Anda di halaman 1dari 5

Nama : Mia Fajarwati

NIM : 19/445810/PN/16325

SRAGEN BUMI SUKOWATI

Pengantar

Hari Jadi Kabupaten Sragen ditetapkan dengan Perda Nomor : 4 Tahun 1987, yaitu
pada hari Selasa Pon, tanggal 27 Mei 1746. tanggal dan waktu tersebut adalah dari hasil
penelitian serta kajian pada fakta sejarah, ketika Pangeran Mangkubumi yang kelak menjadi
Sri Sultan Hamengku Buwono yang ke- I menancapkan tonggak pertama melakukan
perlawanan terhadap Belanda menuju bangsa yang berdaulat dengan membentuk suatu
Pemerintahan lokal di Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati sebelah timur.

Secara geografis Kabupaten Sragen berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Batas batas wilayah Kabupaten Sragen : Sebelah Timur Kabupaten Ngawi
(propinsi jawa timur), Sebelah Barat Kabupaten Boyolali, Sebelah Selatan Kabupaten
Karanganyar, Sebelah Utara Kabupaten Grobogan. Luas wilayah Kabupaten Sragen adalah
941,55 km2 yang terbagi dalam 20 Kecamatan, 12 Kelurahan dan 196 Desa. Jumlah
penduduk Sragen berdasarkan data tahun 2005 sebanyak 865.417 jiwa,terdiri dari 427.253
penduduk laki laki dan 438.164 penduduk perempuan. Kepadatan penduduk rata rata 919
jiwa/km2. Wilayah Kabupaten Sragen berada di dataran dengan ketinggian rata rata 109 M
diatas permukaa laut. Sragen menpunyai iklim tropis dengan suhu harian yang berkisar antara
19 ° - 31 °. Curah hujan rata-rata di bawah 3000mm per tahun dengan hari hujan di bawah
150 hari per tahun.
Nama: Mia Fajarwati
NIM: 19/445810/PN/16325

Ragam dan nilai-nilai kebudayaan kabupaten sragen

Kabupaten Sragen dikenal dengan sebutan “Bumi Sukowati”. Meskipun sragen


termasuk kota yang kecil, namun kota ini dipenuhi bermacam-macam budaya yang ada,
mulai dari budaya kesenian, serta makanan khas dari sragen. Bisa dibilang sragen adalah kota
kecil namun mempunyai berbagai macam kebudayaan menarik minat wisatawan. Berikut
ragam kebudayaan dan nilai-nilai kebudayaan Kabupaten Sragen.

A. Budaya Masyarakat “SRAGEN ASRI”


Sragen ASRI, ASRI merupakan singkatan dari Aman, Sehat, Rapi, dan Indah.
Sampai saat ini kota Sragen bisa dikatakan kota yang aman karena belum pernah terdengar
cerita-cerita atau berita mengenai bom. Sehat, kota Sragen bisa dikatakan sehat juga karena
setiap hari minggu kota Sragen meerapkan “Car Free Day” untuk menerapkan penduduk-
penduduk Sragen hidup sehat. Rapi, bisa dikatakan rapi karena memang tatanan kota Sragen
ini selalu rapi dan indah. Indah, jarang sekali terlihat ada sampah-sampah yang tergeletak di
sepanjang Jalan Sukowati. Hal ini membuat mata menjadi segar untuk melihatnya.

B. Budaya Kesenian Sragen


Kesenian dari kota kecil ini tidak kalah dari kesenian kota-kota besar yang lain.
Contohnya yaitu tari Gambyong, dan tari Tayub. Kesenian Tayub memang sudah tidak asing,
terlebih lagi warga di daerah Sragen dan sekitarnya. Pertunjukkan Tayub ini digunakan warga
untuk memeriahkan acara sunatan atau pernikahan. Tayub pada mulanya merupakan
ungkapan kegembiraan untuk menyambut kedatangan tamu dan merupakan bagian dari pesta
rakyat. Selain tarian, Sragen juga memiliki batik yang menjadi kesenian di kota ini. Pusat
Batik tersebut yaitu Desa Kliwonan dan Desa Pilang Kecamatan Masaran. Banyak pengusaha
batik terkenal mengambil batik dari pengrajin di desa ini kemudian memberi labelnya sendiri.
Selain itu, di Sragen juga terdapat kesenian wayang, yang meliputi Wayang Beber dan
Wayang Cokek’an. Cerita Wayang Cokek’an ini tidak merunut cerita Mahabarata ataupun
Ramayana tetapi mengambil cerita tentang Babad Tanah Perdikan Sukowati/Sragen dan
cerita kehidupan sehari-hari. Begitu juga tokoh wayangnya tidak seperti dalam tokoh wayang
pada umumnya tetapi mengambil figur orang terutama tokoh yang ada di Sragen.

2
Nama: Mia Fajarwati
NIM: 19/445810/PN/16325

C. Budaya Makanan Sragen


Bisa dibilang orang Sragen ini cukup kreatif dalam hal makanan khas mereka. Salah
satunya yaitu Tempe kripik. Jajanan yang mempunyai cita rasa gurih dan renyah tersebut
dapat dikonsumsi baik sebagai lauk maupun cemilan. Kota Sragen ini memiliki beberapa
tempat kuliner yang khas diantaranya, kuliner Mbah Rajak. Bermacam-macam makanan
tradisional tersedia di sini. Diantaranya, jenang, trasikan, wajik, jadah dan aneka makanan
pasar lainya. Setiap harinya Mbah Rajak ini menjual dagangannya di Pasar Bunder Sragen
(pusat pasar tradisional terbesar di Sragen). Tempat kuliner yang tak kalah menariknya
adalah Pujamari (Pusat Jajanan Malam Hari). Pujamari yang terletak di pelataran Galery
Batik Sukowati Sragen yang mulai buka pada pukul 17.00 WIB menawarkan makanan-
makanan khas yang ada di Sragen yang dijual oleh beberapa pedagang yang legendaris di
Sragen. Selain itu, ada juga Soto Kwali, Sate Banaran, dan Pecel Tumpang.

D. Adat Kebiasaan/Tradisi Masyarakat Sragen


1. Kebudayaan Cembengan
Pabrik Mojo berdiri sejak masa kedudukan Hindia-Belanda karena pada masa
kolonial, pemerintah Hindia- Belanda mendirikan pabrik gula hampir disetiap kota di Jawa
Tengah, dan yang ada di Sragen adalah Pabrik Gula Mojo. Pabrik Mojo mulai beroperasi
sejak tahun 1883 dan sampai sekarang ini. Pada masa kedudukan Hindia-Belanda Pabrik
Mojo dikelola oleh orang kolonial. Untuk pengelolaan perkebunan dan proses produksi gula
orang kolonial mendatangkan pekerja kasar dari Cina yang sering disebut dengan istilah kuli.
Masuknya kuli atau pekerja kasar dari Cina ke Indonesia membawa kebudayaan atau tradisi
yang berbau Cina di Indonesia dalam hal ini khususnya di daerah sekitar pabrik gula. Setelah
musim panen tebu selesai maka akan dimulailah musim giling tebu tetapi sebelum tebu
pertama dimasukan ke mesin penggilingan atau sebelum memulai proses penggilingan
biasanya para kuli atau pekerja pabrik ini melakukan upacara cembengan sebagai bentuk rasa
syukur atas hasil panen dan juga merupakan do’a agar proses penggilingan tebu yang akan
dilakukan dapat berjalan lancar dan hasilnya dapat memenuhi target. Cembengan itu sendiri
juga berasal dari bahasa mandarin “Cin Bing” yang berarti ritual khas Tionghoa untuk
mendo’akan roh nenek moyang atau yang sering disebut dengan ziarah.

3
Nama: Mia Fajarwati
NIM: 19/445810/PN/16325

2. Upacara Adat Larap Slambu


Salah satu upacara adat Kabupaten Sragen ini digelar setiap menyambut bulan Suro
pada tahun baru dalam kalender Jawa. Ritual adat di Sragen ini biasa digelar di kawasan
kompleks makam Pangeran Samudro, atau yang lebih dikenal dengan nama Gunung
Kemukus, dengan nama upacara Larap Slambu. Setiap Tanggal 1 Suro, Upacara Larap
Slambu Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus Ritual adat di Sragen ini sangat
terkenal dengan prosesi pencucian dan penggantian kain penutup makamnya. Makam yang
dimaksud adalah milik Pangeran Samudro yang dipercaya sebagai salah satu anak raja
terakhir Majapahit yang masuk Islam dan dan berguru kepada Sunan Kalijaga. Dalam prosesi
adat ini pengunjung yang hadir biasa memperebutkan air cucian kain makam atau juga sesaji
yang dihanyutkan ke sungai saat prosesi pencucian digelar. Selain prosesi adat itu, kini
upacara ini juga telah dikemas dalam sebuah kegiatan grebeg budaya yang juga menyajikan
berbagai hiburan tradisional seperti kirab gunungan hasil bumi dan juga pergelaran wayang
kulit semalam suntuk.
3. Tradisi Jum’at Wage di Bulan Sya’ban
Salah satu tradisi yang menjadi salah satu upacara adat Kabupaten Sragen adalah
tradisi bersih desa yang digelar oleh warga Dusun Ngablak. Tradisi bersih desa Dusun
Ngablak ini adalah tradisi yang rutin digelar setiap hari Jum’at Wage pada bulan Sya’ban
dalam penanggalan Islam atau Hijriyah (bulan Ruwah dalam penanggalan Jawa). Tidak
berbeda dari tradisi bersih desa di lokasi lain, tradisi di kawasan bagian selatan Kabupaten
Sragen itu dimaksudkan untuk memanjatkan do’a pada Tuhan agar dilimpahi ketentraman
dan dijauhkan dari pagebluk. Karena itu juga tradisi ini diawali dengan acara kendurian
selamatan yang digelar warga di sebuah pesanggrahan desa. Setelah prosesi kendurian selesai
barulah beberapa kegiatan pendamping digelar oleh panitia penyelenggara. Kegiatan seperti
hiburan berupa lomba dan atraksi jadi suguhan utama. Atraksi tradisional seperti jathilan atau
jaran kepang hingga hiburan ketoprak dapat ditemui setelah kegiatan utama berlangsung.
Selain atraksi dan hiburan tradisional itu, dalam tradisi bersih desa ini dapat dijumpai
berbagai makanan tradisional yang mungkin makin jarang ditemukan saat ini seperti nasi
kulupan yang hanya bisa dijumpai saat kendurian.

4
Nama: Mia Fajarwati
NIM: 19/445810/PN/16325

4. Tradisi Selamatan Kematian


Pelaksanaan selamatan kematian yang berlaku di masyarakat dilaksanakan setelah
kegiatan memandikan sampai penguburan jenazah, yaitu pada hari pertama meninggalnya
sampai hari ketujuh, keempatpuluh, keseratus, haul dan sampai hari keseribu.Waktu
pelaksanaan sering diadakan pada saat matahari telah terbenam yaitu setelah Maghrib atau
Isya’ kadang juga dilaksanakan pada waktu matahari akan terbenam, yaitu sekitar setelah
shalat Ashar, yang jelas waktu pelaksanaan selamatan kematian (tahlilan) tersebut bukan
pada saat matahari sedang menyengat melainkan di saat udara dalam keadaan sejuk dan tidak
panas. Pemilihan waktu paling tidak didasarkan atas suatu faktor tertentu, yaitu ketika
masyarakat sudah beristirahat dari pekerjaannya serta tempat acara tahlilan dilaksanakan di
rumah, serambi depan dengan mengosongkan suatu ruangan yang cukup luas untuk
menampung para tamu. Upacara selamatan kematian (tahlilan) dihadiri oleh para anggota
keluarga itu sendiri dengan beberapa tamu yang biasanya adalah tetangga- tetangga terdekat,
para pria, serta selamatan tersebut dipimpin oleh seorang mudin atau Kyai kemungkinan
besar sudah berada di rumah.
5. Adat Perkawinan Larangan Jilu
Dalam pelaksanaan perkawinan, masyarakat sangat terikat oleh aturan, baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis, bahkan ketergantungan pada adat atau tradisi tata cara
masyarakat yang berlaku sejak nenek moyang secara turun-temurun.. Jilu merupakan
singkatan dari kata siji dan telu. Kata siji dalam bahasa Indonesia berarti satu, dan telu berarti
tiga. Adat jilu merupakan larangan perkawinan antara anak nomer satu dengan anak nomer
tiga atau sebaliknya. Menurut masyarakat, adat ini tidak boleh ditinggalkan atau dilanggar.
Sebab sampai saat ini, diakui atau tidak, bila meninggalkan atau melanggar adat masih
dipercaya akan ada hal buruk yang bisa terjadi.

E. Tempat Wisata Sragen


1. Pemandian Air Panas Bayanan 5. Gunung Kemukus
2. Museum Prasejarah Sangiran 6. Desa Wisata Batik Kliwonan
3. Taman Dayu Alam Asri 7. Makam Joko Tingkir
4. Waduk Kedung Ombo 8. Galleri Batik Sukowati

Anda mungkin juga menyukai