Anda di halaman 1dari 110

Modul PKBN SERI 2 WAJIB

EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA


DALAM GERAKAN NASIONAL BELA NEGARA
ISBN: 978-979-8878-10-7

Pengarah:
Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI

Penyunting:
Dr. Laksmi Nurharini, S.E., M.Si.

Penyusun:
Tim Pokja Modul Pembinaan Kesadaran Bela Negara

Desain Sampul:
Irene Angela, S.T. @ireneeangela

Redaksi:
Direktorat Bela Negara Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan
Kementerian Pertahanan RI
Gedung Jenderal R. Soeprapto Lantai 6
Jalan Tanah Abang Timur Nomor 8
Jakarta Pusat 10110

Diterbitkan oleh:

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia


Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 13-14 Jakarta Pusat
Telp : 021-3828893
Fax : 021-3505210
Email : datin.pothan@kemhan.go.id

Cetak Pertama – 2019


Kementerian Pertahanan Republik Indonesia

Hak Cipta dilindungi oleh Undang – Undang.


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
dari Kementerian Pertahanan Republik Indonesia

www.kemhan.go.id/pothan
KEMENTERIAN PERTAHANAN RI
DIREKTORAT JENDERAL POTENSI PERTAHANAN

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh,
Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,
Om Swastyastu, Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.

Bapak, Ibu, Saudara-Saudara sebangsa dan setanah air.


Lima belas tahun bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah
penantian atas lahirnya aturan pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Kini, Bela
Negara telah menjadi norma hukum yang diatur secara khusus
dalam Bab III Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara. Direktur Jenderal
Potensi Pertahanan

Pengaturan Bela Negara dalam peraturan-perundang-undangan ini menjadi sangat


penting terlebih mencermati perkembangan lingkungan strategis saat ini, baik di tingkat
global, regional dan nasional yang menunjukkan multidimensionalitas ancaman terhadap
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. Ancaman yang terjadi saat
ini lebih didominasi ancaman nonmiliter, yang berdimensi ideologi, ekonomi, politik, sosial
budaya, berdimensi teknologi, keselamatan umum, bahkan dapat berdimensi legislasi,
namun mengingat sifatnya yang sulit diprediksi, bukan tidak mungkin pada suatu saat,
ancaman militerpun kemungkinan bisa terjadi. Oleh karena itulah, kesadaran Bela Negara
setiap warga negara tersebut menjadi sangat penting sebagai wujud daya tangkal dan
kesiapsiagaan warga negara, baik dalam menghadapi kompleksitas ancaman nonmiliter
maupun bila suatu saat negara membutuhkan untuk menghadapi ancaman militer. Itulah
sebabnya kesadaran Bela Negara juga sebagai landasan membangun sistem pertahanan
negara baik dalam menghadapi ancaman nonmiliter maupun ancaman militer.

Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN) adalah upaya menanamkan


pengetahuan dan membentuk sikap mental dan perilaku serta tindakan warga negara yang
memiliki kesadaran dan kemampuan Bela Negara. PKBN perlu dilaksanakan secara masif,
terukur, terkoordinasi dan terstandarisasi di lingkup pendidikan, lingkup pekerjaan dan
lingkup masyarakat, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara. Untuk itu
Kementerian Pertahanan membuat Modul Pembinaan Kesadaran Bela Negara, yang terdiri
dari 1 Modul Ringkasan Eksekutif, 4 Modul Wajib dan 8 Modul Pilihan. Modul ini menjadi
acuan bagi Kementerian/Lembaga termasuk di Kementerian Pertahanan sendiri, TNI, Polri,
Pemerintah Daerah, dan komponen bangsa lainnya dalam menyelenggarakan Pembinaan
Kesadaran Bela Negara di lingkungannya masing-masing.

Saya berharap pemberian materi dalam modul tersebut akan menjadi bekal
wawasan dan pengetahuan yang dapat menumbuhkan kesadaran dan menguatkan tekad,

i
PENGANTAR MODUL
PEMBINAAN KESADARAN BELA NEGARA (PKBN)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan


Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara, Bab I Pasal 1 menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan “Pertahanan Negara” adalah segala usaha untuk
mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman serta gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara. Sedangkan yang dimaksud dengan “Sumber
Daya Nasional” adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya
buatan.

Dalam rangka mengimplementasikan amanat undang-undang tersebut,


khususnya dalam pengelolaan sumber daya manusia Indonesia, yang dimaknai sebagai
seluruh warga negara Indonesia (WNI) yang memberikan daya dan usahanya untuk
kepentingan bangsa dan negara. Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan, Kementerian
Pertahanan, memadang perlu untuk melakukan program pembinaan kesadaran bela
negara (PKBN). Pogram PKBN merupakan segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan
kepada warga negara guna menumbuh-kembangkan sikap dan perilaku, serta
menanamkan nilai dasar Bela Negara. Pada dasarnya pelaksanaan program PKBN
ditujukan terutama untuk:

1. Menyadarkan seluruh warga negara Indonesia (WNI) akan pentingnya segala


usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI,
dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman serta gangguan terhadap
bangsa dan negara, secara terus-menerus pantang menyerah, agar kesinam-
bungan hidup bangsa dan negara dapat dipertahankan dari masa ke masa.
2. Membentuk sikap dan perilaku bela negara seluruh WNI yang mencerminkan
tekad, sikap dan perilaku WNI, baik secara perseorangan maupun kolektif
dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
bangsa dan negara, yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI, yang

iii
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan
Negara dari berbagai ancaman.
3. Menggerakan seluruh WNI di setiap lingkup (pendidikan, masyarakat, dan
pekerjaan) untuk melakukan upaya tindakan nyata bela NKRI, dalam gerakan
nasional bela negara, siap menghadapi tantangan dan ancaman perubahan
jaman dari era ke era berikutnya.

Salah satu sarana untuk mendukung keberhasilan tujuan program PKBN,


Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan menyusun modul pembinaan kesadaran bela
negara yang disingkat “Modul PKBN”, yang terdiri dari 12 judul pokok bahasan yaitu :
1. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
2. Empat Konsensus Dasar Negara
3. Tataran Dasar Bela Negara
4. Wawasan Kebangsaan
5. Wawasan Nusantara
6. Kearifan Lokal
7. Ketahanan Nasional
8. Kepemimpinan
9. Sistem Pertahanan Semesta
10. Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme
11. Pencegahan Korupsi
12. Pengetahuan Cyber
Keduabelas judul pokok bahasan tersebut disusun dalam rancangan pembela-
jaran atau kurikulum, yang mendasarkan pada upaya pencapaian tujuan program PKBN
tersebut diatas. Secara garis besar di-ilustrasikan pada gambar 1 - Payung, berikut ini :

Gambar 1 : Ilustrasi Kurikulum – Paket Modul PKBN

iv
Ilustrasi gambar “Payung”, merupakan dasar berpikir pengembangan
penyusunan Modul PKBN, yang terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu:
1. Kanopi (canopy), pelindung terhadap sinar matahari, hujan, angin, dan cuaca
2. Tiang (shank), memperkuat kanopi atau pelindung
3. Pegangan (handle), penahan tiang dan kanopi, merupakan kekuatan atau
fondasi perlindungan terhadap berbagai perubahan cuaca

Kaitan pengembangan kurikulum program PKBN dengan ilustrasi payung tersebut


dimuka, dalam penyusunan Paket Modul PKBN yang dirancang untuk mencapai tujuan
program PKBN, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pokok bahasan yang befungsi sebagai “kanopi” dalam “melindungi” bangsa


dan negara terhadap dinamika tantangan dan ancaman perubahan jaman,
disusun 2 (dua) modul yang dirancang sebagai berikut:

a. Modul Wajib 1, Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia, dimana


penekanan konten pada ranah “menyadarkan” warga negara agar terdo-
rong untuk melakukan upaya bela negara, karena sejarah merupakan :
1) Sumber pelajaran sikap dan perilaku yang telah berhasil dilakukan oleh
para pendahulu bangsa, dalam upayanya mempertahankan
kelangsungan hidup bangsa dan negara.
2) Sumber kesadaran waktu, yang menyadarkan seluruh WNI bahwa
peristiwa-peristiwa yang tercatat dalam sejarah merupakan sesuatu
yang terus bergerak dari masa silam, bermuara ke masa kini, dan
berlanjut ke masa depan. Hal ini menyadarkan warga negara bahwa
sikap dan perilaku pada masa kini akan berimplikasi kepada kehidupan
bangsa di masa depan, dan mendorong mereka untuk mengukir
sejarahnya dengan sebaik-baiknya.
3) Sumber inspirasi, artinya sikap dan perilaku para pendahulu bangsa
dalam kiprahnya mengangkat harkat dan martabat bangsa, serta
memperjuangkan kelangsungan hidup bangsa dan negara, merupakan
keteladanan yang meng-inspirasi warga negara generasi berikutnya.
4) Sumber yang menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme,
yang terbangun karena kesadaran adanya kesamaan sejarah di masa
lampau, dan adanya keinginan untuk membuat sejarah besar di masa
yang akan datang.
5) Sumber kesadaran jatidiri bangsa, merupakan identitas bangsa yang
harus dibentuk secara berkesinambungan oleh WNI dari masa ke masa,
agar dihormati dan dihargai negara lain di kancah internasional.

v
b. Modul Wajib 2, 4 (empat) Konsensus Dasar Negara, dimana penekanan
konten pada ranah “menyadarkan” bahwa keempat konsensus tersebut
yaitu: Pancasila; UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika,
merupakan dasar atau landasan warga negara dalam bersikap, berpikir,
berkata dan bertindak, untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa
dan negara.

2. Pokok bahasan yang befungsi sebagai “tiang” dalam melindungi bangsa dan
negara terhadap dinamika tantangan dan ancaman perubahan jaman, disusun
6 (enam) modul yaitu:
a. Modul Wajib 3, Tataran Dasar Bela Negara, berisi tentang konsep-konsep
nilai-nilai dasar bela negara, dimana penekanan konten pada ranah
“menyadarkan” dan “membangun sikap” warga negara agar terdorong
untuk mengimplementasikan nilai-nilai dasar bela negara.
b. Modul Pilihan 3.1, Wawasan Kebangsaan, berisi tentang konsep-konsep
kebangsaan, merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara.
Pemahaman wawasan kebangsaan diperlukan untuk “menyadarkan” dan
“membangun sikap” membela bangsa Indonesia.
c. Modul Pilihan 3.2, Wawasan Nusantara, berisi tentang konsep-konsep
nusantara atau kewilayahan, merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela
negara. Pemahaman kewilayahan diperlukan untuk “menyadarkan” dan
“membangun sikap” membela negara kepulauan Indonesia.
d. Modul Pilihan 3.3, Kearifan Lokal, berisi tentang konsep-konsep kearifan lokal
atau jatidiri bangsa, merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara.
Pemahaman kearifan lokal diperlukan untuk “menyadarkan” dan “membangun
sikap” warga negara dalam merevitalisasi kearifan lokal sebagai upaya
mempertahankan kesinambungan hidup bangsa dan negara.
e. Modul Pilihan 3.4, Ketahanan Nasional, berisi tentang konsep-konsep
ketahanan nasional, merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara.
Pemahaman ketahanan nasional “menyadarkan” dan “membangun sikap” untuk
meningkatkan astagatra ketahanan dalam upaya bela negara.
f. Modul Pilihan 3.5, Kepemimpinan, berisi tentang konsep-konsep kepemim-
pinan, merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara. Pemaha-man

vi
kepemimpinan diperlukan untuk “menyadarkan” dan “membangun sikap” dalam
memimpin program aksi bela negara menghadapi tantangan dan ancaman
perubahan jaman, demi keberlangsungan hidup bangsa dan negara

3. Pokok bahasan yang berfungsi sebagai “pegangan/fondasi” dalam melindungi


bangsa dan negara terhadap dinamika tantangan dan ancaman perubahan
jaman, disusun 4 (empat) modul yang dirancang sebagai berikut:
a. Modul Wajib 4, Sistem Pertahanan Semesta, berisi tentang konsep-
konsep dan operasionalisasi pertahanan negara, dalam suatu sistem yang
bersifat kesemestaan yang melibatkan seluruh sumber daya nasional, baik
warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan maupun sarana-
prasarana, dalam menghadapi ancaman militer, non militer dan hibrida di
semua bidang. Pemahaman sistem pertahanan semesta diperlukan untuk
“membangun” dan “membentuk sikap dan perilaku nyata” membela negara
b. Modul Pilihan 4.1, Pencegahan Penanggulangan Terorisme, berisi tentang
konsep-konsep dan operasionalisasi metode pencegahan dan penanggulangan
terorisme yang berpotensi membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan
negara. Pemahaman materi ini diperlukan untuk “membangun” dan “membentuk
sikap dan perilaku nyata” membela negara menghadapi ancaman terorisme.
c. Modul Pilihan 4.2, Pencegahan Korupsi, berisi tentang konsep-konsep dan
operasionalisasi metode pencegahan dan penanggulangan korupsi yang
berpotensi merusak moral kehidupan bangsa dan negara. Pemahaman materi ini
diperlukan untuk “membangun” dan “membentuk sikap dan perilaku nyata” dalam
membela negara dalam upaya pemberantasan korupsi.
d. Modul Pilihan 4.3, Pengetahuan Cyber, berisi tentang konsep-konsep dan
operasionalisasi ancaman di ranah kejahatan cyber (antara lain: pembobolan
situs, pencurian data, penyebaran virus/program jahat) yang berpotensi
membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Pemahaman
pengetahuan cyber diperlukan untuk “membangun” dan “membentuk sikap dan
perilaku nyata” membela negara terhadap ancaman kejahatan cyber.
Rancang bangun hubungan antar modul rangkaian Modul PKBN, seperti terlihat
pada gambar 2 - “desain instruksional” berikut ini:

vii
DESAIN INSTRUKSIONAL MODUL PKBN

SERI
1 MODUL : SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
WAJIB

SERI
2 MODUL : 4 (EMPAT) KONSENSUS DASAR NEGARA
WAJIB (PANCASILA; UUD NRI 1945 ; NKRI; BHINEKA TUNGGAL IKA)

SERI MODUL :
3.1 WAWASAN KEBANGSAAN
PILIHAN
SERI MODUL :
3.2
PILIHAN
WAWASAN NUSANTARA
MODUL :
SERI
TATARAN DASAR
SERI MODUL :
3 3.3
WAJIB BELA NEGARA PILIHAN
KEARIFAN LOKAL
SERI MODUL :
3.4
PILIHAN
KETAHANAN NASIONAL
SERI MODUL :
3.5
PILIHAN
KEPEMIMPINAN

SERI MODUL :
4.1 PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN
PILIHAN TERORISME
MODUL :
SERI SISTEM SERI MODUL :
4 4.2
PERTAHANAN PENCEGAHAN KORUPSI
WAJIB PILIHAN
SEMESTA SERI MODUL :
4.3
PENGETAHUAN CYBER
PILIHAN
Gambar 2 : Desain Instruksional Modul PKBN
viii
Setiap Topik Modul PKBN disusun berdasarkan alur pikir yang diawali dengan
pengertian atau pemahaman dari judul topik bahasan, kemudian di elaborasi pada
konsep-konsep dari topik bahasan, selanjutnya pembahasan digiring mengerucut pada
paparan implementasi kearah gerakan nasional bela negara. Alur pikir pembahasan topik
Modul PKBN, dapat dilihat pada gambar 3 – desain instruksional setiap topik modul.

Modul PKBN dirancang sebagai bekal atau pedoman mengajar bagi para
Instruktur/ Pengajar/Pembina/Widyaiswara, yang ditugaskan untuk menyadarkan,
menginternalisasi-kan nilai-nilai dasar bela negara, membentuk serta memberdayakan
sikap dan perilaku nyata warga negara untuk secara terus-menerus membela bangsa
dan NKRI, yang terwujud di dalam tindakan warga negara sehari-hari, baik di lingkup
pendidikan, lingkup masyarakat maupun lingkup pekerjaan.

Rancangan setiap Modul PKBN, merupakan “Paket Pembelajaran” yang disusun


ke dalam 7 (tujuh) kategori sebagai berikut :

A. MATERI / BAHAN AJAR


B. KELOMPOK PESERTA PKBN
C. STANDAR KOMPETENSI PER KELOMPOK PESERTA
D. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN PER KELOMPOK PESERTA
E. SARANA/MEDIA PEMBELAJARAN PER KELOMPOK PESERTA
F. METODE EVALUASI HASIL BELAJAR PER KELOMPOK PESERTA
G. PENGUATAN (REINFORCEMENT) PEMBELAJARAN

Penyusun sangat menyadari bahwa modul ini jauh dari sempurna. Dengan segala
kekurangan yang ada pada modul ini, kami mohon kesediaan pembaca untuk dapat
memberikan masukan yang konstruktif guna penyempurnaan selanjutnya, semoga
modul ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Jakarta, Desember 2019


Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia

ix
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i


PENGANTAR MODUL PKBN …………………………………………………………… iiii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. viiix
DAFTAR GAMBAR ………………………………………...……………………………… xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………… xii

A. MATERI / BAHAN AJAR ………………………………………………………………. 1


Bagian I : PEMAHAMAN EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA …….............. 1
1. Latar Belakang ………………………………………………………… 1
2. Pengertian Empat Konsensus Dasar Negara …………………….…… 13
3. Landasan Hukum ………………………..………………………….…. 4
4. Sejarah Pemikiran 4 Pilar Kabangsaan ……………..……….…… 4

Bagian II : PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR NRI 1945 ………………. 67


1. Pancasila ………………………………………….……………………. 67
2. Undang-Undang Dasar 1945 ……………………..……..……… 716

Bagian III : NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DAN


BHINNEKA TUNGGAL IKA ………………………………………………. 21
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia ……………………………………21
2. Bhinneka Tunggal Ika …………….…………………………………… 26

Bagian IV : IMPLEMENTASI EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA ……………. 31


1. Peran Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara …… 33
2. Peran UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ………………. 33
3. Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ……………… 34
4. Implementasi Konsep Bhinneka Tunggal Ika ………………………… 39

Bagian V : GERAKAN AKSI BELA NEGARA SEBAGAI IMPLEMENTASI


EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA ………………………… 45
1. Program Aksi Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) ……………….48
2. Membangun Kemampuan Komunikasi Antar Budaya ………………….. 50
3. Gerakan Pengimplementasian Bhinneka Tunggal Ika ……………… 50
4. Program Aksi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ………. 51
5. Gerakan Cinta Pancasila ……………………………………………… 51
6. Gerakan Kepemimpinan Demokratis ………………………………… 55
7. Gerakan Sosial (Social Action) ……………………………………….. 55

x
B. KELOMPOK PESERTA PKBN ……………………………………………………… 57

C. STANDAR KOMPETENSI …………………………………………………………... 59


1. Pengertian ………………………………………………………….. 59
2. Garis Besar Standar Kompetensi di setiap Tingkat …………………………... 62
3. Matriks Standar Kompetensi di setiap Lingkup …………………………….… 63

D. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN ……………………………………….. 65


1. Pengertian …………………………………………………………………….. 65
2. Garis Besar Metode/Strategi Pembelajaran di setiap Tingkat ………………. 73
3. Matriks Metode/Strategi Pembelajaran di setiap Lingkup …………………… 74

E. SARANA/MEDIA PEMBELAJARAN ………………………………………….…. 76


1. Pengertian ……………………………………………………………………….. 77
2. Garis Besar Sarana/Media Pembelajaran di setiap Tingkat ……………….. 85
3. Matriks Sarana/Media Pembelajaran di setiap Lingkup …………………….. 86

F. METODE EVALUASI …………………………………………………………….… 79


1. Pengertian …………………………………………………………………….. 79
2. Garis Besar Metode Evaluasi di setiap Tingkat ……………………………… 81
3. Matriks Metode Evaluasi di setiap Lingkup ………………………………….. 82

G. PENGUATAN (Reinforcement) PEMBELAJARAN ………………….……………. 84


1. Pengertian …………………………………………………………………………. 84
2. Tujuan Pemberian Penguatan ………………………………………………….. 85
3. Jenis-Jenis Penguatan ………………………………………………………….. 86
4. Prinsip Penguatan ………………………………………………………………. 87
5. Cara Penggunaan Penguatan …………………………………………………. 87

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….……………………… 89

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Ilustrasi Kurikulum – Paket Modul PKBN …………………………….…. iv


Gambat 2 : Desain Instruksional - Modul PKBN ………………………………..…..… viii
Gambar 3 : Desain Instruksional – Modul Empat Konsensus Dasar Negara ……….. xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Kelompok Lingkup Pendidikan …………………………………………… 57


Tabel 2 : Kategori Kompetensi Ranah Pengetahuan (Cognitive : C) ………………. 57
Tabel 3 : Kategori Kompetensi Ranah Sikap (Affective : A) ………………..……….. 60
Tabel 4 : Kategori Kompetensi Ranah Perilaku ( Psikomotorik : P) ………..………. 61
Tabel 5 : Standar Kompetensi – Empat Konsensus Dasar Negara .......................... 62
Tabel 6 : Matriks Standar Kompetensi – Empat Konsensus Dasar Negara .…………. 63
102
Tabel 7 : Metode Pembelajaran – Empat Konsensus Dasar Negara ……………….. 73
104
Tabel 8 : Matriks Metode Pembelajaran – Empat Konsensus Dasar Negara ……….. 74
78
Tabel 9 : Matriks Media Pembelajaran – Empat Konsensus Dasar Negara …..…….
Tabel 10 : Metode Evaluasi – Empat Konsensus Dasar Negara ……………..………….110
81
Tabel 11 : Matriks Metode Evaluasi – Empat Konsensus Dasar Negara .………….... 82

iv
viii

xii
DESAIN INSTRUKSIONAL - EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA

Contoh Gerakan antara lain:


1. Program Aksi MPR
2. Membangun Kemampuan
Komunikasi Antar Budaya
3. Gerakan Pengimplementasian
Bhinneka Tunggal Ika
4. Program Aksi BPIP
5. Gerakan Cinta Pancasila
6. Gerakan Kepemimpinan
Demokrasi
7. Gerakan Sosial (Social Action)

Gambar 3 : Desain Instruksional – Empat Konsensus Dasar Negara

xiii
A. MATERI/BAHAN AJAR

Bagian I

PEMAHAMAN EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA

1. Latar Belakang

Dalam ruang geografis ada berbagai suku bangsa, etnis, agama, budaya dan
berbagai keturunan bangsa asing, yang tinggal bersama dan melakukan kehidupan
sehari-hari dalam satu wadah Kesatuan Negara Indonesia atau Negara Kesatuan
Republik Indonesia disingkat NKRI. Wadah NKRI berdasarkan Pancasila, oleh karena
itu rasa kebangsaan warga negara Indonesia (WNI) berdasarkan nilai-nilai Pancasila,
yang disebut juga nasionalisme Pancasila.

Bila kita menengok pada lingkungan strategis atau lingkungan diluar negara,
hubungan antar bangsa senantiasa diwarnai oleh kompetisi dan kerjasama. Dalam
hubungan tersebut, setiap bangsa berupaya untuk mencapai dan mengamankan
kepentingan nasionalnya masing-masing dengan menggunakan semua instrumen
kekuatan nasional yang dimilikinya.

Dalam kaitan kepentingan nasional itulah, bangsa Indonesia tentu saja harus
senantiasa mengembangkan dan memiliki kesadaran akan pentingnya ruang (space
consciousness) dan kesadaran geografis (geographical awareness) dimana seseorang
hidup. Kita sebagai bangsa Indonesia memiliki ruang hidup sebuah Negara kesatuan
yang juga negara kepulauan. Hal ini secara logis harus disadari, karena Indonesia
berada pada posisi geografis yang strategis dan terbuka serta mengandung keragaman
potensi sumber kekayaan alam, yang merupakan peluang dan keuntungan bagi bangsa
Indonesia dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya. Namun di sisi lain, posisi
geografis yang menjadi perlintasan dan pertemuan kepentingan berbagai negara ini,
mengandung pula kerawanan dan kerentanan karena pengaruh perkembangan
lingkungan strategis yang dapat berkembang menjadi ancaman bagi ketahanan bangsa
dan pertahanan Negara.

1
Oleh sebab itu bangsa Indonesia harus memiliki wawasan atau cara pandang
tentang diri dan lingkungannya. Baik berupa Wawasan Kebangsaan yaitu cara pandang
tentang konsep-konsep mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi
oleh jatidiri bangsa serta kesadaran terhadap sistem nasional dalam memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara, demi mencapai visi Indonesia.
Juga berupa Wawasan Nusantara atau cara pandang tentang konsep-konsep kepulauan
wilayah NKRI yang meliputi darat, laut, dan udara di atasnya sebagai suatu kesatuan
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Wawasan Nusantara
sebagai pandangan geopolitik, yang memandang wilayah nusantara sebagai ruang
hidup, yang harus dipertahankan dan dikelola sebagai sumber kehidupan bangsa
Indonesia dalam mencapai tujuan dan cita-cita nasional, agar kedaulatan negara,
keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan segenap bangsa tetap terjaga
keberlanjutannya di setiap era perkembangan jaman. Seperti yang ditegaskan oleh Bung
Karno betapa pentingnya geopolitik, sehingga tidak hanya keutuhan bangsa yang
penting, tetapi juga keutuhan tanah air.1

Rasa kebangsaan sebagai manifestasi dari rasa cinta tanah air, pada giliranya
membangkitkan kesadaran kita akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa, serta
pentingnya menjaga tanah air. Bagi Bung Karno, rasa kebangsaan bukan lagi cita –cita,
tetapi satu fakta objektif, mengalami penderitaan dan pengalaman yang sama, laksana
mempunyai jiwa yang sama, antara lain rasa kebangsaan2. Pengembangan rasa
kebangsaan dalam wawasan kebangsaan berlandaskan pada Empat Konsensus Dasar
Negara atau Empat Pilar Kebangsaan sebagai soko gurunya, yaitu: Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945), Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan inti
dari pembahasan Modul ini.

1
Buku Induk: Nilai-Nilai Kebangsaan Indonesia Yang bersumber dari Empat Konsensus Dasar Bangsa. (Lembaga Ketahanan
Nasional Republik Indonesia Tahun 2012), hal 2
2 Bung Karno. Kebangsaan Dalam Pancasila, Penyunting Floribetta Aning. Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno. Yogyakarta:

Media Presindo, hal 141

2
2. Pengertian Empat Konsensus Dasar Negara

Perjuangan bangsa Indonesia dalam rangka membentuk satu kesatuan sebagai


bangsa (nation) dan membentuk negara yang merdeka, penuh dengan dinamika dan
pasang surut. Dari berbagai peristiwa sangat penting perjalanan perjuangan tersebut,
diletakkan komitmen dan konsensus bangsa. Peristiwa sangat penting adalah
“Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, yang dilanjutkan dengan
pengesahan Undang-Undang Dasar NRI 1945”, merupakan “Konsensus Nasional
(seluruh WNI)”, bahwa pengaturan kehidupan berkebangsaan dan kehidupan
bernegara dalam Negara Indonesia yang dibentuk, disepakati:3

a. dilandasi oleh ideologi negara yang disebut Pancasila,


b. dilandasi oleh sebuah konstitusi negara yang disebut UUD NRI 1945,
c. konsepsi bentuk negaranya adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
d. bahwa masyarakatnya berada dalam satu ke-Indonesiaan yang terdiri dari
berbagai suku/ras/etnis, budaya, agama dan norma kehidupan yang
dicerminkan dalam Bhinneka Tunggal Ika.

Empat Konsensus Nasional tersebut menjadi panduan penting dalam


menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam perjalanan sejarah sampai
saat ini.4

Empat Konsensus Dasar Negara yang juga disebut Empat Pilar Kebangsaan
adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia merasa nyaman,
aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam gangguan dan
bencana. Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara kokoh.
Bila tiang rapuh maka bangunan akan mudah roboh. Maknanya 4 konsensus dasar
negara sebagai fondasi atau dasar yang menentukan kokohnya bangunan kehidupan
berbangsa dan bernegara, karena berisi nilai-nilai kebangsaan yang harus dipahami
oleh seluruh masyarakat.

3 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit, hal. 28


4 Ibid

3
Setiap pilar memiliki tingkat, fungsi dan konteks yang berbeda. Pada prinsipnya,
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, kedudukannya berada di atas tiga pilar
yang lain. Empat pilar tersebut merupakan prasyarat minimal bagi bangsa Indonesia
untuk berdiri kokoh dan meraih kemajuan berlandaskan karakter kepribadian bangsa
Indonesia sendiri.

3. Landasan Hukum

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan


Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014,5 diikuti dengan Peraturan MPR tahun 2014,6
dan didukung oleh Inpres Nomor 6 tahun 2005,7 menugaskan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia untuk memasyarakatkan Ketetapan MPR, Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika, kepada masyarakat di seluruh wilayah
tanah air.

Inti dari Inpres Nomor 6 tahun 2005, adalah tentang dukungan dan bantuan bagi
kelancaran terlaksananya sosialisasi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, sesuai lingkup tugas
kewenangannya.

4. Sejarah Pemikiran 4 Pilar Kebangsaan

Pemikiran Taufiq Kemas tentang 4 Pilar ini pertama kali diungkap saat pelun-
curan bukunya yang berjudul Empat Pilar untuk Satu Indonesia: Visi Kebangsaan dan
Pluralisme, di Jakarta pada 22 Februari 20128. Taufiq mengungkapkan keyakinannya
bahwa 4 Pilar, terutama Pancasila, merupakan rumusan cita-cita besar bangsa
Indonesia. "Pancasila adalah terjemahan dorongan hati manusia Indonesia ke dalam

5
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 jo Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014, Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, Pasal 5
huruf a dan b, Pasal 11 huruf c.
6
Peraturan MPR RI NOMOR 1 TAHUN 2014 Tentang Tata Tertib MPR RI Pasal 6 huruf a dan b, Pasal 13 huruf c.
7
INPRES NO.6 TAHUN 2005 Tentang Dukungan Kelancaran Pelaksanaan Sosialisasi Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Yang Dilakukan Oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
8
Liputan6. Pilar Kebangsaan Buah Pikiran Taufik Kiemas ,diunduh dari https://www.liputan6.com/news/read/607766/4-pilar-
kebangsaan-buah-pikiran-taufiq-kiemas https, diakses Rabu, 18 Desember 2019.

4
dimensi sosial-politik. Dalam Pancasila, bangsa Indonesia melihat wajahnya
sebagaimana ia mencita-citakan,"

Pencetusan ide ini diterima secara aklamasi pada tahun 2009. Setelah terpilih
sebagai Ketua MPR, Taufiq secara marathon melakukan berbagai rapat dengan ketua
fraksi MPR untuk membuat sebuah program sosialisasi Undang-Undang Dasar 1945 dan
juga Pancasila. Dari sinilah gagasan Empat Pilar kebangsaan berawal. Gagasan ini
dibuat untuk menunjukkan betapa pentingnya menjaga kesatuan dan persatuan serta
mengamalkan Pancasila.

Pada awal munculnya gagasan Empat Pilar Kebangsaan dihadapkan pada kritik
dan perdebatan yang cukup keras. Empat Pilar Kebangsaan yang berasal dari
Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika dianggap tidak pantas
disejajarkan. Alasannya karena Pancasila yang merupakan dasar negara memiliki nilai
lebih tinggi dibandingkan 3 pilar lainnya. Selain itu, perdebatan juga muncul dari
penetapan tanggal lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1945, kenapa bukan pada tanggal 18
Agustus 1945. Beberapa pihak berpendapat bahwa Pancasila lahir pada 18 Agustus
1945 setelah disahkan oleh PPKI menjadi dasar negara Indonesia.

Taufik Kemas mengemukakan argumentasinya sebagai berikut :

a. Alasan Pancasila lahir 1 Juni 1945, karena pada saat itu Bung Karno pertama
kalinya berpidato dan mengeluarkan gagasan mengenai 5 pokok dasar negara
dihadapan sidang BPUPKI. Sedangkan 18 Agustus kini diperingati sebagai hari
konstitusi karena pada hari itu PPKI mengesahkan Pancasila dan UUD 1945
sebagai ideologi negara. Diplomasi Taufiq Kiemas membuat semua perdebatan
yang ada kini tidak pernah muncul. MPR RI secara konsisten selalu
memperingati 1 Juni 1945 sebagai hari lahirnya Pancasila, dan 18 Agustus
1945 sebagai hari konstitusi.

b. UUD 1945 berisi rumusan aturan dasar sebagai salah satu penentu kema-juan
suatu bangsa dan Negara. Berdasarkan isi yang terkandung didalam-nya,
maka dapat dijadikan sebagai pedoman dasar berpikir untuk mengelola
berbagai potensi yang ada dalam diri setiap individu. Potensi diri lalu
dikembangkan menjadi kesadaran untuk menjaga dan melindungi bangsa dan

5
negara serta wilayah yang didalamnya terdapat sumber daya manusia, sumber
daya alam, sarana-prasarana serta kekayaan alam lainnya.

c. Karakter yang unggul sangatlah perlu di tanamkan dalam diri para generasi
muda sebab karakter merupakan akar sekaligus cerminan dari budaya sebuah
bangsa. Pemuda harus memiliki karakter yang unggul dan juga harus
didampingi oleh Empat pilar kebangsaan, agar bangsa dan negara kita menjadi
lebih maju, dan masa depan bangsa yang lebih baik.

d. Mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup Bangsa


Indonesia. Dalam penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional pengamalan
Pancasila sebagai dasar Negara dan pandangan hidup bangsa penting untuk
dilaksanakan. Dengan dasar pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia maka seluruh elemen masyarakat dapat mentaati peraturan
perundang-undangan yang berlaku di negara Indonesia.

Akhirnya pada tanggal 1 Juni di era Pemerintahan Joko Widodo ditetapkan sebagai
hari lahirnya Pancasila melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2016 Tentang Hari Lahir Pancasila, pada tanggal 1 Juni 2016.

6
Bagian II

PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR


NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1945

Telah dijelaskan pada bagian I bahwa Pancasila merupakan dasar negara dan
sebagai ideologi nasional, dan Undang-Undang Dasar NRI 1945 sebagai landasan
konstitusi negara. Untuk lebih memahami Pancasila dan UUD NRI 1945, maka pada
bagian ini kedua konsensus itu akan dibahas lebih mendalam.

1. Pancasila

a. Pengertian Pancasila secara Etimologis9

Secara Etimologis istilah “Pancasila” berasal dari sangsekerta dari india,


merupakan bahasa kasta Brahmana, sedangkan bahasa rakyat biasa adalah Prakerta.
Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa sangsekerta perkataan Pancasila memiliki
dua macam arti secara leksikal yaitu: Panca ”artinya lima” dan “syla” vokal “i” pendek
artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar” “syila” vokal “i” panjang artinya “peraturan
tingkah lakuyang baik, yang penting atau yang senonoh”. Kata kata tersebut kemudian
dalam bahasa Indonesia terutama dalam bahasa Jawa diartikan “susila” yang memiliki
hubungan dengan moralitas, oleh karena itu secara etimologis kata “Pancasila “ yang
dimaksudkan adalah istilah “panca syilia” dengan vokal “i” pendek yang memiliki makna
leksikal “ berbatu sendi lima” , atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”.
Adapun istilah “panca syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku
yang penting.

Perkataan Pancasila mula mula terdapat dalam kepustakaan Budha di India.


Ajaran Budha bersumber pada kitab suci Tri Pitaka yang terdiri atas tiga macam buku
besar yaitu: Sutha Pitaka, Abhidama Pitaka dan Vinaya Pitaka. Dalam ajaran Budha

9
Cekkembali. Pengertian Pancasila Secara Etimologis , diunduh dari https://www.cekkembali.com/pengertian-pancasila-
secara-lengkap/3, diakses Desember 2019

7
terdapat ajaran moral untuk mencapai Nirwana dengan melalui Samadhi, dan setiap
golongan berbeda kewajiban moralnya. Ajaran ajaran moral tersebut adalah sebagai
berikut: Dasasyila, Saptasyila, Pancasyiila.

Ajaran Pancasila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau
five moral principles, yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut biasa atau
awam. Pancasyiila yang berisi lima larangan atau pantangan itu menurut isi lengkapnya
adalah sebagai berikut10:

1) Pāṇātipātā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi artinya Aku bertekad melatih


diri untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup.
2) Adinnādānā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi, artinya Aku bertekad melatih
diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan.
3) Kāmesu micchācārā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi, artinya Aku bertekad
melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila.
4) Musāvāda veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi, artinya Aku bertekad untuk
melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar.
5) Surā-meraya-majja-pamādaṭṭhānā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādi-yāmi,
artinya aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minuman dan
makanan yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran dan kewaspadaan.

Dengan masuknya kebudayaan India ke indonesia melalui penyebaran agama


Hindhu dan Budha, maka ajaran “pancasila” Budhisme-pun masuk ke dalam
kepustakaan Jawa, terutama pada Jaman Majapahit. Perkataan “pancasila” dalam
khasanah kesusasteraan nenek moyang kita jaman keemasan keprabuan Majapahit
dibawah raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gadjah Mada, dapat ditemukan dalam
keropak (daun lontar) negara kertagama, yang berupa kakawin (sair pujian) dalam
pujangga istana bernama empu Prapanca yang selesai ditulis pada tahun 1365, dimana
dapat kita temui dalam sarga yang berbunyi sebagai berikut:

10
Saṅgha Theravada Indonesia. Paritta Suci: Kumpulan Paritta dan Penggunaannya Dalam Upacara-Upacara.Yayasan
Dhammadīpa Ārāma, 1996-hal 36 , diunduh dari https://samaggi-phala.or.id/download/paritta/Paritta_Suci.pdf

8
Yatnaggegwani pancasyiila kartasangkarbgisekata, yang artinya raja menjalankan
dengan dengan setia kelima pantangan (Pancasila), begitupula upacara – upacara ibadat
dan penobatan-penobatan.

Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam mulai tersebar ke seluruh Indonesia
maka sisa-sisa pangaruh ajaran moral Budha (Pancasila) masih juga dikenal dalam
masyarakat Jawa, yang disebut dengan “Lima larangan” atau “lima Pantangan” moralitas
yaitu dilarang: Mateni, artinya membunuh, Maling, artinya mencuri, Madon, artinya
berzina, Mabok, artinya minum minuman keras atau menghisap candu, Main, artinya
berjudi. Semua huruf dalam ajaran moral tersebut diawal dengan huruf “M” atau dalam
bahasa Jawa disebut “Ma lima” atau “M 5” yaitu lima larangan.

b. Tinjauan Pancasila Secara Historis11

Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia tidak terlepas


dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Pada tahun
1943 posisi Jepang semakin genting karena menghadapi gempuran tentara Sekutu. Di
samping itu, mereka juga menghadapi perlawanan di setiap daerah. Para pendahulu
bangsa Indonesia memanfaatkan situasi ini mendesak Jepang agar bersedia
memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Desakan tersebut ternyata
mendapatkan respon dari pemerintah Jepang. Pada tanggal 7 September 1944 Perdana
Menteri Koyso menjanjikan kemerdekaan kelak di kemudian hari. Untuk meyakinkan
bangsa Indonesia terhadap janji tersebut dibentuklah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Zyunbi Tyoshakai pada 1
Maret 1945. Anggota BPUPKI ini terdiri dari 60 anggota berasal dari Indonesia, 4 anggota
keturunan Cina, satu anggota keturunan Belanda dan satu anggota dari keturunan Arab.
Dalam salah satu sidang BPUPKI, tepatnya tanggal 1 Juni 1945, telah diadakan
pembicaraan mengenai dasar negara Indonesia.

11Ahmad Basarah diunduh dari:


https://nasional.kompas.com/read/2017/01/15/19274361/tinjauan.historis.dan.yuridis.pancasila?page=all. Akses Desember
2019

9
Berikut ini proses perumusan Pancasila dalam sidang BPUPKI, yang diawali
dengan pidato Mr. Muh. Yamin, berikutnya pidato Ir. Soekarno, hingga rumusan panitia
sembilan yang diketuai oleh Ir Soekarno (dikenal dengan Piagam Jakarta) :

Rumusan Pertama, Pidato Mr. Muhammad Yamin pada tanggal 29 Mei 1945,
yang menghasilkan 5 Asas Dasar Negara Indonesia Merdeka, yaitu :
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Rakyat.

Rumusan Kedua, Pada tanggal 1 Juni 1945, pidato Ir. Soekarno di Sidang
BPUPKI, menyampaikan alternatif rumusan 5 sila versi Bung Karno, yaitu:12
1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasional atau perikemanusiaan
3) Mufakat atau demokrasi
4) Kesejahteraan Sosial
5) Ketuhanan yang berkebudayaan.
Pidato Ir. Soekarno tentang Pancasila sebagai “dasar falsafah negara”, yang
dengan tegas mengusulkan filosofische grondslag untuk negara yang akan dibentuk,
diterima secara aklamasi oleh seluruh anggota BPUPKI, menjadi keputusan- keputusan
BPUPKI yang bersifat mengikat, tidak lagi sebatas pendapat pribadi Soekarno. Bahkan
pidato steno-grafisch verslag tersebut, oleh Panitia Kecil yang dibentuk BPUPKI dijadikan
sebagai “bahan baku untuk menghasilkan rumusan final Pancasila”.

Rumusan Ketiga (Final), pada sidang tanggal 22 Juni 1945, yang disusun oleh
“Panitia Sembilan” menghasilkan rumusan Pancasila yang dikenal sebagai “Piagam
Jakarta”, yaitu :

1) Ketuhanan Yang Maha Esa


2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia

12 Tribun News. Hari Lahir Pancasila: Pidato Lengkap Bung Karno 1 Juni 1945 di Sidang BPUPKI, Soekarno sebut Sarinem Samiun
dan Marhaen, diunduh dari : https://wartakota.tribunnews.com/2019/06/01/pidato-lengkap-bung-karno-1-juni-1945-di-
sidang-bpupki-soekarno-sebut-sarinem-samiun-dan-marhaen?page=2

10
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Komposisi Panitia Sembilan terdiri dari empat orang kelompok Kebangsaan yakni
Mohammad Hatta, Alexander Andires Maramis, Mohammad Yamin, Achmad Soebardjo
dan empat orang kelompok Islam yakni K.H. Wachid Hasjim, H. Agus Salim, Abdoel
Kahar Moezakir, dan Abikoesno Tjokrosoejoso, serta Soekarno sebagai ketua Panitia
Sembilan.

Pembukaan UUD 1945 adalah rumusan sila-sila Pancasila, sementara pengertian


akan falsafah dasar yang terkandung dalam sila-sila Pancasila tersebut, terletak pada isi
pidato Soekarno tanggal 1 Juni 1945. Pandangan tersebut memiliki pijakan teoritis sesuai
dengan teori Stufenbautheorie Hans Kelsen yang menjelaskan bahwa norma hukum itu
berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam susunan yang hierarkis, di mana norma yang
lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi,
demikian seterusnya pada akhirnya ini berhenti pada norma yang paling tinggi yang
disebut norma dasar (grundnorm). Pancasila sebagai grundnorm ditentukan oleh
Pembentuk Negara untuk pertama kalinya sebagai penjelmaan kehendak rakyat melalui
Pembentuk Negara. Grundnorm bersifat tetap dan tidak berubah-ubah.

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 inilah


yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia yang
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Iinkai)
disingkat PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.

Pemerintahan Jokowi yang telah menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahirnya
Pancasila melalui Keppres nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahirnya Pancasila.13
Keppres tersebut menempatkan kembali sejarah proses kelahiran Pancasila
berdasarkan fakta sejarah tanpa bermaksud mengganti rumusan final sila-sila Pancasila.
Terbitnya Keppres tersebut juga berarti negara telah menyatakan eksistensinya
sekaligus memberikan kepastian bagi seluruh rakyat Indonesia bahwa dokumen yang
dapat dipelajari dan dipahami sebagai tafsir otentik sila-sila Pancasila menurut

13 Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Hari Lahirnya Pancasila.

11
Pembentuk Negara terletak pada Pidato Soekarno 1 Juni 1945 dan Rumusan Final
Pancasila yang tertera di “Piagam Jakarta”.

c. Pancasila Sebagai Jati diri Bangsa


Pancasila sebagai Jati diri bangsa adalah identitas suatu bangsa yang berperan
sebagai pendorong terjadinya semangat kesinambungan hidup bangsa. Jati diri bangsa
dapat diidentifikasi melalui citra budaya dan peradaban bangsa. Budaya adalah suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi.14

Manusia pada hakekatnya memiliki kebudayaan secara alamiah yang sesuai


dengan keadaan tempat dimana dia dilahirkan. Manusia dan kebudayaan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain sehingga antara manusia dan budaya merupakan satu
kesatuan yang utuh. Begitu banyak manusia yang dilahirkan dengan telah memiliki
kebudayaan lahiriah-nya masing-masing.

Kebudayaan tidak lepas dari berbagai unsur yang membangunnya. Berbagai


unsur-unsur pembangun kebudayaan tersebut antara lain: Sistem religius, Sistem
organisasi kemasyarakatan, Sistem Pengetahuan, Sistem mata pencaharian hidup,
Sistem Ekonomi, Sistem teknologi, Sistem bahasa, dan Sistem kesenian.Unsur
kebudayaan dalam kelompok manusia atau masyarakat yang paling identik adalah
Sistem keseniannya. Hal yang paling menonjol melambangkan kebudayaan itu.
Indonesia merupakan negara dengan beragam kebudayaan terutama dalam kesenian
tradisionalnya. Setiap provinsi di seluruh Negara Indonesia memiliki kesenian tradisional
yang berbeda beda. Baik dari seni tari, seni kria, dan masih banyak lagi. Setiap daerah
nya memiliki khas masing-masing.15

Tidak ada kebudayaan yang statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika dan
gerak. Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup dalam
masyarakat yang menjadi wadah dari kebudayaan tadi. Dimana gerak manusia terjadi
oleh karena setiap individu mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya.

14
Pengertian Budaya: Arti, Unsur-Unsur, Wujud, dan Faktor-Faktor Budaya, diunduh dari
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-budaya.html, diakses 21 April 2020
15 ibid

12
Faktor dalam yang mempengaruhi kebudayaan berasal dari masyarakat dan kebudayaan
itu sendiri. Setiap kebudayaan pasti mengalami kemajuan dan menelaah setiap dasar
kebudayaan yang mana yang merugikan dan mana yang menguntungkan dan baik bagi
perkembangan zaman dan teknologi seiring waktu.

Dengan demikian jati diri bangsa dapat dilihat dari cara hidupnya , baik dalam
kehidupan berpolitik, berideologi, berekonomi, bermasyarakat, serta bagaimaa dia
mempertahankan diri dari segala bentuk amcaman. Cara hidup bangsa Indonesia harus
dilandasi nilai nilai dalam Pacasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yangt
adil dan beradab, Persatuan Indonesia serta kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawatan serta terwujudnya keadilan sosial. Pancasila di gali
dari nilai nilai yang ada di masyarkat Indonesia, dan oleh sebab itu menggali nilai nilai
kearifan lokal menjadi penting, karena bersumber dari masyarakat Indonesia sendiri.
Misalnya tarian Cakalele sebagai tarian perang yang memberi semangat jiwa
kepahlawanan, Karapan Sapi di Madura, di Bali namanya Makepung suatu budaya lomba
sapi, Debus dari banten merupakan seni bela diri, Upacara Kasada bromo dilakukan oleh
masyarakat Tengger yang bermukim di Gunung Bromo Jawa Timur, mereka melakukan
ritual ini untuk mengangkat seorang Tabib atau dukun disetiap desa.

Menurut Sunaryo, Pancasila sebagai jati diri Bangsa Indonesia. Pancasila adalah
suatu filsafat yang merupakan fundamen pikiran, jiwa dan hasrat yang sedalam-
dalamnya yang diatasnya didirikan gedung Indonesia merdeka yang kekal dan abadi .
Dalam artian bahwa Pancasila-lah yang menjadi pondasi awal berdirinya bangsa yang
memiliki cita-cita dan tujuan hidup yang sejalan dengan nilai-nilai yang ada sejak
kemerdekaan bangsa Indonesia hingga hari ini. Oleh karena itu bangsa Indonesia
berkewajiban mempertahankan kemurnian Pancasila ditengah gencarnya arus
globalisasi.16

Tantangan bagi bangsa Indonesia untuk merevitalisasi nilai dasar bela negara
yang ketiga yaitu setia pada Pancasila sebagai ideology negara, ditengah semakin

16
Rahmi Wati. Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa, diunduh dari
https://www.kompasiana.com/irahmi/570ee93f937a61f80407493a/pancasila-sebagai-jati-diri-bangsa, diakses 19 Desember
2019

13
meredupnya Pancasila sebagai jatidiri bangsa di kehidupan masyarakat Indonesia. Nilai-
nilai Pancasila seolah telah ditinggalkan masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-
hari. Sebagai contoh, rasanya masih hangat dalam perbincangan masyarakat Indonesia
tentang kasus pelecehan terhadap Pancasila yang dilaporkan, antara lain: Zaskia Gotik
yang melakukan penghinaan /pelecehan terhadap Pancasila, mengakui bahwa dirinya
tidak tahu mengenai lambang gambar masing-masing sila; Habib Rizieq Shihab yang
dilaporkan Sukmawati tanggal 15 Mei 201717, yang dinilai menghina Pancasila, dengan
ucapannya menyatakan “Pancasila Sukarno ketuhanan ada di pantat, sedangkan
Pancasila Piagam Jakarta Ketuhanan ada di kepala”18’.

d. Makna setiap Sila dan Nilai-Nilai Kebangsaan, yang terkandung dalam


Pancasila

Pancasila merupakan hasil pemikiran dan kristalisasi dari nilai-nilai kehidupan dan
cita-cita masyarakat Indonesia yang sumbernya tidak lain adalah dari kehidupan bangsa
Indonesia yang majemuk (plural) dengan berbagai ragam budaya, suku bangsa, agama,
serta bahasa (multicultural).19
Berikut ini makna setiap sila, serta nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam
Pancasila yang juga merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam nilai dasar bela
negara:20
1) Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Manusia sebagai makhluk yang ada
di dunia ini seperti halnya makhluk lain diciptakan oleh pencipta-nya yaitu
Tuhan Yang Maha Esa. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib
melaksanakan semua perintah Tuhan dan menjauhi semua larangan-Nya
serta istiqomah.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalamnya adalah Nilai Religius,


merupakan nilai-nilai spiritual yang tinggi berdasarkan agama dan keyakinan
yang dipeluknya dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap pemeluk agama

17
Tribun News. Tanya Kasus Rizieg Shihab Sukmawati Datangi Polda Jabar , diunduh dari
https://www.tribunnews.com/regional/2017/05/15/tanya-kasus-rizieq-shihab-sukmawati-datangi-polda-jabar, diakses,
rabu 18 Desember 2019.
18 Detik News. Ini Kronologis Kasus Dugaan Penodaan Pancasila Oleh Habib Rizieg , diunduh dari

https://news.detik.com/berita/d-3409531/ini-kronologi-kasus-dugaan-penodaan-pancasila-oleh-habib-rizieq, diakses
Rabu, 18 Desember 2019
19 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit, hal. 33
20 Ibid, hal. 33 - 35

14
dan keyakinan lain yang tumbuh dan diakui di Indonesia. Hal ini sebagai
konsekuensi dari mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa.

2) Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Manusia ditempatkan


sesuai dengan harkatnya, berarti bahwa manusia mempunyai derajat yang
sama di hadapan hukum. Sejalan dengan sifat universal bahwa kemanusiaan
itu dimiliki oleh semua bangsa, maka hal itupun juga kita terapkan dalam
kehidupan berbangsa di Indonesia. Hal ini juga mencakup bahwa hak
kebebasan dan kemerdekaan akan selalu dijunjung tinggi.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalamnya adalah Nilai Kekeluargaan


merupakan nilai-nilai kebersamaan dan senasib sepenanggungan dengan
sesama warga negara Indonesia tanpa membedakan asal-usul, keyakinan
dan budaya. Hal ini adalah konsekuensi dari bangsa yang bersifat majemuk

3) Makna Persatuan Indonesia. Persatuan hakekatnya adalah satu, yang


artinya bulat, tidak terpecah. Jika persatuan Indonesia dikaitkan dengan
pengertian modern sekarang ini, maka disebut “nasionalisme”. Oleh karena
rasa satu yang sedemikian kuatnya, maka akan timbul rasa cinta kepada
bangsa dan tanah air.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalamnya adalan Nilai Keselarasan


merupakan kemampuan beradaptasi dan kemauan untuk memahami dan
menerima budaya daerah atau kearifan lokal sebagai konsekuensi dari bangsa
yang bersifat plural/majemuk yaitu bangsa Indonesia.

4) Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan / Perwakilan. Perbedaan secara umum demokrasi di
Barat dan di Indonesia terletak pada unsur permusyawaratan.
Permusyawaratan diusahakan agar dapat menghasilkan keputusan-keputusan
yang diambil secara bulat. Kebijaksanaan ini merupakan suatu prinsip bahwa
yang diputuskan itu memang bermanfaat dan mewakili kepentingan rakyat
banyak.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalamnya adalah Nilai Kerakyatan


merupakan sifat keberfihakan kepada rakyat Indonesia di dalam merumus-kan
dan mengimplementasikan suatu kebijaksanaan pemerintah negara, yang
datang dari rakyat untuk rakyat sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat.

5) Makna Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Keadilan


berarti adanya persamaan dan saling menghargai karya orang lain. Jadi

15
seseorang bertindak adil apabila dia memberikan sesuatu kepada orang lain
sesuai dengan haknya. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam
arti dinamis dan meningkat.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalammhya adalan Nilai Keadilan,


merupakan kemampuan untuk menegakkan dan berbuat adil bagi seluruh
rakyat tanpa terkecuali, serta mampu memeratakan kesejahteraan kepada
semua warga bangsa Indonesia.

2. Undang Undang Dasar 1945

a. Tinjauan UUD 1945 secara Historis

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan


landasan dasar hukum yang tertulis, dari segala macam peraturan yang mengatur
pemerintahan negara Republik Indonesia. Tidak hanya itu, UUD tahun 1945 juga sumber
hukum tertinggi di Negara Indonesia yang berisi tentang Hak Asasi Manusia (HAM) serta
Hak dan Kewajiban warga negara Indonesia. Mengatur wilayah negara Indonesia dan
pembagian daerah, kependudukan, serta keuangan negara Republik Indonesia. Jadi
dapat disimpulkan bahwa UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang mengikat
pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap
warga negara Indonesia dimanapun mereka berada, serta mengikat setiap penduduk
yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia.21

Undang-Undang Dasar atau konstitusi bagi suatu negara yang berdasar pada
hukum (supremacy by law) adalah sangat penting, karena merupakan fundamen atau
hukum dasar yang menjadi acuan bagi penyelenggaraan pemerintahan negara guna
mencapai cita-cita nasionalnya.22

Demikian halnya dengan negara Indonesia, meskipun dalam Penjelasan Umum


Undang-Undang Dasar RI 1945 angka I, menyatakan bahwa : “Undang-undang Dasar
suatu Negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar Negara itu. Undang-undang
Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya Undang-undang Dasar itu

21
Pengertian, Fungsi dan Kedudukan UUD 1945, diunduh dari https://www.artonang.com/2015/10/pengertian-fungsi-dan-
kedudukan-uud-1945.html, diakses 22 April 2020
22 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit, hal. 35

16
berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara, meskipun tidak ditulis”23. Namun
ketika bangsa ini sedang mempersiapkan kemerde-kaannya para pendiri negara ( the
founding fathers) telah memikirkan landasan filosofi dan landasan hukum bagi negara
Indonesia yang akan dibentuk.

Undang-Undang Dasar 1945 yang disahkan oleh PPKI ini, yang dimuat dalam
Berita Republik Indonesia Tahun II Nomor 7 Tanggal 15 Februari 1946, dalam
perjalanannya mengalami pasang surut. Ketika dibentuk Negara Indonesia Serikat
berlakulah UUD RIS, maka UUD 1945 hanya berlaku untuk Negara Indonesia yang
beribukota di Yogyakarta. Saat negara RIS dibubarkan dan kembali kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia, maka UUD RIS dan UUD 1945 dinyatakan tidak berlaku
lagi dan diganti dengan UUDS tahun 1950. Melalui Dekrit 5 Juli 1959 diberlakukan
kembali UUD NRI 1945, dengan sistem pemerintahan berdasarkan demokrasi ter-pimpin.
Kemudian Orde Baru mengambil alih kekuasaan pada tahun 19654 dan ber-keinginan
untuk memurnikan kembali implementasi jiwa yang terkandung dalam UUD 1945, namun
pelaksanaannya banyak terjadi penyimpangan. Selanjutnya kaum re-formis berhasil
melengserkan Presiden Soeharto pada tahun 1998, maka mulailah dilakukan
amandemen terhadap UUD NRI Tahun 1945 dalam empat tahap, sesuai dengan cita-
cita untuk melakukan penataan kembali terhadap sistem kenegaraan Indonesia agar
lebih baik, dan sesuai dengan tuntutan jaman dan tuntutan demokratisasi di semua aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara.24

b. Amandemen UUD 194525


Undang-Undang Dasar 1945 telah mengalami beberapa kali perubahan, atau
sering disebut amandemen. Pada amandemen UUD 1945 tidak terdapat penggantian
dasar negara, baik itu Pancasila, bentuk negara kesatuan, maupun bentuk pemerintahan
preseidensiil. Tetapi hanya menyempurnakan, memperjelas, memperbaiki kesalahan,

23
Penjelasan Tentang Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, diunduh dari : https://ngada.org/uud01-1945pjl.htm
24
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 37-38
25 Andi Akbar Muzfa. Rangkuman Amandemen UUD 1945 Lengkap, dikutip dan disari dari:

https://seniorkampus.blogspot.com/2017/10/rangkuman-amandemen-uud-1945-lengkap.html

17
dan melakukan koreksi terhadap pasal-pasal yang ada, tanpa harus melakukan
perubahan terhadap hal-hal yang mendasar dalam UUD 1945 itu sendiri. Secara umum,
tujuan amandemen UUD 1945 adalah sebagai berikut :
1) Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan Negara
2) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan
rakyat
3) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan HAM
4) Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara secara demokratis dan
modern
5) Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan Negara
6) Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Alasan dilakukan amandemen :


1) Lemahnya checks and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan.
2) Executive heavy, kekuasaan terlalu dominan berada di tangan Presiden (hak
prerogative dan kekuasaan legislatif0
3) Peraturan terlalu fleksivel (vide: pasal 7 UUD 1945 sebelum amandemen)
4) Terbatasnya pengaturan jaminan akan HAM

Berikut urutan keempat tahapan amandemen UUD 1945 di Indonesia :

Amandemen I – disahkan pada bulan Oktober 1999


· Inti dari amandemen pertama adalah pergeseran kekuasaan Presiden yang
dipandang terlalu kuat (executive heavy)

Amandemen II – disahkan pada bulan Agustus 2000


· Inti dari amandemen kedua adalah Pemerintah Daerah, DPR dan Kewe-
nangannya, Hak Asasi Manusia, Lambang Negara & Lagu Kebangsaan

Amandemen III – disahkan pada bulan November 2001


· Inti dari amandemen ketiga adalah perubahan Bentuk dan Kedaulatan Negara,
Kewenangan MPR, Kepresidenan, Impeachment, Keuangan Negara, Kekuasaan
Kehakiman.

Amandemen IV- disahkan pada bulan Agustus 2002


· Inti dari amandemen keempat perubahan DPD sebagai bagian MPR, Penggan-
tian Presiden, pernyataan perang, perdamaian dan perjanjian, mata uang, bank
sentral, pendidikan dan kebudayaan, perekonomian nasional dan kesejahteraan
sosial, perubahan UUD.

18
c. Nilai Kebangsaan yang terkandung dalam UUD NRI 1945

Nilai kebangsaan yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar NRI 1945


berada pada rumusan “Pembukaan”, merupakan “jiwa” dari keseluruhan kaidah hukum
yang menata kehidupan bangsa dan negara RI, yang mengungkapkan: 26

1) Kesadaran hakiki bahwa manusia memiliki harkat dan martabat sebagai insan yang
merdeka, bebas dari segala bentuk penjajahan atau eksploitasi oleh siapapun dan dari
pihak manapun.

2) Pengakuan akan kebenaran perjuangan bangsa Indonesia di dalam mewujudkan


kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia.

3) Kesadaran rakyat sebagai manusia religius yang mengakui bahwa Tuhan Yang Maha
Kuasa adalah kekuatan terbesar (Maha Besar) yang oleh kehendak-Nya lah,
perjuangan kemerdekaan bangsa ini memperoleh hasil.

4) Kesadaran rakyat bahwa kemerdekaaan yang diperjuangkan dengan sepenuh


pengorbanan itu didasarkan pada satu keinginan yang luhur, bukan atas kepentingan
sesaat untuk sekedar memenuhi keinginan/ambisi politik golongan atau kelompok
tertentu.

5) Tujuan nasional dan tujuan bagi penyelenggaraan negara, merupakan misi negara
yang harus diemban oleh segenap perangkat penyelenggara negara dalam
menjalankan pemerintahan negara RI, yaitu : “melindungi segenap bangsa Indo-nesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial …”.

Nilai kebangsaan yang terkandung dalam pemahaman pembukaan UUD NRI


1945,27 yang juga terkandung dalam nilai dasar bela negara yaitu :

26 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 39-40


27
Ibid, hal. 41

19
1) Nilai Demokratis, mengandung makna bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat,
setiap warga negara memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan pemerintahan.

2) Nilai Kesamaan Derajat, setiap warga negara Indonesia memiliki hak yang sama di
depan hukum.

3) Nilai Ketaatan Hukum, setiap warga negara Indonesia tanpa pandang bulu wajib
mentaati setiap hukumj dan peraturan yang berlaku

20
Bagian III

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DAN


BHINNEKA TUNGGAL IKA

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia

a. Bentuk Negara

Negara adalah sebagai perwujudan sifat kodrati Manusia individu-sosial.


Masing-masing negara di dunia memiliki bentuk negaranya sendiri. Bentuk negara yang
dimiliki Indonesia adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Para pendiri
bangsa memiliki banyak pertimbangan untuk menetapkan NKRI sebagai bentuk negara
Indonesia. Pertimbangan utamanya adalah karena strategi devide et impera (pecah
belah) yang dilakukan Belanda membuat mereka mampu menjajah Indonesia selama
350 tahun. Pada masa itu Indonesia masih terpecah belah dalam bentuk kerajaan.
Pertimbangan para pendiri bangsa terbukti mampu membuat Indonesia lebih kokoh dan
tidak mudah terpecah belah. Setelah berbentuk negara kesatuan, taktik pecah belah
Belanda dapat dipatahkan dengan mudah.28

b. Tinjauan NKRI secara historis

Konsepsi kebangsaan dan konsepsi negara kesatuan, bagi bangsa Indonesia


telah dimulai oleh kaum muda ketika mereka menyatukan tekad dalam Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 192829 (menggunakan ejaan van Ophuysen)30, yaitu :

1) Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe,
tanah Indonesia.
2) Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe,
bangsa Indonesia.
3) Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean,
bahasa Indonesia.

28 Noto Nagoro Dalam Kaelan.2007. Pendidikan Kewarganegaraam Untuk Perguruan Tinggi. Jogyakarta: Parafdigma, hal 39
29
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 41
30
Wikipedia. Sumpah Pemuda, dikutip dan disari dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Pemuda

21
Pada masa itu kaum muda bersumpah untuk mewujudkan suatu negara (nusa)
yang bernama Indonesia. Konsep satu nusa ini kemudian dikembangkan saat para
pendiri negara bermusyawarah dalam sidang-sidang BPUPKI untuk membahas bentuk
negara Indonesia yang sedang dipersiapkan. Berdasarkan musyawarah mufakat
disetujuilah bentuk negara yang akan dibangun adalah republik. Dari sinilah konsep
“negara kesatuan” dimulai. Konsep negara kesatuan (NKRI) yang tertuang dalam
rancangan Undang-Undang Dasar NRI 1945 hasil BPUPKI, selanjutnya disahkan
menjadi bentuk negara yang disepakai secara nasional oleh PPKI.31

UUD 1945 dalam Pasal 1 ayat 1 berbunyi "Negara Indonesia adalah Negara
Kesatuan Yang Berbentuk Republik". Artinya hanya ada satu Negara dan satu
Pemerintahan pusat yang memiliki kekuasaan tertinggi didalam suatu pemerintahan yang
disebut dengan bentuk pemerintahan republik. Menurut Undang-Undang Dasar 1945,
kedaulatan berada di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD. Sistem
pemerintahannya yaitu negara berdasarkan hukum (rechsstaat). Dengan kata lain,
penyelenggara pemerintahan tidak berdasarkan pada kekuasaan lain (machsstaat).
Dengan berlandaskan pada hukum ini, maka Indonesia bukan negara yang bersifat
absolutism (kekuasaan yang tidak terbatas), artinya kekuasaan dibatasi oleh hukum.32

Konsep bentuk negara NKRI yang dituangkan dalam UUD NRI 1945, dalam
perjalanannya pernah dihapus dari sistem pemerintahan negara Indonesia, yaitu saat
dibentuknya Negara Republik Indonesia Serikat sebagai hasil Konferensi Meja Bundar di
Den Haag Belanda, yang kemudian dikukuhkan dalam UUD Republik Indonesia Serikat
(RIS). Namun demikian konsep negara federal ini tidak bertahan lama, karena secara
terus-menerus berbagai negara bagian, yang dimulai dari negara bagian Jawa Timur dan
dilanjutkan oleh Negara Pasundan mulai menyerahkan kewenangan pemerintahannya
kepada pemerintah pusat. Puncak dari penyerahan kewenangan negara bagian dari RIS
adalah disetujuinya “mosi integral” Parlemen RIS yang berisi desakan agar Indonesia
segera kembali dalam bentuk Negara Kesatuan yang dipelopori oleh M. Natsir pada
tanggal 13 April 1950. Perwujudan penyerahan kewenangan yaitu ditandatangani-nya

31 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op,cit, hal. 41


32 DR. MR. JCT Simorangkir. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas, diunduh dari https://Soeharto.Co/Kekuasaan-
Kepala-Negara-Tidak-Tak-Terbatas/, diakses 22 April 2020

22
“Piagam Persetujuan antara RIS dan RI untuk kembali kepada NKRI.” Piagam itu ditanda-
tangani oleh Moh. Hatta sebagai wakil RIS dan Perdana Menteri Abdul Halim sebagai
wakil RI. Bentuk NKRI ini tetap menjadi konsensus nasional dan tidak akan dilakukan
perubahan, yang juga ditegaskan dalam UUD NRI 1945 hasil amandemen pasal 25A.33

Semenjak lahirnya reformasi pada akhir tahun 1997, telah terjadi perubahan pada
sistem pemerintahan Indonesia bangsa dan negara Indonesia, yaitu dari pemerintahan
yang sentralistik menjadi desentralisasi atau otonomi daerah. Ditetap-kannya UU No. 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah,34 serta UU No.
28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bebas KKN,35
merupakan tonggak awal dari diberlakukannya sistem otonomi daerah di Indonesia. Inti
dari tujuan reformasi adalah untuk membentuk negara berdasarkan hukum (rechtstaat )
dan mengakhiri negara yang berdasarkan kekuasaan lain (machtsstaat) dengan
menggulirkan Pemilu tahun 1999 dengan format multipartai dan mengamandemenkan
UUD NRI 1945 yang dinilai mengandung unsur machtsstaat di dalamnya. Jabatan
Presiden di dalam pasal 7 UUD Negara Republik Indonesia setelah amandemen
maksimal dua periode.36

c. Tujuan dan Kedudukan NKRI

Tujuan negara merupakan ide yang bersifat abstrak-ideal berisi harapan yang
dicita-citakan. Tujuan utama berdirinya negara pada hakikatnya menciptakan kebahagian
rakyatnya (bonum publicum/common-wealth), yang mencakup37:

1) Menciptakan Keamanan eksternal, artinya negara bertugas melindungi warga


negaranya terhadap ancaman dari luar.
2) Menciptakan ketertiban internal (maintenance of internal order), artinya dalam
masyarakat yang tertib terdapat pembagian kerja dan tanggung jawab

33Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal 42


34
Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah,
35 Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bebas KKN,
36
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama , hanya untuk satu kali masa jabatan.
37
Samhis Setiawan. Pengertian dan Fungsi Negara, diunduh dari https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-
negara/, diakses 23 April 2020

23
pelaksanaan peraturan-peraturan pada segenap fungsionaris negara,
terdapat pula badan-badan, prosedur dan usaha-usaha yang dimengerti oleh
segenap warga negara dan dilaksanakan untuk memajukan kebahagian
bersama.
3) Fungsi keadilan (justice), terwujudnya suatu sistem di mana terdapat saling
pengertian dan prosedur-prosedur yang diberikan kepada setiap orang apa
yang telah disetujui dan telah dianggap patut.
4) Kesejahteraan (welfare), kesejahteraan meliputi keamanan, ketertiban,
keadilan dan kebebasan.
5) Kebebasan (freedom), adalah kesempatan mengembangkan dengan bebas
hasrat -hasrat individu akan ekspresi ke-pribadiannya yang harus disesuai-
kan gagasan kemakmuran umum. Bagaimana dengan tujuan negara
Indonesia? Tujuan Negara Indonesia se-perti tertuang dalam Alinea IV
Pembu-kaan UUD 1945, yaitu:
a) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
b) Memajukan kesejahteraan umum,
c) Mencerdaskan kehidupan bangsa,
d) Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.

NKRI, merupakan tempat yang menaungi seluruh aktivitas masyarakat dan


pemerintahan Indonesia, termasuk di dalamnya tentang pengaturan dan aktivitas
pembangunan, ekonomi, transportasi, perdagangan, politik, dan lain sebagainya,
haruslah merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak terpisah-pisah secara politik dan
hankam, walaupun kenyataannya secara geografik-kultural bumi Indonesia adalah
sebuah kepulauan dengan penduduk yang majemuk atau multikultural.

Kekuasaan tertinggi dalam NKRI berada di tangan rakyat. Sebagai negara yang
merdeka dan berdaulat, konsep negara kesatuan dan negara kepulauan akan
menentukan batas-batas wilayah negaranya, serta menentukan sistem pengamanan
yang tepat diterapkan untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI, dan menentukan
sistem politik serta penyelenggaraan pemilihan umum baik untuk perwakilan maupun

24
pimpinan daerah, dalam semangat bela negara bersama-sama menjaga NKRI dari
berbagai ancaman.

d. Nilai Kebangsaan yang terkandung dalam NKRI

Rasa kebangsaan adalah dorongan emosional yang lahir dalam perasaan setiap
warga negara, baik secara perorangan maupun kelompok, tanpa memandang suku, ras,
agama, maupun keturunan. Rasa itulah yang menumbuhkan Internalisasi suatu
masyarakat yang didambakan (imagined society) dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang bernama bangsa Indonesia.38 Rasa kebangsaan merupakan
refleksi dari rasa memiliki (sense of belonging), merupakan sublimasi dari Sumpah
Pemuda yang menyatukan tekad menjadi bangsa yang kuat, dihormati dan disegani
diantara bangsa-bangsa di dunia. Kita tidak akan pernah menjadi bangsa yang kuat atau
besar, manakala kita secara individu maupun kolektif tidak merasa memiliki bangsanya.
Rasa kebangsaan adalah suatu perasaan rakyat, masyarakat, dan bangsa terhadap
kondisi bangsa Indonesia, dalam perjalanan hidupnya menuju cita-cita bangsa, yaitu
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945.39 Menguatnya
rasa kebangsaan secara individual dan kelompok menjadi energy dan pengendapan
nilai-nilai kebangsaan, yang kemudian melahirkan faham dan semangat
kebangsaan. Nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang juga terkandung di dalam nilai dasar bela negara, adalah sebagai
berikut: 40

1) Nilai Kesatuan Wilayah, merupakan konsekuensi dari negara kepulauan, perairan


merupakan pemersatu pulau-pulau, bukan pemisah.
2) Nilai Persatuan Bangsa, merupakan konsekuensi dari bangsa yang bersifat plural,
banyak suku, agama dan budaya;
3) Nilai Kemandirian, membangun bangsa dilaksanakan oleh kekuatan sendiri, bantuan
dari luar sifatnya memperkuat untuk mengatasi kekurangan secara nasional.

38
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal 44
39
Bahan Ajar: Wawasan Kebangsaan. (Ditjen. Pothan, Kementerian Pertahanan, 2018), hal.42
40
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal 46

25
Faham kebangsaan merupakan pemahaman tentang keberadaan jati diri
seseorang atau sekelompok orang sebagai satu bangsa, juga dalam memandang dirinya
dan bertingkah lalu sesuai falsafah hidup bangsanya dalam lingkup internal dan lingkup
eksternalnya. Pemahaman ini mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar
menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi atau golongan. Pemahaman ini mendorong setiap warga
negara sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa. Faham kebangsaan ini
dilandasi oleh Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa yang
mengandung nilai-nilai dasar yang dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah
laku yang pada akhirnya bermuara pada terbentuknya karakter bangsa.41 Sedangkan
semangat adalah perpaduan atau sinergi dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan.
Kondisi semangat kebangsaan atau nasionalisme suatu bangsa akan terpancar dari
kualitas dan ketangguhan bangsa tersebut dalam menghadapi berbagai ancaman.42

2. Bhinneka Tunggal Ika

a. Pengertian

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa Indonesia yang tertulis


pada lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Bangsa Indonesia menyadari
bahwa keragaman, baik suku bangsa, agama, ras, antargolongan, bukan merupakan
unsur pemecah. Melainkan faktor potensi atau modal terbentuknya persatuan dan
kesatuan Indonesia. Bangsa Indonesia menyadari bahwa semboyan Bhinneka Tunggal
Ika mendorong lahirnya persatuan dan kesatuan Indonesia yang semakin kokoh. Karena
pengalaman sejarah bahwa, semangat kedaerahan hanya akan memecah belah bangsa
Indonesia sehingga mudah dikuasai oleh bangsa lain. Bangsa Indonesia menyadari
bahwa di tengah arus globalisasi yang sangat cepat dan terjadinya percampuran budaya
diperlukan penyaringan. Agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap utuh dan semangat
berbeda tetapi tetap satu atau Bhinneka Tunggal Ika.

41
Ibid
42
Ibid

26
Bangsa Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa Bhinneka Tunggal Ika
merupakan salah satu pilar, selain UUD RI 1945 dan NKRI, demi kokohnya kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia. Implementasi terhadap Bhinneka Tunggal Ika bisa
tercapai bila rakyat dan seluruh komponen bangsa mematuhi prinsip yang terkandung
di dalamnya. Beberapa contoh implementasi Bhinneka Tunggal Ika meliputi: Perilaku
inklusif mengakomodasi sifat pluralistic, tidak mencari menang sendiri, melakukan
musyawarah untuk mufakat yang dilandasi rasa kasih sayang dan rela berkorban.
Perilaku inklusif artinya seseorang harus menganggap bahwa dirinya sedang berada di
dalam suatu populasi yang luas. Sehingga tidak melihat dirinya melebihi dari yang lain,
begitu juga dengan kelompok. Kepentingan bersama lebih diutamakan daripada sebuah
keuntungan pribadi atau kelompoknya. Kepentingan bersama bisa membuat segala
komponen merasa puas dan senang. Masing-masing kelompok mempunyai peranan
masing-masing di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tapi bila kondisi plural
tidak dimanfaatkan dengan baik, maka sangat mungkin akan berpotensi terjadinya
disintegrasi bangsa.43

Jumlah agama, ras, suku bangsa, bahasa, adat dan budaya yang ada di Indonesia
sangat banyak dan beragam. Sikap saling toleran, saling menghormati, saling mencintai,
dan saling menyayangi menjadi hal mutlak yang dibutuhkan oleh segenap rakyat
Indonesia. Supaya tercipta masyarakat yang tenteram dan damai. Tidak mencari
menang sendiri. Perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah terjadi pada zaman
sekarang. Apalagi dengan diberlakukannya sistem demokrasi yang menuntut segenap
rakyat bebas mengungkapkan pendapat masing-masing. Oleh sebab itu, untuk
mencapai prinsip ke-Bhinnekaan maka setiap warga negara harus saling menghormati
antara satu pendapat dengan pendapat yang lain. Perbedaan ini tidak untuk dibesar-
besarkan tetapi untuk dicari suatu titik temu dengan mementingkan suatu kepentingan
bersama. Sifatnya konvergen harus benar-benar dinyatakan dalam hidup berbangsa
dan bernegara, jauhkan sifat divergen.44

43
Arum Sutrisni Putri. Bhinneka Tunggal Ika: Makna dan Implementasi, diunduh dari :
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/110000369/bhinneka-tunggal-ika--makna-dan-implementasi?page=all,
diakses, diakses 19 Desember 2019
44 Ibid

27
b. Tinjauan Bhinneka Tunggal Ika secara historis

Fakta perjalanan sejarah yang panjang hingga proklamasi kemerdekaan Republik


Indonesia pada tanggal 17 Aagustus 1945, menunjukkan bahwa bangsa Indonesia
dibentuk oleh beraneka ragam yang merupakan himpunan dari: berbagai ras, suku
bangsa, dan agama serta aliran kepercayaan yang memunculkan semboyan Bhineka
Tunggak Ika. Keberadaan semboyan Bhinneka Tunggal Ika pada lambang negara
Garuda Pancasila berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951. Semboyan
tersebut menurut Prof. Soepomo menggambarkan gagasan dasar, yakni menghu-
bungkan daerah-daerah dan suku-suku bangsa di seluruh nusantara menjadi Kesatuan
Raya.45

Seperti yang dipaparkan dimuka bahwa semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang
ditulis oleh Empu Tantular dalam kitab Sutosoma lengkapnya berbunyi Budha Syiwa
Maha Syiwa Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharmma Mangrwa, adalah merupakan
kondisi bulat dan utuh dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencapai tujuan
bernegara. Seloka/slogan ini menekankan pentingnya kerukunan antar umat dari
agama yang berbeda pada waktu itu yaitu Syiwa dan Budha.46

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “berbeda-beda, namun tetap satu”
merupakan perwujudan komitmen Sumpah Pemuda, yaitu satu tanah air, Tanah Air
Indonesia; satu bangsa, Bangsa Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan , Bahasa
Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika merupakan salah satu komponen Empat Konsensus
Dasar, yaitu Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, yang
merupakan inti dari wawasan kebangsaan. Konsep Bhinneka Tunggal Ika mengandung
tiga unsur utama:47
1) Ada keanekaragaman atau kemajemukan
2) Keanekaragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan yang tidak dapat
ditolak, alamiah
3) Terintegrasi dalam satu negara bangsa Indonesia.

45 Modul Pemantapan Wawasan Kebangsaan. (Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum, Dan Keamanan RI, 2014), hal:
143-144
46
Ibid
47 Ibid

28
a. Tujuan dan Kedudukan Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika ditujukan untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara. Di dalam kehidupan berbangsa disekeliling kita terdapat
agama, suku, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu
kesatuan yang sebangsa dan setanah air.

Bhinneka Tunggal Ika ditujukan untuk menata dan mengatur tata kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi segenap warga negara, yang
menghormati dan mengharmoniskan hubungan dalam perbedaan suku, ras, agama,
bahasa dan budaya di antara warga bangsa itu sendiri. Semboyan ini menjadi pilar untuk
menyangga dan menjaga persatuan bangsa Indonesia yang tersebar dalam wilayah
nusantara, membangun hubungan yang harmonis, menjaga keseimbangan dengan
mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam keserajatan. KeBhinnekaan
mempersyaratkan adanya nilai-nilai dasar (nilai-nilai kebangsaan) untuk membentuk
keutuhan atau kesatuan. Tanpa adanya nilai-nilai dasar itu keBhinnekaan akan
menimbulkan perpecahan atau disintegrasi, sebaliknya apabila nilai-nilai dasar itu dapat
diwujudkan maka keBhinnekaan akan menghasilkan integrasi.48

b. Nilai Kebangsaan yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika

Ada 3 (tiga) nilai-nilai kebangsaan yang terkandung di dalam sesanti atau nasehat
Bhinneka Tunggal Ika, yang juga terkandung di dalam nilai dasar bela negara yakni: 49

1) Nilai Toleransi, merupakan satu sikap yang mau memahami orang lain
sehingga komunikasi dapat berlangsung secara baik.
2) Nilai Keadilan, merupakan satu sikap mau menerima haknya dan gidak mau
mengganggu hak orang lain.
3) Nilai Gotong Royong/Kerjasama, merupakan satu sikap untuk membantu
pihak/orang yang lemah agar sama-sama mencapai tujuan. Ada sikap saling
mengisi kekurangan orang lain, hal ini merupakan konsekuensi dari manusia
dan daerah yang memiliki kemampuan yang berbeda dalam konteks otonomi
daerah.

48
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 49
49 Ibid, hal. 50

29
Adapun nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika sebagai nilai yang menjadikan rakyat/
warga negara dapat hidup dan menata kehidupan bersama dengan harmonis, bersatu
sebagai kekuatan pembangunan Negara, pada dasarnya tidak berbeda, dan justru
sangat relevan dengan nilai-nilai kebangsaan yang dipersepsikan dari sila-sila Pancasila,
yaitu:50

1) Penghormatan dan Kesederajatan


2) Kebebasan
3) Non-diskriminasi, solidaritas, dan toleransi
4) Pengorbanan/kepedulian
5) Kekeluargaan/gotong-royong
6) Tanggungjawab
7) Kepercayaan
8) Produktivitas

50
Ibid, hal. 51

30
Bagian IV

IMPLEMENTASI EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA

Empat konsensus dasar negara sebagai landasan wawasan kebangsaan


Indonesia hendaknya dapat diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dengan menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

1. Peran Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Pancasila sarat akan nilai-nilai moral yang menjadi dasar dalam membangun
karakter bangsa Indonesia. Karakter bangsa dalam antropologi dipandang sebagai tata
nilai budaya yang mengejawantahkan kebudayaan suatu masyarakat, dan
memancarkan ciri-ciri khas atau karakteristik dari masyarakat tersebut yang terpancar
keluar sehingga dapat ditanggapi orang luar sebagai kepribadian masyarakat itu.
Karakteristik yang terpancar dari nilai-nilai moral yang terkandung dalam Pancasila yaitu
sebagai berikut:51

a. Karakteristik yang pertama adalah Beriman, sebagaimana yang terkandung


dalam sila pertama, yaitu ”Ketuhanan Yang Maha Esa” pada Pancasila yang
menuntut setiap warga negara mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai
pencipta dan tujuan akhir, baik dalam hati dan tutur kata maupun dalam
berperilaku. Pemimpin yang beriman cenderung akan memiliki perilaku yang
baik karena ia akan melibatkan Tuhan dalam setiap tindakannya, dimana
Tuhan akan selalu mengawasi sikap dan perilakunya.

b. Karakteristik yang kedua adalah menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM),
sebagaimana yang terkandung dalam sila kedua, yaitu “Kemanusiaan yang
dan beradab” pada Pancasila yang mengajak setiap warga Negara untuk

51 Samshis Setiawan .Nilai-Nilai Pancasila” Karakteristik Yang Terkandung Didalamnya, diunduh


dari https://www.gurupendidikan.co.id/nilai-nilai-pancasila/, diakses 22 April 2020

31
menjunjung tinggi martabat dan hak-hak asasi atau bertindak adil dan beradab
terhadap sesama manusia. Keadilan akan muncul bila terjadi hubungan timbal
balik antara hak dan kewajiban. Pemimpin yang menjunjung tinggi HAM akan
memiliki kesadaran tinggi atas hak dan kewajibannya sebagai seorang
pemimpin, yaitu melaksanakan kewajiban untuk memimpin rakyatnya dengan
amanah serta bersih dari tindak korupsi karena ia tidak akan mengambil yang
bukan menjadi haknya.

c. Karakteristik yang ketiga adalah memiliki rasa nasionalisme, sebagaimana


yang terkandung dalam sila ketiga, yaitu “Persatuan Indonesia” pada
Pancasila yang menyatakan bahwa setiap warga Negara sudah sepatutnya
memiliki rasa nasionalisme. Dengan adanya rasa nasionalisme, maka
pemimpin akan memiliki loyalitas atau pengabdian yang tinggi terhadap
bangsa dan negaranya yang ditujukan melalui sikap mental dan tingkah
lakunya dalam berbagai kebijakan yang bertujuan untuk membangun
negaranya menjadi Negara yang makmur dan sejahtera.

d. Karakteristik yang keempat adalah mendengarkan rakyat, sebagaimana yang


terkandung dalam sila keempat, yaitu “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” pada Pancasila yang
menekankan pada Nilai Kerakyatan, yaitu suatu pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui
lembaga-lembaga perwakilan. Dan mufakat itu semua dilakukan untuk
kepentingan bangsa indonesia. Pemimpin yang mau mendengarkan keluhan
atau aspirasi rakyat merupakan pemimpin yang baik, dimana ia dapat
mengetahui masalah yang sedang dialami oleh rakyatnya dan kemudian dapat
dengan segera mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah
tersebut.

e. Karakteristik yang kelima adalah adil, sebagaimana yang terkandung dalam


sila kelima, yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indoensia” pada
Pancasila yang menekankan pada nilai keadilan, yaitu tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Pemimpin yang adil akan

32
memberikan rasa aman dan nyaman bagi rakyatnya. Keadilan akan tercipta
apabila pemimpin menjalankan hak dan kewajibannya secara seimbang.
Dengan demikian, diharapkan rakyat Indonesia akan mendapatkan
kesejahteraan secara lahiriah dan batiniah.

Kelima karakter yang didasari oleh nilai-nilai Pancasila sangat dibutuhkan oleh
Bangsa Indonesia. Dengan karakter yang berlandaskan Pancasila sebagai ideologi
Negara , diharapkan pemimpin dan masyarakat mampu membawa Indonesia ke arah
yang lebih baik lagi, yaitu kepada kesejahteraan dan kemakmuran seperti yang dicita-
citakan oleh seluruh rakyat Indonesia.

2. Peran UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dijadikan


landasan hukum, dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban Bangsa yang bermartabat, dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana termuat dalam tujuan negara pada
alinea ke empat pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945.52

Karakter Bangsa yang akan dibentuk dari pernyataan yang tertuang pada
pembukaan UUD NRI tahun 1945, adalah menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam mengisi
kemerdekaan. Manusia Indonesia hendaknya memiliki 3 aspek penting, yaitu Aspek
Mentalitas, Aspek Kapasitas dan Aspek Kemampuan Beradaptasi.

a. Aspek Mentalitas merupakan bagian dari sistem nilai budaya. Sistem


nilai budaya memiliki fungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan
manusia, dapat dicontohkan seperti aturan-aturan khusus, hukum, dan
norma-norma. Perkembangan mentalitas ini juga dipengaruhi adanya
nilai budaya, sehingga mentalitas yang baik juga dipengaruhi oleh nilai
budaya yang baik pula. Mentalitas memiliki hubungan dengan sikap pada

52 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

33
masing-masing individu, jadi setiap individu hendaknya melatih
mentalitasnya masing-masing sehingga dapat bertahan dan dapat
menjalani hidup yang serba bersaing ini. Nilai nilai budaya bangsa
Indonesia sudah terkristalisasi dalam nilai-nilai Pancasila, dengan
demikian Pancasila dapat dijadikan pedoman dalam bersikap dan
berperilaku manusia Indonesia agar memiliki mental ke Indonesiaan.53

b. Aspek Kapasitas (capacity building) adalah proses meningkat-


kan kemampuan pengetahuan dan keterampilan, serta sikap dan perilaku.
Peningkatan kapasitas (capacity building) dan pembangunan karakter
(caracter building) SDM menjadi hal yang mutlak dalam sebuah negara.
Dalam proses ini tentu dapat dilakukan dengan cara pendidikan yang
berkualitas, sebagaimana diamanatkan dalam tujuan negara yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa.54

c. Aspek Kemampuan Beradaptasi atau menyesuaikan diri merupakan


kecerdasan yang disebut AQ (Adversity Quotient), merupakan seperangkat
karakteristik subjektif yang secara bebas dimaknai sebagai kemampuan
untuk menyesuaikan diri dan tumbuh, di tengah lingkungan yang seringkali
berubah-ubah dengan cepat. Profesor Amy Edmondson mengatakan
bahwa perubahan lingkungan kerja yang sangat cepatlah yang akan
membuat AQ lebih berharga ketimbang IQ.55

3. Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Tujuan NKRI terbentuk berdasarkan perhitungan tempat, keadaan, waktu, serta


sifat dari kekuasaan. Tujuan NKRI tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 alenia

53Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Diunduh dari
https://www.kompasiana.com/rerewizard/54f35c70745513932b6c7243/budaya-dan-mentalitas, diakses 6 Maret 2020
54Eka Ari Wibawa. Aspek Kapasitas, diunduh dari http://bpsdm.kemenkumham.go.id/id/artikel-bpsdm/35-capacity-building-

dan-strategi-peningkatan-kualitas-sdm-organisasi, diakses 6 Maret 2020


55 BBC. Worklife. Apakah kecerdasan beradaptasi alias 'AQ' lebih penting ketimbang IQ dalam dunia kerja?

https://www.bbc.com/indonesia/vert-cap-50413788, diakses 6 Maret 2020

34
ke-empat yang memuat tujuan nasional, penyusunan negara hukum, bentuk negara
Republik Indonesia, Negara Kedaulatan Rakyat dan Lima Dasar Negara.

Tujuan NKRI di dalam UUD 1945 alenia ke-empat berbunyi:

“....Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara


Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia....”

Sebagaimana yang tertuang dalam UUD 1945 alenia ke-empat tersebut dapat
diketahui bahwa, tujuan NKRI ialah:

a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Melindungi setiap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia merupakan tujuan
dari hal-hal yang termasuk untuk wajib dilindungi adalah semua komponen yang
membentuk bangsa Indonesia, mulai dari rakyat, kekayaan alam, serta nilai-nilai
bangsa yang patut dipertahankan. Indikator warga negara sudah terlindungi
adalah jika hak-haknya telah terpenuhi, berdasarkan hukum negara. Hak warga
negara Indonesia sendiri telah tercantum dalam UUD NRI 1945. Hak-hak tersebut
antara lain adalah hak asasi manusia, hak mendapatkan pekerjaan, hak
perlindungan hukum yang sama, hak memperoleh pendidikan, dan lain
sebagainya.

Kewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


Indonesia bukan hanya tugas Negara atau pemerintah. Peran warga Negara juga

35
dibutuhkan dalam melindungi bangsa, misalnya mempunyai hak dan kewajiban
dalam pembelaan Negara.

b. Memajukan kesejahteraan umum.

Secara umum sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia


dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan
damai. Dari sisi ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda.
Sejahtera memliki arti khusus resmi atau teknikal, seperti dalam istilah fungsi
kesejahteraan sosial. Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke
jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah
yang digunakan dalam ide negara sejahtera56.

Sejahtera artinya aman sentosa dan makmur; selamat (terlepas dari segala
macam gangguan). Agar tercapainya sejahtera perlu upaya atau cara
menyejahterakan, yaitu perlu adanya proses penyejahteraan melalui cara,
perbuatan menyejahterakan. Sedangkan kesejahteraan merupakan keadaan
sejahtera; keamanan, keselamatan, dan ketenteraman57.

Memajukan kesejahteraan umum merupakan nilai-nilai konstitusi idealnya harus


dilaksanakan secara normatif, karena akan memengaruhi tercapai atau tidaknya
tujuan sebuah bangsa yang tercantum di dalam konstitusi. Dalam konteks
Indonesia, tujuan bangsa Indonesia, di antaranya, dapat dilihat pada Alinea
Keempat UUD 1945, yakni:

“…untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,


dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial…”

Memang bukanlah hal yang mudah untuk mewujudkannya, seperti kondisi


sekarang ini di mana pendidikan, perekonomian, kesehatan dan keadilan hukum

56 Wikipedia. Kesejahteraan, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kesejahteraan, diakses 22 April 2020


57 KKBI, diunduh dari https://kbbi.web.id/sejahtera, diakses 22 April 2020

36
yang belum sesuai dengan apa yang diamanatkan konstitusi. Maka, negara harus
benar-benar hadir untuk memenuhi apa yang menjadi hak warga negara, dan
warga negara harus melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya. Hal ini
semata-mata untuk mengimplementasikan nilai konstitusi secara normatif agar
tujuan negara tercapai58.

c. Mencerdaskan kehidupan bangsa

Mencerdaskan kehidupan bangsa lebih merupakan konsepsi budaya dari pada


konsepsi biologis-genetika. Para pendiri Republik menolak sikap dan perilaku ke-
inlander-an, yaitu sikap hidup sebagai inlander, sebagai yang terjajah, terbenam
harga dirinya, penuh unfreedom atau keterbelengguan diri. Kehidupan yang
cerdas menuntut kesadaran harga diri, harkat, dan martabat, kemandirian, tahan
uji, pintar dan jujur, berkemampuan kreatif, produktif, dan emansipatif.

Kata mencerdaskan kehidupan bangsa mempunyai makna yang mendasar.


Cerdas itu berarti memiliki ilmu atau mempunyai banyak hal yang diketahui lalu
dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan nyata. Cerdas tidak sama
dengan pintar. Orang pintar adalah orang yang pandai, mengetahui banyak hal,
namun seringkali kurang mampu menerapkan pengetahuannya dalam
menghadapi persoalan.. Cerdas dapat dilatih dengan cara membangun
kreativitas. Kreativitas dapat dilatih dengan cara menjawab persoalan atau
diberikan proyek atau produk untuk menyelesaikan yang dapat dilakukan
dilingkungan pendidikan formal, non formal mauoun formal. Pada intinya Cerdas
berarti siap mengaplikasikan ilmunya untuk dirinya dan lingkungan yang dia
hadapi.59

Dalam tujuan negara sebagaimana tertuang dalam alinea ke 4 adalah


mencerdaskan kehidupan bangsa. Kata “cerdas” artinya “sempurna perkem-
bangan akal budinya untuk berpikir, mengerti, dan tajam pikiran; serta sempurna

58 Fahmi Ramadhan Firdaus, S.H. Nilai-nilai Konstitusi dalam UUD 1945 dan Maknanya, diunduh dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e6f209f4514c/nilai-nilai-konstitusi-dalam-uud-1945-dan-maknanya/,
diakses 22 April 2020
59 Ersi Purwandari. Kembali pada Filosofi dan Aksiologi Pendidikan Indonesia, diunduh dari

https://www.kompasiana.com/ersipurwandari5408/5e0e44e7097f360c955d66f2/kembali-pada-filosofi-dan-aksiologi-
pendidikan-indonesia?page=all, diakses 24 April 2020

37
pertumbuhan tubuhnya menjadi sehat dan kuat”. Kata “mencerdaskan” ialah
“menjadikan cerdas; mengusahakan dan sebagainya supaya sempurna akal
budinya”. Objek yang dicerdaskan bukan hanya manusianya, tetapi secara
keseluruhan kehidupannya. Menyangkut budaya, sistem, dan lingkungan
sehingga luas cakupannya dalam perikehidupan kebangsaan. Menurut
sejarahwan Prof Taufik Abdullah, mencerdaskan kehidupan bangsa bukan
sekadar menyangkut intelektualitas anak bangsa, tetapi lebih jauh dan mendalam,
menyangkut pengembangan perikehidupan kebangsaan yang luas.60

d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian


abadi dan keadilan sosial

Dalam alinea ke empat UUD Negara Republik Indonesia 1945 berbunyi....."Untuk


Ikut mewujudkan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial...”.

Keaktifan Indonesia dalam mewujudkan ketertiban dunia dilakukan melalui


Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Indonesia resmi menjadi negara
anggota PBB ke-60 pada tanggal 28 September 1950, yang ditetapkan dengan
Resolusi Majelis Umum PBB Nomor A/RES/491 (V) tentang "penerimaan
Republik Indonesia dalam keanggotaan di Perserikatan Bangsa Bangsa”. Di PBB
Indonesia menempatkan perwakilan diplomatik yang berperan untuk mewakilkan
seluruh kepentingan Indonesia di PBB termasuk dalam berbagai isu keamanan
internasional, perlucutan senjata, hak asasi manusia, masalah kemanusiaan,
lingkungan hidup, buruh, kerjasama ekonomi dan pembangunan internasional,
perdagangan internasional, kerjasama Selatan-Selatan, transfer teknologi, hak
kekayaan intelektual, telekomunikasi, kesehatan dan meteorologi.61

Keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan PBB dimanfaatkan secara optimal.


Untuk perjuangan menjaga keutuhan wilayah dan kedaulatan NKRI. Serta untuk
membantu perjuangan bangsa-bangsa lain yang nasibnya masih terjajah dan

60
Haedar Nashir. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, diunduh dari: https://republika.co.id/berita/pylaiu319/mencerdaskan-
kehidupan-bangsa, diunduh 23 Maret 2020.
61Wikipedia. Indonesia dan Perserikatan Bangsa Bangsa, diunduh dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_dan_Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses 22 April 2020

38
dirundung konflik. Indonesia harus ikut terlibat dalam isu-isu keamanan dan
perdamaian global, seperti penjajahan zionis Israel atas negara Palestina, konflik
di Afghanistan, Rohingya, Suriah, Sudan Selatan dan di berbagai belahan negara
lainnya.

Indonesia terpilih sebagai anggota tidak tetap DK PBB untuk periode 2019-2020
dalam pemungutan suara yang digelar di Majelis Umum PBB di New York, pada
Jumat, 7 Juni 2018. Terpilihnya Indonesia tersebut menunjukkan bukti pengakuan
dunia atas kiprah Indonesia di kancah dunia. Artinya Indonesia berhasil
memainkan peran politik luar negeri Indonesia sehingga memperoleh tempat di
mata dunia. Dalam konteks politik global yang makin keras dan dinamis, kata dia,
tentu posisi di PBB tersebut dapat dijadikan forum dan media memainkan peran
Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia serta tatanan dunia yang lebih
adil, beradab, serta berkemajuan.62

Indonesia juga aktif dalam memelihara perdamaian dunia, salah satunya adalah
dengan mengirimkan pasukan perdamaian ke daerah-daerah konflik ke manca
Negara, yang tergabung dalam Kontingen Garuda disingkat KONGA atau
Pasukan Garuda. Indonesia mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai
bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB sejak 1957 hingga sekarang,
termasuk Polri di dalamnya.63

4. Implementasi Konsep Bhinneka Tunggal Ika

Indonesia adalah salah satu negara yang multikultural terbesar didunia,


Berdasarkan buku ensiklopedia suku bangsa di Indonesia dan merujuk pada buku
pedoman pengolahan SP2010, jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia secara
keseluruhan mencapai lebih dari 1.300 suku bangsa.64

62Kementerian Luar Negeri. Keanggotaan Tidak Tetap Indonesia pada Dewan Keamanan PBB Periode 2019-2020, diunduh dari
https://kemlu.go.id/portal/id/read/147/halaman_list_lainnya/keanggotaan-indonesia-pada-dk-pbb, diakses 22 April 2020.
63 Wikipedia. Kontingen Garuda, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kontingen_Garuda, diakses 22 April 2020
64Badan Pusat Statistik. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari Hari Penduduk Indonesia, diunduh dari

https://www.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=NTVlY2EzOGI3ZmUwODMwODM0NjA1YjM1&xzmn=aHR0cHM
6Ly93d3cuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMTIvMDUvMjMvNTVlY2EzOGI3ZmUwODMwODM0NjA1YjM1L2tld2FyZ2F

39
Namun keragaman suku di Indonesia masih menimbulkan berbagai
macam konflik yang dihadapi bangsa ini. Dimulai dari perselisihan kecil yang
melibatkan satu-dua orang yang kemudian menyebar dan menjadi konflik antar suku
ataupun antar agama. Konflik-konflik yang tak kunjung reda melahirkan kerusuhan-
kerusuhan di beberapa wilayah di Indonesia yang melibatkan suku-suku yang
berbeda di wilayah tersebut dan mengganggu stabilisasi negara. Contoh
konkrit terjadinya tragedi pembunuhan besar-besaran terhadap pengikut partai PKI
pada tahun 1965, kekerasan etnis cina di Jakarta pada bulan Mei 1998, dan konflik
sektarian agama di Kepulauan Maluku tahun 1999-2002.65

Padahal Negara Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai


dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu, makna Bhinneka Tunggal Ika semakin luntur. Sudah tampak
kecondongan terpecah belah, individualis dengan dalih otonomi daerah, perbedaan
SARA, tidak lagi muncul sifat tolong menolong atau gotong royong. Banyak anak
muda yang kurang mengenal makna Bhinneka Tunggal Ika, banyak orang tua lupa
akan kata-kata ini, sehingga ikrar yang ditanamkan jauh sebelum Indonesia merdeka
memudar begitu saja. Oleh karena itu perlu sebuah konsep yang menawarkan
suatu alternatif melalui penerapan strategi dan konsep yang menciptakan peman-
faatan multikulturalisme yang ada dimasyarakat. Implementasi dari konsep Bhinneka
Tunggal Ika sebagai landasan multikulturalisme menjadi gagasan yang solutif dari
permasalahan tersebut, agar terciptanya konsep yang mewujudkan persatuan
bangsa.

Keanekaragaman budaya bangsa Indonesia menunjukkan suatu kekayaan


budaya sebagai modal dan landasan bagi pengembangan budaya bangsa Indonesia
secara keseluruhan, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh bangsa. Kebhinne-
kaan merupakan suatu sistem sosial dan budaya Indonesia yang tidak mungkin
diingkari. Dengan adanya keanekaragaman yang ada diharapkan menuju pada

uZWdhcmFhbi1zdWt1LWJhbmdzYS1hZ2FtYS1kYW4tYmFoYXNhLXNlaGFyaS1oYXJpLXBlbmR1ZHVrLWluZG9uZXNpYS5odG1s&t
woadfnoarfeauf=MjAyMC0wNC0yNCAxMDoyMjowNw%3D%3D, diakses 24 April 2020
65 Wikipedia. Konflik Sektarian Maluku, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_sektarian_Maluku, diakses 22 April

2020.

40
persatuan dan kesatuan bangsa, sebagaimana terkandung dalam slogan “Bhinneka
Tunggal Ika”. Menurut Tilaar, Bhinneka Tunggal Ika memiliki konsep sebagai landasan
multikulturalisme atas pluralisme budaya. Pluralisme budaya bukanlah suatu
yang given (datang begitu saja), tetapi merupakan suatu proses internalisasi nilai-
nilai dalam suatu komunitas. Oleh karena itu, kebudayan dapat dapat diartikan
sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal”.

Multikulturalisme memiliki sebuah ideologi dan sebuah alat atau wahana untuk
meningkatkan derajat manusia, maka konsep kebudayaan harus dilihat dalam
perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia. Sebagai sebuah ide atau ideologi,
multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada dalam berbagai struktur
kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, kehidupan
ekonomi dan bisnis, kehidupan politik, dan berbagai kegiatan lainnya dalam
masyarakat yang bersangkutan.

Bhinneka Tunggal Ika berisi konsep multikulturalistik dalam kehidupan yang


terikat dalam suatu kesatuan. Prinsip multikulturalistik adalah asas yang mengakui
adanya kemajemukan bangsa dilihat dari segi agama, keyakinan, suku bangsa, adat
budaya, keadaan daerah, dan ras. Kemajemukan tersebut dihormati dan dihargai
serta didudukkan dalam suatu prinsip yang dapat mengikat keanekaragaman tersebut
dalam kesatuan yang kokoh. Kemajemukan bukan dikembangkan dan didorong
menjadi faktor pemecah bangsa, tetapi merupakan kekuatan yang dimiliki
oleh masing-masing komponen bangsa, untuk selanjutnya diikat secara sinerjik
menjadi kekuatan yang luar biasa untuk dimanfaatkan dalam menghadapi segala
tantangan dan persoalan bangsa.

Prinsip Bhinneka Tunggal Ika mendukung nilai-nilai seperti: inklusif, terbuka,


damai dan kebersamaan, kesetaraan, toleransi, musyawarah disertai dengan
penghargaan terhadap pihak lain yang berbeda. Sejalan dengan prinsip, berikut ini
adalah langkah-langkah untuk mengimplementasikan konsep Bhinneka Tunggal Ika
sebagai landasan multikulturalisme untuk mewujudkan persatuan bangsa:66

66
Arum Sutrisni Putri. Bhinneka Tunggal Ika: Makna dan Implementasi, diunduh dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/110000369/bhinneka-tunggal-ika--makna-dan

41
a. Perilaku inklusif.

Di depan telah dikemukakan bahwa salah satu prinsip yang terkandung


dalam Bhinneka Tunggal Ika adalah sikap inklusif. Dalam kehidupan
bersama yang menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika memandang
bahwa dirinya, baik itu sebagai individu atau kelompok masyarakat merasa
dirinya hanya merupakan sebagian dari kesatuan dari masyarakat yang
lebih luas. Betapa besar dan penting kelompoknya dalam kehidupan
bersama, tidak memandang rendah dan menyepelekan kelompok yang lain.
Masing-masing memiliki peran yang tidak dapat diabaikan, dan bermakna
bagi kehidupan bersama.

b. Sikap rukun dan damai

Sikap toleransi, saling hormat menghormati, mendudukkan masing-masing


pihak sesuai dengan peran, harkat dan martabatnya secara tepat, tidak
memandang remeh pada pihak lain, apalagi menghapus eksistensi
kelompok dari kehidupan bersama, merupakan syarat bagi lestarinya
negara-bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kerukunan hidup perlu
dikembangkan dengan sebaik-baiknya, agar mewujudkan kedamaian dan
rasa aman.

c. Musyawarah untuk mencapai mufakat

Dalam rangka membentuk kesatuan dalam keanekaragaman diterapkan


pendekatan “musyawarah untuk mencapai mufakat.” Bukan pendapat
sendiri yang harus dijadikan kesepakatan bersama, tetapi common
denominator, yakni inti kesamaan yang dipilih sebagai kesepakatan
bersama. Hal ini hanya akan tercapai dengan proses musyawarah untuk
mencapai mufakat. Dengan cara ini segala gagasan yang timbul
diakomodasi dalam kesepakatan. Tidak ada yang menang tidak ada yang
kalah. Inilah yang biasa disebut sebagai win win solution.

implementasi?page=all, diakses 6 Maret 2019

42
d. Sikap kasih sayang dan rela berkorban

Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan


bernegara perlu dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai
harus dibuang jauh-jauh. Saling percaya mempercayai harus
dikembangkan, iri hati, dengki harus dibuang dari kamus Bhinneka Tunggal
Ika. Eksistensi kita di dunia adalah untuk memberikan pelayanan kepada
pihak lain, dilandasi oleh tanpa pamrih pribadi dan golongan, disertai
dengan pengorbanan.

Bila setiap warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika,


meyakini akan ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan
bernegara yang multikulturalisme, serta mau dan mampu mengimple-
mentasikan secara tepat dan benar, maka Negara Indonesia akan tetap
kokoh dan bersatu selamanya. Seperti pepatah yang mengatakan “Bersatu
kita teguh bercerai kita runtuh.”

Dari sudut pandang yang berbeda banyak pendapat bahwa negara Indonesia
memiliki banyak pengaruh terutama pada generasi muda seperti maraknya pengaruh
narkoba yang mewarnai kehidupan pada generasi pemuda sekarang ini. Hal ini dapat
membawa para generasi muda Indonesia terpuruk dalam kegelapan untuk mencapai
cita-cita mereka menjadi anak generasi penerus bangsa, namun generasi muda itu tidak
selamanya hitam. Bangkitlah semangat para generasi muda yang bisa membawa
perubahan Bangsa kita yang tercinta ini jauh lebih baik di masa yang akan datang.
Karena di pundak generasi mudalah yang akan menentukan nasib bangsa di masa yang
akan datang, yang bisa mengganti para generasi tua dalam roda kepemerintahan.
Pemuda Indonesia adalah pemuda nasionalisme, patriotisme, cinta bangsa dan tanah
air, Menggalang persatuan dan kesatuan Indonesia, menghilangkan penonjolan
kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan warna kulit dan menumbuhkan rasa
senasib dan sepenanggungan.
Para generasi muda dapat menerima perbedaan yang dimaksud dalam Bhinneka
Tunggal Ika dengan menanamkan sifat toleransi serta mewujudkannya dalam kehidupan

43
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sifat toleran sangat penting untuk timbulnya
hubungan kekeluargaan dengan mempererat tali silaturahmi atau persaudaraan antar
sesama masyarakat dalam satu bangsa yang ber-Bhinneka.67
Sebagai generasi muda atau figur bangsa Indonesia kita harus dibekali oleh
kreativitas, inovatif, kecerdasan dan keterampilan. Jika di negara kita yang tercinta ini
semua generasi muda bisa memiliki kriteria tersebut, maka yakin bahwa negara
Indonesia akan bisa bersaing dengan negara lain. Pemuda Indonesia itu bisa, karena
Pemuda adalah seseorang yang memiliki suatu semangat yang begitu membara dalam
kesehariannya, dan selalu menciptakan karya-karya terbaiknya, yang di wujudkan dalam
kebersamaan, yang memberi gambaran kepada dunia luar bahwa negara Indonesia itu
bukan hanya sekedar semboyan yaitu BhinnekaTunggal Ika. Tetapi negara Indonesia
adalah bersatu, memiliki berbagai macam suku, agama,ras, berbagai macam budaya dan
berbeda latar belakang pendidikan, namun Pemuda Indonesia dapat bertoleransi antara
satu dengan yang lainnya.

67Berbhineka artinya memiliki keragaman, baik suku, agama, etnis, serta sosial budaya.

44
Bagian V

GERAKAN AKSI BELA NEGARA SEBAGAI


IMPLEMENTASI EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA

GERAKAN BELA NEGARA khas Indonesia merupakan kegiatan yang


menggerakan seluruh warga negara Indonesia untuk melakukan tindakan nyata bela
negara. Gerakan ini merupakan pengenjawantahan nilai dasar bela negara, yang
mencerminkan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Empat Konsensus Dasar
Negara (Empat Pilar Kebangsaan) yaitu: (1) Pancasila; (2) Undang-Undang Dasar
1945; (3) Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan (4) Bhinneka Tunggal Ika.

Secara garis besar, nilai-nilai kebangsaan sebagai kristalisasi nilai-nilai yang


terkandung dalam Ke-Empat Konsensus Dasar Negara, meliputi: Nilai Ketuhanan;
Nilai Kemanusiaan; Nilai Persatuan; Nilai Demokrasi; Nilai Keadilan; Nilai Pluralis dan
Multikulturalis; serta Nilai Patriotisme, yang sarat ajaran-ajaran atau landasan WNI
dalam bersikap, berpikir, berkata dan bertindak, sebagai berikut ini: 68

1. Nilai Ketuhanan, mengandung ajaran-ajaran bahwa, terbentuknya bangsa dan


negara Indonesia adalah berkat perjuangan dari seluruh komponen bangsa yang
dirhidoi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang
religius, yang mempunyai dasar-dasar norma dan etika yang berdasarkan ajaran
agamanya, mempunyai kaidah dan ukuran tentang kebenaran dan keadilan yang
dilandasi oleh ajaran agama. Kehidupan beragama masyarakat Indonesia dilandasi
oleh kebebasan untuk memeluk agama bagi setiap orang dan toleransi yang tinggi
dengan dijamin dalam melaksanakan syariatnya.

2. Nilai Kemanusiaan, mengandung ajaran-ajaran bahwa setiap warga negara


mempunyai kedudukan yang sama atau sederajat secara hukum, secara politik, dan
dalam memenuhi kehidupannya. Negara menjamin hak-hak yang bersifat asasi dari
seluruh warga negaranya, disamping memberi kewajiban kepada setiap warga
negaranya untuk menghormati hak-hak asasi sesama WNI. Negara menjamin

68
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 52-57

45
adanya hak untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat dan
pikirannya.

3. Nilai Persatuan, mengandung ajaran-ajaran bahwa bangsa Indonesia adalah satu


kesatuan dalam bingkai NKRI dan tidak ada perbedaan meskipun terdiri dari
berbagai suku, ras, agama, budaya, dan adat istiadatnya. Dalam menjalin hubungan
antar sesama komponen bangsa selalu mengedepankan semangat kekeluargaan,
gotong royong dan musyawarah untuk mufakat, membangun keharmonisan,
menjaga keseimbangan, dan menunjukkan solidaritas sosial. Acuan dalam
menghadapi ancaman dan penyelesaian masalah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah kepentingan nasional. Adanya kesadaran bagi seluruh WNI
tentang hakekat sebagai satu bangsa yang disebut bangsa Indonesia, dan adanya
jiwa dan semangat rela berkorban demi bangsa Indonesia dan NKRI.

4. Nilai Demokrasi, mengandung ajaran-ajaran bahwa adanya kesadaran tentang


kekuasaan tertinggi (kedaulatan) ada ditangan rakyat, sehingga setiap pemegang
kekuasaan tidak boleh berlaku sewenang-wenang. Bangun negara dan sistem
kenegaraan yang dibangun didasarkan pada sistem kerakyatan dengan pemisahan
kekuasaan bagi kelembagaan pemerintahan negara, bukan sistem yang absolut
ataupun totaliter. Negara menjamin adanya kebebasan bagi WNI. Negara
memberikan kesempatan yang sama bagi semua WNI dalam berpartisipasi di
berbagai kehidupan yaitu politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan dan
keamanan. Ajaran dibangunnya kesadaran untuk taat, tunduk dan patuh terhadap
peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur kehidupan masyarakat
dan pelaksanaan pemerintahan negara tanpa kecuali, baik untuk semua warga
negara maupun pemegang kekuasaan. Adanya supremasi hukum, yang merupakan
jaminan terwujudnya keadilan dalam penegakkan hukum. Selain itu, adanya
kehidupan politik yang bebas, bersih, dan mampu menyalurkan aspirasi warga
negaranya sehingga semua produk kebijakan public adalah benar-benar untuk
kepentingan rakyatnya.

46
5. Nilai Keadilan, mengandung ajaran-ajaran bahwa kehidupan berbangsa dan
bernegara didasarkan kepada aturan yang disepakati bersama atau hasil
konsensus, yang didalamnya terdapat hak dan kewajiban yang sama, jaminan untuk
memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama, dan jaminan untuk
memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama, dan jaminan untuk
memperoleh perlindungan yang sama dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya
dan menyelenggarakan kepentingannya. Setiap warga negara akan diperlakukan
sama dihadapan hukum. Selain itu, setiap WNI mempunyai hak yang sama untuk
berpartisipasi dalam menetapkan pengambilan keputusan dan kebijakan terkait
dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.

6. Nilai Pluralis dan Multikulturalis, mengandung ajaran-ajaran bahwa adanya


kesadaran terhadap realita bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,
etnis dan ras, agama, adat istiadat, budaya dan bahasa yang berbeda satu sama
lain. Dalam kehidupan berbangsa yang majemuk dan multikultur harus menjunjung
tinggi toleransi, perlu penghormatan dan pengorbanan satgu sama lain, perlu
menjaga hubungan yang seiambang dan harmoni, memerlukan saling kepedulian
yang tinggi, dan cara pandang yang mencerminkan sikap dan perilaku yuang
sederajad, serta tidak ada pelemahan dan memandang rendah posisi diantara
mereka dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam
kehidupan yang plural dan multicultural secara integral mengandung jiwa dan
semangat: penghormatan dan kesederajatan; kebebasan; non-diskriminasi,
solidaritas, dan toleransi; serta pengorbanan/kepedulian; kekeluargaan/gotong-
royong; tanggung jawab; dan kepercayaan.

7. Nilai Patriotisme, mengandung ajaran-ajaran bahwa semua WNI mempunyai


kewajiban untuk ikut bela negara sesuai dengan bidang tugas dan profesinya demi
kejayaan negara dan bangsa Indonesia. Semua WNI mempunyai kesadaran untuk
rela berkorban dan melakukan apa saja demi bangsa dan negaranya. Semua WNI
akan mengutamakan kepentingan bangsa dan negaranya di atas kepentingan
pribadi dan golongan. Dan setiap WNI tidak akan melakukan tindakan yang

47
merugikan, merusak dan menghancurkan bangsa dan negaranya, dan tidak akan
melakukan tindakan untuk kepentingan bangsa dan negara lain.

Gerakan aksi bela negara ini penting dihidupkan dan digalakkan di seluruh tanah
air sebagai perisai pelindung terhadap seluruh kepentingan nasional, mencakup antara
lain: kepentingan ketahanan nasional dan kelangsungan hidup bangsa dan negara;
kepentingan penegakkan supremasi hukum; kepentingan kelancaran pelaksanaan
pembangunan nasional demi keberlanjutan dan kemajuan bangsa dan negara; dan
kepentingan pertahanan dan keamanan negeri seluruhnya.

Demi suksesnya sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan atau Empat Konsensus


Dasar Bela Negara ini, peran-serta masyarakat atau rakyat bersifat “wajib-hukumnya”.
Masyarakat adalah elemen konstitutif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan
merupakan unsur dasar pembentuk negara. Maka partisipasinya harus dipandang
sebagai pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara dalam membela negara
sebagaimana tercantum di dalam Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 30 ayat (1).69

Berikut beberapa contoh gerakan aksi bela negara dalam upaya mewujudkan
nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Empat Konsensus Dasar Negara atau
Empat Pilar Kebangsaan, antara lain:

1. Program Aksi Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


MPR melakukan kegiatan pemahaman Empat Konsensus Dasar Negara atau
dikenal sebagai Empat Pilar MPR, melalui kegiatan sosialisasi kepada mahasiswa
seluruh Indonesia yang merupakan calon pejabat public di masa depan. Menurut Wakil
Ketua MPR70, hasil sosialisasi Empat Pilar MPR tersebut menunjukkan penghargaan
(apresiasi) dan gelora semangat (antusiasme) dari para peserta. Penanaman nilai-nilai
luhur bangsa itu penting sebagai modal dasar munculnya generasi muda yang
berkualitas, berkarakter dengan rasa nasionalisme tinggi dan gemar bekerja keras.

69
Pasal 27 Ayat (3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara; Pasal 30 Ayat
(1) Tiap tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
70Detik. Generasi Muda Punya Peran Penting Dalam Sosialisasi 4 Pilar MPR, diunduh dari https://news.detik.com/berita/d-
3642951/generasi-muda-punya-peran-penting-dalam-sosialisasi-4-pilar-mpr, diakses Rabu, 18 Desember 2019.

48
Wakil Ketua MPR Mahyudin71, menyatakan bahwa ada beberapa alasan
MPR mensosialisasikan Empat Pilar MPR :

Pertama, karena masih lemahnya penghayatan dan pengamalan agama serta


munculnya pemahaman agama yang keliru dan sempit. "Seperti munculnya
radikalisme yang melahirkan terorisme. Ini harus diantisipasi agar jangan sampai
ada anggota masyarakat yang terpapar radikalisme dan terorisme," jelasnya.

Kedua, masih adanya pengabaian terhadap kepentingan daerah dan timbulnya


fanatisme kedaerahan. Masih terjadi disparitas pembangunan pusat dan daerah.
Hal ini bisa menimbulkan fanatisme kedaerahan. Sehingga sempat muncul daerah
yang ingin memisahkan diri dari NKRI.

Ketiga, kurang berkembangnya penghargaan terhadap kebhinnekaan dan


kemajemukan yang melahirkan politik SARA. Oleh karena itu, perlu menghindari
politik SARA bahkan dalam Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu yang sempat
menghembuskan politik SARA dengan kencang.

"Dalam Pilpres kali ini saya percaya, politik SARA tidak digunakan kedua calon
presiden. Tapi tetap harus waspada, mungkin saja yang melakukan hoax, fitnah,
dan adu domba bukan dari calon presiden. Bisa jadi ada pihak ketiga yang
mengadu domba sesama anak bangsa," jelasnya.

Keempat, karena kurangnya keteladanan sebagian pemimpin sebagai tokoh


bangsa. "Ini terkait dengan korupsi. Banyak pejabat negara dan aparat penegak
hukum terlibat korupsi."

Kelima adalah tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal. Hukum tajam
ke atas dan tumpul ke bawah. "Tapi sekarang lebih baik. Mereka yang di atas juga
ditangkap."

71 Liputan6. Pentingnya Sosialisasi Empat Pilar MPR Untuk Masyarakat Indonesia, diunduh dari
https://www.liputan6.com/news/read/3914116/pentingnya-sosialisasi-empat-pilar-mpr-untuk-masyarakat-indonesia,
diakses Rabu, 18 Desember 2019.

49
2. Membangun Kemampuan Komunikasi Antar Budaya

Kemampuan komunikasi antar budaya yang efektif tersebut didasari oleh


kesadaraan dari masing-masing pihak mengenai keniscayaan perbedaan yang terdapat
pada setiap masyarakat. Dengan adanya perbedaan ini, diperlukan pemahaman lebih
mengenai kebiasaan, pola pikir dan nilai-nilai dari masing-masing anggota masyarakat
yang besar kemungkinan juga berbeda. Salah satu kegiatan konkrit membangun
toleransi antar umat agama adalah diskusi atau dialog yang dihadiri oleh peserta lintas
agama : Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindu, Kong Hu Cu, dan lain-lain. Diharapkan
dengan dialog lintas agama, masyarakat akan memiliki pemahaman yang sama terkait
pentingnya toleransi dan hidup berdampingan. Menurut Direktur Wahid Institut Yenny
Wahid72 menjelaskan adanya pergeseran pemahaman jihad di kalangan muda Indonesia
dan harus diwaspadai, jika dibiarkan berkembang maka akan muncul gerakan radikal.
Sebab telah terjadi pemahaman jihad yang salah. Jadi dialog antara pemuka agama
sangat diperlukan untuk membangun toleransi. Selain itu negara harus lebih proaktif
untuk meminimalkan kemunculan bahaya intoleransi di Indonesia,salah satunya dialog
lintas agama, menyelenggarakan kegiatan bersama, misalnya membersihkan rumah
ibadah, donor darah, membantu masyarakat yang terkena bencana dan lain-lain.

3. Gerakan Pengimplementasian Bhineka Tunggal Ika

Adanya perbedaan tidak dapat dipungkiri dalam sebuah masyarakat atau


bangsa, hal itu tercermin dalam semboyan negara kita yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Berkaca dari kasus-kasus pertikaian atau konflik antar etnis, antar kelompok agama yang
terjadi di Indonesia yang menunjukkan bahwa semboyan Bhineka Tunggal Ika belum
diimpelemntasikan secara optimal atau masih kurang dipahami. Berdasarkan
pengalaman tersebut maka perlu ditegaskan kembali bahwa makna Bhineka Tunggal
Ika itu bukan semata mata mengacu pada budaya lokal tetapi juga budaya nasional dan
universal atau nilai nilai universal. Intinya mengizinkan masing-masing individu
mempertahankan identitas aslinya dengan penambahan identitas nasional dan universal.

72 Liputan6. Diskusi Lintas Agama Bahas Pentingnya Toleransi dan Hidup Berdampingan , diunduh dari
https://www.liputan6.com/news/read/3042327/diskusi-lintas-agama-bahas-pentingnya-toleransi-dan-hidup-berdampinganm
,diakses Rabu, 18 Desember 2019.

50
Penempatan identitas universal dan nasional pada posisi tertinggi ditujukan agar identitas
universal mampu dijadikan landasan untuk hidup bertoleransi dengan cara menghargai
perbedaan agama, budaya etnis, bahkan budaya lintas bangsa. Banyak kegiatan yang
dapat dilakukan, antara lain : membersihkan rumah ibadah, kegiatan donor darah,
menolong korban bencana, membangun dialog antar kelompok umat beragama dengan
latar belakang etnis yang berbeda, membangun tempat perjumpaan umum, misalnya
organisasi sosial kemasyarakatan, wadah seni-budaya, tempat oleh raga, serta aktif
dalam lembaga nasional dan internasional dan lain-lain.

4. Program Aksi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)

Lembaga ini menyusun bahan ajar Pancasila bagi ASN (Aparatur Sipil
Negara) yang melibatkan Kementerian dan lembaga, instansi yang terlibat antara lain:
Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan,
Kementerian Pertahanan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kementerian Hukum dan HAM, Lembaga
Administrasi Negara, Dewan Ketahanan Nasional, Lembaga Ketahanan Nasional, Badan
Kepegawaian Nasional, dan Komisi Aparatur Sipil Negara. Bahan ajar ini ditujukan untuk
membangun karakter ASN. Menurut Dr. Marbawi Kerja antara instansi pemerintah ini
diperlu dibudayakan73.

5. Gerakan Cinta Pancasila

Gerakan Cinta Pancasila adalah membangun unsur-unsur pembentuk identitas


nasional Indonesia, yaitu kemajemukan. Kemajemukan itu merupakan gabungan dari
unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa.
Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Presiden Abdurrahman Wahid, menghapuskan
istilah agama resmi Negara, memang di Indonesia tak satupun undang-undang yang

73 BPIP. Libatkan Kementerian dan Lembaga Susun Materi Bahan Ajar Bagi ASN , diunduh dari
http://www.bpip.go.id/informasi/bpip-libatkan-kementerian-dan-lembaga-susun-materi-bahan-ajar-bagi-asn/, diakses Rabu,
18 Desember 2019

51
secara tegas menyebut agama-agama yang dianggap resmi dan diakui Negara74.
Informasi dari Direktorat Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata mencatat ratusan agama dan kepercayaan asli Indonesia
masih memiliki pengikut hingga saat ini ada sekitar 200-an agama dengan jumlah
pengikut sekitar 9 juta jiwa. Agama-agama asli Indonesia , antara lain, Parmalim, Sunda
Wiwitan, Kapribaden dan Kaharingan sudah terlebih dulu eksis dan memiliki pengikut
jauh sebelum agama-agama Samawi dari Timur Tengah dan Asia Selatan merambah
Nusantara.75

Jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya tercermin pada sikap dan perilaku
masyarakat Indonesia pada umumnya, yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Sikap dan Perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam pancasila dan
merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang sesungguhnya, yaitu:

a. Ketuhanan Yang Maha Esa

1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketaqwaanya kepada Tuhan


Yang Maha Esa. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Mengembangkan sikap hormat
menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan


terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan
Yang Maha Esa. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing masing.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.

74
BBC. Perlukah Negara Tetapkan Status Agama ?, diunduh dari
https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2011/04/110405_agamasatu, diakses 22 April 2020
75 Ibid

52
b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya


sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, Mengembangkan sikap
saling tenggang rasa dan tepa selira, Mengembangkan sikap tidak semena-mena
terhadap orang lain.
4) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.; gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan, berani membela kebenaran dan keadilan, Bangsa Indonesia
merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
5) Mengembangkan sikap hormat menghormati, dan bekerjasama dengan bangsa
lain.

c. Persatuan Indonesia

1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan


bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
3) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
4) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
5) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
6) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.

53
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.

6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.

7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan


pribadi dan golongan.

8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.

9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral


kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.

10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk


melaksanakan pemusyawaratan.

e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan


suasana kekeluargaan dan. kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan
dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.
54
6. Gerakan Kepemimpinan Demokratis.

Kepemimpinan merupakan salah satu elemen kekuatan bangsa. Untuk


mempertahankan dan mencapai kelangsungan hidup bangsa dan NKRI, kemampuan
kepemimpinan seorang pemimpin di NKRI haruslah bersifat demokratis, baik dalam hal
pemilihannya maupun ketika membuat keputusan/kebijakan umum yang terkait dengan
pemenuhan kebutuhan dan kepentingan rakyat Indonesia. Karena kekuasaan tertinggi
di negara kita ini sebenarnya berada di tangan rakyat, dan para pemimpin hanya sebagai
wakil atau pelayan bagi rakyat untuk mengatur dan mengambil kebijakan dalam negara
demi tercapainya kesejahteraana dan kemakmuran bersama.

Fenomena-fenomena munculnya pemimpin yang tidak demokratis banyak


ditemukan di kalangan generasi muda, khususnya pelajar, contoh antara lain : mereka
lebih sibuk mendiskusikan siapa yang akan dipilih sebagai pengurus untuk acara yang
diselenggarakan di sekolah, ketimbang memikirkan kegiatan yang akan mereka
laksanakan, seperti acara pentas seni dan lain sebagainya. Kemudian kecenderungan
pemimpin yang terpilih di antara mereka hanya berdiskusi dan menerima usulan dari
teman-teman yang dekat atau akrab dengan pemimpin. Meskipun secara formalitas
mereka telah mengadakan musyawarah-mufakat namun pada dasarnya usul dari teman-
temannya yang kurang dekat dengan pemimpin jarang atau tidak didengar apalagi
dilaksanakan. Inilah contoh kecil saja yang ditemukan di tengah kelompok-kelompok kecil
dikalangan remaja Indonesia saat ini. Hal inilah yang menjadi motivasi akan pentingnya
memberikan pendidikan demokrasi kepada generasi muda untuk mendapatkan kualitas
pemimpin demokratis di masa depan.

7. Gerakan Sosial (Social Action)

Gerakan sosial, merupakan perwujudan berbagai kegiatan sosial yang meliputi


antara lain: dialog lintas agama untuk menjaga kerukunan; kerja bakti bersama untuk
menjaga kebersihan; membantu masyarakat yang terkena bencana; bergotong-royong
mengatasi pandemi wabah yang melanda seluruh NKRI; mencegah dan memberantas
penyalahgunaan narkoba; pencegahan dan penanggulangan terorisme; serta
pencegahan dan pemberantasan ‘korupsi’, dimana korupsi telah mengakibatkan

55
kehancuran bagi negara disemua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, baik:
ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan-keamanan, dan masih banyak lagi
kegiatan-kegiatan sosial lainnya.

Gerakan sosial ini penting dilaksanakan secara berkesinambungan sebagai


perwujudan penanaman nilai-nilai kebangsaan yang terkandung di dalam Empat
Konsensus Dasar Negara, yang juga merupakan cerminan dari kelima nilai dasar bela
negara. Karena kealpaan dan ketidak pedulian terhadap penanaman (internalisasi) nilai-
nilai tersebut, dapat menjadi ancaman laten yang berpotensi pada kehancuran NKRI
secara perlahan, sistematis dan massif, karena menyentuh langsung nilai-nilai
fundamental bagi eksistensi NKRI.

Gerakan sosial dalam bentuk berbagai program aksi yang mencerminkan nilai-
nilai kebangsaan, yang terkandung dalam Empat Konsensus Dasar Negara (Empat Pilar
Kebangsaan) yaitu: Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika, merupakan ajakan pemerintah kepada semua lingkup WNI baik
yang berada di lingkup pendidikan, lingkup masyarakat, dan lingkup pekerjaan, untuk
berpartisipasi aktif mempertahankan kesinambungan hidup bangsa dan negara, serta
untuk bersama-sama bergotong-royong menyelamatkan negeri ini dari berbagai
ancaman yang dapat menimbulkan kehancuran di semua bidang kehidupan berbangsa
dan bernegara.

56
B. KELOMPOK PESERTA PKBN

Pogram PKBN merupakan segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilaksana-
kan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan kepada
warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku, serta menanamkan nilai
dasar Bela Negara. Sesuai Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2019, Bab III, Pasal 8, ayat
(2), PKBN diselenggarakan di Lingkup: Pendidikan; Masyarakat; dan Pekerjaan

1. LINGKUP PENDIDIKAN

Pembinaan kesadaran bela negara (PKBN) lingkup pendidikan dilaksanakan


melalui sistem pendidikan nasional atau mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun
2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional , Bab VI, Pasal 13 sampai dengan Pasal 32,
yang dikategorikan sebagai berikut :

Tabel 1: Kelompok Lingkup Pendidikan

Pendidikan Pendidikan Pendidikan


INFORMAL FORMAL NONFORMAL
Pendidikan Keluarga 1. Pendidikan Anak Usia Dini 1. Pendidikan Anak Usia Dini
1. Pendidikan Anak a. Taman Kanak-kanak (TK) a. Kelompok Bermain (KB)
Usia Dini b. Raudatul Athfal (RA) b. Taman Penitipan Anak
2. Homeschooling 2. Pendidikan Dasar c. Taman Pendidikan Alquran
a. Sekolah Dasar 2. Pendidikan Kecakapan Hidup
3. Pendidikan Kepemudaan
b. Sekolah Menengah Pertama
4. Pendidikan Pemberdayaan
3. Pendidikan Menengah Perempuan,
a. Sekolah Menengah Umum 5. Pendidikan Keaksaraan, PBA
b. Sekolah Menengah Kejuruan (Pemberantasan Buta Huruf)
c. Sekolah Menengah Keagamaan 6. Pendidikan Keterampilan dan
d. Sekolah Menengah Luar Biasa Pelatihan Kerja
4. Pendidikan Tinggi 7. Pendidikan kesetaraan
a. Pendidikan Tinggi Umum a. Paket A untuk SD
b. Pendidikan Tinggi Kedinasan b. Paket B untuk SMP
c. Paket C untuk SMU
8. Pendidikan Layanan Khusus
a. Peserta di daerah terpencil
b. Peserta yang memiliki
keterbatasan fisik dsj.nya

57
2. LINGKUP MASYARAKAT

Pembinaan kesadaran bela negara (PKBN) lingkup masyarakat, berdasarkan UU


No. 23 Tahun 2019, Pasal 9, yang menyatakan bahwa PKBN ditujukan bagi Warga
Negara yang meliputi:
a. Tokoh Agama;
b. Tokoh Masyarakat;
c. Tokoh Adat;
d. Kader Organisasi Masyarakat;
e. Kader Organisasi Komunitas;
f. Kader Organisasi Profesi;
g. Kader Partai Politik; dan
h. Kelompok masyarakat lainnya.

3. LINGKUP PEKERJAAN

Pembinaan kesadaran bela negara lingkup pekerjaan, berdasarkan UU No. 23


Tahun 2019, Pasal 10, yang menyatakan bahwa PKBN ditujukan bagi Warga Negara
yang bekerja pada :
a. Lembaga Negara;
b. Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian, dan Pemerintah Daerah
c. Tentara Nasional Indonesia;
d. Kepolisian Negara Republik Indonesia;
e. Badan Usaha Milik Negara / Badan Usaha Milik Daerah;
f. Badan Usaha Swasta; dan
g. Badan lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

58
C. STANDAR KOMPETENSI

1. Pengertian

Standar Kompetensi pembinaan kesadaran bela negara, mencakup deskripsi


kompetensi pengetahuan (ranah kognitif), kompetensi sikap (ranah afektif), dan
kompetensi keterampilan (ranah psikomotorik), dari setiap topik Modul PKBN yang harus
dikuasai oleh peserta PKBN. Standar kompetensi dirumuskan berdasarkan karakteristik
peserta di setiap lingkup (pendidikan, masyarakat, dan pekerjaan).

1.1. Kompetensi Pengetahuan


Kompetensi pengetahuan merupakan kemampuan aktivitas otak atau kognitif
untuk mengembangkan kemampuan rasional, kemampuan intelektual dalam berpikir,
mengidentifikasi, menghafal, mengetahui dan memecahkan masalah. Kemampuan yang
berkaitan dengan kecerdasan otak untuk memahami konsep-konsep, teori dsb.nya.
Penentuan standar kompetensi pengetahuan (ranah kognitif - C) mendasarkan
pada tabel taksonomi Bloom76 dengan urutan dimensi proses kognitif sebagai berikut :
Tabel 2 : Kategori Kompetensi Ranah Pengetahuan (Cognitive : C)

KATEGORI DESKRIPSI KOMPETENSI KATA KERJA


C1 Ingatan Kemampuan mengingat apa yang telah mengidentifikasi, menghafal, mengenal,
(Remember) dipelajari mengulang
C2 Pengertian Kemampuan memahami materi/ menjelaskan, mengilustrasikan,
(Understand) ilmu pengetahuan melaporkan, mendeskripsikan
C3 Aplikasi Kemampuan menggunakan ilmu yang mengimplementasikan, mene- rapkan,
(Apply) dipelajari dalam situasi lain mendemonstrasikan
C4 Analisis Kemampuan memilah-milah infor-masi menghubungkan,menyimpulkan,
(Analyze) dalam bagian-bagian kecil, melihat membedakan, memprediksi,
hubungan satu sama lain mendiagnosa masalah
C5 Evaluasi Kemampuan menilai materi/informasi dan memeriksa, menguji, menilai, merevisi,
(Evaluate) mengaitkan dengan kriteria yang menjadi mengukur, mengkritik
acuan
C6 Penciptaan Kemampuan menyatukan ide-ide yang mengkonstruksi opini, meran-cang,
(Create) terpisah-pisah, membentuk ide baru atau menciptakan temuan baru/inovasi,
menciptakan hal baru memodifikasi

76
Orin W. Anderson and David R. Krathwohl, A Taxonomy For Learning Teaching And Assessing: A Revision of Bloom’s
Taxonomy of Educational Objectives, (New York: Addison Wesley Longman, 2001)

59
1.2. Kompetensi Sikap
Kompetensi pada ranah afektif menekankan pada aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Hasil belajar afektif akan
tampak pada berbagai sikap dan tingkah laku.
Penentuan standar kompetensi sikap (ranah afektif – A) mendasarkan pada tabel
taksonomi Krathwohl77 dengan urutan dimensi proses afektif sebagai berikut:

Tabel 3 : Kategori Kompetensi Ranah Sikap (Affective : A)

KATEGORI DESKRIPSI KOMPETENSI

A1 Menerima · Kemampuan mendengarkan pendapat orang lain.


(Receiving) · Menunjukkan kehadirannya dalam komunitas.
A2 Merespon · Kemampuan menanggapi atau berpartisipasi
(Responding) dalam sebuah diskusi.
· Menunjukkan sikap tertentu sebagai hasil
pengalaman yang diperoleh
A3 Menilai · Kemampuan menilai mana yang benar dan mana
(Valuing) yang salah.
· Menunjukkan komitmen
A4 Mengorganisasikan · Kemampuan mengintegrasikan perbedaan-
(Organization) perbedaan, mengharmonisasikan perbedaan
· Menunjukkan penyelesaian konflik
A5 Karakterisasi · Kemampuan bersikap konsisten terhadap nilai-nilai
(Characterization by value) yang baru
· Menunjukkan perubahan sikap secara konsisten

1.3. Kompetensi Keterampilan


Kompetensi keterampilan merupakan kemampuan yang menyangkut kegiatan
otot dan fisik, mewujudkan keterampilan (skill) dan tindakan nyata. Kompetensi
keterampilan mencerminkan hasil pembentukan perpaduan kompetensi pengetahuan
dan kompetensi sikap atau afektif, yang terwujud dalam tindakan nyata yang dilakukan.

77David R. Krathwohl, Bloom and Betram Masia, Taxonomy of Educational Goals Handbook II: Affective Domain, (New York:
David McKay Company, 1970)

60
Penentuan standar kompetensi keterampilan (ranah psikomotorik - P) mendasar-
kan pada tabel taksonomi Dave78 dengan urutan dimensi proses psikomotorik sebagai
berikut:

Tabel 4 : Kategori Kompetensi Ranah Perilaku (Psikomotorik : P)

KATEGORI DESKRIPSI KOMPETENSI KATA KERJA

P1 Imitasi · Meniru tindakan yang ditunjukkan Meniru, mengikuti,


(Imitation) oleh instruktur atau pelatih mereplikasu, mengulangi
· Mengamati kemudian menirukan
P2 Manipulasi · Memproduksi aktivitas dari Menciptakan kembali,
(Manipulation) pelatih membangun, mengim-
· Melakukan tugas dari instruksi plementasikan
tertulis atau verbal
P3 Presisi · Melakukan keterampilan tanpa Mendemonstrasikan,
(Precision) bantuan orang lain dengan tepat menyempurnakan
· Menunjukkan keterampilan
melakukan tugas tanpa bantuan
atau instruksi dengan tepat
P4 Artikulasi · Mengadaptasi dan mengintegra- Mengkonstruksikan,
(Articulation) sikan keahlian memecahkan,
· Mengaitkan dan mengkombinasi- mengkombinasikan,
kan aktivitas untuk mengembang- mengintegrasikan
kan metode
P5 Naturalisasi · Membuat pola gerakan baru yang Merancang,
(Naturalization) disesuaikan dengan situasi, menspesifikasikan,
kondisi /permasalahan tertentu. mengelola,
· Melakukan gerakan tertentu melakukan tindakan,
secara spontan atau otomatis bergerak
dengan sempurna dan lancar.

78
R.H. Dave, Developing and Writing Educational Behavioral Objectives, (R J Armstrong, ed., Tucson. AZ: Educational
Innovators Press, 1970)

61
2. Garis Besar Standar Kompetensi di setiap Tingkat
Tabel 5 : Standar Kompetensi – Empat Konsensus Dasar Negara di setiap tingkat
Tingkat Kelompok Standar Kompetensi – Keterangan/contoh
Usia Dini & · PAUD Pengetahuan Mampu mengenal dan bisa menjelaskan :
Setara (In-Formal-Non) Agar bisa bahagia bermain dan bersahabat dengan semua teman-
· Pendidikan teman di seluruh Indonesia dan di seluruh dunia, kita harus patuh
Layanan Khusus pada :
1. Pancasila, misal a.l. harus selalu berdoa-bersyukur atas semua
karunia Tuhan YME, rukun bersama-sama teman, saling
membantu dan tidak membeda-bedakan sesama teman.
2. UUD 1945, misal a.l: harus patuh terhadap peraturan yang
berlaku di lingkungan rumah maupun lingkungan di luar rumah
3. NKRI, misal al: harus selalu bersatu bersama semua temah-
teman, tidak menyakiti atau memu-suhi teman, tdk baik
membuat “klik” pertemanan.
4. Bhinneka Tunggal Ika, misal a.l. harus memahami perbedaan
agama, suku dsb.nya sesama teman, tidak mengganggu hak
dari teman serta bekerja-sama saling mendukung di antara
sesama teman
Sikap Mampu menerima dan merespon pengetahuan yang diterima dari
Orangtua/Pembina/ Guru
Ketrampilan Mengikuti atau meniru perilaku & arahan orangtua/ pengasuh yang
/Perilaku menerapkan perbuatan yang mencerminkan 4 konsensus dasar
negara, dalam kegiatan sehari-hari.
Dasar & · Pendidikan Pengetahuan Mampu Identifikasi, menjelaskan & bisa implementasi, a.l.:
Setara Dasar - Pemahaman tentang : Pancasila, UUDN 45, NKRI, dan Bhinneka
· Pendidikan Tunggal Ika, serta nilai-nilai kebangsaan yang terkandung di
Kesetaraan dalamnya
· Pendidikan - Dasar pertimbangan mengapa “Empat Konsensus Dasar Negara”
Keaksaraan
menjadi panduan “penting” dalam menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia
- Gerakan nyata implementasi empat konsensus dasar negara.
Sikap Mampu menerima, merespon, dan menilai pengetahuan yang
diterima dari Guru/Pembina
Ketrampilan Mampu meniru, melakukan dengan dan tanpa bantuan
/Perilaku Guru/Pembina mendemonstrasikan perbuatan yang mencer-
minkan 4 konsensus dasar negara, dalam kegiatan sehari-hari.
Menengah · Homeschooling Pengetahuan Mengidentifikasi,menjelaskan,mengimplementasikan,menganalisis,
& Setara · Pendidikan dan mengevaluasi a.l:
Menengah - Pemahaman tentang : Pancasila, UUDN 45, NKRI, dan Bhinneka
· Pendidikan Kec. Tunggal Ika, serta nilai-nilai kebangsaan yang terkandung di
Hidup dalamnya
· Pendidikan - Dasar pertimbangan mengapa “Empat Konsensus Dasar Negara”
Kepemudaan menjadi panduan “penting” dalam menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia
- Gerakan nyata implementasi empat konsensus dasar negara.

62
· Pendidikan Sikap Mampu menerima, merespon, menilai, dan mengintegrasikan
Pemberdayaan perbedaan pengetahuan yang diterima dari Guru/Pembina
Perempuan Ketrampilan Meniru, melakukan dengan contoh, melakukan dengan tepat tanpa
· Pendidikan /Perilaku contoh, dan bisa mengembangkan penerapan gerakan /perilaku
Keterampilan & yang mencermin-kan empat konsensus dasar negara dalam
Pelatihan Kerja kehidupan sehari-hari.
· Kader Org:
Masy,
Komunitas,
Profesi*,
Partai Politik*,
Kelompok
Masylainnya
Tinggi & · Pendidikan Pengetahuan Mampu mengkonstruksikan opini membentuk ide-ide baru terkait a.l
Setara Tinggi - Pemahaman tentang: Pancasila, UUDN 45, NKRI, dan Bhinneka
· Tokoh : Agama, Tunggal Ika, serta nilai-nilai kebangsaan yang terkandung di
Adat, dan dalamnya
Masyarakat - Dasar pertimbangan mengapa “Empat Konsensus Dasar Negara”
· Lembaga menjadi panduan “penting” dalam menjaga persatuan dan
Negara, K/L, kesatuan bangsa Indonesia
Pemda, TNI, - Gerakan nyata implementasi empat konsensus dasar negara.
Polri, Sikap Mampu menerima, merespon, menilai, mengharmonisasikan
BUMN/BUMD, perbedaan, dan mampu bersikap konsisten berkaitan pengetahuan
BU Swasta, yang diterima dari Dosen/Pembina/Instruktur
Badan lain Ketrampilan Melakukan gerakan-/perilaku yang mencerminkan “empat
sesuai UU. /Perilaku konsensus dasar negara”, dalam kehidupan sehari-hari, dan
senantiasa berupaya menemukan ide-ide baru dalam penerapan
“empat konsensus dasar negara”.

3. Matriks Standar Kompetensi di setiap Lingkup

Tabel 6: Matriks Standar Kompetensi – Empat Konsensus Dasar Negara

LINGKUP Kompetensi Pengetahuan Kompetensi Sikap Kompetensi Perilaku


C1 C2 C3 C4 C5 C6 A1 A2 A3 A4 A5 P1 P2 P3 P4 P5
PEND. IN - FORMAL
1. PAUD x x x x x x
2. Homeschooling x x x x x x x x x x x x
PEND. FORMAL
1. PAUD x x x x x x
2. Pend. Dasar x x x x x x x x x
3. Pend. Menengah x x x x x x x x x x x x
4. Pend. Tinggi x x x x x x x x x x x x x x x x
PEND. NON - FORMAL
1. PAUD x x x x x x
2.Pend. Kecakapan Hidup x x x x x x x x x x x x

63
3.Pend. Kepemudaan x x x x x x x x x x x x
4.Pend. Pemb. Perempuan x x x x x x x x x x x x
5.Pend. Keaksaraan x x x x x x x x x
6.Pend. K.& Pelatihan Kerja x x x x x x x x x x x x
7.Pend. Kesetaraan x x x x x x x x x
8.Pend. Layanan Khusus x x x x x x
LINGKUP MASYARAKAT
1.Tokoh Agama x x x x x x x x x x x x x x x x
2.Tokoh Masyarakat x x x x x x x x x x x x x x x x
3.Tokoh Adat x x x x x x x x x x x x x x x x
4.Kader Org. Masyarakat x x x x x x x x x x x x
5.Kader Org. Komunitas x x x x x x x x x x x x
6.Kader Org. Profesi x x x x x x x x x x x x x
7.Kader Partai Politik x x x x x x x x x x x x x
8.Kelompok Masyarakat lain x x x x x x x x x x x x
LINGKUP PEKERJAAN
1.Lembaga Negara x x x x x x x x x x x x x x x x
2.Kementerian / LPNK,Pemda x x x x x x x x x x x x x x x x
3.Tentara Nasional Indonesia x x x x x x x x x x x x x x x x
4.Kepolisian Negara RI x x x x x x x x x x x x x x x x
5.BUMN / BUMD x x x x x x x x x x x x x x x x
6.Badan Usaha Swasta x x x x x x x x x x x x x x x x
7.Badan Lain sesuai dengan x x x x x x x x x x x x x x x x
ketentuan Undang-Undang x x x x x x x x x x x x x x x x

64
D. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Pengertian

Metode atau Strategi Pembelajaran PKBN, adalah cara-cara yang akan dipilih dan
digunakan oleh seorang Instruktur/Pengajar/Pembina/Widyaiswara untuk menyam-
paikan materi pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan peserta didik menerima
dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat
dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli
dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar peserta didik. Dalam modul ini yang
digunakan sebagai pilihan sesuai karakteristik peserta dan topik bahasan, adalah model
pembelajaran: kontekstual, kooperatif, berbasis masalah, edutainment.

1.1. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)79

Pendekatan pembelajaran yang mendorong Instruktur/Pengajar/Pembina/


Widyaiswara untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata atau yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.
Metode ini juga mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri.
Pengetahuan dan keterampilan peserta didik diperoleh dari usaha mereka meng-
konstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan tersebut.

Ada 3 (tiga) pilar dalam metode CTL, yaitu :


a. CTL mencerminkan prinsip kesaling-tergantungan, artinya ketika peserta didik
bergabung untuk memecahkan masalah membentuk opini baru. Jadi beberapa
peserta yang berbeda dihubungkan, misal: Tokoh agama A dengan Agama B
b. CTL mencerminkan prinsip diferensiasi, artinya perbedaan menjadi nyata
ketika CTL menantang peserta untuk saling menghormati keunikan masing-

79
Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Yuma Pustaka kerjasama dengan IKIP UNS, 2010), hal.14-21

65
masing, untuk menjadi kreatif, untuk bekerjasama, untuk menghasilkan
gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman
adalah tanda kemantapan dan kekuatan.
c. CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri, artinya peserta didik mencari
dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda.
Mereka mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh guru dan
peserta didik lainnya.

Contoh: Di satuan pendidikan tinggi, Pengajar mendorong peserta untuk membaca,


menulis, dan berpikir secara kritis dengan meminta mereka untuk fokus pada persoalan-
persoalan kontroversial di lingkungan masyarakat mereka.

Rencana Program Pembelajaran dalam strategi pembelajaran CTL, yaitu:


a. Peserta dihadapkan pada pengalaman konkrit.
b. Tanya Jawab
c. Inkuiri, merupakan siklus proses membangun pengetahuan/konsep yang
bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian
membangun teori atau konsep.
d. Komunitas belajar sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman/ide.
e. Pemodelan, disini Instruktur/Pengajar/Pembina/Widyaiswara mendemons-
trasikan idenya agar peserta dapat mencontoh, belajar atau melakukan
sesuatu sesuai dengan model yang diberikan.
f. Refleksi, yaitu melihat kembali atqu merespon suatu kejadian, kegiatan dan
pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui.
g. Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan
(pengetahuan, sikap dan keterampilan) peserta secara nyata.

1.2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)80


Pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
peserta didik untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar.

80
Ibid, hal. 37

66
Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif:
a. Saling ketergantungan positif, artinya Instruktur/Pengajar/Pembina/Widyais-
wara menciptakan suasana yang mendorong agar peserta didik merasa saling
membutuhkan atau saling ketergantungan.
b. Interaksi tatap muka, akan memaksa peserta didik saling tatap muka dalam
kelompok sehingga mereka dapat berdialog.
c. Akuntabilitas individual, artinya penilaian kelompok didasarkan atas rata-rata
penguasaan semua anggota kelompok secara individual.
d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, seperti: tenggang rasa; sikap
sopan terhadap teman; mengkritik ide dan bukan mengkritik teman; berani
mempertahankan pikiran logis; tidak mendominasi orang lain; dan sejenisnya.

Beberapa Metode Pembelajaran Kooperatif


a. Metode STAD (Student Achievement Division)
- Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok /tim yang terdiri dari 4 / 5
Anggota dengan karakteristik yang heterogen (ras, etnik,L/P, dsb)
- Setiap tim diberi lembar kerja, anggota tim saling membantu menguasai
bahan ajar. Kemudian Pengajar mengevaluasi penguasaan setiap Tim
- Penguasaan tiap siswa/Tim diberi skor. Lalu diberi penghargaan
b. Metode Jigsaw
- Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok /tim yang terdiri dari 4 atau
5 Anggota dengan karakteristik yang heterogen (ras, etnik,L/P, dsb)
- Topik bahasan yang terdiri dari sub-sub topik bahasan diberikan dalam
bentuk teks, setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk mempelajari
satu bagian / subtopik bahasan dari Topik bahasan.
- Anggota yang bertanggung jawab pada subtopik yang sama, dapat
berkumpul saling membantu, menelaah subtopik tersebut. Kumpulan
peserta didik itu disebut “kelompok pakar” untuk setiap subtopik.
- Selanjutnya antar “kelompok pakar” saling mengajar atau berbagi ilmu,
sehingga seluruh subtopik dibahas, artinya topik dibahas secara utuh.

67
- Peserta didik dievaluasi penguasaannya secara individu, lalu diberi peng-
hargaan atas capaian penguasaan topik bahasan.
c. Metode GI (Group Investigation)
- Seleksi Topik bahasan, Disini peserta didik memilih subtopic dari suatu
masalah umum yang digambarkan oleh Instruktur/Pengajar/Pembina/ Wi-
dyaiswara. Peserta dibagi dalam kelompok yang berorientasi pada tugas,
anggota 2 hingga 6 prserta, karakteristik heterogen
- Merencanakan kerja sama. Pengajar dan peserta didik merencanakan
berbagai prosedur belajar khusus tugas, tujuan umum yang konsisten
dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih.
- Implementasi. Peserta didik melaksanakan rencana tugas yang telah di-
rumuskan bersama. Pengajar secara terus-menerus memantau kemajuan
tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
- Analisis dan sintesis. Peserta didik menganalisis dan mensintesakan
berbagai informasi yang diperoleh pada langkah sebelumnya, meringkas
dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
- Penyajian hasil akhir. Semua kelompok menyajikan presentasi yang
menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua peserta ter-
libat dan memperoleh perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
Pengajar berperan sebagai koordinator
- Evaluasi selanjutnya. Pengajar dan Peserta didik mengevaluasi kontribusi
tiap kelompok terhadap pekerjaaan. Evaluasi bisa individual atau kelompok
d. Metode Struktural
- Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang mungkin cocok untuk sesi evaluasi
- Setiap peserta didik dapat satu buah kartu
- Setiap peserta didik mencari pasangan peserta didik lainnya jyang
mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misal: kartu berisi nama
SRI MULYANI akan berpasangan dengan MENTERI KEUANGAN.
- Peserta didik bisa bergabung dengan dua atau tiga peserta yang lain yang
memegang kartu yang cocok.

68
- Setiap pasangan peserta didik mendiskusikan menyelesaikan tugas secara
bersama-sama
- Presentasi hasil kelompok atau kuis

1.3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning / PBL)81

Metode pembelajaran yang membuat peserta didik berpikir, menyelesaikan


masalah. PBL memfokuskan pada apa yang sedang dipikirkan peserta didik selama
mengerjakan atau memecahkan masalah (kognisi mereka), bukan pada apa yang
sedang dikerjakan (perilaku mereka).
Instruktur/Pengajar/Pembina/Widyaiswara lebih berperan sebagai pembimbing
dan fasilitator, sehingga peserta didik dapat belajar untuk berpikir dan menyelesaikan
masalahnya sendiri. Meskipun kadang-kadang Pengajar juga terlibat, mempresen-
tasikan dan menjelaskan berbagai hal kepada peserta didik.

Perencanaan dan Pelaksanaan PBL:


Peserta bekerja berpasangan atau dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengin-
vestigasi masalah kehidupan nyata yang membingungkan atau menantang. Oleh karena
itu tipe pembelajaran ini sangat interaktif.
a. Merencanakan Pelajaran PBL
1) Tetapkan masalah yang akan dipelajari, kemudian putuskan sasaran dan
tujuan pelajaran berbasis masalah. Tujuan bisa tunggal atau memiliki
tujuan-tujuan yang luas. Penting sebelumnya mengkomunikasikan tujuan
yang ingin dicapai dengan jelas.
2) Merancang situasi bermasalah yang tepat. PBL didasarkan pada premis
bahwa situasi bermasalah yang membingungkan atau tidak jelas akan
membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik sehingga membuat mereka
tertarik untuk menyelidiki. Merancang situasi bermasalah yang tepat adalah
salah satu tugas perencanaan yang penting bagi guru.

81
Ibid, hal. 151-170

69
Sebuah situasi bermasalah yang baik harus memenuhi lima kriteria
penting yaitu :
a) Situasi seharusnya ‘auntetik’. Artinya masalah harus dikaitkan dengan
pengalaman nyata peserta didik, bukan konsep atau prinsip disiplin
akademis tertentu.
b) Masalah sebaiknya tidak jelas / tidak sederhana sehingga menciptakan
misteri atau teka-teki. Masalah yang tidak jelas tidak dapat diselesai-
kan dengan jawaban sederhana dan memiliki solusi-solusi alternating.
c) Masalah seharusnya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat
perkembangan intelektual.
d) Masalah semestinya cakupannya luas sehingga memberikan kesem-
patan kepada Pengajar untuk memenuhi tujuan instruksionalnya, tetapi
tetap dalam batas-batas yang layak bagi pelajaannya dilihat dari segi
waktu, ruang dan keterbatasan sumber daya.
e) Masalah sebaiknya harus mendapatkan manfaat dari usaha kelompok.

3) Mengorganisasikan Sumber Daya dan Merencanakan Logistik


PBL mendorong peserta didik untuk bekerja dengan beragam bahan dan
alat, sebagian berlokasi di ruang kelas, sebagai lainnya diperpustakaan
atau laboratorium computer, atau di luar sekolah. Perencanaan sumber
daya dan logistic merupakan tugas perencanaan utama para Pengajar PBL

b. Melaksanakan Pelajaran PBL, ada 5 (lima) tahapan:


1) Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada peserta didik.
Pengajar membahas tujuan pelajaran, mendeskripsikan dan memotivasi
peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah
2) Mengorganisasikan peserta untuk meneliti. Pengajar membantu peserta
didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar
yang terkait dengan per-masalahan yang akan dibahas.

70
3) Membantu investigasi mandiri dan kelompok. Pengajar mendorong peserta
untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan
mencari penjelasan dan solusi.
4) Mengembangkan dan mempromosikan hasil. Pengajar membantu peserta
dalam merencanakan dan menyiapkan hasil-hasil yang tepat, seperti
laporan, rekaman video, dan membantu mereka menyampaikan kepada
orang lain.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Pengajar
membantu peserta untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan
proses-proses yang mereka gunakan.

1.4. Model Pembelajaran “Edutainment”


Edutainment berasal dari kata education dan entertainment. Education berarti
pendidikan, sedangkan entertaintment berari hiburan. Jadi, edutainment adalah
pendidikan yang menghibur atau menyenangkan.82 Sutrisno (2011), mengungkapkan
bahwa edutainment adalah suatu proses pembelajaran yang didesain sedemikian rupa,
sehingga muatan pendidikan dan hiburan bisa dikombinasikan secara harmonis untuk
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan
biasanya dilakukan dengan humor, permainan (game), bermain peran (role-play), dan
demonstrasi.83

Metode Edutainment adalah suatu metode pembelajaran berbasis kompetensi yang


aktif dan efisien, dirancang melalui suatu prinsip permainan dengan menggunakan alat
peraga yang bisa menghibur. Konsep itu meliputi dua kepentingan anak-anak yakni
bermain dan belajar. Metode ini merupakan pengembangan dari metode pembelajaran
aktif. Contoh langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode Edutainment
adalah sebagai berikut : 84

82 Moh. Sholeh Hamid, Metode Edutainment: Menjadikan Siswa Kreatif dan Nyaman di Kelas, (Diva Press: 2014), hal. 17
83 Sutrisno. Pengantar Pembelajaran Inovatif, (Jakarta: GP Press, 2011)
84
Nurlaelifitri, Metode Pembelajaran Edutainment, dikutip dan disari dari: http://nurlaelifitri.blogspot.co.id/2013/09/metode-
pembelajaranedutainment-belanbe.html.

71
1. Guru menyiapkan alat-alat audio visual untuk memutar film/video/youtube yang
berkaitan dengan materi pembelajaran.
2. Kelas didisain yang bagus sehingga peserta didik merasa nyaman.
3. Guru memutarkan film/video/youtube, untuk peserta didik serta memberikan
penjelasan tentang film/video/youtube tersebut.
4. Setelah selesai pemutaran film/video/youtube siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok untuk mendiskripsikan tentang film yang telah ditayangkan dengan
diiringi musik .
5. Nama kelompok dibuat sesuai dengan materi yang terkait, misalnya tokoh yang
ada dalam film/video/youtube yang ditayangkan.
6. Demonstrasi, siswa diajak bermain misalnya dengan Snowball Throwing
(Melempar bola salju) dengan cara setiap kelompok menyiapkan satu
pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas tersebut digulung
dimasukkan ke dalam bola yang berwarna - warni yang di belah kemudian di
tutup dengan isolatif. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melempar
bola tersebut ke kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru.
Kelompok lain berusaha menangkap bola tersebut. Siswa yang terakhir me-me-
gang bola mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola itu.
7. Dengan bimbingan guru masing-masing kelompok merangkum materi.

Bermain akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mema-
nipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan dan
mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyak-
nya. Disinilah proses pembelajaran berlangsung, mereka mengambil keputusan,
memilih, menentukan, menciptakan, memasang, membongkar, mengembalikan, men-
coba, mengeluarkan pendapat, memecahkan masalah, mengerjakan secara tuntas,
bekerjasama dengan teman, dan mengalami berbagai macam perasaan.85

85
Mayke S. Tedjasaputra, Bermain, Mainan dan Permainan, (Grasindo, 2001)

72
2. Garis Besar Metode/Strategi Pembelajaran di setiap Tingkat

Tabel 7 : Metode Pembelajaran – Empat Konsensus Dasar Negara di setiap tingkat

Tingkat Kelompok Keterangan / contoh


Usia Dini & Setara · PAUD (In-Formal-Non) Pembelajaran pemahaman:
· Pendidikan Layanan Khusus Agar bisa bahagia bermain dan bersahabat dengan
semua teman-teman di seluruh Indonesia dan di seluruh
dunia, kita harus patuh pada :
1. Pancasila, misal a.l. harus selalu berdoa-bersyukur
atas semua karunia Tuhan YME, rukun bersama-
sama teman, saling membantu dan tidak membeda-
bedakan sesama teman.
2. UUD 1945, misal a.l: harus patuh terhadap peraturan
yang berlaku di lingkungan rumah maupun lingkungan
di luar rumah
3. NKRI, misal al: harus selalu bersatu bersama semua
temah-teman, tidak menyakiti atau memu-suhi teman,
tdk baik membuat “klik” pertemanan.
4. Bhinneka Tunggal Ika, misal a.l. harus memahami
perbedaan agama, suku dsb.nya sesama teman, tidak
mengganggu hak dari teman serta bekerja-sama
saling mendukung di antara sesama teman
dilakukan melalui berbagai permainan atau sambil
bermain
Dasar & Setara · Pendidikan Dasar* Pembelajaran berkaitan dengan :
· Pendidikan Kesetaraan - Pemahaman tentang : Pancasila, UUDN 45, NKRI, dan
· Pendidikan Keaksaraan Bhinneka Tunggal Ika, serta nilai-nilai kebangsaan yang
terkandung di dalamnya
- Dasar pertimbangan mengapa “Empat Konsensus
Dasar Negara” menjadi panduan “penting” dalam
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
- Gerakan nyata implementasi empat konsensus dasar
negara.
dilakukan dengan dikaitkan contoh-contoh yang terjadi di
dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian dibentuk
kelompok-kelompok yang bekerjasama membahas
materi tersebut.dalam lembar kerja berisi topik-topik
bahasan terkait

73
Menengah & Setara · Homeschooling Pembelajaran berkaitan dengan :
· Pendidikan Menengah - Pemahaman tentang : Pancasila, UUDN 45, NKRI, dan
· Pendidikan Kec. Hidup Bhinneka Tunggal Ika, serta nilai-nilai kebangsaan yang
· Pendidikan Kepemudaan terkandung di dalamnya
· Pendidikan Pemberdayaan - Dasar pertimbangan mengapa “Empat Konsensus
Perempuan Dasar Negara” menjadi panduan “penting” dalam
· Pendidikan Keterampilan & menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
Pelatihan Kerja - Gerakan nyata implementasi empat konsensus dasar
· Kader Organisasi : negara.
dilakukan dengan dikaitkan contoh-contoh yang terjadi di
Masy, Komunitas, Profesi*,
Partai Politik*, Kelompokdalam kehidupan sehari-hari. Kemudian dibentuk
Masyarakat lainnya kelompok-kelompok yang bekerjasama membahas materi
tersebut.dalam lembar kerja yang berisi topik-topik
bahasan terkait. Lalu. masalah-masalah topik bahasan
tersebut harus dipecahkan atau disolusi bersama oleh
peserta didik
Tinggi & Setara · Pendidikan Tinggi* Pembelajaran berkaitan dengan :
· Tokoh : Agama, Adat, dan - Pemahaman tentang : Pancasila, UUDN 45, NKRI, dan
Masyarakat Bhinneka Tunggal Ika, serta nilai-nilai kebangsaan yang
· Lembaga Negara, K/L, terkandung di dalamnya
Pemda, TNI, Polri, - Dasar pertimbangan mengapa “Empat Konsensus
BUMN/BUMD, BU Swasta, Dasar Negara” menjadi panduan “penting” dalam
Badan lain sesuai UU. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
- Gerakan nyata implementasi konsensus dasar negara.
Dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok yang
bekerjasama membahas materi tersebut.dalam lembar
kerja yang berisi topik-topik bahasan terkait. Lalu.
masalah-masalah topik bahasan tersebut harus
dipecahkan atau disolusi bersama oleh peserta didik
hingga menemukan ide-ide baru terkait topik-topik
bahasan itu.

3. Matriks Metode/Strategi Pembelajaran di setiap Lingkup

Tabel 8: Matriks Metode Pembelajaran – Empat Konsensus Dasar Negara

ALTERNATIF - METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN


LINGKUP Contextual Cooperative Problem Based Edutainment
Learning (CTL) Learning Learning (PBL) Learning
LINGKUP PEND. IN - FORMAL
1. PAUD x
2. Homeschooling x x
LINGKUP PEND. FORMAL
1. PAUD x
2. Pend. Dasar x x
3. Pend. Menengah x x x
4. Pend. Tinggi x x x

74
LINGKUP PEND. NON - FORMAL
1. PAUD x
2. Pend. Kecakapan Hidup x x
3. Pend. Kepemudaan x x
4. Pend. Pemb. Perempuan x x
5. Pend. Keaksaraan x x
6. Pend. K.& Pelatihan Kerja x x
7. Pend. Kesetaraan x x
8. Pend. Layanan Khusus x
LINGKUP MASYARAKAT
1.Tokoh Agama x x
2.Tokoh Masyarakat x x
3.Tokoh Adat x x
4.Kader Org. Masyarakat x x
5.Kader Org. Komunitas x x
6.Kader Org. Profesi* x x x
7.Kader Partai Politik* x x x
8.Kelompok Masyarakat lain x x
LINGKUP PEKERJAAN
1.Lembaga Negara x x
2.Kementerian / LPNK,Pemda x x
3.Tentara Nasional Indonesia x x
4.Kepolisian Negara RI x x
5.BUMN / BUMD x x
6.Badan Usaha Swasta x x
7.Badan Lain sesuai dengan x x
ketentuan Undang-Undang

75
E. SARANA/MEDIA PEMBELAJARAN

1. Pengertian

Media Pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar.
Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemampuan atau ketrampilan Peserta PKBN sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar. Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran.86

Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :87

a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki


oleh para Peserta PKBN. Pengalaman tiap Peserta PKBN berbeda-beda,
tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman peserta,
seperti ketersediaan buku, kesempatan rekreasi, dan sebagainya. Media
pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika Peserta PKBN tidak
mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang
dibawa ke Peserta PKBN. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur,
model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio
visual dan audial.
b. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang
tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para Peserta PKBN
tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena :
1) obyek terlalu besar;
2) obyek terlalu kecil;
3) obyek yang bergerak terlalu lambat;
4) obyek yang bergerak terlalu cepat;
5) obyek yang terlalu kompleks;
6) obyek yang bunyinya terlalu halus;
7) obyek mengandung zat berbahaya dan beresiko tinggi.

86
Sharon E. Smaldino et.al, Instructional Technology & Media For Learning, (Pearson Prentice Hall, 2008)
87 Ibid

76
c. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan
kepada Peserta PKBN.
d. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara Peserta
PKBN dengan lingkungannya.
e. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
f. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
g. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
h. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
i. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit
sampai dengan abstrak

Macam-macam bentuk Media Pembelajaran:88

a. Media People: Instruktur/ Pengajar/ Pembina/ Widyaiswara, Orangtua


b. Media Text: buku, majalah, koran, teks flyers
c. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
d. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
e. Projected still media: slide; over head projektor (OHP), LCD Proyektor dsj.nya
f. Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD,VTR), komputer dsj.nya
g. Study Tour Media: Pembelajaran langsung ke obyek atau tempat studi seperti:
wisata bahari keliling nusantara, museum, candi, ke wilayah perbatasan, di
lapangan atau melalui kegiatan perkemahan, dan sejenisnya.

2. Garis Besar Sarana/Media Pembelajaran di setiap Tingkat


Pemanfaatan sarana/media pembelajaran dalam proses pelaksanaan PKBN di
setiap tingkat, baik di tingkat Usia Dini, Dasar, Menengah, Tinggi dan yang setara , sangat
tergantung pada ketersediaan fasilitas penyelenggaraan PKBN di setiap tingkat tersebut
Namun sebagai alternatif pemanfaatan sarana/media pembelajaran topik Empat
Konsensus Dasar Negara di setiap lingkup dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini :

Ibid, dan
88

Michael Molenda, et al., Instructional Technology and Media For Learning, Eight Edition, (Pearson Merrill Prentice Hall,2005),
hal. 10

77
3. Matriks Sarana/Media Pembelajaran di setiap Lingkup
Tabel 9: Matriks Media Pembelajaran – Empat Konsensus Dasar Negara
ALTERNATIF - SARANA/MEDIA PEMBELAJARAN (disesuaikan kondisi)
LINGKUP PEOPLE TEXT VISUAL AUDIAL Projected Projected TOUR
STILL MEDIA MOTION MEDIA
LINGKUP PENDIDIKAN - INFORMAL
1 Pend. Usia Dini x x x
2 Homeschooling x x x x x
LINGKUP PENDIDIKAN - FORMAL
1 Pend. Usia Dini x x x
2 Pend. Dasar x x x x x x x
3 Pend. Menengah x x x x x x x
4 Pend. Tinggi x x x x x x x
LINGKUP PENDIDIKAN - NONFORMAL
1 Pend. Usia Dini x x x
2 Pend. Kec. Hidup x x x
3 Pend. Kepemudaan x x x
4 Pend. P. Perempuan x x x
5 Pend. Keaksaraan x x x
6 Pend. K & P Kerja x x x
7 Pend. Kesetaraan x x x
8 Pend. Lay. Khusus x x x
LINGKUP MASYARAKAT
1 Tokoh Agama x x x
2 Tokoh Masyarakat x x x
3 Tokoh Adat x x x
4 Kader Org. Masyarakat x x x x
5 Kader Org. Komunitas x x x x
6 Kader Org. Profesi* x x x x
7 Kader Partai Politik* x x x x
8 Kelompok Masy lain x x
LINGKUP PEKERJAAN
1 Lembaga Negara x x x x
2 Kementerian / PNK,Pemda x x x x
3 Tentara Nasional Indonesia x x x x
4 Kepolisian Negara RI x x x x
5 BUMN / BUMD x x x x
6 Badan Usaha Swasta x x x x
7 Badan Lain sesuai dengan x x x x
ketentuan Undang-Undang

78
F. METODE EVALUASI HASI BELAJAR

1. Pengertian
Evaluasi hasil belajar adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengetahui
tingkat kinerja pelaksanaan PKBN. Secara garis besar tujuan evaluasi hasil belajar
untuk:89
a. Menilai pencapaian kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap dan
kompetensi keterampilan Peserta PKBN
b. Mengevaluasi efektivitas pembelajaran PKBN

Shambaugh mengelompokkan bentuk evaluasi hasil belajar berdasarkan karak-


teristik tanggapan atau respon Peserta PKBN, menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu:90
a. Evaluasi tanggapan yang dipilih (Peserta PKBN memilih dari pilihan yang
diuji)
1) Test Pilihan Ganda
2) Test Menjodohkan Test Objektif
3) Test Benar-Salah
b. Evaluasi tanggapan yang dibangun (Peserta PKBN
mengkonstruk/membangun tanggapan/opini mereka sendiri)
1) Test Tertulis berupa karangan singkat
2) Test Lisan atau wawancara (tertutup atau terbuka) Test Uraian
3) Test Penilaian Diri Sendiri
c. Evaluasi kinerja Peserta PKBN secara keseluruhan (Peserta PKBN
menunjukkan hasil belajarnya)
1) Penilaian portofolio (kumpulan hasil karya Peserta PKBN yang disusun
secara sistematik yang menunjukkan upaya belajar, hasil belajar dan
proses belajar Peserta PKBN yang dilakukan dalam jangka waktu
tertentu.

89
Asmawi Zainal & N. Nasution, Penilaian Hasil Belajar, (PAU-PPAT-UT, 2001)
90
N. Shambaugh & S.G. Magliaro, Instructional Design: A Systematic Approach for Reflective Practice, (Pearson
Education, Inc., 2006), hal. 121-128

79
2) Penilaian proyek yang ditugaskan kepada Peserta PKBN
3) Test tindakan Peserta PKBN, melalui observasi dan catatan lapangan

Berikut ini beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan acuan di dalam menentu-
kan jenis test evaluasi berdasarkan karakteristik peserta, di antaranya:91

a. Test Objektif :

1) Baik untuk mengukur kompetensi Ingatan pengetahuan, Pemahaman,


Aplikasi dan Analisa (C1-C4)
2) Kurang tepat untuk mengukur kompetensi Evaluasi (C4) dan
Create/mencipta (C5)
3) Dapat mengukur lebih banyak sampel sehingga mewakili seluruh materi
4) Pengolahan jawaban test objektif sederhana dan ketepatannya tinggi
5) Hasil kemampuan Peserta PKBN dapat terganggu oleh kemampuan
memahami pilihan dan menerka
6) Mendorong Peserta PKBN untuk lebih banyak mengingat, membuat
intepretasi dan menganalisa ide orang lain

b. Test Uraian :

1) Paling baik untuk mengukur kompetensi Evaluasi (C5) dan Create (C6)
2) Baik untuk mengukur Kemampuan Pemahaman, Aplikasi, Analisa
(C2,3,4)
3) Kurang baik untuk mengukur Ingatan pengetahuan (C1)
4) Hanya dapat menanyakan beberapa pertanyaan sehingga kurang
mewakili seluruh materi
5) Pengolahan jawaban test uraian sangat subyektif, sukar dan
ketepatannya (reabilitas) rendah
6) Hasil kemampuan Peserta PKBN dapat terganggu oleh kemampuan
menulis dan menguraikan
7) Mendorong Peserta PKBN untuk lebih banyak mengorganisasikan,
menghu-bungkan, dan menyatakan idenya sendiri secara tertulis.

Berikut ini kriteria yang dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk
mengeva-luasi keberhasilan Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Peserta PKBN, berdasarkan
pengamatan perilaku yang dinyatakan dalam indikator Nilai-Nilai Dasar Bela Negara92 :

91
Asmawi Zainal & N. Nasution, op.cit, hal. 90-91
92
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Desain Induk, Pendidikan Karakter, 2010, hal. 35-36

80
1. Belum Terlihat (BT), apabila belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku
2. Mulai Terlihat (MT), apabila sudah mulai memperlihatkan tanda-tanda awal
perilaku, tetapi belum konsisten
3. Mulai Berkembang (MB), apabila sudah memperlihatkan berbagai tanda
perilaku, dan mulai konsisten, juga mendapatkan penguatan dari lingkungan
disekitarnya.
4. Membudaya-Konsisten (MK), apabila terus-menerus memperlihatkan perilaku
yang dinyatakan dalam indicator secara konsisten karena selain mendapat
penguatan dari lingkungan yang lebih luas juga sudah tumbuh kematangan
moral.

2. Garis Besar Metode Evaluasi Hasil Belajar di setiap Tingkat


Tabel 10 : Metode Evaluasi – Empat Konsensus Dasar Negara di setiap tingkat

Tingkat Kelompok Alternatif Metode Evaluasi

Usia Dini & Setara · PAUD (In-Formal-Non) Cerita lisan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari
· Pendidikan Layanan Khusus berkaitan dengan topik bahasan :
Agar bisa bahagia bermain dan bersahabat dengan semua
teman-teman di seluruh Indonesia dan di seluruh dunia, kita
harus patuh pada :
1. Pancasila, misal a.l. harus selalu berdoa-bersyukur atas
semua karunia Tuhan YME, rukun bersama-sama teman,
saling membantu dan tidak membeda-bedakan sesama
teman.
2. UUD 1945, misal a.l: harus patuh terhadap peraturan yang
berlaku di lingkungan rumah maupun lingkungan di luar
rumah
3. NKRI, misal al: harus selalu bersatu bersama semua
temah-teman, tidak menyakiti atau memu-suhi teman, tdk
baik membuat “klik” pertemanan.
4. Bhinneka Tunggal Ika, misal a.l. harus memahami
perbedaan agama, suku dsb.nya sesama teman, tidak
mengganggu hak dari teman serta bekerja-sama saling
mendukung di antara sesama teman
Dasar & Setara · Pendidikan Dasar* Test pilihan ganda dan test uraian terkait topik bahasan:
· Pendidikan Kesetaraan - Pemahaman tentang : Pancasila, UUDN 45, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika, serta nilai-nilai kebangsaan yang
· Pendidikan Keaksaraan
terkandung di dalamnya
- Dasar pertimbangan mengapa “Empat Konsensus Dasar
Negara” menjadi panduan “penting” dalam menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
- Gerakan nyata implementasi empat konsensus dasar
negara

81
Menengah & Setara · Homeschooling 1. Test pilihan ganda dan test uraian terkait topik:
· Pendidikan Menengah - Pemahaman tentang : Pancasila, UUDN 45, NKRI,
dan Bhinneka Tunggal Ika, serta nilai-nilai
· Pendidikan Kec. Hidup
kebangsaan yang terkandung di dalamnya
· Pendidikan Kepemudaan - Dasar pertimbangan mengapa “Empat Konsensus
· Pendidikan Pemberdayaan Dasar Negara” menjadi panduan “penting” dalam
Perempuan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
· Pendidikan Keterampilan & - Gerakan nyata implementasi empat konsensus dasar
Pelatihan Kerja negara
2. Tugas proyek/membuat karya-karya terkait topik-topik
· Kader Organisasi : bahasan tentang perilaku yang mencerminkan “empat
Masyarakat, Komunitas, konsensus dasar negara” dalam kehidupan sehari-hari.
Profesi*, Partai Politik*,
Kelompok Masyarakat
lainnya
Tinggi & Setara · Pendidikan Tinggi* 1. Test pilihan ganda dan test uraian terkait topik:
· Tokoh : Agama, Adat, dan - Pemahaman tentang : Pancasila, UUDN 45, NKRI, dan
Masyarakat Bhinneka Tunggal Ika, serta nilai-nilai kebangsaan yang
· Lembaga Negara, terkandung di dalamnya
Kementerian/LPNK, Pemda, - Dasar pertimbangan mengapa “Empat Konsensus Dasar
TNI, Polri, BUMN/BUMD, Negara” menjadi panduan “penting” dalam menjaga
BU Swasta, dan Badan lain persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
sesuai perundang-undangan - Gerakan nyata implementasi 4 konsensus dasar negara
2. Tugas proyek/membuat karya-karya terkait topik-topik
bahasan tentang perilaku yang mencerminkan “empat
konsensus dasar negar dalam kehidupan sehari-hari, dan
diupayakan menemukan ided-ide baru yang relevan.

3. Matriks Metode Evaluasi Hasil Belajar di setiap Lingkup

Tabel 11 : Matriks Metode Evaluasi – Empat Konsensus Dasar Negara

ALTERNATIF – METODE EVALUASI


LINGKUP
TEST OBJEKTIF TEST URAIAN PORTOFOLIO / PROYEK
LINGKUP PENDIDIKAN - INFORMAL
1. PAUD x
2. Homeschooling x x
LINGKUP PENDIDIKAN - FORMAL
1. PAUD x
2. Pend. Dasar x x
3. Pend. Menengah x x
4. Pend. Tinggi x x

82
LINGKUP PENDIDIKAN - NONFORMAL
2. PAUD x
2.Pend. Kecakapan Hidup x x
3.Pend. Kepemudaan x x
4.Pend. Pemb. Perempuan x x
5.Pend. Keaksaraan x x
6.Pend. K.& Pelatihan Kerja x x
7.Pend. Kesetaraan x x
8.Pend. Layanan Khusus x
LINGKUP MASYARAKAT
1.Tokoh Agama x
2.Tokoh Masyarakat x
3.Tokoh Adat x
4.Kader Org. Masyarakat x
5.Kader Org. Komunitas x
6.Kader Org. Profesi* x
7.Kader Partai Politik* x
8.Kelompok Masyarakat lain x
LINGKUP PEKERJAAN
1.Lembaga Negara x x
2.Kementerian / LPNK,Pemda x x
3.Tentara Nasional Indonesia x x
4.Kepolisian Negara RI x x
5.BUMN / BUMD x x
6.Badan Usaha Swasta x x
7.Badan Lain sesuai dengan x x
ketentuan Undang-Undang

83
G. PENGUATAN (REINFORCEMENT) PEMBELAJARAN

1. Pengertian

Dalam kegiatan pembinaan kesadaran bela negara, kita sering mendengar


maupun mengucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih sebenarnya merupakan
ungkapan penghargaan (reward). Contoh lain bentuk penghargaan ketika kader bela
negara membantu menanggulangi bencana alam memperoleh uang saku untuk transport
dan makan, atau ketika berhasil menuntaskan program pembinaan memperoleh
sertifikat, dan tepuk tangan karena hasil evaluasi baik.
Tanggapan positif (reward) tersebut bertujuan supaya tingkah laku yang sudah
baik dalam: bekerja, belajar, berprestasi dan memberi, itu frekuensinya akan berulang
dan bertambah. Sedang tanggapan negatif (punishment) bertujuan agar tingkah laku
yang kurang baik itu frekuensinya berkurang atau hilang.93
Pemberian tanggapan tersebut dalam proses pembelajaran disebut pemberian
penguatan (reinforcement), yang didefinisikan oleh Hasibuan (2009) bahwa “penguatan
adalah tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu murid
yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.”94 Menurut Moh. Uzer (2000)
mendefinisikan bahwa “penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk bentuk respon,
apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan modifikasi tingkah laku guru
terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan
balik (feedback) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak
dorongan ataupun koreksi.”95
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa reinforcement atau
penguatan dalam proses pembinaan kesadaran bela negara merupakan usaha
Instruktur/ Pengajar/Pembina/Widyaiswara, untuk mendorong terulang kembali perilaku
positif yang telah dilakukan peserta , serta menurunnya perilaku negatif.

93 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hal. 117
94 J.J. Hasibuan dan Meodjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 58
95 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), hal.80

84
Penguatan (reinforcement) tidak selalu menyebabkan perilaku terjadi, melainkan
memperkuat meningkatkan kemungkinan perilaku terjadi. Kemungkinan dan kecende-
rungan penyebab perilaku terjadi menurut “Hukum Efek Thorndike” dalam Adams
(2000)96 yang mengatakan bahwa:
a. Perilaku yang diikuti oleh konsekuensi positif akan cenderung terulang
b. Perilaku yang diikuti oleh konsekuensi negatif akan cenderung menurun
frekuensinya
c. Perilaku diikuti oleh tidak ada konsekuensi akan cenderung meningkat terlebih
dahulu kemudian menurun frekuensinya.
Skinner dalam Adams (2000) menambahkan bahwa stimulus atau rangsangan
penguat (reinforcement) didefinisikan sebagai kekuatan untuk memperoleh perubahan
perilaku yang dihasilkan.97

2. Tujuan Pemberian Penguatan

Pemberian penguatan dalam pembinaan kesadaran bela negara memiliki tujuan


antara lain:98
a. Meningkatkan perhatian peserta, dan membantu peserta bila pemberian;
pengutan dilakukan secara selektif;
b. Memberi motivasi peserta;
c. Digunakan untuk mengontrol dan mengubah tingkah laku peserta yang
mengganggu, dan meningkatkan cara belajar yang produktif;
d. Mengembangkan kepercayaan diri peserta untuk mengatur diri sendiri dalam
pengalaman belajar;
e. Mengarahkan terhadap pengembangan berfikir yang berbeda (divergen) dan
pengambilan inisiatif yang bebas.

96
Adams, M.A, Reinforcement Theory and Behavior Analysis, (Behavioral Development Bulleting, 9 (1), 3-6.
http://dx.doi.org/10/1037/h0100529)
97 Ibid
98 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit, hal. 118

85
3. Jenis-Jenis Penguatan99

Penguatan terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu :

a. Penguatan Verbal. Biasanya diungkapkan atau diutarakan dengan menggu-


nakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya, misalnya:
pintar, bagus, bagus sekali, seratus !
b. Penguatan Nonverbal, biasanya berbentuk
1) Penguatan gerak isyarat, misalnya anggukan atau gelengan kepala,
senyuman, kerut kening, acungan jempol, wajah mendung, wajah cerah,
sorot mata yang sejuk bersahabat atau tajam memandang.
2) Penguatan pendekatan: Pengajar mendekati peserta untuk menyatakan
perhatian dan kesenangannya terhadap pelajaran, tingkah laku, atau
penampilan peserta. Misalnya Pengajar berdiri di samping peserta,
berjalan menuju peserta, duduk dengan seseorang atau sekelompok
peserta, atau berjalan di sisi peserta. Penguatan ini berfungsi menambah
penguatan verbal.
3) Penguatan dengan sentuhan (contact): Pengajar dapat menyatakan
persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan peserta
dengan cara menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, bejabat tangan,
mengangkat tangan peserta yang menang dalam pertandingan.
Penggunaannya harus di pertimbangkan dengan seksama agar sesuai
dengan usia, jenis kelamin, dan latar belakang kebudayaan setempat.
4) Penguatan dengan kegiatan menyenangkan: Pengajar dapat menggu-
nakan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi oleh peserta
sebagai penguatan. Misalnya seorang peserta yang menunjukkan
kemajuan dalam mempraktekkan simulasi pencegahan dan penanggu-
langan terorisme cyber ditunjuk sebagai pemimpin kelompok.
5) Penguatan berupa simbol atau benda: penguatan ini dilakukan dengan
cara menggunakan berbagai simbol berupa benda seperti tanda bintang
dari kertas, kartu bergambar, binatang plastik, lencana, permen ataupun

99 J.J. Hasibuan dan Meodjiono, op.cit

86
komentar tertulis pada buku peserta. Hal ini jangan terlalu sering digunakan
agar tidak sampai terjadi kebiasaan peserta didik mengharap sesuatu
sebagai imbalan.

Jika peserta didik memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar,
Pengajar hendaknya tidak langsung menyalahkan peserta. Dalam keadaan ini
Pengajar sebaiknya menggunakan atau memberikan penguatan tak penuh
(parsial). Misal bila seorang peserta hanya memberikan jawaban sebagian benar,
sebaiknya Pengajar menyatakan, "ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu
disempurnakan," sehingga peserta tersebut mengetahui bahwa jawabanya tidak
seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan untuk menyempurnakannya.

4. Prinsip Penguatan

Menurut Moh. Uzer (2000), bahwa ada 3 (tiga) prinsip dalam penggunaan
penguatan (reinforcement) dalam pembelajaran yaitu:100
a. Kehangatan dan Kantusiasan, maksudnya sikap dan gaya pengajar meliputi:
suara, mimic, dan bahasa tubuh, akan menyiratkan kehangatan dan keantu-
siasan dalam memberikan penguatan, yang menunjukkan keikhlasan.
b. Kebermaknaan, maksudnya ketika melakukan penguatan hendaknya
diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan peserta didik, sehingga
ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan.
c. Menghindari Tanggapan Negatif, maksudnya walaupun teguran dan hukuman
masih bisa digunakan, namun sebaiknya Pengajar menghindari teguran yang
bernuansa mengejek, menghina dan kasar, karena akan mematahkan
semangat peserta didikl untuk mengembangkan dirinya.

5. Cara Penggunaan Penguatan

Menurut Moh. Uzer (2000) penggunaan penguatan dapat dilakukan dengan


beberapa cara sebagai berikut:101

100
Moh. Uzer Usman, op.cit, hal. 82
101 Ibid, hal. 83

87
a. Penguatan kepada Pribadi Tertentu
Penguatan harus jelas kepada siapa ditujukan sebab jika tidak, akan kurang
efektif. Oleh karena itu, sebelum memberikkan penguatan, pengajar terlebih
dahulu menyebut nama peserta yang bersangkutan sambil menatap
kepadanya
b. Penguatan kepada Kelompok
Penguatan dapat diberikan kepada sekelompok peserta didik, misal apabila
satu tugas telah diselesaikan dengan baik oleh satu kelompok, pengajar
membo-lehkan kelompok itu bermain, misal basket menjadi kegemarannya
c. Pemberian Penguatan dengan Segera
Penguatan seharusnya diberikan segera setelah muncul tingkah laku atau
respon atau tanggapan peserta didik yang diharapkan. Penguatan yang
ditunda pemberiannya cenderung kurang efektif
d. Variasi dalam Penggunaan
Jenis atau macam penguatan yang digunakan hendaknya bervariasi, tidak
terbatas pada satu junis saja, karena hal ini akan menimbulkan kebosanan dan
lama-kelamaan akan kurang efektif.

88
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, O.W. and David R. Krathwohl.2000. A Taxonomy For Learning Teaching And Assessing: A Revision of
Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, New York: Addison Wesley Longman.
Anderson, Benedict R.O.G.1972. Java in a Time of Revolution: Occupationand Resistance 1944-1946, (Ithica and
London: Cornell University Press.
Adams, M.A, Reinforcement Theory and Behavior Analysis, Behavioral Development Bulletin, 9 (1), 3-6.
http://dx.doi.org/10/1037/h0100529)
Ata Andre Dkk.2011. Multikulturalisme: Belajar Hidup Bersama Dalam Perbedaan
Buku Induk.2012.: Nilai-Nilai Kebangsaan Indonesia Yang bersumber dari Empat Konsensus Dasar Bangsa. Jakarta:
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia.
Bung Karno. 2019. Kebangsaan Dalam Pancasila, Penyunting Floribetta Aning. Filsafat Pancasila Menurut Bung
Karno, Cetakan ke 4. Yogyakarta: Media Presindo.
Ditjen Pothan. 2018. Bahan Ajar: Wawasan Kebangsaan. Ditjen. Pothan, Kementerian Pertahanan.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta
Hasibuan J.J., dan Meodjiono. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
H.A.R Tilaar. 2004. Kekuatan dan Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Kaelan. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jogyakarta : Paradigma
Kancil C.ST.2000. Pancasila dan UUD 1945: Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, Jakarta:Pt. Pradnya
Paramita.
Kementerian Pertahanan-Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan.2016. Modul Bela Negara-Nilai Nilai Bela Negara.
Jakarta: Direktorat Potensi Pertahanan.
Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum, Dan Keamanan RI.2014. Modul Pemantapan Wawasan
Kebangsaan.Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum, Dan Keamanan RI.
Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Diunduh
dari https://www.kompasiana.com/rerewizard/54f35c70745513932b6c7243/budaya-dan-mentalitas,
diakses 6 Maret 2020
Krathwohl D.R., Bloom and Betram Masia.1970. Taxonomy of Educational Goals Handbook II: Affective Domain,
New York: David McKay Company, 1970
Noto Nagoro Dalam Kaelan. 2007. Pendidikan Kewarganegaraam Untuk Perguruan Tinggi. Jogyakarta:
Parafdigma.
Saṅgha Theravada Indonesia. Paritta Suci: Kumpulan Paritta dan Penggunaannya Dalam Upacara-
Upacara.Yayasan Dhammadīpa Ārāma, 1996-hal 36 , diunduh dari https://samaggi-
phala.or.id/download/paritta/Paritta_Suci.pdf
Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan dan Permainan. Grasindo
Usman, Moh. Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

89
Dokumen Negara
Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah.
Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bebas KKN
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, DAN DPRD .
Undang Undang Nomor 23 Tahun 2019 Tentang Pendayagunaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara.
Peraturan MPR RI Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib MPR RI
Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Hari Lahirnya Pancasila.

Website dan Sumber Lain


Ahmad Basarah. 2017. Tinjauan Historis dan Yuridis Pancasila. diunduh dari
https://nasional.kompas.com/read/2017/01/15/19274361/tinjauan.historis.dan.yuridis.pancasila?page=all,
diakses Desember 2019.
Andi Akbar Muzfa. Rangkuman Amandemen UUD 1945 Lengkap, dikutip dan disari dari:
https://seniorkampus.blogspot.com/2017/10/rangkuman-amandemen-uud-1945-lengkap.html.
Aritonang. Pengertian, Fungsi dan Kedudukan UUD 1945, diunduh dari
https://www.artonang.com/2015/10/pengertian-fungsi-dan-kedudukan-uud-1945.html, diakses 22
April 2020.
Arum Sutrisni Putri Bhinneka Tunggal Ika: Makna dan Implementasi ,diunduh dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/110000369/bhinneka-tunggal-ika--makna-dan-
implementasi?page=all, diakses 6 Maret 2019.
Badan Pusat Statistik. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari Hari Penduduk Indonesia,
diunduh dari
https://www.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=NTVlY2EzOGI3ZmUwODMwODM0NjA1YjM1
&xzmn=aHR0cHM6Ly93d3cuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMTIvMDUvMjMvNTVlY2EzOGI3Z
mUwODMwODM0NjA1YjM1L2tld2FyZ2FuZWdhcmFhbi1zdWt1LWJhbmdzYS1hZ2FtYS1kYW4tYmFoYX
NhLXNlaGFyaS1oYXJpLXBlbmR1ZHVrLWluZG9uZXNpYS5odG1s&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0wNC0yN
CAxMDoyMjowNw%3D%3D, diakses 24 April 2020.
BBC. Worklife.Apakah kecerdasan beradaptasi alias 'AQ' lebih penting ketimbang IQ dalam dunia kerja?, diunduh
dari https://www.bbc.com/indonesia/vert-cap-50413788, diakses 6 Maret 2020
------------- Laporan Khusus diunduh dari
https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2011/04/110405_agamasatu. Akses Desember 2019.
------------- Perlukah Negara Tetapkan Status Agama ?, diunduh dari
https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2011/04/110405_agamasau
BPIP. 2019. Susun Materi Bahan Ajar Bagi ASN, diunduh dari http://www.bpip.go.id/informasi/bpip-libatkan-
kementerian-dan-lembaga-susun-materi-bahan-ajar-bagi-asn/. Akses Desember 2019

90
Butew. Com. Pengertian UUD 1945 Menurut Ahli.2018. diunduh dari https://butew.com/2018/05/23/pengertian-uud-
1945-menurut-para-ahli/. Akses Desember 2019
Cek kembali.com . Pengertian Pancasila secara Lengkap, diunduh dari https://www.cekkembali.com/pengertian-
pancasila-secara-lengkap/3, Akses Desember 2019
Detik News. Com. Generasi Muda Punya Peran Penting Dalam Sosialisasi 4 Pilar.https://news.detik.com/berita/d-
3642951/generasi-muda-punya-peran-penting-dalam-sosialisasi-4-pilar-mpr, diakses Rabu, 18 Desember
2019.
------------ Ini Kronologis Kasus Dugaan Penodaan Agama oleh habib-rizieq, diunduh dari
https://news.detik.com/berita/d-3409531/ini-kronologi-kasus-dugaan-penodaan-pancasila-oleh-habib-
rizieq, Akses Desember 2019
----------- Generasi Muda Punya Peran Penting Dalam Sosialisasi 4 Pilar MPR, diunduh dari
https://news.detik.com/berita/d-3642951/generasi-muda-punya-peran-penting-dalam-sosialisasi-4-
pilar-mpr, diakses Rabu, 18 Desember 2019.
Eka Ari Wibawa. Aspek Kapasitas, diunduh dari http://bpsdm.kemenkumham.go.id/id/artikel-bpsdm/35-
capacity-building-dan-strategi-peningkatan-kualitas-sdm-organisasi, diakses 6 Maret 2020
Ersi Purwandari. Kembali pada Filosofi dan Aksiologi Pendidikan Indonesia, diunduh dari
https://www.kompasiana.com/ersipurwandari5408/5e0e44e7097f360c955d66f2/kembali-pada-filosofi-dan-
aksiologi-pendidikan-indonesia?page=all, diakses 24 April 2020.
Fahmi Ramadhan Firdaus, S.H. Nilai-nilai Konstitusi dalam UUD 1945 dan Maknanya, diunduh dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e6f209f4514c/nilai-nilai-konstitusi-dalam-uud-1945-
dan-maknanya/, diakses 22 April 2020
Haedar Nashir. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, diunduh dari
https://republika.co.id/berita/pylaiu319/mencerdaskan-kehidupan-bangsa, diunduh 23 Maret 2020.
KBBI, diunduh dari https://kbbi.web.id/sejahtera, diakses 22 April 2020.
Kementerian Luar Negeri. Keanggotaan Tidak Tetap Indonesia pada Dewan Keamanan PBB Periode 2019-2020,
diunduh dari https://kemlu.go.id/portal/id/read/147/halaman_list_lainnya/keanggotaan-indonesia-pada-dk-
pbb, diakses 22 April 2020.
Liputan6.Pilar Kebangsaan Buah Pikir Taufik Kemas, diunduh dari. https://www.liputan6.com/news/read/607766/4-
pilar-kebangsaan-buah-pikiran-taufiq-kiemashttps. Akses Desember 2019.
------------- Pentingnya Sosialisasi 4 Pilar, diunduh https://www.liputan6.com/news/read/3914116/pentingnya-
sosialisasi-empat-pilar-mpr-untuk-masyarakat-indonesia. Akses Desember 2019
------------ Diskusi Lintas Agama Bahas Pentingnya Toleransi dan Hidup Berdampingan
https://www.liputan6.com/news/read/3042327/diskusi-lintas-agama-bahas-pentingnya-toleransi-dan-
hidup-berdampinganm ,diakses Rabu, 18 Desember 2019.
Pengertian Budaya: Arti, Unsur-Unsur, Wujud, dan Faktor-Faktor Budaya, diunduh dari
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-budaya.html, diakses 21 April 2020
Penjelasan Tentang Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, diunduh dari : https://ngada.org/uud01-1945pjl.htm
Rahmi Wati. Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa, diunduh dari
https://www.kompasiana.com/irahmi/570ee93f937a61f80407493a/pancasila-sebagai-jati-diri-bangsa,
diakses 19 Desember 2019
Samshis Setiawan .Nilai-Nilai Pancasila” Karakteristik Yang Terkandung Didalamnya, diunduh dari
https://www.gurupendidikan.co.id/nilai-nilai-pancasila/, diakses 22 April 2020

91
------------ Pengertian dan Fungsi Negara, diunduh dari https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-negara/,
diakses 23 April 2020
Simorangkir. JCT Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas, diunduh dari
https://Soeharto.Co/Kekuasaan-Kepala-Negara-Tidak-Tak-Terbatas/, diakses 22 April 2020.
Tribun News.2017. Tanya Kasus Rizieg Shihab diunduh dari https://www.tribunnews.com/regional/2017/05/15/tanya-
kasus-rizieq-shihab-sukmawati-datangi-polda-jabar. Akses Desember 2019.
------------- 2019. Hari Lahir Pancasila: Pidato Lengkap Bung Karno 1 Juni 1945 di Sidang BPUPKI, Soekarno sebut
Sarinem Samiun dan Marhaen, diunduh dari : https://wartakota.tribunnews.com/2019/06/01/pidato-
lengkap-bung-karno-1-juni-1945-di-sidang-bpupki-soekarno-sebut-sarinem-samiun-dan-marhaen?page=2
Wikipedia. Pancasila (Budha), diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila_(Buddha), diakses Desember
2019
------------- Toleransi, diunduh dari Wikipedia. Toleransi. https://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi, Akses 18 Desember
2019.
------------- Lahirnya Pancasila,diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Lahirnya_Pancasila. Akses Desember 2019.
------------- Terminologi, diunduh dari Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Terminologi. Akses Desember 2019.
------------- Sumpah Pemuda, dikutip dan disari dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Pemuda.
------------ Kesejahteraan, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kesejahteraan, diakses 22 April 2020.
------------- Indonesia dan Perserikatan Bangsa Bangsa, diunduh dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_dan_Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses 22 April 2020
-------------- Kontingen Garuda, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kontingen_Garuda, diakses 22 April 2020
-------------- Konflik Sektarian Maluku, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_sektarian_Maluku, diakses 22
April 2020.

92

Anda mungkin juga menyukai