Anda di halaman 1dari 4

TRADISI SEKATEN

. Disusun Oleh: ZAKY APRILIO SHABAH


32/IX D

Upacara Sekaten adalah acara tahunan yang digelar oleh Keraton Solo dan Keraton
Yogyakarta.Tujuan sekaten untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Di
Yogyakarta upacara sekaten diselenggarakan setiap tanggal 5 sampai 11 Rabi'ul Awal.
Upacara sekaten ditutup 12 Rabi'ul Awal dengan grebegan.Sekaten merupakan tradisi yang
selalu terjaga, sehingga tidak heran jika masyarakat Solo dan Yogyakarta selalu antusias
menyambut perayaan tradisi ini.Pada awalnya,sekaten diadakan setiap tahun oleh raja di tanah
Hindu, sebagai wujud selamatan atau sesaji kepada para leluhur.Dalam
perkembangannya,sekaten digunakan sebagai sarana penyebaran agama Islam oleh
Walisongo, khususnya di Jawa Tengah.Penyebaran agama Islam ini melalui kesenian
gamelan.Penggunaan kesenian gamelan sebagai media penyebaran agama Islam karena
masyarakat pada waktu itu menggemari kesenian Jawa, berupa gamelan.Sehingga untuk
memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW tidak lagi menggunakan kesenian rebana
melainkan dengan kesenian gamelan.Proses tersebut yang dipertahankan hingga saat ini.

Tahapan Upacara Sekaten


Layaknya upacara tradisional lainnya, upacara Sekaten juga memiliki beberapa tahapan di
dalamnya. Awalnya gamelan akan dibunyikan sebagai bentuk pertanda jika upacara Sekaten
telah dimulai. Gamelan Sekaten akan mulai dibunyikan sejak pukul 16.00 sampai sekitar jam
23.00 waktu setempat pada tanggal 5 Rabi’ul Awal.

Berikutnya gamelan akan dipindahkan pangonan di area halaman Masjid Besar yang akan
dilaksanakan pada tanggal 5 Rabi’ul awal yang dimulai pada pukul 23.00 waktu setempat.
Pada area pangonan ini nantinya gamelan Sekaten akan dibunyikan pada waktu siang dan
malam hari.Namun gamelan akan berhenti berbunyi jika waktu shalat telah tiba dan pada saat
hari Jumat.
Tahapan berikutnya adalah hadirnya Sri Sultan bersama dengan apra pengiringnya ke area
serambi Masjid Besar.

Ketika berada di serambi Masjid Besar, Sri Sultan beserta para pengiringnya akan
mendengarkan riwayat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Yang mana kegiatan tersebut akan
dilangsungkan pada tanggal 11 Rabi’ul Awal pukul 20.00 hingga 23.00 waktu setempat.

Tahapan terakhir dari upacara Sekaten ini adalah pengembalian gamelan sekaten dari halaman
Masjid Besar ke kraton. Ketika gamelan sekaten sudah dikembalikan itu artinya upacara
Sekaten telah selesai. Tahapan ini akan dilangsungkan pada tanggal 11 Rabi’ul Awal pukul
23.00 waktu setempat.

Beberapa Pantangan dalam Upacara Sekaten


Dalam upacara tradisional Sekaten juga ada beberapa pantangan. Beberapa pantangan yang
ada di dalam upacara Sekaten adalah seperti para abdi dalem niyaga atau penabuh gamelan
selama menjalankan tugasnya yaitu memukul gamelan pusaka Kyai Sekati dilarang untuk
melakukan berbagai macam perbuatan tercela.

Baik itu dari segi perkataan maupun perbutannnya. Lalu para abdi dalem juga patang untuk
melangkahui gamelan. Selain itu mereka juga dilarang memukul gamelan pusaka sebelum
menyucikan diri dengan melakukan puasa dan mandi jamas.

Pantangan lain yang ada di dalam upacara Sekaten adalah para abdi dalem niyaga juga
pantang membunyikan gamelan pada malam jumat serta hari jumat siang sebelum melewati
waktu shalat dhuhur.

Lambang atau Nama dalam Upacara Sekaten


Keberadaan dari adanya upacara tradisional selalu memiliki kandungan suatu ajaran yang
diwujudkan dalam bentuk simbol atau lambang. Yang mana lambang tersebut tentunya juga
selalu memiliki makna tersendiri di dalamnya.Hal ini juga berlaku untuk upacara tradisional
Sekaten. Yang mana di dalamnya terdapat lambang atau simbol dengan makna tertentu.

Pada upacara Sekaten ketika memasuki tahap gamelan pusaka pertama kali dibunyikan aka
nada penyelenggaraan upacara udhik-udhik atau penyerahan kepingan ulang logam dari Sri
Sultan. Pemberian atau penyebaran kepingan uang logam yang dilakukan oleh raja ini
memiliki arti sebagai lambang pemberian anugerah dalam bentuk harta serta berkat dalam
wujud tuah kekeramatan.

Gunturmadu adalah salah satu perangkat dalam gamelan pusaka kraton. Dimana Gunturmadu
juga memberikan sebuah makna yaitu turunnya wahyu. Lalu ada juga Nagawilaga yang juga
merupakan salah satu nama perangkat gamelan dalam upacara Sekaten.
Nagawilaga juga memiliki makna tersendiri yaitu kemenangan perang yang begitu abadi.
Selanjutnya ada Yaumi yang merupakan salah satu gending Sekaten. Yaumi juga memiliki
kandungan makna di dalamnya itu hari Maulid Nabi Muhammad SAW.

Salatun merupakan salah satu gending Gamelan Sekaten. Nama Salatun berasal dari bahasa
Arab yang memiliki arti berdoa dan memiliki kandungan makna berdoa menyembah Tuhan
Yang Maha Esa.

Dhindang Sabinah yaitu salah satu judul gending Sekaten. Dimana Dhindang Sabinah
digunakan sebagai lambang mengenang jasa para mubaligh yang telah menyiarkan ajaran
agama Islam sejak abad ke XIII Hijriah.

Ngajatun merupakan salah satu gending Sekaten yang memiliki makna sebagai kemauan hati
yang begitu kuat untuk masuk ke dalam agama Islam. Ada juga Supriyatun yang merupakan
salah satu judul gending Sekaten. Supriyatun juga memiliki kandungan makna didalamnya
yaitu kemauan kuat untuk bisa mencapai titik kesucian hati.

Upacara Garebeg Mulud dalam Sekaten

Dalam upacara tradisional Sekaten terdapat rangkauan acara di dalamnya. Salah satunya
adalah adanya upacara Garebeg Mulud. Garebeg Mulud merupakan sutu garebek yang akan
didakan pada bulan Mulud. Pada dasarnya Garebeg Mulud diadakan untuk memperingati hari
lahirnya Nabi Muhammad SAW. Dalam upacara Garebed Mulud ini akan ada beberapa
tahapan di dalamnya. Beberapa diantaranya adalah upacara Gladhi Resik, Numpak Wajik
serta Garebeg Mulud atau Miyosipun Hajad Dalem.

Pelaksanaan upacara Gladhi Resik akan dilangsukan pada tanggal 1 hingga 8 bulan Mulud.
Lalu pada tanggal 9 bulan Mulud akan istirahat dan pada tanggal 10 bulan Mulud akan
diadakan upacara Gladhi Resik kembali. Selanjutnya pada tanggal 11 bulan Mulud akan
istirahat kembali sebagai bentuk persiapan pelaksanaan upcara Garebeg Mulud. Pada upcara
Gladhi Resik akan dipersipkan oleh kesutuan prajurit kraton.Kesatuan prajurit kraton ini
nantinya akan terdiri dari prajurit wiraba, prajurit daeng, prajurit patangpuluh, prajurit
prawiratama, prajurit jagakraya, prajurit nyutram prajurit ketanggung, prajurit mantrijero,
prajurit surakarsa, dan prajurit bugis.
Untuk upacara Numpak Wajib dilakukan sebagai pertanda dalam pembuatan gunungan secara
resmi. Upacara Numpak Wajik akan diselenggarakan selama empat hari menjelang
penyelenggaraan upacara Garebeg Mulud atau lebih tepatnya pada tanggal 8 bulan Mulud.

Setelah semua sudah dilakukan, maka tahapan terakhir adalah pelaksanaan upacara Garebeg
Mulud. Dalam upacara Garebeg Mulud juga terdapat pelengkapan yang diperlukan. Salah satu
perlengkapan paling utama dari upacara Garebeg Mulud adalah adanya gunungan. Hal ini
dikarenakan inti dari upacara Garebeg Mulud adalah menghantarkan gunungan dengan cara
beramai-ramai dengan rute dari komplek kraton menuju Masjid Besar. Setidaknya ada enam
macam gunungan yang harus dibawa seperti gunungan kakung, gunungan putri, gunungan
dharat, gunungan gepak, gunungan pawuhan serta gunungan picisan.

Anda mungkin juga menyukai