) RU PAN -.1.9 (10) x 3

RU PERINTIS -.1.9 (10)

RU PENJEJAK -.1.9 (10) x 2

Negara kita merupakan negara kepualauan dengan 17.504 buah pulau, untuk mempertahankannya tidak diragukan lagi Yonif Raider harus memiliki kemampuan untuk bertempur di wilayah rawa, laut, sungai dan pantai untuk mempertahankannya. Maka perlu dibuatkan Kompi Ralasuntai ini terdiri dari 1 Pokkoki, 1 peleton bantuan, 1 peleton pendarat, 1 peleton taktik pendarat, dan 1 peleton scuba. Struktur organisasi kompi Ralasuntai dapat dilihat pada Tabel 6. Latihan. Dihadapkan dengan organisasi di atas maka diharapkan adanya perubahan latihan Yonif Raider. Seorang prajurit akan jauh lebih menguasai beberapa materi latihan yang menjadi spesialisasinya daripada diberi banyak materi latihan namun hanya kulitnya saja. Kemampuan prajurit yang bersifat umum jauh lebih efektif apabila dimiliki oleh prajurit yang diproyeksikan untuk melaksanakan tugas-tugas taktis dalam operasi serangan dan pertahanan. Lain halnya dengan pasukan yang bergerak dalam kelompok kecil, melaksanakan tugas jauh dari satuan induknya dan memiliki kemampuan melaksanakan operasi berdiri sendiri seperti halnya Raider. Ia harus memiliki kemampuan yang lebih tinggi kualitasnya dari prajurit Yonif, hal ini dapat dilakukan apabila prajurit dilatih untuk menguasai materi latihan yang lebih spesifik atau berdasarkan

spesialisasinya sehingga mahir dibidangnya. Setiap prajurit memiliki spesialisasi tersendiri dengan organisasi yang mengarah pada kekhususan tugasnya. Spesialisasi prajurit ini juga memudahkan satuan dalam membentuk satuan tugas, organisasi akan lebih fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan kemampuan dalam menghadapi pertempuran yang irreguler baik dalam melaksanakan operasi mengatasi pemberontakan bersenjata maupun operasi mengatasi gerakan seperatisme bersenjata. Latihan yang dilandasi kemampuan spesialisasi ini juga berpengaruh terhadap Proglatsi Yonif Raider, namun ini pun tidak menjadi kendala yang berarti. Demikian juga pengaruhnya terhadap siklus latihan tentunya disesuaikan dengan Proglatsi yang dibuat. Kedua hal ini dapat digambarkan pada Tabel 7. Meskipun perubahan yang mengarah pada spesialisasi kemampuan prajurit/perorangan dan satuan ini berdampak pada validasi oragnisasi yang lebih fleksibel diarahkan pada proyeksi penugasannya atau dengan kata lain unsur-unsur dalam organisasi ini dibentuk berdasarkan kemampuan satuan yang diharapkan. Dengan demikian kemampuan spesialisasi yang dimiliki oleh prajurit dan satuan dapat ditingkatkan dan dipelihara dalam suatu Proglatsi Yonif Raider yang disusun dalam siklus latihan yang sesuai.
Volume 32 No. 3 September 2012 41

Edisi September Edit.indd 41

01/11/2012 9:09:23

Jurnal Yudhagama
Tabel 6
5.18.114 (137) KI RALASUNTAI

POKKO 1.4.11 (16)

TON BANT 1.3.15 (19)

TON PENDARAT 1.4.32 (37)

TON TIK PANTAI 1.4.32 (37)

TON SCUBA 1.3.22 (28)

POKKO 1.1.1 (3)

RU MORRI -.1.8 (9) POKKO 1.1.5 (7) RU SMR -.1.6 (7) POKKO 1.1.5 (7) RU LCR -.1.9 (10) RU PERINTIS -.1.9 (10) x 2 POKKO 1.1.6 (8) RU SCUBA -.1.9 (10) RU DBA -.1.9 (10) RU PAN -.1.9 (10) x 3

PENUTUP. Dari seluruh uraian di atas, dapat kami simpulkan bahwa: pertama, pembinaan latihan Yonif Raider saat ini kurang memenuhi standar guna menjawab tantangan tugas yang dihadapi. Hal ini disebabkan karena sistem penyususnan program latihan standarisasi Yonif raider yang mekanismenya berupa Top Down dan Bottom Up, belum dapat mewadahi materi-materi pendukung didalam program. Sistematika penyusunan materi masih disusun secara global dan menyamaratakan antara Yonif Raider, Yonif Linud serta Batalyon Infanteri reguler. Kedua, hal-hal yang menjadi kendala dalam pembinaan latihan Yonif raider dihadapkan dengan tantangan tugas saat ini adalah: 1) Alokasi waktu latihan materi keraider-an sangat kurang apabila dibandingkan dengan alokasi waktu latihan materi ke-infanteri-an. Dalam hitungan persentase, latihan untuk materi ke-infanterian mencapai 84,4% sedangkan sisanya sebanyak 15,5% untuk latihan khusus materi Raider dimana belum termasuk materi Sandha Gultor didalamnya; 2) Pembinaan kemampuan Raider yang dilaksanakan belum memenuhi kaidah pentahapan latihan yang bertahap, bertingkat dan berlanjut. Hal tersebut dapat dilihat pada siklus latihan Yonif Raider saat ini yang terkesan terputus atau tidak berkesinambungan; 3) Keterbatasan dalam pelaksanaan pembinaan latihan dikarenakan masih belum adanya pedoman
42 Volume 32 No. 3 September 2012

tentang pembinaan latihan Yonif Raider berupa Buku Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan latihan Raider yang menjelaskan bentuk-bentuk latihan, maupun materimateri yang harus dilatihkan; 4) Tingginya tingkat ancaman dan potensi konflik di Indonesia, mendorong perlunya memiliki satuan yang profesional, efektif, efisien dan modern guna dijadikan penindak dalam penyelesaian konflik. Menjawab tantangan tugas ini, satuan Yonif Raider memerlukan penyesuaian dalam segi struktur organisasi. Berangkat dari kesimpulan di atas, penulis menyarankan beberapa hal guna menjawab realita tersebut. 1) Penyusunan piranti lunak berupa Bujuklak Binlat Yonif Raider sebagai pedoman dan sumber referensi dalam upaya merealisasikan latihan yang bertahap, bertingkat dan berlanjut dengan titik berat pada materi ke-raider-an serta materi Sandha Gultor; 2) Mengkaji dan memepertimbangkan akan kebutuhan validasi orgas Yonif Raider yang saat ini masih mengacu pada TOP ROI 95 dan dirasakan kurang efektif, fleksibel, serta lawas. Sehingga diharapkan satuan Yonif Raider lebih mampu mengoptimalkan perannya dalam setiap misi operasi. Demikianlah essay tentang konsepsi pembinaan Yonif Raider untuk menjawab tantangan tugas masa depan, semoga dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Komano Atas dalam menentukan kebijakan selanjutnya.

Edisi September Edit.indd 42

01/11/2012 9:09:23

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


Tabel 7

Lator Spes Lator Spes Lator Umum Lator Spes Lator Spes Latsat Umum

Latsat Spes Latsat Spes Latsat Spes Latsat Spes

RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS


I. Data Pokok. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Sumber Pa/Th Jabatan : : : : : : : Harry Purdianto, SIP.,M.Sc. Mayjen TNI/ Kawin AKABRI/1981 Kas Kostrad III. Riwayat Penugasan. A. Dalam Negeri. 1. 2. 3. 4. Ops Tim-Tim Ops Armada Jaya Ops Pamtas NTT-RDTL Tim Inves Timika

B. Luar Negeri. 1. 2. 3. 4. Singapura Korea Selatan Malaysia Jepang

II. Pendidikan. A. Dikbangum. 1. 2. 3. 4. 5. 6. AKABRI Sussarcabif Diklapa Seskoad Sesko TNI Lemhannas : 1981 : : 1990 : 1995 : 2002 : 2008

IV. Riwayat Jabatan. 1. Danton, Kasi & Danki Yonif-514 2. Kasi Ops Brigif-9/2 Kostrad 3. Wadan Yonif-741/IX/Udy 4. Kasdim-1609/163/WSA 5. Danyonif-403/072//IV/Dip 6. Danyonif-401/IV/Dip 7. Dandim-0732/Sleman/Dip 8. Waasops Kasdam IV/Dip 9. Danbrigif-9/2 Kostrad 10. Aspers Kasdam VI/Tpr 11. Danrindam VII/Wrb 12. Danrem-064/III/Slw 13. Paban I/Renspersad 14. Irpers Itjenad 15. Kasdiv-2 Kostrad 16. Kasdam II/Swj 17. Pangdivif-1 Kostrad 18. Kas Kostrad

B. Dikbangspes. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Sussarpara Susdankipan Tar Intelstrat Suspa Binlatsat Airbone Skuba Susdanrem KSPS

Volume 32 No. 3 September 2012

43

Edisi September Edit.indd 43

01/11/2012 9:09:23

Jurnal Yudhagama

PERAN DAN UPAYA DITZIAD DALAM RANGKA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBINAAN LATIHAN TNI AD

Oleh : Brigadir Jenderal TNI Zainal Arifin, S.IP (Dirziad)

Tentara profesional adalah tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan hukum internasional yang telah diratifikasi.

PENDAHULUAN. Sejalan dengan bergulirnya reformasi internal di tubuh TNI, peningkatan profesionalisme prajurit menjadi hal utama dan menjadi prioritas yang harus dilaksanakan oleh TNI AD sehingga terwujud postur TNI AD yang akan bisa memberikan efek penggentar (detterent) bagi musuh dan lawan. Peningkatan profesionalisme prajurit tersebut dapat dilaksanakan melalui metode pendidikan, latihan, dan penugasan. Sangatlah tepat apabila Pimpinan TNI AD mencanangkan tahun 2012 sebagai Tahun Latihan bagi TNI AD. Kebijaksanaan tersebut merupakan salah satu upaya akselerasi pencapaian profesionalisme prajurit melalui peningkatan kualitas latihan. Bidang latihan benar-benar mendapatkan atensi yang besar, di make over total untuk mendapatkan outcome latihan yang berkualitas tinggi. Latihanpun direncanakan dan didesign serta didukung dengan anggaran latihan yang dinaikkan secara signifikan dari tahun sebelumnya. Perencanaan latihan di tingkat pusat sudah semaksimal mungkin dilaksanakan oleh Komando Atas, tinggal bagaimana aplikasinya di lapangan apakah bisa memenuhi target dan harapan yang ditetapkan. Bola panas telah digulirkan. Sekarang giliran satuan pelaksana latihan dan pihak yang terkait dengan pembinaan latihan di jajaran Angkatan Darat termasuk diantaranya Direktorat Zeni TNI AD (Ditziad) harus segera menjawab tantangan tersebut dengan berbuat dan berperan aktif menyukseskan program tersebut melalui peningkatan kualitas pembinaan latihan. Hal tersebut perlu disikapi dengan melaksanakan manajemen yang baik dalam menggunakan anggaran dan komitmen yang tinggi dari para komandan satuan untuk dapat melaksanakan latihan dengan baik. Pembinaan Latihan di satuan diarahkan pertama, untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan latihan yang telah dicapai sebelumnya; kedua, melaksanakan tugas sesuai dengan tingkat kontijensi baik OMP maupun OMSP; ketiga, melaksanakan program latihan berstandar Internasional/UN (United Nation) pada level kerjasama latihan dengan negara-negara lain

44

Volume 32 No. 3 September 2012

Edisi September Edit.indd 44

01/11/2012 9:09:23

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


sesuai dengan SOP (Standar Operational Procedure) yang telah dikeluarkan oleh UN (Interoperability). Pembinaan latihan pada dasarnya merupakan kegiatan manajemen latihan yaitu pengelolaan sumber daya latihan/komponen latihan yang meliputi manusia, Sarpras, Alpal, Penak dan anggaran melalui kegiatan pemrogaman, pengorganisasian, pelaksanaan latihan, pengawasan, pencatatan, pelaporan dan evaluasi latihan Ditziad sebagai Balakpus di tingkat Mabesad bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi Zeni serta membina kesiapan operasional Satuan Zeni terpusat dalam rangka mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas Angkatan Darat dan TNI. Fungsi Zeni yang diselenggarakan yaitu mobility, counter mobility dan survavibility. Fungsi mobility dilaksanakan untuk memperlancar gerak maju pasukan sendiri dengan penyelenggaraan penyelidikan Zeni (Lidikzi), Jihandak dan penyeberangan sungai. Fungsi counter mobility dilaksanakan untuk menghambat gerak maju/ usaha musuh dengan pemasangan rintangan dan melaksanakan destruksi terhadap obyek yang dapat dimanfaatkan musuh. Sedangkan fungsi survavibility dilaksanakan untuk menjamin kelangsungan hidup satuan yang dibantu dengan menyelenggarakan bantuan penyediaan kontruksi, samaran, perbekalan air dan listrik serta Nubika. PERAN DITZIAD DALAM EFEKTIVITAS PEMBINAAN LATIHAN. Pembinaan latihan yang telah dilaksanakan oleh Ditziad berpedoman kepada Program Kerja dan Anggaran Ditziad khususnya bidang Latihan. Pembinaan Latihan tersebut menggunakan sistem pertama, Pemrograman Latihan, kedua, Penyelenggaraan Latihan, ketiga, Asistensi, Pengawasan dan Pengendalian Latihan, serta keempat, Sarana dan Prasarana Latihan. Peran Ditziad Dalam Pemrograman Latihan. Peran Ditziad dalam Pemrograman Latihan antara lain: Pertama, Merumuskan kebijakan latihan Zeni

AD. Kebijakan latihan Zeni AD dirumuskan dengan berpedoman kepada kebijakan latihan dari Mabesad dan kebutuhan latihan satuan Zeni AD sesuai dengan pertimbangan potensi ancaman dan penugasan satuan Zeni AD. Kedua, Menyusun Program Latihan Standarisasi (Proglatsi) satuan Zeni AD. Program latihan standardisasi satuan Zeni AD yang sudah ada dikelompokkan menjadi Proglatsi Yonzipur, Proglatsi Yonzikon, Proglatsi Denzipur dan Proglatsi Zidam. Pada tahap penyusunan ini, Ditziad akan menyesuaikan dengan kebijakan latihan dari Mabesad tentang penerapan Proglatsi satuan Zeni AD tentang penggunaan Siklus Latihan. Pada tahun 2012, siklus latihan yang dipakai adalah Prosata, dimana dalam 1 tahun anggaran akan dilaksanakan latihan latihan lengkap sesuai dengan Proglatsi satuan Zeni AD. Satuan tingkat batalyon Zeni AD (Yonzipur dan Yonzikon) akan diakhiri dengan Latihan Geladi Posko I tingkat batalyon. Ketiga, Menyusun program latihan kecabangan Zeni bagi satuan Zeni AD. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara terintegrasi baik ditingkat Mabesad, Kotama dan Satuan Pelaksana baik secara Top Down maupun Bottom Up. Program latihan Zeni AD meliputi satuan Yonzipur, Yonzikon, Denzipur, Maditziad, Kompi Jihandak, Kompi Nubika, Mamenzikon Ditziad, Zidam, Zeni Kostrad dan Pusdikzi Kodiklatad. Program latihan wajib sesuai dengan Proglasi terdiri dari Latihan Perorangan dan Latihan Satuan. Di samping latihan wajib, Ditziad juga akan memasukkan beberapa program latihan tambahan tingkat satuan diluar latihan Proglatsi sesuai dengan kebutuhan satuan masing-masing untuk lebih menunjang profesionalisme satuan tersebut. Keempat, Menyusun rencana program asistensi dan pengawasan latihan satuan Zeni AD. Program asistensi dan pengawasan latihan (Aswaslat) yang disusun oleh Ditziad meliputi Aswaslat satuan Zeni dalam latihan tingkat satuan Zeni, latihan tingkat Batalyon Tim Pertempuran (BTP), latihan antar kecabangan dan latihan gabungan TNI. Kegiatan Aswaslat dilaksanakan
Volume 32 No. 3 September 2012 45

Edisi September Edit.indd 45

01/11/2012 9:09:24

Jurnal Yudhagama

Pada latihan antar kecabangan dan latihan gabungan TNI, Ditziad berperan sebagai penyelenggara latihan yang menyiapkan dan melatih satuan Zeni AD agar dapat mengikuti latihan dengan baik. Pada tahun 2012 ini, Zeni AD terlibat dalam latihan antar kecabangan tingkat brigade dengan menyiapkan 1 Kompi dari Yonzipur 10/1/K untuk menjadi pelaku latihan.
secara langsung dan tidak langsung. Penentuan satuan yang akan didatangi untuk diberikan Aswaslat tingkat satuan Zeni AD diprioritaskan kepada satuan Zeni AD yang akan melaksanakan penugasan, kemudian satuan Zeni AD yang akan melaksanakan latihan antar kecabangan dan latihan BTP serta memperhatikan azas pemerataan dan representasi Kotama. Kelima, Menyusun rencana program evaluasi, penelitian dan pengembangan latihan Zeni AD. Rencana program evaluasi latihan Zeni AD dibuat untuk dilaksanakan setiap akhir Triwulan. Tujuannya adalah untuk memberikan evaluasi terhadap kegiatan latihan yang sudah berjalan satu Triwulan, sehingga kendala-kendala yang muncul akan bisa diminimalisasi demi kelancaran penyelenggara latihan. Sedangkan rencana penelitian dan pengembangan latihan Zeni AD dibuat apabila ada hal-hal khusus dibidang latihan yang memerlukan penyesuaian dengan teknik, taktik dan doktrin Zeni; Keenam, Membuat revisi program latihan setelah berjalan. Program latihan yang sudah direncanakan dan ditetapkan dalam satu tahun anggaran bisa berubah sesuai dengan dinamika biasanya karena satuan tersebut melaksanakan penugasan. Pembuatan revisi program latihan juga dilaksanakan apabila terdapat latihan yang urgent harus dilaksanakan dan tidak terwadahi dalam program latihan yang telah dibuat. Peran Ditziad Dalam Penyelenggaraan Latihan. Pembinaan Latihan yang dilaksanakan oleh Ditziad meliputi latihan dalam rangka Pembinaan Kekuatan, Latihan dalam rangka Penggunaan Kekuatan dan Latihan dengan negara lain. Peran Ditziad dalam penyelenggaraan latihan yaitu; Pertama, Menyiapkan dan melatih satuan Zeni AD untuk mengikuti latihan antar kecabangan dan latihan gabungan TNI. Pada latihan antar kecabangan dan latihan gabungan TNI, Ditziad berperan sebagai penyelenggara latihan yang menyiapkan dan melatih satuan Zeni AD agar dapat mengikuti latihan dengan
46 Volume 32 No. 3 September 2012

baik. Pada tahun 2012 ini, Zeni AD terlibat dalam latihan antar kecabangan tingkat Brigade dengan menyiapkan 1 Kompi dari Yonzipur 10/1/K untuk menjadi pelaku latihan. Penyiapan yang dilaksanakan oleh Ditziad meliputi penunjukan personel/satuan Zeni yang akan mengikuti latihan dan penyiapan alat peralatan yang akan digunakan untuk latihan. Ditziad juga berperan untuk melatih dan membekali satuan Zeni yang terlibat latihan, dari sisi teknik dan taktik kecabangan Zeni. Kedua, menyiapkan personel yang akan melaksanakan latihan pratugas dan latihan kesiapsiagaan operasional. Pada tahun 2012 ini, Ditziad berperan menyiapkan personel untuk mengikuti Latihan Pratugas untuk Penugasan PBB yaitu Kontingen Garuda XX-J/Monusco di Kongo dan Kontingen Garuda XXXII-B/ Minustah di Haiti. Ditziad juga menyiapkan personel dalam rangka Latihan Kesiapsiagaan Operasional. Latihan ini bertujuan untuk menghadapi berbagai kemungkinan kontinjensi baik OMP maupun OMSP. Contoh adalah Operasi Penanggulangan Bencana Alam, Operasi anti Terorisme, Operasi Bantuan Kemanusiaan dan lain-lain. Ketiga, Menyelenggarakan Latihan dan Penataran Terpusat tingkat Zeni AD. Ditziad mendapatkan tugas untuk membangun Kondominium Mess Paban Mabesad 8 tingkat yang berlokasi di Lakesgilut (Laboratorium Kesehatan Gigi dan Mulut) RSPAD Gatot Subroto. Tugas yang diberikan kepada Ditziad ini juga merupakan kegiatan latihan bidang konstruksi untuk meningkatkan profesionalisme prajurit Zeni AD. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Yonzikon 11 Menzikon Ditziad dengan kekuatan 1 SSK. Banyak hal baru yang didapat dalam pelaksanaan tugas ini diantaranya menambah pengalaman dalam pembangunan konstruksi vertikal. Kegiatan Penataran Terpusat dimaksudkan untuk membekali pengetahuan dan keterampilan personel Zeni AD di bidang latihan. Penataran ini juga bertujuan

Edisi September Edit.indd 46

01/11/2012 9:09:24

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

Asistensi Latihan bertujuan untuk memberikan bimbingan dan petunjuk tentang sistem, metode, teknik dan taktik LKT sesuai dengan program maupun bagaimana teknik penyelenggaraan latihan. Ditziad berperan memberikan asistensi teknis mengenai penerapan teknik dan taktik kecabangan Zeni.
untuk mensosialisasikan kebijakan dan penekanan baru yang berkaitan dengan latihan serta sekaligus menyamakan persepsi para personel Zeni AD yang membidangi masalah latihan. Pada tahun 2012 ini, Ditziad menyelenggarakan Penataran Terpusat Proglatsi Zeni dan Penataran Terpusat Batih Zeni. Keempat, Mengikuti Latihan dengan Negara Lain. Pada tahun 2012 ini, Ditziad berperan untuk mensukseskan latihan Garuda Shield-06/2012, yang merupakan latihan bersama dengan US Army yang berada di US PACOM. Latihan tersebut melibatkan personel Perwira dari Ditziad, Yonzipur 10/1/K, Kizi Jihandak dan Pusdikzi Kodiklatad. Dalam latihan tersebut dilaksanakan Kegiatan Bhakti Sosial Zeni atau ENCAP (Engineering Civic Assistance Project). Pada ENCAP, keterlibatan Perwira dan anggota dari satuan Zeni sangat berperan karena yang menjadi sasaran fisiknya adalah pembangunan fasilitas umum masyarakat yang dimulai dari saat perencanaan, penggambaran bangunan yang akan dibangun sampai dengan pelaksanaan pembangunan yang dikerjakan bersama dengan prajurit-prajurit US Army. Peran Ditziad Dalam Asistensi, Pengawasan dan Pengendalian Latihan. Peran Ditziad dalam Asistensi, Pengawasan dan Pengendalian Latihan antara lain Pertama, Melaksanakan asistensi dan pengawasan latihan pada aspek teknis dan taktis Zeni AD. Asistensi Latihan bertujuan untuk memberikan bimbingan dan petunjuk tentang sistem, metode, teknik dan taktik LKT sesuai dengan program maupun bagaimana teknik penyelenggaraan latihan. Ditziad berperan memberikan asistensi teknis mengenai penerapan teknik dan taktik kecabangan Zeni. Pada tahun 2012 ini, Asistensi latihan BTP yang akan dilaksanakan sebanyak 15 kegiatan BTP. Kedua, Membuat hasil pengawasan dan pengendalian latihan kepada Kasad. Setelah melaksanakan kegiatan asistensi dan pengawasan

latihan, Ditziad melaporkan hasilnya kepada Kasad. Dalam laporan tersebut dicantumkan evaluasi hasil asistensi latihan dengan instrumen yang telah dipersiapkan untuk menentukan tingkat keberhasilan yang ingin dicapai dan menyampaikan hal-hal guna penyempurnaan latihan yang akan datang guna pengembangan latihan Zeni AD sesuai dengan tuntutan tugas. Peran Ditziad Dalam Penyiapan Sarana dan Prasarana Latihan. Peran Ditziad dalam penyiapan sarana dan prasarana latihan TNI AD yaitu; Pertama, mendukung dan melengkapi alat perlengkapan yang akan digunakan untuk latihan. Satuan Zeni AD yang akan melaksanakan latihan perlu dicek dan dilengkapi alat peralatannya, sehingga dapat melaksanakan latihan dengan optimal. Ditziad telah berperan mendukung alat peralatan Zeni kepada Yonzipur 10/2/K untuk pelaksanaan latihan BTP, Latihan Antar Kecabangan dan Latma Garuda Shield-6/2012. Kedua, menyiapkan dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana latihan. Penyiapan sarana dan prasarana latihan perlu dilaksanakan untuk mendukung terselenggaranya latihan. Ditziad sebagai salah satu penyelenggara latihan antar kecabangan tingkat Brigade TA. 2012, berperan menyiapkan sarana dan prasarana latihan serta pendukung latihan dengan prinsip efisiensi dan efektifitas, guna mendukung pelaksanaan latihan dalam pekerjaan yang beraspek Zeni. Penyiapan sarana dan prasarana tersebut meliputi penyiapan sasaran latihan destruksi berupa jembatan yang dipasang bom dan Bobby Trap, penempatan ranjau di sepanjang rute latihan dan pembuatan lapangan ranjau di sektor serangan Brigade. Peran lainnya adalah memberikan asistensi teknis dalam pembuatan fasilitas latihan yaitu berupa MCK dan bangunan untuk Titik Tinjau VVIP. Asistensi teknis yang diberikan meliputi survey untuk rehabilitasi MCK dan pembuatan perencanaan konstruksi bangunan untuk Titik Tinjau VVIP.

Volume 32 No. 3 September 2012

47

Edisi September Edit.indd 47

01/11/2012 9:09:25

Jurnal Yudhagama

modernisasi ini diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas latihan yang pada akhirnya bermuara kepada efektifitas latihan.
Taktis Militer Sedang. Jembatan merupakan dan pengembangan tehnologi baru dari tipe sebelumnya/ klasik seperti Bailey dan Acrow. Jembatan sedang MGB lebih ringan cepat dikerahkan, mudah beradaptasi dan hemat biaya, sangat ideal untuk berbagai macam situasi bantuan operasi militer dan darurat bencana. Diperlukan hanya 8 orang personel untuk dapat merangkai jembatan ini. Jembatan ini dipandang layak untuk menggantikan jembatan Bailley yang selama ini digunakan oleh satuan Zeni AD baik untuk penugasan maupun untuk latihan. Validasi Orgas Yonzipur. Rencana Modernisasi alat peralatan Zeni seyogyanya diikuti dengan validasi Orgas Yonzipur untuk memenuhi tuntutan tugas yang juga berimplikasi kepada peningkatan efektifitas latihan. Validasi Orgas yang direncanakan adalah melengkapi kompi-kompi lapangan dengan peleton bantuan, sehingga setiap kompi lapangan memiliki peleton bantuan yang dilengkapi dengan alat-alat berat. Hal demikan akan lebih mengefektifkan pemberian bantuan Zeni oleh Kizipur yang perlu pengerahan alat-alat berat. Hal lainnya adalah pembentukan 1 Kompi KBRN (Kimia, Biologi, Radioaktif dan Nuklir) sebagai pengganti Kompi Bantuan. Kompi tambahan ini terdiri dari 1 peleton Jihandak dan 1 peleton Nubika. Dengan diadakannya validasi Orgas Yonzipur maka akan berpengaruh terhadap pelaksanaan latihan yang tentunya akan lebih efektif karena validasi Orgas Yonzipur ini dibuat

UPAYA DITZIAD DALAM EFEKTIFITAS BINLAT. Upaya yang dilaksanakan oleh Ditziad dalam meningkatkan efektifitas pembinaan latihan yaitu dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas komponen latihan antara lain dengan modernisasi alat peralatan Zeni, validasi Orgas Yonzipur dan Validitas peranti lunak latihan. Modernisasi Alat Peralatan Zeni. Ditziad sebagai LKT kecabangan Zeni memandang perlu untuk mengambil langkah memodernisasi alat peralatan satuan Zeni AD sesuai dengan tuntutan tugas untuk meningkatkan efektifitas latihan. Dengan diadakannya modernisasi ini diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas latihan yang pada akhirnya bermuara kepada efektifitas latihan. Adapun rencana modernisasi alat peralatan Zeni AD tersebut diantarannya yaitu, Pertama, Alat Penerobosan Lapangan Ranjau MICLIC (Mine Clearing Line Charge). MICLIC adalah sistem roket untuk meletakkan isian peledak berupa tali lurus dalam rangka bantuan langsung penerobosan lapangan ranjau kepada pasukan manuver. Hal ini sangat efektif digunakan pada lapjau konvensional dan saat diledakkan mampu menyediakan jalur penerobosan dengan ukuran 8 x 100 meter. Kedua, Mini Remote Controlled Mine Clearance System/Robot penyapu ranjau (Mini Wolf). Alat ini digunakan untuk membersihkan berbagai jenis bentuk medan yang terpasang Ranjau Anti Personel (AP). Bentuk/dimensi kecil dan gerakannya membuatnya cocok pada medan kecil seperti halaman rumah/ perkantoran dalam Urban Operation/Serangan Pemukiman, hutan kecil, jalan setapak dan pinggirpinggir sungai serta tempat-tempat di luar jangkauan mesin penyapu ranjau yang besar. Alat ini dapat digunakan disemua kondisi medan. Produktifitas area pembersihan adalah 2200 m2 per jam. Ketiga, MGB (Medium Girder Bridge)/Jembatan
48 Volume 32 No. 3 September 2012

Edisi September Edit.indd 48

01/11/2012 9:09:25

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


dengan mempertimbangkan efektifitas penggunaan di lapangan. Validitas Piranti Lunak Bidang Latihan. Tidak kalah pentingnya untuk meningkatkan efektifitas latihan adalah dengan validitas atau pemutakhiran peranti lunak yang berkaitan dengan latihan. Ditziad melalui Subditbindiklat berusaha untuk memelihara validitas dan melengkapi peranti lunak dibidang latihan. Penak yang sudah dibuat dalam kurun 2 tahun terakhir ini antara lain pembuatan Buku Pedoman Proglatsi Kizi Jihandak, Buku Proglatsi Kizi Nubika, Buku Pedoman UST Tingkat Kompi Yonzipur, Proglatsi Zidam, Proglatsi Yonzikon BPKJ Pusdikzi, UST Kompi Yonzikon. Pada tahun 2012 ini akan membuat peranti lunak untuk Bujuklak Penyelenggaraan Latihan Satuan Zeni pada operasi OLI. PENUTUP. Pembinaan latihan yang dilaksanakan oleh Ditziad masih harus terus disempurnakan dan ditingkatkan. Latihan yang dilaksanakan harus dapat menumbuhkan percaya diri pada diri prajurit Zeni sehingga dapat menjawab keragu-raguan pada individu prajurit dalam melaksanakan tugas. Demikian tulisan mengenai peran dan upaya Ditziad dalam rangka meningkatkan efektifitas pembinaan latihan, semoga menjadi sumbang saran dalam upaya peningkatan profesionalisme prajurit TNI AD dibidang latihan.

RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS


I. Data Pokok. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Sumber Pa/Th Jabatan : : : : : : : Zainal Arifin, S.IP Brigjen TNI/ Solo/16-03-1960 Islam Kawin AKABRI/1983 Dirziad B. Luar Negeri. 1. Malaysia 2. Thailand 3. Italia IV. Riwayat Jabatan. 1. Danton Yonzipur 4 Dam IV/Dip 2. Danki B Yonzipur-4 Dam IV/Dip 3. Danki A Yonzipur-4 Dam IV/Dip 4. Danki B Yonzipur-4 Dam IV/Dip 5. Pama Kodam IV/Dip (Suslapa II Zeni) 6. Ps. Kasi Minpers Bagpers Setditziad 7. Ps. Dandenzipur-9 Dam IX/Udy 8. Dandenzipur-9 Dam IX/Udy 9. Pamen Kodam IX/Udy (Dik Seskoad) 10. Kabag Nik Subditbinkonpur Ditziad 11. Danyonzipur-9 Divif-1 Kostrad 12. Kasiops Korem-121/ABW Dam VI/Tpr 13. Dandim-1207/PTK Rem-121/Abw Dam VI/Tpr 14. Padya-3/Dikpa Paban II/Bindik Spersad 15. Padya-3/Dikpa & LN Paban II/Bindik Spersad 16. Pamen Denma Mabesad (Dik Sesko TNI) 17. Kazidam III/Slw 18. Aslog Kasdam I/BB 19. Kasubditbinmatzi Ditziad 20. Irditziad 21. Danrem-03/WS Dam I/BB 22. Pamen Ahli Kasad bid. Jemen 23. Paban VI/Binsis Slogad 24. Dirziad : 2000,2001 : 2003 : 2005

II. Pendidikan. A. Dikbangum. 1. 2. 3. 4. 5. AKABRI Sussarcab Inf Diklapa II Seskoad Sesko TNI : 1983 : 1982 : 1992 : 1997 : 2004

B. Dikbangspes. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Sussar Para Suspa Intel Pur Susjurpa Nubika Sus Bhs Inggris Skuba & Airborne Free Fall Sus Danrem : 1982 : 1986 : 1989 : 1998 : 1998 : 2002 : 2008

III. Riwayat Penugasan. A. Dalam Negeri. 1. Ops Irja 2. Ops Tim-Tim : 1984,1987 : 1994

Volume 32 No. 3 September 2012

49

Edisi September Edit.indd 49

01/11/2012 9:09:25

Jurnal Yudhagama

PERAN DITHUBAD DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBINAAN LATIHAN TNI AD


Pembinaan Latihan di lingkungan TNI Angkatan Darat saat ini belum mengadopsi sebuah Binlat yang modern khususnya ditinjau dari segi kemajuan teknologi.
direncanakan dengan mengelola semua parameter yang terkait dengan latihan, sehingga dihasilkan pembinaan latihan dengan menggunakan manajemen latihan modern sehingga mampu menjawab tantangan di lingkungan sekitar yaitu di dalam negeri, perubahan atas situasi nasional/internasional, tuntutan tugas dan pola operasi yang berubah serta tugas pokok dari TNI Angkatan Darat. Tulisan ini akan memberikan gambaran tentang beberapa peran Dithubad didalam ikut serta mengoptimalkan serta mengefektifkan pembinaan latihan TNI Angkatan Darat dilihat dari segi dukungan Perhubungan sesuai fungsi Dithubad. Apakah peran Dithubad itu akan meningkatkan efektifitas pembinaan latihan di lingkungan TNI Angkatan Darat? BENTUK PERAN DITHUBAD PADA PENYELENGGARAAN LATIHAN. Dithubad sebagai LKT bidang Perhubungan ikut terlibat di dalam memordenisasi sistem pembinaan latihan TNI Angkatan Darat. Dithubad sebagai Pembina kecabangan Perhubungan bertanggung jawab didalam ikut serta memberikan kontribusi bagi pembinaan Latihan khususnya di lingkungan TNI Angkatan Darat sesuai fungsi dan kemampuan yang dimiliki agar diperoleh Pembinaan Latihan yang lebih baik dari sebelumnya. Pembinaan Latihan di lingkungan TNI Angkatan Darat saat ini belum mengadopsi sebuah Binlat yang modern khususnya ditinjau dari segi kemajuan teknologi. Dithubad selaku pembina teknis yang di dalamnya terdapat fungsi yang dapat mendukung dari segi teknologi, diharapkan dapat memberikan

Oleh : Brigadir Jenderal TNI Sahrun Abu Junwar (Dirhubad)

PENDAHULUAN. Hal yang terpenting di dalam membentuk TNI yang profesional bukan semata persoalan mengganti Alutsista di tangan prajurit saja, tetapi lebih dari itu, yaitu membuat prajurit mahir menggunakan Alutsista tersebut. Proses pembentukan kemampuan Prajurit TNI Angkatan Darat tentunya merupakan sebuah kesinambungan dari sebuah grand strategy and design atas postur TNI Angkatan Darat yang ideal untuk menghadapi segala bentuk ancaman yang akan dihadapi di kawasan saat ini dan yang akan datang. Penyiapan kemampuan prajurit disusun didalam sebuah kebijakan pembinaan latihan yang melekat pada setiap program TNI Angkatan Darat. Kebijakan pembinaan latihan disusun secara jangka pendek maupun jangka panjang. Kesemuanya itu harus

50

Volume 32 No. 3 September 2012

Edisi September Edit.indd 50

01/11/2012 9:09:25

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


dukungan terhadap Binlat agar lebih efektif dan dapat mengoptimalkan output Binlat selama ini. Peran yang berkaitan dengan fungsi Dithubad meliputi: Penyiapan sumber daya manusia prajurit Perhubungan untuk mendukung penyelenggaraan latihan maupun sebagai pelaku; Dukungan sistem pada manajemen pada penyelenggaraan latihan dari segi Perhubungan dan Kebijakan pemenuhan materiil Perhubungan yang akan meningkatkan efektifitas pembinaan latihan TNI Angkatan Darat. Penyiapan Sumber Daya Manusia Prajurit Perhubungan. Proses di dalam sebuah penyelenggaraan latihan tidak terlepas dari sebuah manajemen yang mengatur proses itu. Manajemen yang efektif juga tidak terlepas dari personel yang mengawakinya. Personel yang terlibat didalam tahap perencanaan sampai dengan pengakhiran pada penyelenggaraan latihan disiapkan agar dapat mengawaki secara cakap dan mempunyai output yang terukur dan dinyatakan efektif. Prajurit Perhubungan di dalam mendukung tugas pokok TNI Angkatan Darat khususnya di dalam bidang latihan disiapkan juga untuk dapat mendukung fungsi pembinaan latihan di TNI Angkatan Darat khusus yang berkaitan dengan fungsi Perhubungan. Prajurit Perhubungan dibentuk untuk menjadi SDM yang mampu mendukung dan terlibat dalam setiap kegiatan latihan TNI Angkatan Darat.

Prajurit Perhubungan Didalam Penyelenggaraan Latihan. Prajurit Perhubungan di dalam keterlibatan sebagai salah satu bagian dari penyelenggara latihan mampu melaksanakan tugas-tugasnya, diantaranya mendukung semua kegiatan komunikasi semua penyelenggara latihan, mampu mendukung kodal pejabat penyelenggara latihan, serta mampu sebagai pejabat Perwira Perhubungan maupun Komandan Satuan Perhubungan di dalam sebuah organisasi Kolat. Kemampuan yang dapat diberikan oleh personel Perhubungan didalam sebuah penyelenggaraan latihan meliputi antara lain: Pertama, Penyiapan kemampuan teknis. Kemampuan teknis prajurit Perhubungan diberikan pada saat pendidikan maupun didalam kegiatan latihan rutin maupun program yang dirancang sesuai kebijakan TNI Angkatan Darat. Kemampuan teknis berkaitan dengan gelar Perhubungan untuk mendukung semua aktifitas penyelenggara latihan. Kedua, Penyiapan manajemen latihan. Memberikan dukungan terhadap manajemen latihan dari segi Perhubungan melalui peningkatan layanan dukungan yang berhubungan dengan teknologi Perhubungan. Selain kegiatan dukungan, pembuatan produk-produk penyelenggara yang berkaitan dengan kepentingan Kolat dibuat secara optimal. Ketiga, Aplikasi yang kontinyu melalui latihan. Memberikan kebijakan untuk membuat program latihan, sehingga kemampuan

Volume 32 No. 3 September 2012

51

Edisi September Edit.indd 51

01/11/2012 9:09:26

Jurnal Yudhagama
yang dimiliki dapat terus diaplikasikan dan terpelihara di dalam mendukung sebuah penyelenggaraan latihan. Keempat, Kegiatan asistensi latihan terhadap gelar Perhubungan untuk mendukung kegiatan penyelenggaraan latihan. Kegiatan ini biasanya melekat pada saat asistensi teknis sekaligus memberikan arahan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dukungan Perhubungan didalam manajemen latihan. Prajurit Perhubungan Sebagai Pelaku Latihan. Penyiapan pelaku secara total akan meningkatkan kulitas latihan. Semua komponen latihan serta merta mendukung terlaksananya penyelenggaraan latihan. Komponen utama atau objek latihan adalah terletak pada pelaku latihan sebagai objek yang akan dilatih. Prajurit Perhubungan yang mampu melaksanakan latihan secara benar sesuai materi kecabangan Perhubungan maka secara otomatis akan mendukung pelaksanaan prajurit dari kecabangan TNI Angkatan Darat lainnya. Kemampuan gelar Perhubungan yang diberikan oleh Prajurit Perhubungan sebagai pelaku akan berpengaruh langsung terhadap berjalannya latihan, analogi dengan sebuah operasi yang akan digelar oleh TNI Angkatan Darat. Gelar Perhubungan yang optimal pada sebuah operasi, otomatis akan memperlancar pelaksanaan tugas satuan atau personel lain selain personel Perhubungan didalam melaksanakan operasinya. Peran Dithubad didalam menyiapkan pelaku latihan (Prajurit Perhubungan) melalui penyiapan Sumber Daya Manusia pada setiap insan Prajurit Perhubungan di lingkungan TNI Angkatan Darat sesuai jabatan yang dijabatnya. Langkah kebijakan tersebut meliputi: Pertama, Pengayaan kompetensi pejabat Sathub. Kompetensi selalu menjadi orientasi didalam menentukan jabatan di satuan-satuan Perhubungan. Kompetensi yang diharapkan termasuk adalah kemampuan terhadap tugas yang diemban sesuai organisasi dimana dia bertugas. Pemenuhan kemampuan dan kompetensi setiap prajurit Perhubungan diberikan secara terus menerus melalui program pendidikan spesialisasi dan latihan yang terpogram. Kedua, Pembinaan karier. Proyeksi jabatan yang tepat akan membantu sebuah kinerja seseorang pada jabatan yang tepat. Selain kompetensi, suasana dan posisi pejabat yang tepat akan menambah semangat didalam melaksanakan kegiatan, program satuan termasuk kegiatan di dalam latihan. Ketiga, Kegiatan asistensi latihan. Asistensi latihan yang dilaksanakan Dithubad bertujuan untuk menjamin terlaksananya materi latihan bidang Perhubungan yang sesuai. Hal ini juga akan mendukung terlaksananya kegiatan latihan satuan dan kecabangan lainnya pada sebuah penyelenggaraan latihan.
52 Volume 32 No. 3 September 2012

Dukungan gelar Perhubungan sebagai contoh komunikasi data serta komunikasi suara dapat meningkatkan efektifitas penyelenggaraan latihan di satuan-satuan TNI Angkatan Darat.
Dukungan Sistem Didalam Penyelenggaraan Latihan. Mengapa gelar Perhubungan diterapkan di dalam sistem penyelenggaraan latihan? Perlu diingat bahwa mekanisme latihan mulai dari perencanaan sampai dengan pengakhiran memerlukan intensitas komunikasi yang tinggi serta terjaminnya komando kendali antara intern penyelenggara latihan, antara penyelenggara dan pelaku serta antara pelaku itu sendiri. Bentuk dukungan Perhubungan yang dapat diberikan untuk aktifitas di dalam penyelenggaraan latihan antara lain adalah semua gelar yang berfungsi untuk membantu kelancaran penyelenggaraan latihan. Komando kendali latihan serta aktifitas komando dan kendali latihan harus terjamin kelangsungannya. Imunitas Kodal dan dukungan sistem dukungan teknologi pada sebuah manajemen latihan akan berpengaruh terhadap kelancaran penyelenggaraan latihan itu sendiri. Sistem Penyelenggaraan Manajemen Latihan. Manajemen latihan bukan hanya sebuah perangkat yang tercantum dalam berbagai doktrin latihan, akan tetapi manajemen modern harus bersifat upgradeable dan selalu mempunyai ruh untuk kepentingan kemajuan satuan yang di dalamnya ada personel, materill, sarana prasarana latihan dan sistem. Manajemen Latihan modern adalah manajemen latihan yang mengefektifkan semua komponen latihan yang terdapat di dalamnya. Komponen latihan dan faktor pendukung lainnya secara otomatis akan memberikan dukungan kepada satuannya tidak hanya didalam latihan tetapi didalam semua aspek dari dukungan dan administrasinya. Dukungan gelar Perhubungan sebagai contoh komunikasi data serta komunikasi suara dapat meningkatkan efektifitas penyelenggaraan latihan di satuan-satuan TNI Angkatan Darat. Gelar Komunikasi yang lancar akan mempermudah koordinasi antar unsur penyelenggara. Disamping itu, kegiatan administrasi yang terkomputerisasi dan terkoordinasi dengan baik akan lebih meringkas kegiatan yang lambat dari segi waktu.

Edisi September Edit.indd 52

01/11/2012 9:09:26

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


Sistem Komando Dan Kendali Latihan. Kodal latihan menduduki peranan penting di dalam mekanisme sebuah latihan. Gelar komunikasi baik radio, telepon serta komunikasi data bisa diberikan sesuai kebutuhan dan jenis latihan yang diselenggarakan. Kodal latihan diperlukan untuk proses penyelenggaraan latihan mulai tahap awal sampai dengan akhir. Keunggulan dukungan kodal yang terjamin akan meningkatkan efektifitas latihan yang sedang berlangsung dan output latihan yang optimal. Kebijakan Pemenuhan Materiil Perhubungan. Dithubad didalam menjalankan programnya selalu melibatkan dan memerhatikan kebutuhan latihan, termasuk kebijakan pemilihan materiil Perhubungan yang tepat, yang akan menunjang tugas-tugas seluruh satuan TNI Angkatan Darat maupun Satuan Perhubungan itu sendiri didalam pelaksanaan tugas pokoknya termasuk untuk kepentingan latihan. Pembuatan roadmap untuk melengkapi TOP alat Perhubungan semua satuan di TNI Angkatan Darat telah dilakukan. Hal ini akan meningkatkan arah program yang selaras dengan kebutuhan akan kemampuan serta kesiapsiagaan satuan-satuan TNI Angkatan Darat di dalam latihan maupun sebuah operasi. PENUTUP. Sebuah managemen latihan yang baik adalah apabila manajemen tersebut menghasilkan suatu bentuk latihan yang efektif dan efisien. Latihan yang diharapkan selain latihan yang terstandar (Standardbased Training) adalah juga latihan yang tersusun dengan baik (Well-structured Training). Latihan yang efektif akan berdampak terhadap hasil latihan, sasaran capai latihan, proses latihan, serta akan menjadikan latihan itu sendiri sebagai sebuah kesenangan bagi prajurit didalam kegiatan sehari-hari. Peran Dithubad dengan berbagai dukungan serta konsep kedepannya diharapkan dapat mewujudkan dukungan pada Pembinaan Latihan TNI Angkatan Darat yang efektif, yang merupakan suatu perpaduan dari kegiatan awal, pendukung, dan evaluasi latihan yang terdiri dari suatu perpaduan kinerja pejabat latihan, parameter latihan dengan mengorganisir kejadian latihan dan urutan-urutan mekanisme latihan untuk mencapai sasaran dan hasil latihan yang diharapkan.

RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS


I. Data Pokok. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Sumber Pa/Th Jabatan : : : : : : : Sahrun Abu Junwar Brigjen TNI/ 29085 Sengkang/20-10-1956 Islam Kawin AKABRI/1980 Dirhubad IV. Riwayat Jabatan. 1. Dantonkom Yonif-126 2. Dankihub Brigif-7/RR 3. Dankima Brigif-7/RR 4. Pasi-2 Ops Denma Brigif-7/RR 5. Dan Timlap-2 Denintel Dam-I/BB 6. Dan BKI-II Denintel Dam-I/BB 7. Kasi Ops Denintel Dam-I/BB 8. Pasi Ops Denintel Dam-I/BB 9. Pasi Intel Rem 012/TU 10. Pasi Intel Dim 0101 Rem-012/TU 11. Kasi Dikbangspes Dithubad 12. Wadan Denintel Dam VII/Wrb 13. Danden Intel Dam V 14. Dosen Gol V Seskoad 15. Dosen Gol IV Seskoad 16. Kabinjianbang Ilpengtek Seskoad 17. Kahubdam IV/Dip 18. Sespusintelad 19. Wadan Pusintelad 20. Paban I/Ren Spamad 21. Paban III Pammat Spamad 22. Dirhubad

II. Pendidikan. A. Dikbangum. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. AKABRI : 1980 Sesarcabhub : 1980 Suslapa : 1990 Seskoad : 1995 Sesko TNI : 2006 Suspanik : 1983 Suspa Intel Ter : 1985 Suspa Intel Strat TK-1 : 1992 9. Suspa Staf Manajemen Hankam : 1998

Volume 32 No. 3 September 2012

53

Edisi September Edit.indd 53

01/11/2012 9:09:27

Jurnal Yudhagama

PENYELENGGARAAN LATIHAN PRATUGAS TNI DALAM RANGKA MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN


tercapainya keberhasilan misi pasukan tersebut. Untuk melaksanakan tugas misi pemeliharaan perdamaian, negara-negara kontributor (TCC : Troops Contributing Countries) mempersiapkan pasukan militernya melalui berbagai strategi, metode dan teknik latihan (Durch, 1993, hal. 1). Upaya penyiapan tersebut tidak selalu sesuai dengan tantangan yang dihadapi. Hal tersebut terlihat dari masih banyaknya kasus yang terjadi di daerah misi yang melibatkan pasukan pemeliharaan perdamaian. Selama bulan Juni 2012, terdapat 143 kasus pelanggaran dan kegagalan, yang merupakan 52% dari total 274 kasus yang terjadi pada misi-misi pemeliharaan perdamaian PBB (UN, 2012, hal. Chart 1b).Berdasarkan kategorinya, kasus-kasus menonjol yang melibatkan pasukan pemeliharaan perdamaian sepanjang tahun 2010 dan 2011 antara lain adalah masalah personel dan pelecehan seksual (OIOS, 2012, hal. 11). Dalam keterlibatannya pada misi perdamaian dunia, pasukan TNI yang dikirimkan dalam misi PBB hampir selalu mencatatkan sukses dan keberhasilan yang mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Setiap prajurit dan satuan yang kembali dari misi PBB paling tidak selalu memperoleh medali penghargaan, disamping penghargaan atas keberhasilan prestasi lainnya, seperti keberhasilan pasukan Kontingen Garuda (Konga) UNIFIL menghentikan konflik bersenjata terbuka antara Angkatan Bersenjata Libanon dengan Israel pada tanggal 3 Agustus 2010 dan keberhasilan pasukan Zeni TNI Konga MONUSCO menghentikan aksi kekerasan oleh kelompok bersenjata terhadap masyarakat sipil di Kongo pada tanggal 26 April 2011(Mulyono, 2012, hal. 28). Sedangkan rendahnya tingkat pelanggaran prajurit TNI dalam misi PBB mendapatkan apresiasi dari Letnan Jenderal Babacar Gaye, Penasehat Militer United Nations Department of Peacekeeping Operation (UNDPKO), ...I really compares them in additions, your contingent is the only one that never experienced a case of sexual, exploitations, and abused. So,discipline is very high, wish in your contingent... (PMPP, Garuda Untuk Perdamaian Dunia, 2012). Dari uraian di atas tergambar bahwa, dalam kondisi tingkat kegagalan pasukan misi pemelihara perdamaian

Oleh : Brigadir Jenderal TNI Imam Edy Mulyono, M.Sc (Komandan PMPP TNI) Sejak berakhirnya perang dingin, karakteristik konflik yang terjadi di seluruh dunia berubah menjadi semakin dinamis dan kompleks (Sandole, 2007, hal. 4-6). Persoalan dalam konflik tidak hanya terkait dengan masalah penggunaan kekuatan bersenjata (use of force) tetapi juga terkait dengan permasalahan yang bersifat non militer. Sebagai konsekuensinya, konflik tersebut harus diselesaikan dengan pendekatan multidimensional dan multiaktor (Georg Frerks; Berma Klein Goldewijk, 2007, hal. 28). Salah satu upaya penyelesaian konflik di dunia adalah melalui operasi pemeliharaan perdamaian yang diprakarsai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Operasi tersebut melibatkan pasukan militer yang harus beroperasi pada lingkungan yang berbeda dari daerah asalnya. Pada aspek operasional, karakteristik operasi yang multidimensional dan multiaktor mengharuskan pasukan pemelihara perdamaian berinteraksi dengan pasukan militer negara lain atau organisasi-organisasi non militer (Kasumba, 2005, hal. 111). Tantangan tersebut memerlukan upaya dan strategi untuk
54 Volume 32 No. 3 September 2012

Edisi September Edit.indd 54

01/11/2012 9:09:27

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

TNI terlibat dalam sembilan misi pemeliharaan perdamaian yang tersebar di seluruh dunia, dengan latar belakang yang berbeda-beda, antara lain pada aspek latar belakang konflik itu sendiri, kondisi alam dari iklim/cuaca dan medan, kondisi sosial masyarakat lokal dan aktor konflik, serta latar belakang penyelenggara misi.
yang masih tinggi, pasukan TNI justru selalu mencapai keberhasilan dan tingkat pelanggaran yang rendah. Hal itu tidak lepas dari proses pembinaan latihan yang diselenggarakan dalam rangka menyiapkan pasukan TNI untuk misi pemeliharaan perdamaian. Kondisi ini selanjutnya menimbulkan pertanyaan, bagaimana penyelenggaraan latihan dalam rangka menyiapkan pasukan TNI, sehingga dapat menjamin keberhasilan dalam tugas misi pemeliharaan perdamaian yang bersifat kompleks, dinamis, multidimensional dan multiaktor? Pembinaan latihan merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mengelola program latihan dan aktor-aktornya, baik pembina, pelatih maupun pelaku latihan, serta alat peralatan dan piranti lunak, sehingga prajurit dan satuan TNI memiliki kemampuan dan kesiapan untuk melaksanakan tugas (Mabesad, Bujukbin Pembinaan Latihan PB:KDL-3.1; Skep/10/I/2003, 2003, hal. 2). Dengan kata lain, faktor kunci dalam pembinaan latihan adalah manajemen latihan yaitu pengelolaan seluruh sumber daya (resources) yang diperlukan dalam penyelenggaraan latihan, baik yang berupa fisik seperti sumber daya manusia dan alat peralatan, maupun yang bersifat non fisik seperti konsep, sistem, strategi, dan materi yang dilatihkan. Dihadapkan dengan tantangan misi pemeliharaan perdamaian yang kompleks dan dinamis, kesiapan prajurit dan satuan dalam melaksanakan tugas yang dibentuk dalam latihan, tergantung pada kemampuan adaptasi dan responsivitas manajemen latihan terhadap perubahan di lingkungan tugas/operasi misi perdamaian yang sedang berlangsung dan akan dihadapi oleh prajurit dan satuan, sehingga latihan yang dilaksanakan harus memberikan kemampuan yang sesungguhnya dapat digunakan di daerah misi perdamaian (Mabesad, Bujukin tentang Latihan PI:KDL-3.1; Skep/311/IX/2002, 2002, hal. 11). Dengan kata lain, untuk menyiapkan prajurit dan satuan yang mampu melaksanakan tugas dalam misi perdamaian yang kompleks dan dinamis, pengelolaan/manajemen sumber daya latihan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat terselenggara latihan yang realistis sesuai lingkungan daerah misi perdamaian yang sesungguhnya. Berdasarkan uraian tersebut, untuk menjawab pertanyaan diatas, tulisan ini berupaya memberikan gambaran tentang pengelolaan sumber daya latihan (manajemen latihan) yang mencakup manusia, alat peralatan dan fasilitas serta piranti lunak dalam latihan pratugas misi pemeliharaan perdamaian, sehingga latihan tersebut dapat terselenggara secara realistis sesuai dinamika dan kompleksitas misi perdamaian yang akan dihadapi. Untuk maksud tersebut, esai ini akan mendeskripsikan dinamika dan kompleksitas misi perdamaian dimana pasukan TNI saat ini bertugas, pengelolaan sumber daya latihan yang meliputi instruktur/pelatih dan pelaku, alat peralatan dan fasilitas, serta piranti lunak latihan pratugas misi pemeliharaan perdamaian, sehingga memungkinkan terselenggaranya latihan yang realistis dan dapat memberikan kemampuan yang dibutuhkan oleh prajurit dan satuan untuk melaksanakan misi tersebut. Di lingkungan TNI, organisasi yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam penyiapan pasukan yang akan bertugas dalam misi pemeliharaan perdamaian adalah Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI (PMPP, TNI dan Misi Pemeliharaan Perdamaian, 2011, hal. 222). Oleh sebab itu, obyek esai ini akan dibatasi pada masalah manajemen latihan yang diselenggarakan oleh PMPP TNI, khususnya latihan pratugas (Pre Deployment Training/PDT) misi pemeliharaan perdamaian. Kompleksitas dan Dinamika Misi Perdamaian. Saat ini, TNI terlibat dalam sembilan misi pemeliharaan perdamaian yang tersebar di seluruh dunia, dengan latar belakang yang berbeda-beda, antara lain pada aspek latar belakang konflik itu sendiri,
Volume 32 No. 3 September 2012 55

Edisi September Edit.indd 55

01/11/2012 9:09:27

Jurnal Yudhagama
Tabel Latar Belakang Konflik dan Peran TNI Misi Pemeliharaan Perdamaian

kondisi alam dari iklim/cuaca dan medan, kondisi sosial masyarakat lokal dan aktor konflik, serta latar belakang penyelenggara misi. Demikian pula peran yang dijalankan oleh pasukan TNI dalam misi-misi tersebut juga berbeda, yaitu meliputi peran sebagai Batalyon Mekanis, Kompi Pengawal, Satgas Kesehatan, Detasemen Markas, Satgas CIMIC (Civil Military Cooperation), Satgas MCOU (Military Community Outreach Unit), Staf Markas, Satgas Maritim, Satgas Polisi Militer, Kompi Zeni dan Milobs/staff. Perimbangan dan interaksi kekuatan antar aktor merupakan faktor penting dalam konflik (Coleman, 2000). Di daerah konflik terdapat dinamika perimbangan dan interaksi kekuatan yang mengakibatkan situasi keamanan yang tidak stabil, sehingga suatu misi pemeliharaan perdamaian perlu diselenggarakan. Dalam situasi tersebut, dinamika dan situasi keamanan
56 Volume 32 No. 3 September 2012

yang tidak stabil merupakan tantangan yang harus diatasi oleh pasukan pemelihara perdamaian pada level taktis operasional. Di setiap daerah misi pemeliharaan perdamaian, ketidakstabilan situasi keamanan telah mengakibatkan turunnya kualitas hidup dan derajat kemanusiaan masyarakat, seperti masalah pangan, penegakan hukum dan ketertiban, pendidikan serta kesehatan. Dinamika yang terjadi bahkan mengakibatkan keterkaitan antara masalah konflik bersenjata dan permasalahan lain membentuk vicious cycle. Solusi perdamaian tidak dapat diambil hanya dengan cara militer saja tetapi juga pendekatan nonmiliter. Oleh sebab itu, misi perdamaian tidak hanya melibatkan pasukan militer pemelihara perdamaian, tetapi juga unsur-unsur nonmiliter yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan nonmiliter dalam rangka resolusi konflik.

Edisi September Edit.indd 56

01/11/2012 9:09:27

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

Dengan adanya peran pasukan TNI dalam misi pemeliharaan perdamaian yang berbeda-beda, penunjukan personel sebagai penyelenggaran latihan memperhatikan secara spesifik terhadap kemampuan spesialisasinya.
Pendekatan militer dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kestabilan situasi yang memungkinkan dilaksanakannya pendekatan-pendekatan nonmiliter dalam strategi resolusi konflik yang utuh. Dalam hal ini, pasukan misi pemeliharaan perdamaian harus mampu melaksanakan tugas dalam kerangka strategi tersebut, dimana mereka harus berinteraksi dalam prosedur dan mekanisme kerja yang berlaku secara internasional bersama-sama dengan unsur militer dan nonmiliter yang berasal dari negara-negara lain. Sumber Daya Manusia Dalam Latihan Pratugas Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI. Secara umum, sumber daya manusia dalam latihan terdiri atas penyelenggara dan pelaku latihan. Dalam konteks latihan misi pemeliharaan perdamaian, penyelenggara latihan terdiri atas staf latihan, pelatih dan pendukung latihan yang berasal dari anggota organik PMPP TNI dan organik satuan lain yang membantu. Sedangkan pelaku latihan adalah personel dan satuan yang disiapkan untuk melaksanakan misi pemeliharaan perdamaian. Sesuai dengan tugas dan tanggung jawab PMPP TNI sebagai institusi yang menyiapkan personel dan satuan dalam misi pemeliharaan perdamaian, sebagian besar personel yang berperan sebagai penyelenggara latihan pratugas misi pemeliharaan perdamaian adalah anggota organik PMPP TNI, terutama dari staf Direktorat Pembinaan Latihan dan Satuan Latihan. Agar mampu merencanakan dan menyiapkan latihan yang realistis, seluruh personel penyelenggara latihan diutamakan pernah melaksanakan misi pemeliharaan perdamaian. Hal ini tidak sulit dipenuhi mengingat secara umum perekrutan anggota PMPP TNI mempersyaratkan pengalaman dalam misi pemeliharaan perdamaian. Mengingat situasi daerah misi yang dinamis dan tidak setiap misi menyertakan personel organik PMPP TNI, sebagian personel penyelenggara latihan juga direkrut dari personel nonorganik PMPP TNI yang baru selesai melaksanakan misi dan dinilai mampu mentransfer pengetahuan dan pengalamannya kepada personel dan satuan yang akan berangkat misi pemeliharaan

perdamaian. Personel tersebut dilibatkan dalam seluruh tahap-tahap latihan mulai dari perencanaan, penyiapan, pelaksanaan dan pengakhiran. Dengan adanya peran pasukan TNI dalam misi pemeliharaan perdamaian yang berbeda-beda, penunjukan personel sebagai penyelenggaran latihan memperhatikan secara spesifik terhadap kemampuan spesialisasinya. Sebagai contoh, pemilihan personel penyelenggara latihan untuk Satgas Polisi Militer akan mengutamakan personel yang berasal dari kecabangan Polisi Militer, sedangkan untuk latihan Satgas Kompi Zeni akan mengutamakan personel yang berasal dari kecabangan Zeni. Adapun perekrutan terhadap sumber daya pelaku latihan dijalankan melalui prosedur seleksi yang profesional dengan melibatkan satuan-satuan yang berkompeten. Seleksi meliputi tes kesehatan umum dan jiwa, kesegaran jasmani, mengemudi kendaraan setir kiri, bahasa Inggris, dan keterampilan komputer. Tes kesehatan umum dan jiwa yang dilaksanakan oleh Pusat Kesehatan TNI, serta kesegaran jasmani oleh Pembinaan Jasmani Denma Mabes TNI, diperlukan untuk memperoleh sumber daya prajurit yang mampu beradaptasi pada lingkungan alam dan penugasan yang berbeda di daerah misi. Tes mengemudi kendaraan setir kiri yang diselenggarakan oleh Satuan Angkutan Denma Mabes TNI, diperlukan mengingat adanya kendaraankendaraan setir kiri yang digunakan dalam misi PBB dan peraturan lalu lintas di daerah misi. Bahasa Inggris yang tesnya diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Kementerian Pertahanan, merupakan kemampuan yang penting dimiliki untuk mampu beradaptasi secara sosial dan formal dalam lingkungan internasional. Sedangkan tes komputer yang diselenggarakan oleh Pusat Informasi dan Pengolahan Data TNI, terutama diperuntukkan bagi personel yang akan bertugas pada posisi staf dan para perwira yang akan menggunakan komputer dalam melaksanakan tugasnya.
Volume 32 No. 3 September 2012 57

Edisi September Edit.indd 57

01/11/2012 9:09:28

Jurnal Yudhagama

Fasilitas Dan Alat Peralatan Latihan Pratugas Misi Pemeliharaan Perdamaian. Untuk mencapai latihan yang realistis, saat ini PMPP TNI telah memiliki daerah latihan Santi Dharma di Bukit Merah Putih, Sentul. Daerah latihan tersebut dilengkapi dengan fasilitas rute patroli sepanjang 5,8 Km yang dapat digunakan untuk latihan patroli berjalan kaki dan berkendaraan, mengemudi serta konvoi; enam unit pos latihan (pos pemeriksaan, patroli jalan kaki, pengamanan distibusi bantuan, konvoi, pemeriksaan rumah dan DDR/Disarmament, Demobilization and Reintegration) yang masing-masing pos terdiri dari kelas lapangan, gudang, kantor pelatih, pos jaga dan menara tinjau; lapangan tembak 600 m; simulasi desa yang menyerupai desa-desa di Kongo dan Libanon; simulasi team site dan simulasi Blue Line Libanon sepanjang 150 meter; danau buatan untuk keperluan latihan di perairan, cadangan air dan rekreasi; serta ruang kelas dan fasilitas perkantoran dengan peralatan modern. Misi pemeliharaan perdamaian dilaksanakan oleh PBB dan organisasi internasional lainnya menurut standar internasional dengan menggunakan peralatan dan alat utama sistem senjata yang modern. Untuk memberikan kemampuan penguasaan alat tersebut,
58 Volume 32 No. 3 September 2012

PMPP TNI telah memiliki beberapa peralatan yang sama digunakan dalam misi perdamaian tersebut, seperti Global Positioning System (GPS), teropong malam dan sebagainya. Meski demikian, dengan keterbatasan anggaran yang ada, belum seluruh peralatan modern tersebut dimiliki oleh PMPP TNI untuk mendukung tercapainya latihan yang realistis. Beberapa langkah yang diambil untuk mengatasi hal tersebut antara lain dengan melakukan peminjaman kepada satuan terdekat yang memiliki (kendaraan tempur Anoa), membuat/ mengusahakan alat penolong instruksi secara swadaya (simulasi detektor logam dan cermin detektor serta simulasi helikopter dengan menggunakan mobil). Piranti Lunak Latihan Pratugas Misi Pemeliharaan Perdamaian. Latihan pratugas misi pemeliharaan perdamaian dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan kemampuan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas melalui metode teori dan praktek. Dengan adanya variasi daerah misi berikut latar belakang konflik dan lingkungan operasinya, serta variasi peran dan bentuk satuan TNI yang ditugaskan, jumlah dan jenis materi-materi latihan yang diberikan dalam latihan

Edisi September Edit.indd 58

01/11/2012 9:09:28

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

menyesuaikan dengan misi/penugasan dan bentuk satuan yang dilatih. Materi tersebut meliputi CPTM (Core Pre-Deployment Training Module) merupakan materi pokok standard PBB yang harus dikuasai oleh seluruh personel yang akan melaksanakan tugas pada misi PBB, STM (Specialized Training Materials) yang berisi materi taktik dan teknis standard PBB yang khusus sesuai dengan tugas operasi pemeliharaan perdamaian tertentu; materi pengantar yaitu materi-materi yang bersifat pembekalan melalui ceramah yang diberikan oleh pejabat TNI maupun oleh pakar atau praktisi dari instansi terkait yang mendukung penugasan pada misi pemeliharaan perdamaian; materi pendukung, yaitu materi-materi yang berisikan kemampuan militer umum tertentu yang mendukung pelaksanaan tugas pokok satuan/personel didaerah misi tertentu; serta materi praktik aplikasi yang mengimplementasikan materi teori dan praktek yang telah diberikan sebelumnya agar peserta latihan mendapat gambaran yang lebih realistis. Pembaruan terhadap materi-materi tersebut, khususnya materi yang memiliki modul standar, seperti CPTM dan STM, serta metode dan teknis penyelenggaraan latihan selalu dilakukan dalam setiap latihan pratugas. Untuk keperluan tersebut penyelenggara latihan mendapatkan informasi melalui komunikasi dengan staf UNDPKO (United Nations Department of Peacekeeping Operations) dan staf pusat misi pemeliharaan perdamaian negara lain, analisa dan evaluasi terhadap kejadian penting yang termuat dalam laporan rutin dan khusus Satgas TNI yang sedang bertugas dalam misi perdamaian, laporan dan paparan personel yang baru kembali misi, serta masukan dari personel nonorganik PMPP TNI yang baru kembali dari misi dan dilibatkan dalam penyelenggaraan latihan pratugas. Manajemen Latihan Pratugas Misi Perdamaian Untuk Mencapai Realisme Dalam Latihan. Kompleksitas dan dinamika dalam misi

realisme yang harus diciptakan dalam latihan harus meliputi konteks permasalahan konflik pada level taktis operasional yang akan dihadapi di lapangan, prosedur dan mekanisme yang berlaku dalam misi, kondisi alam, dan aspek sosial budaya dari aktor konflik, masyarakat setempat serta aktor perdamaian lain yang berinteraksi dengan prajurit dan satuan TNI di daerah misi perdamaian.
pemeliharaan perdamaian merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan penyiapan kemampuan pasukan TNI melalui latihan pratugas misi pemeliharaan perdamaian. Berkaitan dengan hal tersebut, realisme yang harus diciptakan dalam latihan harus meliputi konteks permasalahan konflik pada level taktis operasional yang akan dihadapi di lapangan, prosedur dan mekanisme yang berlaku dalam misi, kondisi alam, dan aspek sosial budaya dari aktor konflik, masyarakat setempat serta aktor perdamaian lain yang berinteraksi dengan prajurit dan satuan TNI di daerah misi perdamaian. Untuk mencapai realisme tersebut, PMPP TNI sebagai institusi yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam penyiapan personel dan satuan yang akan bertugas dalam misi pemeliharaan perdamaian telah melaksanakan manajemen latihan melalui sumber daya manusia yang berperan selaku penyelenggara dan pelaku, sumber daya fasilitas dan alat peralatan serta piranti lunak yang digunakan dalam latihan pratugas misi pemeliharaan perdamaian. Manajemen sumber daya personel untuk menciptakan latihan yang realistis dilakukan melalui perekrutan personel yang berperan sebagai penyelenggara dan pelaku latihan dengan persyaratan tertentu. Perekrutan personel penyelenggara dilakukan dengan tujuan untuk memilih dan menempatkan

Volume 32 No. 3 September 2012

59

Edisi September Edit.indd 59

01/11/2012 9:09:28

Jurnal Yudhagama
personel pelatih dan pendukung sesuai peran dan kemampuannya dalam komando latihan sehingga latihan dapat dilaksanakan secara realistis. Sedangkan perekrutan pelaku latihan diarahkan untuk memperkecil gap antara kondisi awal kemampuan personel dan satuan sebelum latihan dengan target kemampuan yang diharapkan pada akhir latihan, sehingga berkontribusi terhadap terciptanya latihan yang realistis. Ditinjau dari aspek manajemen sumber daya fasilitas latihan, PMPP TNI telah memiliki daerah latihan dengan prasarana yang memungkinkan untuk tercapainya latihan yang realistis sesuai dengan kondisi daerah misi pemeliharaan perdamaian yang ada saat ini. Meski demikian, dengan adanya keterbatasan anggaran, sarana latihan dalam bentuk alat peralatan dan alat utama sistem senjata sesuai yang digunakan di daerah misi belum sepenuhnya dimiliki oleh PMPP TNI. Hal ini diatasi dengan upaya-upaya pembuatan simulasi/ alat penolong instruksi dan peminjaman kepada satuan terdekat yang memiliki peralatan-peralatan tersebut. Pada aspek manajemen sumber daya piranti lunak latihan, PMPP TNI telah mengambil langkah-langkah yang memungkinkan update materi yang diberikan dan metode penyelenggaraan latihannya. Pembaruanpembaruan yang telah dilakukan selanjutnya didokumentasikan untuk pengembangan dan perbaikan kegiatan latihan pada periode selanjutnya. Hal ini berlangsung sebagai siklus, sehingga baik materi maupun teknik dan metode penyelenggaraan latihan terus berkembang mengikuti perkembangan dinamika dan kompleksitas misi pemeliharaan perdamaian sehingga tercapai realisme latihan yang penting bagi pemberian kemampuan yang diperlukan personel dan satuan TNI yang akan melaksanakan misi tersebut. Sebagai penutup, dapat disimpulkan bahwa untuk menjamin keberhasilan tugas misi pemeliharaan perdamaian yang bersifat kompleks, dinamis, multidimensional dan multiaktor, penyelenggaraan latihan pratugas bagi personel dan satuan TNI yang akan melaksanakan misi harus dilaksanakan dengan manajemen latihan yang dapat menciptakan latihan pratugas yang realistis, melalui pengelolaan sumber daya latihan yang meliputi personel, materil dan piranti lunak yang digunakan. Dengan kondisi yang ada dan langkah-langkah yang telah diambil sampai dengan saat ini, PMPP TNI telah berupaya untuk menyelenggarakan latihan yang realistis, sehingga dapat menjamin pemberian kemampuan personel dan satuan TNI yang diperlukan dalam melaksanakan misi pemeliharaan perdamaian. DAFTAR PUSTAKA Coleman, P. T. (2000). Power and Conflict. Dalam M. Deutsch, & P. T. Coleman, The Handbook of Conflict Resolution: Theory and Practice (hal. 108-130). San Fransisco: Jossey-Bas Publishers. Durch, W. J. (1993). Introduction. Dalam W. J. Durch, The Evolution of UN Peacekeeping: Case Studies and Comparative Analysis (hal. 1-14). Palgrave Macmillan.

60

Volume 32 No. 3 September 2012

Edisi September Edit.indd 60

01/11/2012 9:09:29

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


Georg Frerks; Berma Klein Goldewijk. (2007). Human Security :Mapping the Challenges. Dalam G. Frerks, & B. K. Goldewijk, Human Security And International Insecurity (hal. 21-44). Wageningen Academic Pub. Kasumba, Y. (2005). The Limits and Opportunities of Peacekeeping Training and Education. Journal of International Development and Cooperation, Vol.11, No.1, 105-125. Mabesad. (2002). Bujukin tentang Latihan PI:KDL-3.1; Skep/311/IX/2002. Jakarta: Mabesad. Mabesad. (2003). Bujukbin Pembinaan Latihan PB:KDL-3.1; Skep/10/I/2003. Jakarta: Mabesad. Mulyono, I. E. (2012). Peran TNI Dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB. Jakarta: PMPP. OIOS. (2012). Report of the Office of Internal Oversight Services on Peacekeeping Operations. New York: UN General Assembly. PMPP. (2011). TNI Dan Misi Pemeliharaan Perdamaian. Jakarta: PMPP. PMPP (Sutradara). (2012). Garuda Untuk Perdamaian Dunia [Gambar Hidup]. Sandole. (2007). Peace and Security in the Postmodern World: The OSCE and Conflict Resolution. Taylor & Francis. UN. (2012, Juni 30). MONTHLY PERFORMANCE INDICATORS. Dipetik Agustus 14, 2012, dari United Nations Office of Internal Oversight Services INVESTIGATIONS DIVISION: http://www.un.org/Depts/ oios/pages/2012-06-id-pis.pdf

RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS


I. Data Pokok. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Sumber Pa/Th Jabatan : : : : : : : Imam Edy Mulyono, M.Sc. Brigjen TNI/ 28554 Kutoarjo/ 24-03-1961 Islam Kawin AKABRI/1984 Komandan PMPP TNI III. Riwayat Penugasan. A. Dalam Negeri. 1. Ops Tim-Tim 2. Ops Tim-Tim B. Luar Negeri. : 1987 : 1990

Beberapa negara dalam rangka seminar, workshop, kunjungan resmi dan PKC network pada periode 1990-2012 IV. Riwayat Jabatan. 1. Dantonban/Kipan C Yonif-741 2. Danton I/D Yonif-741 3. Danramil Dim Los Palos, Rem-164/WD 4. Dankipan D Yonifter-744 5. Ps. Pasirenops 6. Kasikuat Yattih Ster Divif-1 7. Kasi-2/Ops Brigif Linud-17/1 8. Pamen Kostrad (Dik Seskoad) 9. Danyonif-321/13/1/Kostrad 10. Pamen Kostrad (Dik S2) 11. Pamen Mabes TNI (utk Sops) 12. Pabandya-3/Tasutim PB V Sops TNI 13. Kasbrigif-6/2 Kostrad 14. Kasubdis Humas Dispenad 15. Kasubdis Pensat Dispenad 16. Pamen Dispenad (Dik USAWC) 17. Dosen Madya Seskoad 18. Patun Seskoad 19. Dosen Utama Seskoad 20. Paban II/Binlat Sopsad 21. Komandan PMPP TNI
Volume 32 No. 3 September 2012 61

II. Pendidikan. A. Dikbangum. 1. 2. 3. 4. AKABRI Diklapa II/Inf Seskoad AWC USA : : : : 1984 1995 1999 2007

B. Dikbangspes. 1. 2. 3. 4. 5. Susarpara : Susarcab Inf : Sus Bahasa Inggris : American Language : Psycological Operations : 6. Air Borne : 7. Path Finder : 8. Special Forces Course : 1984 1984 1986 1989 1989 1990 1990 1990

Edisi September Edit.indd 61

01/11/2012 9:09:29

Jurnal Yudhagama

PERAN SATUAN PENERANGAN DALAM MENDUKUNG LATIHAN ANTAR KECABANGAN TNI AD TINGKAT BRIGADE

Oleh : Letkol Inf Paiman (Kabaginfosus Subdispensus Dispenad)

PENDAHULUAN. Secara fungsional, Satuan Penerangan jajaran TNI AD bertugas menyelenggarakan kegiatan penerangan guna membangun dan memelihara citra positif Angkatan Darat. Dalam kaitan operasi militer perang (OMP) dan operasi militer selain perang (OMSP), Satuan Penerangan jajaran TNI AD melaksanakan operasi penerangan yang meliputi operasi media dan operasi informasi, baik yang bersifat ofensif maupun defensif. Dihadapkan dengan tuntutan tugas tersebut, Satuan Penerangan jajaran TNI AD harus memiliki kemampuan teknis dan taktis yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas operasi. Namun sampai saat ini Satuan Penerangan jajaran TNI AD tidak memiliki kemampuan operasional yang memadai karena tidak adanya pedoman yang dapat dijadikan acuan dalam
62 Volume 32 No. 3 September 2012

pembinaan kemampuan untuk mendukung tugas-tugas operasi militer. Mencermati pentingnya kondisi tersebut, maka pada latihan antar kecabangan TNI AD tingkat Brigade TA. 2012 beberapa waktu lalu, Dinas Penerangan Angkatan Darat (Dispenad) berperan aktif dengan melakukan peran ganda. Peran yang pertama adalah sebagai pendukung latihan dengan bertugas menyelenggarakan dokumentasi dan publikasi latihan. Untuk melaksanakan peran ini, Dispenad mengerahkan personel peliputan kegiatan yang bertugas meliput dan mempublikasikan kegiatan latihan kepada masyarakat dengan memanfaatkan media yang ada, baik media nasional maupun media daerah. Peran yang kedua adalah peran yang dicari untuk membangun kemampuan operasional dalam rangka mendukung tugas-tugas OMP maupun OMSP. Salah kemampuan yang ingin dibangun dalam latihan ini adalah kemampuan untuk melaksanakan operasi media, yang tujuannya adalah untuk memfasilitasi media masa yang akan meliput kegiatan operasi. Ide untuk tentang operasi media dilatarbelakangi oleh pengalaman insiden yang dialami personel media yang akan meliput operasi militer yang digelar di Aceh beberapa tahun lalu. Selain merugikan personel media yang bersangkutan, insiden tersebut juga menggangu pelaksanaan operasi yang sedang dilaksanakan pada saat itu. Tulisan ini mengulas tentang keterlibatan satuan penerangan dalam latihan antar kecabangan tingkat Brigade tahun 2012, dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang peran yang dilakukan Satuan Penerangan dalam mendukung keberhasilan Latihan Antar Kecabangan Tingkat Brigade, baik dari segi dukungan penerangan maupun sebagai pelaku latihan yang tergabung dalam Satgaspen Brigade Tim pertempuran (BTP). Melalui tulisan ini penulis mengharapkan adanya masukan dari para pembaca untuk meningkatkan kemapuan Satuan Penerangan dalam pelaksanaan tugas-tugas OMP maupun OMSP.

Edisi September Edit.indd 62

01/11/2012 9:09:29

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


SATUAN PENERANGAN DALAM SINERGITAS OPERASI DARAT. Disadari bahwa keberhasilan pelaksanaan tugas pokok TNI AD tidak terlepas dari peran serta seluruh satuan sesuai dengan fungsi dan bidang tugas masing-masing. Tuntutan sinergitas dan sinkronisasi diantara semua unsur yang ada di lingkungan TNI AD merupakan keniscayaan, karena tidak ada unsur yang lebih penting, lebih dominan atau lebih hebat dari unsur lainnya. Semua kecabangan dan satuan pada hakekatnya memiliki peran khas yang saling melengkapi dan mendukung. Masing-masing tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Demikian juga halnya dalam suatu tugas operasi militer, apalagi operasi dalam skala besar tingkat Brigade. Pertempuran darat tidak mungkin dimenangkan oleh satu kecabangan saja, meskipun dilengkapi dengan senjata yang canggih. Pertempuran darat harus dilakukan secara gabungan kesenjataan. Namun gabungan kesenjataan saja belum dapat menjamin kemenangan suatu pertempuran, kecuali apabila diorganisir secara solid sehingga terbentuk unity of effort. Dengan kata lain, keberhasilan operasi darat sejatinya memerlukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dari semua kecabangan/satuan secara keseluruhan. Setiap kecabangan/satuan sebagai subsistem dari sistem operasi darat perlu membangun kualitas kerjasama yang terkoordinasi dan tersinkronisasi, agar tugastugas OMP maupun OMSP dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh karenanya, satuan-satuan yang bertugas dalam operasi darat harus dilihat sebagai satu kesatuan sistem yang utuh, tidak bisa dilihat secara parsial, bagian perbagian. Operasi darat pada hakekatnya adalah suatu sistem yang terdiri dari subsistem intelijen, manuver, tembakan, perlindungan, mobilitas/lawan mobilitas, Kodal dan dukungan. Dalam kaitan itu, satuan penerangan merupakan bagian dari subsistem dukungan yang melaksanakan tugas-tugas pengelolaan informasi sebagai kekuatan non-lethal yang harus didayagunakan untuk melipatgandakan daya tempur pasukan sendiri dan melemahkan daya tempur musuh. Dalam operasi darat, satuan penerangan dapat diberi tugas untuk melakukan operasi media dan operasi informasi, baik yang bersifat ofensif maupun defensif. Operasi media dan operasi informasi bukan merupakan operasi berdiri sendiri tetapi harus direncanakan secara terintegrasi dalam rencana operasi panglima operasi. PERAN SATUAN PENERANGAN Dihadapkan dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik, maka masyarakat berhak atas berbagai informasi tentang TNI AD, kecuali informasi yang berklasifikasi yang penyebarannya dapat membahayakan keamanan negara. Berkaitan dengan itu, maka satuan penerangan jajaran TNI AD berkewajiban menyajikan berbagai informasi tentang TNI AD yang boleh diketahui masyarakat secara cepat, lengkap dan akurat. Selain kewajiban untuk melaksanakan amanat undangundang, TNI AD juga juga berkepentingan untuk mempublikasikan berbagai informasi dalam rangka meningkatkan dukungan masyarakat terhadap tugastugas TNI AD. Informasi tentang latihan antar kecabangan tahun 2012 perlu diketahui oleh masyarakat luas, agar masyarakat memiliki pengetahuan yang memadai tentang kemampuan TNI AD dalam pelaksanaan tugas-tugas operasi militer dalam rangka menegakkan kedaulatan negara. Dengan pengetahuan tersebut, dukungan masyarakat terhadap TNI AD akan semakin menguat. Untuk itu, Dispenad selaku pemangku lapangan kekuasaan teknis penerangan berkewajiban mengumpulkan, mengolah dan menyediakan informasi tentang latihan antar kecabangan tahun 2012 kepada masyarakat. Dihadapkan dengan kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan operasional satuan, latihan antar kecabangan tahun 2012 merupakan peluang bagi Dispenad untuk melatih personelnya agar mampu melaksanakan tugas-tugas operasional secara optimal. Peluang ini juga sekaligus dimanfaatkan untuk merumuskan taktik, teknik dan prosedur tentang operasi penerangan yang sampai saat ini belum ada. Mengalir dari dua pemikiran tersebut, maka dalam latihan antar kecabangan tahun 2012, Dispenad melaksanakan peran ganda. Pertama, Dispenad melaksanakan peran sebagai unsur pendukung latihan yang melaksanakan kegiatan peliputan, dokumentasi dana publikasi. Peran yang kedua adalah sebagai pelaku latihan, yang dilaksanakan dengan mengikutsertakan Satuan Tugas Penerangan bersama-sama satuan lain
Volume 32 No. 3 September 2012 63

Edisi September Edit.indd 63

01/11/2012 9:09:30

Jurnal Yudhagama
lainnya dalam latihan sesuai skenario latihan yang telah disusun Tim Perancang Latihan. Sebagai Pendukung Latihan. Sebagai pendukung latihan, Dispenad membentuk Tim Dukungan Penerangan bertugas melakukan peliputan kegiatan latihan mulai dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan sampai dengan tahap pengakhiran latihan. Hasil kegiatan liputan yang berupa foto dan film digunakan untuk kepentingan dokumentasi dan publikasi. Kegiatan publikasi dilakukan untuk menyampaikan informasi tentang kegiatan latihan antar kecabangan tingkat Brigade kepada masyarakat luas melalui media massa lokal dan nasional, baik media cetak, media elektronik maupun media online. Tujuannya adalah agar masyarakat mengetahui dan memperoleh akses informasi yang memadai tentang kegiatan latihan antar kecabangan tahun 2012. Selain mempublikasikan hasil peliputan melalui press release ke berbagai media, kegiatan publikasi juga dilakukan dengan menggelar jumpa pers untuk memberikan penjelasan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan latihan dan melakukan wawancara pers seputar latihan. Produk kegiatan publikasi ini berupa pemberitaan kegiatan latihan secara garis besar dengan memberikan fokus pada aspek-aspek informasi latihan yang perlu diketahui masyarakat. Berbeda dengan kegiatan publikasi, kegiatan dokumentasi dilakukan dengan menghimpun seluruh hasil liputan yang dilakukan oleh Tim Liput Dispenad dan para juru kamera yang ada di semua satuan pelaku latihan. Himpunan hasil liputan kemudian disusun secara kronologis dalam bentuk film, sehingga menghasilkan cerita yang runtut tentang seluruh kegiatan latihan. Agar bisa dijadikan alat pertolongan instruksi, maka film tersebut dilengkapi dengan komentar instruksional sehingga bisa memberikan gambaran secara taktis dan teknis. Selain film, seluruh hasil liputan juga didokumentasikan dalam bentuk foto, rekaman audio, transkrip wawancara serta kliping koran. Selain untuk tujuan instruksional, hasil dokumentasi juga digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain sebagai bahan evaluasi bagi pimpinan TNI AD, maupun sebagai dokumen sejarah latihan yang dapat digunakan untuk merevisi doktrin operasional maupun doktrin taktis di lingkungan TNI AD. Kegiatan dokumentasi dilakukan dengan menerjunkan langsung tim peliput yang melibatkan berbagai satuan penerangan jajaran TNI AD, yaitu Pendam V/Brw, Pendam Jaya, Pendam II/ Swj, Penerangan Kostrad, Penerangan Kopassus, Penerangan Kodiklat, Penrem 043/Gatam, Yonhub
64 Volume 32 No. 3 September 2012

Dithubad dan para juru kamera masing-masing satuan yang terlibat dalam latihan BTP. Pelibatan beberapa satuan penerangan diluar Dispenad ini dimaksudkan untuk membuat dokumentasi yang lebih detail tentang kegiatan teknis satuan yang tidak mungkin dilakukan oleh Dispenad, sehingga diperoleh hasil dokumentasi yang lebih lengkap dan akurat. Sebagai Pelaku Latihan. Peran penting personel penerangan dalam latihan BTP yang sesungguhnya adalah sebagai pelaku latihan yang tergabung dalam Satgaspen BTP. Satgas ini terdiri 10 personel penerangan (2 Pamen, 5 Pama, 2 Bintara dan 1 Tamtama) yang melakukan tugas-tugas esensial penerangan dalam operasi. Seperti diketahui bahwa operasi militer saat ini dan kedepan, tidak hanya mengandalkan kemampuan dan keunggulan hard power semata, tetapi juga menggunakan kemampuan soft power, termasuk didalamnya pengelolaan informasi di daerah operasi. Untuk memenangkan suatu pertempuran, maka pihak-pihak yang terlibat pasti akan mengerahkan segala sumber daya dan kemampuan yang dimiliki, termasuk kemampuan pengelolaan informasi untuk mempengaruhi opini masyarakat di daerah belakang, maupun di daerah operasi. Dalam latihan antar kecabangan tahanu 2012 ini, musuh diskenariokan memiliki kemampuan operasi informasi untuk menurunkan moril dan semangat bertempur pasukan sendiri. Musuh juga mampu mempengaruhi opini masyarakat di daerah operasi agar berpihak kepada musuh. Untuk melawan dan mengimbangi kemampuan musuh, maka Satgaspen BTP melaksanakan operasi penerangan yang meliputi operasi informasi dan operasi media. Operasi Informasi. Mengacu pada skenario latihan dimana musuh melakukan propaganda, penggalangan dan penciptaan

Edisi September Edit.indd 64

01/11/2012 9:09:32

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD


opini negatif terhadap pasukan sendiri maupun masyarakat di daerah operasi melalui selebaran gelap dan pemberitaan di media massa, maka operasi informasi yang dilakukan oleh Satgaspen BTP dilancarkan bersifat ofensif maupun defensif. Operasi informasi yang bersifat ofensif dilancarkan untuk mempengaruhi musuh dan masyarakat yang sudah berhasil dipengaruhi musuh. Operasi ini dilakukan dengan tiga tujuan. Pertama, untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan musuh. Kedua, untuk mempengaruhi emosi, semangat, moril dan opini pasukan musuh, agar tidak percaya kepada pimpinannya. Ketiga, untuk mempengaruhi masyarakat yang sudah dipengaruhi oleh musuh agar kembali berpihak kepada kita atau bahkan melawan musuh. Operasi informasi ofensif dilakukan dengan pembentukan opini dan lawan opini. Pembentukan opini dilakukan dengan mengeksplotasi kelemahan dan keganjilan musuh, dengan memanfaatkan media lokal. Sedangkan, lawan opini dilakukan untuk melawan dan melakukan serangan balik terhadap opini negatif yang sengaja diciptakan oleh pihak musuh. Kegiatan lawan opini pada operasi informasi ofensif dilakukan dengan memberikan informasi yang benar kepada masyarakat, untuk menunjukkan bahwa propaganda yang dilakukan oleh musuh adalah tidak benar. Hal ini dilakukan dengan mempublikasikan informasi tentang apa dilakukan oleh pasukan sendiri, dalam bentuk tulisan, gambar maupun audio visual. Misalnya, apabila musuh membuat opini tentang pasukan sendiri menindas dan berbuat semena-mena terhadap rakyat, maka lawan opini yang dilakukan adalah dengan menunjukkan informasi tentang kegiatan pasukan sendiri yang sedang membantu rakyat, memberikan pengobatan massal dan sebagainya. Operasi informasi yang bersifat defensif dilakukan dengan dua tujuan. Pertama, untuk membentengi pasukan sendiri dari pengaruh propaganda negatif musuh sekaligus untuk memelihara moril dan semangat pasukan sendiri. Kedua untuk membentengi masyarakat di daerah operasi yang mendukung kita dari kemungkinan pengaruh propaganda musuh, sehingga masyarakat tidak terpengaruh untuk melawan kita, karena hal ini sangat mungkin dilakukan oleh musuh. Operasi defensif ini dilakukan dengan melakukan penerangan pasukan dan lawan opini. Teknik penerangan pasukan pada operasi informasi defensif dilakukan dalam bentuk penerbitan lembar penerangan pasukan atau dengan menggunakan melalui alat komunikasi yang tersedia. Tema penerangan pasukan disesuaikan permasalahan yang dihadapi pasukan di lapangan atau hal-hal yang perlu diketahui oleh pasukan, seperti masalah Hukum dan HAM, kedisiplinan, kewaspadaan dan hal-hal lain yang mampu membentengi prajurit dari propaganda musuh serta meningkatkan semangat dan moril prajurit. Teknik lawan opini dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari opini menyesatkan yang dilancarkan musuh di daerah operasi. Operasi Media. Pengalaman operasi yang pernah dilakukan TNI AD pada masa lalu tidak pernah luput dari pemberitaan media masa nasional maupun lokal. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena informasi tentang operasi militer adalah informasi yang laku jual dalam dunia jurnalistik karena mengandung keunikan yang mengundang keingintahuan publik. Para jurnalis akan berada di daerah operasi tanpa diundang. Keberadaan mereka di daderah operasi bisa menguntungkan atau merugikan pelaksanaan operasi. Oleh karena itu, Dispenad mencoba mengembangkan taktik, teknik dan prosedur penanganan media di daerah operasi agar dapat memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi pelaksanaan operasi darat. Operasi media pada hakekatnya adalah pengendalian kegiatan jurnalistik di daerah operasi. Kegiatan ini dilakukan dengan teknik-teknik pengendalian tidak langsung dengan membuat aturan main (rule of conduct) yang berisi kewajiban dan larangan bagi jurnalis yang melakukan kegiatan peliputan operasi. Aturan main bagi jurnalis harus disesuaikan dengan situasi taktis di daerah operasi, namun tetap harus memberikan kesempatan kepada jurnalis untuk meliput dan melaporkan hasil liputannya secara obyektif kepada media induknya. Selain membuat aturan main, terhadap para jurnalis juga dilakukan pendampingan untuk menjamin dipatuhinya aturan main yang telah diberikan. Pendampingan juga dimaksudkan untuk memberikan keamanan para jurnalis dari tindakan musuh di derah operasi. Tujuan operasi media antara lain untuk memperoleh dukungan masyarakat terhadap operasi yang dilakukan oleh TNI AD. Para embedded media menjadi alat bagi pengambil kebijakan untuk memperoleh dukungan masyarakat dalam pelaksanaan operasi. Sebagaimana diketahui, dukungan masyarakat merupakan faktor pendorong untuk membuat kemenangan pertempuran di daerah operasi menjadi kemenangan perang. Kekalahan perang pasukan Amerika Serikat di Vietnam antara lain disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk mengendalikan media masa yang mempengaruhi opini publik di dalam negerinya. Maka wajar apabila mereka mengatakan embeded media never wins a singgle battle, but it is crucial to win the war. Dalam latihan antar kecabangan tahun 2012,
Volume 32 No. 3 September 2012 65

Edisi September Edit.indd 65

01/11/2012 9:09:32

Jurnal Yudhagama
Satgaspen melakukan pendampingan terhadap enam embedded media (media yang dikutkan dalam operasi), yaitu Metro TV, TV One, MNC TV, Global TV, Trans TV dan TV 7 serta dua media cetak, yakni Majalah Gatra dan Harian Umum Pelita. Dengan adanya kegiatan peliputan langsung oleh media, terjadi hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Di satu sisi, media memperoleh bahan berita yang laku jual, dan di sisi lain masyarakan mendapat inforamsi yang obyektif tentang kegiatan latihan yang dilakukan satuan-satuan TNI AD. PENUTUP. Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan tugas operasi TNI AD memerlukan sinergitas semua satuan/kecabangan, termasuk didalamnya satuan penerangan TNI AD. Pelibatan satuan penerangan, tidak hanya sebatas memberikan dukungan dalam latihan yang berupa publikasi dan dokumentasi, tetapi juga terlibat langsung dalam latihan BTP sebagai pelaku latihan. Sebagai pelaku latihan, Satgapen melakukan dua kegiatan pokok, yaitu operasi informasi dan operasi media. Bila pada masa lalu, satuan penerangan hanya dipandang sebagai pelengkap operasi militer (suplemen), tetapi dimasa kini dan yang akan datang yakni pada perang generasi keempat (4th generation warfare) dimana perang tidak hanya mengandalkan kekuatan militer, tetapi juga melibatkan semua sumber daya yang ada termasuk informasi, maka pelibatan satuan penerangan memegang peran yang sangat penting dan strategis untuk mencapai keberhasilan operasi. Oleh sebab itu, keberadaan Satgaspen dalam suatu latihan ataupun operasi, baik operasi militer perang maupun operasi militer selain perang harus benar-benar diberdayakan dan diefektifkan agar mampu memberikan kontribusi yang lebih besar bagi keberhasilan tugas.

RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS


I. Data Pokok. 1. Nama 2. Pangkat/NRP 3. Tempat/Tgl. Lahir 4. Agama 5. Status 6. Sumber Pa/Th 7. Jabatan II. Pendidikan. A. Dikbangum. 1. 2. 3. 4. 5. Sepamilwa Orientasi Sekalihpa Selapa If Seskoad : 1993 : 1993 : 2000 : 2002 : 2009 : : : : : : : Drs. Paiman Letkol Inf/14930063480367 Jombang/24-03-1967 Islam Kawin Sepamilwa/1993 Kabag Infosus Subdispensus Dispenad III. Riwayat Penugasan. A. Dalam Negeri. 1. Ops Tim-Tim : 1997

IV. Riwayat Jabatan. 1. Pama Kodam II/Swj 2. Gumil Sospol Rindam II/Swj 3. Pama Pendam II/Swj 4. Kaur Penrad 5. Kaur Presska 6. Ps. Kasi Pendia Presska 7. Kasi Pendia Presska Pendam XVI/Ptm 8. Kasirendal Jasdam XVI/Ptm 9. Kasi Penum Pendam XVI/ Ptm 10. Pamen Kodam XVI/Ptm 11. Kabaginfo Subdispensat Dispenad 12. Kabaginfosus Subdispensus Dispenad

B. Dikbangspes. 1. 2. 3. 4. Tarbintal Fungsi Komando Susgadik ABRI KIBI Suskapen : 1990 : 1990 : 1994 : 1994

66

Volume 32 No. 3 September 2012

Edisi September Edit.indd 66

01/11/2012 9:09:33

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

Volume 32 No. 3 September 2012

67

Edisi September Edit.indd 67

01/11/2012 9:09:34

Edisi September Edit.indd 68

01/11/2012 9:09:35

Anda mungkin juga menyukai