Anda di halaman 1dari 53

UNIVERSITAS PERTAHANAN

HALAMAN JUDUL
OPTIMALISASI KERJA SAMA TNI-POLRI GUNA
MEMELIHARA KEAMANAN KETERTIBAN MASYARAKAT
DALAM PERTAHANAN NEGARA

PROPOSAL PENELITIAN

IMAM WIDODO
NIM 120160104024

FAKULTAS STRATEGI PERTAHANAN


PROGRAM STUDI STRATEGI DAN KAMPANYE MILITER

BOGOR
FEBRUARI 2018

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Penelitian ini diajukan oleh:

Nama : Imam Widodo


NIM : 120160104024
Program Studi : Strategi dan Kampanye Militer
Judul : Optimalisasi Kerja Sama TNI-Polri Guna
Memelihara Keamanan Ketertiban Masyarakat
dalam Pertahanan Negara

Tesis dengan judul dan nama mahasiswa tersebut di atas telah disetujui
untuk dapat diseminarkan, sebagai bagian persyaratan untuk
melaksanakan penelitian pada Program Studi Strategi dan Kampanye
Militer, Fakultas Strategi Pertahanan, Universitas Pertahanan.

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I : Letjen TNI Dr. I Wayan Midhio, M. Phil. (…………….)

Pembimbing II : Dr. Ir. Rudy Laksmono W., M.T. (…………….)

Bogor, Februari 2018

A.n Dekan Fakultas Strategi Pertahanan


Kaprodi Strategi dan Kampanye Militer

Kolonel Adm Afrizal Hendra, S.IP., M.Si., M.Si. (Han)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..........................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................vi

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1

1.1 Latar Belakang Penelitian...............................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................7
1.3 Tujuan dan Signifikansi Penelitian..................................................8

1.3.1 Tujuan Penelitian............................................................................8


1.3.2 Signifikansi Penelitian....................................................................8

1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................8

1.4.1 Aspek Teoritis................................................................................8


1.4.2 Aspek Praktis.................................................................................9

1.5 Ruang Lingkup Penelitian...............................................................9


1.6 Sistematika Penulisan Penelitian....................................................9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN............11

2.1 Tinjauan Pustaka..........................................................................11

2.1.1 Optimalisasi..................................................................................11
2.1.2 Peran............................................................................................11
2.1.3 Kerja Sama..................................................................................14
2.1.4 Konsep Perbantuan TNI-Polri......................................................15
2.1.5 Keamanan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas).......................16
2.1.6 Pertahanan Negara....................................................................18
2.1.7 Penelitian Terdahulu...................................................................18

2.2 Kerangka Pemikiran...................................................................20

iii
BAB 3 METODE PENELITIAN.............................................................22

3.1 Desain Penelitian........................................................................22


3.2 Sumber Data/Subjek/Objek Penelitian.......................................23

3.2.1 Sumber data...............................................................................23


3.2.2 Subjek Penelitian........................................................................23
3.2.3 Objek Penelitian.........................................................................24

3.3 Teknik Pengumpulan Data.........................................................24

3.3.1 Wawancara Mendalam...............................................................25


3.3.2 Observasi....................................................................................25
3.3.3 Studi Pustaka..............................................................................25

3.4 Teknik Analisis Data....................................................................25


3.5 Prosedur Penelitian.....................................................................27

3.5.1 Instrumen Penelitian....................................................................27


3.5.2 Data Primer.................................................................................27
3.5.3 Data Sekunder............................................................................27
3.5.4 Penguji Keabsahan dan Keterandalan Data...............................28

3.6 Rencana Jadwal Penelitian.........................................................29

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................30
LAMPIRAN................................................................................................35

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya........................20


Tabel 3.1 Daftar Informan ………………………………………………….. 26
Tabel 3. 2 Rencana Waktu Penelitian........................................................29

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 1 Kerangka Pemikiran............................................................21

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdiri atas 17.504
pulau sebagai satu kesatuan wilayah Indonesia yang harus dijaga
keberadaan dan keutuhannya. Posisi Indonesia yang strategis memiliki
implikasi pertahanan yang besar. Keutuhan wilayah NKRI tidak saja
menjadi kepentingan nasional Indonesia, tetapi juga menjadi bagian
strategis yang mempengaruhi kepentingan nasional sejumlah negara di
dunia. Wilayah Indonesia yang utuh dan stabil akan menjadi syarat mutlak
terselenggaranya pembangunan nasional untuk mensejahterakan rakyat,
sekaligus bagi terwujudnya stabilitas kawasan yang mengitari Indonesia
(Departemen Pertahanan RI, 2008).
Lebih jauh dikatakan dalam buku putih pertahanan bahwa hakekat
kepentingan nasional Indonesia adalah tetap tegaknya NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 serta
terjaminnya kelancaran dan keamanan pembangunan nasional yang
berkelanjutan. Menurut Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dikatakan bahwa
pembangunan nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Pembagunan nasional dilaksanakan oleh masyarakat dan pemerintah.
Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah
berkewajiban untuk menciptakan kondisi dan suasana yang menunjang
kegiatan masyarakat.
Kepentingan nasional serta eksistensi bangsa dan negara harus
terlindungi dari ancaman nirmiliter yang berdimensi ideologi, politik, sosial
budaya, Kamtibmas, dan keselamatan umum. Ancaman nirmiliter tidak
dapat dihadapi dengan penggunaan kekuatan pertahanan yang bersifat
fisik sehingga apabila tidak ditangani, akan timbul risiko besar yang

1
2

mengancam eksistensi NKRI. Ancaman nirmiliter terkait dengan stabilitas


nasional sehingga sangat mendasar untuk ditempatkan sebagai salah
satu sasaran pertahanan negara.
Ancaman nirmiliter merupakan golongan ancaman pertahanan yang
sifatnya tidak secara langsung mengancam kedaulatan, keutuhan, dan
keselamatan bangsa. Namun, risiko yang ditimbulkan dari ancaman
nirmiliter dapat berimplikasi mengganggu stabilitas nasional.
Terganggunya stabilitas nasional tidak saja menghambat pembangunan
nasional, tetapi lambat-laun dapat berkembang menjadi permasalahan
kompleks yang mengancam kredibilitas pemerintah dan eksistensi
bangsa. Ancaman nirmiliter sesuai dengan sifatnya dihadapi dengan
pendekatan nirmiliter yang menempatkan departemen dan lembaga
nondepartemen sebagai unsur utama dan TNI sebagai pendukung
(Departemen Pertahanan RI, 2008).
Selanjutnya ditegaskan dalam UUD 1945 amandemen IV, bahwa
usaha pertahanan dan keamanan Indonesia dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Polri sebagai
kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara
Nasional Indonesia, TNI yang terdiri dari angkatan darat, laut, dan udara
bertugas menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan
wilayah NKRI, serta melindungi dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara. Sementara menurut Undang-Undang RI
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Polri
yang juga sebagai alat negara memiliki tugas memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Perubahan fungsi dan peran kedua lembaga TNI dan Polri diawali
dari semangat reformasi tahun 1998 yang salah satunya menghasilkan
TAP MPR Nomor VI Tahun 2000 dan VII Tahun 2000 tentang pemisahan
TNI dan Polri. Semangat reformasi juga menghasilkan Undang-Undang RI
Nomor 2 Tahun 2002 Tetang Kepolisian Negara RI dan Undang-Undang

Universitas Pertahanan
3

RI Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara, serta Undang-


Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia.
Melalui undang-undang tersebut tuntutan profesionalisme TNI dan Polri
supremasi sipil ditegakkan. Polisi adalah penegak hukum dan pembasmi
kejahatan/kriminalitas, subjek dan objek hukumnya adalah individu,
instrumen utamanya adalah hukum. Tentara dituntut oleh tugasnya untuk
meningkatkan profesionalisme untuk melindungi dan mempertahankan
keutuhan dan kedaulatan negara (Sambuaga, 2007).
Sesuai dengan amanat undang-undang, Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) merupakan salah satu sub-bagian dari komponen negara
sekaligus sebagai salah satu sub-sistem dari fungsi pemerintahan dalam
bidang keamanan dalam negeri yaitu suatu keadaan yang ditandai
dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).
Menurut Undang-Undang RI Nomor Tahun 2002, yang dimaksud dengan
kamtibmas adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu
prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka
tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan,
ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang
mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan
kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi
segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya
yang dapat meresahkan masyarakat.
Khususnya dalam hal tugas pemeliharaan Kamtibmas saat ini
cenderung berkembang semakin meningkat dan kompleks, di mana
tuntutan dan dinamika masyarakat yang terus bertumbuh seiring dengan
nilai-nilai pada transparansi, akuntabilitas, hak azasi manusia, lingkungan
hidup, dan demokratisasi. Contohnya adalah kasus konflik yang terjadi di
Mesuji Lampung dan bentrok di Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji,
Lampung Selatan (Kistyarini, 2012), di mana Polri dalam menangani
konflik dengan massa yang emosi dituntut juga melakukan penanganan
dengan proses yang mengedepankan tindakan polisionil, demokrasi dan
hak azasi manusia walaupun dengan keterbatasan jumlah personel Polri.

Universitas Pertahanan
4

Artinya, penanganan terhadap massa harus dituntut peran


profesionalisme dan jumlah petugas keamanan yang cukup di lapangan.
Jumlah petugas keamanan yang cukup dilapangan dalam
melaksanakan Kamtibmas beberapa kondisi mengalami kendala seperti
pengamanan unjuk rasa, seperti pada kasus demo 212 yang diperkirakan
diikuti sebanyak 150.000 orang. Untuk mengawal dan mengamankan
jalannya aksi unjuk rasa tersebut Polri menyiagakan 22.000 personel
(Winarto, 2016). Tidak hanya pengamanan unjuk rasa yang membutuhkan
pertambahan kekuatan, polri juga membutuhkan bantuan pada
penanganan kelompok teroris di Poso. Kepala Polri Jenderal Tito
Karnavian mengatakan bahwa penanganan terorisme di Indonesia
memang harus komprehensif. Oleh sebab itu, Tito tak mempersoalkan jika
TNI ikut terlibat aktif di dalam penanganan salah satu kejahatan luar biasa
tersebut (Kuwado, 2017).
Kedua lembaga TNI–Polri walaupun dipisahkan tugas dan fungsinya
namun kedua lembaga tersebut diharapkan dapat bekerja sama dan
saling membantu terkait kegiatan pertahanan dan kegiatan kemanan (TAP
MPR Nomor VI Tahun 2000). Kondisi tersebut dipertegas dalam Undang-
Undang RI Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 41 mengatakan Polri dapat minta
bantuan TNI, diatur dengan Peraturan Pemerintah dan darurat militer dan
peran Polri bantu TNI diatur dengan Undang-Undang. Undang-Undang RI
Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI Pasal 7 mengatakan tugas pokok
dilakukan dengan Operasi Militer untuk perang dan Operasi Militer Selain
Perang (OMSP) yaitu untuk membantu Polri dalam rangka tugas
keamanan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang.
Walaupun kerja sama TNI-Polri secara yuridis dinyatakan dalam
produk hukum di atas namun dalam implementasi di awal-awal pertama
banyak mendapatkan kendala. Penerapan OMSP seringkali menimbulkan
problem antara dua instansi yaitu militer dan polisi. Konsep ini seringkali
menimbulkan tumpang tindih peran TNI dengan kewenangan Polri,
terutama dalam menangani dan menyelesaikan konflik. TNI adalah
kekuatan bersenjata untuk mengatasi ancaman, sedangkan tugas Polri

Universitas Pertahanan
5

adalah menegakkan keamanan dan ketertiban umum (public order)


(Choirie, 2007).
Lebih jauh, Choirie (2007) mengatakan bahwa implementasi tugas
OMSP TNI membutuhkan keputusan politik negara (payung hukum)
sebagaimana ditegaskan Pasal 7 Ayat (3) Undang-Undang RI Nomor 34
Tahun 2004 bahwa ketentuan pelaksanaan OMSP didasarkan pada
kebijakan dan keputusan politik negara. Penggunaan kekuatan TNI dalam
tugas OMSP terutama untuk menghadapi eskalasi ancaman. Dalam
situasi di mana ancaman masih berupa tindak kejahatan biasa (kriminal),
penanganan sepenuhnya berada di wilayah kewenangan Polri. Namun,
apabila ancaman terus berkembang dan membahayakan, maka status
wilayah meningkat dari tertib sipil menjadi darurat militer. Pada titik itu
keterlibatan TNI masih dalam tugas OMSP. Berhubung tugas OMSP TNI
cukup luas dan bersinggungan dengan tugas Polri, maka untuk
menghindari konflik otoritas diperlukan sebuah aturan main (rule
engagement) bagi pelibatan TNI dalam melaksanakan tugas-tugas OMSP.
Dengan demikian, perlu dirumuskan sebuah aturan tentang perbantuan
TNI dalam mendukung tugas institusi lainnya, dalam hal ini tugas polisi.
Aturan perbantuan TNI ke Polri yang dimaksud dalam bentuk
peraturan hingga hari ini belum terbentuk, maka pada tahun 2013
Panglima TNI Agus Suhartono dan Kapolri Timor Pradopo menandatangi
Nota Kesepahaman tentang perbantuan TNI kepada Polri dalam rangka
memelihara keamanan dan kertiban masyarakat (Kamtibmas). Maksud
dari Nota Kesepahaman ini adalah sebagai pedoman untuk melaksanakan
kerja sama perbantuan TNI kepada Polri dengan bertujuan mewujudkan
sinergitas perbantuan TNI kepada Polri dalam rangka memelihara
Kamtibmas (TNI, 2013). Lebih jauh Panglima TNI Agus Suhartono
mengatakan Memorandum of Understanding (MoU) dibuat secara sadar
mengingat belum ada peraturan pelaksanaan tentang perbantuan TNI ke
Polri. Ditegaskan kembali oleh Kapolri Timor Pradopo bahwa Polri dalam
menyelesaikan permasalahan yang cepat memerlukan pasukan, dalam

Universitas Pertahanan
6

arti jumlah personil. Salah satunya kami meminta bantuan kepada TNI
(Maharani, 2013).
Tugas perbantuan TNI kepada Polri dilaksanakan guna mendukung
kegiatan Kepolisian dan/atau operasi Kepolisian atas permintaan
berdasarkan kriteria ancaman dan kemampuan Polri. Tugas tersebut
antara lain: menghadapi unjuk rasa maupun mogok kerja, kerusuhan
massa, menangani konflik sosial, kelompok kriminal bersenjata dan
mengamankan kegiatan masyarakat atau pemerintah yang bersifat lokal,
nasional maupun internasional yang mempunyai kerawanan.
Beberapa perbantuan TNI ke Polri dalam memelihara Kamtibmas
sudah terlaksana, adapun perbantuan TNI ke Polri sebagai berikut:

1) Menghadapi unjuk rasa maupun mogok kerja misalnya pada unjuk


rasa dari serikat buruh yang rutin pada perayaan hari buruh tiap
tanggal 1 Mei maupun umumnya bila terjadi penutupan perusahaan.
Salah satunya dalam berita Kodim 0506/Tangerang Ikut Serta Bantu
Kepolisian Amankan Aksi Unjuk Rasa Demo Buruh (Dispenad,
2015).
2) Menghadapi kerusuhan massa seperti kasus di Kabupaten Musi
Rawas Utara Juli 2013 di mana warga bentrok Kepolisian setempat
(Fajri, 2013).
3) Menangani konflik sosial seperti terjadinya konflik antar suku di
Mesuji, Lampung (Fauzi, 2015).
4) Menangani kelompok kriminal bersenjata seperti gerombolan
bersenjata yang dipimpin oleh Santoso di Poso, Sulawesi Tengah
(Gumilang, 2016)
5) Mengamankan kegiatan masyarakat atau pemerintah yang bersifat
lokal, nasional maupun internasional yang mempunyai kerawanan
seperti pertandingan sepakbola antara PSMS melawan Arema FC
(Sufiyanto, 2017).
Isi dari salah satu pasal di MoU kerja sama TNI-POLRI adalah tindak
lanjut dalam pembuatan pedoman kerja sama yang merupakan satu
kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini

Universitas Pertahanan
7

serta dengan membentuk tim perumus. Lebih lanjut segala pembiayaan


yang diperlukan untuk kegiatan perbantuan TNI ke Polri diatur dalam
pedoman kerja sama. Ini menjadi permasalahan karena fakta di lapangan
belum di bentuk tim perumus oleh kedua belah pihak untuk menyusun
pedoman kerja sama sehingga pembiayaan untuk segala kegiatan
perbantuan TNI ke Polri belum dapat direncanakan dan dianggarkan.
Lebih lanjut permasalahan yang timbul dari perbantuan TNI ke Polri
adalah tindakan yang dilakukan TNI adalah merupakan tindakan polisional
di mana dalam pelaksanaan tugas pemeliharaan Kamtibmas harus
menjunjung tinggi dan menaati hukum serta Hak Asasi Manusia (HAM).
Tindakan kepolisian dalam penggunaan kekerasan dan bahkan
penembakan terhadap penjahat hanya boleh dilakukan sebagai alternatif
terpaksa (accident), sementara bagi militer penembakan-pembunuhan
terhadap “musuh” pada dasarnya merupakan bagian dari upaya
penanganan ancaman militer dan dalam melihat ancaman atau “musuh”
militer mempunyai prinsip membunuh atau dibunuh (kill or to be killed).
Dari permasalahan di atas, peneliti bermaksud menggali lebih dalam
hubungan kerja sama TNI–Polri dengan merumuskan permasalahan
tersebut yaitu, “Bagaimana Optimalisasi Kerja Sama TNI–Polri guna
Memelihara Keamanan Ketertiban Masyarakat dalam Pertahanan
Negara”.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan melihat fenomena sebagaimana dipaparkan di atas, maka
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimana optimalisasi kerja sama TNI-Polri guna memelihara


keamanan ketertiban masyarakat dalam pertahanan negara?
2) Bagaimana peran Polri dan TNI dalam memelihara keamanan
ketertiban masyarakat dalam pertahanan negara?

Universitas Pertahanan
8

1.3 Tujuan dan Signifikansi Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian


Sebagaimana yang telah diuraikan dalam latar belakang, penelitian
ini memiliki tujuan, yakni:

1) Menganalisis optimalisasi kerja sama TNI-Polri guna memelihara


keamanan ketertiban masyarakat dalam pertahanan negara.
2) Menganalisis peran Polri dan TNI dalam dalam memelihara
keamanan ketertiban masyarakat dalam pertahanan negara.

1.3.2 Signifikansi Penelitian


Penelitian ini dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa kerja sama
antara TNI–Polri sangat diperlukan guna memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat dalam pertahanan negara. Dengan demikian,
penelitian ini ditujukan untuk melihat perkembangan kemajuan kerja sama
yang dilakukan oleh TNI–Polri dalam kegiatan pemeliharan ketertiban
masyarakat antara lain: menghadapi unjuk rasa, menghadapi kerusuhan
massa, menangani konflik sosial, menangani kelompok kriminal
bersenjata, mengamankan kegiatan masyarakat atau pemerintah baik
nasional maupun internasional.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini dapat dilihat dalam dua aspek yaitu aspek
teoritis dan aspek praktis. Berikut ini adalah manfaat penelitian dilihat dari
kedua aspek tersebut.

1.4.1 Aspek Teoritis


Penelitian ini memiliki manfaat dari aspek teoritis untuk
memperkaya khasanah dan pengembangan ilmu kepolisian dan
pertahanan dengan fokus pada pemeliharaan Kamtibmas dan
memberikan kontribusi bagi kajian tentang permasalahan perbantuan TNI
Polri sehingga tercipta sinergi kedua belah pihak dalam pertahanan
negara.

Universitas Pertahanan
9

1.4.2 Aspek Praktis


Dari segi aspek praktis, penelitian ini dapat digunakan sebagai
sumber informasi dalam pengembangan strategi pemeliharaan
Kamtibmas dan memberikan masukan bagi pembuat kebijakan terkait
keamanan dan pertahanan negara.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dibatasi kepada bagaimana peran TNI-Polri dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat serta pembahasan
tentang optimalisasi kerja sama TNI-Polri guna memelihara keamanan
dan ketertiban masyarakat dalam pertahanan negara dengan latar
belakang terbitnya MoU kerja sama TNI-Polri dalam rangka memelihara
keamanan ketertiban masyarakat.

1.6 Sistematika Penulisan Penelitian


Berikut ini adalah sistematika penulisan proposal tesis yang akan
dilaksanakan oleh peneliti:
Bab 1 Pendahuluan: Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan
terkait dengan kerja sama TNI dan Polri dalam rangka
pemeliharaan Kamtibmas, menguraikan latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan dan signifikansi penelitian, manfaat
penelitian, ruang lingkup penelitian serta sistematika penulisan
penelitian.
Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Penelitian, Bab ini menguraikan
landasan teori yang digunakan dalam penelitian, penelitian
terdahulu, serta kerangka penelitian yang digunakan dalam
menganalisa hasil penelitian.
Bab 3 Metode Penelitian: Terdiri dari desain penelitian, sumber data,
subjek, dan objek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, prosedur penelitian, serta rencana jadwal penelitian.
Bab 4 Hasil dan Pembahasan, mengenai gambaran umum penelitian,
peran dari TNI dan Polri dalam rangka pemeliharaan Kamtibmas,
Optimalisasi kerja sama TNI dan Polri guna memelihara

Universitas Pertahanan
10

Kamtibmas, serta interpretasi hasil penelitian yang dikaitkan


dengan teori yang digunakan.
Bab 5 Kesimpulan dan Saran, berisikan kesimpulan dari peran TNI-Polri
dalam memelihara Kamtibmas dan Optimalisasi kerja sama TNI
dan Polri guna memelihara Kamtibmas dalam pertahanan negara
dan saran yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja dan kerja
sama kedua lembaga TNI-Polri dalam mendukung pelaksanaan
tugas keamanan dan pertahanan khususnya memelihara
Kamtibmas.

Universitas Pertahanan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Optimalisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah optimalisasi
berasal dari kata dasar optimal yang berarti terbaik, tertinggi, paling
menguntungkan, menjadikan paling baik, menjadikan paling tinggi.
sehingga optimalisasi adalah suatu tindakan, pengoptimalan proses, cara,
perbuatan mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan
sebagainya) atau metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah
desain, sistem, atau keputusan) menjadi lebih/sepenuhnya sempurna,
fungsional, atau lebih efektif. Öste (2013) mengemukakan bahwa (Social
Optimization Theory) Teori Optimisasi Sosial merupakan “suatu upaya
membangun dan menjaga hubungan yang saling menguntungkan dan
efektif.” Optimalisasi adalah hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan,
jadi optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai harapan secara
efektif dan efisien.
Optimalisasi banyak juga diartikan sebagai ukuran di mana semua
kebutuhan dapat dipenuhi dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
Menurut Winardi (1999) menyatakan bahwa “optimalisasi adalah ukuran
yang menyebabkan tercapainya tujuan sedangkan jika dipandang dari
sudut usaha, optimalisasi adalah usaha memaksimalkan kegiatan
sehingga mewujudkan keuntungan yang diinginkan atau dikehendaki”.
Berdasarkan teori di atas penulis mensintesakan bahwa
optimalisasi merupakan suatu tindakan, proses, atau metodologi yang
bersifat membangun dan menjaga hubungan yang saling menguntungkan
dan efektif sehingga menyebabkan tercapainya tujuan yang dikehendaki.

2.1.2 Peran
Peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara

11
12

kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.


Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada
yang lain dan sebaliknya (Soekanto, 2009).
Levinson (sebagaimana dikutip dalam Soekanto, 2009)
mengatakan peranan mencakup tiga hal, antara lain:
1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
2) Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.
Merton (sebagaimana dikutip dalam Raho, 2007) mengatakan bahwa
peranan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan
masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran
disebut sebagai perangkat peran (role-set). Dengan demikian perangkat
peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran
yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus.
Wirutomo (1981) mengemukakan pendapat David Berry bahwa
dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang
diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan
dengan peranan yang dipegangnya. Peranan didefinisikan sebagai
seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang
menempati kedudukan sosial tertentu. Peranan ditentukan oleh norma-
norma dalam masyarakat, maksudnya kita diwajibkan untuk melakukan
hal-hal yang diharapkan masyarakat di dalam pekerjaan kita, di dalam
keluarga dan di dalam peranan-peranan yang lain.
Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua macam
harapan, yaitu: pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap
pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan
kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap

Universitas Pertahanan
13

masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya


dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya. Dalam
pandangan David Berry, peranan-peranan dapat dilihat sebagai bagian
dari struktur masyarakat sehingga struktur masyarakat dapat dilihat
sebagai pola-pola peranan yang saling berhubungan.
Menurut Dougherty & Pritchard (sebagaimana dikutip dalam Bauer,
2003), teori peran ini memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi
perilaku di dalam organisasi. Mereka menyatakan bahwa peran itu
“melibatkan pola penciptaan produk sebagai lawan dari perilaku atau
tindakan”. Ditinjau dari Perilaku Organisasi, peran ini merupakan salah
satu komponen dari sistem sosial organisasi, selain norma dan budaya
organisasi. Ada dua jenis perilaku yang diharapkan dalam suatu
pekerjaan, yaitu:

1) Role perception, persepsi seseorang mengenai cara orang itu


diharapkan berperilaku; atau dengan kata lain adalah pemahaman
atau kesadaran mengenai pola perilaku atau fungsi yang diharapkan
dari orang tersebut.
2) Role expectation, cara orang lain menerima perilaku seseorang
dalam situasi tertentu.

Dengan peran yang dimainkan seseorang dalam organisasi, akan


terbentuk suatu komponen penting dalam hal identitas dan kemampuan
orang itu untuk bekerja. Dalam hal ini, suatu organisasi harus
memastikan bahwa peran-peran tersebut telah didefinisikan dengan jelas.
Berdasarkan teori di atas penulis mensintesakan peran merupakan
suatu perangkat yang ditimbulkan karena suatu tugas atau fungsinya.
Peran berhubungan dengan harapan-harapan yang diinginkan dari
individu atau organisasi tersebut. Harapan tersebut berhubungan dengan
kondisi sosial suatu masyarakat. Lebih lanjut peneliti menarik kesimpulan
bahwa peran pemerintah dalam hal ini TNI dan Polri haruslah dapat
menjaga keamanan dan ketertiban di dalam masyarakat.

2.1.3 Kerja Sama

Universitas Pertahanan
14

Deutsch (sebagaimana dikutip dalam Deutsh, Coleman, dan


Marcus, 2006) mengemukakan sebuah teori mengenai kerja sama dan
kompetisi meliputi dua ide dasar yaitu tipe saling ketergantungan terhadap
tujuan (interdependence among goals) dan tipe tindakan yang diambil
oleh orang-orang yang terlibat dalam suatu situasi. Deutsch
mengidentifikasi dua tipe saling ketergantungan terhadap tujuan yaitu
positif di mana suatu tujuan terhubung dengan sedemikian rupa sehingga
jumlah atau kemungkinan seseorang mencapai tujuannya berkorelasi
secara positif dengan jumlah atau kemungkinan orang lain mencapai
tujuannya atau secara negatif yang merupakan kebalikannya. Dapat
diibaratkan apabila seseorang terhubung secara positif dengan orang lain
maka orang berenang dan tenggelam bersama, sedangkan bila terhubung
secara negatif maka bila salah satu pihak tenggelam, pihak yang lain tetap
berenang. Berdasarkan tindakan oleh individual Deutsch membagi
menjadi dua tipe tindakan yaitu tindakan efektif (effective actions), yang
meningkatkan kemungkinan pelaku untuk mencapai tujuannya dan
tindakan tidak efektif (bungling actions).
Deutsch (sebagaimana dikutip dalam Deutsh, Coleman, dan
Marcus, 2006) juga mengemukakan ciri-ciri kerja sama memiliki
karakteristik positif sebagai berikut:

1) Adanya komunikasi yang efektif.


2) Keramahan, sifat membantu, tidak menghalang-halangi tampak
dalam diskusi.
3) Koordinasi upaya, pembagian kerja, berorientasi pada pencapaian
tugas, keteraturan dalam diskusi, dan produktifitas tinggi ditunjukkan
dalam kelompok kerja sama.
4) Perasaan setuju dengan ide pihak lain dan merasa adanya
kesamaan mendasar dalam hal kepercayaan dan nilai, dengan tetap
mempercayai ide sendiri.
5) Keinginan untuk meningkatkan kemampuan pihak lain untuk
mencapai tujuan.

Universitas Pertahanan
15

6) Mendefinisikan permasalahan yang berbenturan sebagai suatu


masalah bersama yang harus diselesaikan dengan upaya
kolaboratif.

Menurut Tangkilisan (2005) menyatakan bahwa, “Lingkungan


eksternal maupun internal, yaitu semua kekuatan yang timbul di luar
batas-batas organisasi dapat mempengaruhi keputusan serta tindakan di
dalam organisasi”. Lebih lanjut Tangkilisan mengatakan perlu diadakan
kerja sama dengan kekuatan yang diperkirakan mungkin akan timbul.
Kerja sama tersebut dapat didasarkan atas hak, kewajiban dan tanggung
jawab masing-masing orang untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan teori di atas penulis mensintesakan kerja sama
merupakan suatu tindakan antara organisasi yang timbul dari adanya
suatu ketergantungan terhadap tujuan. Peneliti berharap kerja sama yang
dilakukan antara TNI–Polri dapat berjalan dengan lancar sehingga dapat
menciptakan suasana yang aman dan tertib di dalam masyarakat.

2.1.4 Konsep Perbantuan TNI-Polri


Oxford Dictionary menjelaskan bahwa assistance adalah tindakan
untuk membantu sesama dengan berbagi beban kerja. Bila merujuk
kepada produk hukum sebagai implementasi UUD 1945 amandemen
kedua Bab XII adalah terdapat dua produk hukum yang saling
menguatkan Pertama adalah tentang Polri seperti yang diatur dalam
Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2002 dan Undang-Undang RI Nomor
34 Tahun 2004 tentang TNI.
Pada Pasal 7 Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 berbunyi
“Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan
bangsa dan negara”. Khususnya pada nomor ke 10 yang menyebutkan
tentang tugas TNI dalam membantu Polri dalam rangka tugas keamanan

Universitas Pertahanan
16

dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam Undang-Undang adalah


bagaimana pengaruh perkembangan regional dan merebaknya ancaman
non-konvensional telah mempengaruhi hakikat keamanan suatu negara.
Dalam nota kesepahaman antara Kepolisian Negara Republik Indonesia
dengan Tentara Nasional Indonesia Nomor: B/4/l/2013 dan Nomor:
8/360/l/2013 tentang Perbantuan Tentara Nasional Indonesia kepada
Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat. Nota Kesepahaman itu
menyatakan bahwa tugas perbantuan TNI kepada Polri dilaksanakan
guna mendukung kegiatan Kepolisian dan/atau operasi Kepolisian atas
permintaan berdasarkan kriteria ancaman dan kemampuan Polri.
Perbantuan TNI ke Polri juga diperkuat melalui Undang-Undang RI
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pada
Pasal 41 berbunyi “dalam rangka melaksanakan tugas keamanan,
kepolisian, negara Republik Indonesia dapat meminta bantuan Tentara
Nasional Indonesia yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah”. Dari kedua Undang-Undang tersebut dapat memperkuat
secara yuridis bahwa perbantuan TNI ke Polri mempunyai payung hukum
yang jelas dan dapat dilaksanakan.

2.1.5 Keamanan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas)


Dalam Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia pada pasal 1 ayat (5) dinyatakan bahwa
keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) adalah suatu kondisi
dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya
proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional
yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya
hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang mengandung kemampuan
membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam
menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran
hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan
masyarakat.

Universitas Pertahanan
17

Perkataan aman dalam pemahaman tersebut mengandung 4


pengertian dasar, yaitu:

1) Security yaitu perasaan bebas dari gangguan fisik dan psikis;


2) Surety yaitu perasaan bebas dari kekhawatiran;
3) Safety yaitu perasaan terlindung dari segala bahaya;
4) Peace yaitu perasaan damai lahiriah dan batiniah.

Bimbingan Masyarakat (Bimmas) Polri pada dasarnya merupakan


segala kegiatan terencana dan berkesinambungan dalam rangka
membina, mendorong, mengarahkan dan menggerakkan masyarakat agar
menjadi paham dan taat kepada peraturan perundang-undangan dan
norma-norma sosial lainnya serta berperan aktif dalam menciptakan,
memelihara dan meningkatkan ketertiban dan keamanan swakarsa.
Sedangkan makna kata tertib dan ketertiban dalam Undang-undang
tersebut adalah suatu kondisi di mana unit sosial termasuk di dalamnya
adalah warga masyarakat dengan segala fungsi dan posisinya dapat
berperan sebagaimana ketentuan yang ada.
Dalam hal pelaksanaan Harkamtibmas di masyarakat dituangkan
dalam suatu kalender Kamtibmas yang berisikan kegiatan-kegiatan yang
membutuhkan keberadaan kepolisian di tengah masyarakat dalam satu
tahun kegiatan. Untuk kegiatan yang tidak masuk dalam prediksi tahunan
sehingga belum tercatat dapat dimasukkan menjelang kegiatan tersebut
diadakan dengan suatu rencana kontinjensi.

2.1.6 Pertahanan Negara


Pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara (Undang-Undang RI
Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara).
Sistem pertahanan negara Indonesia diselenggarakan dalam suatu
sistem pertahanan semesta. Bentuk pertahanan yang dikembangkan
melibatkan seluruh warga negara, wilayah, segenap sumber daya dan

Universitas Pertahanan
18

sarana prasarana nasional, yang dipersiapkan secara dini oleh


Pemerintah, serta diselenggarakan secara total, terpadu, terarah dan
berlanjut. Sistem pertahanan semesta mengintegrasikan pertahanan
militer dan pertahanan nirmiliter, melalui usaha membangun kekuatan dan
kemampuan pertahanan negara yang kuat dan disegani serta memiliki
daya tangkal yang tinggi. Dipersiapkan secara dini berarti sistem
pertahanan semesta dibangun secara berkelanjutan dan terus-menerus,
untuk menghadapi berbagai jenis ancaman baik ancaman militer,
nonmliter, maupun hibrida (Kementerian Pertahanan RI, 2015).
Lebih lanjut buku putih pertahanan menyatakan pemberdayaan
pertahanan nirmiliter diselenggarakan dengan meningkatkan kapasitas,
sinergisme dan peran K/L di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama
dalam menghadapi ancaman nonmiliter sesuai bentuk dan sifat ancaman,
didukung K/L lainnya sesuai tugas dan fungsinya sebagai unsur lain
kekuatan bangsa.TNI sebagai unsur lain kekuatan bangsa dipersiapkan
secara terpadu untuk mendukung K/L dan Pemda dalam pertahanan
nirmiliter.

2.1.7 Penelitian Terdahulu


Terdapat tiga penelitian terdahulu yang relevan untuk diangkat
guna mendukung penelitian ini. Penelitian pertama dilakukan oleh
Praditya (2016) dalam bentuk tesis dengan judul “Optimalisasi Sinergitas
TNI-Polri-Sipil dalam Menghadapi Ancaman Radikalisme dan Terorisme di
Indonesia”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif analitik.
Penelitian ini mengemukakan adanya permasalahan sinergi antara TNI-
Polri-Sipil baik yang terkait dengan tugas operasi maupun yang tidak.
serta dijelaskan juga bahwa TNI-Polri-Sipil merupakan cerminan stabilitas
nasional untuk memperkuat keamanan nasional. Adapun Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa sinergi TNI-Polri di masa reformasi masih
menyisakan suatu wilayah grey area yang memunculkan polemik akibat
pembahasan yang masih belum sepenuhnya terselesaikan sehingga perlu
adanya optimalisasi sinergitas antara TNI-Polri-Sipil untuk dapat
mencegah terjadi ancaman terorisme di Indonesia. Perbedaan penelitian

Universitas Pertahanan
19

Praditya dengan penelitian ini terletak pada objek penelitiannya, di mana


penelitian Praditya hanya membahas sinergi untuk menghadapi ancaman
radikalisme dan terorisme di Indonesia, sementara penelitian ini
membahas optimalisasi kerja sama TNI–Polri guna memelihara
kamtibmas dalam konteks yang lebih luas.
Penelitian kedua dilakukan oleh Mengko (2015) dalam bentuk
jurnal keamanan nasional yang berjudul “Problematika Tugas Perbantuan
TNI”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
mengumpulkan referensi, jurnal terkait dan hasil wawancara. Penelitian ini
membahas tentang adanya persoalan tugas perbantuan militer di era
reformasi dan juga membahas mengenai adanya problem legitimasi,
definisi situasi terbatas yang belum jelas, ketidakjelasan dan
permasalahan tujuan pelaksanaan tugas perbantuan, ketiadaan prinsip-
prinsip dasar (guidelines), serta tidak adanya aturan (UU) mengenai tugas
perbantuan militer yang komprehensif. Penelitian Mengko dengan
penelitian ini sama-sama membahas mengenai tugas perbantuan TNI.
Perbedaannya terletak pada fokus penelitian, di mana penelitian Mengko
hanya terfokus pada problematika tugas perbantuan TNI saja, sementara
penelitian ini membahas optimalisasi TNI-Polri dalam kerangka kerja
sama kedua institusi tersebut.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Prasetyo (2016) dalam bentuk
Jurnal keamanan nasional berjudul, “Sinergi TNI-Polri dalam
Deradikalisasi Terorisme di Indonesia”. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif deskriptif analitik. Penelitian ini mengemukakan bahwa
peran TNI-Polri dalam upaya deradikalisme perkembangan terorisme di
Indonesia dinaungi oleh undang-undang, meskipun pada tataran lain,
upaya yang dijalankan dipandang oleh banyak pihak masih belum terjadi
sinergi yang optimal. Perlu adanya kebijakan pemerintah yang
mendukung peningkatan sinergi TNI-Polri dalam deradikalisasi
perkembangan terorisme di Indonesia. Penelitian Prasetyo dan penelitian
ini sama-sama membahas mengenai adanya sinergi TNI-Polri. Namun,
penelitian ini membahas optimalisasi kerja sama TNI–Polri guna

Universitas Pertahanan
20

memelihara kamtibmas dalam konteks yang lebih luas, sementara


penelitian Prasetyo hanya terfokus pada upaya deradikalisasi terorisme.

Tabel 2.1 1 Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya

Judul Peneliti Metode Kesamaan Perbedaan


dan Penelitian
Tahun
Optimalisasi Yosua Deskriptif Membahas Adanya elemen
Sinergitas Praditya Analitik mengenai sipil yang turut
TNI-Polri-Sipil (2016); permasalah menjadi fokus
dalam Tesis; an sinergi dalam penelitian
Menghadapi antara TNI- dan penelitian ini
Ancaman Polri. terbatas hanya
Radikalisme dalam sinergi
dan Terorisme untuk
di Indonesia menghadapi
ancaman
radikalisme dan
terorisme di
Indonesia.
Problematika Diandra Kualitatif Membahas Melihat masalah
Tugas Megaputr dengan mengenai yang akan timbul
Perbantuan i Mengko mengumpu tugas lebih spesifik
TNI (2015); lkan perbantuan terhadap TNI.
Jurnal; referensi TNI. dan belum jelas
terkait, perbantuan TNI
yang untuk
didapat menghadapi
dari buku tekait masalah
dan apa?
wawancara

Universitas Pertahanan
21

.
Sinergi TNI- Dedi Deskriptif Membahas Sinergi TNI-Polri
Polri dalam Prasetyo Analitik mengenai hanya berfokus
Deradikalisasi (2016); adanya kepada
Terorisme di Jurnal; sinergi TNI- deradikalisasi
Indonesia Polri. terorisme.

2.2 Kerangka Pemikiran


Sejak bergulirnya reformasi pemerintahan Indonesia pada 1998,
terjadinya banyak perubahan yang cukup besar, salah satunya adalah
pemisahan Polri dari ABRI. Melalui TAP MPR Nomor VI Tahun 2000 dan
VII Tahun 2000 Tentang pemisahan TNI dan Polri, terjadi perubahan
fungsi dan peran kedua lembaga tersebut. Meskipun TNI-Polri telah
dipisahkan tugas dan fungsinya, TAP MPR Nomor VI Tahun 2000
menyebutkan bahwa keduanya diharapkan tetap dapat bekerjasama dan
saling membantu terkait kegiatan pertahanan dan kegiatan kemanan.
Di tataran perundang-undangan, hal tersebut di atas dipertegas
melalui Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 41 yang
menyebutkan bahwa Polri dapat minta bantuan TNI serta Undang-Undang
RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI Pasal 7 yang menyebutkan bahwa
salah satu tugas pokok TNI dilaksanakan Operasi Militer untuk perang
(OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yaitu untuk membantu
Polri dalam rangka tugas keamanan ketertiban masyarakat yang diatur
dalam undang-undang.
Seringkali implementasi undang-undang di atas menimbulkan
banyak permasalahan bagi kedua instansi yaitu militer dan kepolisian. Di
sisi lain, aturan perbantuan TNI ke Polri hingga hari ini belum terbentuk.
Hal ini mengakibatkan tidak atau belum optimalnya kerja sama TNI-Polri
khususnya dalam tugas pemeliharaan kamtibmas. Sementara itu, saat ini
ancaman terhadap kepentingan nasional serta eksistensi bangsa dan
negara semakin kompleks dan luas dimensinya, mencakup ideologi,
politik, sosial, budaya, kamtibmas dan keselamatan umum, di mana kerja

Universitas Pertahanan
22

sama yang optimal dan sinergi seluruh komponen Bangsa sangat


diperlukan untuk menghadapinya, tak terkecuali TNI-Polri.
Melihat permasalahan di atas, untuk itulah diperlukan optimalisasi
kerja sama TNI-Polri dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat dalam kerangka pertahanan negara. Berdasarkan teori dan
fenomena yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini dapat
digambarkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Universitas Pertahanan
23

Fenomena:
Belum optimalnya kerja
sama TNI-Polri

INPUT

Rumusan Masalah:
1. Bagaimana optimalisasi kerja sama TNI-Polri
guna memelihara Kamtibmas dalam
pertahanan negara?
2. Bagaimana peran Polri dan TNI guna
memelihara Kamtibmas dalam pertahanan
negara?

Data Primer OPTIMALISASI KERJA SAMA TNI -


Metode
POLRI GUNA MEMELIHARA
KEAMANAN KETERTIBAN
Penelitian
MASYARAKAT DALAM PERTAHANAN Kualitatif
NEGARA
Data
Sekunder
1. Teori Peran
2. Teori Optimalisasi

Hasil 3. Teori Kerja sama


4. Konsep Perbantuan
dan
PROSES TNI-Polri
Pembahasan
5. Konsep Kamtibmas
6. Konsep Hanneg

1. Upaya pengoptimalan kerja sama TNI-Polri


guna memelihara Kamtibmas dalam pertahanan
OUTPUT
negara.
2. Peran Polri dan TNI guna memelihara
Kamtibmas dalam pertahanan negara

Gambar 2.1 1 Kerangka Pemikiran


Universitas Pertahanan
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang
bertujuan untuk menganalisa fenomena empirik berdasarkan kondisi yang
terjadi secara alamiah. Moleong mengatakan bahwa penelitian kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata–kata, baik lisan maupun tulisan dari orang–orang dan perilaku yang
diamati. Memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian seperti
halnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain–lain secara holistik
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah (Moleong, 2012). Penelitian kualitatif deskriptif berupa
penelitian dengan pendekatan studi kasus (case study). Penelitian ini
memusatkan diri secara intensif pada satu objek tertentu yang
mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh
dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain dalam studi ini
dikumpulkan dari berbagai sumber (Cresswell, 2010).
Menurut Lincoln dan Guba (Mulyana, 2004) penggunaan studi kasus
sebagai metode penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
1) Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti.
2) Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan
apa yang dialami pembaca kehidupan sehari-hari.
3) Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan
antara peneliti dan responden.
4) Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang
diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk
mendeskripsikan kerja sama yang sudah dilakukan oleh TNI dan Polri
dalam rangka memelihara keamanan dan ketertiban untuk memperkuat

24
25

pertahanan negara apakah sudah optimal dengan studi kasus adanya


nota kesepahaman (MoU) antara Panglima TNI dan Kapolri pada tanggal
28 Januari 2013. Data-data yang telah diperoleh di analisa dengan
menggunakan teori kerja sama dan optimalisasi. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara langsung terhadap informan yang berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti yaitu Panglima TNI dan Kapolri serta
dengan melakukan observasi dan studi pustaka.

3.2 Sumber Data/Subjek/Objek Penelitian

3.2.1 Sumber data


Menurut Lofland & Lofland, sumber data primer dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, sedangkan sumber data sekunder
meliputi sumber-sumber yang mendukung sumber data primer (Moleong,
2012). Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ilmiah tentu
membutuhkan sumber data, subjek, serta objek penelitian yang
terangkum dalam penjelasan di bawah ini.
Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer
yang terdiri atas informan dari kedua instansi yang menandatangani MOU
yaitu TNI dan Polri, serta data sekunder yang berupa buku, jurnal, surat
kabar, Undang–Undang dan karya ilmiah yang berkaitan dengan topik
penelitian sebagai sumber pendukung.

3.2.2 Subjek Penelitian


Pemilihan informan didasari pada kualitas informasi yang terkait
dengan tema penelitian yang diajukan daripada kuantitas subjek. Subjek
dalam penelitian ini adalah pejabat yang memiliki kewenangan dalam
pengambilan keputusan strategis bagi institusi masing-masing. Panglima
TNI sebagai pucuk pimpinan TNI dan Kapolri sebagai pucuk pimpinan
Polri. Selain pucuk pimpinan dikedua lembaga peneliti juga akan
mewawancarai unsur pelaksana kebijakan tersebut. Unsur pelaksana
yang peneliti akan wawancarai adalah unsur pimpinan di Propinsi Daerah
Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yaitu Kapolda DKI Jakarta dan Pangdam

Universitas Pertahanan
26

Jaya. Adapun daftar Informan yang akan penulis wawancarai terdapat


pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Daftar Informan

NO BADAN INFORMAN POSISI


1. POLRI Jenderal Polisi Prof. H. Kepala Kepolisian
Muhammad Tito Republik Indonesia
Karnavian, Ph.D

Irjen Pol. M Iriawan Asops Kapolri


Irjen Pol. Idham Azis Kapolda Metro Jaya
Kombes Pol Drs. Karoops Polda Metro
Slamet Hadi Jaya
Supraptoyo
2. TNI Jenderal TNI Marsekal Panglima TNI
Hadi Tjahjanto
Mayjen TNI Lodewyk Asops Panglima TNI
Pusung
Mayjen TNI Joni Pangdam Jayakarta
Supriyanto
Kolonel Inf Moch Asops Pangdam
Zamroni Jayakarta

3.2.3 Objek Penelitian


Objek dalam penelitian ini adalah kerja sama TNI-Polri dalam
memelihara keamanan dan ketertiban di masyarakat. Seperti telah
dijelaskan dalam latar belakang penelitian, pasca reformasi terjadilah
pemisahan secara struktural terhadap kedua organisasi tersebut. Polri
memperoleh kewenangan untuk menangani perihal keamanan dan
ketertiban, sementara TNI bertanggung jawab dalam bidang pertahanan.
Dari segi pertanggungjawaban, Kapolri yang sebelumnya bertanggung
jawab kepada Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)

Universitas Pertahanan
27

kini bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Hal ini sering


menimbulkan misinterpretasi bahwa segala hal yang berhubungan dengan
keamanan dan ketertiban masyarakat menjadi tanggung jawab Polri saja
sementara dalam mengatasi suatu kondisi tertentu Polri juga tidak lepas
dari kendala-kendala yang membutuhkan bantuan dari aparatur negara
lainnya misalnya adalah TNI.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara–cara dan langkah
strategis yang dapat dilakukan dalam penelitian untuk memperoleh data
melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi (Sugiyono, 2011).
Dalam penelitian ini, data diperoleh dengan menggunakan wawancara
kepada narasumber dari institusi TNI-Polri dan melalui studi pustaka baik
menggunakan sumber cetak maupun elektronik. Wawancara akan
dilakukan dengan melakukan suatu sesi pertemuan dengan narasumber
di mana peneliti akan melontarkan pertanyaan untuk memperoleh
jawaban dari yang bersangkutan. Pertanyaan didasarkan pada suatu
pedoman wawancara yang berfungsi untuk menjaga agar peneliti berfokus
untuk menggali atau memperoleh informasi yang sesuai dengan koridor
penelitian.

3.3.1 Wawancara Mendalam


Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan pihak
yang diwawancarai yang memberikan jawaban dengan maksud tertentu
(Moleong, 2012). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk
memperoleh data secara lisan mengenai kerja sama yang dilakukan TNI–
Polri dalam rangka memelihara keamanan dan ketertiban di masyarakat.
Dalam hal ini wawancara dilakukan secara langsung bertatap muka
dengan narasumber yaitu Panglima TNI dan Kapolri.

3.3.2 Observasi
Metode observasi yaitu metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan secara

Universitas Pertahanan
28

mendalam. Teknik ini digunakan untuk mengetahui secara langsung


mengenai kerja sama yang dilakukan TNI–Polri dalam rangka memelihara
keamanan dan ketertiban di masyarakat.

3.3.3 Studi Pustaka


Studi Pustaka yang dilakukan adalah dengan melihat dan
memahami dokumen resmi nota kesepahaman (MoU) antara TNI–Polri
dalam kerja sama memelihara keamanan dan ketertiban di masyarakat,
surat keputusan, serta buku, jurnal yang dapat menunjang dan
memperkuat analisis penulis dalam penelitian ini.

3.4 Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun data
secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, buku,
serta bahan lainnya sehingga diperoleh pemahaman dan temuan untuk
diinformasikan kepada orang lain. Dalam penelitian kualitatif, analisis data
bersifat induktif yang artinya analisis dilakukan berdasarkan data yang
diperoleh baru dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis
tersebut, barulah dilakukan pencarian data secara berulang-ulang
sehingga dapat ditarik kesimpulan berdasarkan data yang sudah
terkumpul (Sugiyono, 2011). Miles dan Huberman (sebagaimana dikutip
dalam Sugiyono, 2011) mengatakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan terus menerus sampai selesai
atau sampai datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas dalam teknik analisa
data ini meliputi langkah–langkah berikut:
1) Reduksi data, merangkum, memilih pokok–pokok bahasan dan
menfokuskan hal-hal penting. Dengan mereduksi data, maka
peneliti akan lebih mudah memperoleh data yang jelas dan
melakukan pengumpulan data pada tahap selanjutnya.
2) Penyajian data, langkah selanjutnya yang dilakukan setelah
mereduksi data. Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan dan hubungan antar kategori. Secara umum,
penyajian data biasanya dilakukan dalam bentuk teks naratif.

Universitas Pertahanan
29

Langkah ini perlu dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam


memahami fenomena yang sedang diteliti (Sugiyono, 2011).
3) Penarikan kesimpulan, langkah terakhir dari teknik analisis data
yang dilakukan dengan mengambil intisari atas data-data yang
telah diperoleh, disusun, dan disajikan.
Dalam penelitian ini, digunakan teknik analisis deskriptif yang terdiri
atas pengumpulan data berupa kata–kata, gambar yang berasal dari
naskah, wawancara, dokumen lalu dideskripsikan sehingga memberikan
kejelasan terhadap realitas yang ada. Setelah semua data terkumpul,
kemudian dilakukan proses transkripsi hasil wawancara, jawaban dari
informan inilah kemudian diinterpretasikan sesuai teori dan konsep yang
digunakan untuk menghasilkan jawaban atas pertanyaan penelitian
sehingga dapat ditarik kesimpulan.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Instrumen Penelitian


Menurut Sugiyono (2011), instrumen dipergunakan untuk mengukur
nilai variabel yang diteliti sehingga dapat dikatakan sebagai alat untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian merupakan alat-
alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan mencapai tujuan penelitian. Hal ini
didasarkan pada validitas data yang diperoleh. Jika data yang diperoleh
tidak akurat, maka hasil penelitian yang dihasilkan pun tidak dapat
dibuktikan kebenarannya.
Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian yang utama adalah
peneliti itu sendiri. Peneliti mengumpulkan sendiri data penelitia melalui
teknik wawancara, observasi dan studi pustaka. Selain instrumen utama
ada juga instrumen pendukung yaitu alat perekam, alat tulis, pedoman
wawancara.

Universitas Pertahanan
30

3.5.2 Data Primer


Data primer dalam proses penelitian didefinisikan sebagai
sekumpulan informasi yang diperoleh peneliti secara langsung dari lokasi
penelitian melalui sumber pertama yaitu informan. Pada penelitian ini data
primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan Panglima TNI
dan Kapolri.

3.5.3 Data Sekunder


Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder ini diperoleh
dari buku, jurnal, karya ilmiah dan sumber lainnya. Dalam penelitian ini,
data sekunder meliputi dokumen nota kesepahaman (MoU) TNI–Polri
tentang kerja sama dalam rangka memelihara keamanan dan ketertiban di
masyarakat. Undang–Undang yang terkait mengenai kerja sama TNI–
Polri.

3.5.4 Penguji Keabsahan dan Keterandalan Data


Pengujian keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi,
yaitu pengamatan ulang, wawancara mendalam dan berulang serta studi
pustaka terhadap referensi sehingga diperoleh data yang valid. Dalam uji
kredibilitas, triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber melalui berbagai cara. Oleh karena itu, peneliti akan menguji
informasi dengan melakukan pengecekan atau memperdalam wawancara
untuk memperoleh keandalan akan data tersebut.

3.6 Rencana Jadwal Penelitian


Agar penelitian ini dapat terlaksana dengan baik maka diperlukan
suatu rencana jadwal penelitian sebagai panduan bagi peneliti.

Tabel 3.2 2 Rencana Waktu Penelitian


No. Kegiatan 2017 2018

Mei- Januari- Maret- Mei-Juni


Desember Februari April
1 Studi Literatur

Universitas Pertahanan
31

2 Penyusunan Proposal
3 Pengajuan Sidang Proposal
4 Sidang Proposal
5 Perbaikan Proposal
6 Wawancara, Pengumpulan &
Pengolahan Data Penelitian
7 Penyusunan Laporan
8 Pengajuan Sidang Tesis
9 Sidang Tesis
10 Perbaikan Tesis

Universitas Pertahanan
32

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Choirie, E. 2007. “Menata Kembali Hubungan TNI-Polri Dalam Konteks
Pertahanan dan Keamanan” dalam A. A. Aliabbas (Ed.) TNI-Polri di
Masa Perubahan Politik. Bandung: Program Magister Studi
Pertahanan (hal. 66).

Cohen, Bruce J. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Penerbit


Rineka Cipta.

Creswell, J. W. 2010. Rresearch Design, Pendekatan Kualitatif,Kuantitatif,


dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Deutsch, Morton, Coleman, Peter T., and Marcus, Eric C. 2006. The
Handbook of Conflict Resolution, Theory and Practice, Second
Edition. San Fransisco: Jossey-Bass.

Levinso dan Soekanto. 2009. Peranan. Jakarta. Rajawali Pers.

Moleong, L. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya Offset.

Mulyana, D. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Gramedia.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1994. Kamus Besar


Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta. Prestasi Pusaka

Sambuaga, T. L. 2007. “Reformasi Sektor Kemanan” dalam A. A. Aliabbas


(Ed.) TNI-Polri di Masa Perubahan Politik. Bandung: Program
Magister Studi Pertahanan (hal. 15).

Soerjono, Soekanto. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Rajawali


Pers.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Indonesia.


Gramedia Widiasarana.

Winardi, Jozef. 1999. Pengantar Teori Sistem dan Analisa


Sistem.Bandung. Mandar Maju.

Universitas Pertahanan
33

Wirutomo, Paulus. 1981. Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakara.


Rajawali Press.

Tesis dan Disertasi

Praditya, Yosua. 2016. “Optimalisasi Sinergitas TNI-Polri-Sipil dalam


Menghadapi Ancaman Radikalisme dan Terorisme di Indonesia”.
Tesis. Bogor: Program Studi Peperangan Asimetris, Program
Pascasarjana, Universitas Pertahanan.

Jurnal

Mengko, Diandra Megaputri. 2015. “Problematika Tugas Perbantuan TNI”.


Jurnal Keamanan Nasional. Volume I, No. 2.

Prasetyo, D. 2016. “Sinergi TNI-Polri dalam Deradikalisasi Terorisme di


Indonesia”. Jurnal Keamanan Nasional. Volume II, No. 1.

Publikasi

Departemen Pertahanan. 2008. Buku Putih Pertahanan. Jakarta:


Departemen Pertahanan Republik Indonesia.

Sumber Elektronik

Dispenad. “Kodim 0506/Tgr Ikut Serta Bantu Kepolisian Amankan Aksi


Unjuk Rasa Demo Buruh”, dalam https://tniad.mil.id/2015/09/kodim-
0506tgr-ikut-serta-bantu-kepolisian-amankan-aksi-unjuk-rasa-
demo-buruh, diakses pada 29 Agustus 2017.

Fajri, A. “200 Personel TNI Diterjunkan Amankan Lokasi Kerusuhan”,


dalam http://www.tribunnews.com/regional/2013/07/03/200-
personel-tni-diterjunkan-amankan-lokasi-kerusuhan, diakses pada
29 Agustus 2017.

Fauzi, A. “Kemensos: TNI/Polri Harus Ikut Atasi Konflik Mesuji”, dalam


http://m.wartaekonomi.co.id/berita81125/kemensos-tnipolri-harus-
ikut-atasi-konflik-mesuji.html, diakses pada 29 Agustus 2017.

Gatra, Sandro. “Rasio Polisi dan Masyarakat 1:575”, dalam


http://nasional.kompas.com/read/2014/03/11/1445361/Rasio.Polisi.
dan.Masyarakat.1.575, diakses pada 5 Januari 2017.

Gumilang, P. “Luhut: TNI-Polri Kepung Kelompok Teroris di Poso”, dalam


https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160310201933-12-

Universitas Pertahanan
34

116665/luhut-tni-polri-kepung-kelompok-teroris-di-poso, diakses
pada 29 Agustus 2017.

Kistyarini. “Ribuan Warga Lampung Selatan Diungsikan”, dalam


http://nasional.kompas.com/read/2012/10/30/19552142/Ribuan.War
ga.Lampung.Selatan.Diungsikan, dikses pada 29 Agustus 2017.

Kuwado, F. J. “Alasan Kapolri Setuju TNI Terlibat Pemberantasan


Terorisme”, dalam
http://nasional.kompas.com/read/2017/05/29/21185061/alasan.kap
olri.setuju.tni.terlibat.pemberantasan.terorisme, diakses pada 29
Agustus 2017.

Maharani, D. “Polri Gandeng TNI Jaga Keamanan Masyarakat”, dalam


http://nasional.kompas.com/read/2013/01/29/09461453/Polri.Gande
ng.TNI.Jaga.Keamanan.Masyarakat, diakses pada 29 Agustus
2017.

Öste, H.F. “Social Optimization Theory”, dalam http://forbesoste.com/wp-


content/uploads/2013/12/Social-Optimization-Theory.pdf, diakses
pada 1 Agustus 2017.

Redaksi. “Panglima TNI: Penandatanganan MoU Tingkatkan Sinergitas


TNI-Polri”, dalam http://beritasore.com/2013/01/29/panglima-tni-
penandatanganan-mou-tingkatkan-sinergitas-tni-polri/, diakses
pada 29 Agustus 2017.

Sufiyanto, T. “900 Personel Gabungan TNI dan Polri Amankan Laga


PSMS vs Arema FC”, dalam
http://www.indosport.com/sepakbola/20170406/900-personel-
keamanan-amankan-laga-psms-vs-arema, diakses pada 29
Agustus 2017.

Tatanusa. “Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1998 tentang Garis-Garis


Besar Haluan Negara”, dalam
http://www.tatanusa.co.id/tapmpr/98TAPMPR-II.pdf, diakses 5
Januari 2017.

Website Resmi Tentara Nasional Indonesia. “TNI dan POLRI Tanda


Tangani Nota Kesepahaman”, dalam http://tni.mil.id/view-44996-tni-
dan-polri-tanda-tangani-nota-kesepahaman.html, diakses pada 29
Agustus 2017.

Winarto, Y. “Polri Siagakan 22.000 Personel Amankan Demo 212”, dalam


http://nasional.kontan.co.id/news/polri-siagakan-22000-personel-
amankan-demo-212”, diakses pada 29 Agustus 2017.

Universitas Pertahanan
35

Peraturan Perundangan
Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional


Indonesia.

Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1998 tentang Garis-Garis Besar Haluan


Negara.

Nota Kesepahamanan antara Kepolisian Negara Republik Indonesia


dengan Tentara Nasional Indonesia Nomor: B/4/1/2013, Nomor:
B/360/I/2013 tentang Perbantuan Tentara Nasional Indonesia
kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Rangka
Memelihara Kemananan dan Ketertiban Masyarakat.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik lndonesia Nomor 9 Tahun


2008 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pelayanan,
Pengamanan dan Penanganan Perkara Penyampaian Pendapat di
Muka Umum.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik lndonesia Nomor 9 Tahun


2011 tentang Manajemen Operasi Kepolisian.

Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2011


tentang Tugas Bantuan Tentara Nasional Indonesia kepada
Pemerintahan di Daerah.

Peraturan Panglima Tentara Nasional lndonesia Nomor:


Perpang/71//Vlll/2011 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan tentang
Perbantuan TNI kepada Polri dalam Rangka Kamtibmas.

Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2008 tentang Tata Cara


Pelaksanaan Hubungan dan Kerja Sama Kepolisian Negara
Republik lndonesia.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Universitas Pertahanan
36

LAMPIRAN

Lampiran 1
Cuplikan Nota Kesepahaman antara Polri dengan TNI

Universitas Pertahanan
37

Universitas Pertahanan
38

LAMPIRAN 2
Pedoman Wawancara

Interviewee : Kepala Kepolisian Republik Indonesia


Hari/Tanggal : -
Waktu : -
Tempat : Mabes Polri
Jl. Trunojoyo No. 3, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan
Kode Instrumen : -

1) Bagaimana pendapat Bapak mengenai kerja sama TNI-Polri saat ini?


2) Apakah ada perbedaan yang signifikan antara kerja sama TNI-Polri
sebelum dan pasca reformasi?
3) Apakah Bapak mengetahui adanya nota kesepahaman antara Polri
dengan TNI tentang Perbantuan TNI kepada Polri dalam rangka
Harkamtibmas?
4) Bagaimanakah bentuk implementasi nota kesepahaman tersebut
dalam organisasi Bapak?
5) Apakah ada kendala dalam implementasi nota kesepahaman
tersebut?
6) Adakah terdapat personil atau badan tertentu dalam organisasi
bapak yang mendapat tugas secara khusus untuk memonitor,
mengurus atau mengelola perihal kerja sama yang tertuang dalam
nota kesepahaman tersebut?
7) Apakah terdapat suatu penelaahan secara berkala terhadap
implementasi nota kesepahaman tersebut?
8) Bagaimanakah bentuk optimalisasi kerja sama yang dapat dilakukan
TNI-Polri guna terciptanya Harkamtibmas dalam rangka
memantapkan pertahanan negara?

Universitas Pertahanan
39

Pedoman Wawancara

Narasumber : Panglima Tentara Nasional Indonesia


Hari/Tanggal : -
Waktu : -
Tempat : -
Kode Instrumen : -

1) TNI sebagai alat pertahanan negara berfungsi sebagai penangkal


terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata
dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah
dan keselamatan bangsa, penindak terhadap setiap ancaman,
pemulih terhadap kondisi keamanan negara. Bagaimana TNI
melaksanakan fungsi tersebut ditengah-tengah iklim demokrasi dan
perubahan jenis ancaman yang ada bukan lagi ancaman militer?
2) Bagaimana pendapat Bapak mengenai kerja sama TNI-Polri saat ini?
3) Bagaimanakah bentuk implementasi nota kesepahaman tersebut
dalam organisasi Bapak?
4) Apakah ada kendala dalam implementasi nota kesepahaman
tersebut?
5) Adakah terdapat personil atau badan tertentu dalam organisasi
bapak yang mendapat tugas secara khusus untuk memonitor,
mengurus atau mengelola perihal kerja sama yang tertuang dalam
nota kesepahaman tersebut?
6) Apakah terdapat suatu penelaahan secara berkala terhadap
implementasi nota kesepahaman tersebut?
7) Bagaimanakah bentuk optimalisasi kerja sama yang dapat dilakukan
TNI-Polri guna terciptanya Harkamtibmas dalam rangka
memantapkan pertahanan negara?

Universitas Pertahanan
40

Pedoman Wawancara

Narasumber : Asisten Operasi Mabes Polri


Hari/Tanggal : -
Waktu : -
Tempat : Mabes Polri
Jl. Trunojoyo No. 3, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan
Kode Instrumen : -

1) Bagaimana implementasi MoU dalam pelaksanakan hubungan


kerjasama perbantuan TNI-Polri?
2) Komponen pendukung apa yang dibutuhkan untuk menduku MoU
tersebut agar kerjasama TNI-Polri dapat terlaksana dengan optimal?
3) Apa saja proses yang harus dilakukan agar MoU tersebut dapat
diimplementasikan? Apakah diadakan rapat persiapan terlebih dulu?
4) Apakah ada langkah evaluasi setelah dilaksanakan operasi bersama
antara TNI-Polri?
5) Apakah seluruh polda memahami kebijakan MoU perbantuan TNI-
Polri?
6) Apa kendala yang dihadapi selama pelaksanaan MoU dilaksanakan?
7) Apakah ada kendala dari rekan anggota TNI dalam melaksanakan
fungsi tugas Polisional?
8) Bagaimana sistem anggaran yang digunakan dalam pelaksanaan
perbantuan TNI-Polri?
9) Apakah ada langkah persiapan sebelum pelaksanaan operasi
bersama dilakukan? Seperti penyamaan persepsi, Gladi Posko,
Praops, dan Focus Group Discussion?

Universitas Pertahanan
41

10) Dalam pelaksanaan tugas bersama, apakah ada semacam petunjuk


kerja, petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan, SOP bersama untuk
dipedomani?
11) Bagaimana upaya yang dilakukan Polri dalam meningkatkan
hubungan kerjasama antara TNI dan Polri?

Pedoman Wawancara

Narasumber : Asisten Operasi Mabes TNI


Hari/Tanggal : -
Waktu : -
Tempat : -
Kode Instrumen : -

1) Bagaimana implementasi MoU dalam pelaksanakan hubungan


kerjasama perbantuan TNI-Polri?
2) Komponen pendukung apa yang dibutuhkan untuk menduku MoU
tersebut agar kerjasama TNI-Polri dapat terlaksana dengan optimal?
3) Apa saja proses yang harus dilakukan agar MoU tersebut dapat
diimplementasikan? Apakah diadakan rapat persiapan terlebih dulu?
4) Apakah ada langkah evaluasi setelah dilaksanakan operasi bersama
antara TNI-Polri?
5) Apakah seluruh satuan komando kewilayahan TNI memahami
kebijakan MoU perbantuan TNI-Polri?
6) Apa kendala yang dihadapi selama pelaksanaan MoU dilaksanakan?
7) Apakah ada kendala dari rekan anggota TNI dalam melaksanakan
fungsi tugas Polisional?
8) Bagaimana sistem anggaran yang digunakan dalam pelaksanaan
perbantuan TNI-Polri?
9) Apakah ada langkah persiapan sebelum pelaksanaan operasi
bersama dilakukan? Seperti penyamaan persepsi, Gladi Posko,
Praops, dan Focus Group Discussion?

Universitas Pertahanan
42

10) Dalam pelaksanaan tugas bersama, apakah ada semacam petunjuk


kerja, petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan, SOP bersama untuk
dipedomani?
11) Bagaimana upaya yang dilakukan dalam meningkatkan hubungan
kerjasama antara TNI dan Polri?

Pedoman Wawancara

Narasumber : Kepala Kepolisian Daerah DKI Jakarta


Hari/Tanggal : -
Waktu : -
Tempat : -
Kode Instrumen : -

1) Bagaimana pendapat Bapak mengenai kerja sama TNI-Polri saat ini?


2) Apakah ada perbedaan yang signifikan antara kerja sama TNI-Polri
sebelum dan pasca reformasi?
3) Apakah Bapak mengetahui adanya nota kesepahaman antara Polri
dengan TNI tentang Perbantuan TNI kepada Polri dalam rangka
Harkamtibmas?
4) Bagaimanakah bentuk implementasi nota kesepahaman tersebut
dalam organisasi Bapak?
5) Apakah ada kendala dalam implementasi nota kesepahaman
tersebut?
6) Adakah terdapat personil atau badan tertentu dalam organisasi
bapak yang mendapat tugas secara khusus untuk memonitor,
mengurus atau mengelola perihal kerja sama yang tertuang dalam
nota kesepahaman tersebut?
7) Apakah terdapat suatu penelaahan secara berkala terhadap
implementasi nota kesepahaman tersebut?

Universitas Pertahanan
43

8) Bagaimanakah bentuk optimalisasi kerja sama yang dapat dilakukan


TNI-Polri guna terciptanya Harkamtibmas dalam rangka
memantapkan pertahanan negara?

Pedoman Wawancara

Narasumber : Panglima Daerah Militer Jaya


Hari/Tanggal : -
Waktu : -
Tempat : -
Kode Instrumen : -

1) Bagaimana pendapat Bapak mengenai kerja sama TNI-Polri saat ini?


2) Apakah ada perbedaan yang signifikan antara kerja sama TNI-Polri
sebelum dan pasca reformasi?
3) Apakah Bapak mengetahui adanya nota kesepahaman antara Polri
dengan TNI tentang Perbantuan TNI kepada Polri dalam rangka
Harkamtibmas?
4) Bagaimanakah bentuk implementasi nota kesepahaman tersebut
dalam organisasi Bapak?
5) Apakah ada kendala dalam implementasi nota kesepahaman
tersebut?
6) Adakah terdapat personil atau badan tertentu dalam organisasi
bapak yang mendapat tugas secara khusus untuk memonitor,
mengurus atau mengelola perihal kerja sama yang tertuang dalam
nota kesepahaman tersebut?
7) Apakah terdapat suatu penelaahan secara berkala terhadap
implementasi nota kesepahaman tersebut?

Universitas Pertahanan
44

8) Bagaimanakah bentuk optimalisasi kerja sama yang dapat dilakukan


TNI-Polri guna terciptanya Harkamtibmas dalam rangka
memantapkan pertahanan negara?

Pedoman Wawancara

Narasumber : Karoops Polda DKI Jakarta


Hari/Tanggal : -
Waktu : -
Tempat : -
Kode Instrumen : -

1) Bagaimana implementasi MoU kerjasama perbantuan TNI-Polri yang


telah dilaksanakan oleh Kodam Jaya kepada Polda Metro Jaya?
2) Seperti apa implementasi MoU tersebut dalam berbagai operasi
pelayanan keamanan kepada masyarakat, contohnya Operasi Lilin,
Operasi Ketupat Jaya, Penanganan Bencana Banjir, Penanganan
Terorisme dan Penanganan Unjuk Rasa?
3) Melihat dinamika ancaman di wilayah DKI Jakarta, formulasi
peraturan yang bagaimana yang dibutuhkan untuk mendukung
kebijakan tugas perbantuan yang dilakukan Kodam Jaya kepada
Polda Metro Jaya, pada level kebijakan umum, kebijakan
pelaksanaan, dan kebijakan teknisnya?
4) Faktor apa saja yang mendukung implementasi tugas perbantuan
TNI kepada Polri?
5) Faktor apa saja yang menghambat implementasi kebijakan tugas
perbantuan TNI kepada Polri? Apakah faktor struktur birokrasinya,
pada faktor perumusan dan penetapan kebijakan, atau faktor apa?

Universitas Pertahanan
45

6) Permasalahan apa yang paling banyak mengemuka di lapangan


terkait perbantuan Kodam Jaya terhadap Polda Metro Jaya?
Contohnya, masalah pada komando dan pengendalian, pemberian
tugas, dukungan logistik, dll?
7) Bagimana langkah persiapan sebelum pelaksanaan operasi bersama
dilakukan?
8) Dalam pelaksanaan tugas bersama, apakah ada semacam petunjuk
kerja, petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan, SOP bersama untuk
dipedomani?
9) Bagaimana upaya yang dilakukan Polri dalam meningkatkan
hubungan kerjasama antara TNI dan Polri?

Universitas Pertahanan
46

Pedoman Wawancara

Narasumber : Asisten Operasi Pangdam Jaya


Hari/Tanggal : -
Waktu : -
Tempat : -
Kode Instrumen : -

1) Bagaimana implementasi MoU kerjasama perbantuan TNI-Polri yang


telah dilaksanakan oleh Kodam Jaya kepada Polda Metro Jaya?
2) Bagaimana mekanisme kebijakan tugas perbantuan TNI kepada
Polri tersebut di wilayah DKI Jakarta dalam operasi lilin, operasi
ketupat jaya, penanganan bencana banjir, penanganan terorisme
dan penanganan unjuk rasa?
3) Bagaimana strategi implementasi kebijakan kerjasama perbantuan
TNI kepada Polri di wilayah DKI Jakarta?
4) Faktor apa saja yang mendukung implementasi tugas perbantuan
TNI kepada Polri?
5) Faktor apa saja yang menghambat implementasi kebijakan tugas
perbantuan TNI kepada Polri? Apakah faktor struktur birokrasinya,
pada faktor perumusan dan penetapan kebijakan, atau faktor apa?
6) Permasalahan apa yang paling banyak mengemuka di lapangan
terkait perbantuan Kodam Jaya terhadap Polda Metro Jaya?
Contohnya, masalah pada komando dan pengendalian, pemberian
tugas, dukungan logistik, dll?
7) Bagimana langkah persiapan sebelum pelaksanaan operasi bersama
dilakukan?
8) Dalam pelaksanaan tugas bersama, apakah ada semacam petunjuk
kerja, petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan, SOP bersama untuk
dipedomani?

Universitas Pertahanan
47

9) Bagaimana upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan


hubungan kerjasama antara TNI dan Polri?

Universitas Pertahanan

Anda mungkin juga menyukai