Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MILITERISASI BAGI ANAK MUDA SEBAGAI UPAYA

MEMBANGUN KESADARAN BELANEGARA

Disusun oleh kelompok 1

1. Afif Anggun P A24190001 (Moderator)


2. Erin Decole H B04190095 (Penyaji)
3. Kendrew B04190131 (Penyaji)
4. Nadiya Rizqia Al H A24180191 (Notulensi)
5. Nadine Serephina P A24190100 (Penyaji)

Ruangan : RK.CCR 1.05

Hari : Selasa

Waktu : 15.00-16.40

Dosen Pembimbing : Juang Gema Kartika, S.P, M.Si

PENDIDIKAN KOMPETENSI UMUM

IPB UNIVERSITY

2020
1
DAFTAR ISI

BAB I .......................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ...................................................................................... 3
1.1 Landasan teori ............................................................................. 3
1.2 Rumusan masalah ........................................................................ 4
1.3 Ruang lingkup ............................................................................. 4
1.4 Tujuan.. ........................................................................................ 5
BAB II ...................................................................................................... 5
STUDI PUSTAKA ..................................................................................... 5
II.1 Pentingnya bela negara melalui wajib militer ............................... 6
II.2 Sikap Cinta Tanah Air ................................................................... 6
BAB III .................................................................................................... 8
PEMBAHASAN ......................................................................................... 8
BAB IV ..................................................................................................... 12
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 12
IV.1 Kesimpulan................................................................................. 12
IV.2 Saran ........................................................................................... 12
BAB V ...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 13
BAB VI ..................................................................................................... 14
LAMPIRAN .............................................................................................. 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Landasan teori

Upaya bela negara dapat dilakukan oleh seluruh rakyat melalui pengabdian sesuai
dengan profesinya yang pada hakikatnya kegiatan pembelaan negara merupakan
usaha dari warga negara untuk mewujudkan ketahanan nasional (Winarno, 2010).
Terkait dengan ketentuan dalam Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 30 ayat (1), (2), (3), (4),
dan ayat (5) UUD 1945. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 27 ayat (3) UUD 1945,
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
Bela negara dalam konteks khusus perjuangan fisik, terkait dengan istilah
pertahanan dan keamanan. Upaya pembangunan pertahanan adalah daya upaya
bangsa dalam membangun dan menggunakan kekuatan nasional untuk mengatasi
ancaman dari luar negeri dan ancaman lainnya yang dapat mengganggu integritas
nasional. Adapun yang dimaksud dengan pembangunan bidang keamanan adalah
daya upaya bangsa dalam membangun dan menggunakan kekuatan nasional untuk
mengatasi ancaman dari dalam negeri serta ancaman terhadap keamanan dan
ketertiban masyarakat serta penegakan hukum (Ristekdikti 2016).

Menurut UU Pengelolaan Sumber Daya Nasional (PSDN) yang baru disahkan


oleh DPR pada Pasal 4 ayat (2) menyatakan bahwa upaya bela negara
diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran
secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara
sukarela atau secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi. Konsep
pertahanan rakyat semesta yang memadukan pertahanan militer dan nonmiliter.
Artinya melibatkan seluruh warga negara, wilayah, sumber daya nasional serta
sarana dan prasarana nasional. Konsep sejatinya telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 97 Tahun 2015 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara.

3
Upaya penyusunan komponen cadangan sebagai bagian pertahanan rakyat
semesta Kementerian Pertahanan menggandeng Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud). Kerjasama yang akan dilakukan yaitu akan
menyiapkan komponen cadangan, latihan perwira cadangan dari kalangan SMP,
SMA, dan perguruan tinggi. Konsep latihan perwira cadangan ini berbeda dengan
konsep Wajib militer para perwira cadangan ini merupakan komponen cadangan
yang disiapkan untuk menjaga kedaulatan dan mempertahankan NKRI, kata
Prabowo selaku Menteri Pertahanan jakarta, senin (11/11).

1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah makalah ini yaitu :

1. Bagaimana jalannya proses bela negara di Indonesia?

2. Apakah militerisasi perlu dilakukan sebagai upaya bela negara bagi anak
muda?

1.3 Ruang lingkup

Ruang lingkup yang akan dibahas di makalah ini yaitu:

1. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 “ Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara”.

2. Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, dalam pasal 9


ayat 1 menjelaskan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.

3. Undang-Undang No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 2, yaitu


Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran hak dan kewajiban warga negara
serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
4
1.4 Tujuan

Tujuan makalah ini yaitu :

1. Mengetahui jalannya proses bela negara di Indonesia.

2. Mengetahui perlu tidaknya militerisasi bagi anak muda

BAB II

STUDI PUSTAKA

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NKRI 1945) secara
eksplisit mengatur kewajiban warga negara Indonesia (WNI) untuk ikut serta dalam
upaya bela negara. Hal itu tertulis dalam pasal 27 ayat 3 UUD NKRI 1945 yang
berbunyi, “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”. Ketentuan berkaitan dengan bela negara sendiri diatur dalam Undang-Undang
nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (UU No.3/2002), yaitu dalam pasal 9
ayat 1 dan 2, yang berbunyi bahwa upaya bela negara diwujudkan dalam
penyelenggaraan pertahanan negara, serta mencakup pendidikan kewarganegaraan,
pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai Tentara Nasional
Indonesia secara sukarela atau secara wajib, serta pengabdian sesuai dengan profesi.

Dalam rapat perdana dengan Komisi I DPR, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto
mengatakan bahwa masyarakat akan menjadi komponen dalam pertahanan negara.
Dikatakan bahwa kementerian pertahanan akan menggandeng Kementerian
Pendidikan dan Budaya untuk menyiapkan komponen cadangan pada sekolah-sekolah.
Menurut Pasal 1 Ayat (6) Undang-Undang No. 3 Tahun 2002, komponen cadangan
adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi
5
guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama. Pada
pasal 8 Ayat (1) undang-undang yang sama juga menyatakan bahwa warga negara
merupakan salah satu bagian dari komponen cadangan. Warga negara sebagai sumber
daya manusia dalam komponen cadangan mencakup seluruh warga negara yang secara
psikis dan fisik dapat dibina dan disiapkan kemampuannya untuk mendukung
komponen kekuatan pertahanan negara.

II.1 Pentingnya bela negara melalui wajib militer

Pelajar maupun mahasiswa perlu mengetahui pentingnya bela negara, maka sangat
penting merumuskan permasalahan yaitu:

Pertama, melemahnya kesadaran bela negara generasi muda

Kedua, kesadaran bela bela negara belum optimal dalam kehidupan nasional
Ketiga, belum optimalnya kebijakan kebijakan dalam aktualisasi bela negara

Keempat, kurikulum sistem pendidikan nasional masih sedikit memuat materi


kesadaran bela negara.

Rendahnya perasaan Nasionalisme generasi muda sehingga menimbulkan


ketidakberdayaan generasi muda, untuk melindungi tanah air dan tumpah darah
Indonesia, bersikap hedonistis, pragmatis serta terganggunya kelangsungan hidup
bernegara. Dengan demikian maka formulasi pokok masalah yang dapat dirumuskan
adalah “Aktualisasi kesadaran bela negara saat ini kenyataannya belum optimal
sehingga kewaspadaan generasi muda masih rendah yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi ketananan nasional juga menjadi kurang tangguh”(Suriata 2019).

II.2 Sikap Cinta Tanah Air

6
Sikap menurut Bimo Walgito merupakan organisasi pendapat, keyakinan
seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif, yang disertai adanya perasaan
tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau
berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2003). Sikap cinta tanah air
dapat diartikan sebagai suatu perwujudan sikap dengan perbuatan nyata yang ingin
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Sikap cinta tanah air
dapat ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat dengan berbagai cara, diantaranya :1) mengenal dan
memahami wilayah nusantara, 2) memelihara, melestarikan, dan mencintai
lingkungannya, dan 3) menjaga nama baik dan mengharumkan negara di mata dunia
(Darmadi dan Hamid, 2010). Menurut Departemen Pertahanan Republik
Indonesia(2006) indikator dari sikap cinta tanah air dari bela negara dan
kewarganegaraan adalah sebagai berikut.

1. Menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia.

2. Jiwa dan raganya sebagai bangsa Indonesia.

3. Memiliki jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.

4. Menjaga nama baik bangsa dan negara.

5. Memberikan kontribusi pada kemajuan bangsa dan negara.

6. Merasa bangga sebagai sebagai orang yang bertanah air Indonesia.

7. Bersedia membela tanah air untuk kejayaan bangsa.

8. Peduli terhadap rusaknya hutan atau lingkungan di tanah air.

9. Bersedia memelihara lingkungan dan melindungi flora dan fauna Indonesia.

10. Dapat menyimpan rahasia negara.

11. Mau hidup dimanapun di wilayah negara Indonesia.

(Widyastuti 2011)

7
BAB III

PEMBAHASAN

Bela negara adalah tekad, sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Pembelaan
negara bukan semata-mata tugas TNI, tetapi segenap warga negara sesuai kemampuan
dan profesinya dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Konsep bela
negara dapat diartikan secara fisik dan non-fisik. Secara fisik dengan mengangkat
senjata menghadapi serangan atau agresi musuh. Secara non-fisik dapat didefinisikan
sebagai segala upaya untuk mempertahankan negara dengan cara meningkatkan rasa
nasionalisme. Yakni kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan
terhadap tanah air, serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara.

Landasan pembentukan bela negara adalah wajib militer. Bela negara adalah
pelayanan oleh seorang individu atau kelompok dalam tentara. Baik sebagai pekerjaan
yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib militer). Di beberapa
negara meminta sejumlah tertentu dinas militer dari masing-masing dan setiap salah
satu warga negara. Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak
memerlukan layanan dari wajib militer warganya kecuali dihadapkan dengan krisis
perekrutan selama masa perang.

Berdasarkan Pasal 1 Ayat (6) Undang-Undang No. 3 Tahun 2002, komponen


cadangan adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui
mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen
utama. Seperti yang sebelumnya telah dijabarkan, Pasal 8 Ayat (1) Undang-Undang
No.3 Tahun 2002 menyatakan bahwa warga negara merupakan salah satu bagian dari
komponen cadangan. Warga negara sebagai sumber daya manusia dalam komponen
cadangan mencakup seluruh warga negara yang secara psikis dan fisik dapat dibina dan
disiapkan kemampuannya untuk mendukung komponen kekuatan pertahanan negara.

8
Calon anggota komponen cadangan wajib mengikuti pelatihan untuk penyegaran
dan penyesuaian dengan penugasan pada masing-masing matra secara periodik, yang
akan digolongkan berdasarkan pendidikan, pengalaman dan/atau peranannya dalam
susunan tingkatan atau kepangkatan yang setara dengan kepangkatan prajurit TNI.
Masa bakti komponen cadangan dalam wajib militer adalah 5 (lima) tahun, yang dapat
diperpanjang paling lama 5 (lima) tahun berikutnya.

Wajib Militer Merupakan Suatu Wujud Nyata Bela Negara yang Merupakan
Kewajiban Seluruh Warga Negara Indonesia

Menurut Anthony D. Smith, bahwa nasionalisme itu sendiri adalah suatu


ideologi yang meletakan bangsa di pusat masalahnya dan berupaya mempertinggi
keberadaannya atau mempertinggi derajat bangsa. Definisi praktis nasionalisme adalah
suatu gerakan ideologis untuk mencapai dan mempertahankan identitas, kesatuan dan
otonomi bagi suatu populasi, yang sejumlah anggotanya bertekad untuk membentuk
suatu bangsa yang aktual atau bangsa yang potensial. Oleh sebab itulah, bela negara
merupakan suatu konkritisasi nyata nasionalisme, kecintaan warga negara pada
negaranya. Di sisi lain, bela negara juga dapat memperkuat nasionalisme yang telah
ada, atau bahkan belum ada.
Bela negara juga merupakan suatu kewajiban bagi seluruh warga negara
Indonesia, yang diamanatkan dalam Pasal 27 UUD NRI 1945, yang berbunyi : “Setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” Hal serupa
juga diamantkan dalam Pasal 30 Ayat (2) UUD NRI 1945, bahwa setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Hubungan
antara ‘usaha pertahanan dan keamanan negara’ sebagai perwujudan ‘bela negara’
sendiri diperjelas oleh Pasal 9 Ayat (2) Undang-Undang No. 3 Tahun 2002, yang
menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela
negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara. Menurut Ayat (2)
Pasal yang sama, dijelaskan bahwa keikutsertaan warga negara dalam upaya bela
negara, sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1), diselenggarakan melalui:
a. pendidikan kewarganegaraan;
b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;

9
c. pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau
secara wajib; dan
d. pengabdian sesuai dengan profesi.
Dalam Pasal ini nampak jelas bahwa pelatihan dasar kemiliteran secara wajib atau
wajib militer sebagai bentuk upaya bela negara bukanlah hal yang baru, dan telah
diwajibkan oleh berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ada dengan
bermuara pada amanat konstitusi negara kita.
Terlebih lagi, perwujudan bela negara dalam bentuk wajib militer merupakan
bentuk yang paling konkrit dibandingkan dengan bentuk-bentuk pengabdian lain,
karena wajib militer merupakan kegiatan yang paling jelas tujuannya yaitu untuk
memperkuat pertahanan dan keamanan secara langsung, sehingga kekentalan
perwujudan nasionalisme dalam bentuk wajib militer tentunya lebih mengena di hati
warga negara dibandingkan hanya sekedar pengabdian lain yang dilakukannya dalam
kehidupan sehari-hari maupun sekedar teori pendidikan kewarganegaraannya saja
tanpa praktik nyata.

Wajib Militer Memperkuat Pertahanan Negara dan Kemampuan Komponen


Cadangan Sebagai Potensi Pertahanan

Tujuan utama dari dibentuknya komponen cadangan adalah untuk


memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan Tentara Nasional Indonesia
sebagai Komponen Utama dalam upaya penyelenggaraan pertahanan negara (Regina et
al. 2015). Dalam konteks ini, penguatan pertahanan negara tidak hanya penting di saat
menghadapi perang, tetapi juga di masa damai meskipun tanpa konflik. Oleh sebab
itu, sangat penting untuk mempersiapkan komponen cadangan, yaitu warga negara
Indonesia, melalui wajib militer.
Penjelasan Pasal 15 Ayat 9 b-d dari Undang-Undang No. 34 Tahun 2005
tentang TNI juga telah menyatakan dengan jelas bahwa komponen cadangan akan
menjadi kekuatan pengganda dalam organisasi kekuatan pertahanan negara dan
kegunaannya dalam membantu keseluruhan sistem pertahanan dalam menghadapi
ancaman. Oleh sebab itu, direalisasikannya wajib militer melalui RUU Komponen
Cadangan merupakan kewajiban negara sebagai bentuk tindak lanjut dari amanat dalam
Undang-Undang TNI.
10
Di luar kebutuhan dalam menghadapi perang, ancaman bagi keamanan dan
pertahanan negara tidak sebatas itu saja, tetapi juga dalam bentuk kekacauan yang
mungkin terjadi di masyarakat (Regina et al. 2015). Wajib militer akan membekali
warga sipil dengan kemampuan militer atau membela diri yang sewajarnya, sehingga
warga negara yang telah menjadi subyek militer juga dapat menggunakan kemampuan
ini di dalam kehidupan sehari-harinya, misalnya dalam menghadapi ancaman terhadap
hidupnya dari penjahat atau kriminal, dan sebagainya.

Komponen Cadangan Adalah Komponen yang Tidak Kalah Pentingnya dari


Komponen Utama Dalam Sistem HANKAMRATA

Konsep sistem pertahanan dan keamanan HANKAMRATA


(SISHANKAMRATA) pertama kali dituangkan dalam peraturan pada
Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan
Keamanan Negara Republik Indonesia, dimana komponen SISHANKAMRATA
terdiri atas :

a. rakyat terlatih sebagai komponen dasar;


b. angkatan bersenjata beserta cadangan Tentara Nasional Indonesia sebagai
komponen utama;
c. perlindungan masyarakat sebagai komponen khusus; (Regina et al 2015)
Semakin jelas bahwa kebutuhan melatih rakyat sebagai salah satu komponen
SISHANKAMRATA telah muncul sejak bertahun-tahun yang lalu. Pada intinya,
warga negara sebagai komponen cadangan butuh disiapkan melalui pendidikan militer
yang diwajibkan, karena pada SISHANKAMRATA, pada hakekatnya segala upaya
pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas
hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri. Makna
kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri
ini memerlukan 2 (dua) bentuk dorongan dari negara, yaitu melalui persiapan secara
kekuatan militer, serta memperkuat ‘kesadaran’ atas hak dan kewajiban warga negara
dan bagi mereka untuk memiliki keyakinan pada kekuatan mereka sendiri.

11
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan

Bela negara adalah sikap dan perilaku warga Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya. Arti bela negara itu sendiri
adalah warga negara Indonesia yang memiliki tekad, sikap dan perilaku yang menjiwai
NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang rela berkorban demi kelangsungan
hidup bangsa dan negara.

Kesimpulannya, wajib militer bagi usia muda memiliki manfaat secara praktis
(peningkatan kekuatan militer itu sendiri) dan ideologis (memperkuat kesadaran hak
dan kewajiban warga negara serta membuat mereka memiliki keyakinan) dan hal ini
penting karena komponen cadangan yang siap dan mampu adalah tidak kalah penting
dibandingkan komponen utama itu sendiri dalam SISHANKAMRATA

IV.2 Saran

Agar Indonesia menjadi negara yang lebih baik lagi, maka kita sebagai warga
negara Indonesia harus dapat membela negara. Dengan adanya makalah bela negara ini
diharapkan para pelajar maupun pembaca, dapat lebih mengerti apa itu arti bela negara
itu. Sehingga dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

12
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, Hamid. 2010. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan.


Bandung(ID): Alfabeta.

Regina P, Achmad RF, Natasha V. 2015. Penerapan Wajib Militer


[Artikel Ilmiah]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

Suriata I. 2019. Aktualisasi kesadaran bela negara bagi generasi muda


dalam meningkatkan ketahanan nasional. Jurnal Administrasi
Publik[internet].[diunduh 2020 Jan 27]; 4(1): 47-96.
https://e-jouralwarmadewa.ac.id/index.php/public-inspiration.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial, Suatu Pengantar.


Yogyakarta(ID):Andi.

Widyastuti W. 2011. Pengaruh hasil belajar pendidikan bela negara


terhadap sikap cinta tanah air pada siswa kelas XI SMA Taruna
Nusantara Magelang tahun pelajaran 2010/2011[skripsi].
Semarang(ID): Universitas Negeri Semarang.

Winarno. 2010. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,


Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi. Jakarta(ID): Bumi Aksara.

13
BAB VI

LAMPIRAN

-PPT Materi Dilampirkan Di Luar File


-Video : https://youtu.be/P9XJJOXNDqA

-Notulen Diskusi

14

Anda mungkin juga menyukai