Pengarah:
Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI
Penyunting:
Dr. Laksmi Nurharini, S.E., M.Si.
Penyusun:
Tim Pokja Modul Pembinaan Kesadaran Bela Negara
Desain Sampul:
Irene Angela, S.T. @ireneeangela
Redaksi:
Direktorat Bela Negara Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan
Kementerian Pertahanan RI
Gedung Jenderal R. Soeprapto Lantai 6
Jalan Tanah Abang Timur Nomor 8
Jakarta Pusat 10110
Diterbitkan oleh:
www.kemhan.go.id/pothan
KEMENTERIAN PERTAHANAN RI
DIREKTORAT JENDERAL POTENSI PERTAHANAN
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh,
Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,
Om Swastyastu, Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Saya berharap pemberian materi dalam modul tersebut akan menjadi bekal
wawasan dan pengetahuan yang dapat menumbuhkan kesadaran dan menguatkan tekad,
i
PENGANTAR MODUL
PEMBINAAN KESADARAN BELA NEGARA (PKBN)
iii
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan
Negara dari berbagai ancaman.
3. Menggerakan seluruh WNI di setiap lingkup (pendidikan, masyarakat, dan
pekerjaan) untuk melakukan upaya tindakan nyata bela NKRI, dalam gerakan
nasional bela negara, siap menghadapi tantangan dan ancaman perubahan
jaman dari era ke era berikutnya.
iv
Ilustrasi gambar “Payung”, merupakan dasar berpikir pengembangan
penyusunan Modul PKBN, yang terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu:
1. Kanopi (canopy), pelindung terhadap sinar matahari, hujan, angin, dan cuaca
2. Tiang (shank), memperkuat kanopi atau pelindung
3. Pegangan (handle), penahan tiang dan kanopi, merupakan kekuatan atau
fondasi perlindungan terhadap berbagai perubahan cuaca
v
b. Modul Wajib 2, 4 (empat) Konsensus Dasar Negara, dimana penekanan
konten pada ranah “menyadarkan” bahwa keempat konsensus tersebut
yaitu: Pancasila; UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika,
merupakan dasar atau landasan warga negara dalam bersikap, berpikir,
berkata dan bertindak, untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa
dan negara.
2. Pokok bahasan yang befungsi sebagai “tiang” dalam melindungi bangsa dan
negara terhadap dinamika tantangan dan ancaman perubahan jaman, disusun
6 (enam) modul yaitu:
a. Modul Wajib 3, Tataran Dasar Bela Negara, berisi tentang konsep-konsep
nilai-nilai dasar bela negara, dimana penekanan konten pada ranah
“menyadarkan” dan “membangun sikap” warga negara agar terdorong
untuk mengimplementasikan nilai-nilai dasar bela negara.
b. Modul Pilihan 3.1, Wawasan Kebangsaan, berisi tentang konsep-konsep
kebangsaan, merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara.
Pemahaman wawasan kebangsaan diperlukan untuk “menyadarkan” dan
“membangun sikap” membela bangsa Indonesia.
c. Modul Pilihan 3.2, Wawasan Nusantara, berisi tentang konsep-konsep
nusantara atau kewilayahan, merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela
negara. Pemahaman kewilayahan diperlukan untuk “menyadarkan” dan
“membangun sikap” membela negara kepulauan Indonesia.
d. Modul Pilihan 3.3, Kearifan Lokal, berisi tentang konsep-konsep kearifan lokal
atau jatidiri bangsa, merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara.
Pemahaman kearifan lokal diperlukan untuk “menyadarkan” dan “membangun
sikap” warga negara dalam merevitalisasi kearifan lokal sebagai upaya
mempertahankan kesinambungan hidup bangsa dan negara.
e. Modul Pilihan 3.4, Ketahanan Nasional, berisi tentang konsep-konsep
ketahanan nasional, merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara.
Pemahaman ketahanan nasional “menyadarkan” dan “membangun sikap” untuk
meningkatkan astagatra ketahanan dalam upaya bela negara.
f. Modul Pilihan 3.5, Kepemimpinan, berisi tentang konsep-konsep kepemim-
pinan, merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara. Pemaha-man
vi
kepemimpinan diperlukan untuk “menyadarkan” dan “membangun sikap” dalam
memimpin program aksi bela negara menghadapi tantangan dan ancaman
perubahan jaman, demi keberlangsungan hidup bangsa dan negara
vii
DESAIN INSTRUKSIONAL MODUL PKBN
SERI
1 MODUL : SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
WAJIB
SERI
2 MODUL : 4 (EMPAT) KONSENSUS DASAR NEGARA
WAJIB (PANCASILA; UUD NRI 1945 ; NKRI; BHINEKA TUNGGAL IKA)
SERI MODUL :
3.1 WAWASAN KEBANGSAAN
PILIHAN
SERI MODUL :
3.2
PILIHAN
WAWASAN NUSANTARA
MODUL :
SERI
TATARAN DASAR
SERI MODUL :
3 3.3
WAJIB BELA NEGARA PILIHAN
KEARIFAN LOKAL
SERI MODUL :
3.4
PILIHAN
KETAHANAN NASIONAL
SERI MODUL :
3.5
PILIHAN
KEPEMIMPINAN
SERI MODUL :
4.1 PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN
PILIHAN TERORISME
MODUL :
SERI SISTEM SERI MODUL :
4 4.2
PERTAHANAN PENCEGAHAN KORUPSI
WAJIB PILIHAN
SEMESTA SERI MODUL :
4.3
PENGETAHUAN CYBER
PILIHAN
Gambar 2 : Desain Instruksional Modul PKBN
viii
Setiap Topik Modul PKBN disusun berdasarkan alur pikir yang diawali dengan
pengertian atau pemahaman dari judul topik bahasan, kemudian di elaborasi pada
konsep-konsep dari topik bahasan, selanjutnya pembahasan digiring mengerucut pada
paparan implementasi kearah gerakan nasional bela negara. Alur pikir pembahasan topik
Modul PKBN, dapat dilihat pada gambar 3 – desain instruksional setiap topik modul.
Modul PKBN dirancang sebagai bekal atau pedoman mengajar bagi para
Instruktur/ Pengajar/Pembina/Widyaiswara, yang ditugaskan untuk menyadarkan,
menginternalisasi-kan nilai-nilai dasar bela negara, membentuk serta memberdayakan
sikap dan perilaku nyata warga negara untuk secara terus-menerus membela bangsa
dan NKRI, yang terwujud di dalam tindakan warga negara sehari-hari, baik di lingkup
pendidikan, lingkup masyarakat maupun lingkup pekerjaan.
Penyusun sangat menyadari bahwa modul ini jauh dari sempurna. Dengan segala
kekurangan yang ada pada modul ini, kami mohon kesediaan pembaca untuk dapat
memberikan masukan yang konstruktif guna penyempurnaan selanjutnya, semoga
modul ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
ix
DAFTAR ISI
x
B. KELOMPOK PESERTA PKBN ……………………………………………………… 57
xi
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
iv
viii
xii
DESAIN INSTRUKSIONAL - EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA
xiii
A. MATERI/BAHAN AJAR
Bagian I
1. Latar Belakang
Dalam ruang geografis ada berbagai suku bangsa, etnis, agama, budaya dan
berbagai keturunan bangsa asing, yang tinggal bersama dan melakukan kehidupan
sehari-hari dalam satu wadah Kesatuan Negara Indonesia atau Negara Kesatuan
Republik Indonesia disingkat NKRI. Wadah NKRI berdasarkan Pancasila, oleh karena
itu rasa kebangsaan warga negara Indonesia (WNI) berdasarkan nilai-nilai Pancasila,
yang disebut juga nasionalisme Pancasila.
Bila kita menengok pada lingkungan strategis atau lingkungan diluar negara,
hubungan antar bangsa senantiasa diwarnai oleh kompetisi dan kerjasama. Dalam
hubungan tersebut, setiap bangsa berupaya untuk mencapai dan mengamankan
kepentingan nasionalnya masing-masing dengan menggunakan semua instrumen
kekuatan nasional yang dimilikinya.
Dalam kaitan kepentingan nasional itulah, bangsa Indonesia tentu saja harus
senantiasa mengembangkan dan memiliki kesadaran akan pentingnya ruang (space
consciousness) dan kesadaran geografis (geographical awareness) dimana seseorang
hidup. Kita sebagai bangsa Indonesia memiliki ruang hidup sebuah Negara kesatuan
yang juga negara kepulauan. Hal ini secara logis harus disadari, karena Indonesia
berada pada posisi geografis yang strategis dan terbuka serta mengandung keragaman
potensi sumber kekayaan alam, yang merupakan peluang dan keuntungan bagi bangsa
Indonesia dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya. Namun di sisi lain, posisi
geografis yang menjadi perlintasan dan pertemuan kepentingan berbagai negara ini,
mengandung pula kerawanan dan kerentanan karena pengaruh perkembangan
lingkungan strategis yang dapat berkembang menjadi ancaman bagi ketahanan bangsa
dan pertahanan Negara.
1
Oleh sebab itu bangsa Indonesia harus memiliki wawasan atau cara pandang
tentang diri dan lingkungannya. Baik berupa Wawasan Kebangsaan yaitu cara pandang
tentang konsep-konsep mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi
oleh jatidiri bangsa serta kesadaran terhadap sistem nasional dalam memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara, demi mencapai visi Indonesia.
Juga berupa Wawasan Nusantara atau cara pandang tentang konsep-konsep kepulauan
wilayah NKRI yang meliputi darat, laut, dan udara di atasnya sebagai suatu kesatuan
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Wawasan Nusantara
sebagai pandangan geopolitik, yang memandang wilayah nusantara sebagai ruang
hidup, yang harus dipertahankan dan dikelola sebagai sumber kehidupan bangsa
Indonesia dalam mencapai tujuan dan cita-cita nasional, agar kedaulatan negara,
keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan segenap bangsa tetap terjaga
keberlanjutannya di setiap era perkembangan jaman. Seperti yang ditegaskan oleh Bung
Karno betapa pentingnya geopolitik, sehingga tidak hanya keutuhan bangsa yang
penting, tetapi juga keutuhan tanah air.1
Rasa kebangsaan sebagai manifestasi dari rasa cinta tanah air, pada giliranya
membangkitkan kesadaran kita akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa, serta
pentingnya menjaga tanah air. Bagi Bung Karno, rasa kebangsaan bukan lagi cita –cita,
tetapi satu fakta objektif, mengalami penderitaan dan pengalaman yang sama, laksana
mempunyai jiwa yang sama, antara lain rasa kebangsaan2. Pengembangan rasa
kebangsaan dalam wawasan kebangsaan berlandaskan pada Empat Konsensus Dasar
Negara atau Empat Pilar Kebangsaan sebagai soko gurunya, yaitu: Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945), Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan inti
dari pembahasan Modul ini.
1
Buku Induk: Nilai-Nilai Kebangsaan Indonesia Yang bersumber dari Empat Konsensus Dasar Bangsa. (Lembaga Ketahanan
Nasional Republik Indonesia Tahun 2012), hal 2
2 Bung Karno. Kebangsaan Dalam Pancasila, Penyunting Floribetta Aning. Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno. Yogyakarta:
2
2. Pengertian Empat Konsensus Dasar Negara
Empat Konsensus Dasar Negara yang juga disebut Empat Pilar Kebangsaan
adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia merasa nyaman,
aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam gangguan dan
bencana. Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara kokoh.
Bila tiang rapuh maka bangunan akan mudah roboh. Maknanya 4 konsensus dasar
negara sebagai fondasi atau dasar yang menentukan kokohnya bangunan kehidupan
berbangsa dan bernegara, karena berisi nilai-nilai kebangsaan yang harus dipahami
oleh seluruh masyarakat.
3
Setiap pilar memiliki tingkat, fungsi dan konteks yang berbeda. Pada prinsipnya,
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, kedudukannya berada di atas tiga pilar
yang lain. Empat pilar tersebut merupakan prasyarat minimal bagi bangsa Indonesia
untuk berdiri kokoh dan meraih kemajuan berlandaskan karakter kepribadian bangsa
Indonesia sendiri.
3. Landasan Hukum
Inti dari Inpres Nomor 6 tahun 2005, adalah tentang dukungan dan bantuan bagi
kelancaran terlaksananya sosialisasi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, sesuai lingkup tugas
kewenangannya.
Pemikiran Taufiq Kemas tentang 4 Pilar ini pertama kali diungkap saat pelun-
curan bukunya yang berjudul Empat Pilar untuk Satu Indonesia: Visi Kebangsaan dan
Pluralisme, di Jakarta pada 22 Februari 20128. Taufiq mengungkapkan keyakinannya
bahwa 4 Pilar, terutama Pancasila, merupakan rumusan cita-cita besar bangsa
Indonesia. "Pancasila adalah terjemahan dorongan hati manusia Indonesia ke dalam
5
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 jo Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014, Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, Pasal 5
huruf a dan b, Pasal 11 huruf c.
6
Peraturan MPR RI NOMOR 1 TAHUN 2014 Tentang Tata Tertib MPR RI Pasal 6 huruf a dan b, Pasal 13 huruf c.
7
INPRES NO.6 TAHUN 2005 Tentang Dukungan Kelancaran Pelaksanaan Sosialisasi Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Yang Dilakukan Oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
8
Liputan6. Pilar Kebangsaan Buah Pikiran Taufik Kiemas ,diunduh dari https://www.liputan6.com/news/read/607766/4-pilar-
kebangsaan-buah-pikiran-taufiq-kiemas https, diakses Rabu, 18 Desember 2019.
4
dimensi sosial-politik. Dalam Pancasila, bangsa Indonesia melihat wajahnya
sebagaimana ia mencita-citakan,"
Pencetusan ide ini diterima secara aklamasi pada tahun 2009. Setelah terpilih
sebagai Ketua MPR, Taufiq secara marathon melakukan berbagai rapat dengan ketua
fraksi MPR untuk membuat sebuah program sosialisasi Undang-Undang Dasar 1945 dan
juga Pancasila. Dari sinilah gagasan Empat Pilar kebangsaan berawal. Gagasan ini
dibuat untuk menunjukkan betapa pentingnya menjaga kesatuan dan persatuan serta
mengamalkan Pancasila.
Pada awal munculnya gagasan Empat Pilar Kebangsaan dihadapkan pada kritik
dan perdebatan yang cukup keras. Empat Pilar Kebangsaan yang berasal dari
Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika dianggap tidak pantas
disejajarkan. Alasannya karena Pancasila yang merupakan dasar negara memiliki nilai
lebih tinggi dibandingkan 3 pilar lainnya. Selain itu, perdebatan juga muncul dari
penetapan tanggal lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1945, kenapa bukan pada tanggal 18
Agustus 1945. Beberapa pihak berpendapat bahwa Pancasila lahir pada 18 Agustus
1945 setelah disahkan oleh PPKI menjadi dasar negara Indonesia.
a. Alasan Pancasila lahir 1 Juni 1945, karena pada saat itu Bung Karno pertama
kalinya berpidato dan mengeluarkan gagasan mengenai 5 pokok dasar negara
dihadapan sidang BPUPKI. Sedangkan 18 Agustus kini diperingati sebagai hari
konstitusi karena pada hari itu PPKI mengesahkan Pancasila dan UUD 1945
sebagai ideologi negara. Diplomasi Taufiq Kiemas membuat semua perdebatan
yang ada kini tidak pernah muncul. MPR RI secara konsisten selalu
memperingati 1 Juni 1945 sebagai hari lahirnya Pancasila, dan 18 Agustus
1945 sebagai hari konstitusi.
b. UUD 1945 berisi rumusan aturan dasar sebagai salah satu penentu kema-juan
suatu bangsa dan Negara. Berdasarkan isi yang terkandung didalam-nya,
maka dapat dijadikan sebagai pedoman dasar berpikir untuk mengelola
berbagai potensi yang ada dalam diri setiap individu. Potensi diri lalu
dikembangkan menjadi kesadaran untuk menjaga dan melindungi bangsa dan
5
negara serta wilayah yang didalamnya terdapat sumber daya manusia, sumber
daya alam, sarana-prasarana serta kekayaan alam lainnya.
c. Karakter yang unggul sangatlah perlu di tanamkan dalam diri para generasi
muda sebab karakter merupakan akar sekaligus cerminan dari budaya sebuah
bangsa. Pemuda harus memiliki karakter yang unggul dan juga harus
didampingi oleh Empat pilar kebangsaan, agar bangsa dan negara kita menjadi
lebih maju, dan masa depan bangsa yang lebih baik.
Akhirnya pada tanggal 1 Juni di era Pemerintahan Joko Widodo ditetapkan sebagai
hari lahirnya Pancasila melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2016 Tentang Hari Lahir Pancasila, pada tanggal 1 Juni 2016.
6
Bagian II
Telah dijelaskan pada bagian I bahwa Pancasila merupakan dasar negara dan
sebagai ideologi nasional, dan Undang-Undang Dasar NRI 1945 sebagai landasan
konstitusi negara. Untuk lebih memahami Pancasila dan UUD NRI 1945, maka pada
bagian ini kedua konsensus itu akan dibahas lebih mendalam.
1. Pancasila
9
Cekkembali. Pengertian Pancasila Secara Etimologis , diunduh dari https://www.cekkembali.com/pengertian-pancasila-
secara-lengkap/3, diakses Desember 2019
7
terdapat ajaran moral untuk mencapai Nirwana dengan melalui Samadhi, dan setiap
golongan berbeda kewajiban moralnya. Ajaran ajaran moral tersebut adalah sebagai
berikut: Dasasyila, Saptasyila, Pancasyiila.
Ajaran Pancasila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau
five moral principles, yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut biasa atau
awam. Pancasyiila yang berisi lima larangan atau pantangan itu menurut isi lengkapnya
adalah sebagai berikut10:
10
Saṅgha Theravada Indonesia. Paritta Suci: Kumpulan Paritta dan Penggunaannya Dalam Upacara-Upacara.Yayasan
Dhammadīpa Ārāma, 1996-hal 36 , diunduh dari https://samaggi-phala.or.id/download/paritta/Paritta_Suci.pdf
8
Yatnaggegwani pancasyiila kartasangkarbgisekata, yang artinya raja menjalankan
dengan dengan setia kelima pantangan (Pancasila), begitupula upacara – upacara ibadat
dan penobatan-penobatan.
Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam mulai tersebar ke seluruh Indonesia
maka sisa-sisa pangaruh ajaran moral Budha (Pancasila) masih juga dikenal dalam
masyarakat Jawa, yang disebut dengan “Lima larangan” atau “lima Pantangan” moralitas
yaitu dilarang: Mateni, artinya membunuh, Maling, artinya mencuri, Madon, artinya
berzina, Mabok, artinya minum minuman keras atau menghisap candu, Main, artinya
berjudi. Semua huruf dalam ajaran moral tersebut diawal dengan huruf “M” atau dalam
bahasa Jawa disebut “Ma lima” atau “M 5” yaitu lima larangan.
9
Berikut ini proses perumusan Pancasila dalam sidang BPUPKI, yang diawali
dengan pidato Mr. Muh. Yamin, berikutnya pidato Ir. Soekarno, hingga rumusan panitia
sembilan yang diketuai oleh Ir Soekarno (dikenal dengan Piagam Jakarta) :
Rumusan Pertama, Pidato Mr. Muhammad Yamin pada tanggal 29 Mei 1945,
yang menghasilkan 5 Asas Dasar Negara Indonesia Merdeka, yaitu :
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Rakyat.
Rumusan Kedua, Pada tanggal 1 Juni 1945, pidato Ir. Soekarno di Sidang
BPUPKI, menyampaikan alternatif rumusan 5 sila versi Bung Karno, yaitu:12
1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasional atau perikemanusiaan
3) Mufakat atau demokrasi
4) Kesejahteraan Sosial
5) Ketuhanan yang berkebudayaan.
Pidato Ir. Soekarno tentang Pancasila sebagai “dasar falsafah negara”, yang
dengan tegas mengusulkan filosofische grondslag untuk negara yang akan dibentuk,
diterima secara aklamasi oleh seluruh anggota BPUPKI, menjadi keputusan- keputusan
BPUPKI yang bersifat mengikat, tidak lagi sebatas pendapat pribadi Soekarno. Bahkan
pidato steno-grafisch verslag tersebut, oleh Panitia Kecil yang dibentuk BPUPKI dijadikan
sebagai “bahan baku untuk menghasilkan rumusan final Pancasila”.
Rumusan Ketiga (Final), pada sidang tanggal 22 Juni 1945, yang disusun oleh
“Panitia Sembilan” menghasilkan rumusan Pancasila yang dikenal sebagai “Piagam
Jakarta”, yaitu :
12 Tribun News. Hari Lahir Pancasila: Pidato Lengkap Bung Karno 1 Juni 1945 di Sidang BPUPKI, Soekarno sebut Sarinem Samiun
dan Marhaen, diunduh dari : https://wartakota.tribunnews.com/2019/06/01/pidato-lengkap-bung-karno-1-juni-1945-di-
sidang-bpupki-soekarno-sebut-sarinem-samiun-dan-marhaen?page=2
10
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Komposisi Panitia Sembilan terdiri dari empat orang kelompok Kebangsaan yakni
Mohammad Hatta, Alexander Andires Maramis, Mohammad Yamin, Achmad Soebardjo
dan empat orang kelompok Islam yakni K.H. Wachid Hasjim, H. Agus Salim, Abdoel
Kahar Moezakir, dan Abikoesno Tjokrosoejoso, serta Soekarno sebagai ketua Panitia
Sembilan.
Pemerintahan Jokowi yang telah menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahirnya
Pancasila melalui Keppres nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahirnya Pancasila.13
Keppres tersebut menempatkan kembali sejarah proses kelahiran Pancasila
berdasarkan fakta sejarah tanpa bermaksud mengganti rumusan final sila-sila Pancasila.
Terbitnya Keppres tersebut juga berarti negara telah menyatakan eksistensinya
sekaligus memberikan kepastian bagi seluruh rakyat Indonesia bahwa dokumen yang
dapat dipelajari dan dipahami sebagai tafsir otentik sila-sila Pancasila menurut
11
Pembentuk Negara terletak pada Pidato Soekarno 1 Juni 1945 dan Rumusan Final
Pancasila yang tertera di “Piagam Jakarta”.
Tidak ada kebudayaan yang statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika dan
gerak. Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup dalam
masyarakat yang menjadi wadah dari kebudayaan tadi. Dimana gerak manusia terjadi
oleh karena setiap individu mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya.
14
Pengertian Budaya: Arti, Unsur-Unsur, Wujud, dan Faktor-Faktor Budaya, diunduh dari
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-budaya.html, diakses 21 April 2020
15 ibid
12
Faktor dalam yang mempengaruhi kebudayaan berasal dari masyarakat dan kebudayaan
itu sendiri. Setiap kebudayaan pasti mengalami kemajuan dan menelaah setiap dasar
kebudayaan yang mana yang merugikan dan mana yang menguntungkan dan baik bagi
perkembangan zaman dan teknologi seiring waktu.
Dengan demikian jati diri bangsa dapat dilihat dari cara hidupnya , baik dalam
kehidupan berpolitik, berideologi, berekonomi, bermasyarakat, serta bagaimaa dia
mempertahankan diri dari segala bentuk amcaman. Cara hidup bangsa Indonesia harus
dilandasi nilai nilai dalam Pacasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yangt
adil dan beradab, Persatuan Indonesia serta kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawatan serta terwujudnya keadilan sosial. Pancasila di gali
dari nilai nilai yang ada di masyarkat Indonesia, dan oleh sebab itu menggali nilai nilai
kearifan lokal menjadi penting, karena bersumber dari masyarakat Indonesia sendiri.
Misalnya tarian Cakalele sebagai tarian perang yang memberi semangat jiwa
kepahlawanan, Karapan Sapi di Madura, di Bali namanya Makepung suatu budaya lomba
sapi, Debus dari banten merupakan seni bela diri, Upacara Kasada bromo dilakukan oleh
masyarakat Tengger yang bermukim di Gunung Bromo Jawa Timur, mereka melakukan
ritual ini untuk mengangkat seorang Tabib atau dukun disetiap desa.
Menurut Sunaryo, Pancasila sebagai jati diri Bangsa Indonesia. Pancasila adalah
suatu filsafat yang merupakan fundamen pikiran, jiwa dan hasrat yang sedalam-
dalamnya yang diatasnya didirikan gedung Indonesia merdeka yang kekal dan abadi .
Dalam artian bahwa Pancasila-lah yang menjadi pondasi awal berdirinya bangsa yang
memiliki cita-cita dan tujuan hidup yang sejalan dengan nilai-nilai yang ada sejak
kemerdekaan bangsa Indonesia hingga hari ini. Oleh karena itu bangsa Indonesia
berkewajiban mempertahankan kemurnian Pancasila ditengah gencarnya arus
globalisasi.16
Tantangan bagi bangsa Indonesia untuk merevitalisasi nilai dasar bela negara
yang ketiga yaitu setia pada Pancasila sebagai ideology negara, ditengah semakin
16
Rahmi Wati. Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa, diunduh dari
https://www.kompasiana.com/irahmi/570ee93f937a61f80407493a/pancasila-sebagai-jati-diri-bangsa, diakses 19 Desember
2019
13
meredupnya Pancasila sebagai jatidiri bangsa di kehidupan masyarakat Indonesia. Nilai-
nilai Pancasila seolah telah ditinggalkan masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-
hari. Sebagai contoh, rasanya masih hangat dalam perbincangan masyarakat Indonesia
tentang kasus pelecehan terhadap Pancasila yang dilaporkan, antara lain: Zaskia Gotik
yang melakukan penghinaan /pelecehan terhadap Pancasila, mengakui bahwa dirinya
tidak tahu mengenai lambang gambar masing-masing sila; Habib Rizieq Shihab yang
dilaporkan Sukmawati tanggal 15 Mei 201717, yang dinilai menghina Pancasila, dengan
ucapannya menyatakan “Pancasila Sukarno ketuhanan ada di pantat, sedangkan
Pancasila Piagam Jakarta Ketuhanan ada di kepala”18’.
Pancasila merupakan hasil pemikiran dan kristalisasi dari nilai-nilai kehidupan dan
cita-cita masyarakat Indonesia yang sumbernya tidak lain adalah dari kehidupan bangsa
Indonesia yang majemuk (plural) dengan berbagai ragam budaya, suku bangsa, agama,
serta bahasa (multicultural).19
Berikut ini makna setiap sila, serta nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam
Pancasila yang juga merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam nilai dasar bela
negara:20
1) Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Manusia sebagai makhluk yang ada
di dunia ini seperti halnya makhluk lain diciptakan oleh pencipta-nya yaitu
Tuhan Yang Maha Esa. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib
melaksanakan semua perintah Tuhan dan menjauhi semua larangan-Nya
serta istiqomah.
17
Tribun News. Tanya Kasus Rizieg Shihab Sukmawati Datangi Polda Jabar , diunduh dari
https://www.tribunnews.com/regional/2017/05/15/tanya-kasus-rizieq-shihab-sukmawati-datangi-polda-jabar, diakses,
rabu 18 Desember 2019.
18 Detik News. Ini Kronologis Kasus Dugaan Penodaan Pancasila Oleh Habib Rizieg , diunduh dari
https://news.detik.com/berita/d-3409531/ini-kronologi-kasus-dugaan-penodaan-pancasila-oleh-habib-rizieq, diakses
Rabu, 18 Desember 2019
19 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit, hal. 33
20 Ibid, hal. 33 - 35
14
dan keyakinan lain yang tumbuh dan diakui di Indonesia. Hal ini sebagai
konsekuensi dari mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa.
15
seseorang bertindak adil apabila dia memberikan sesuatu kepada orang lain
sesuai dengan haknya. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam
arti dinamis dan meningkat.
Undang-Undang Dasar atau konstitusi bagi suatu negara yang berdasar pada
hukum (supremacy by law) adalah sangat penting, karena merupakan fundamen atau
hukum dasar yang menjadi acuan bagi penyelenggaraan pemerintahan negara guna
mencapai cita-cita nasionalnya.22
21
Pengertian, Fungsi dan Kedudukan UUD 1945, diunduh dari https://www.artonang.com/2015/10/pengertian-fungsi-dan-
kedudukan-uud-1945.html, diakses 22 April 2020
22 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit, hal. 35
16
berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara, meskipun tidak ditulis”23. Namun
ketika bangsa ini sedang mempersiapkan kemerde-kaannya para pendiri negara ( the
founding fathers) telah memikirkan landasan filosofi dan landasan hukum bagi negara
Indonesia yang akan dibentuk.
Undang-Undang Dasar 1945 yang disahkan oleh PPKI ini, yang dimuat dalam
Berita Republik Indonesia Tahun II Nomor 7 Tanggal 15 Februari 1946, dalam
perjalanannya mengalami pasang surut. Ketika dibentuk Negara Indonesia Serikat
berlakulah UUD RIS, maka UUD 1945 hanya berlaku untuk Negara Indonesia yang
beribukota di Yogyakarta. Saat negara RIS dibubarkan dan kembali kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia, maka UUD RIS dan UUD 1945 dinyatakan tidak berlaku
lagi dan diganti dengan UUDS tahun 1950. Melalui Dekrit 5 Juli 1959 diberlakukan
kembali UUD NRI 1945, dengan sistem pemerintahan berdasarkan demokrasi ter-pimpin.
Kemudian Orde Baru mengambil alih kekuasaan pada tahun 19654 dan ber-keinginan
untuk memurnikan kembali implementasi jiwa yang terkandung dalam UUD 1945, namun
pelaksanaannya banyak terjadi penyimpangan. Selanjutnya kaum re-formis berhasil
melengserkan Presiden Soeharto pada tahun 1998, maka mulailah dilakukan
amandemen terhadap UUD NRI Tahun 1945 dalam empat tahap, sesuai dengan cita-
cita untuk melakukan penataan kembali terhadap sistem kenegaraan Indonesia agar
lebih baik, dan sesuai dengan tuntutan jaman dan tuntutan demokratisasi di semua aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara.24
23
Penjelasan Tentang Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, diunduh dari : https://ngada.org/uud01-1945pjl.htm
24
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 37-38
25 Andi Akbar Muzfa. Rangkuman Amandemen UUD 1945 Lengkap, dikutip dan disari dari:
https://seniorkampus.blogspot.com/2017/10/rangkuman-amandemen-uud-1945-lengkap.html
17
dan melakukan koreksi terhadap pasal-pasal yang ada, tanpa harus melakukan
perubahan terhadap hal-hal yang mendasar dalam UUD 1945 itu sendiri. Secara umum,
tujuan amandemen UUD 1945 adalah sebagai berikut :
1) Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan Negara
2) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan
rakyat
3) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan HAM
4) Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara secara demokratis dan
modern
5) Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan Negara
6) Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara.
18
c. Nilai Kebangsaan yang terkandung dalam UUD NRI 1945
1) Kesadaran hakiki bahwa manusia memiliki harkat dan martabat sebagai insan yang
merdeka, bebas dari segala bentuk penjajahan atau eksploitasi oleh siapapun dan dari
pihak manapun.
3) Kesadaran rakyat sebagai manusia religius yang mengakui bahwa Tuhan Yang Maha
Kuasa adalah kekuatan terbesar (Maha Besar) yang oleh kehendak-Nya lah,
perjuangan kemerdekaan bangsa ini memperoleh hasil.
5) Tujuan nasional dan tujuan bagi penyelenggaraan negara, merupakan misi negara
yang harus diemban oleh segenap perangkat penyelenggara negara dalam
menjalankan pemerintahan negara RI, yaitu : “melindungi segenap bangsa Indo-nesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial …”.
19
1) Nilai Demokratis, mengandung makna bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat,
setiap warga negara memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan pemerintahan.
2) Nilai Kesamaan Derajat, setiap warga negara Indonesia memiliki hak yang sama di
depan hukum.
3) Nilai Ketaatan Hukum, setiap warga negara Indonesia tanpa pandang bulu wajib
mentaati setiap hukumj dan peraturan yang berlaku
20
Bagian III
a. Bentuk Negara
1) Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe,
tanah Indonesia.
2) Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe,
bangsa Indonesia.
3) Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean,
bahasa Indonesia.
28 Noto Nagoro Dalam Kaelan.2007. Pendidikan Kewarganegaraam Untuk Perguruan Tinggi. Jogyakarta: Parafdigma, hal 39
29
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 41
30
Wikipedia. Sumpah Pemuda, dikutip dan disari dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Pemuda
21
Pada masa itu kaum muda bersumpah untuk mewujudkan suatu negara (nusa)
yang bernama Indonesia. Konsep satu nusa ini kemudian dikembangkan saat para
pendiri negara bermusyawarah dalam sidang-sidang BPUPKI untuk membahas bentuk
negara Indonesia yang sedang dipersiapkan. Berdasarkan musyawarah mufakat
disetujuilah bentuk negara yang akan dibangun adalah republik. Dari sinilah konsep
“negara kesatuan” dimulai. Konsep negara kesatuan (NKRI) yang tertuang dalam
rancangan Undang-Undang Dasar NRI 1945 hasil BPUPKI, selanjutnya disahkan
menjadi bentuk negara yang disepakai secara nasional oleh PPKI.31
UUD 1945 dalam Pasal 1 ayat 1 berbunyi "Negara Indonesia adalah Negara
Kesatuan Yang Berbentuk Republik". Artinya hanya ada satu Negara dan satu
Pemerintahan pusat yang memiliki kekuasaan tertinggi didalam suatu pemerintahan yang
disebut dengan bentuk pemerintahan republik. Menurut Undang-Undang Dasar 1945,
kedaulatan berada di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD. Sistem
pemerintahannya yaitu negara berdasarkan hukum (rechsstaat). Dengan kata lain,
penyelenggara pemerintahan tidak berdasarkan pada kekuasaan lain (machsstaat).
Dengan berlandaskan pada hukum ini, maka Indonesia bukan negara yang bersifat
absolutism (kekuasaan yang tidak terbatas), artinya kekuasaan dibatasi oleh hukum.32
Konsep bentuk negara NKRI yang dituangkan dalam UUD NRI 1945, dalam
perjalanannya pernah dihapus dari sistem pemerintahan negara Indonesia, yaitu saat
dibentuknya Negara Republik Indonesia Serikat sebagai hasil Konferensi Meja Bundar di
Den Haag Belanda, yang kemudian dikukuhkan dalam UUD Republik Indonesia Serikat
(RIS). Namun demikian konsep negara federal ini tidak bertahan lama, karena secara
terus-menerus berbagai negara bagian, yang dimulai dari negara bagian Jawa Timur dan
dilanjutkan oleh Negara Pasundan mulai menyerahkan kewenangan pemerintahannya
kepada pemerintah pusat. Puncak dari penyerahan kewenangan negara bagian dari RIS
adalah disetujuinya “mosi integral” Parlemen RIS yang berisi desakan agar Indonesia
segera kembali dalam bentuk Negara Kesatuan yang dipelopori oleh M. Natsir pada
tanggal 13 April 1950. Perwujudan penyerahan kewenangan yaitu ditandatangani-nya
22
“Piagam Persetujuan antara RIS dan RI untuk kembali kepada NKRI.” Piagam itu ditanda-
tangani oleh Moh. Hatta sebagai wakil RIS dan Perdana Menteri Abdul Halim sebagai
wakil RI. Bentuk NKRI ini tetap menjadi konsensus nasional dan tidak akan dilakukan
perubahan, yang juga ditegaskan dalam UUD NRI 1945 hasil amandemen pasal 25A.33
Semenjak lahirnya reformasi pada akhir tahun 1997, telah terjadi perubahan pada
sistem pemerintahan Indonesia bangsa dan negara Indonesia, yaitu dari pemerintahan
yang sentralistik menjadi desentralisasi atau otonomi daerah. Ditetap-kannya UU No. 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah,34 serta UU No.
28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bebas KKN,35
merupakan tonggak awal dari diberlakukannya sistem otonomi daerah di Indonesia. Inti
dari tujuan reformasi adalah untuk membentuk negara berdasarkan hukum (rechtstaat )
dan mengakhiri negara yang berdasarkan kekuasaan lain (machtsstaat) dengan
menggulirkan Pemilu tahun 1999 dengan format multipartai dan mengamandemenkan
UUD NRI 1945 yang dinilai mengandung unsur machtsstaat di dalamnya. Jabatan
Presiden di dalam pasal 7 UUD Negara Republik Indonesia setelah amandemen
maksimal dua periode.36
Tujuan negara merupakan ide yang bersifat abstrak-ideal berisi harapan yang
dicita-citakan. Tujuan utama berdirinya negara pada hakikatnya menciptakan kebahagian
rakyatnya (bonum publicum/common-wealth), yang mencakup37:
23
pelaksanaan peraturan-peraturan pada segenap fungsionaris negara,
terdapat pula badan-badan, prosedur dan usaha-usaha yang dimengerti oleh
segenap warga negara dan dilaksanakan untuk memajukan kebahagian
bersama.
3) Fungsi keadilan (justice), terwujudnya suatu sistem di mana terdapat saling
pengertian dan prosedur-prosedur yang diberikan kepada setiap orang apa
yang telah disetujui dan telah dianggap patut.
4) Kesejahteraan (welfare), kesejahteraan meliputi keamanan, ketertiban,
keadilan dan kebebasan.
5) Kebebasan (freedom), adalah kesempatan mengembangkan dengan bebas
hasrat -hasrat individu akan ekspresi ke-pribadiannya yang harus disesuai-
kan gagasan kemakmuran umum. Bagaimana dengan tujuan negara
Indonesia? Tujuan Negara Indonesia se-perti tertuang dalam Alinea IV
Pembu-kaan UUD 1945, yaitu:
a) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
b) Memajukan kesejahteraan umum,
c) Mencerdaskan kehidupan bangsa,
d) Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Kekuasaan tertinggi dalam NKRI berada di tangan rakyat. Sebagai negara yang
merdeka dan berdaulat, konsep negara kesatuan dan negara kepulauan akan
menentukan batas-batas wilayah negaranya, serta menentukan sistem pengamanan
yang tepat diterapkan untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI, dan menentukan
sistem politik serta penyelenggaraan pemilihan umum baik untuk perwakilan maupun
24
pimpinan daerah, dalam semangat bela negara bersama-sama menjaga NKRI dari
berbagai ancaman.
Rasa kebangsaan adalah dorongan emosional yang lahir dalam perasaan setiap
warga negara, baik secara perorangan maupun kelompok, tanpa memandang suku, ras,
agama, maupun keturunan. Rasa itulah yang menumbuhkan Internalisasi suatu
masyarakat yang didambakan (imagined society) dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang bernama bangsa Indonesia.38 Rasa kebangsaan merupakan
refleksi dari rasa memiliki (sense of belonging), merupakan sublimasi dari Sumpah
Pemuda yang menyatukan tekad menjadi bangsa yang kuat, dihormati dan disegani
diantara bangsa-bangsa di dunia. Kita tidak akan pernah menjadi bangsa yang kuat atau
besar, manakala kita secara individu maupun kolektif tidak merasa memiliki bangsanya.
Rasa kebangsaan adalah suatu perasaan rakyat, masyarakat, dan bangsa terhadap
kondisi bangsa Indonesia, dalam perjalanan hidupnya menuju cita-cita bangsa, yaitu
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945.39 Menguatnya
rasa kebangsaan secara individual dan kelompok menjadi energy dan pengendapan
nilai-nilai kebangsaan, yang kemudian melahirkan faham dan semangat
kebangsaan. Nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang juga terkandung di dalam nilai dasar bela negara, adalah sebagai
berikut: 40
38
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal 44
39
Bahan Ajar: Wawasan Kebangsaan. (Ditjen. Pothan, Kementerian Pertahanan, 2018), hal.42
40
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal 46
25
Faham kebangsaan merupakan pemahaman tentang keberadaan jati diri
seseorang atau sekelompok orang sebagai satu bangsa, juga dalam memandang dirinya
dan bertingkah lalu sesuai falsafah hidup bangsanya dalam lingkup internal dan lingkup
eksternalnya. Pemahaman ini mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar
menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi atau golongan. Pemahaman ini mendorong setiap warga
negara sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa. Faham kebangsaan ini
dilandasi oleh Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa yang
mengandung nilai-nilai dasar yang dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah
laku yang pada akhirnya bermuara pada terbentuknya karakter bangsa.41 Sedangkan
semangat adalah perpaduan atau sinergi dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan.
Kondisi semangat kebangsaan atau nasionalisme suatu bangsa akan terpancar dari
kualitas dan ketangguhan bangsa tersebut dalam menghadapi berbagai ancaman.42
a. Pengertian
41
Ibid
42
Ibid
26
Bangsa Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa Bhinneka Tunggal Ika
merupakan salah satu pilar, selain UUD RI 1945 dan NKRI, demi kokohnya kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia. Implementasi terhadap Bhinneka Tunggal Ika bisa
tercapai bila rakyat dan seluruh komponen bangsa mematuhi prinsip yang terkandung
di dalamnya. Beberapa contoh implementasi Bhinneka Tunggal Ika meliputi: Perilaku
inklusif mengakomodasi sifat pluralistic, tidak mencari menang sendiri, melakukan
musyawarah untuk mufakat yang dilandasi rasa kasih sayang dan rela berkorban.
Perilaku inklusif artinya seseorang harus menganggap bahwa dirinya sedang berada di
dalam suatu populasi yang luas. Sehingga tidak melihat dirinya melebihi dari yang lain,
begitu juga dengan kelompok. Kepentingan bersama lebih diutamakan daripada sebuah
keuntungan pribadi atau kelompoknya. Kepentingan bersama bisa membuat segala
komponen merasa puas dan senang. Masing-masing kelompok mempunyai peranan
masing-masing di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tapi bila kondisi plural
tidak dimanfaatkan dengan baik, maka sangat mungkin akan berpotensi terjadinya
disintegrasi bangsa.43
Jumlah agama, ras, suku bangsa, bahasa, adat dan budaya yang ada di Indonesia
sangat banyak dan beragam. Sikap saling toleran, saling menghormati, saling mencintai,
dan saling menyayangi menjadi hal mutlak yang dibutuhkan oleh segenap rakyat
Indonesia. Supaya tercipta masyarakat yang tenteram dan damai. Tidak mencari
menang sendiri. Perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah terjadi pada zaman
sekarang. Apalagi dengan diberlakukannya sistem demokrasi yang menuntut segenap
rakyat bebas mengungkapkan pendapat masing-masing. Oleh sebab itu, untuk
mencapai prinsip ke-Bhinnekaan maka setiap warga negara harus saling menghormati
antara satu pendapat dengan pendapat yang lain. Perbedaan ini tidak untuk dibesar-
besarkan tetapi untuk dicari suatu titik temu dengan mementingkan suatu kepentingan
bersama. Sifatnya konvergen harus benar-benar dinyatakan dalam hidup berbangsa
dan bernegara, jauhkan sifat divergen.44
43
Arum Sutrisni Putri. Bhinneka Tunggal Ika: Makna dan Implementasi, diunduh dari :
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/110000369/bhinneka-tunggal-ika--makna-dan-implementasi?page=all,
diakses, diakses 19 Desember 2019
44 Ibid
27
b. Tinjauan Bhinneka Tunggal Ika secara historis
Seperti yang dipaparkan dimuka bahwa semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang
ditulis oleh Empu Tantular dalam kitab Sutosoma lengkapnya berbunyi Budha Syiwa
Maha Syiwa Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharmma Mangrwa, adalah merupakan
kondisi bulat dan utuh dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencapai tujuan
bernegara. Seloka/slogan ini menekankan pentingnya kerukunan antar umat dari
agama yang berbeda pada waktu itu yaitu Syiwa dan Budha.46
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “berbeda-beda, namun tetap satu”
merupakan perwujudan komitmen Sumpah Pemuda, yaitu satu tanah air, Tanah Air
Indonesia; satu bangsa, Bangsa Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan , Bahasa
Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika merupakan salah satu komponen Empat Konsensus
Dasar, yaitu Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, yang
merupakan inti dari wawasan kebangsaan. Konsep Bhinneka Tunggal Ika mengandung
tiga unsur utama:47
1) Ada keanekaragaman atau kemajemukan
2) Keanekaragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan yang tidak dapat
ditolak, alamiah
3) Terintegrasi dalam satu negara bangsa Indonesia.
45 Modul Pemantapan Wawasan Kebangsaan. (Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum, Dan Keamanan RI, 2014), hal:
143-144
46
Ibid
47 Ibid
28
a. Tujuan dan Kedudukan Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika ditujukan untuk menata dan mengatur tata kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi segenap warga negara, yang
menghormati dan mengharmoniskan hubungan dalam perbedaan suku, ras, agama,
bahasa dan budaya di antara warga bangsa itu sendiri. Semboyan ini menjadi pilar untuk
menyangga dan menjaga persatuan bangsa Indonesia yang tersebar dalam wilayah
nusantara, membangun hubungan yang harmonis, menjaga keseimbangan dengan
mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam keserajatan. KeBhinnekaan
mempersyaratkan adanya nilai-nilai dasar (nilai-nilai kebangsaan) untuk membentuk
keutuhan atau kesatuan. Tanpa adanya nilai-nilai dasar itu keBhinnekaan akan
menimbulkan perpecahan atau disintegrasi, sebaliknya apabila nilai-nilai dasar itu dapat
diwujudkan maka keBhinnekaan akan menghasilkan integrasi.48
Ada 3 (tiga) nilai-nilai kebangsaan yang terkandung di dalam sesanti atau nasehat
Bhinneka Tunggal Ika, yang juga terkandung di dalam nilai dasar bela negara yakni: 49
1) Nilai Toleransi, merupakan satu sikap yang mau memahami orang lain
sehingga komunikasi dapat berlangsung secara baik.
2) Nilai Keadilan, merupakan satu sikap mau menerima haknya dan gidak mau
mengganggu hak orang lain.
3) Nilai Gotong Royong/Kerjasama, merupakan satu sikap untuk membantu
pihak/orang yang lemah agar sama-sama mencapai tujuan. Ada sikap saling
mengisi kekurangan orang lain, hal ini merupakan konsekuensi dari manusia
dan daerah yang memiliki kemampuan yang berbeda dalam konteks otonomi
daerah.
48
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 49
49 Ibid, hal. 50
29
Adapun nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika sebagai nilai yang menjadikan rakyat/
warga negara dapat hidup dan menata kehidupan bersama dengan harmonis, bersatu
sebagai kekuatan pembangunan Negara, pada dasarnya tidak berbeda, dan justru
sangat relevan dengan nilai-nilai kebangsaan yang dipersepsikan dari sila-sila Pancasila,
yaitu:50
50
Ibid, hal. 51
30
Bagian IV
Pancasila sarat akan nilai-nilai moral yang menjadi dasar dalam membangun
karakter bangsa Indonesia. Karakter bangsa dalam antropologi dipandang sebagai tata
nilai budaya yang mengejawantahkan kebudayaan suatu masyarakat, dan
memancarkan ciri-ciri khas atau karakteristik dari masyarakat tersebut yang terpancar
keluar sehingga dapat ditanggapi orang luar sebagai kepribadian masyarakat itu.
Karakteristik yang terpancar dari nilai-nilai moral yang terkandung dalam Pancasila yaitu
sebagai berikut:51
b. Karakteristik yang kedua adalah menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM),
sebagaimana yang terkandung dalam sila kedua, yaitu “Kemanusiaan yang
dan beradab” pada Pancasila yang mengajak setiap warga Negara untuk
31
menjunjung tinggi martabat dan hak-hak asasi atau bertindak adil dan beradab
terhadap sesama manusia. Keadilan akan muncul bila terjadi hubungan timbal
balik antara hak dan kewajiban. Pemimpin yang menjunjung tinggi HAM akan
memiliki kesadaran tinggi atas hak dan kewajibannya sebagai seorang
pemimpin, yaitu melaksanakan kewajiban untuk memimpin rakyatnya dengan
amanah serta bersih dari tindak korupsi karena ia tidak akan mengambil yang
bukan menjadi haknya.
32
memberikan rasa aman dan nyaman bagi rakyatnya. Keadilan akan tercipta
apabila pemimpin menjalankan hak dan kewajibannya secara seimbang.
Dengan demikian, diharapkan rakyat Indonesia akan mendapatkan
kesejahteraan secara lahiriah dan batiniah.
Kelima karakter yang didasari oleh nilai-nilai Pancasila sangat dibutuhkan oleh
Bangsa Indonesia. Dengan karakter yang berlandaskan Pancasila sebagai ideologi
Negara , diharapkan pemimpin dan masyarakat mampu membawa Indonesia ke arah
yang lebih baik lagi, yaitu kepada kesejahteraan dan kemakmuran seperti yang dicita-
citakan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Karakter Bangsa yang akan dibentuk dari pernyataan yang tertuang pada
pembukaan UUD NRI tahun 1945, adalah menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam mengisi
kemerdekaan. Manusia Indonesia hendaknya memiliki 3 aspek penting, yaitu Aspek
Mentalitas, Aspek Kapasitas dan Aspek Kemampuan Beradaptasi.
33
masing-masing individu, jadi setiap individu hendaknya melatih
mentalitasnya masing-masing sehingga dapat bertahan dan dapat
menjalani hidup yang serba bersaing ini. Nilai nilai budaya bangsa
Indonesia sudah terkristalisasi dalam nilai-nilai Pancasila, dengan
demikian Pancasila dapat dijadikan pedoman dalam bersikap dan
berperilaku manusia Indonesia agar memiliki mental ke Indonesiaan.53
53Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Diunduh dari
https://www.kompasiana.com/rerewizard/54f35c70745513932b6c7243/budaya-dan-mentalitas, diakses 6 Maret 2020
54Eka Ari Wibawa. Aspek Kapasitas, diunduh dari http://bpsdm.kemenkumham.go.id/id/artikel-bpsdm/35-capacity-building-
34
ke-empat yang memuat tujuan nasional, penyusunan negara hukum, bentuk negara
Republik Indonesia, Negara Kedaulatan Rakyat dan Lima Dasar Negara.
Sebagaimana yang tertuang dalam UUD 1945 alenia ke-empat tersebut dapat
diketahui bahwa, tujuan NKRI ialah:
Melindungi setiap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia merupakan tujuan
dari hal-hal yang termasuk untuk wajib dilindungi adalah semua komponen yang
membentuk bangsa Indonesia, mulai dari rakyat, kekayaan alam, serta nilai-nilai
bangsa yang patut dipertahankan. Indikator warga negara sudah terlindungi
adalah jika hak-haknya telah terpenuhi, berdasarkan hukum negara. Hak warga
negara Indonesia sendiri telah tercantum dalam UUD NRI 1945. Hak-hak tersebut
antara lain adalah hak asasi manusia, hak mendapatkan pekerjaan, hak
perlindungan hukum yang sama, hak memperoleh pendidikan, dan lain
sebagainya.
35
dibutuhkan dalam melindungi bangsa, misalnya mempunyai hak dan kewajiban
dalam pembelaan Negara.
Sejahtera artinya aman sentosa dan makmur; selamat (terlepas dari segala
macam gangguan). Agar tercapainya sejahtera perlu upaya atau cara
menyejahterakan, yaitu perlu adanya proses penyejahteraan melalui cara,
perbuatan menyejahterakan. Sedangkan kesejahteraan merupakan keadaan
sejahtera; keamanan, keselamatan, dan ketenteraman57.
36
yang belum sesuai dengan apa yang diamanatkan konstitusi. Maka, negara harus
benar-benar hadir untuk memenuhi apa yang menjadi hak warga negara, dan
warga negara harus melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya. Hal ini
semata-mata untuk mengimplementasikan nilai konstitusi secara normatif agar
tujuan negara tercapai58.
58 Fahmi Ramadhan Firdaus, S.H. Nilai-nilai Konstitusi dalam UUD 1945 dan Maknanya, diunduh dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e6f209f4514c/nilai-nilai-konstitusi-dalam-uud-1945-dan-maknanya/,
diakses 22 April 2020
59 Ersi Purwandari. Kembali pada Filosofi dan Aksiologi Pendidikan Indonesia, diunduh dari
https://www.kompasiana.com/ersipurwandari5408/5e0e44e7097f360c955d66f2/kembali-pada-filosofi-dan-aksiologi-
pendidikan-indonesia?page=all, diakses 24 April 2020
37
pertumbuhan tubuhnya menjadi sehat dan kuat”. Kata “mencerdaskan” ialah
“menjadikan cerdas; mengusahakan dan sebagainya supaya sempurna akal
budinya”. Objek yang dicerdaskan bukan hanya manusianya, tetapi secara
keseluruhan kehidupannya. Menyangkut budaya, sistem, dan lingkungan
sehingga luas cakupannya dalam perikehidupan kebangsaan. Menurut
sejarahwan Prof Taufik Abdullah, mencerdaskan kehidupan bangsa bukan
sekadar menyangkut intelektualitas anak bangsa, tetapi lebih jauh dan mendalam,
menyangkut pengembangan perikehidupan kebangsaan yang luas.60
60
Haedar Nashir. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, diunduh dari: https://republika.co.id/berita/pylaiu319/mencerdaskan-
kehidupan-bangsa, diunduh 23 Maret 2020.
61Wikipedia. Indonesia dan Perserikatan Bangsa Bangsa, diunduh dari
38
dirundung konflik. Indonesia harus ikut terlibat dalam isu-isu keamanan dan
perdamaian global, seperti penjajahan zionis Israel atas negara Palestina, konflik
di Afghanistan, Rohingya, Suriah, Sudan Selatan dan di berbagai belahan negara
lainnya.
Indonesia terpilih sebagai anggota tidak tetap DK PBB untuk periode 2019-2020
dalam pemungutan suara yang digelar di Majelis Umum PBB di New York, pada
Jumat, 7 Juni 2018. Terpilihnya Indonesia tersebut menunjukkan bukti pengakuan
dunia atas kiprah Indonesia di kancah dunia. Artinya Indonesia berhasil
memainkan peran politik luar negeri Indonesia sehingga memperoleh tempat di
mata dunia. Dalam konteks politik global yang makin keras dan dinamis, kata dia,
tentu posisi di PBB tersebut dapat dijadikan forum dan media memainkan peran
Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia serta tatanan dunia yang lebih
adil, beradab, serta berkemajuan.62
Indonesia juga aktif dalam memelihara perdamaian dunia, salah satunya adalah
dengan mengirimkan pasukan perdamaian ke daerah-daerah konflik ke manca
Negara, yang tergabung dalam Kontingen Garuda disingkat KONGA atau
Pasukan Garuda. Indonesia mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai
bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB sejak 1957 hingga sekarang,
termasuk Polri di dalamnya.63
62Kementerian Luar Negeri. Keanggotaan Tidak Tetap Indonesia pada Dewan Keamanan PBB Periode 2019-2020, diunduh dari
https://kemlu.go.id/portal/id/read/147/halaman_list_lainnya/keanggotaan-indonesia-pada-dk-pbb, diakses 22 April 2020.
63 Wikipedia. Kontingen Garuda, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kontingen_Garuda, diakses 22 April 2020
64Badan Pusat Statistik. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari Hari Penduduk Indonesia, diunduh dari
https://www.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=NTVlY2EzOGI3ZmUwODMwODM0NjA1YjM1&xzmn=aHR0cHM
6Ly93d3cuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMTIvMDUvMjMvNTVlY2EzOGI3ZmUwODMwODM0NjA1YjM1L2tld2FyZ2F
39
Namun keragaman suku di Indonesia masih menimbulkan berbagai
macam konflik yang dihadapi bangsa ini. Dimulai dari perselisihan kecil yang
melibatkan satu-dua orang yang kemudian menyebar dan menjadi konflik antar suku
ataupun antar agama. Konflik-konflik yang tak kunjung reda melahirkan kerusuhan-
kerusuhan di beberapa wilayah di Indonesia yang melibatkan suku-suku yang
berbeda di wilayah tersebut dan mengganggu stabilisasi negara. Contoh
konkrit terjadinya tragedi pembunuhan besar-besaran terhadap pengikut partai PKI
pada tahun 1965, kekerasan etnis cina di Jakarta pada bulan Mei 1998, dan konflik
sektarian agama di Kepulauan Maluku tahun 1999-2002.65
uZWdhcmFhbi1zdWt1LWJhbmdzYS1hZ2FtYS1kYW4tYmFoYXNhLXNlaGFyaS1oYXJpLXBlbmR1ZHVrLWluZG9uZXNpYS5odG1s&t
woadfnoarfeauf=MjAyMC0wNC0yNCAxMDoyMjowNw%3D%3D, diakses 24 April 2020
65 Wikipedia. Konflik Sektarian Maluku, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_sektarian_Maluku, diakses 22 April
2020.
40
persatuan dan kesatuan bangsa, sebagaimana terkandung dalam slogan “Bhinneka
Tunggal Ika”. Menurut Tilaar, Bhinneka Tunggal Ika memiliki konsep sebagai landasan
multikulturalisme atas pluralisme budaya. Pluralisme budaya bukanlah suatu
yang given (datang begitu saja), tetapi merupakan suatu proses internalisasi nilai-
nilai dalam suatu komunitas. Oleh karena itu, kebudayan dapat dapat diartikan
sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal”.
Multikulturalisme memiliki sebuah ideologi dan sebuah alat atau wahana untuk
meningkatkan derajat manusia, maka konsep kebudayaan harus dilihat dalam
perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia. Sebagai sebuah ide atau ideologi,
multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada dalam berbagai struktur
kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, kehidupan
ekonomi dan bisnis, kehidupan politik, dan berbagai kegiatan lainnya dalam
masyarakat yang bersangkutan.
66
Arum Sutrisni Putri. Bhinneka Tunggal Ika: Makna dan Implementasi, diunduh dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/110000369/bhinneka-tunggal-ika--makna-dan
41
a. Perilaku inklusif.
42
d. Sikap kasih sayang dan rela berkorban
Dari sudut pandang yang berbeda banyak pendapat bahwa negara Indonesia
memiliki banyak pengaruh terutama pada generasi muda seperti maraknya pengaruh
narkoba yang mewarnai kehidupan pada generasi pemuda sekarang ini. Hal ini dapat
membawa para generasi muda Indonesia terpuruk dalam kegelapan untuk mencapai
cita-cita mereka menjadi anak generasi penerus bangsa, namun generasi muda itu tidak
selamanya hitam. Bangkitlah semangat para generasi muda yang bisa membawa
perubahan Bangsa kita yang tercinta ini jauh lebih baik di masa yang akan datang.
Karena di pundak generasi mudalah yang akan menentukan nasib bangsa di masa yang
akan datang, yang bisa mengganti para generasi tua dalam roda kepemerintahan.
Pemuda Indonesia adalah pemuda nasionalisme, patriotisme, cinta bangsa dan tanah
air, Menggalang persatuan dan kesatuan Indonesia, menghilangkan penonjolan
kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan warna kulit dan menumbuhkan rasa
senasib dan sepenanggungan.
Para generasi muda dapat menerima perbedaan yang dimaksud dalam Bhinneka
Tunggal Ika dengan menanamkan sifat toleransi serta mewujudkannya dalam kehidupan
43
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sifat toleran sangat penting untuk timbulnya
hubungan kekeluargaan dengan mempererat tali silaturahmi atau persaudaraan antar
sesama masyarakat dalam satu bangsa yang ber-Bhinneka.67
Sebagai generasi muda atau figur bangsa Indonesia kita harus dibekali oleh
kreativitas, inovatif, kecerdasan dan keterampilan. Jika di negara kita yang tercinta ini
semua generasi muda bisa memiliki kriteria tersebut, maka yakin bahwa negara
Indonesia akan bisa bersaing dengan negara lain. Pemuda Indonesia itu bisa, karena
Pemuda adalah seseorang yang memiliki suatu semangat yang begitu membara dalam
kesehariannya, dan selalu menciptakan karya-karya terbaiknya, yang di wujudkan dalam
kebersamaan, yang memberi gambaran kepada dunia luar bahwa negara Indonesia itu
bukan hanya sekedar semboyan yaitu BhinnekaTunggal Ika. Tetapi negara Indonesia
adalah bersatu, memiliki berbagai macam suku, agama,ras, berbagai macam budaya dan
berbeda latar belakang pendidikan, namun Pemuda Indonesia dapat bertoleransi antara
satu dengan yang lainnya.
67Berbhineka artinya memiliki keragaman, baik suku, agama, etnis, serta sosial budaya.
44
Bagian V
68
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 52-57
45
adanya hak untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat dan
pikirannya.
46
5. Nilai Keadilan, mengandung ajaran-ajaran bahwa kehidupan berbangsa dan
bernegara didasarkan kepada aturan yang disepakati bersama atau hasil
konsensus, yang didalamnya terdapat hak dan kewajiban yang sama, jaminan untuk
memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama, dan jaminan untuk
memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama, dan jaminan untuk
memperoleh perlindungan yang sama dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya
dan menyelenggarakan kepentingannya. Setiap warga negara akan diperlakukan
sama dihadapan hukum. Selain itu, setiap WNI mempunyai hak yang sama untuk
berpartisipasi dalam menetapkan pengambilan keputusan dan kebijakan terkait
dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.
47
merugikan, merusak dan menghancurkan bangsa dan negaranya, dan tidak akan
melakukan tindakan untuk kepentingan bangsa dan negara lain.
Gerakan aksi bela negara ini penting dihidupkan dan digalakkan di seluruh tanah
air sebagai perisai pelindung terhadap seluruh kepentingan nasional, mencakup antara
lain: kepentingan ketahanan nasional dan kelangsungan hidup bangsa dan negara;
kepentingan penegakkan supremasi hukum; kepentingan kelancaran pelaksanaan
pembangunan nasional demi keberlanjutan dan kemajuan bangsa dan negara; dan
kepentingan pertahanan dan keamanan negeri seluruhnya.
Berikut beberapa contoh gerakan aksi bela negara dalam upaya mewujudkan
nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Empat Konsensus Dasar Negara atau
Empat Pilar Kebangsaan, antara lain:
69
Pasal 27 Ayat (3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara; Pasal 30 Ayat
(1) Tiap tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
70Detik. Generasi Muda Punya Peran Penting Dalam Sosialisasi 4 Pilar MPR, diunduh dari https://news.detik.com/berita/d-
3642951/generasi-muda-punya-peran-penting-dalam-sosialisasi-4-pilar-mpr, diakses Rabu, 18 Desember 2019.
48
Wakil Ketua MPR Mahyudin71, menyatakan bahwa ada beberapa alasan
MPR mensosialisasikan Empat Pilar MPR :
"Dalam Pilpres kali ini saya percaya, politik SARA tidak digunakan kedua calon
presiden. Tapi tetap harus waspada, mungkin saja yang melakukan hoax, fitnah,
dan adu domba bukan dari calon presiden. Bisa jadi ada pihak ketiga yang
mengadu domba sesama anak bangsa," jelasnya.
Kelima adalah tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal. Hukum tajam
ke atas dan tumpul ke bawah. "Tapi sekarang lebih baik. Mereka yang di atas juga
ditangkap."
71 Liputan6. Pentingnya Sosialisasi Empat Pilar MPR Untuk Masyarakat Indonesia, diunduh dari
https://www.liputan6.com/news/read/3914116/pentingnya-sosialisasi-empat-pilar-mpr-untuk-masyarakat-indonesia,
diakses Rabu, 18 Desember 2019.
49
2. Membangun Kemampuan Komunikasi Antar Budaya
72 Liputan6. Diskusi Lintas Agama Bahas Pentingnya Toleransi dan Hidup Berdampingan , diunduh dari
https://www.liputan6.com/news/read/3042327/diskusi-lintas-agama-bahas-pentingnya-toleransi-dan-hidup-berdampinganm
,diakses Rabu, 18 Desember 2019.
50
Penempatan identitas universal dan nasional pada posisi tertinggi ditujukan agar identitas
universal mampu dijadikan landasan untuk hidup bertoleransi dengan cara menghargai
perbedaan agama, budaya etnis, bahkan budaya lintas bangsa. Banyak kegiatan yang
dapat dilakukan, antara lain : membersihkan rumah ibadah, kegiatan donor darah,
menolong korban bencana, membangun dialog antar kelompok umat beragama dengan
latar belakang etnis yang berbeda, membangun tempat perjumpaan umum, misalnya
organisasi sosial kemasyarakatan, wadah seni-budaya, tempat oleh raga, serta aktif
dalam lembaga nasional dan internasional dan lain-lain.
Lembaga ini menyusun bahan ajar Pancasila bagi ASN (Aparatur Sipil
Negara) yang melibatkan Kementerian dan lembaga, instansi yang terlibat antara lain:
Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan,
Kementerian Pertahanan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kementerian Hukum dan HAM, Lembaga
Administrasi Negara, Dewan Ketahanan Nasional, Lembaga Ketahanan Nasional, Badan
Kepegawaian Nasional, dan Komisi Aparatur Sipil Negara. Bahan ajar ini ditujukan untuk
membangun karakter ASN. Menurut Dr. Marbawi Kerja antara instansi pemerintah ini
diperlu dibudayakan73.
73 BPIP. Libatkan Kementerian dan Lembaga Susun Materi Bahan Ajar Bagi ASN , diunduh dari
http://www.bpip.go.id/informasi/bpip-libatkan-kementerian-dan-lembaga-susun-materi-bahan-ajar-bagi-asn/, diakses Rabu,
18 Desember 2019
51
secara tegas menyebut agama-agama yang dianggap resmi dan diakui Negara74.
Informasi dari Direktorat Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata mencatat ratusan agama dan kepercayaan asli Indonesia
masih memiliki pengikut hingga saat ini ada sekitar 200-an agama dengan jumlah
pengikut sekitar 9 juta jiwa. Agama-agama asli Indonesia , antara lain, Parmalim, Sunda
Wiwitan, Kapribaden dan Kaharingan sudah terlebih dulu eksis dan memiliki pengikut
jauh sebelum agama-agama Samawi dari Timur Tengah dan Asia Selatan merambah
Nusantara.75
Jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya tercermin pada sikap dan perilaku
masyarakat Indonesia pada umumnya, yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Sikap dan Perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam pancasila dan
merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang sesungguhnya, yaitu:
74
BBC. Perlukah Negara Tetapkan Status Agama ?, diunduh dari
https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2011/04/110405_agamasatu, diakses 22 April 2020
75 Ibid
52
b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
c. Persatuan Indonesia
53
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
55
kehancuran bagi negara disemua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, baik:
ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan-keamanan, dan masih banyak lagi
kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
Gerakan sosial dalam bentuk berbagai program aksi yang mencerminkan nilai-
nilai kebangsaan, yang terkandung dalam Empat Konsensus Dasar Negara (Empat Pilar
Kebangsaan) yaitu: Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika, merupakan ajakan pemerintah kepada semua lingkup WNI baik
yang berada di lingkup pendidikan, lingkup masyarakat, dan lingkup pekerjaan, untuk
berpartisipasi aktif mempertahankan kesinambungan hidup bangsa dan negara, serta
untuk bersama-sama bergotong-royong menyelamatkan negeri ini dari berbagai
ancaman yang dapat menimbulkan kehancuran di semua bidang kehidupan berbangsa
dan bernegara.
56
B. KELOMPOK PESERTA PKBN
Pogram PKBN merupakan segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilaksana-
kan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan kepada
warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku, serta menanamkan nilai
dasar Bela Negara. Sesuai Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2019, Bab III, Pasal 8, ayat
(2), PKBN diselenggarakan di Lingkup: Pendidikan; Masyarakat; dan Pekerjaan
1. LINGKUP PENDIDIKAN
57
2. LINGKUP MASYARAKAT
3. LINGKUP PEKERJAAN
58
C. STANDAR KOMPETENSI
1. Pengertian
76
Orin W. Anderson and David R. Krathwohl, A Taxonomy For Learning Teaching And Assessing: A Revision of Bloom’s
Taxonomy of Educational Objectives, (New York: Addison Wesley Longman, 2001)
59
1.2. Kompetensi Sikap
Kompetensi pada ranah afektif menekankan pada aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Hasil belajar afektif akan
tampak pada berbagai sikap dan tingkah laku.
Penentuan standar kompetensi sikap (ranah afektif – A) mendasarkan pada tabel
taksonomi Krathwohl77 dengan urutan dimensi proses afektif sebagai berikut:
77David R. Krathwohl, Bloom and Betram Masia, Taxonomy of Educational Goals Handbook II: Affective Domain, (New York:
David McKay Company, 1970)
60
Penentuan standar kompetensi keterampilan (ranah psikomotorik - P) mendasar-
kan pada tabel taksonomi Dave78 dengan urutan dimensi proses psikomotorik sebagai
berikut:
78
R.H. Dave, Developing and Writing Educational Behavioral Objectives, (R J Armstrong, ed., Tucson. AZ: Educational
Innovators Press, 1970)
61
2. Garis Besar Standar Kompetensi di setiap Tingkat
Tabel 5 : Standar Kompetensi – Empat Konsensus Dasar Negara di setiap tingkat
Tingkat Kelompok Standar Kompetensi – Keterangan/contoh
Usia Dini & · PAUD Pengetahuan Mampu mengenal dan bisa menjelaskan :
Setara (In-Formal-Non) Agar bisa bahagia bermain dan bersahabat dengan semua teman-
· Pendidikan teman di seluruh Indonesia dan di seluruh dunia, kita harus patuh
Layanan Khusus pada :
1. Pancasila, misal a.l. harus selalu berdoa-bersyukur atas semua
karunia Tuhan YME, rukun bersama-sama teman, saling
membantu dan tidak membeda-bedakan sesama teman.
2. UUD 1945, misal a.l: harus patuh terhadap peraturan yang
berlaku di lingkungan rumah maupun lingkungan di luar rumah
3. NKRI, misal al: harus selalu bersatu bersama semua temah-
teman, tidak menyakiti atau memu-suhi teman, tdk baik
membuat “klik” pertemanan.
4. Bhinneka Tunggal Ika, misal a.l. harus memahami perbedaan
agama, suku dsb.nya sesama teman, tidak mengganggu hak
dari teman serta bekerja-sama saling mendukung di antara
sesama teman
Sikap Mampu menerima dan merespon pengetahuan yang diterima dari
Orangtua/Pembina/ Guru
Ketrampilan Mengikuti atau meniru perilaku & arahan orangtua/ pengasuh yang
/Perilaku menerapkan perbuatan yang mencerminkan 4 konsensus dasar
negara, dalam kegiatan sehari-hari.
Dasar & · Pendidikan Pengetahuan Mampu Identifikasi, menjelaskan & bisa implementasi, a.l.:
Setara Dasar - Pemahaman tentang : Pancasila, UUDN 45, NKRI, dan Bhinneka
· Pendidikan Tunggal Ika, serta nilai-nilai kebangsaan yang terkandung di
Kesetaraan dalamnya
· Pendidikan - Dasar pertimbangan mengapa “Empat Konsensus Dasar Negara”
Keaksaraan
menjadi panduan “penting” dalam menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia
- Gerakan nyata implementasi empat konsensus dasar negara.
Sikap Mampu menerima, merespon, dan menilai pengetahuan yang
diterima dari Guru/Pembina
Ketrampilan Mampu meniru, melakukan dengan dan tanpa bantuan
/Perilaku Guru/Pembina mendemonstrasikan perbuatan yang mencer-
minkan 4 konsensus dasar negara, dalam kegiatan sehari-hari.
Menengah · Homeschooling Pengetahuan Mengidentifikasi,menjelaskan,mengimplementasikan,menganalisis,
& Setara · Pendidikan dan mengevaluasi a.l:
Menengah - Pemahaman tentang : Pancasila, UUDN 45, NKRI, dan Bhinneka
· Pendidikan Kec. Tunggal Ika, serta nilai-nilai kebangsaan yang terkandung di
Hidup dalamnya
· Pendidikan - Dasar pertimbangan mengapa “Empat Konsensus Dasar Negara”
Kepemudaan menjadi panduan “penting” dalam menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia
- Gerakan nyata implementasi empat konsensus dasar negara.
62
· Pendidikan Sikap Mampu menerima, merespon, menilai, dan mengintegrasikan
Pemberdayaan perbedaan pengetahuan yang diterima dari Guru/Pembina
Perempuan Ketrampilan Meniru, melakukan dengan contoh, melakukan dengan tepat tanpa
· Pendidikan /Perilaku contoh, dan bisa mengembangkan penerapan gerakan /perilaku
Keterampilan & yang mencermin-kan empat konsensus dasar negara dalam
Pelatihan Kerja kehidupan sehari-hari.
· Kader Org:
Masy,
Komunitas,
Profesi*,
Partai Politik*,
Kelompok
Masylainnya
Tinggi & · Pendidikan Pengetahuan Mampu mengkonstruksikan opini membentuk ide-ide baru terkait a.l
Setara Tinggi - Pemahaman tentang: Pancasila, UUDN 45, NKRI, dan Bhinneka
· Tokoh : Agama, Tunggal Ika, serta nilai-nilai kebangsaan yang terkandung di
Adat, dan dalamnya
Masyarakat - Dasar pertimbangan mengapa “Empat Konsensus Dasar Negara”
· Lembaga menjadi panduan “penting” dalam menjaga persatuan dan
Negara, K/L, kesatuan bangsa Indonesia
Pemda, TNI, - Gerakan nyata implementasi empat konsensus dasar negara.
Polri, Sikap Mampu menerima, merespon, menilai, mengharmonisasikan
BUMN/BUMD, perbedaan, dan mampu bersikap konsisten berkaitan pengetahuan
BU Swasta, yang diterima dari Dosen/Pembina/Instruktur
Badan lain Ketrampilan Melakukan gerakan-/perilaku yang mencerminkan “empat
sesuai UU. /Perilaku konsensus dasar negara”, dalam kehidupan sehari-hari, dan
senantiasa berupaya menemukan ide-ide baru dalam penerapan
“empat konsensus dasar negara”.
63
3.Pend. Kepemudaan x x x x x x x x x x x x
4.Pend. Pemb. Perempuan x x x x x x x x x x x x
5.Pend. Keaksaraan x x x x x x x x x
6.Pend. K.& Pelatihan Kerja x x x x x x x x x x x x
7.Pend. Kesetaraan x x x x x x x x x
8.Pend. Layanan Khusus x x x x x x
LINGKUP MASYARAKAT
1.Tokoh Agama x x x x x x x x x x x x x x x x
2.Tokoh Masyarakat x x x x x x x x x x x x x x x x
3.Tokoh Adat x x x x x x x x x x x x x x x x
4.Kader Org. Masyarakat x x x x x x x x x x x x
5.Kader Org. Komunitas x x x x x x x x x x x x
6.Kader Org. Profesi x x x x x x x x x x x x x
7.Kader Partai Politik x x x x x x x x x x x x x
8.Kelompok Masyarakat lain x x x x x x x x x x x x
LINGKUP PEKERJAAN
1.Lembaga Negara x x x x x x x x x x x x x x x x
2.Kementerian / LPNK,Pemda x x x x x x x x x x x x x x x x
3.Tentara Nasional Indonesia x x x x x x x x x x x x x x x x
4.Kepolisian Negara RI x x x x x x x x x x x x x x x x
5.BUMN / BUMD x x x x x x x x x x x x x x x x
6.Badan Usaha Swasta x x x x x x x x x x x x x x x x
7.Badan Lain sesuai dengan x x x x x x x x x x x x x x x x
ketentuan Undang-Undang x x x x x x x x x x x x x x x x
64
D. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Pengertian
Metode atau Strategi Pembelajaran PKBN, adalah cara-cara yang akan dipilih dan
digunakan oleh seorang Instruktur/Pengajar/Pembina/Widyaiswara untuk menyam-
paikan materi pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan peserta didik menerima
dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat
dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli
dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar peserta didik. Dalam modul ini yang
digunakan sebagai pilihan sesuai karakteristik peserta dan topik bahasan, adalah model
pembelajaran: kontekstual, kooperatif, berbasis masalah, edutainment.
79
Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Yuma Pustaka kerjasama dengan IKIP UNS, 2010), hal.14-21
65
masing, untuk menjadi kreatif, untuk bekerjasama, untuk menghasilkan
gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman
adalah tanda kemantapan dan kekuatan.
c. CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri, artinya peserta didik mencari
dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda.
Mereka mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh guru dan
peserta didik lainnya.
80
Ibid, hal. 37
66
Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif:
a. Saling ketergantungan positif, artinya Instruktur/Pengajar/Pembina/Widyais-
wara menciptakan suasana yang mendorong agar peserta didik merasa saling
membutuhkan atau saling ketergantungan.
b. Interaksi tatap muka, akan memaksa peserta didik saling tatap muka dalam
kelompok sehingga mereka dapat berdialog.
c. Akuntabilitas individual, artinya penilaian kelompok didasarkan atas rata-rata
penguasaan semua anggota kelompok secara individual.
d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, seperti: tenggang rasa; sikap
sopan terhadap teman; mengkritik ide dan bukan mengkritik teman; berani
mempertahankan pikiran logis; tidak mendominasi orang lain; dan sejenisnya.
67
- Peserta didik dievaluasi penguasaannya secara individu, lalu diberi peng-
hargaan atas capaian penguasaan topik bahasan.
c. Metode GI (Group Investigation)
- Seleksi Topik bahasan, Disini peserta didik memilih subtopic dari suatu
masalah umum yang digambarkan oleh Instruktur/Pengajar/Pembina/ Wi-
dyaiswara. Peserta dibagi dalam kelompok yang berorientasi pada tugas,
anggota 2 hingga 6 prserta, karakteristik heterogen
- Merencanakan kerja sama. Pengajar dan peserta didik merencanakan
berbagai prosedur belajar khusus tugas, tujuan umum yang konsisten
dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih.
- Implementasi. Peserta didik melaksanakan rencana tugas yang telah di-
rumuskan bersama. Pengajar secara terus-menerus memantau kemajuan
tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
- Analisis dan sintesis. Peserta didik menganalisis dan mensintesakan
berbagai informasi yang diperoleh pada langkah sebelumnya, meringkas
dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
- Penyajian hasil akhir. Semua kelompok menyajikan presentasi yang
menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua peserta ter-
libat dan memperoleh perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
Pengajar berperan sebagai koordinator
- Evaluasi selanjutnya. Pengajar dan Peserta didik mengevaluasi kontribusi
tiap kelompok terhadap pekerjaaan. Evaluasi bisa individual atau kelompok
d. Metode Struktural
- Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang mungkin cocok untuk sesi evaluasi
- Setiap peserta didik dapat satu buah kartu
- Setiap peserta didik mencari pasangan peserta didik lainnya jyang
mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misal: kartu berisi nama
SRI MULYANI akan berpasangan dengan MENTERI KEUANGAN.
- Peserta didik bisa bergabung dengan dua atau tiga peserta yang lain yang
memegang kartu yang cocok.
68
- Setiap pasangan peserta didik mendiskusikan menyelesaikan tugas secara
bersama-sama
- Presentasi hasil kelompok atau kuis
81
Ibid, hal. 151-170
69
Sebuah situasi bermasalah yang baik harus memenuhi lima kriteria
penting yaitu :
a) Situasi seharusnya ‘auntetik’. Artinya masalah harus dikaitkan dengan
pengalaman nyata peserta didik, bukan konsep atau prinsip disiplin
akademis tertentu.
b) Masalah sebaiknya tidak jelas / tidak sederhana sehingga menciptakan
misteri atau teka-teki. Masalah yang tidak jelas tidak dapat diselesai-
kan dengan jawaban sederhana dan memiliki solusi-solusi alternating.
c) Masalah seharusnya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat
perkembangan intelektual.
d) Masalah semestinya cakupannya luas sehingga memberikan kesem-
patan kepada Pengajar untuk memenuhi tujuan instruksionalnya, tetapi
tetap dalam batas-batas yang layak bagi pelajaannya dilihat dari segi
waktu, ruang dan keterbatasan sumber daya.
e) Masalah sebaiknya harus mendapatkan manfaat dari usaha kelompok.
70
3) Membantu investigasi mandiri dan kelompok. Pengajar mendorong peserta
untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan
mencari penjelasan dan solusi.
4) Mengembangkan dan mempromosikan hasil. Pengajar membantu peserta
dalam merencanakan dan menyiapkan hasil-hasil yang tepat, seperti
laporan, rekaman video, dan membantu mereka menyampaikan kepada
orang lain.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Pengajar
membantu peserta untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan
proses-proses yang mereka gunakan.
82 Moh. Sholeh Hamid, Metode Edutainment: Menjadikan Siswa Kreatif dan Nyaman di Kelas, (Diva Press: 2014), hal. 17
83 Sutrisno. Pengantar Pembelajaran Inovatif, (Jakarta: GP Press, 2011)
84
Nurlaelifitri, Metode Pembelajaran Edutainment, dikutip dan disari dari: http://nurlaelifitri.blogspot.co.id/2013/09/metode-
pembelajaranedutainment-belanbe.html.
71
1. Guru menyiapkan alat-alat audio visual untuk memutar film/video/youtube yang
berkaitan dengan materi pembelajaran.
2. Kelas didisain yang bagus sehingga peserta didik merasa nyaman.
3. Guru memutarkan film/video/youtube, untuk peserta didik serta memberikan
penjelasan tentang film/video/youtube tersebut.
4. Setelah selesai pemutaran film/video/youtube siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok untuk mendiskripsikan tentang film yang telah ditayangkan dengan
diiringi musik .
5. Nama kelompok dibuat sesuai dengan materi yang terkait, misalnya tokoh yang
ada dalam film/video/youtube yang ditayangkan.
6. Demonstrasi, siswa diajak bermain misalnya dengan Snowball Throwing
(Melempar bola salju) dengan cara setiap kelompok menyiapkan satu
pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas tersebut digulung
dimasukkan ke dalam bola yang berwarna - warni yang di belah kemudian di
tutup dengan isolatif. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melempar
bola tersebut ke kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru.
Kelompok lain berusaha menangkap bola tersebut. Siswa yang terakhir me-me-
gang bola mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola itu.
7. Dengan bimbingan guru masing-masing kelompok merangkum materi.
Bermain akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mema-
nipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan dan
mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyak-
nya. Disinilah proses pembelajaran berlangsung, mereka mengambil keputusan,
memilih, menentukan, menciptakan, memasang, membongkar, mengembalikan, men-
coba, mengeluarkan pendapat, memecahkan masalah, mengerjakan secara tuntas,
bekerjasama dengan teman, dan mengalami berbagai macam perasaan.85
85
Mayke S. Tedjasaputra, Bermain, Mainan dan Permainan, (Grasindo, 2001)
72
2. Garis Besar Metode/Strategi Pembelajaran di setiap Tingkat
73
Menengah & Setara · Homeschooling Pembelajaran berkaitan dengan :
· Pendidikan Menengah - Pemahaman tentang : Pancasila, UUDN 45, NKRI, dan
· Pendidikan Kec. Hidup Bhinneka Tunggal Ika, serta nilai-nilai kebangsaan yang
· Pendidikan Kepemudaan terkandung di dalamnya
· Pendidikan Pemberdayaan - Dasar pertimbangan mengapa “Empat Konsensus
Perempuan Dasar Negara” menjadi panduan “penting” dalam
· Pendidikan Keterampilan & menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
Pelatihan Kerja - Gerakan nyata implementasi empat konsensus dasar
· Kader Organisasi : negara.
dilakukan dengan dikaitkan contoh-contoh yang terjadi di
Masy, Komunitas, Profesi*,
Partai Politik*, Kelompokdalam kehidupan sehari-hari. Kemudian dibentuk
Masyarakat lainnya kelompok-kelompok yang bekerjasama membahas materi
tersebut.dalam lembar kerja yang berisi topik-topik
bahasan terkait. Lalu. masalah-masalah topik bahasan
tersebut harus dipecahkan atau disolusi bersama oleh
peserta didik
Tinggi & Setara · Pendidikan Tinggi* Pembelajaran berkaitan dengan :
· Tokoh : Agama, Adat, dan - Pemahaman tentang : Pancasila, UUDN 45, NKRI, dan
Masyarakat Bhinneka Tunggal Ika, serta nilai-nilai kebangsaan yang
· Lembaga Negara, K/L, terkandung di dalamnya
Pemda, TNI, Polri, - Dasar pertimbangan mengapa “Empat Konsensus
BUMN/BUMD, BU Swasta, Dasar Negara” menjadi panduan “penting” dalam
Badan lain sesuai UU. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
- Gerakan nyata implementasi konsensus dasar negara.
Dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok yang
bekerjasama membahas materi tersebut.dalam lembar
kerja yang berisi topik-topik bahasan terkait. Lalu.
masalah-masalah topik bahasan tersebut harus
dipecahkan atau disolusi bersama oleh peserta didik
hingga menemukan ide-ide baru terkait topik-topik
bahasan itu.
74
LINGKUP PEND. NON - FORMAL
1. PAUD x
2. Pend. Kecakapan Hidup x x
3. Pend. Kepemudaan x x
4. Pend. Pemb. Perempuan x x
5. Pend. Keaksaraan x x
6. Pend. K.& Pelatihan Kerja x x
7. Pend. Kesetaraan x x
8. Pend. Layanan Khusus x
LINGKUP MASYARAKAT
1.Tokoh Agama x x
2.Tokoh Masyarakat x x
3.Tokoh Adat x x
4.Kader Org. Masyarakat x x
5.Kader Org. Komunitas x x
6.Kader Org. Profesi* x x x
7.Kader Partai Politik* x x x
8.Kelompok Masyarakat lain x x
LINGKUP PEKERJAAN
1.Lembaga Negara x x
2.Kementerian / LPNK,Pemda x x
3.Tentara Nasional Indonesia x x
4.Kepolisian Negara RI x x
5.BUMN / BUMD x x
6.Badan Usaha Swasta x x
7.Badan Lain sesuai dengan x x
ketentuan Undang-Undang
75
E. SARANA/MEDIA PEMBELAJARAN
1. Pengertian
Media Pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar.
Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemampuan atau ketrampilan Peserta PKBN sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar. Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran.86
86
Sharon E. Smaldino et.al, Instructional Technology & Media For Learning, (Pearson Prentice Hall, 2008)
87 Ibid
76
c. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan
kepada Peserta PKBN.
d. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara Peserta
PKBN dengan lingkungannya.
e. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
f. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
g. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
h. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
i. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit
sampai dengan abstrak
Ibid, dan
88
Michael Molenda, et al., Instructional Technology and Media For Learning, Eight Edition, (Pearson Merrill Prentice Hall,2005),
hal. 10
77
3. Matriks Sarana/Media Pembelajaran di setiap Lingkup
Tabel 9: Matriks Media Pembelajaran – Empat Konsensus Dasar Negara
ALTERNATIF - SARANA/MEDIA PEMBELAJARAN (disesuaikan kondisi)
LINGKUP PEOPLE TEXT VISUAL AUDIAL Projected Projected TOUR
STILL MEDIA MOTION MEDIA
LINGKUP PENDIDIKAN - INFORMAL
1 Pend. Usia Dini x x x
2 Homeschooling x x x x x
LINGKUP PENDIDIKAN - FORMAL
1 Pend. Usia Dini x x x
2 Pend. Dasar x x x x x x x
3 Pend. Menengah x x x x x x x
4 Pend. Tinggi x x x x x x x
LINGKUP PENDIDIKAN - NONFORMAL
1 Pend. Usia Dini x x x
2 Pend. Kec. Hidup x x x
3 Pend. Kepemudaan x x x
4 Pend. P. Perempuan x x x
5 Pend. Keaksaraan x x x
6 Pend. K & P Kerja x x x
7 Pend. Kesetaraan x x x
8 Pend. Lay. Khusus x x x
LINGKUP MASYARAKAT
1 Tokoh Agama x x x
2 Tokoh Masyarakat x x x
3 Tokoh Adat x x x
4 Kader Org. Masyarakat x x x x
5 Kader Org. Komunitas x x x x
6 Kader Org. Profesi* x x x x
7 Kader Partai Politik* x x x x
8 Kelompok Masy lain x x
LINGKUP PEKERJAAN
1 Lembaga Negara x x x x
2 Kementerian / PNK,Pemda x x x x
3 Tentara Nasional Indonesia x x x x
4 Kepolisian Negara RI x x x x
5 BUMN / BUMD x x x x
6 Badan Usaha Swasta x x x x
7 Badan Lain sesuai dengan x x x x
ketentuan Undang-Undang
78
F. METODE EVALUASI HASI BELAJAR
1. Pengertian
Evaluasi hasil belajar adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengetahui
tingkat kinerja pelaksanaan PKBN. Secara garis besar tujuan evaluasi hasil belajar
untuk:89
a. Menilai pencapaian kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap dan
kompetensi keterampilan Peserta PKBN
b. Mengevaluasi efektivitas pembelajaran PKBN
89
Asmawi Zainal & N. Nasution, Penilaian Hasil Belajar, (PAU-PPAT-UT, 2001)
90
N. Shambaugh & S.G. Magliaro, Instructional Design: A Systematic Approach for Reflective Practice, (Pearson
Education, Inc., 2006), hal. 121-128
79
2) Penilaian proyek yang ditugaskan kepada Peserta PKBN
3) Test tindakan Peserta PKBN, melalui observasi dan catatan lapangan
Berikut ini beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan acuan di dalam menentu-
kan jenis test evaluasi berdasarkan karakteristik peserta, di antaranya:91
a. Test Objektif :
b. Test Uraian :
1) Paling baik untuk mengukur kompetensi Evaluasi (C5) dan Create (C6)
2) Baik untuk mengukur Kemampuan Pemahaman, Aplikasi, Analisa
(C2,3,4)
3) Kurang baik untuk mengukur Ingatan pengetahuan (C1)
4) Hanya dapat menanyakan beberapa pertanyaan sehingga kurang
mewakili seluruh materi
5) Pengolahan jawaban test uraian sangat subyektif, sukar dan
ketepatannya (reabilitas) rendah
6) Hasil kemampuan Peserta PKBN dapat terganggu oleh kemampuan
menulis dan menguraikan
7) Mendorong Peserta PKBN untuk lebih banyak mengorganisasikan,
menghu-bungkan, dan menyatakan idenya sendiri secara tertulis.
Berikut ini kriteria yang dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk
mengeva-luasi keberhasilan Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Peserta PKBN, berdasarkan
pengamatan perilaku yang dinyatakan dalam indikator Nilai-Nilai Dasar Bela Negara92 :
91
Asmawi Zainal & N. Nasution, op.cit, hal. 90-91
92
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Desain Induk, Pendidikan Karakter, 2010, hal. 35-36
80
1. Belum Terlihat (BT), apabila belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku
2. Mulai Terlihat (MT), apabila sudah mulai memperlihatkan tanda-tanda awal
perilaku, tetapi belum konsisten
3. Mulai Berkembang (MB), apabila sudah memperlihatkan berbagai tanda
perilaku, dan mulai konsisten, juga mendapatkan penguatan dari lingkungan
disekitarnya.
4. Membudaya-Konsisten (MK), apabila terus-menerus memperlihatkan perilaku
yang dinyatakan dalam indicator secara konsisten karena selain mendapat
penguatan dari lingkungan yang lebih luas juga sudah tumbuh kematangan
moral.
Usia Dini & Setara · PAUD (In-Formal-Non) Cerita lisan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari
· Pendidikan Layanan Khusus berkaitan dengan topik bahasan :
Agar bisa bahagia bermain dan bersahabat dengan semua
teman-teman di seluruh Indonesia dan di seluruh dunia, kita
harus patuh pada :
1. Pancasila, misal a.l. harus selalu berdoa-bersyukur atas
semua karunia Tuhan YME, rukun bersama-sama teman,
saling membantu dan tidak membeda-bedakan sesama
teman.
2. UUD 1945, misal a.l: harus patuh terhadap peraturan yang
berlaku di lingkungan rumah maupun lingkungan di luar
rumah
3. NKRI, misal al: harus selalu bersatu bersama semua
temah-teman, tidak menyakiti atau memu-suhi teman, tdk
baik membuat “klik” pertemanan.
4. Bhinneka Tunggal Ika, misal a.l. harus memahami
perbedaan agama, suku dsb.nya sesama teman, tidak
mengganggu hak dari teman serta bekerja-sama saling
mendukung di antara sesama teman
Dasar & Setara · Pendidikan Dasar* Test pilihan ganda dan test uraian terkait topik bahasan:
· Pendidikan Kesetaraan - Pemahaman tentang : Pancasila, UUDN 45, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika, serta nilai-nilai kebangsaan yang
· Pendidikan Keaksaraan
terkandung di dalamnya
- Dasar pertimbangan mengapa “Empat Konsensus Dasar
Negara” menjadi panduan “penting” dalam menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
- Gerakan nyata implementasi empat konsensus dasar
negara
81
Menengah & Setara · Homeschooling 1. Test pilihan ganda dan test uraian terkait topik:
· Pendidikan Menengah - Pemahaman tentang : Pancasila, UUDN 45, NKRI,
dan Bhinneka Tunggal Ika, serta nilai-nilai
· Pendidikan Kec. Hidup
kebangsaan yang terkandung di dalamnya
· Pendidikan Kepemudaan - Dasar pertimbangan mengapa “Empat Konsensus
· Pendidikan Pemberdayaan Dasar Negara” menjadi panduan “penting” dalam
Perempuan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
· Pendidikan Keterampilan & - Gerakan nyata implementasi empat konsensus dasar
Pelatihan Kerja negara
2. Tugas proyek/membuat karya-karya terkait topik-topik
· Kader Organisasi : bahasan tentang perilaku yang mencerminkan “empat
Masyarakat, Komunitas, konsensus dasar negara” dalam kehidupan sehari-hari.
Profesi*, Partai Politik*,
Kelompok Masyarakat
lainnya
Tinggi & Setara · Pendidikan Tinggi* 1. Test pilihan ganda dan test uraian terkait topik:
· Tokoh : Agama, Adat, dan - Pemahaman tentang : Pancasila, UUDN 45, NKRI, dan
Masyarakat Bhinneka Tunggal Ika, serta nilai-nilai kebangsaan yang
· Lembaga Negara, terkandung di dalamnya
Kementerian/LPNK, Pemda, - Dasar pertimbangan mengapa “Empat Konsensus Dasar
TNI, Polri, BUMN/BUMD, Negara” menjadi panduan “penting” dalam menjaga
BU Swasta, dan Badan lain persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
sesuai perundang-undangan - Gerakan nyata implementasi 4 konsensus dasar negara
2. Tugas proyek/membuat karya-karya terkait topik-topik
bahasan tentang perilaku yang mencerminkan “empat
konsensus dasar negar dalam kehidupan sehari-hari, dan
diupayakan menemukan ided-ide baru yang relevan.
82
LINGKUP PENDIDIKAN - NONFORMAL
2. PAUD x
2.Pend. Kecakapan Hidup x x
3.Pend. Kepemudaan x x
4.Pend. Pemb. Perempuan x x
5.Pend. Keaksaraan x x
6.Pend. K.& Pelatihan Kerja x x
7.Pend. Kesetaraan x x
8.Pend. Layanan Khusus x
LINGKUP MASYARAKAT
1.Tokoh Agama x
2.Tokoh Masyarakat x
3.Tokoh Adat x
4.Kader Org. Masyarakat x
5.Kader Org. Komunitas x
6.Kader Org. Profesi* x
7.Kader Partai Politik* x
8.Kelompok Masyarakat lain x
LINGKUP PEKERJAAN
1.Lembaga Negara x x
2.Kementerian / LPNK,Pemda x x
3.Tentara Nasional Indonesia x x
4.Kepolisian Negara RI x x
5.BUMN / BUMD x x
6.Badan Usaha Swasta x x
7.Badan Lain sesuai dengan x x
ketentuan Undang-Undang
83
G. PENGUATAN (REINFORCEMENT) PEMBELAJARAN
1. Pengertian
93 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hal. 117
94 J.J. Hasibuan dan Meodjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 58
95 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), hal.80
84
Penguatan (reinforcement) tidak selalu menyebabkan perilaku terjadi, melainkan
memperkuat meningkatkan kemungkinan perilaku terjadi. Kemungkinan dan kecende-
rungan penyebab perilaku terjadi menurut “Hukum Efek Thorndike” dalam Adams
(2000)96 yang mengatakan bahwa:
a. Perilaku yang diikuti oleh konsekuensi positif akan cenderung terulang
b. Perilaku yang diikuti oleh konsekuensi negatif akan cenderung menurun
frekuensinya
c. Perilaku diikuti oleh tidak ada konsekuensi akan cenderung meningkat terlebih
dahulu kemudian menurun frekuensinya.
Skinner dalam Adams (2000) menambahkan bahwa stimulus atau rangsangan
penguat (reinforcement) didefinisikan sebagai kekuatan untuk memperoleh perubahan
perilaku yang dihasilkan.97
96
Adams, M.A, Reinforcement Theory and Behavior Analysis, (Behavioral Development Bulleting, 9 (1), 3-6.
http://dx.doi.org/10/1037/h0100529)
97 Ibid
98 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit, hal. 118
85
3. Jenis-Jenis Penguatan99
86
komentar tertulis pada buku peserta. Hal ini jangan terlalu sering digunakan
agar tidak sampai terjadi kebiasaan peserta didik mengharap sesuatu
sebagai imbalan.
Jika peserta didik memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar,
Pengajar hendaknya tidak langsung menyalahkan peserta. Dalam keadaan ini
Pengajar sebaiknya menggunakan atau memberikan penguatan tak penuh
(parsial). Misal bila seorang peserta hanya memberikan jawaban sebagian benar,
sebaiknya Pengajar menyatakan, "ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu
disempurnakan," sehingga peserta tersebut mengetahui bahwa jawabanya tidak
seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan untuk menyempurnakannya.
4. Prinsip Penguatan
Menurut Moh. Uzer (2000), bahwa ada 3 (tiga) prinsip dalam penggunaan
penguatan (reinforcement) dalam pembelajaran yaitu:100
a. Kehangatan dan Kantusiasan, maksudnya sikap dan gaya pengajar meliputi:
suara, mimic, dan bahasa tubuh, akan menyiratkan kehangatan dan keantu-
siasan dalam memberikan penguatan, yang menunjukkan keikhlasan.
b. Kebermaknaan, maksudnya ketika melakukan penguatan hendaknya
diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan peserta didik, sehingga
ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan.
c. Menghindari Tanggapan Negatif, maksudnya walaupun teguran dan hukuman
masih bisa digunakan, namun sebaiknya Pengajar menghindari teguran yang
bernuansa mengejek, menghina dan kasar, karena akan mematahkan
semangat peserta didikl untuk mengembangkan dirinya.
100
Moh. Uzer Usman, op.cit, hal. 82
101 Ibid, hal. 83
87
a. Penguatan kepada Pribadi Tertentu
Penguatan harus jelas kepada siapa ditujukan sebab jika tidak, akan kurang
efektif. Oleh karena itu, sebelum memberikkan penguatan, pengajar terlebih
dahulu menyebut nama peserta yang bersangkutan sambil menatap
kepadanya
b. Penguatan kepada Kelompok
Penguatan dapat diberikan kepada sekelompok peserta didik, misal apabila
satu tugas telah diselesaikan dengan baik oleh satu kelompok, pengajar
membo-lehkan kelompok itu bermain, misal basket menjadi kegemarannya
c. Pemberian Penguatan dengan Segera
Penguatan seharusnya diberikan segera setelah muncul tingkah laku atau
respon atau tanggapan peserta didik yang diharapkan. Penguatan yang
ditunda pemberiannya cenderung kurang efektif
d. Variasi dalam Penggunaan
Jenis atau macam penguatan yang digunakan hendaknya bervariasi, tidak
terbatas pada satu junis saja, karena hal ini akan menimbulkan kebosanan dan
lama-kelamaan akan kurang efektif.
88
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, O.W. and David R. Krathwohl.2000. A Taxonomy For Learning Teaching And Assessing: A Revision of
Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, New York: Addison Wesley Longman.
Anderson, Benedict R.O.G.1972. Java in a Time of Revolution: Occupationand Resistance 1944-1946, (Ithica and
London: Cornell University Press.
Adams, M.A, Reinforcement Theory and Behavior Analysis, Behavioral Development Bulletin, 9 (1), 3-6.
http://dx.doi.org/10/1037/h0100529)
Ata Andre Dkk.2011. Multikulturalisme: Belajar Hidup Bersama Dalam Perbedaan
Buku Induk.2012.: Nilai-Nilai Kebangsaan Indonesia Yang bersumber dari Empat Konsensus Dasar Bangsa. Jakarta:
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia.
Bung Karno. 2019. Kebangsaan Dalam Pancasila, Penyunting Floribetta Aning. Filsafat Pancasila Menurut Bung
Karno, Cetakan ke 4. Yogyakarta: Media Presindo.
Ditjen Pothan. 2018. Bahan Ajar: Wawasan Kebangsaan. Ditjen. Pothan, Kementerian Pertahanan.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta
Hasibuan J.J., dan Meodjiono. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
H.A.R Tilaar. 2004. Kekuatan dan Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Kaelan. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jogyakarta : Paradigma
Kancil C.ST.2000. Pancasila dan UUD 1945: Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, Jakarta:Pt. Pradnya
Paramita.
Kementerian Pertahanan-Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan.2016. Modul Bela Negara-Nilai Nilai Bela Negara.
Jakarta: Direktorat Potensi Pertahanan.
Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum, Dan Keamanan RI.2014. Modul Pemantapan Wawasan
Kebangsaan.Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum, Dan Keamanan RI.
Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Diunduh
dari https://www.kompasiana.com/rerewizard/54f35c70745513932b6c7243/budaya-dan-mentalitas,
diakses 6 Maret 2020
Krathwohl D.R., Bloom and Betram Masia.1970. Taxonomy of Educational Goals Handbook II: Affective Domain,
New York: David McKay Company, 1970
Noto Nagoro Dalam Kaelan. 2007. Pendidikan Kewarganegaraam Untuk Perguruan Tinggi. Jogyakarta:
Parafdigma.
Saṅgha Theravada Indonesia. Paritta Suci: Kumpulan Paritta dan Penggunaannya Dalam Upacara-
Upacara.Yayasan Dhammadīpa Ārāma, 1996-hal 36 , diunduh dari https://samaggi-
phala.or.id/download/paritta/Paritta_Suci.pdf
Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan dan Permainan. Grasindo
Usman, Moh. Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
89
Dokumen Negara
Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah.
Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bebas KKN
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, DAN DPRD .
Undang Undang Nomor 23 Tahun 2019 Tentang Pendayagunaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara.
Peraturan MPR RI Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib MPR RI
Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Hari Lahirnya Pancasila.
90
Butew. Com. Pengertian UUD 1945 Menurut Ahli.2018. diunduh dari https://butew.com/2018/05/23/pengertian-uud-
1945-menurut-para-ahli/. Akses Desember 2019
Cek kembali.com . Pengertian Pancasila secara Lengkap, diunduh dari https://www.cekkembali.com/pengertian-
pancasila-secara-lengkap/3, Akses Desember 2019
Detik News. Com. Generasi Muda Punya Peran Penting Dalam Sosialisasi 4 Pilar.https://news.detik.com/berita/d-
3642951/generasi-muda-punya-peran-penting-dalam-sosialisasi-4-pilar-mpr, diakses Rabu, 18 Desember
2019.
------------ Ini Kronologis Kasus Dugaan Penodaan Agama oleh habib-rizieq, diunduh dari
https://news.detik.com/berita/d-3409531/ini-kronologi-kasus-dugaan-penodaan-pancasila-oleh-habib-
rizieq, Akses Desember 2019
----------- Generasi Muda Punya Peran Penting Dalam Sosialisasi 4 Pilar MPR, diunduh dari
https://news.detik.com/berita/d-3642951/generasi-muda-punya-peran-penting-dalam-sosialisasi-4-
pilar-mpr, diakses Rabu, 18 Desember 2019.
Eka Ari Wibawa. Aspek Kapasitas, diunduh dari http://bpsdm.kemenkumham.go.id/id/artikel-bpsdm/35-
capacity-building-dan-strategi-peningkatan-kualitas-sdm-organisasi, diakses 6 Maret 2020
Ersi Purwandari. Kembali pada Filosofi dan Aksiologi Pendidikan Indonesia, diunduh dari
https://www.kompasiana.com/ersipurwandari5408/5e0e44e7097f360c955d66f2/kembali-pada-filosofi-dan-
aksiologi-pendidikan-indonesia?page=all, diakses 24 April 2020.
Fahmi Ramadhan Firdaus, S.H. Nilai-nilai Konstitusi dalam UUD 1945 dan Maknanya, diunduh dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e6f209f4514c/nilai-nilai-konstitusi-dalam-uud-1945-
dan-maknanya/, diakses 22 April 2020
Haedar Nashir. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, diunduh dari
https://republika.co.id/berita/pylaiu319/mencerdaskan-kehidupan-bangsa, diunduh 23 Maret 2020.
KBBI, diunduh dari https://kbbi.web.id/sejahtera, diakses 22 April 2020.
Kementerian Luar Negeri. Keanggotaan Tidak Tetap Indonesia pada Dewan Keamanan PBB Periode 2019-2020,
diunduh dari https://kemlu.go.id/portal/id/read/147/halaman_list_lainnya/keanggotaan-indonesia-pada-dk-
pbb, diakses 22 April 2020.
Liputan6.Pilar Kebangsaan Buah Pikir Taufik Kemas, diunduh dari. https://www.liputan6.com/news/read/607766/4-
pilar-kebangsaan-buah-pikiran-taufiq-kiemashttps. Akses Desember 2019.
------------- Pentingnya Sosialisasi 4 Pilar, diunduh https://www.liputan6.com/news/read/3914116/pentingnya-
sosialisasi-empat-pilar-mpr-untuk-masyarakat-indonesia. Akses Desember 2019
------------ Diskusi Lintas Agama Bahas Pentingnya Toleransi dan Hidup Berdampingan
https://www.liputan6.com/news/read/3042327/diskusi-lintas-agama-bahas-pentingnya-toleransi-dan-
hidup-berdampinganm ,diakses Rabu, 18 Desember 2019.
Pengertian Budaya: Arti, Unsur-Unsur, Wujud, dan Faktor-Faktor Budaya, diunduh dari
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-budaya.html, diakses 21 April 2020
Penjelasan Tentang Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, diunduh dari : https://ngada.org/uud01-1945pjl.htm
Rahmi Wati. Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa, diunduh dari
https://www.kompasiana.com/irahmi/570ee93f937a61f80407493a/pancasila-sebagai-jati-diri-bangsa,
diakses 19 Desember 2019
Samshis Setiawan .Nilai-Nilai Pancasila” Karakteristik Yang Terkandung Didalamnya, diunduh dari
https://www.gurupendidikan.co.id/nilai-nilai-pancasila/, diakses 22 April 2020
91
------------ Pengertian dan Fungsi Negara, diunduh dari https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-negara/,
diakses 23 April 2020
Simorangkir. JCT Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas, diunduh dari
https://Soeharto.Co/Kekuasaan-Kepala-Negara-Tidak-Tak-Terbatas/, diakses 22 April 2020.
Tribun News.2017. Tanya Kasus Rizieg Shihab diunduh dari https://www.tribunnews.com/regional/2017/05/15/tanya-
kasus-rizieq-shihab-sukmawati-datangi-polda-jabar. Akses Desember 2019.
------------- 2019. Hari Lahir Pancasila: Pidato Lengkap Bung Karno 1 Juni 1945 di Sidang BPUPKI, Soekarno sebut
Sarinem Samiun dan Marhaen, diunduh dari : https://wartakota.tribunnews.com/2019/06/01/pidato-
lengkap-bung-karno-1-juni-1945-di-sidang-bpupki-soekarno-sebut-sarinem-samiun-dan-marhaen?page=2
Wikipedia. Pancasila (Budha), diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila_(Buddha), diakses Desember
2019
------------- Toleransi, diunduh dari Wikipedia. Toleransi. https://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi, Akses 18 Desember
2019.
------------- Lahirnya Pancasila,diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Lahirnya_Pancasila. Akses Desember 2019.
------------- Terminologi, diunduh dari Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Terminologi. Akses Desember 2019.
------------- Sumpah Pemuda, dikutip dan disari dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Pemuda.
------------ Kesejahteraan, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kesejahteraan, diakses 22 April 2020.
------------- Indonesia dan Perserikatan Bangsa Bangsa, diunduh dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_dan_Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses 22 April 2020
-------------- Kontingen Garuda, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kontingen_Garuda, diakses 22 April 2020
-------------- Konflik Sektarian Maluku, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_sektarian_Maluku, diakses 22
April 2020.
92