Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 4

Sekaten
Anggota Kelompok

Talitha Ega Cahyani


01 syahdalieve 03 Oktafitriah

Fayaza Nadhira Anisa Reriani


02 Zahrani 04
Sekaten
Sekaten merupakan salah satu upacara tradisional yang
berkembang di dalam kehidupan masyarakat Daerah Istimewa
Yogyakarta.  Upacara Sekaten adalah upacara tradisional yang
diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Nabi
Muhammad S.A.W. Upacara ini diselenggarakan secara
periodik satu tahun sekali yaitu setiap tiap tanggal 5 sampai 11
Rabi’ul Awal (atau dalam kalender Jawa disebut bulan
Mulud). Upacara sekaten tersebut ditutup pada tanggal 12
Rabi’ul Awal dengan menyelenggarakan upacara Garebeg
Mulud.
Sejarah
Asal-usul nama Sekaten sendiri memiliki beberapa versi. Ada yang
menyebut bahwa Sekaten berasal dari kata sekati yang merujuk kepada
seperangkat gamelan yang digunakan dalam upacara sekaten.Upacara
Sekaten pada hakekatnya adalah suatu tradisi yang diwariskan oleh nenek
moyang kita. Pada mulanya, upacara tersebut diselenggarakan tiap tahun
oleh raja-raja di Tanah Hindu, berwujud selamatan atau sesaji untuk arwah
para leluhur. Namun dalam perkembangannya, Upacara Sekaten sebagai
sarana untuk menyebarkan agama Islam melalui kegiatan kesenian
gamelan. Penyebarluasan agama Islam menggunakan media berupa
kesenian gamelan karena masyarakat saat itu menggemari kesenian Jawa
dengan gamelannya. Sehingga, untuk memperingati Maulid Nabi  
Muhammad SAW, dapat melalui kesenian gamelan.
Rangkaian perayaan Sekaten

Perayaan Sekaten dilaksanakan di pusat kerajaan, tepatnya di lingkungan Masjid Gedhe


Kauman atau masjid kerajaan dan Alun-Alun Utara. Sekaten berlangsung sejak tanggal 5
Mulud hingga 12 Mulud. Pada waktu tersebut, berbagai rangkaian kegiatan berlangsung baik di
Masjid Gedhe maupun Alun-Alun.
Perayaan Sekaten dimulai dengan prosesi pemindahan gamelan dari dalam kompleks Kraton
menuju Masjid Gedhe. Setelah tiba di masjid, gamelan akan dibunyikan hingga tanggal 12
Mulud.
Selain itu, merujuk halaman resmi Kraton Yogyakarta, pada tanggal 11 Mulud malam hari
dibacakan riwayat hidup Rasullulah SAW di Masjid Gedhe Pada kesempatan tersebut, Sultan
hadir bersama rakyat mendengar riwayat hidup Nabi yang dibacakan oleh Abdi Dalem Pengulu.
Rangkaian acara Sekaten ditutup dengan arak-arakan gunungan pada tanggal 12 Mulud atau
pada hari peringatan Maulid Nabi. Pada pagi hari, gunungan dibawa menuju masjid kerajaan
dan didoakan oleh Pengulu Masjid Besar sebelum dibagikan kepada masyarakat.
Pengaruh upacara sekaten
Upacara tradisional sekaten ini selaku pranata sosial
yang dimana dan pelaksanaanya simbol ini mempunyai
guna selaku perlengkapan komunikasi dengan
warga. Sehingga dengan terdapatnya simbol- simbol
dalam tradisi sekaten ini mempunyai pesan- pesan ajaran
agama, nilai- nilai serta norma- norma bagi kehidupan
warga Jawa. tradisi dalam warga jawa sebagai ritual-
ritual sakral yang mempunyai banyak arti serta simbol-
simbol untuk nilai-nilai kehidupan warga Jawa
Nilai-nilai tradisi sekaten
1. Nilai agama
Sunan Kalijaga menggunakan gamelan untuk berdakwah. Hal ini karena masyarakat sangat
gemar dengan gamelan. Sehingga pada saat perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW
diadakan penabuhan gamelan.
2. Nilai pendidikan
Tradisi sekaten bisa menjadi sarana pembelajaran bagi generasi muda untuk mengetahui adat
istiadat serta budaya yang ada di Indonesia, khususnya Jawa. Di sekaten, generasi muda bisa
mempelajari mengenai budaya, gamelan, serta nilai-nilai luhur dari pendahulu.
3. Nilai ekonomi
Seiring dengan perkembangan zaman, sekaten mulai dimanfaatkan dalam sektor perdagangan.
Sekaten menjadi ladang masyarakat untuk berdagang.Para pengunjung yang datang untuk turut
serta merayakan Sekaten dapat membeli berbagai makanan, minuman, souvenir, atau barang
lainnya.
THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai