Anda di halaman 1dari 16

MAKAM KERAMAT MBAH NGASUH CIBASALE

KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIBASALE

Oleh
Mayya Siti Maesaroh
Kelas XII IPS 2

SMA NEGERI 1 MAJALENGKA


Jl. Raya K H Abdul Halim No.113, Majalengka Kulon, Kec. Majalengka,
Kabupaten Majalengka, Jawa Barat
2022/2023
BAB I
Data Kependudukan Desa

Nama desa : Majalengka Kulon

Alamat kantor desa : Jl. Raya K H Abdul Halim No.146, Majalengka Kulon, Kec.

Majalengka, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat 45418

Sejarah desa :

Sejarah singkat kelurahan majalengka kulon rendar aranya behu suatu kerajaan

yang adamarie tang diripin chen se obang perempuan bernama rambut masih atau

ambet kasih herajaan yang masyarakatnya mengancy agama hindu tersebut

bernama sindang kabinpertanian menjadi pokok mata pencaharian bu duru br

dianto ngalayah di tengah imah menjadikan subur makmur loh jinawi sering

dengan perjalanan pemerintahan sindang kasih abad ke xvi di daerah wewengkon

pesisir cirebon berdirilah pemerintahan yang bernafaskan islam dipimpin oleh

sunan gunung jati syarif hidayatullah yang dikenal sebagai wali sanga tergerak

panggilan agama.

Sunan gunung jati, mengutus dua orang utusan bernama pangeran muhamad dan

siti armilah untuk berangkat kekerajaan sindangkasih, maksud penyebaran agama

islam serta mencari pohon daun buah maja guna penyembuhan warga

masyarakatnya dari serangan wabah penyakit yang konon menurut cerita dapat

menyembuhkannya utusan cirebon dengan sindangkasih menimbulkan bukan saja


pertentangan paham, lebih dari itu bentrokan dan peperangan terjadi, jelasnya

tiada bisa dihindarkan, karena disatu pihak memaksa untuk masuk agama islam,

dipihak lain (sindangkasih) berisih keras menolak masuk islam ratu rambut kasih

yang weruh sedurung winara, akan terjadinya korban yang lebih parah menimpa

rakyatnya, akhirnya mengambil keputusan ngahiyang atau meninggalkan kerajaan

beserta pengikut setianya, dan bersamaan itu lenyap pulalah pohon maja dari

pandangan mata konon pangeran muhamad dan siti armilah pun kecewa dan

mengeluh wah buah maja langka dengan artian pohon “maja “tidak ada. Sejak saat

itulah kerajaan sindangkasih” menjelma menjadi majalengka” seiring dengan

perkembangan zaman sekitar abad xvii awal.

Di wewengkon majalengka tersebut untuk mewakili pemerintahan di cirebon di

tunjuk seseorang, dengan pangkat “ kuwu bernama ”embah surantani” selaku

kuwu pertama “ luas wilayah yang dibarengi dengan pertambahan penduduk

berakibatkan pemekaran tiga “wilayah desa antara lain:

1. wilayah desa:majalengka kulon

2. wilayah desa: majalengka wetan

3. wilayah desa babakan jawa

Penjelmaan” akuwu majalengka menjadi ketiga desa diatas, juga nama “

majalengka” konon dipakai menjadi kabupaten majalengka tingkat ii majalengka

sesuai dengan keadaan serta diberlakukanya uu no.5 tahun 1979 tentang

pemerintahan desa diatas (termasuk desamajalengka kulon) berubah status


menjadi kelurahan. Penelusuran data sampai dengan sekarang telah tercatat 15

kuwu kepala desa l/kepala kelurahan yang memegang tampuk pimpinan

1. Susunan aparat pemerintahan desa

- Kepala desa : ROSWATY, S.IP.,M.Si

- Sekretaris desa : MAHMUDIN, S.IP

- Kasi Pemerintahan & Pelayanan Umum : YENI KURNIANINGSIH,

S.Kep.Ners

- Kasi Ekbang & Pemberdayaan masyarakat : HENDA SUHENDA, S.E.

- Kasi Kesejahteraan Sosial : TETY NURMAFLUHATI, S.IP.

- Pengadminstrasi Umum : UCUP ABDULATIF

- Pengelola Kesejahteraan Sosial : EILIS PUISDIYANTI, AMD,PAR.

2. Demografi/Kependudukan

- Jumlah seluruh warga desa : 11.634

- Jumlah perempuan : 5.910

- Jumlah laki laki : 5.724

- Jumlah Kepala keluarga : 3.924

- Penduduk usia produktif : 8.177

a. Perempuan :

b. Laki laki :
- Penduduk lansia : 873

a. Perempuan :

b. Laki laki :

- Pekerjaan

a. Karyawan/PNS : 713

b. Pelajar/Mahasiswa : 2.606

c. Pertanian : 159

d. Peternakan : 159

e. Perkebunan : -

f. Perdagangan : 2.740

g. Buruh : -

Pendapatan perkapita rata rata penduduk : -

GEOGRAFI

-Luas desa : 2,41km²

-Batas wilayah desa :

Utara : Babakan Jawa

Selatan : Tarikolot

Timur : Majalengka Wetan

Barat : Munjul
-keadaan tanah desa : Subur/cokelat

-keadaan iklim/cuaca : Tropis

-tingkat curah hujan

-peta desa
BAB II

Deskripsi Kearifan lokal

A. Nyuguh sebelum lebaran

Nyuguh pas sebelumnya lebaran di percaya oleh leluhur untuk mengingatkan kita

untuk berbagi kepada yang sudah meninggal dipercaya mereka sedang di beri

ganjaran oleh Allah SWT dan menyiapkan semua makanan dan minuman

makanan itu harus ada 7 macam dan minuman harus ada kopi hitam pahit dan

manis dan nasi yang atasnya ada telur yang sudah matang dan di siapkan di GOA

atau tempat yang kosong dipercaya mereka akan datang ke rumah dan memakan

semua itu,dan mereka akan datang waktu magrib sampe isya.

B. Makam keramat mbah ngasuh

Dari jaman belanda seinget saya, dari jaman jepang masyarakat cibasale banyak

yang disiksa, sesudah jepang dibom oleh hirosima, jepang pulang diganti oleh

belanda. Belanda yang terakhir, jadi banyak bom dari sebelah nurman yang

ngebom ke kita yang sekarang dipake sebagai madrasah disana tadinya banyak

tumpukan bambu. Sesudah belanda (merdeka?) bebas jadi golongan tentara

pulang, banyak tentara yang melewati gunung, banyak tentara yang melewati

kota, jalannya ke samoja opat, bebasnya kurang lebih pada tahun 1965 kesininya
sudah merdeka, orang sekarang mah pada gatau dulu mah jaman belanda

membuat selokan karena takut peluru yang salah sasaran karena banyak tembakan

peluru dari arah nurman ke kita. Dulu gabisa masuk buat orang baru karena ada

mbah ngasuh. Itu ada makan kan nah tolong dijelaskan gimana. Nah itu makam

mbah ngasuh. Sedangkan mbah pintar, jika ingin anaknya pintar tinggal menyekar

ke mbah pintar.

C. Sawer

Salah satu budaya masyarakat yang masih berlangsung hingga saat ini adalah

budaya yang berasal dari Cibasale .Acara saweran lebih akrab dengan melempar

atau memberikan uang ketika suatu pernikahan berlangsung atau kepada biduan di

panggung. Tapi, kegiatan nyawer yang ada di Cibasale tak hanya dilakukan saat

ada pernikahan atau biduan saja. Nyawer acap dilakukan ketika seseorang

merayakan suatu penawaran yang telah didapatnya. Misalnya, dalam pembuatan

rumah, ketika seorang anak khatam alquran, syukuran orang hamil, syukuran bayi

yang baru lahir, bayi yang baru bisa berjalan, dan kegiatan selametan lain yang

dilakukan, hampir selalu ada nyawer. Dapat dikatakan bahwa nyawer adalah salah

satu cara masyarakat Desa Cibasale dalam merepresentasikan ucapan syukur

kepada Tuhan Yang Maha Esa. Biasanya, kegiatan nyawer menggunakan uang

koin yang dicampur dengan beras. Namun, ada pula yang menggunakan uang

kertas dan bahkan menambahkan permen. Tidak ada waktu khusus untuk

melakukan nyawer karena kegiatan ini bisa dilakukan di siang hari, sore, bahkan

malam hari. Tetapi, kebanyakan nyawer dilakukan saat matahari masih bersinar,

supaya uang yang dilempar dapat terlihat dan mudah untuk diambil. Kegiatan
menangkap uang ketika si penyawer melempar uang disebut dengan mulungyang

berarti mengambil. Informasi mengenai kapan, di mana, dan siapa yang akan

nyawer biasanya dilakukan dari mulut ke mulut. Dimulai dari si penyawer ke

pemulung, lalu dari pemulung ke pemulung lainnya. Hal ini menyebabkan ketika

nyawer berlangsung, tak hanya orang satu desa saja yang datang tetapi orang dari

desa sebelah sering kali hadir—terutama jika si penyawer terkenal kaya.

Pada saat nyawer berlangsung tidak hanya orang dewasa saja yang memulung,

banyak anak-anak pula. Orang-orang biasanya akan membawa payung atau kain

untuk menangkap uang. Payung berlaku secara terbalik sehingga uang yang

dilempar oleh si penyawer bisa tertampung di payung tersebut. Sementara kain

biasanya mendinginkan leher, kemudian si pemulung memegang ujung kain yang

tidak terikat dengan kedua tangannya, sehingga uang dapat tertampung di kain

tersebut. Namun, ada juga yang hanya mengandalkan kedua tangannya saja.

Selain itu, nyawer juga merupakan salah satu media yang mempererat

kebersamaan, melarang cara untuk berbagi dengan sesama, serta melarang bahwa

sebagai makhluk Tuhan, sudah sepatutnya untuk selalu bersyukur kepada-Nya

akan setiap hal yang diraih.

Tidak dapat dipastikan kapan kegiatan nyawer tersebut mulai dilakukan, tetapi

yang jelas nyawer merupakan budaya turun temurun yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Cibasale dan telah berlangsung sejak lama. Seperti yang telah

disebutkan di atas, nyawer bukan hanya kegiatan lempar-melempar uang, tetapi

ada makna dibalik kegiatan tersebut. Tentu saja, hal tersebut harus dilestarikan

oleh generasi muda sebagai generasi penerus bangsa, agar bangsa ini tidak
kehilangan jati diri serta nilai-nilai kehidupan yang sedari dulu terus diajarkan

oleh nenek moyang kita.

D. Obrog-obrog

Obrog-obrog merupakan sekelompok grup musik yang terdiri dari sejumlah

pemuda di blok desanya masing-masing. Mereka biasanya berkeliling kampung

sekitar pukul 01.00 hingga 03.30 WIB, dengan mempersembahkan lagu-lagu

dangdut yang dilantunkan oleh penyanyi.

Tak hanya di Majalengka tradisi ini juga biasa ditemukan di Kabupaten

Indramayu dan Cirebon. Grup obrog-obrog dulunya hanya menggunakan alat-alat

musik tradisional. Namun seiring berkembangnya zaman kini alat musik obrog-

obrog telah bertransformasi menggunakan alat musik modern.

Selain alat musik, mesin diesel dan speaker juga menjadi bagian alat pendukung

mereka agar suara musik obrog-obrog tersebut terdengar lantang dan diharapkan

bisa membangunkan sahur, khususnya bagi umat muslim yang akan menjalankan

ibadah puasa.

E. Siraman

Siraman adalah simbol, sebuah manifestasi dari doa dan harapan kebaikan bagi

orang yang akan menjalani pernikahan. Masyarakat Jawa yang senang akan

isyarat atau sasmita, menyatakan harapan itu secara tidak langsung melalui sebuah

upacara, dengan berbagai pakem turun-temurun di dalamnya.


Siraman bersal dari kata “siram” yang artinya menguyur atau mandi. Mandi ini,

dalam upacara pengantin adat Jawa tidak hanya sekedar membersihkan badan,

tapi membersihkan banyak hal yang tak tampak di mata.

Dalam sudut pandang rasional, praktik siraman ini mempunyai pengaruh secara

fisik, di mana badan yang loyo akan menjadi segar apabila terkena siraman air,

indera penciuman akan terpuaskan dengan wanginya bunga-bunga, indera peraba

dapat menikmati segarnya air yang menyapu tubuh, indera penglihatan menjadi

bahagia melihat air yang diberi berbagai macam bunga.

Secara simbolik, prosesi ini untuk membersihkan jiwa, membersihkan diri dari

noda dan dosa serta sifat-sifat yang kurang baik, membersihkan segala gangguan

agar tidak lagi ada aral yang melintang bagi sang pengantin di kehidupannya

kelak.

Sebelum siraman dimulai, harus sudah tersedia sederet syarat kelengkapan yang

telah menjadi pakem.

Pertama, yaitu sesaji dalam bentuk makanan yang berisi di antaranya tumpeng

robyong, jajan pasar, pisang raja, hingga telur dan bumbu dapur. Masing-masing

jenis isian tersebut punya maknanya masing-masing. Misalnya tumpeng robyong

sebagai lambang kesejeahteraan, hingga pisang raja yang dimaksudkan agar

mempelai memiliki sifat seperti raja yang adil dan berbudi luhur.

Untuk air siraman, berasal dari tujuh sumber, dengan klasifikasi yaitu air dari

keraton, air pertemuan dua hilir sungai, sendang atau sumber air tua, hingga air

Zam-zam. Air berjumlah tujuh itu melambangkan harapan hidup, agar dapat

saling menolong, mitulungi, pitulungan.


Selanjutnya yaitu bunga sritaman, yaitu mawar, melati dan kenanga yang nantinya

ditaburkan ke air siraman.Bunga secara simbolik melambangkan keharuman,

sedangkan secara fisik, bunga adalah pemberi aroma harum tubuh calon

pengantin. Tiga jenis bunga tersebut juga memiliki pemaknaan tersendiri.

Siraman dilakukan antara pukul 10.00 hingga 15.00 WIB, sehari sebelum upacara

pernikahan. Aturan waktu tersebut sudah mengandung simbol, persepsi tentang

seorang pengantin. Landasan kepercayaannya bahwa para bidadari turun mandi

dan bersuka ria bersama-sama pada pukul 11.00 WIB, dan pengantin yang mandi

di kisaran waktu tersebut, diibaratkan secantik, semenawan dan seceria bidadari.

Itu adalah makna lapisan pertama. Makna yang lebih dalam, yaitu bahwa calon

pengantin yang menjalani siraman di waktu tersebut, diharapkan menjadi sosok

yang suci, menyenangkan di pandangan mata, menyejukkan hati serta membikin

tentram setiap orang yang melihatnya. Pendeknya, menjadi seseorang yang

‘diinginkan’.

Pelaku siraman selain orangtua sendiri, adalah para sesepuh atau anggota keluarga

yang dianggap pantas dan dipilih, di antaranya yaitu sesepuh yang masih bersuami

istri, atau orang-orang yang sukses dalam hidupnya.

Dalam prosesnya, calon pengantin dituntun ke tempat siraman diiringi keluarga.

Siraman didahului dengan doa, kemudian dimulai oleh orang tua, sebelum

akhirnya diikuti oleh kerabat atau orang-orang yang dituakan. Yang terakhir

menyiram biasanya adalah juru rias yang telah disepakati oleh keluarga.

Setelah para keluarga menyiram, juru rias pengantin akan meluluri calon

pengantin dengan berbagai piranti atau kelengkapan yang sudah disediakan


sebelumnya. Setelah itu barulah dibilas hingga bersih, dilanjutkan dengan doa,

dan ditutup dengan penyiraman air bersih dari kendhi.

F. Mapag pengantin

Khusus dalam pernikahan, ada berbagai kegiatan adat yang harus dilalui oleh

pengantin dan setiap kegiatan adat yang dilakukan memiliki arti tersendiri. Salah

satu prosesi yang biasanya dilalui oleh para mempelai adalah tradisi Mapag

Pengantin. Prosesi yang satu ini merupakan prosesi yang dilakukan sebelum

pengantin naik ke pelaminan. Biasanya dalam pernikahan, tradisi Mapag

Pengantin adalah salah satu yang paling banyak dilihat oleh tamu undangan yang

datang.

Ki Lengser merupakan pemimpin dalam prosesi mapag pengantin.

Ki Lengser merupakan pemimpin dalam prosesi mapag pengantin.

Bukan hanya sekadar tradisi saja, seperti yang saya bilang di atas bahwa tradisi

Mapag Pengantin tentu memiliki arti tersendiri. Selain itu ada tata cara untuk

menggelar prosesi yang satu ini. Lantas apa sebenarnya tradisi Mapag Pengantin

itu?

Tradisi Mapag Penganten adalah sebuah istilah yang ada di dalam Bahasa Sunda.

Artinya cukup sederhana yaitu Menjemput Pengantin. Untuk melalui proses ini

biasa ada beberapa orang tambahan selain sanak keluarga yang ikut serta.

Dalam prosesi ini hadir juga sosok bernama Ki Lengser yang biasanya memiliki

penampilan seperti orang tua dengan pakaian khas Sunda. Ki Lengser ini nantinya

akan berperan sebagai penyambut utama plus menjadi sosok yang mengantarkan

pengantin ke pelaminan.
Dalam praktiknya, Ki Lengser biasanya ditemani dengan satu orang lagi yang

memiliki fungsi untuk mendampingi pengantin. Umumnya, pendamping ini akan

memayungi pengantin yang menikah.

Selain Ki Lengser dan asistennya, prosesi Mapag Penganten biasanya juga

melibatkan para penari. Nah, penari ini biasanya akan menarik sesuai dengan

irama musik yang ada. Bicara soal musik, prosesi Mapag Penganten dari awal

hingga akhir akan diiringi oleh pemain musik degung Sunda.

Di era modern seperti sekarang biasanya musik degung Sunda diganti dengan

rekaman untuk menghindari biaya yang mahal jika menggunakan pemain degung

asli.

Prosesi Mapag Pengantin memiliki tujuan untuk menjadikan pengantin sebagai

raja serta ratu sehari sehingga harus disambut dan diperlakukan lebih baik dari

biasanya. Hal itulah yang membuat tradisi Mapag Pengantin sangat ramai.

Tradisi tersebut meskipun simpel, namun menjadi salah satu tradisi unik yang

tidak boleh dilewatkan untuk dilihat. Salah satu yang menarik adalah Ki Lengser

terkadang membawa kejenakaan untuk membuat prosesi ini terlihat lebih cair.

Dalam penerapannya pun Mapag Pengantin memiliki berbagai macam terapan

yang berbeda-beda tergantung pada variasi yang diminta oleh pengantin yang

melangsungkan pernikahan.

G. Perelek

Sejak zaman nenek moyang masyarakat Cibasale telah menerapkan beragam

tradisi untuk menjaga stabilitas pangan dan ekonomi di tengah krisis akibat

bencana maupun perang dunia.


Tradisi tersebut bernama Beas Perelek. Hingga kini Beas Perelek masih terus

dilaksanakan di beberapa wilayah di Jawa Barat.

Beas Perelek sendiri merupakan tradisi yang cukup unik, yakni dengan

menuangkan beras kepada tokoh masyarakat setempat yang berkeliling dengan

membawa sebuah bambu sebagai wadah untuk menampung beras hasil pemberian

warga.

Tradisi Beas Perelek selain digunakan sebagai stabilitas ketahanan pangan juga

biasa digunakan sebagai pembangun ekonomi kerakyatan di desa-desa di Jawa

Barat.

KESIMPULAN

Dapat di simpulkan bahwa di Cibasale ini masih sangat kental dengan kearifan

lokal. Contohnya adalah ketika akan melaksanakan acara sakral seperti

pernikahan ataupun lainnya warga Cibasale percaya harus pergi ke makam mbah

ngasuh untuk meminta keberkahan agar acara yang akan dilaksanakan berjalan

dengan lancer, dan itu adalah salah satu kearifan lokal yang masih di laksanakan

sampai sekarang

Dokumentasi
Makam Mbah Ngasuh

Anda mungkin juga menyukai