Anda di halaman 1dari 4

Upacara Adat Di Kota Surakarta –

Traditional Ceremonies of Surakarta

Kota Solo yang memiliki nama resmi Pemerintahan Kota Surakarta adalah satu dari dua kota
tujuan wisata, Solo dan Jogja, dengan potensi budaya Jawa terbesar. Di dalam kota yang terletak
di dataran rendah sebelah barat Gunung Lawu itu masih hidup dan lestari berbagai seni, tradisi,
dan budaya masyarakat yang telah berlangsung selama ratusan tahun.

Faktor keraton atau kerajaan yang juga masih hidup di dalam masyarakat Kota Solo adalah
pengaruh terbesarnya. Karena bagaimana pun juga, keraton adalah pusat dari segala ilmu tentang
seni, tradisi, dan budaya Jawa.

Karena itu, tidak sedikit wisatawan lokal hingga asing selalu menjadikan Kota Solo tujuan wisata
utama saat ingin menemukan pemandangan budaya Jawa. Wisata budaya Kota Solo tidak hanya
terpatok pada artefak berupa bangunan atau berbagai benda pusaka yang disimpan dalam
museum saja dengan nilai-nilai sejarahnya.

Wisata budaya Kota Solo juga sangat kental dengan wisata adat budaya berupa prosesi atau ritual
dan juga upacara adat. Sebagaimana terdapat dua kerajaan di Solo, Keraton Surakarta dan
Mangkunegaran, ritual adat keraton Surakarta juga telah lama menjadi objek wisata budaya di
Kota Solo.
Selain faktor keberadaan keraton yang membuat kota ini menonjol secara budaya, faktor
ekonomi dan politik juga menonjolkan kota ini. Banyak warga dari berbagai wilayah
berdatangan ke kota ini dengan tujuan berbeda-beda. Kedatangan mereka juga dibarengi dengan
budaya yang mereka bawa hingga pada akhirnya budaya itu menyatu dengan budaya lokal.

Di luar tembok kedua keraton tadi masih banyak pula potensi budaya berupa tradisi masyarakat
Jawa yang masih bisa disaksikan hingga saat ini. Di luar tembok keraton pula budaya warga
pendatang yang telah menjadi tradisi dalam berbagai wujud dapat ditemui. Dan seluruh potensi
budaya tersebut telah Chic:Id.Com rangkum dalam daftar upacara adat di Kota Surakarta.

Berikut adalah daftar upacara adat di Kota Surakarta. Upacara adat Kota Solo berikut telah kami
susun secara urut dari waktu penyelenggaraanya, berdasar pada penanggalan Jawa:

Malam 1 Suro, Kirab Pusaka Pura Mangkunegaran di Pura Mangkunegaran

Kirab yang mengarak beberapa jenis pusaka ini biasa digelar mulai jam 8:00 malam. Tradisi
menyambut tahun baru dalam kalender Jawa di Istana Mangkunegaran sangat terkenal dengan
prosesi berebut bunga dan air jamasan pusaka. Lokasi penyelenggaraan di dalam kompleks
Istana Mangkunegaran dan sekitar istana.

Malam 1 Suro, Kirab Pusaka Keraton Kasunanan Surakarta di Keraton Surakarta

Kirab pusaka yang juga dikenal dengan Kirab Kebo Bule atau Kirab Malem Suro ini biasa
dimulai dari jam 00:00 tepat pada malam pergantian tahun dalam kalender Jawa atau juga Islam.
Lokasi pelaksanaan adalah di kompleks keraton dan juga jalur-jalur di luar tembok keraton.

Pertengahan Bulan November, Kirab Apem Sewu di Tempuran, Kampung Sewu

Kirab Apem Sewu adalah salah satu peristiwa budaya yang konon diwariskan oleh ulama
penyebar agama Islam Ki Ageng Gribig. Kirab kue apem ini biasa digelar pada siang hari di
kawasan Tempuran, pertemuan dua arus sungai, di Kampung Sewu, Solo.

9 Suro, Jumenengan Paduka Mangkunegara IX di Pura Mangkunegaran

Jumenengan atau peringatan ulang tahun kenaikan tahta Raja Mangkunegara IX rutin digelar
setiap tanggal 9 bulan Suro. Lokasi penyelenggaraan di kompleks Istana Mangkunegaran.

5 – 11 Mulud, Sekaten di halaman Masjid Agung Surakarta

Tradisi yang lebih terkenal dengan pasar malamnya ini biasa digelar dari tanggal 5 bulan Mulud
hingga tanggal 11. Prosesi berupa permainan gendhing dengan dua set gamelan pusaka milik
keraton ini digelar untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Prosesi tabuh
gamelan biasa digelar pada siang sore setiap hari pada tanggal 5 – 11 bulan Mulud. Lokasi
pelaksanaan di halaman Masjid Agung Surakarta.

12 Mulud, Grebeg Mulud dari Keraton Surakarta menuju Masjid Agung Surakarta
Puncak peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW biasa dimulai dari esok hari. Puncak
tradisi yang sering dinamai sebagai Gunungan itu biasa terjadi pada pukul 11.00 pagi saat ribuan
warga berebut dua buah gunungan. Prosesi puncak Gunungan berlangsung di Masjid Agung
Surakarta.

Menjelang Imlek, Grebeg Sudiro di Kelurahan Sudiroprajan

Peristiwa budaya yang dimaksudkan untuk mempromosikan toleransi antar etnis di Kota Solo ini
biasa digelar menjelang Imlek. Dalam seluruh prosesi grebeg, berebut kue keranjang menjadi
puncak prosesi yang paling ditunggu warga. Puncak Grebeg Sudiro yang biasa berlangsung dari
siang hingga sore hari biasa digelar di depan Pasar Gede. Rute peserta grebeg biasa melalui
jalan-jalan di Kelurahan Sudiroprajan.

20 Rabiultsani, Haul Habib Al-Habsy di Masjid Riyadh Pasar Kliwon

Peringatan wafatnya ulama besar Habib Al-Habsy biasa digelar dalam peringatan yang
berlangsung beberapa hari. Acara peringatan wafatnya ulama besar penulis buku puji-pujian
kepada Nabi Muhammad SAW ini sangat terkenal dengan sajian nasi kabuli-nya. Peringatan
wafatnya Habib Al-Habsy ini dipusatkan di Masjid Riyadh, Pasar Kliwon, Solo.

40 Hari Setelah Grebeg Mulud, Mahesa Lawung di Alas Krendhawahana, Kalijambe,


Karanganyar

Tradisi selamatan Keraton Kasunanan Surakarta ini memang digelar di hutan yang terletak di
luar Kota Surakarta. Dalam ritual ini, seekor kerbau perjaka disembelih untuk dikuburkan kepala
dan keempat kakinya di Hutan Krendhawahana. Namun prosesi awal sebelum pemberangkatan
berbagai sesaji biasa digelar di Siti Hinggil, Keraton Kasunanan Surakarta pada pagi mulai jam
9:00.

25 Rajab, Tingalan Dalem Jumenengan Paku Buwana XIII di Keraton Surakarta

25 Rajab adalah tanggal peringatan ulang tahun kenaikan tahta atau jumenengan Raja paku
Buwana XIII. Pelaksanaan tradisi yang terkenal dengan digelarnya tarian sakral Bedaya
Ketawang ini biasa digelar di kompleks Keraton Surakarta.

Selama Bulan Pasa atau Puasa, Tradisi Membagi Takjil Bubur Samin di Masjid Daarussalam,
Jayengan

Tradisi selama bulan puasa ini telah berjalan selama puluhan tahun. Bubur samin yang
sebenarnya bubur banjar rutin dibagikan menjelang berbuka puasa.

Malam Ke-21 Bulan Pasa, Malem Selikuran dari Keraton Surakarta Menuju Masjid Agung
Surakarta
Tradisi di malam yang juga biasa disebut malam Lailatul Qadar atau Malam Seribu Bulan ini
biasa berlangsung mulai dari jam 9:00 malam. Dalam tradisi ini keraton akan membagikan seribu
bungkus nasi liwet di Masjid Agung Surakarta.

2 Syawal, Grebeg Pasa di Masjid Agung Surakarta

Secara umum prosesi tata cara upacara adat ini tidak berbeda dengan Grebeg Mulud atau Grebeg
Besar. Dua buah gunungan kembar sedianya akan dibawa ke Masjid Agung dan diperebutkan
oleh warga. Kesamaan itu juga ada pada waktu penyelenggaraanya yang berlangsung sebelum
jam 12 siang. Lokasi puncak prosesi di halaman Masjid Agung Surakarta.

Seminggu Setelah Idul Fitri, Grebeg Syawal di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ)

Grebeg Syawal atau yang sering dikenal dengan Grebeg Jaka Tingkir, karena dikomposisikan
degan drama kolosal Jaka Tingkir di lokasi penyelenggaraan, biasa digelar dalam kegiatan
berupa Pekan Syawalan Jurug. Kegiatan yang khas degan gunungan ketupat ini rutin digelar
setiap bulan Syawal seusai lebaran. Lokasi penyelenggaraan di TSTJ.

10 Besar, Grebeg Besar di Masjid Agung Surakarta

Pada perayaan Idul Adha pun Keraton Surakarta juga menggelar grebeg dengan gunungan
khasnya. Puncak prosesi adat ini juga berlangsung di depan Masjid Agung. Upacara adat ini
merupakan upacara adat yang berlangsung di bulan terakhir dalam penanggalan Jawa.

http://chic-id.com/upacara-adat-di-kota-surakarta/

Anda mungkin juga menyukai