REPUBLIK INDONESIA
No.77, 2019 ADMINISTRASI. Penilaian Kinerja. Pegawai Negeri
Sipil. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6340)
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENILAIAN KINERJA
PEGAWAI NEGERI SIPIL.
www.peraturan.go.id
2019, No.77 -2-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil adalah
suatu proses sistematis yang terdiri dari perencanaan
kinerja; pelaksanaan, pemantauan, dan pembinaan
kinerja; penilaian kinerja; tindak lanjut; dan sistem
informasi kinerja.
2. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai aparatur sipil negara secara
tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan.
3. Sasaran Kinerja Pegawai yang selanjutnya disingkat
SKP adalah rencana kinerja dan target yang akan
dicapai oleh seorang PNS yang harus dicapai setiap
tahun.
4. Indikator Kinerja Individu adalah ukuran keberhasilan
kerja yang dicapai oleh setiap PNS.
5. Target adalah jumlah hasil kerja yang akan dicapai
dari setiap pelaksanaan tugas jabatan.
6. Realisasi adalah hasil kerja yang diperoleh sebagian,
sesuai, atau melebihi target.
7. Perilaku Kerja adalah setiap tingkah laku, sikap atau
tindakan yang dilakukan oleh PNS atau tidak
melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Pejabat Penilai Kinerja PNS adalah atasan langsung
PNS yang dinilai dengan ketentuan paling rendah
pejabat pengawas atau pejabat lain yang diberi
pendelegasian kewenangan.
9. Tim Penilai Kinerja PNS adalah tim yang dibentuk oleh
Pejabat yang Berwenang untuk memberikan
pertimbangan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
atas usulan pengangkatan, pemindahan, dan
www.peraturan.go.id
2019, No.77
-3-
www.peraturan.go.id
2019, No.77 -4-
Pasal 2
Penilaian Kinerja PNS bertujuan untuk menjamin
objektivitas pembinaan PNS yang didasarkan pada sistem
prestasi dan sistem karier.
Pasal 3
Penilaian Kinerja PNS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja pada
tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi, dengan
memperhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat yang
dicapai, serta perilaku PNS.
www.peraturan.go.id
2019, No.77
-5-
Pasal 4
Penilaian Kinerja PNS dilakukan berdasarkan prinsip:
a. objektif;
b. terukur;
c. akuntabel;
d. partisipatif; dan
e. transparan.
BAB II
SISTEM MANAJEMEN KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL
Pasal 5
Penilaian Kinerja PNS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 dilaksanakan dalam suatu Sistem Manajemen
Kinerja PNS.
Pasal 6
(1) Sistem Manajemen Kinerja PNS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 terdiri atas:
a. perencanaan kinerja;
b. pelaksanaan, Pemantauan Kinerja, dan pembinaan
kinerja;
c. penilaian kinerja;
d. tindak lanjut; dan
e. Sistem Informasi Kinerja PNS.
(2) Instansi Pemerintah yang akan/sedang membangun
Sistem Manajemen Kinerja PNS selain yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah ini dapat dilaksanakan
dengan Keputusan Menteri.
(3) Instansi Pemerintah yang telah membangun Sistem
Manajemen Kinerja PNS selain yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah ini dilakukan evaluasi bersama
dan hasilnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
www.peraturan.go.id
2019, No.77 -6-
Pasal 7
(1) Setiap Instansi Pemerintah harus menerapkan Sistem
Manajemen Kinerja PNS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6.
(2) Pimpinan Instansi Pemerintah melakukan pengawasan
terhadap penerapan Sistem Manajemen Kinerja PNS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada Instansi
Pemerintah masing-masing.
(3) Menteri melakukan pengawasan terhadap penerapan
Sistem Manajemen Kinerja PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
BAB III
PERENCANAAN KINERJA
Bagian Kesatu
Penyusunan Sasaran Kinerja Pegawai
Pasal 8
(1) Perencanaan Kinerja terdiri atas penyusunan dan
penetapan SKP dengan memperhatikan Perilaku Kerja.
(2) Proses penyusunan SKP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan:
a. perencanaan strategis Instansi Pemerintah;
b. perjanjian kinerja;
c. organisasi dan tata kerja;
d. uraian jabatan; dan/atau
e. SKP atasan langsung.
(3) SKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
disusun oleh PNS dan Pejabat Penilai Kinerja PNS
dan/atau Pengelola Kinerja.
(4) SKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disepakati
oleh pegawai yang bersangkutan dengan Pejabat
Penilai Kinerja PNS setelah direviu oleh Pengelola
Kinerja.
www.peraturan.go.id
2019, No.77
-7-
Pasal 9
(1) SKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
memuat kinerja utama yang harus dicapai seorang
PNS setiap tahun.
(2) Selain kinerja utama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), SKP dapat memuat kinerja tambahan.
Pasal 10
(1) Kinerja utama dan kinerja tambahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 paling sedikit memuat:
a. Indikator Kinerja Individu; dan
b. Target kinerja.
(2) Indikator Kinerja Individu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a disusun dengan memperhatikan
kriteria:
a. spesifik;
b. terukur;
c. realistis;
d. memiliki batas waktu pencapaian; dan
e. menyesuaikan kondisi internal dan eksternal
organisasi.
(3) Target kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi aspek:
a. kuantitas;
b. kualitas;
c. waktu; dan/atau
d. biaya.
Pasal 11
(1) Kinerja utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) merupakan penjabaran kinerja dari kinerja
utama atasan langsung, yaitu:
a. kinerja utama bagi pejabat pimpinan tinggi
merupakan penjabaran sasaran unit/organisasi;
b. kinerja utama bagi pejabat administrasi
merupakan penjabaran kegiatan atasan langsung;
dan
www.peraturan.go.id
2019, No.77 -8-
Pasal 12
(1) Kinerja tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (2) berupa tugas tambahan.
(2) Tugas tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan tugas yang diberikan oleh pimpinan unit
kerja dengan karakteristik sebagai berikut:
a. disepakati antara pimpinan Unit Kerja atau Pejabat
Penilai Kinerja PNS dengan yang bersangkutan;
b. diformalkan dalam surat keputusan;
c. di luar tugas pokok jabatan;
d. sesuai dengan kapasitas yang dimiliki pegawai
yang bersangkutan; dan/atau
e. terkait langsung dengan tugas atau output
organisasi.
Bagian Kedua
Penyusunan SKP
Bagi Pejabat Pimpinan Tinggi
Pasal 13
(1) SKP bagi pejabat pimpinan tinggi disusun berdasarkan
perjanjian kinerja Unit Kerja yang dipimpinnya dengan
memperhatikan:
a. rencana strategis; dan
b. rencana kerja tahunan.
(2) Perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan.
www.peraturan.go.id
2019, No.77
-9-
Pasal 14
(1) SKP bagi pejabat pimpinan tinggi utama disetujui oleh
menteri yang mengoordinasikan.
(2) SKP bagi pejabat pimpinan tinggi madya disetujui oleh
pimpinan Instansi Pemerintah.
(3) SKP bagi pejabat pimpinan tinggi pratama disetujui
oleh pejabat pimpinan tinggi madya.
(4) SKP bagi pejabat pimpinan tinggi yang memimpin unit
kerja paling sedikit mencantumkan indikator kinerja
yang terkait dengan tugas dan fungsi serta kinerja
penggunaan anggaran.
Bagian Ketiga
Penyusunan SKP bagi
Pejabat Pimpinan Unit Kerja Mandiri
Pasal 15
(1) SKP bagi pejabat pimpinan Unit Kerja mandiri disusun
berdasarkan perjanjian kinerja Unit Kerja yang
dipimpinnya dengan memperhatikan:
a. rencana strategis; dan
b. rencana kerja tahunan.
(2) Perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pasal 16
(1) SKP bagi pejabat pimpinan Unit Kerja mandiri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 disetujui oleh
menteri atau pejabat pimpinan tinggi yang
mengoordinasikannya.
(2) SKP bagi pejabat pimpinan Unit Kerja mandiri paling
sedikit mencantumkan indikator kinerja yang terkait
dengan tugas dan fungsi serta kinerja penggunaan
anggaran.
www.peraturan.go.id
2019, No.77 -10-
Bagian Keempat
Penyusunan SKP Bagi Pejabat Administrasi
Pasal 17
SKP bagi pejabat administrasi disusun berdasarkan SKP
atasan langsung dengan memperhatikan:
a. organisasi dan tata kerja; dan
b. uraian jabatan.
Pasal 18
SKP bagi pejabat administrasi disetujui oleh atasan
langsung.
Bagian Kelima
Penyusunan SKP Bagi Pejabat Fungsional
Pasal 19
(1) SKP bagi pejabat fungsional disusun berdasarkan SKP
atasan langsung dan organisasi/unit kerja dengan
memperhatikan:
a. rencana kerja tahunan;
b. perjanjian kinerja;
c. organisasi dan tata kerja; dan
d. uraian jabatan.
(2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penyusunan SKP bagi pejabat fungsional juga
memperhatikan butir-butir kegiatan untuk jabatan
fungsional.
Pasal 20
(1) SKP bagi pejabat fungsional disetujui oleh atasan
langsung.
(2) Persetujuan SKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diberikan dengan mempertimbangkan pendapat
dari tim penilai angka kredit jabatan fungsional.
www.peraturan.go.id
2019, No.77
-11-
Pasal 21
(1) Pejabat fungsional yang pada saat penyusunan SKP,
tidak dapat menyusun kinerja utama sesuai
ketentuan Pasal 11 ayat (1) huruf c, harus
dimutasikan atau diberikan tugas ke instansi yang
mempunyai kegiatan yang sesuai jenjang
fungsionalnya.
(2) Pejabat fungsional yang harus dimutasikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila sasaran
unit/organisasi dan/atau kegiatan atasan langsung
sudah tidak sesuai dengan tugas jabatan fungsional.
(3) Pejabat fungsional diberikan tugas ke instansi lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila beban
tugas jabatan fungsional tidak memenuhi persyaratan
angka kredit per tahun yang wajib dikumpulkan.
Bagian Keenam
Penyusunan SKP Bagi
Pejabat Fungsional Yang Rangkap Jabatan
Pasal 22
(1) SKP bagi pejabat fungsional yang rangkap jabatan
dengan jabatan pimpinan tinggi atau jabatan
administrasi disusun mengikuti:
a. SKP bagi pejabat pimpinan tinggi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13; atau
b. SKP bagi pejabat administrasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17.
(2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), pejabat fungsional yang rangkap jabatan dapat
menyusun SKP bagi pejabat fungsional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19.
www.peraturan.go.id
2019, No.77 -12-
Bagian Ketujuh
PNS yang Diangkat Menjadi Pejabat Negara atau Pimpinan/Anggota
Lembaga NonStruktural, Diberhentikan Sementara, Menjalani Cuti
di Luar Tanggungan Negara, atau Mengambil Masa Persiapan Pensiun
Pasal 23
Ketentuan penyusunan SKP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) tidak berlaku bagi PNS yang diangkat
menjadi Pejabat Negara atau pimpinan/anggota lembaga
non struktural, diberhentikan sementara, menjalani cuti di
luar tanggungan negara, atau mengambil masa persiapan
pensiun.
Bagian Kedelapan
Penetapan SKP
Pasal 24
(1) SKP yang telah disusun dan disepakati sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 22
ditandatangani oleh PNS dan ditetapkan oleh Pejabat
Penilai Kinerja PNS.
(2) SKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
setiap tahun pada bulan Januari.
(3) Dalam hal terjadi perpindahan pegawai setelah SKP
disetujui dan ditetapkan oleh Pejabat Penilai Kinerja
PNS maka PNS menyusun SKP pada jabatan baru.
(4) Penetapan SKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam dokumen SKP.
Bagian Kesembilan
Perilaku Kerja
Pasal 25
(1) Perilaku Kerja meliputi aspek:
a. orientasi pelayanan;
b. komitmen;
c. inisiatif kerja;
www.peraturan.go.id
2019, No.77
-13-
BAB IV
PELAKSANAAN RENCANA KINERJA
Bagian Kesatu
Pelaksanaan
Pasal 26
(1) Pelaksanaan rencana kinerja didokumentasikan secara
periodik.
(2) Pendokumentasian secara periodik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. harian;
b. mingguan;
c. bulanan;
d. triwulanan;
e. semesteran; dan/atau
f. tahunan.
www.peraturan.go.id
2019, No.77 -14-
Bagian Kedua
Pemantauan Kinerja
Pasal 27
(1) Pemantauan Kinerja dilakukan oleh Pejabat Penilai
Kinerja PNS terhadap PNS secara berkala dan
berkelanjutan dalam proses pelaksanaan SKP paling
kurang 1 (satu) kali dalam setiap semester pada tahun
berjalan.
(2) Pemantauan Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan mengamati Capaian Kinerja
melalui dokumentasi kinerja yang terdapat dalam
sistem informasi non-elektronik dan/atau sistem
informasi berbasis elektronik.
(3) Pemantauan Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) digunakan untuk mengetahui kemajuan kinerja
PNS, agar tidak terjadi keterlambatan dan/atau
penyimpangan.
(4) Apabila terjadi keterlambatan dan/atau penyimpangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), PNS dan/atau
Pejabat Penilai Kinerja PNS harus segera mencari
penyebabnya dan diupayakan mengatasinya, serta
dilakukan percepatan sehingga dapat mencapai
sasaran dan tujuan sebagaimana direncanakan
semula.
(5) Dalam melakukan Pemantauan Kinerja, Pejabat Penilai
Kinerja PNS dapat dibantu oleh Pengelola Kinerja.
(6) Hasil Pemantauan Kinerja pelaksanaan SKP yang
didasarkan bukti-bukti objektif dan perubahan
lingkungan organisasi dapat memuat rekomendasi
perubahan SKP.
Pasal 28
(1) Pejabat Penilai Kinerja PNS dan/atau Pengelola Kinerja
dapat melakukan perubahan SKP apabila dalam tahun
berjalan terdapat kondisi tertentu yang mengakibatkan
perencanaan kinerja memerlukan penyesuaian.
www.peraturan.go.id
2019, No.77
-15-
Bagian Ketiga
Pengukuran Kinerja
Pasal 29
(1) PNS wajib melakukan pengukuran kinerja melalui
sistem pengukuran kinerja.
(2) Pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan terhadap:
a. SKP dengan membandingkan Realisasi SKP dengan
Target SKP sesuai dengan perencanaan kinerja
yang telah ditetapkan; dan
b. Perilaku kerja dengan melakukan penilaian
perilaku kerja.
www.peraturan.go.id
2019, No.77 -16-
Bagian Keempat
Pembinaan Kinerja
Pasal 30
(1) Pembinaan kinerja PNS bertujuan untuk menjamin
pencapaian Target kinerja yang telah ditetapkan dalam
SKP.
(2) Pembinaan kinerja PNS dilakukan melalui Bimbingan
Kinerja dan Konseling Kinerja.
(3) Bimbingan Kinerja dan Konseling Kinerja sebagaimana
dimaksudkan pada ayat (2) dilakukan secara
berkesinambungan berdasarkan atas hasil
Pemantauan Kinerja.
Pasal 31
(1) Bimbingan Kinerja diberikan oleh Pejabat Penilai
Kinerja PNS atau pihak lain yang diberikan penugasan
khusus oleh unit kerja kepada PNS.
(2) Bimbingan Kinerja dapat dilakukan secara individual
maupun kelompok.
www.peraturan.go.id
2019, No.77
-17-
Pasal 32
(1) Konseling Kinerja dilakukan terhadap PNS yang
mempunyai permasalahan Perilaku Kerja yang dapat
mempengaruhi pencapaian Target kinerja.
(2) PNS yang mempunyai permasalahan perilaku
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan oleh
Pejabat Penilai Kinerja PNS dan ditetapkan oleh PyB
atau pimpinan Unit Kerja yang membidangi
pengelolaan kepegawaian.
(3) PyB atau pimpinan Unit Kerja yang membidangi
pengelolaan kepegawaian membuat daftar PNS yang
mempunyai permasalahan Perilaku Kerja.
(4) Konseling Kinerja dapat dilakukan oleh:
a. Pejabat Penilai Kinerja PNS yang telah memperoleh
pelatihan konseling;
b. pejabat yang memiliki fungsi memberikan
konseling; atau
c. Konselor independen yang ditetapkan oleh Unit
Kerja yang membidangi pengelolaan kepegawaian.
(5) Layanan Konseling Kinerja dilaksanakan secara
individual dengan memperhatikan prinsip kerahasiaan
dan tanggung jawab.
Pasal 33
(1) Hasil Bimbingan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 dilaporkan oleh Pejabat Penilai Kinerja PNS
kepada atasan dari Pejabat Penilai Kinerja PNS.
(2) Hasil Konseling Kinerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 dilaporkan oleh:
a. Pejabat Penilai Kinerja PNS kepada atasan dari
pejabat penilai Kinerja PNS;
b. pejabat yang mempunyai fungsi memberikan
konseling kepada atasan langsung; atau
www.peraturan.go.id
2019, No.77 -18-
Pasal 34
(1) Atasan dari pejabat penilai Kinerja PNS, PyB, dan/atau
pimpinan Unit Kerja yang membidangi pengelolaan
kepegawaian dapat melakukan tindak lanjut yang
dibutuhkan sesuai laporan hasil Bimbingan Kinerja
dan Konseling Kinerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33.
(2) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa bimbingan, pelatihan, penugasan
khusus, diusulkan mutasi, dan/atau
direkomendasikan untuk diproses penjatuhan
hukuman disiplin.
BAB V
PENILAIAN KINERJA
Bagian Kesatu
Penilaian SKP
Pasal 35
(1) Penilaian SKP dilakukan dengan menggunakan hasil
pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29.
(2) Penilaian SKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Pejabat Penilai Kinerja PNS.
(3) Khusus pejabat fungsional, penilaian SKP dapat
mempertimbangkan penilaian dari Tim Penilai Angka
Kredit Jabatan Fungsional.
(4) Penilaian SKP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) dituangkan dalam dokumen penilaian
SKP.
(5) Hasil penilaian SKP sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) berupa nilai SKP.
www.peraturan.go.id
2019, No.77
-19-
Pasal 36
Penilaian SKP bagi PNS yang mengalami rotasi, mutasi,
dan/atau penugasan lain terkait dengan tugas dan fungsi
jabatan selama tahun berjalan dilakukan dengan
menggunakan metode proporsional berdasarkan periode
SKP pada unit-unit dimana PNS tersebut bekerja pada
tahun berjalan.
Bagian Kedua
Penilaian Perilaku Kerja
Pasal 37
(1) Penilaian Perilaku Kerja dilakukan dengan
membandingkan standar Perilaku Kerja dalam jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4) dengan
Penilaian Perilaku Kerja dalam jabatan.
(2) Penilaian Perilaku Kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh Pejabat Penilai Kinerja PNS.
(3) Penilaian Perilaku Kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat berdasarkan penilaian rekan kerja
setingkat dan/atau bawahan langsung.
(4) Penilaian Perilaku Kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dituangkan dalam dokumen penilaian perilaku
kerja.
(5) Hasil Penilaian Perilaku Kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa nilai Perilaku Kerja.
Pasal 38
Dalam hal Instansi Pemerintah belum menerapkan
penilaian Perilaku Kerja berdasarkan penilaian rekan kerja
setingkat dan/atau bawahan langsung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 ayat (3), maka penilaian Perilaku
Kerja dilaksanakan oleh Pejabat Penilai Kinerja PNS.
Pasal 39
(1) Dalam hal Instansi Pemerintah menerapkan penilaian
Perilaku Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
www.peraturan.go.id
2019, No.77 -20-
Pasal 40
Penilaian Perilaku Kerja oleh Pejabat Penilai Kinerja PNS
dengan mempertimbangkan pendapat rekan kerja setingkat
dan bawahan langsung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 39 dilakukan melalui survei secara tertutup.
Bagian Ketiga
Penilaian Kinerja PNS
Pasal 41
(1) Penilaian kinerja PNS dilakukan dengan cara
menggabungkan nilai SKP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (5) dan nilai Perilaku Kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (5).
(2) Penilaian kinerja PNS sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan dengan memberikan bobot
masing-masing unsur penilaian:
www.peraturan.go.id
2019, No.77
-21-
www.peraturan.go.id
2019, No.77 -22-
Pasal 42
(1) Penilaian Kinerja PNS dilakukan pada setiap akhir
bulan Desember pada tahun berjalan dan paling lama
akhir bulan Januari tahun berikutnya.
(2) Penilaian Kinerja PNS sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dituangkan dalam dokumen penilaian kinerja.
Pasal 43
Penilaian Kinerja bagi PNS yang sedang menjalankan tugas
belajar dilakukan oleh Pejabat Penilai Kinerja PNS dengan
menggunakan bahan-bahan penilaian prestasi akademik
www.peraturan.go.id
2019, No.77
-23-
Pasal 44
Penilaian kinerja bagi PNS yang diberi penugasan khusus
pada negara sahabat, lembaga internasional, organisasi
profesi, dan badan-badan swasta yang ditentukan oleh
pemerintah dilakukan oleh pimpinan instansi induknya
atau pejabat lain yang ditunjuk berdasarkan bahan yang
diperoleh dari instansi tempat yang bersangkutan bekerja.
Bagian Keempat
Pejabat Penilai dan Tim Penilai Kinerja PNS
Pasal 45
Penilaian Kinerja PNS dilakukan oleh Pejabat Penilai
Kinerja PNS.
Pasal 46
(1) Pejabat Penilai Kinerja PNS yaitu atasan langsung PNS
atau pejabat lain yang diberi pendelegasian
kewenangan.
(2) Pejabat Penilai Kinerja PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memberikan penilaian terhadap unsur
SKP dan unsur Perilaku Kerja.
(3) Dalam hal Pejabat Penilai Kinerja PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berhalangan, Penilaian Kinerja
PNS dilakukan oleh atasan dari Pejabat Penilai Kinerja
PNS secara berjenjang.
(4) Atasan dari Pejabat Penilai Kinerja PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat mendelegasikan
kewenangan penilaian kinerja PNS kepada Pelaksana
Tugas (PLT) atau Pelaksana Harian (PLH).
(5) Penilai perilaku PNS terdiri atas:
a. atasan langsung;
b. pejabat yang ditugaskan menjadi atasan langsung
PNS;
www.peraturan.go.id
2019, No.77 -24-
Pasal 47
(1) Tim Penilai kinerja PNS dibentuk oleh PyB.
(2) Tim Penilai Kinerja PNS terdiri dari PNS yang memiliki
kompetensi yang dibutuhkan, berasal dari:
a. Unit Kerja yang membidangi kepegawaian;
b. Unit Kerja yang membidangi pengawasan internal;
dan
c. Unit Kerja lain yang dipandang perlu oleh PyB.
(3) Tim Penilai Kinerja PNS bertanggungjawab kepada
PyB.
Pasal 48
(1) Tim Penilai Kinerja PNS mempunyai tugas memberikan
pertimbangan kepada PPK atas dasar hasil penilaian
kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41.
(2) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan oleh PPK untuk pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian dalam jabatan,
pengembangan kompetensi, serta pemberian
penghargaan bagi PNS.
(3) Dalam melaksanakan tugas Tim Penilai Kinerja PNS
dibantu oleh sekretariat.
(4) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilaksanakan oleh Unit Kerja yang membidangi
pengelolaan kepegawaian.
www.peraturan.go.id
2019, No.77
-25-
BAB VI
TINDAK LANJUT
Bagian Kesatu
Pelaporan Kinerja
Pasal 49
(1) Dokumen penilaian kinerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 ayat (2) ditandatangani oleh Pejabat
Penilai Kinerja PNS.
(2) Dokumen penilaian kinerja yang telah ditandatangani
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
secara langsung oleh Pejabat Penilai Kinerja PNS
kepada PNS yang dinilai paling lambat 14 (empat
belas) hari sejak ditandatangani.
(3) PNS yang dinilai dan telah menerima hasil penilaian
kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
menandatangani serta mengembalikan kepada Pejabat
Penilai Kinerja PNS paling lambat 14 (empat belas) hari
sejak tanggal diterimanya dokumen penilaian kinerja.
Pasal 50
Dalam hal PNS yang dinilai dan/atau Pejabat Penilai
Kinerja PNS tidak menandatangani dokumen penilaian
kinerja setelah melewati batas waktu 14 (empat belas) hari
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 maka dokumen
penilaian kinerja ditetapkan dan ditandatangani oleh
atasan dari Pejabat Penilai Kinerja PNS dalam waktu paling
lama 7 (tujuh) hari kerja.
Pasal 51
(1) Dokumen penilaian kinerja PNS dilaporkan secara
berjenjang oleh Pejabat Penilai Kinerja PNS kepada Tim
Penilai Kinerja PNS dan PyB paling lambat pada akhir
bulan Februari tahun berikutnya.
(2) Laporan dokumen penilaian kinerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling kurang terdiri dari:
www.peraturan.go.id
2019, No.77 -26-
Bagian Kedua
Pemeringkatan Kinerja
Pasal 52
(1) Berdasarkan laporan dokumen penilaian kinerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2), PyB
melakukan penetapan Pemeringkatan Kinerja
tahunan.
(2) Pemeringkatan Kinerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan membandingkan nilai
kinerja dan predikat kinerja pada dokumen penilaian
kinerja antar PNS setiap tahun.
(3) Pemeringkatan Kinerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan dalam lingkup masing-masing
instansi pemerintah.
www.peraturan.go.id
2019, No.77
-27-
Bagian Ketiga
Penghargaan Kinerja
Pasal 53
(1) PNS yang menunjukkan penilaian kinerja dengan
predikat Sangat Baik berturut-turut selama 2 (dua)
tahun dapat diprioritaskan untuk diikutsertakan
dalam program kelompok rencana suksesi (talent pool)
pada instansi yang bersangkutan.
(2) PNS yang menunjukkan penilaian kinerja dengan
predikat Baik berturut-turut selama 2 (dua) tahun
dapat diprioritaskan untuk pengembangan kompetensi
lebih lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 54
(1) Laporan dokumen penilaian kinerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) dapat digunakan
sebagai dasar pembayaran tunjangan kinerja.
(2) Pembayaran tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengikuti ketentuan dalam peraturan
pemerintah yang mengatur gaji, tunjangan, dan
fasilitas.
Pasal 55
(1) Selain Penghargaan kinerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 53 dan Pasal 54, PPK dapat memberikan
www.peraturan.go.id
2019, No.77 -28-
Bagian Keempat
Sanksi
Pasal 56
Pejabat pimpinan tinggi, pejabat administrasi, dan pejabat
fungsional yang tidak memenuhi Target kinerja dapat
dikenakan sanksi administrasi sampai dengan
pemberhentian.
Pasal 57
(1) Pejabat pimpinan tinggi yang tidak memenuhi Target
kinerja yang diperjanjikan selama 1 (satu) tahun pada
suatu jabatan, yang diberikan penilaian kinerja
Cukup, Kurang, atau Sangat Kurang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 ayat (5) diberikan
kesempatan selama 6 (enam) bulan untuk
memperbaiki kinerjanya.
(2) Penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan pada kondisi normal dan tidak ada kondisi
force majeur.
(3) Dalam hal pejabat pimpinan tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak menunjukkan perbaikan
kinerja maka pejabat yang bersangkutan harus
mengikuti uji kompetensi kembali.
(4) Berdasarkan hasil uji kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) pejabat pimpinan tinggi
dimaksud dapat dipindahkan pada jabatan lain sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki atau ditempatkan
www.peraturan.go.id
2019, No.77
-29-
Pasal 58
(1) Pejabat Administrasi atau Pejabat Fungsional yang
mendapatkan penilaian kinerja dengan predikat
Kurang atau Sangat Kurang diberikan kesempatan
selama 6 (enam) bulan untuk memperbaiki kinerjanya.
(2) Dalam hal pejabat administrasi atau pejabat
fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
menunjukan perbaikan kinerja maka PNS yang
bersangkutan harus mengikuti uji kompetensi
kembali.
(3) Berdasarkan uji kompetensi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), pejabat administrasi atau pejabat
fungsional yang tidak memenuhi standar kompetensi
jabatan dapat dipindahkan pada jabatan lain yang
sesuai dengan kompetensi yang dimiliki atau
ditempatkan pada jabatan yang lebih rendah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Dalam hal tidak tersedia jabatan lain yang sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki atau jabatan lebih
rendah yang lowong, pejabat administrasi atau pejabat
fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditempatkan sementara pada jabatan tertentu dalam
waktu paling lama 1 (satu) tahun.
(5) Dalam hal setelah 1 (satu) tahun sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), tidak tersedia lowongan
jabatan sesuai dengan kompetensinya, pejabat
administrasi atau pejabat fungsional yang
bersangkutan diberhentikan dengan hormat.
www.peraturan.go.id
2019, No.77 -30-
Bagian Kelima
Keberatan
Pasal 59
(1) Dalam hal PNS yang dinilai menyatakan keberatan
atas hasil penilaian kinerja maka PNS yang dinilai
dapat mengajukan keberatan disertai dengan alasan-
alasannya kepada atasan dari Pejabat Penilai Kinerja
PNS secara berjenjang paling lama 14 (empat belas)
hari sejak diterima.
(2) Atasan dari Pejabat Penilai Kinerja PNS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berdasarkan keberatan yang
diajukan, wajib memeriksa dengan seksama hasil
penilaian kinerja yang disampaikan kepadanya.
(3) Dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap hasil
penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
atasan dari Pejabat Penilai Kinerja PNS meminta
penjelasan kepada Pejabat Penilai Kinerja PNS dan
PNS yang dinilai.
(4) Berdasarkan penjelasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), atasan dari Pejabat Penilai Kinerja PNS dapat
mengubah dan menetapkan hasil penilaian kinerja
serta bersifat final.
BAB VII
SISTEM INFORMASI KINERJA PNS
Pasal 60
(1) Sistem Informasi Kinerja PNS memuat informasi:
a. perencanaan kinerja;
b. pelaksanaan, pemantauan kinerja, dan pembinaan
kinerja;
c. penilaian kinerja; dan
d. tindak lanjut.
(2) Sistem Informasi Kinerja PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan sarana untuk merencanakan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyajikan,
www.peraturan.go.id
2019, No.77
-31-
Pasal 61
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem Manajemen
Kinerja PNS, perencanaan kinerja, standar Perilaku
Kerja dalam jabatan, pelaksanaan, pemantauan
kinerja, pembinaan kinerja, penciptaan ide baru
dan/atau cara baru dalam peningkatan kinerja yang
memberi manfaat bagi organisasi atau negara,
penilaian kinerja, tindak lanjut, dan Sistem Informasi
Kinerja PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
sampai dengan Pasal 60 diatur dalam Peraturan
Menteri.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme
persetujuan dan evaluasi bersama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dan ayat (3) dan
mekanisme pengawasan penerapan Sistem Manajemen
Kinerja PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengenaan sanksi
administrasi sampai dengan pemberhentian bagi
www.peraturan.go.id
2019, No.77 -32-
BAB VIII
JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 62
(1) Untuk mendukung pelaksanaan Sistem Manajemen
Kinerja PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
Menteri dapat membentuk jabatan fungsional.
(2) Jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) melaksanakan tugas mengelola Sistem Manajemen
Kinerja PNS.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 63
Bagi Instansi Pemerintah yang telah memiliki Sistem
Manajemen Kinerja PNS dapat tetap melaksanakan
sampai dengan ditetapkannya Keputusan Menteri atas
hasil evaluasi bersama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (3).
www.peraturan.go.id
2019, No.77
-33-
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 64
(1) Ketentuan penilaian kinerja dalam Peraturan
Pemerintah ini secara mutatis mutandis berlaku untuk
calon pegawai negeri sipil.
(2) Ketentuan penilaian kinerja PNS dalam Peraturan
Pemerintah ini dilaksanakan 2 (dua) tahun setelah
diundangkan.
(3) Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah ini
harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun sejak
Peraturan Pemerintah ini diundangkan.
(4) Penilaian Perilaku Kerja berdasarkan penilaian rekan
kerja setingkat dan bawahan langsung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal 41 ayat (3) harus
dilaksanakan instansi pemerintah paling lambat 5
(lima) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini
diundangkan.
(5) Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku
peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 121, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5258),
dinyatakan masih tetap berlaku sampai dengan
ditetapkannya peraturan pelaksanaan Peraturan
Pemerintah ini.
(6) Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini,
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 121,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5258), dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.
www.peraturan.go.id
2019, No.77 -34-
Pasal 65
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 April 2019
ttd
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 29 April 2019
ttd
YASONNA H. LAOLY
www.peraturan.go.id