ILMU PERTAHANAN
TEORI & PRAKTIK
SUHIRWAN
Editor:
iii
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Ketentuan Pidana
Pasal 72:
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar
rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran.
(1 Menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hak Cipta dipidana dengan dengan pidana penjara maksimal 5 (lima) tahun dan/atau denda
maksimal Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
(2 Memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
iv
KATA PENGANTAR
P
uji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat, Karunia, dan Hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan buku Ilmu Pertahanan : Teori dan
Praktik
vi
SINOPSIS
B
uku "Ilmu Pertahanan: Teori dan Praktik" adalah sebuah
panduan komprehensif tentang ilmu pertahanan yang
ditujukan untuk membantu para mahasiswa, pegawai negeri, dan
profesional di bidang keamanan dalam memahami konsep, teori,
dan praktik ilmu pertahanan.
vii
DAFTAR ISI
URAIAN HAL
KATA PENGANTAR v
SINOPSIS vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I : Pendahuluan 1-8
1.1 Pendahuluan
1.2 Konflik Laut Cina Selatan
ix
DAFTAR GAMBAR
URAIAN HAL
x
I l m u P e r t a h a n a n |1
I
PENDAHULUAN
2|Teori dan Praktik
PENDAHULUAN
1.1 PENDAHULUAN
K
onflik antara negara dapat memicu masalah yang lebih luas di
tingkat global. Konflik antara negara dapat memperburuk
hubungan internasional dan memicu perselisihan di antara negara-
negara yang terlibat. Selain itu, konflik antara negara dapat
berdampak pada perdagangan internasional, investasi, dan
keamanan, yang dapat berdampak pada ekonomi dan stabilitas
global secara keseluruhan. Misalnya, konflik Laut China Selatan
antara Tiongkok dan negara-negara ASEAN yang terlibat dapat
memicu ketegangan di kawasan Asia Pasifik. Hal ini dapat
mempengaruhi perdagangan, investasi, dan keamanan di kawasan
tersebut. Selain itu, konflik ini juga dapat memicu persaingan
geopolitik antara Amerika dan China, yang dapat berdampak pada
hubungan internasional secara global.
Oleh karena itu, penting bagi negara-negara untuk mengatasi
konflik dengan cara damai dan melalui dialog dan negosiasi yang
konstruktif. Selain itu, upaya untuk memperkuat kerja sama
regional dan internasional juga menjadi penting untuk mengatasi
masalah yang diakibatkan oleh konflik antara negara.
II
MANAJEMEN
PERTAHANAN
10 | T e o r i d a n P r a k t i k
MANAJEMEN
PERTAHANAN
I
lmu pertahanan pada masa modern sekarang ini bukan
lagi menjadi domain militer semata. Begitu banyak
keterlibatan ilmu pengetahuan lain yang menjadi bagian dari ilmu
pertahanan tersebut. Kelompok masyarakat di luar militer tentu
saja masih kesulitan dalam memahami bagaimana relasi konsep
pertahanan sebagai ilmu yang terikat dan terkait dengan seluruh
ilmu pengetahuan yang ada pada saat ini.
Untuk memahami ilmu pertahanan, kita harus melihatnya
dari sisi epistemologis terlebih dahulu. Ilmu pertahanan sebagai
ilmu pengetahuan lahir dari berbagai peristiwa yang telah dialami
pada masa lalu, yang kemudian melahirkan asal usul dan
berkembang menjadi strategi, seni perang, dan akhirnya menjadi
ilmu pertahanan yang lebih kompleks dan multidisiplin.
Ilmu pertahanan memiliki hubungan yang erat dengan ilmu-
ilmu lainnya, seperti ilmu politik, ilmu sosial, ilmu hukum, ilmu
teknik, dan ilmu ekonomi. Dalam konteks hubungan internasional,
ilmu pertahanan juga memiliki kaitan dengan ilmu hubungan
internasional, di mana strategi pertahanan suatu negara sangat
dipengaruhi oleh hubungan politik, ekonomi, dan keamanan
internasional yang terjalin.
I l m u P e r t a h a n a n | 11
Tidak bisa dipungkiri, bahwa sampai hari ini selalu saja ada
ancaman antar negara dengan negara, maupun antara negara
dengan kelompok bukan negara (non-state actor). Oleh karena itu,
sebuah negara mutlak memerlukan sistem pertahanan yang
melibatkan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh negara
tersebut.
Bagi Indonesia sendiri, kemampuan dalam mengelola
berbagai sumber daya yang ada menjadi sangat penting. Mengapa
tidak, kekayaan alam kita menjadi alasan bagi pihak lain untuk
datang ke Indonesia. Fakta sejarah sudah cukup membuktikan,
bagaimana Portugis dan Belanda menjajah bangsa ini hanya karena
urusan rempah rempah.
Dalam menganalisa ancaman yang pasti dan akan dihadapi
negara kita, baik dari dalam maupun dari luar negeri, mesti kita
sikapi dengan menggunakan kerangka analisis ilmu pertahanan
bersama dengan aspek ekonomi dan diplomasi.
Berikut adalah beberapa teori dan pengertian ilmu
pertahanan menurut ahli yang terdapat pada buku dan artikel:
a) Teori Pertahanan Absolut (Absolute Defense) oleh
Richard B. Smoke pada buku "National Security and the
Nuclear Dilemma: An Introduction to the American
Experience in the Cold War" (1975). Teori ini menyatakan
bahwa negara harus mempersiapkan pertahanan secara
maksimal tanpa menghiraukan biaya atau akibatnya.
b) Teori Pertahanan Total (Total Defense) oleh Roger
Hilsman pada buku "The Politics of Policy Making in Defense
and Foreign Affairs: Conceptual Models and Bureaucratic
Politics" (1967). Teori ini mengemukakan bahwa
pertahanan nasional harus melibatkan seluruh warga
negara dan sumber daya nasional untuk memperkuat
pertahanan.
c) Teori Pertahanan Terpadu (Integrated Defense) oleh
James A. Nathan pada artikel "The Integrated Defense: An
Alternative Conceptual Framework for Security Policy"
I l m u P e r t a h a n a n | 13
P
ertahanan strategis adalah jenis doktrin perencanaan militer
dan pertahanan yang ditetapkan untuk menghalangi, melawan,
dan menangkis serangan strategis. Serangan strategis tersebut
dapat berupa serangan pada wilayah atau wilayah udara, invasi,
atau serangan, serta serangan dalam bentuk dunia maya dalam
perang cyber. Selain itu, pertahanan strategis juga dapat melibatkan
ofensif angkatan laut untuk mengganggu lalu lintas jalur pelayaran
sebagai bentuk perang ekonomi.
14 | T e o r i d a n P r a k t i k
Gambar 2.1 Lykke’s Original Depiction of Strategy with Ends, Ways, and Means
added. Graphic courtesy of Arthur F. Lykke Jr., “Toward an Understanding of
Military Strategy,” in US Army War College Guide to Strategy.
I
stilah manajemen berasal dari kata Bahasa Inggris "to
manage" yang berarti menangani, mengendalikan, atau
mengelola. Dengan demikian, manajemen dapat diartikan sebagai
pengelolaan pekerjaan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Pengelolaan pekerjaan dalam manajemen melibatkan berbagai
unsur, seperti sumber daya manusia, deskripsi pekerjaan yang
harus dilakukan, dan unsur-unsur pendukung lainnya. Dalam hal
ini, manajemen bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan
sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Manajemen sangat penting dalam menjalankan bisnis atau
organisasi, karena dapat membantu memastikan bahwa sumber
daya yang dimiliki digunakan secara efektif dan efisien. Dalam
manajemen, terdapat berbagai prinsip, teknik, dan metode yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, manajemen merupakan hal yang sangat penting
dalam dunia bisnis dan organisasi modern.
Menurut Drucker, terdapat dua prinsip dalam manajemen
yang harus dipenuhi, yaitu efektif dan efisien. Salah satu konsep
utama yang dikemukakan Drucker sebagai salah satu tokoh besar
manajemen, adalah Management by Objectives (MBO). MBO ini
adalah suatu sistem yang menekankan efektivitas dan
pengendalian mutu, tanpa mengesampingkan kreativitas untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektif adalah mengerjakan
pekerjaan yang benar, sedangkan efisien mengerjakan pekerjaan
dengan benar (Drucker, 1985). Agar manajemen dapat dilakukan
dengan efektif dan efisien, maka manajemen perlu dijelaskan
berdasarkan fungsinya.
I l m u P e r t a h a n a n | 23
Terdapat konsep Plan, Do, Check and Act (PDCA), konsep ini
dikemukakan oleh Drucker, yaitu:
a. Rencanakan. Temukan asal masalah, dan kemudian
rencanakan perubahan atau pengujian yang difokuskan
membaik.
b. Lakukan. Lakukan perubahan atau pengujian, sebaiknya dalam
skala percontohan atau kecil.
c. Periksa. Periksa apakah hasil yang diinginkan telah tercapai,
jika ada kesalahan, dan apa yang telah dipelajari.
d. Bertindak. Merangkul perubahan jika hasil yang diinginkan
telah tercapai. Jika hasilnya belum sesuai diharapkan, ulangi
siklus tersebut dengan menggunakan pengetahuan yang
diperoleh dari siklus sebelumnya.
A
ncaman merupakan faktor utama yang menjadi dasar
dalam penyusunan desain sistem pertahanan negara, baik
yang bersifat aktual maupun potensial (Kemhan, 2015).
Berdasarkan analisis strategis dan identifikasi terhadap hakikat
ancaman yang sangat dinamis, sehingga memungkinkan terjadinya
penggabungan berbagai jenis ancaman. Ancaman dapat
digolongkan menjadi tiga jenis yaitu ancaman militer baik
bersenjata maupun tidak bersenjata, ancaman non militer, dan
ancaman hibrida. Walt (1990) dalam teorinya tentang balance of
threat berpendapat bahwa terdapat empat faktor dalam
membentuk persepsi ancaman yaitu kekuatan agregat (lawan),
kedekatan geografi (proximity), kemampuan ofensif, dan intensi
I l m u P e r t a h a n a n | 27
K
eberadaan masyarakat sipil dan militer tidak terlepas dari
eksistensi negara. Masyarakat sipil dan angkatan
bersenjatanya merupakan bagian penting dari negara yang
berdaulat. Tanpa adanya sebuah negara, maka penyelenggaraan
28 | T e o r i d a n P r a k t i k
D
alam penyelenggaraan kehidupan bernegara, keamanan
nasional menjadi sebuah tujuan yang mutlak. Secara
tradisional, keamanan nasional dimaknai sebagai upaya untuk
melindungi dan mengamankan kelangsungan hidup secara fisik
yang bisa datang dari dalam dan luar negara baik ancaman militer
maupun non militer. Keamanan tidak dapat dipahami sebagai
hanya sebatas ancaman militer yang menyebabkan perang, tetapi
juga keamanan adalah kondisi bebas dari rasa takut dan berbagai
ancaman.
Arnold Wolfers (1952) mengatakan bahwa: “ancaman
didefinisikan tidak hanya berhubungan dengan militer namun lebih
luas ke kesehatan, teknologi, dan lingkungan”. Lebih jauh, Wolfers
berpendapat bahwa: “masing-masing negara sebenarnya memiliki
pemahaman yang berbeda mengenai keamanan nasional merujuk
pada kepentingan tiap-tiap negara”.
Bahkan Wolfers (1952) berpendapat bahwa: “beberapa
negara mungkin tidak puas dengan status quo sedemikian rupa
sehingga mereka akan lebih tertarik untuk memperoleh nilai-nilai
baru daripada mengamankan nilai-nilai yang sudah mereka miliki”.
Wolfers percaya bahwa negara akan cenderung mempersepsikan
secara berbeda apa yang disebut nilai yang didapat dan tingkat
30 | T e o r i d a n P r a k t i k
- Political security.
- Freedom to exercise one‟s basic human rights.
III
PERTAHANAN NEGARA
42 | T e o r i d a n P r a k t i k
PERTAHANAN
NEGARA
P
endekatan yang digunakan dalam menganalisis
implementasi kebijakan pertahanan tentang
implementasi pengawasan Samudera Hindia dan Selat Sunda di
daerah kewenangan Lantamal II Padang dan Lantamal III Jakarta
ini khususnya pembangunan Lanudal Bengkulu adalah teori yang
dikemukakan oleh teori implementasi Suhirwan (2016) yang
merupakan pengembangan teori implementasi Van Metter dan Van
Horn (1974). Di mana implementasi dapat berhasil dengan adanya
8 (delapan) variabel dalam kebijakan publik yaitu komitmen,
standar dan tujuan kebijakan, sistem Informasi, sumber-sumber
daya, karakteristik pelaksana, komunikasi antar organisasi, sikap
para pelaksana, dan Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik.
Kedelapan faktor di atas harus dilaksanakan secara
simultan karena antara satu dengan yang lainnya memiliki
hubungan yang erat. Tujuan kita adalah meningkatkan
pemahaman tentang implementasi kebijakan. Penyederhanaan
pengertian dengan cara mem-breakdown (diturunkan) melalui
eksplanasi implementasi ke dalam komponen prinsip.
Implementasi kebijakan adalah suatu proses dinamik yang mana
meliputi interaksi banyak faktor. Sub kategori dari faktor-faktor
mendasar ditampilkan sehingga dapat diketahui pengaruhnya
terhadap implementasi.
I l m u P e r t a h a n a n | 43
b) Normative Commitment
Normative Commitment adalah perasaan wajib yang ada
pada karyawan untuk tetap berada di dalam organisasi
karena ia merasa berkewajiban untuk tetap tinggal di sana.
I l m u P e r t a h a n a n | 45
c) Continuance Commitment
Continuance Commitment adalah komitmen yang
didasarkan pada biaya yang ditanggung karyawan bila
keluar dari organisasi. Dapat dikatakan komitmen
terhadap organisasi dengan menunjukkan keterikatan
psikologis terhadap suatu organisasi yang berhubungan
dengan persepsi nilai yang telah ditanamkan dalam studi
organisasi dan efeknya pada kesempatan keluar dari
organisasi. Continuance commitment merupakan
komitmen yang rasional. Karyawan bertahan karena
membutuhkan, dia tidak bisa memilih identitas sosial lain
karena ancaman, kerugian. Karyawan di sini
memperhitungkan untung-rugi. Jadi Continuance
commitment adalah kuatnya hasrat seseorang untuk tetap
bekerja pada sebuah organisasi karena ia membutuhkan
dan tidak mampu berbuat lain.
Continuance commitment dipengaruhi oleh beberapa hal,
yaitu sebagai berikut:
➢ Transfer keterampilan dari organisasi
➢ Pendidikan formal
➢ Kesempatan untuk pindah tempat, jika keluar dari
organisasi yang bersangkutan.
➢ Pensiun yang hilang jika keluar dari organisasi yang
bersangkutan.
46 | T e o r i d a n P r a k t i k
G
una terwujudnya tujuan dan sasaran strategis pertahanan,
maka dirumuskan kebijakan pertahanan negara sebagai
acuan bagi perencanaan, penyelenggaraan, dan pengawasan sistem
pertahanan negara yang meliputi segala upaya untuk membangun,
memelihara, serta mengembangkan secara terpadu dan terarah
segenap komponen pertahanan negara. Dalam penyelenggaraanya,
kebijakan pertahanan ini ditetapkan sebagai pedoman bagi
Kementerian Pertahanan dan TNI untuk mewujudkan pertahanan
negara yang memiliki kemampuan daya tangkal dalam
menghadapi dan menanggulangi setiap ancaman. Adapun pokok-
pokok kebijakannya meliputi:
I l m u P e r t a h a n a n | 59
T
ujuan dari kebijakan ekonomi kelautan adalah untuk
menjadikan lautan sebagai basis dari pembangunan
ekonomi nasional. Potensi dari ekonomi kelautan Indonesia tidak
hanya berada di wilayah Perairan Nasional, tetapi juga mencakup
wilayah Perairan Yurisdiksi serta Perairan Internasional yang
dapat dikelola sesuai dengan hukum internasional. Adapun tujuan
dari pembangunan ekonomi yang berbasis pada sumber daya
I l m u P e r t a h a n a n | 65
P
ada aspek kebijakan dan strategi pertahanan, perlu
dicermati bagaimana kebijakan pertahanan menyinggung
tentang persepsi ancaman. Mengacu pada hirarki dalam bidang
pertahanan di Indonesia. Kebijakan umum pertahanan negara
adalah acuan dalam pembangunan kekuatan pertahanan dalam
suatu kerangka waktu. Peraturan Presiden No.41 Tahun 2010
tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun 2010-2014
secara garis besar telah menyinggung tentang persepsi ancaman.
Mengacu pada Peraturan Presiden itu, saat ini terdapat dua
ancaman yang tengah dihadapi oleh Indonesia, yaitu ancaman
aktual dan ancaman potensial. Bertolak dari Peraturan Presiden
No.41 Tahun 2010, secara spesifik tidak disebutkan mengenai isu
Laut Cina Selatan. Akan tetapi di sisi lain, Peraturan Presiden itu
menegaskan bahwa salah satu ancaman faktual yang tengah
dihadapi oleh Indonesia adalah konflik di wilayah perbatasan.
Dari sisi praktisi, menurut Menteri Pertahanan Purnomo
Yusgiantoro, dewasa ini terjadi pergeseran paradigma di dunia
dalam penyelesaian konflik, yaitu dari hard power ke soft power.
Oleh karena itu, Indonesia mengedepankan diplomasi dalam
mencari solusi atas sengketa Laut Cina Selatan. Menurut Menteri
Pertahanan, Indonesia meyakini bahwa sengketa tersebut dapat
diselesaikan secara diplomatik. Dengan kata lain, Menteri
Pertahanan berpendapat bahwa sengketa Laut Cina Selatan tidak
akan mengalami spill over ke wilayah Indonesia, khususnya Laut
I l m u P e r t a h a n a n | 67
3.5 KOHANUDNAS
K
omando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas)
merupakan komando utama terpenting dalam kekuatan
TNI Angkatan udara. Kohanudnas berfungsi sebagai mata dan
telinga pertahanan Indonesia di Udara yang mengawasi berbagai
pergerakan pesawat udara maupun objek yang menggunakan
instrument Air Power sebagai media yang melintasi wilayah
Indonesia. Kohanudnas didirikan pada tangga 9 Februari 1962.
Sebagai pengawal keamanan wilayah udara Indonesia, dalam
melaksanakan tugasnya Kohanudnas didukung oleh Satuan Radar
TNI-AU yang ditempatkan di berbagai daerah. Selain itu
Kohanudnas juga telah mengintegrasikan data dari radar-radar
sipil di seluruh Indonesia.
Kohanudnas merupakan salah satu Kotama Tempur TNI
Angkatan Udara yaitu Koopsau, Kohanudnas, dan Korpaskhas.
Kohanudnas bertugas menyelenggarakan upaya pertahanan
keamanan atas wilayah udara nasional secara mandiri ataupun
bekerja sama dengan Komando Utama Operasional lainnya
(seperti Angkatan Darat maupaun Angkatan Laut) dalam rangka
mewujudkan kedaulatan dan keutuhan serta kepentingan lain dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya matra udara.
Selain beberapa tugas tersebut, Kohanudnas juga
menyelenggarakan pembinaan administrasi dan kesiapan operasi
unsur-unsur Hanud TNI AU dan melaksanakan siaga operasi untuk
unsur-unsur Hanud dalam jajarannya dalam rangka mendukung
tugas pokok TNI.
3.6 SISHANUDNAS
S
istem Pertahanan Udara Nasional (Sishanudnas) adalah
suatu tatanan dalam kerangka Pertahanan Keamanan
Negara dengan melibatkan seluruh unsur berkemampuan Hanud
yang diwujudkan dalam suatu upaya dan tindakan terpadu
70 | T e o r i d a n P r a k t i k
K
emampuan yang dimiliki TNI AU saat ini tidak sebanding
dengan wilayah udara Indonesia yang sangat luas sehingga
hanya sebagian potensi pelanggaran wilayah udara yang dapat
dideteksi dan ditindak. Dokumen pembangunan Kekuatan Pokok
Minimum (Minimum Essential Force) Kementerian Pertahanan
menyebutkan bahwa untuk dapat menangkal berbagai ancaman
aktual dan selaras dengan keterbatasan sumber daya, hingga
tahun 2024 kekuatan udara minimal TNI AU harus sudah
didukung oleh 32 satuan radar dan 11 skuadron tempur.
Insiden pelanggaran wilayah udara yang terjadi beberapa
waktu lalu mengingatkan pemerintah akan rentannya wilayah
udara Indonesia. Sebagai contoh, sebuah pesawat sipil jenis
Gulfstream IV terdeteksi telah memasuki wilayah udara
Indonesia tanpa izin. Pesawat dengan NomorHZ-103 itu berangkat
dari Singapura menuju Darwin, Australia, sebelum menuju tujuan
akhir di Brisbane.
TNI AU mengirimkan dua pesawat tempur Sukhoi milik
TNI AU dari Skuadron udara 11 Makasar untuk melakukan
penyergapan dan pendaratan paksa. Menyadari berada dalam
pengejaran, pesawat asing tersebut malah meningkatkan
kecepatan, bukan memberi informasi kepada pesawat TNI AU
yang mendekatinya. Melakukan pengejaran hingga melewati El
Tari, Kupang, kedua pesawat Sukhoi TNIAU berhasil memaksa
pesawat asing tersebut untuk mendarat di Lanud El Tari.
Sikap pesawat asing tersebut mencerminkan rendahnya
penghormatan mereka terhadap kedaulatan wilayah udara
Indonesia. Keterbatasan radar militer mengakibatkan
pelanggaran semacam itu sering sekali terjadi ditandai dengan
seringnya pesawat-pesawat asing melintasi wilayah udara
Indonesia tanpa dokumen dan izin lengkap. Dalam tahun 2014
saja, TNI AU telah beberapa kali melakukan pengejaran terhadap
72 | T e o r i d a n P r a k t i k
tidak mungkin jika ada lebih banyak lagi pelanggaran yang tidak
terdeteksi. Akibat terbatasnya fasilitas radar TNI AU, diakui bahwa
terdapat sejumlah wilayah udara Indonesia yang rawan
pelanggaran. Sebagai wujud penjagaan dan pengelolaan
kedaulatan Indonesia atas wilayah udara nasional, TNI AU telah
beberapa kali memaksa pesawat asing yang melanggar wilayah
udara Indonesia untuk mendarat dan pihak pelanggar pun
dikenakan sejumlah denda, namun pada kenyataannya
pelanggaran masih saja terus terjadi.
K
ekuatan udara suatu negara memiliki peran penting
dalam suatu pertahanan. Penguasaan ruang udara dan
pemanfaatannya bagi TNI AU sangat berguna dan menjadi salah
satu faktor kunci keberhasilan suatu misi operasi baik berupa
operasi militer perang (OMP) ataupun operasi militer selain perang
(OMSP). Keunggulan kekuatan udara yang merupakan ciri khas
Angkatan Udara adalah pergerakan yang cepat, daya capai di
seluruh titik dan di seluruh wilayah negara dengan fleksibilitas
yang tinggi. Keunggulan tersebut sangat menunjang pelaksanaan
tugas-tugas operasi udara.
Ditinjau berdasarkan regulasi yang digunakan TNI AU
sebagai landasan hukum dalam kebijakan pertahanan udara,
regulasi yang digunakan di antaranya adalah UU RI No 3 tahun
2002 tentang Pertahanan Negara. UU RI No 34 tahun 2OO4 tentang
Tentara Nasional Indonesia, Keputusan Panglima TNI No
KEP/258/IV/2013 tentang Doktrin operasi gabungan TNI,
Perkasau No Perkasau/79/XII/2007 tanggal 13 DES 2007 tentang
Bujuklak Operasi, di mana di dalam beberapa regulasi tersebut
disebutkan bahwa Fungsi TNI AU dalam penyelenggaraan
pertahanan negara adalah sebagai Penangkal, Penindak & Pemulih
dari ancaman yang dapat mengganggu NKRI melalui tindakan OMP
74 | T e o r i d a n P r a k t i k
S
trategi Operasi Pertahanan Udara adalah dengan
mencegah, menangkal dan menanggulangi berbagai bentuk
ancaman melalui udara sedini mungkin. Untuk itu Kohanudnas
menyelenggarakan apa yang disebut Defence In Depth yaitu
menyelenggarakan pertahanan udara secara berlapis dari jarak
yang terjauh sampai dengan setiap titik vital dari pusat
pertahanan udara. Dalam rangka pelaksanaan operasi pertahanan
udara, wilayah udara dibagi dalam beberapa sektor pertahanan
udara atas dasar kemampuan pengendalian dan kondisi geografi.
Dalam rangka penyelengaraan bersifat Defence In Depth maka
wilayah udara dibagi dalam beberapa sektor pertahanan udara
atas dasar kemampuan pengendalian dan kondisi geografi.
Tujuannya adalah agar tercipta efisiensi dan efektivitas operasi.
Wilayah operasi pertahanan udara di bagi ke dalam beberapa lapis
yaitu Pertahanan Udara Area, Pertahanan Udara Terminal dan
Pertahanan Udara Titik.
A
gar operasi pertahanan udara yang dilaksanakan oleh
Kohanudnas dapat terlaksana dengan baik maka perlu
adanya upaya optimalisasi berupa penataan kembali alutsista
radar yang sesuai dengan kondisi saat ini agar penggelaran dan
operasional radar dapat secara efektif mampu menjangkau
seluruh wilayah udara nasional. Upaya yang dilakukan adalah
penataan kembali gelar radar sesuai dengan kondisi geografi dan
teknologi radar saat ini, meningkatkan atau mengembalikan
kemampuan dan kesiapan radar seperti kondisi awal dengan
meningkatkan kemampuan jarak jangkau deteksi radar, dan
terpenuhinya gelar radar sesuai titik gelar terbaik yang dapat
menjangkau seluruh wilayah udara nasional.
I l m u P e r t a h a n a n | 77
K
erangka teoritis mengenai teori hubungan sipil militer
yang akan digunakan adalah teori dari Huntington, S. P.
Menurut Huntington, hubungan sipil-militer dapat dilihat dari dua
model, yaitu subjective civilian control dan objective civilian control.
Subjective civilian control, yakni hubungan sipil militer yang
memaksimalkan kekuasaan sipil dan meminimalkan kekuasaan
militer. Objective civilian control, yakni hubungan sipil militer yang
memaksimalkan profesionalisme militer dan menunjukkan adanya
pembagian kekuasaan politik antara kelompok militer dan
kelompok sipil yang kondusif menuju perilaku profesional.
Hubungan sipil militer menjadi subjektif ketika salah satu dari
sejumlah kekuatan yang berkompetisi dalam masyarakat berhasil
mengontrol militer dan menggunakannya untuk tujuan dan
kepentingan politik. Sementara, hubungan yang objektif
mengandung adanya profesionalisme militer yang tinggi sesuai
bidangnya sehingga meminimalkan intervensi militer dalam politik
dan intervensi politik dalam militer ( Huntington, 1957).
Terkait profesionalisme militer, Amos Perlmutter membagi
profesionalisme militer menjadi dua, yakni profesionalisme
78 | T e o r i d a n P r a k t i k
IV
STUDI KASUS
94 | T e o r i d a n P r a k t i k
STUDI KASUS
(Peran TNI AL dalam Pertahanan Negara)
P
enulis melaksanakan pengumpulan data menggunakan
sub-sub variabel dari variabel-variabel teori implementasi
Suhirwan (2016) sesuai dengan kaidah metode Suhirwan Quasy
Qualitative (2020), yang mengatakan bahwa sebuah kebijakan
dapat diimplementasikan dengan baik jika memenuhi faktor-
faktor, sebagai berikut:
➢ Komitmen Pemimpin.
➢ Standard dan tujuan kebijakan.
➢ Sistem Informasi.
➢ Sumber daya.
➢ Karakteristik pelaksana.
➢ Komunikasi antar organisasi.
➢ Sikap para pelaksana.
➢ Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik.
3) Sistem Informasi
Tingkat kebutuhan informasi akan meningkat jika informasi
memberikan sesuatu yang bermanfaat pada pencarinya,
seperti menyelesaikan masalah atau memecahkan persoalan,
memberikan ide-ide baru untuk sebuah program baru,
kebutuhan pada pengetahuan, atau melakukan pengawasan
pada sesuatu yang sedang berjalan. Kemampuan
penyelenggara pemerintahan dalam menyiapkan
ketersediaan informasi dengan berbagai infrastruktur dan
konten yang memadai, disertai dengan sikap keterbukaan
dan mekanisme serta prosedur yang memadai, akan
memudahkan masyarakat memberikan konstribusi atau
partisipasi secara positif. “Masyarakat tidak akan mudah
terpancing isu atau informasi yang simpang siur seandainya
mereka mudah mendapatkan informasi yang memadai” (Agus
Setiaman, 2013).
Penulis mewancarai narasumber yang ahli terkait lahan yang
digunakan entitas pemerintah yang telah banyak
menangani permasalahan lahan, adapun hasil wawancara
tersebut adalah:
“Memang betul bahwa ada peraturan dari Kementrian
Keuangan RI bahwa pembangunan sarpras yang dilaksanakan
mensyaratkan kepemilikan lahan, namun sebenarnya hal
tersebut ada solusi dan jalan keluarnya. Pihak TNI AL harus
berkoordinasi sesuai sistem yang berlaku ke Mabes TNI dan
Kemhan RI, pihak Kemhan RI akan berkoordinasi dengan
pihak Kementerian Perhubungan RI. Jika Kementerian
Perhubungan menyetujui, surat persetujuan tersebut bisa
diberikan kepada Kementerian Keuangan. Surat persetujuan
tersebut juga bisa dijadikan dasar beralihnya kepemilikan”
(Wawancara, tanggal 31 Oktober 2020).
Temuan peneliti pada faktor sumber informasi terkait
rencana pembangunan Lanudal Bengkulu ini, bisa menjadi
temuan yang signifikan dalam mencari solusi terhadap
Daftar Pustaka| 111
D
ari hasil penulisan buku pada implementasi rencana
pembangunan Lanudal di Bengkulu terdapat beberapa
faktor-faktor pendukung dan penghambat adalah sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
a. Komitmen Pemimpin
Komitmen Pemimpin TNI AL dalam mendukung
pertahanan negara dalam rangka mewujudkan poros
maritim dunia yang menjadi Visi Pemerintah
menjadikan Keberadaan Lanudal Bengkulu merupakan
prioritas yang harus segera dibangun. Komitmen
Pemerintah Provinsi Bengkulu juga sangat kuat karena
keberadaan Lanudal ini nantinya sangat dibutuhkan
masyarakat luas di Bengkulu dalam pergerakan ekonomi
daerah.
b. Standar dan Sasaran Kebijakan/Ukuran dan
Tujuan Kebijakan.
Sudah sangat jelas kemanfaatannya untuk kepentingan
pertahanan sangat mendesak karena saat ini belum ada
Lanudal yang berada di sepanjang sisi Barat Pulau
Sumatra. Kepentingan pertahanan ini juga sekaligus
untuk mengamankan Ibu Kota Negara DKI Jakarta dari
potensi ancaman dari selatan. Kemanfaatan lainnya
adalah dibutuhkannya Lanudal Bengkulu untuk
kepentingan masyarakat dalam kondisi darurat bencana
yaitu SAR dan dukungan logistik bencana, karena
Provinsi Bengkulu adalah termasuk salah satu Provinsi
rawan bencana gempa.
c. Sumber Informasi
Keberadaan entitas pertahanan dan pemerintah daerah
menjadi sumber informasi kebijakan yang cukup kuat
Daftar Pustaka| 125
2. Faktor Penghambat
a. Sumber Daya
Kepemilikan lahan yang dibutuhkan TNI AL dalam
membangun Lanudal Bengkulu, merupakan salah satu
penghambat, karena sampai saat ini TNI AL belum
memiliki lahan yang dibutuhkan seluas 6 (enam) hektar.
Lahan yang ada dan strategis untuk pembangunan
tersebut masih dalam kepemilikan Kementerian
Daftar Pustaka| 127
4. Sumber Daya
Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam
menentukan keberhasilan atau implementasi kebijakan.
Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya
yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan
oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik. Selain
sumber daya manusia, sumber daya finansial dan waktu
menjadi perhitungan penting dalam keberhasilan
implementasi kebijakan.
Temuan penulisan buku ada faktor sumber daya kebijakan
dukungan dari pemerintah daerah menjadi hal yang
signifikan, bahwa pembangunan Lanudal Bengkulu, tidak saja
strategis dalam hal kepentingan pertahanan tetapi juga
memberikan manfaat untuk kepentingan masyarakat
Bengkulu yang memang sangat berharap Lanudal Bengkulu
dapat segera terealisasikan. Pembangunan Lanudal akan
menggunakan anggaran APBN TNI AL dalam kaitan untuk
pembangunan fasilitas dan sarana prasarananya, sedang
kebutuhan lahan seluas 6 (enam) hektar akan
dikomunikasikan kepada Kementerian Perhubungan RI.
134 | T e o r i d a n P r a k t i k
R
encana pembangunan Lanudal Bengkulu ini diharapkan
memiliki arti penting bagi Strategi Pertahanan Laut, arti
Daftar Pustaka| 139
2) Respon (Respond)
Penggunaan unsur-unsur pesawat patroli maritim
dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya
merupakan jawaban yang strategis bagi sistem
pertahanan laut Indonesia dalam menghadapi
musuh yang mengancam kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, serta keselamatan segenap
bangsa Indonesia. Penggunaan unsur- unsur udara
patroli maritim bagi TNI AL merupakan strategi yang
tepat mengingat keterbatasan unsur-unsur kapal
perang Republik Indonesia jika melaksanakan
patroli di Samudera Hindia. Penggunaan unsur-
unsur udara patroli maritim TNU AL juga sebagai
unsur pendeteksi dini bagi sistem pertahanan,
sebagai data awal bagi strategi pertahanan
selanjutnya.
3) Mempersiapkan (Prepare)
Dalam menghadapi situasi ancaman di wilayah
perairan Samudera Hindia sisi barat Pulau Sumatera
sampai dengan chock point Selat Sunda, merupakan
tujuan pembangunan Lanudal Bengkulu.
Pembangunan ini merupakan konsep strategi
pertahanan laut dalam rangka gelar pangkalan
dan gelar unsur pesawat udara dengan tujuan
untuk melaksanakan fungsi dan tugas TNI AL dalam
pengendalian laut, yaitu pengendalian wilayah
perairan Samudera Hindia sisi barat Pulau
Sumatera sampai dengan chock point Selat Sunda.
3. Sistem Informasi
Temuan dalam bidang ini, bahwa terhadap informasi
pengenai kepemilikan lahan yang dibutuhkan guna
membangun fasilitas dan saran prasarana Lanudal Bengkulu
dan adanya dukungan dari Gubernur sebagai pemimpin
daerah Bengkulu untuk menyetujui pembangunan Lanudal
Bengkulu tersebut.
4. Sumber Daya
Daftar Pustaka| 145
5. Karakteristik Pelaksana,
Temuan pada bidang karakteristik pelaksana, bahwa seluruh
instansi yang akan terlibat dalam pembangunan ini adalah
instansi pemerintah, yang diyakini akan mendukung
perencanaan program pemerintah yang ditetapkan untuk
kepentingan bangsa dan negara. Dengan karakteristik ini
diharapkan pembangunan dapat diwujudkan tentunya
dengan sinergisitas dan komunikasi yang terus menerus.
Komunikasi dan rentang kendali akan panjang jika masing-
masing instansi menampilkan ego sektoralnya dengan
fragmentasi dan SOP yang dimilikinya.
Memperhatikan instansi yang dihadapi dalam mewujudkan
rencana pembangunan ini, bahwa keseluruhannya adalah
organisasi dalam sistem pemerintahan, yang memiliki
karakteristik berbeda sesuai dengan fungsi tugas masing-
masing. Instansi ini tentunya untuk mendukung program-
146 | T e o r i d a n P r a k t i k
M
empelajari hasil pembahasan data-data penulisan buku
di atas, ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam keberhasilan implementasi rencana pembangunan Lanudal
Bengkulu, sebagai berikut:
1. Komitmen Pemimpin, para Pemimpin di daerah Provinsi
Bengkulu memiliki komitmen yang kuat untuk mewujudkan
rencana pembangunan Lanudal ini, terlihat adanya jalinan
komunikasi yang kuat. Faktor Komitmen Pemimpin ini
merupakan salah satu pendukung dalam keberhasilan
implementasi suatu kebijakan.
2. Standard dan Tujuan Kebijakan, adanya rencana
pembangunan Lanudal di Bengkulu oleh TNI AL merupakan
bentuk suatu penetapan tujuan kebijakan yang ingin dicapai.
Kebijakan ini untuk mendukung fungsi dan tugasnya dalam
melaksanakan penegakan kedaulatan dan hukum di wilayah
perairan sisi barat Pulau Sumatera dalam hal ini Samudera
Hindia sampai dengan chock point Selat Sunda.
3. Sistem Komunikasi, faktor pendukung lainnya adalah
terdapatnya jalinan komunikasi di antara stakeholder yaitu
antara TNI AL dalam hal ini Pusnerbal, Gubernur Bengkulu
dan PT. Angkasa Pura II, yang akan mewujudkan rencana
pembangunan Lanudal Bengkulu dengan berkomunikasi
kepada Kementerian Perhubungan RI terkait pelepasan
lahan seluas 6 (enam) hektar yang akan digunakan untuk
membangun fasilitas dan sarana prasarana yang dibutuhkan.
4. Sumber Daya, faktor pendukung adanya keberadaan Bandara
Fatmawati-Soekarno sangat diperlukan oleh Lanudal,
disamping tidak perlunya lagi membangun landasan, tetapi
solusi penggunaan bersama. Sumber daya lainnya yang
disediakan oleh TNI AL adalah dengan memasukkan
kebutuhan anggaran dalam program APBN yang akan
digunakan untuk pembangunan fasilitas dan sarana
prasarananya. Faktor penghambat utama dalam
mewujudkan rencana pembangunan ini adalah TNI AL tidak
150 | T e o r i d a n P r a k t i k
T
emuan pada analisa strategis pentingnya keberadaan
Lanudal Bengkulu dalam mendukung SPLN dilihat fungsi
dan tugasnya pada masa damai, krisis atau perang serta
pengendalian laut, adalah sebagai berikut:
1. Masa Damai
Pada kondisi masa damai, keberadaan Lanudal Bengkulu
dimanfaatkan untuk, sebagai berikut:
a. Tujuan (ends), menimbulkan dampak penangkalan dan
menciptakan kondisi perairan yuridiksi nasional
Samudera Hindia di sisi barat Pulau Sumatera dan chock
point Selat Sunda yang terkendali.
b. Cara (Ways), kegiatan operasi laut dengan
menghadirkan pesawat-pesawat udara patroli maritim
TNI AL yang berada di Lanudal Bengkulu untuk
melaksanakan operasi di wilayah perairan Samudera
Hindia di sisi barat Pulau Sumatera sampai dengan
chock point Selat Sunda.
c. Sumber daya (Means), strategi dalam melaksanakan
gelar operasi laut tersebut dipenuhi dengan
penggunaan dan pemanfaatan segala sumber daya
yang dimiliki khususnya pesawat-pesawat udara
patroli maritim TNI AL yang berada di Lanudal
Bengkulu serta dukungan Pangkalan TNI AL maupun
Lanudal yang nantinya sudah tergelar sesuai dengan
fungsi dan tugasnya. Dukungan pangkalan ini sangat
152 | T e o r i d a n P r a k t i k
a. Bentuk (Shape)
Strategi Pertahanan Laut Nusantara berupa transformasi
dalam bentuk sistem pertahanan laut yang didukung
postur unsur pesawat-pesawat udara TNI AL, yang
digunakan untuk menjaga kedaulatan dan penegakan
hukum di wilayah perairan laut Indonesia khususnya
Samudera Hindia di sisi Barat Pulau Sumatera
sampai dengan chock point Selat Sunda. Untuk
efektifitas penggunaan unsur-unsur udara patroli
maritim TNI AL ini, maka penempatan home base Lanudal
di Bengkulu merupakan keputusan yang strategis.
Keputusan ini diambil dengan pertimbangan efektifitas
waktu terbang pesawat dalam melaksanakan patroli
maritim yang dapat menjangkau daerah operasi meliputi
daerah wilayah perairan Samudera Hindia sisi barat
Pulau Sumatera sampai dengan daerah chock point Selat
Sunda. Penggunaan unsur-unsur pesawat udara patroli
maritim TNI AL dengan pertimbangan kondisi geografis
ombak yang besar di Samudera Hindia yang tidak
memungkinkan kapal perang Republik Indonesia
melaksanakan patroli secara optimal. Penggunaan postur
pesawat udara dalam melaksanakan patrol maritim
merupakan jawaban yang strategis bagi sistem
pertahanan laut Indonesia, penggunaan pesawat udara
bagi TNI AL merupakan strategi yang tepat mengingat
keterbatasan unsur- unsur kapal perang Republik
Indonesia jika melaksanakan patroli di Samudera Hindia.
Penggunaan unsur udara juga sebagai unsur pendeteksi
dini bagi sistem pertahanan, sebagai data awal bagi
strategi pertahanan yang dikembangkan berikutnya.
b. Mempersiapkan (Prepare),
Tujuan pembangunan Lanudal Bengkulu merupakan
strategi pertahanan laut dalam rangka gelar pangkalan
dan gelar unsur pesawat udara dalam rangka untuk
154 | T e o r i d a n P r a k t i k
2. Faktor-faktor Penghambat
Dari data hasil penulisan buku, faktor-faktor penghambat
yang akan menjadi penghambat realisasi pembangunan
Lanudal Bengkulu ini, adalah sebagai berikut:
a. Sumber Daya; tidak adanya dukungan lahan seluas
6 (enam) hektar yang dibutuhkan TNI AL untuk
membangun fasilitas dan sarana prasarana Lanudal;
terhambatnya dukungan anggaran dari persetujuan
Kemenkeu RI.
b. Karakteristik Pelaksana; adanya ego sectoral pada
masing- masing instansi dengan fragmentasi dan SOP
sesuai dengan instansi masing-masing.
c. Komunikasi antar Organisasi; akan menjadi penghalang
jika dalam berkomunikasi masing-masing instansi hanya
mementingkan ego sectoral nya saja dibandingkan untuk
kepentingan negara dan bangsa.
156 | T e o r i d a n P r a k t i k
1. Masa Damai
Pada Masa Damai, keberadaan Lanudal Bengkulu dapat
menjadi penangkal dan menciptakan kondisi wilayah
perairan yuridiksi nasional Indonesia di Samudera Hindia
di sisi barat Pulau Sumatera sampai dengan chock point
Selat Sunda yang terkendali, dengan melaksanakan operasi
laut menghadirkan unsur-unsur udara pesawat patroli
maritim TNI AL yang berada di Lanudal Bengkulu, serta
adanya dukungan logistik operasi dari Lanal Bengkulu dan
Lanudal Bengkulu sebagai wujud dukungan fungsi pangkalan.
2. Masa Krisis dan Perang
Pada Masa Krisis atau Perang, keberadaan Lanudal Bengkulu
dimanfaatkan untuk, menghancurkan kekuatan lawan yang
mengancam kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI,
khususnya yang masih berada di daerah wilayah perairan
Samudera Hindia sisi barat Pulau Sumatera sampai dengan
chock point Selat Sunda dengan melaksanakan pengintaian
strategis untuk mendapatkan informasi awal bagi pergerakan
kekuatan lawan serta melibatkan seluruh kekuatan yang
dimiliki TNI AL khususnya unsur kekuatan udara yang
berada di Lanudal Bengkulu serta dukungan Lanal dan
Lanudal secara optimal.
Daftar Pustaka| 157
V
KESIMPULAN
158 | T e o r i d a n P r a k t i k
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
168
Saat ini berkarier sebagai Dokter umum di Klinik Global Sejahtera
Abada 3 Lakarsantri Surabaya Februari 2022 – sekarang, serta
Vaksinator vaksin dirumah.id by klinik_dr.mahe Maret 2022 –
sekarang.***
169
170