Anda di halaman 1dari 101

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

PEMBERDAYAAN PONDOK MODERN DARUSSALAM


GONTOR KABUPATEN PONOROGO DALAM RANGKA
MENINGKATKAN PENDAPATAN DAN PENGEMBANGAN
PENGAJARAN GUNA MENDUKUNG EKONOMI
PERTAHANAN

PROPOSAL TESIS

POPY RILVIA
NIM : 120200203012

FAKULTAS MANAJEMEN PERTAHANAN


PROGRAM STUDI EKONOMI PERTAHANAN

JAKARTA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL TESIS

Nama : Popy Rilvia


NIM : 120200201012
Program Studi : Ekonomi Pertahanan
Fakultas : Manajemen Pertahanan
Judul Tesis : Pemberdayaan Pondok Modern Darussalam Gontor
Kabupaten Ponorogo dalam Rangka Meningkatkan
Pendapatan dan Pengembangan Pengajaran Guna
Mendukung Ekonomi Pertahanan

Pembimbing I, Pembimbing II,

Laksda TNI Dr. Ivan Yulivan, S.E., Kolonel Laut (KH) Dr. Yusnaldi,
M.M., M.Tr(Han). S.H., S.E., S.Ag., M.Pd., M.M.
Tanggal : Oktober 2021 Tanggal : Oktober 2021

Mengetahui,
Sekretaris Program Studi
Ekonomi Pertahanan

Dr. Lukman Yudho Prakoso, S.IP., M.AP., CIQaR.


Tanggal : Oktober 2021

ii
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL TESIS

Nama : Popy Rilvia


NIM : 120200201012
Program Studi : Ekonomi Pertahanan
Fakultas : Manajemen Pertahanan
Judul Tesis : Pemberdayaan Pondok Modern Darussalam Gontor
Kabupaten Ponorogo dalam Rangka Meningkatkan
Pendapatan dan Pengembangan Pengajaran Guna
Mendukung Ekonomi Pertahanan
No. Nama Tanda Tangan Tanggal

1. Pembimbing I:
13/10/2021
Laksda TNI Dr. Ivan Yulivan,
S.E., M.M., M.Tr(Han)

2. Pembimbing II:
11/10/2021
Kolonel Laut (KH) Dr. Yusnaldi,
S.H., S.E., S.Ag., M.Pd., M.M.
3. Reviewer I :
11/10/2021
Kolonel Laut (KH) Dr.Panji
Suwarno, S.E., M.Si., CIQnR.
4. Reviewer I :
10/10/2021
Kolonel Chb. Dr.Sri Sundari,
S.E., M.M., CIQaR.

5. Reviewer I :
07/10/2021
Kolonel Caj. Dr.Arifuddin Uksan,
S.Ag., M.Ag., CIQnR.

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL TESIS ......................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL TESIS.......................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah .........................................................1
1.2. Fokus dan Subfokus .............................................................17
1.3. Perumusan Masalah .............................................................18
1.4. Tujuan Penelitian ..................................................................18
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................19
1) Manfaat Teoritis ....................................................................19
2) Manfaat Praktis .....................................................................19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................20
2.1. Landasan Teori .....................................................................20
2.1.1. Pertahanan Negara ...............................................................20
2.1.2. Ekonomi Pertahanan ............................................................22
2.1.3. Pemberdayaan .....................................................................23
2.1.4. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ........................28
2.1.5. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah................39
2.1.6. Pemberdayaan Ekonomi Pesantren ......................................40
2.1.7. Bela Negara ............................ Error! Bookmark not defined.
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................42
2.3. Kerangka Pemikiran ..............................................................50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................52
3.1. Metode dan Desain Penelitian ..............................................52
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................53
3.2.1. Tempat Penelitian .................................................................53
3.2.2. Waktu Penelitian ...................................................................53
3.3. Subyek dan Obyek Penelitian ...............................................55

iv
3.3.1. Subyek Penelitian .................................................................55
3.3.2. Obyek Penelitian ...................................................................56
3.4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................56
3.4.1. Observasi..............................................................................56
3.4.2. Wawancara ...........................................................................57
3.4.3. Dokumentasi .........................................................................58
3.4.4. Kepustakaan .........................................................................58
3.5. Pemeriksaan Keabsahan Data..............................................59
3.6. Teknik Analisis Data .............................................................59
3.6.1. Data Condensation (Kondensasi Data) ................................60
3.6.2. Data Display (Penyajian Data) ..............................................60
3.6.3. Drawing and Verifying Conclusions (Menggambar dan
Memverifikasi Kesimpulan) ...................................................60
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................61
PEDOMAN WAWANCARA......................................................................65

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Potensi Ekonomi Pesatren di Indonesia ..............................12


Gambar 1. 2 Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) ....14
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran ............................................................ 51

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Pengertian dan Kriteria UMKM ................................................28


Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu ...............................................................47
Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian .................................................................... 54

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Konsep Pertahanan Negara telah disusun dalam Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pada
pasal 1 yang menyebutkan bahwa pertahanan negara ialah segala
usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap
bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
negara. Sebagai antisipasi ancaman ini, negara kita menganut
konsep pertahanan negara yang bersifat semesta yang memadukan
semua potensi baik dari unsur militer maupun nirmiliter dengan
melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya
nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk
menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
segenap bangsa dari segala ancaman.
Ancaman merupakan faktor utama yang menjadi dasar dalam
penyusunan sistem pertahanan negara, baik yang bersifat aktual
maupun potensial. Berdasarkan analisa strategis dan identifikasi
terhadap hakikat ancaman yang sangat dinamis, sehingga
memungkinkan terjadinya penggabungan berbagai jenis ancaman.
Karenanya ancaman saat ini dan masa depan dapat digolongkan
menjadi tiga jenis yaitu ancaman militer baik bersenjata maupun tidak
bersenjata, ancaman nonmiliter, dan ancaman hibrida. Sumber
ancaman dapat berasal dari dalam maupun luar negeri, serta
dilakukan oleh aktor negara maupun nonnegara, yang bersifat
nasional, regional dan internasional. Adapun dampak yang
ditimbulkan meliputi segala aspek kondisi sosial terdiri atas ideologi,

1
2

politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan (Buku


Putih Pertahanan Indonesia, 2015).
Dalam rangka menghadapi ancaman militer sistem
pertahanan negara menempatkan Tentara Nasional Indonesia
sebagai komponen utama dengan didukung oleh komponen
cadangan dan komponen pendukung. Kemudian Sistem pertahanan
negara dalam menghadapi ancaman nonmiliter atau menempatkan
Kementerian/ Lembaga (K/L) di luar bidang pertahanan sebagai
unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang
dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan
bangsa.
Kepentingan nasional suatu negara akan dijadikan acuan
dalam perumusan serta penentuan strategi besar (grand strategy)
ataupun strategi keamanan nasional. Keamanan nasional yang stabil
merupakan prakondisi bagi terselenggaranya kelancaran
pelaksanaan pembangunan nasional guna mewujudkan tujuan
nasional. Dalam kerangka itu, keamanan nasional merupakan
kepentingan nasional yang bersifat dinamis. Keamanan nasional
dipengaruhi oleh dinamika perubahan lingkungan strategis serta
faktor-faktor dari dalam negeri, di antaranya pembangunan ekonomi,
pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dinamika politik, serta
interaksi antarmasyarakat (Buku Putih Pertahanan Indonesia, 2015).
Kekuatan Ekonomi sebuah negara menjadi faktor penting
dalam rangka membiayai pembangunan untuk kemakmuran rakyat
dan keamanan nasional. Kekuatan Ekonomi sangat dipengaruhi oleh
pertumbuhan ekonomi yang stabil. Pertumbuhan ekonomi Nasional
yang stabil memerlukan daya dukung stabilitas Keamanan Nasional.
Dalam kaitan ini pertahanan negara mempunyai peran strategis
dalam mewujudkan Keamanan Nasional.
Pembangunan Sektor Ekonomi dan Pertahanan mempunyai
korelasi yang saling menguatkan, tidak dapat dipisahkan satu sama

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


3

lainnya. Pembangunan Sektor Ekonomi bertujuan untuk mewujudkan


kemakmuran rakyat, sedangkan Pertahanan Negara bertujuan
menjaga keutuhanan wilayah NKRI, keselamatan bangsa dan
kedaulatan negara dari ancaman yang datang baik dalam maupun
luar negeri dengan melibatkan komponen bangsa (Sumber Daya
Nasional). Dengan kata lain terwujudnya stabilitas keamanan
nasional. Ekonomi mempunyai peran untuk mewujudkan
kemakmuran rakyat dan Pertahananan Negara, mempunyai peranan
strategis dalam menjaga Keamanan Nasional agar terwujudnya
keutuhanan wilayah NKRI, keselamatan bangsa dan kedaulatan
negara (Supandi, 2020).
Menurut Adhim (2016) konsep ideal pertahanan negara
integratif dari aspek nirmiliter dapat diikhtiari melalui pendekatan
kesejahteraan (social prosperity approach) dan itu mencakup usaha
bersama segenap komponen bangsa. Kesejahteraan umum meliputi
upaya pencerdasan bangsa adalah amanat Pembukaan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus
dilaksanakan sebagai kewajiban bela negara dan hak bela bangsa
dan pada gilirannya akan mendukung penguatan strategi
pertahanan.
Selain itu Indonesia sebagai Welfare state atau negara
kesejahteraan yang pemerintahannya menjamin terselenggaranya
kesejahteraan sosial ekonomi rakyat juga tercantum pada tujuan
negara dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pada alinea ke empat. Inilah latar belakang
dari pengembangan studi ekonomi pertahanan.
Hal itu telah dijelaskan juga dalam Buku Putih Pertahanan
Indonesia bahwa memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa adalah upaya meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan martabat bangsa, dengan memberikan
ruang yang cukup bagi setiap komponen bangsa yang akan

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


4

mengembangkan dirinya sesuai dengan aspirasi dan budaya masing-


masing dalam kerangka pembangunan bangsa secara keseluruhan
dengan menciptakan iklim kondusif bagi tercapainya tujuan dan cita-
cita nasional.
Dalam rangka memaksimalkan potensi sumber daya nasional
seperti yang telah disebutkan sebelumya makan disusunlah Undang-
Undang no 23 Tahun 2019 mengenai Pengelolaan Sumber Daya
Nasional untuk Pertahanan Negara yang dilaksanakan melalui
beberapa usaha salah satunya ialah Bela Negara. Pada Undang
Undang Dasar Tahun 1945, Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 30 ayat (1)
kita ketahui bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan, pertahanan, dan keamanan negara. Setiap
Warga Negara melaksanakan pengabdian tersebut sesuai dengan
profesinya yang disiapkan secara dini untuk menghadapi ancaman
militer, ancaman nonmiliter, dan ancaman hibrida.
Salah satu upaya pemantapan pertahanan dapat dilakukan di
lembaga pendidikan. Hal itu termaktub dalam Buku Putih Pertahanan
Indonesia yang mana diselenggarakan melalui revitalisasi pembinaan
kesadaran bela negara kepada setiap warga negara. Pembinaan
kesadaran bela negara bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai bela
negara sehingga setiap warga negara memiliki kesadaran dan
mampu mengaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara,
demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan
keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.
Kesadaran dan kemampuan bela negara dibutuhkan guna
terbangunnya sistem pertahanan negara yang bersifat semesta, baik
dalam menghadapi ancaman militer, non militer maupun hibrida
(Buku Putih Pertahanan Indonesia, 2015).
Lembaga pendidikan menjadi wadah efektif bagi generasi
muda bangsa dalam penguataan pertahanan yang dapat digunakan

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


5

untuk mengatasi ancaman globalisasi. Era globalisasi seperti saat ini


yang ditandai dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, komunikasi, dan informasi sangat mempengaruhi pola dan
bentuk ancaman terhadap pertahanan negara. Ancaman terhadap
kedaulatan negara yang semula bersifat konvensional (fisik) pun
berkembang menjadi multidimensional (fisik dan nonfisik), baik yang
berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Ancaman yang
bersifat multidimensional tersebut dapat bersumber, baik dari
permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya maupun
permasalahan keamanan yang terkait dengan kejahatan
internasional.
Diharapkan akan terbangun generasi yang memiliki karakter
disiplin, optimisme, kerja sama, dan kepemimpinan yang sudah
barang tentu menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara kita.
Penanaman nilai cinta tanah air, artinya kita membangun rasa
nasionalisme dan kebangsaan di generasi muda. Ini menjadi upaya
konkret untuk menentukan sikap dalam konteks mempertahankan
Pancasila dan keutuhan NKRI (Suwandoko et all, 2020).
Pendidikan dan ilmu pegetahuan adalah faktor terpenting
dalam pembentukan sebuah peradaban. Itu menjadikan lembaga
pendidikan sebagai pondasi dasar bagi generasi bangsa dalam
membentuk dan meningkatkan nilai-nilai karakter bangsa. Sehingga
dapat mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu dan
berkualitas dengan tertanam rasa nasionalisme dan patriotisme yang
kuat pada diri generasi muda bangsa. Upaya ini sangat penting
karena berguna sebagai penangkal atau benteng diri dari pengaruh
globalisasi yang sangat masif dan daya saing yang semakin tinggi.
Secara berkesinambungan dapat mempertahankan jati diri bangsa
dan juga masyarakat memiliki filter dalam menyaring budaya,
ideologi, maupun kebiasaan baru yang masuk dan dapat

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


6

mempengaruhi kehidupan berbangsa bernegara atau segala hal


yang dapat menjadi ancaman bagi bangsa.
Selain dari pada itu dengan pendidikan juga berpotensi
memberikan dukungan yang besar bagi kesejahteraan masyarakat,
jika kesejahteraan meingkat akan terwujudnya kemajuan bangsa,
kemudian akan berdampak pada peningkatan keamanan dan
ketahanan bagi perlindungan negara sesuai dengan Pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
Salah satu lembaga pendidikan di Indonesia yang memiliki
potensi besar ialah Pondok Pesantren. Peran santri dalam ikut serta
menjaga keutuhan NKRI sudah tidak diragukan lagi. Sejarah
membuktikan, bahwa banyak peran taktis dan strategis pondok
pesantren dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Para santri,
kiayi, serta tokoh agama turut serta berjuang bahkan ikut serta dalam
peperangan mempertahankan NKRI. Ketika imperialisme dan
kolonialisme menjajah negeri ini, umat Islam sebagai mayoritas tidak
tinggal diam. Bahkan, para ulama dan santri menjadi garda terdepan
dalam memimpin pergerakan nasional, dalam rangka mengusir
segala bentuk penjajahan yang ada di negeri ini. Seperti perang
Diponegoro dan Perang Banten. Pada masa pra kemerdekaan,
tokoh-tokoh seperti H. O. S. Tjokroaminoto, KH. Mas Mansyur, KH.
Hasyim Asy‘ari, KH. Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusumo, KH.
Kahar Muzakkir memiliki pengaruh yang besar dalam merealisasikan
kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya itu, pondok pesantren juga
telah berkontribusi mencerdaskan bangsa sebelum jaman
kemerdekaan. Ini menunjukkan bahwa pondok pesantren
mempunyai saham besar dalam perjuangan bangsa dan telah
menjadi salah satu benteng pertahanan negara.

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


7

Kiprah santri dalam membela negara tidak bisa dipandang


sebelah mata. Pada tahun 1943-1945 hampir semua pondok
pesantren membentuk laskar-laskar, dan yang paling populer adalah
laskar hisbullah dan sabilillah. Pada kurun waktu tersebut kegiatan
pondok pesantren adalah berlatih perang dan olah fisik. Bahkan
peristiwa-peristiwa pelawanan sosial politik terhadap penguasa
kolonial, pada umumnya dipelopori oleh para kiai sebagai pemuka
agama, para haji, dan guru-guru ngaji. Pada 21 oktober 1945,
berkumpul para kiai se-jawa dan madura di kantor ANO (Ansor
Nahdlatur Oelama) (Royani, 2018).
Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, pendidikan pesantren
nyata mampu melahirkan generasi-generasi yang mampu
memberikan kontribusi besar bagi bangsa dengan keikutsertaannya
dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, dan ikut serta
dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan Negara.
Penanaman rasa nasionalisme di pesantren sangatlah efektif karena
sejalan dengan ajaran Rasulullah SAW yang berdasar pada al-
Qur‘an dan Hadits (Ulfa, 2016).
Dari penjelasan di atas dapat kita kaitkan pada dasarnya
santri, kiayi, dan aktor lain dalam pondok pesantren merupakan
komponen pendukung pertahanan negara yang tergabung dalam
segmen Sumber Daya Nasional yakni Sumber Daya Manusia atau
Warga Negara yang dapat dimasukan dalam kelompok garda
bangsa, tenaga ahli dan warga lainnya yang dapat mengabdi sesuai
profesi, yang dapat ditugaskan untuk mendukung kepentingan
keamanan dan ketertiban masyarakat.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang
paling tua yang sudah ada di Indonesia bahkan sebelum negeri ini
berdiri. Produk asli Indonesia yang diadopsi dari agama Hindu
dengan ciri khas dengan kearifan yang tidak dimiliki oleh negara
manapun. Ungkapan ini diperkuat oleh berbagai pendapat yang

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


8

mengatakan tentang sejarah perkembangan pesantren mengenai


asal usul latar belakang berdirinya menyebutkan pada awalnya
pesantren merupakan pengambilalihan dari sistem pesantren orang-
orang Hindu di Nusantara pada zaman dahulu.
Zamkhsyari Dhofier (1982) dalam Ulfa (2016. p. 59) mengutip
beberapa pendapat para ahli seperti pendapat Prof. Jhons yang
mengatakan bahwa istilah santri sebenarnya berasal dari bahasa
Tamil, yang berarti guru mengaji. Sedangkan C.C Breg berpendapat
bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa
India berarti orang yang tau buku-buku suci agama Hindu, selain itu
ada juga yang berpendapat bahwa kata shastri berasal dari kata
shastra yang berarti buku-buku tentang ilmu pengetahuan.
Ensiklopedi Islam memberi gambaran bahwa pesantren itu berasal
dari bahasa tamil yang artinya guru ngaji atau dari bahasa India
―shastri‖ dan kata ―shastra‖ yang berarti buku-buku kitab suci, kitab-
kitab agama atau ilmu tentang pengetahuan. Kemudian, Majid (1997)
dalam Nurhadi (2017 p. 128) menyebutkan bahwa Lembaga
semacam pesantren ini sudah ada sejak kekuasaan Hindu-Budha.
Kehadiran Islam hanya memberi warna keislaman pada lembaga
yang sebenarnya sudah ada ini.
Dalam perspektif historis, pesantren tidak hanya identik
dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslihan
Indonesia, di mana pondok pesantren tetap mempertahankan
tentang nilai-nilai keaslian Indonesia yang dapat menumbuhkan sikap
nasionalisme dan memiliki peranan yang sentral dan mendalam di
masyarakat Indonesia.
Dengan kedudukan dan fungsinya yang khas, pondok
pesantren menjadi alternatif wahana pembangunan yang berpusat
pada masyarakat dan sekaligus sebagai pusat pengembangan yang
berorientasi pada nilai, terutama nilai-nilai keagamaan. Untuk
menjalankan peran besar tersebut, santri perlu terus dikembangkan

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


9

dan diberdayakan agar ia semakin besar memegang peranan


sosialnya dan pentingnya meneguhkan komitmen membangun nilai-
nilai nasionalisme, patriotisme, persatuan, perdamaian, humanitas,
serta pentingnya penanaman nilai-nilai keragaman dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia bagi seluruh komponen bangsa.
Kesadaran bela negara santri, pengetahuan, keterampilan, komitmen
untuk terus berprestasi dalam segala aspek, serta semakin kokohnya
nilai-nilai akhlakul karimah tradisi pesantren (KEMHAN RI, 2017).
Dewasa ini perkembangan pendidikan pada pesantren sudah
lebih modern tanpa menghilangkan kultur uniknya, banyak pondok
pesantren yang sudah menjalankan pendidikan formal berupa
madrasah, pendidikan keterampilan, juga perguruan tinggi. Hal ini
membuktikan bahwa pendidikan yang diselenggarakan oleh pondok
pesantren terus mengadaptasikan perubahan dan tantagan sosial
masyarakat, baik konteks lokal, nasional, maupun global. Tidak
hanya memiliki potensi dalam konteks spiritual agama saja
melainkan juga dalam segala bidang baik itu pendidikan, sosial serta
ekonomi. Ini sejalan dengan upaya pertahanan negara dalam
konteks nirmiliter.
Jika dibandingkan dengan lingkungan pendidikan parsial yang
ditawarkan sistem pendidikan sekolah umum di Indonesia sekarang
ini, Pondok pesantren mempunyai kultur yang unik. Karena
keunikannya, Ponpes digolongkan ke dalam subkultur tersendiri
dalam masyarakat Indonesia. Ribuan pondok pesatren yang tersebar
di enam puluh delapan ribu desa, merupakan bukti tersendiri untuk
menyatakannya sebagai sebuah subkultur. Keunikan ini pula pada
gilirannya dapat menghasilkan nilai ekonomis yang sangat besar bila
dikelola secara profesional (Muhajir, 2014)
Seiring dengan pentingnya upaya sebuah penelitian untuk
menganalisis praktek ekonomi (individu atau masyarakat) yang
mempunyai kegiatan usaha, maka dalam penelitian ini peneliti

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


10

mencoba untuk menelusuri aktivitas perekonomian masyarakat


Indonesia, yaitu kelompok masyarakat (social group). Kelompok
masyarakat (social group) yag dipilih adalah masyarakat pondok
pesantren modern yang sesuai dengan program pemerintah atau
tidak bertentangan dengan undang-undang dan dasar negara.
Dalam konteks modern saat ini, negara kita tengah
menghadapi realitas ancaman aktual dan potensial yang kompleks,
peran pondok pesantren baik itu Kiayi maupun Santri selayaknya
dapat dioptimalkan kembali secara integratif untuk dapat bersinergi
dengan unsur pertahanan Indonesia lainnya. Sebab Pondok
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan, sebagai
komponen bangsa sekaligus ciri budaya dari kesatuan yang tidak
terpisahkan dari masyarakat Indonesia merupakan aset sumber daya
pertahanan nirmiliter yang cukup potensial. Intelektual bermoral,
militansi tinggi, serta semangat jihad swadaya sukarela yang menjadi
ciri figur pondok pesantren yang dapat diarahkan kepada upaya bela
negara sekaligus unsur pembentuk komponen pertahanan cadangan
(Adhim, 2016).
Pada tahun 2020 Kementrian Agama mencatat ada 26.973
pondok pesantren yang tersebar di seluruh provinsi di
Indonesia. Hingga saat ini sebanyak 33.218 pondok pesantren
tercatat di kementrian agama. Perkembangan pesantren secara
kualitatif menurut Lombard (2005) dalam artikel Kementrian Agama
RI (2021) dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satu diantaraya
ialah diversifikasi usaha ekonomi.
Pondok pesantren dengan nilai-nilai spiritualitas dengan
kegiatan ekonomi masyarakat sejak dahulu sudah erat kaitannya dan
memiliki hubungan yang signifikan. Ini dibuktikan dengan Penelitian
Horikoshi (1987) di Garut, Jawa Barat pada awal tahun 1970-an,
yang memberikan kesimpulan bahwa kebanyakan pengusaha di
Garut adalah santri atau dari keluarga kyai yang sangat taat

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


11

beragama dan mereka pun aktif dalam organisasi modern (Rizal,


2011).
Harus diakui, lembaga pendidikan pesantren tidak luput dari
kekurangan terutama dalam masalah manajemen ekonomi. Hingga
tidak sedikit pondok pesantren (terutama kelas menengah ke bawah)
yang berjalan di tempat, tidak dapat tumbuh dan berkembang bahkan
kandas dalam perjuangan keberlanjutan aktivitasnya karena masalah
roda perekonomian di dalamnya yang tidak berjalan dengan baik.
Dengan berkembangnya lembaga pendidikan pondok pesantren
yang semakin pesat. Sangat disayangkan jika hanya mengandalkan
iuran bulanan dari para santri, bantuan donatur, dan bantuan
pemerintah. Maka dari itu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
dapat menjadi salah satu faktor penunjang keberlansungan.
Seperti yang diungkapkan oleh Ghofur (2016. p. 4) dalam
bukunya Pola Pemberdayaan UMKM dalam Meningkatkan Ekonomi
Pesantren yang mengatakan bahwa UMKM dapat menjadi salah satu
bentuk usaha produktif yang dapat dikembangkan dalam upaya
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat tidak terkecuali
lembaga pendidikan yang sejauh ini sumber ekonominya terkadang
bersumber dari dana swadaya pendidik lembaga pendidikan. Sejauh
ini masih banyak pesantren yang sumber ekonominya masih terbatas
sehingga membutuhkan tambahan sumber pendapatan sehingga
kegiatan pesantren terselenggara dengan baik.
Dengan memberdayakan UMKM diharapkan dapat menjadi
motor penggerak ekonomi kerakyatan yang secara
berkesinambungan berkontribusi terhadap ekonomi daerah dan
kemandirian ekonomi bangsa. Selain itu secara tidak langsung
melalui UMKM juga sebagai bentuk salah satu upaya mengelola
sumber daya strategis pada masa damai guna menghadapi
ancaman dari luar maupun dalam negeri baik itu ancaman militer
maupun ancaman non-militer terhadap keutuhan wilayah,

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


12

kedaulatan negara dan keselamatan segenap bangsa dalam


mewujudkan keamanan nasional. Potensi ekonomi yang ada pada
pondok pesatren ini akan turut serta pada upaya pertahanan dari
sisi ekonomi, sebab dapat meningkatkan kesejahteraan dari sisi
ekonomi dan untuk mewujudkan pertahanan yang kuat diperlukan
kemampuan pembiayaan untuk pengeluaran anggaran pertahanan
yang memadai (Supandi, 2020. p. 11).
Hartarto (2021), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
mengatakan potensi ekonomi pada pondok pesantren di Indonesia
sangat besar. Saat ini jumlah pesantren di Indonesia pada Triwulan
I-2021 sebanyak 31.385 ponpes dengan jumlah santri sekitar 4,29
juta orang. Dari jumlah tersebut, ia menyebut 44,2% di antaranya
memiliki potensi ekonomi. Ini menunjukkan bahwa masih terdapat
lebih dari 50% dari total jumlah pondok pesantren di Indonesia
masih megandalkan iuaran santri.

Gambar 1. 1 Potensi Ekonomi Pesatren di Indonesia


Sumber: Pangkalan Data Pondok Pesantren Kementrian Agama (2021)

Dari grafik Pangkalan Data Pondok Pesantren Kementrian


Agama tersebut terlihat potensi ekonomi yang dimiliki oleh pondok
pesantren yang ada di Indonesia. Kegiatan Koperasi, UMKM, &
Ekonomi Syariah merupakan potensi terbesar dari yaitu berjumlah
1.845 pesantren.
Adanya potensi-potensi di pondok pesantren merupakan
modal berharga untuk mengembangkan ekonomi. Melalui

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


13

pengelolaan unit-unit usaha mampu meningkatkan eksistensi pondok


dalam mencetak kader-kader intelekual sekaligus meningkatkan
ekonomi masyarakat sekitarnya. Karena lembaga ini melakukan
pemberdayaan ditingkat paling bawah (grassroots) dan banyak
diminati masyarakat luas. Tentunya hal ini dapat menjadi roda
penggerak ekonomi, baik untuk masyarakat yang ada di luar pondok
pesantren maupun masyarakat yang ada di dalam, mengingat
perannya yang sangat sentral di kalangan masyarakat.
Dalam perspektif Ekonomi Pertahanan, pembangunan
ekonomi diarahkan tidak hanya untuk peningkatan pertumbuhan
ekonomi, kemampuan daya beli masyarakat, dan stabilitas inflasi,
tetapi juga menjaga keamanan ekonomi dan sumber daya nasional
(Supandi, 2019). Perkembangan lingkungan strategis yang dinamis
dewasa ini memengaruhi penyelenggaraan pertahanan negara.
Dinamika yang perlu dicermati dalam kurun lima tahun ke depan
diantaranya pertumbuhan ekonomi yang berimplikasi pada
perkembangan kekuatan militer. Seiring dengan adanya
pertumbuhan ekonomi yang lebih baik akan tiercipta kekuatan
pertahanan, Perubahan iklim secara tidak langsung akan
berpengaruh pada masalah keamanan. Tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar hidup manusia akan menyebabkan terganggunya
ketahanan dan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang
dapat mengarah kepada kerawanan.
Dalam Agenda Prioritas Pertahanan Negara. Untuk menuju
Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang
ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, pemerintah telah
merumuskan sembilan agenda prioritas yang juga sebagai pedoman
agenda prioritas pembangunan pertahanan negara, dari sembilan
agenda prioritas pertahanan negara, tiga diantaranya meliputi: (1)
Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. (2) Meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional, (3)

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


14

Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan


sektorsektor strategis ekonomi domestik (Buku Putih Pertahanan
Indonesia, 2015).
Di masa lalu, UMKM telah memberikan kontribusi besar pada
perekonomian Indonesia. Meski dunia tengah babak belur akibat
krisis 1998, namun UMKM dapat bertahan dan berperan besar
menjadi penyelamat ekonomi di saat banyak usaha-usaha skala
besar pada berbagai sektor termasuk industri, perdagangan, dan
jasa yang mengalami stagnasi bahkan sampai luluh lantak. Terutama
di tengah pandemi ini, UMKM sebagai penopang perekonomian
dituntut untuk melakukan inovasi dan mengikuti tren pasar. Selain itu
juga harus bersama-sama juga bangkit, bersinergi, serta bahu-
membahu menjadikan UMKM senjata untuk melawan pandemi yang
menyerang sisi perekonomian.
UMKM memiliki peranan yang sangat penting dan strategis
dalam struktur perekonomian Indonesia karena memberikan
sumbangan besar terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 61,1%,
penyerapan tenaga kerja sebesar 97,1%, dan ekspor 14,4%. Oleh
karena itu, sangat diperlukan adanya kontribusi terbaik untuk terus
meningkatkan UMKM dalam perekonomian yang secara
berkesinambungan akan mendukung kekuatan ekonomi pertahanan.

Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil,


Menengah (UMKM)
66000000
64000000
62000000
60000000
58000000
56000000
2015 2016 2017 2018 2019

Gambar 1. 2 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)


Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, diolah oleh peneliti (2021)

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


15

UMKM merupakan salah satu sektor penggerak ekonomi dan


berperan dalam mengurangi tingkat pengangguran. Ini menjadikan
UMKM sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Dari data
yang diperoleh diatas usaha mikro, kecil menengah (UMKM) terus
bertumbuh menjelang akhir 2020. Saat ini tercatat lebih dari 65 juta
UMKM yang tersebar di Indonesia. Pada 2015, tercatat 59,3 juta
UMKM di Indonesia. Pada 2016, tercatat ada 61,7 juta UMKM di
Indonesia. Diprediksikan bahwa pada tahun, 2020 hingga 2021
jumlahnya terus meningkat.
Kekuatan ekonomi menjadi faktor strategis untuk kekuatan
pertahanan negara dalam menghadapi ancaman. Fenomena ini yang
kemudian harus disikapi dan dipahami secara akademis sebagai
faktor environment dalam analisis atau kajian pengembangan studi
ekonomi pertahanan, untuk kepentingan kemampuan pertahanan
(Supandi, 2020)
Pondok pesantren beserta santrinya merupakan elemen
penting dalam kehidupan bernegara dan merupakan aset bagi
kemajuan bangsa. Kita tidak dapat menampik bahwa perkembangan
pesantren memiliki banyak kelemahan, utamanya disebabkan karena
tidak diimbangi kemampuan dan profesionalisme yang memadai.
Meski tidak dapat dipungkiri, pola manajemen yang berorientasi pada
penanaman jiwa ketulusan, keikhlasan, dan kesukarelaan dapat
menjadi modal dasar utama dalam kehidupan dan eksistensi
pesantren. Namun demikian, konsep pengembangan manajemen
pesantren harus lebih akomodatif terhadap perubahan yang serba
cepat dalam era global saat ini.
Hasil penelitian berikut ini menjadi bukti bahwa tidak sedikit
pengelolaan unit usaha pondok pesantren belum maksimal seperti
pada penelitian Wibowo (2020) yang dilakukan pada rasio terhadap
kinerja Kopontren Khidmat Suryalaya Tanjungkerta Pagersari selama
5 tahun. Dari hasil penelitian tersebut dijelaskan tingkat rasio

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


16

likuiditas yang dinilai melalui cash ratio dalam keadaan penilaian


kurang baik atau ―Dalam Pengawasan Khusus". Oleh karena itu
koperasi tidak mencukupi untuk memenuhi hutang jangka
pendeknya. Begitu pula pada tingkat rasio solvabilitas dengan
keadaan penilaian kurang baik atau ―Dalam Pengawasan Khusus‖ ini
menunjukkan bahwa kinerja Koperasi Hidmat Pondok Pesantren
kurang mampu menggunakan modal sendiri untuk membiayai
seluruh kegiatan usahanya atau menutupi penurunan nilai aktiva.
Kemudian hasil penelitian selanjutnya dilakukan oleh Fauzi,
Muhammad (2017) pada Koperasi Pondok Pesantren Al Hidayaat
Pringapus. Berdasarkan penelitian ini, menyatakan kinerja keuangan
yang dimiliki oleh kopersi tersebut berdasarkan analisis rasio
likuiditas dalam keadaan kurang baik.
Untuk mempertahankan keberlangsungan, sebuah lembaga
pendidikan perlu adanya sumber pendanaan yang mandiri dan
bersifat tetap untuk mendukung kegiatan operasional dan
pengembangan. Sumber pendanaan pondok pesantren yang berasal
dari sumber-sumber yang bersifat insidentil atau tidak tetap seperti
donatur, infak, sumbangan santri dan wakaf tidak bisa menjaga
keberlangsungan pondok pensantren.
Cita-cita tersebut dapat terwujud tentunya dengan didukung
iklim yang kondusif. Menjadi sangat penting adanya kegiatan
pengembangan ekonomi pondok pesantren untuk menambah
pengetahuan masyarakat terkhusus santri dalam pengelolaan
UMKM. Sehingga pondok pesantren tidak melulu bergantung pada
sumber pendanaan insidentil karena mampu membiayai dirinya
sendiri. Dengan mengelola unit usaha yang baik akan meningkatkan
pendapatan pondok pesantren dan meningkatkan perekonomian
nasional kemudian dapat digunakan dalam mendukung ekonomi
pertahanan mengingat sektor ini memberi kontribusi yang besar

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


17

terhadap perekonomian yang merangkul dan menghidupkan


masyarakat.
Sejalan dengan menigkatnya pendapatan tersebut, dapat
mewujudkan pondok pesantren yang mandiri dalam mencetak santri
dengan inteligensi yang baik dan memiliki karakter bela negara.
Tentunya ini akan berguna baik dalam rangka mendukung ekonomi
pertahanan maupun pertahanan negara menginagat pondok
pesantren merupakan sumber daya yang dapat digerakkan sewaktu-
waktu untuk menjadi komponen cadangan dengan berbagai latihan.
Pondok pesantren yang dipilih dalam penelitian ini adalah
Pondok Pondok Modern Darussalam Gontor karena dalam penelitian
ini perlu adanya prototipe untuk dijadikan role model. Pondok
Pesantren ini sudah berjalan sejak tahun 1926 dan masih masih
eksis hingga saat ini memiliki 12 cabang Gontor Putra dan 8 cabang
Pondok Pondok Modern Darussalam Gontor Putri yang tersebar di
wilayah Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Dengan kepadatan pelajar
mencapai 30,000 orang santri serta memiliki usaha ekonomi
sebanyak 32 jenis yang aktif hingga saat ini.

1.2. Fokus dan Subfokus


Pada penelitian fokus dan subfokus dibutuhkan supaya
penelitian ini mengarah pada sasaran penelitian yang akan dilakukan
untuk menghindari agar masalah tidak terlalu meluas dan
menyimpang. Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah
Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam rangka
peningkatan pendapatan dan pegembangan pengajaran.

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


18

Adapun yang menjadi subfokus Untuk pada penelitian ini


adalah :
1. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Pondok
Modern Darussalam Gontor Ponorogo.
2. Dampak pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo.
3. Upaya pembinaan pelatihan ekonomi .

1.3. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan masalah dapat di tarik Rumusan
Masalah pada penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) Pondok Modern Darussalam Gontor Kabupaten
Ponorogo dalam meningkatkan pendapatan dan pengambangan
pengajaran guna mendorong kemandirian pesantren dalam
mendukung ekonomi pertahanan?
2. Bagaimana dampak pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Pondok Modern Darussalam Gontor
Kabupaten Ponorogo terhadap peningkatan pendapatan dan
pengembangan pengajaran?
3. Bagaimana upaya pembinaan dan pelatihan pengembangan
UMKM bagi santri di Pondok Modern Darussalam Gontor
Ponorogo?

1.4. Tujuan Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah;
a. Menganalisis pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) di Pondok Modern Darussalam Gontor Kabupaten
Ponorogo dalam meningkatkan pendapatan dan pengambangan
pengajaran guna mendorong kemandirian pesantren dalam
mendukung ekonomi pertahanan.

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


19

b. Menganalisis dampak pemberdayaan usaha mikro kecil dan


menengah (UMKM) Pondok Modern Darussalam Gontor
Kabupaten Ponorogo terhadap peningkatan pendapatan dan
pengembangan pengajaran.
c. Menganalisis upaya apa saja yang dilakukan Pondok Modern
Darussalam Gontor Kabupaten Ponorogo dalam rangka
pembinaan dan pelatihan pengembangan UMKM.

1.5. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Manfaat Teoritis
Secara teoritis peneliti berharap penelitian ini bermanfaat untuk
mendukung serta meningkatkan pengetahuan, memperluas
wawasan serta memperkaya referensi perpustakaan bidang
pertahanan. Khususnya kajian mengenai Pemberdayaan UMKM
pesantren modern menambah literatur mengenai hal tersebut bagi
lingkungan Prodi Ekonomi Pertahanan Fakultas Manajemen
Pertahanan Universitas Pertahanan Republik Indonesia.

2) Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti, bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan
menambah wawasan, khususnya mengenai pemberdayaan
UMKM pesantren modern dalam rangka prototipe meningkatkan
pendapatan dan pengembangan pengajaran.
b. Bagi lembaga pendidikan lainnya terkhusus pondok pesantren,
agar dapat memperoleh pengetahuan mengenai pemberdayaan
UMKM Pesantren dalam rangka kemandirian meningkatkan
pendapatan dan pengembangan pengajaran.

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Pertahanan Negara
Pertahanan Negara disebut juga Pertahanan Nasional memiliki
dua unsur kata yaitu, Pertahanan dan Negara. Pertahanan berasal
dari kata dasar tahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), arti kata pertahanan adalah bertahan (mempertahankan). Arti
lainnya dari pertahanan adalah pembelaan (negara dan sebagainya).
Definisi Negara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
memiliki dua pengertian. Pertama, negara diartikan sebagai
organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan
tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat. Kedua, negara diartikan
sebgai kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah
tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah
yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak
menentukan tujuan nasionalnya.
Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara yang dimaksud dengan Pertahanan Negara
adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara.
Dapat kita simpulkan pertahanan negara ialah segala usaha
perihal bertahan (mempertahankan), mencegah, membela,
melindungi, dan menjadi benteng untuk menangkis ancaman dan
gangguan terhadap kedaulatan serta keutuhan bangsa demi
kepentingan nasional.
Selanjutnya dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2002 disebutkan bahwa pertahanan negara hakikatnya merupakan

20
21

Keseluruhan upaya mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan


wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan
segenap bangsa melalui upaya yang sifatnya semesta, yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan
kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
Untuk merealisasikan hal tersebut, pengelolaan sistem
pertahanan negara diorientasikan pada keterpaduan antara
pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter sebagai wujud
kesemestaan dalam sistem pertahanan negara dengan berpedoman
pada tujuan dan sasaran strategis serta kebijakan pertahanan
negara.
Sistem pertahanan negara merupakan sistem pertahanan yang
bersifat semesta, diselenggarakan dengan memadukan pertahanan
militer dan pertahanan nirmiliter. Pertahanan militer diselenggarakan
untuk menghadapi ancaman militer dengan menempatkan TNI
sebagai komponen utama yang didukung oleh komponen cadangan
dan komponen pendukung. Pertahanan nirmiliter diselenggarakan
untuk menghadapi ancaman nonmiliter dengan menempatkan
Kementrian/Lembaga di luar bidang pertahanan sebagai unsur
utama.
Secara akademis, pertahanan negara disikapi dalam bentuk
Ilmu Pertahanan. Seperti yang dilejaskan oleh Supriyanto dalam
Supandi (2019) yaitu mempelajari bagaimana mengelola sumber
daya dan kekuatan nasional pada saat damai dan perangdan paska
perang guna menghadapi ancaman dari luar maupun dalam negeri
baik ancaman militer maupun ancaman non militer terhadap
keutuhan wilayah, kedaulatan negara, dan keselamatan segenap
bangsa dalam mewujudkan keamanan nasional (nasional security)

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


22

2.1.2. Ekonomi Pertahanan


Ekonomi dan Pertahanan adalah dua pendekatan sistem vang
berbeda. Keduanya berjalan sesuai dengan pengertian dan fungsi,
dan tujuannya masing-masing. Namun, di dalam perkembangan
terbukti bahwa sistem perekonomian dan pertahanan negara saling
menunjang dan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Oleh
karena itu, gagasan untuk menjadikan ekonomi pertahanan sebagai
sebuah disiplin ilmu dikembangkan. Pengembangan Ekonomi
Pertahanan sebagai sebuah disiplin ilmu, dilatarbelakangi adaya
keperihatinan terjadinya ketidaksesuaian antara fakta empirik
(realita) dan teori terhadap praktik perekonomian nasional. Dalam
praktiknya banyak kegiatan ekonomi yang di jalankan tidak sesuai
dengan mazhab yang dianut Negara Indonesia yang of deklare
sebagai Welfare State (Supandi, 2020. p. 10).
Menurut pandangan Yusgiantoro (2014. p. 3) Ekonomi
Pertahanan merupakan cabang ilmu yang menerapkan ilmu
ekonomi pada masalah pertahanan negara. Seperti halnya ekonomi
pembangunan, ekonomi sumber daya alam, ekonomi politik, maupun
ekonomi lingkungan, ekonomi pertahanan mengaplikasikan ilmu
ekonomi yang sudah digunakan jauh ke dalam bidang-bidang
tertentu, dalam hal ini pertahanan negara.
Menurut pandangan Cambridge Elementary dalam Supandi
(2020. p. 12) Ekonomi Pertahanan adalah bidang yang relatif baru
dalam disiplin ekonomi yang mempelajari semua aspek ekonomi
perang dan perdamaian, meliputi berbagai topik dalam ekonomi
makro dan mikro. Membahas teori, empiris dan kebijakan, dalam
keadaan normal/damai, perang dan paska perang.
Ekonomi Pertahanan adalah studi ekonomi yang mengkaji
berbagai fenomena berkaitan dengan pengelolaan potensi dan
pemanfaatan sumber daya nasional seperti Sumber Daya Alam
(SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Buatan (SDB),

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


23

Sarana dan Prasarana untuk kepentingan pertahanan negara dalam


upaya mewujudkan kemakmuran ekonomi rakyat dan keamanan
nasional (Supandi, 2019. p. 126)
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa ekonomi pertahanan merupakan kunci strategis dalam
mensinergikan aspek kesejahteran ekonomi dan keamanan nasional
saat keadaan damai, perang, dan paska perang.
Ruang lingkup ekonomi pertahanan mencakup masalah
keamanan yang lebih luas termasuk isu pertahanan nirmiliter karena
adanya ancaman nonmiliter. Ekonomi Pertahanan merupakan salah
satu bidang ilmu yang menggabungkan konsep strategi pertahanan,
pemikiran politik, serta teori ekonomi dalam mempelajari sebuah
sistem pertahanan (Yusgiantoro, 2014).
Adapun Ruang Lingkup lmu Ekonomi Pertahanan adalah
Ekonomi Pertahanan merupakan bagian dari llmu Pertahanan dan
cabang dari ilmu ekonomi yang memiliki keterkaitan dengan disiplin
ilmu ekonomi lainnya, seperti ekonomi mikro-makro, sosiologi
ekonomi pembangunan, ekonomi, ekonomi internasional, hukum
ekonomi, ekonomi politik, dan politik ekonomi (Supandi, 2020. p. 13).

2.1.3. Pemberdayaan
1) Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan secara etimologis berasal dari kata daya.
Terdapat beberapa pengertian daya menurut KBBI. Dua
diantaranya ialah (1) kemampuan melakukan sesuatu atau
kemampuan bertindak; dan (2) kekuatan; tenaga (yang
menyebabkan sesuatu bergerak dan sebagainya). Mendapat
awalan ber- menjadi ‗berdaya‘ artinya berkekuatan,
berkemampuan, bertenaga. Mendapat awalan dan akhiran pe-an
sehingga menjadi pemberdayaan yang dapat diartikan sebagai

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


24

usaha, proses menjadikan untuk membuat mampu, membuat


dapat bertindak/melakukan sesuatu.
Pemberdayaan merupakan istilah dari bahasa inggris yaitu
empowerment, memiliki dua arti dalam oxford english dictionary
(1) the act of giving somebody more control atas kehidupan
mereka sendiri atau situasi yang mereka hadapi. (2) to act of
giving seseorang kekuatan atau authority untuk melakukan
sesuatu.
Pandangan lain disampaikan pula oleh Kartasasmita (1996)
dalam Sumodiningrat (1999) Pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan
upnya memperkuat kelembagaan masyarakat sehingga mampu
mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan dalam
suasana keadilan sosial yang berkelanjutan, Untuk itu upaya
pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi
sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain
pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan
masyarakat.
Dari berbagai pandangan mengenai konsep pemberdayaan
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah
proses menyeluruh; usaha menjadikan sesuatu memiliki kekuatan
untuk mampu melakukan sesuatu yang mengarah pada
kemandirian dalam meningkatkan kesejahteraan. Jadi
Pemberdayaan sebagai upaya perubahan taraf kehidupan
kepada arah yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan
kemampuan dan potensi yang dimilki masyarakat, sehingga
masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya
secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


25

secara mandiri baik dibidang ekonomi, sosial, agama dan


budaya. Pemberdayaan juga merupakan penguatan masyarakat
untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang
harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek
masyarakatnya sendiri, mapun aspek kebijakannya.
Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat merupakan
suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi
masyarakat secara maksimal untuk dapat bertahan dan
mengembangkan diri secara mandiri agar masyarakat dapat
bebas dari kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan demikian,
pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya untuk
meningkatkan kemampuan dan kemandirian baik dalam bidang
ekonomi, sosial, budaya dan politik (Peraturan Gubernur Riau
Nomor: 21 tahun 2011).
Pengalaman Bank Dunia di beberapa negara yang pernah
dilanda krisis ekonomi menunjukkan bahwa peningkatan
kapasitas kelompok masyarakat rentan krisis (capacity building)
termasuk kelompok masyarakat miskin - dapat dilakukan melalui
upaya pemberdayaan masyarakat (empowerment). Berbagai
upaya yang dilakukan dalam mengurangi atau bahkan
menghilangkan kesenjangan, dapat dilakukan melalui upaya
pemberdayaan masyarakat, khususnya bagi kelompok tertinggal.
(Sumodiningrat, 1999).
2) Tujuan Pemberdayaan
Tujuan dari pemberdayaan dan pengembangan industri kecil
atau usaha mikro adalah untuk mengurangi jumlah pengangguran
dan menambah penghasilan (Prabawa, 2020: 20).
Menurut Esi Suharto (2005) dalam Rohmah (2017) tujuan
utama pemberdayaan adalah memperkuat masyarakat,
khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan
masyarakat karena kondisi interal (misalnya presepsi mereka

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


26

sendiri) maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh


struktur sosial yang tidak adil).
Dapat disimpulkan tujuan dari pemberdayaan di bidang
ekonomi ialah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
lemah. Pendapatan masyarakat pada umumnya berasal dari dua
anasir, yaitu dari upah/gaji dan dari surplus usaha. Dari anasir
upah/gaji pada umumnya masyakat yang tunadaya hanya
menerima upah/gaji rendah.
3) Strategi Pemberdayaan
Menurut Gunawan (2014) dalam Rohmah (2017)
mengatakan proses pemberdayaan hendaknya meliputi enabling
(menciptakan suasana kondusif / iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang). empowering (penguatan
kapasitas dan kapabilitas masyarakat / potensi dan daya yang
dimiliki oleh masyarakat), protecting (perlindungan dari
ketidakadilan), supporting (bimbingan dan dukungan), dan
foresting (memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang).
Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah
menjadi makin lemah, karena kurang berdaya dalam menghadapi
yang kuat (equal playing field). Untuk mewujudkan
pemberdayaan yang langgeng diperlukan adanya pendampingan.
Pendampingan menentukan keberhasilan gerakan nasional
penanggulangan kemiskinan ini. Pendamping pada dasarnya
berperan membantu masyarakat meningkatkan kegiatan sosial
ekonomi penduduk miskin di desa tertinggal.
Suatu masyarakat dikatakan berdaya jika memiliki salah satu
atau lebih dari beberapa variabel. Pertama, memiliki kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup dan perekonomian yang
stabil. Kedua, memiliki kemampuan beradaptasi dengan
perubahan lingkungan. Ketiga, memiliki kemampuan menghadapi
ancaman dan serangan dari luar. Keempat, memiliki kemampuan

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


27

berkreasi dan berinovasi dalam mengaktualisasikan diri dan


menjaga koeksistensinya bersama bangsa dan negara lain.
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep
pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.
Pembangunan bersifat people-centered (berpusat pada rakyat),
participator (partisipasi), empowering (pemberdayaan), dan
sustainable (keberlangsungan) (Ghofur, 2016. p.2).
Secara nasional, strategi pemberdayaan masyarakat erat
berkaitan dengan penciptaan kesempatan kerja dan peluang
berusaha yang memberikan pendapatan yang memadai bagi
masyarakat. Dengan pengertian ini setiap anggota masyarakat
disyaratkan berperanserta dalam proses pembangunan,
mempunyai kemampuan sama, dan bertindak rasional
(Sumodiningrat, 1999).
4) Konsep Pemberdayaan
Adapun Konsep Pemberdayaan dalam Sumodiningrat (1999)
ialah sebagai berikut:
a. Perekonomian Rakyat; adalah pereknomian yang
diselenggarakan oleh rakyat.
b. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat; adalah usaha untuk
menjadikan ekonomi yang kuat, besar, modern, dan berdaya
saing tinggi dalam mekanisme pasar yang benar.
c. Perubahan Struktural; yang dimaksud adalah perubahan dari
ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah
ke ekonomi kuat, dari ekonomi subsisten ke ekonomi pasar,
dari ketergantungan ke kemandirian. Langkah-langkah proses
perubahan struktur, meliputi: Pengalokasian sumber
pemberdayaan sumberdaya; Penguatan kelembagaan;
Penguasaan teknologi; dan Pemberdayaan sumberdaya
manusia.

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


28

d. Adanya kerjasama dan kemitraan yang erat antara yang telah


maju dangan yang masih lemah & belum berkembang.
e. Adanya kebijakan dalam pembedayaan ekonomi rakyat antara
lain: pemberian peluang atau akses yang lebih besar kepada
aset produksi (khususnya modal); memperkuat posisi
transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat, agar pelaku
ekonomi rakyat bukan sekadar price taker; pelayanan
pendidikan dan kesehatan & penguatan industri kecil;
mendorong munculnya wirausaha baru; dan pemerataan
spasial.
f. Cakupan kegiatan pemberdayaan masyarakat meliputi:
Peningkatan akses bantuan modal usaha; Peningkatan akses
pengembangan SDM; dan Peningkatan akses ke sarana dan
prasarana yang mendukung langsung sosial ekonomi
masyarakat lokal.
Pengembangan usaha kecil dan menengah (small medium
enterprise) untuk pemberdayaan ekonomi rakyat produktif yang
berjiwa koperatif melalui bantuan modal, pelatihan, penyuluhan,
bimbingan serta bantuan promosi dan kemitraan usaha
(Sumodiningrat, 1999).

2.1.4. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)


1) Pengertian & Kriteria UMKM
Tabel 2. 1 Pengertian dan Kriteria UMKM
No. Sumber Definisi Kriteria
1. UU Nomor 20 a. Usaha Mikro adalah a. Usaha mikro
Tahun 2008 usaha produktif milik orang aset kekayaan bersih
tentang Usaha perorangan dan/atau badan ≤ Rp. 50juta / hasil
Mikro, Kecil, usaha perorangan yang penjualan tahunan ≤
dan Menengah memenuhi kriteria Usaha Rp. 300 juta.
Mikro sebagaimana diatur

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


29

dalam Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah b. Usaha kecil


usaha ekonomi produktif aset ˃Rp.50juta s/d
yang berdiri sendiri, yang Rp.500juta / hasil
dilakukan oleh orang penjualan tahunan
perorangan atau badan ˃Rp.300juta s/d
usaha yang bukan Rp.2,5 milyar
merupakan anak
perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik
langsung maupun tidak
langsung dari Usaha
Menengah atau Usaha
Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah c. Usaha menengah


usaha ekonomi produktif aset kekayaan bersih
yang berdiri sendiri, yang ˃Rp.500 juta s/d ≤
dilakukan oleh orang Rp.10 milyar / hasil
perorangan atau badan penjualan tahunan
usaha yang bukan ˃Rp.2,5 milyar s/d
merupakan anak ≤Rp.50 milyar.
perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung
maupun tidak langsung

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


30

dengan Usaha Kecil atau


Usaha Besar.
2. Keputusan a. usaha mikro adalah a. hasil penjualan
Kementrian usaha produktif milik usaha mikro ≤
Keuangan keluarga atau perorangan Rp100juta
No.40/KMK Warga Negara Indonesia;
06/2003,
tentang b. usaha kecil adalah usaha b. kekayaan bersih
Pendanaan produktif milik Warga usaha kecil ≤
Kiedit Usaha Negara Indonesia yang Rp200juta.
Mikro Dan Kecil berbentuk badan usaha
orang perorangan, badan
usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha
berbadan hukum termasuk
koperasi; bukan merupakan
anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai atau
berafiliasi, baik langsung
maupun tidak langsung,
dengan Usaha Menengah
atau Usaha Besar;
3. Badan Pusat Badan Pusat Statistik (BPS)
Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM
berdasarkan penggunaan
jumlah tenaga kerja pada
setiap unit usaha yaitu:
a. Usaha kecil merupakan a. usaha kecil
unit usaha yang memiliki memiliki jumlah
jumlah tenaga kerja lima tenaga kerja 5 – 19
sampai dengan 19 orang. orang.
b. Usaha menengah b. usaha menengah

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


31

merupakan unit usaha yang memiliki jumlah


memiliki tenaga kerja 20 tenaga kerja 20 - 99
sampai dengan 99 orang. orang.
4. World Bank menggunakan pendekatan a. medium enterprise,
berdasarkan jumlah Jumlah karyawan ≥
karyawan, pendapatan dan 300 orang;
aset yang dimilikinya. Pendapatan setahun
a. Usaha menengah US$15 juta dan;
(medium enterprise) Kepemilkan aset
mencapai US $15
b. Usaha kecil (small juta,
enterprise), b. small enterprise,
Jumlah karyawan ˂
c. Usaha mikro (micro 30 orang; Pendapatan
enterprise), setahun ˂ US $3 juta
dan; Kepemilikan aset
˂ US $3 juta;
c. micro enterprise,
Jumlah karyawan ˂10
orang; Pendapatan
setahun ≤ $100 ribu;
Jumlah aset ≤ $100
ribu.

Penjelasan dari berbagai sumber diatas sebagai berikut:


Menurut Keputusan Kementrian Keuangan No.40/KMK
06/2003, tentang Pendanaan Kiedit Usaha Mikro Dan Kecil
pengertian Usaha mikro ialah usaha produktif milik keluarga atau
perorangan Warga Negara Indonesia yang memiliki hasil
penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00,- (seratus juta
rupiah) per tahun. sedangkan usaha kecil adalah usaha produktif
milik Warga Negara Indonesia yang berbentuk badan usaha
orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


32

atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi; bukan


merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak
langsung, dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah)
Definisi UMKM telah diatur dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Pada
pasal 1 poin pertama sampai dengan poin ketiga UU tersebut
disebutkan secara berturut bahwa yang dimaksud dengan; (1)
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (2) Usaha
Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar
yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini. (3) Usaha Menengah adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan
Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini. dengan kriteria sebagai berikut:
a. Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset kekayaan
bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00,- (lima puluh juta
rupiah), atau hasil penjualan tahunan paling besar Rp.
300.000.000,00,- (tiga ratus juta rupiah).

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


33

b. Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari lebih dari


Rp.50.000.000,00,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp.500.000.000,00,- (lima ratus juta rupiah),
atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp.300.000.000,00,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp.2.500.000.000,00,- (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
c. Usaha menengah adalah perusahaan dengan nilai kekayaan
bersih lebih dari Rp.500.000.000,00,- (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,00,-
(sepuluh milyar rupiah), atau hasil penjualan tahunan diatas
Rp.2.500.000.000,00,- (dua milyar lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp.50.000.000.000,00,- (lima
puluh milyar rupiah).
Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah
lembaga pemerintahan seperti Departemen Perindustrian dan
Badan Pusat Statistik (BPS), selama ini juga menggunakan
jumlah pekerja sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha
antara usaha mikro,usaha kecil, usaha menengah dan usaha
besar. Misalnya menurut Badan Puat Statistik (BPS), usaha mikro
adalah unit usaha dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang,
usaha kecil antara 5 sampai 19 pekerja, dan usaha menengah
dari 20 sampai dengan 99 orang. Perusahaan-perusahaan
dengan jumlah pekerja di atas 99 orang masuk dalam kategori
usaha besar.
Bank Dunia menetapkan pembagian UMKM menjadi tiga
jenis dengan menggunakan pendekatan berdasarkan jumlah
karyawan, pendapatan dan aset yang dimilikinya. Dari ketiga
kriteria tersebut, UKM terbagi menjadi: 1. Usaha menengah
(medium enterprise) dengan kriteria: a. Jumlah karyawan
maksimal 300 orang b. Pendapatan setahun US$15 juta dan 5 c.

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


34

Kepemilkan aset mencapai US $15 juta, 2. Usaha kecil (small


enterprise), dengan kriteria: a. Jumlah karyawan kurang dari 30
orang b. Pendapatan dalam setahun kurang dari US $3 juta dan
c. Kepemilikan aset kurang dari US $3 juta; 3. Usaha mikro
(micro enterprise), dengan kriteria: a. Jumlah karyawan kurang
dari 10 orang b. Pendapatan setahun tidak melebihi $100 ribu c.
Jumlah aset tidak melebihi $100 ribu.
2) Asas, Tujuan, dan Peranan
Dalam pasal dua dan tiga undang-undang nomor 20 tahun
2008 disebutkan bahwa terdapat 9 asa Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah yaitu:
a. kekeluargaan; asas yang melandasi upaya pemberdayaan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai bagian dari
perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, keseimbangan kemajuan, dan kesatuan ekonomi
nasional untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
b. demokrasi ekonomi; pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah diselenggarakan sebagai kesatuan dari
pembangunan perekonomian nasional untuk mewujudkan
kemakmuran rakyat.
c. kebersamaan; asas yang mendorong peran seluruh Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah dan Dunia Usaha secara
bersama-sama dalam kegiatannya untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat.
d. efisiensi berkeadilan; asas yang mendasari pelaksanaan
pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan
mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk
mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya
saing.

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


35

e. berkelanjutan; adalah asas yang secara terencana


mengupayakan berjalannya proses pembangungan melalui
pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang
dilakukan secara berkesinambungan sehingga terbentuk
perekonomian yang tangguh dan mandiri.
f. berwawasan lingkungan; asas pemberdayaan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah yang dilakukan dengan tetap
memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan
pemeliharaan lingkungan hidup.
g. kemandirian; asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah yang dilakukan dengan tetap menjaga dan
mengedepankan potensi, kemampuan, dan kemandirian
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
h. keseimbangan kemajuan; asas pemberdayaan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah yang berupaya menjaga keseimbangan
kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.
i. kesatuan ekonomi nasional; asas pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah yang merupakan bagian dari
pembangunan kesatuan ekonomi nasional.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan menumbuhkan
dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun
perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang
berkeadilan.

3) Peranan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah


Diakui benar bahwa UMKM memainkan peran penting dalam
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi serta stabilitas
nasional. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan kegiatan
usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan
pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat
berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


36

masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan


dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi
nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan,
perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud
keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi
rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan
Usaha Milik Negara.
Seperti yang kita ketahui dari penjelasn UU diatas bahwa
UMKM peranannya ialah dalam pembangunan daerah,
penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,
pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Dalam prakteknya, UMKM memiliki salah satu keunggulan yaitu
sangat gesit mencari peluang untuk berinovasi menerapkan
teknologi baru. Tidak herankan jika saat ini dalam persaingan
global banyak perusahaan besar yang bergantung kepada
pemasok-pemasok kecil-menengah.
Meskipun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah
menunjukkan peranannya dalam perekonomian nasional, namun
masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang
bersifat internal maupun eksternal, dalam hal produksi dan
pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan
teknologi, permodalan, serta iklim usaha.

4) Masalah/Hambatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah


Perkembangan usaha mikro kecıl dan menengah (UMKM) di
negara sedang berkembang dihalangi oleh banyak hambatan.
Hambatan-hambatan tersebut (intensitasnya) bisa berbeda darı
satu daerah dengan daerah laim atau antara pedesaan dengan
perkotaan, atau antar sektor, atau antar sesama perusahaan di
sektor yang sama. Namun demikian, ada sejumlah persoalan

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


37

yang umum untuk semua UMKM dinegara manapun juga,


khususnya didalam negara sedang berkembang. Rintangan
rintangan umum tersebut adalah keterbatasan modal kerja
kesulitan-kesulitan dalam pemasaran dan lainnya (Tambunan,
2012).
Menurut ishak (2005) dalam Sedyatuti (2018) masalah lain
yang dihadapi dan sekaligus menjadi kelemahan UMKM adalah
kurangnya akses informasi, khususnya informasi pasar (Ishak,
2005). Hal tersebut menjadi kendala dalam hal memasarkan
produk-produknya, karena dengan terbatasnya/akses informasi
pasar yang mengakibatkan rendahnya orientasi pasar dan
lemahnya daya saing di tingkat global. Miskinnya informasi
mengenai pasar tersebut, menjadikan UMKM tidak dapat
mengarahkan pengembangan usahanya secara jelas dan fokus,
sehingga perkembangannya mengalami stagnasi.
Strategi pengembangan UMKM untuk tetap bertahan dapat
dilakukan dengan peningkatan daya saing dan pengembangan
sumber daya manusianya agar memiliki nilai dan mampu
bertahan menghadapi ME, diantaranya melalui penyaluran
perkreditan (KUR), penyediaan akses informasi pemasaran,
pelatihan lembaga keuangan mikro melalui capacity building, dan
pengembangan information technology (IT) (Sedyastuti, 2018).
Permasalahan yang dihadapi oleh pelaku UMKM sangat
kompleks. biasanya terdapat berbagai masalah yang menjadi
hambatan. Dalam jurnal Prabawa (2010: 21-22) disebutkan
adapun permasalahan yang sering timbul adalah sebagai berikut:
a. Masalah Modal
Modal merupakan hal yang penting dalam menunjang
keberhasilan suatu industri. Karena modal yang tidak
memadai akan mempengaruhi rendahnya produktifitas. Jadi
apabila modal yang digunakan berjalan lancar maka akan

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


38

sangat mendorong keberhasilan suatu industri sehingga


penghasilan pemilik dan para pekerja industri. Tetapi bagi
masyarakat yang berpenghasilan rendah serta mempunyai
tingkat pendidikan yang rendah pula, modal merupakan
sesuatu yang sulit dijangkau dan didapat.
b. Masalah Manajemen
Dalam mengembangkan industri perlu diperhatikan cara
pengelolaan dan manajemen yang baik, agar produksi yang
dihasilkan dapat sesuai dengan apa yang diinginkan. Karena
pendidikan dan pengetahuan masyarakat pedesaan yang
relatif rendah cenderung menyebabkan perkembangan suatu
industri menjadi terhambat.
c. Tenaga Kerja
Di daerah pada umumnya tenaga kerja yang ada rata-rata
belum memiliki keterampilan yang memadai, akibatnya
menjadi beban dan permasalahan bagi industri pedesaan
yang berpengaruh pula pada tingkat produktifitas.
d. Pemasaran
Kegiatan pemasaran dalam suatu industri merupakan hal
yang sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian.
Barang-barang yang dihasilkan harus dapat dipasarkan
sampai ke konsumen dengan harapan barang tersebut dapat
memenuhi kebutuhan para konsumen. Dengan adanya
pemasaran maka produksi yang dihasilkan akan tersalurkan
sehingga produksi akan berjalan lancar.
e. Perizinan
Ketika pelaku usaha sudah menghasilkan produk, kemudian
timbul permasalahan lain yaitu lamanya perizinan yang
didapatkan. Tentunya ini merupakan permasalahan yang
bayak dialami oleh pelaku usaha. Kemudian dapat
menghambat produk untuk menjangkau konsumen dan masuk

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


39

pada retail-retail besar. Terutama untuk produksi dalam skala


nasional yang tentunya harus memiliki izin untuk dapat
merambah pasar nasional atau bahkan ekspor.

2.1.5. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah


Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis
dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha
terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu
tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
1) Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan
Adapun Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan yang tercantum
dalam UU No. 20 tahun 2008 sbb:
Prinsip pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah:
a. penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk berkarya dengan
prakarsa sendiri;
b. perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan
berkeadilan;
c. pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan
berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah;
d. peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
e. penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian secara terpadu.
Adapun tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah:
a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan;

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


40

b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha


Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan
mandiri; dan
c. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja,
pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan
pengentasan rakyat dari kemiskinan.
2) Strategi Pemberdayaan
Menurut undang-undang no 20. Tahun 2008 usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah perlu diberdayakan dengan dua cara, yaitu;
a. Penumbuhan iklim usaha yang mendukung pengembangan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan
b. Pengembangan dan pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peran
serta kelembagaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam
perekonomian nasional, maka pemberdayaan tersebut perlu
dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia
Usaha, dan masyarakat secara menyeluruh, sinergis, dan
berkesinambungan.

2.1.6. Pemberdayaan Ekonomi Pesantren


Dalam era persaingan bebas dewasa ini, pembangunan
kompetensi dan kapasitas santri adalah suatu keharusan. Hal itu
dapat dibangun dengan melakukan penyesuaian dengan dinamika
global yang berkembang. Gagasan penyesuaian atau modernisasi
dengan spirit tradisi agama sejatinya memberikan ruang dialog yang
konstruktif dengan realitas sosio-politik kemasyarakatan agar dapat
menjawab tantangan zaman. Tanpa penyesuaian maka tradisi akan
hancur menjadi fosil dan relik sejarah yang dimakan waktu dan
zaman. Untuk dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia global,

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


41

pondok pesantren dituntut mampu melahirkan produk dan alumni


yang mempunyai kompetensi dan produktif dalam tiga hal. Pertama,
kompeten dan produktif secara spiritual. Peran pesantren dalam
pembangunan aspek spiritualitas tidak dapat dibantah. Sejak dulu,
pesantren terus mengeluarkan ulama-ulama yang memiliki madilogi
spiritualitas yang tinggi dan dikenal baik nasional maupun
internasional. Kedua, kompeten dan produktif secara sosial.
Kompetensi dan produktivitas sosial para alumni pesantren dapat
diwujudkan dengan upaya pengintegrasian pengetahuan keagamaan
dengan pengetahuan humaniora yang progresif, membebaskan, dan
mencerahkan. Sikap toleran atas kemajemukan, nalar keadaban,
dan multikultural adalah prasyarat mutlak untuk membangun citra
pesantren sebagai sarana pendidikan anak bangsa yang berkualitas
dan patriotik. Ketiga, alumni pesantren harus kompeten dan produktif
secara ekonomis. Kompetensi dan produktivitas ekonomi harus
ditopang dengan keahlian teknik aplikatif melalui program-program
pengembangan ekonomi dan kurikulum pengetahuan aplikatif untuk
dapat mendayagunakan potensi lingkungan yang ada agar memiliki
nilai ekonomi yang maksimal. Etos kerja para alumni pesantren bisa
dibangun atas dasar nilai-nilai moral dan spiritualitas tradisi Islam
(Harjito et. all, 2008).
Dari ketiga gagasan di atas dapat kita simpulkan bahwah
program pemberdayaan ekonomi berbasis pondok pesantren, seperti
memberikan pelatihan ketrampilan usaha, kewirausahaan dan
bentuk kegiatan ekonomi lainnya, bertujuan sebagai penunjang dari
tugas utama pondok pesantren yaitu membekali ilmu agama.
Sehingga pondok pesantren diharapkan tidak hanya sebagai
pencetak generasi intelektual yang produktif dan kompeten secara
spiritual, namun juga produktif dan kompeten secara ekonomi.
Sejak Orde Baru, paling tidak ada tiga model pendekatan
dalam upaya-upaya pembangunan dan pengembangan masyarakat

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


42

berbasis pesantren. Ketiga model itu adalah pertama, pendekatan


pembangunan berbasis pesantren yang diinisasi oleh pemerintah,
kedua, pendekatan pengembangan masyarakat berbasis pesantren
yang didukung oleh lembaga-lembaga non-pemerintah dan ketiga
model pengembangan masyarakat berbasis pesantren yang
dipelopori oleh kiai rakyat (Harjito et. all, 2008).

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu


Penelitian ini dilaksanakan dengan mengacu pada beberapa
penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan topik yang
diangkat dalam penelitian ini. Relevansi tersebut dapat terkait
dengan objek penelitian, teori yang digunakan, maupun aspek-aspek
lainnya yang dapat digunakan sebagai basis analisis untuk mengkaji
pemberdayaan UMKM pondok pesantren. Berikut ini ringkasan
penelitian terdahulu tersebut:
1) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurul Rohmah pada tahun
2017 dengan judul Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan
Menengah (UMKM) Pada Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS ialah
Pemberdayaan yang dilakukan pada Lembaga Inkubator Bisnis
Baznas adalah pemberdayaan ekonomi pada sektor usaha mikro dan
kecil dan menengah dengan menggunakan dana zakat yang
diberikan berupa hadiah, yang akan diberikan kepada mustahik
dengan ashnaf miskin yang sudah memiliki usaha namun memiliki
keterbatasan untuk mengembangkan usaha yang sudah dimilikinya.
Pemberdayaan yang di berikan berupa pemberian modal, barang,
keterampilan, maupun link pasar.
Faktor pendukung dalam pemberdayaan usaha mikro kecil dan
menengah adalah kemauan dan tekada yang kuat serta pada
umumnya para wirausaha sudah memiliki kemampuan dan keahlian,
hanya saja perlu sedikit dikembangkan agar lebih kreatif lagi. Dan

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


43

faktor penghambatnya adalah modal yang terbatas dan jangkauan


pemberdayaan yang lumayan jauh dari kantor Baznas.

2) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusup Sukman Jayadi pada


tahun 2017 dengan judul Analisis Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil
Dan Menengah (UMKM) Masyarakat Desa Melalui Program Unit
Pengelola Kegiatan (UPK) Untuk Membangun Ekonomi Lokal (Studi
Kasus pada Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul) Berdasarkan
hasil yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat di simpulkan bahwa :
a. Strategi pemberdayaan usaha mikro kecil dan mengah (UMKM)
Masyarakat Desa melalui prpgran unit pengelola kegiatan (UPK)
untuk membangun ekonomi local, dilakukan melaui beberapa
cara ataupun beberapa proses diantaranya.
b. Penguatan modal yang diberikan oleh unit pengelola kegiatan
(UPK) Pajangan supaya meningkatkan kesejahtraan masyarakat,
dalam pemberian modal pinjaman semua anggota dari kelompok
pada saat pencairan dananya semua anggota dikumpilkan di
tempat ketuanya, dan pemberian pinjaman modal langsung
diberikan langsung ke anggotanya masing-masing. Dalam
pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah pemberian
pinjaman modal usaha diberikan kepada masyarakat yang kurang
mampu.
c. Dampak pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM) Masyarakat desa melalui program unit pengelola
kegiatan(UPK) untuk membangun ekonomi lokal, dapat
memberikan manfaat ataupun dampak yang sangat positif.
Dengan keuntungan tersebut masyarakat merasa aman dan
nyaman karena mereka mempunyai usaha yang dijalankan
sendiri berarti masyarakat mempunyai tabungan jangka panjang
dan bersifat produktif, karena dari usaha tersebut yang dijalankan
saat ini bisa membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan.

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


44

Dari usaha yang dijalankan bisa berkembang dan maju dapat


membantu masyarakat atau pemerintah untuk menurangi
kemiskinan yang ada. Dampak pemberdayaan usaha mikro kecil
dan menengah (UMKM) juga bisa menjaga ketahanan dan
keberlangsungan hidup masyarakat banyak mendaptkan
pekerjaan dan kejayaan hidup, program dari unit pengelola
kegiatan (UPK) Pajangan bisa membebaskan masyarakat dari
kemiskinan dan kemelaratan serta bisa memenuhi kebutuhannya
sehari-hari dan mampu untuk membeli bahan komoditas bahan
pokok.

3) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Toha Maksum dan Muh


Barid Nizarudin Wajdi pada tahun 2018 dengan judul
Pengembangan Kemandirian Pesantren Melalui Program
Santripreneur menyimpulkan bahwa Pondok Pesantren sebagai
sebuah ―institusi budaya‖ yang lahir atas prakarsa dan inisiatif
(tokoh) masyarakat dan bersifat otonom, sejak awal berdirinya
merupakan potensi strategis yang ada di tengah kehidupan
masyarakat. Kendati kebanyakan pesantren memposisikan dirinya
(hanya) sebagai institusi pendidikan dan keagamaan, namun sejak
tahun 1970-an beberapa pesantren telah berupaya melakukan
reposisi dalam menyikapi berbagai persoalan masyarakat, seperti
ekonomi, sosial, dan politik. Program santriprenenurship merupakan
contoh kongrit dalam pemberdayaan santri dalam wirausaha demi
meningkatkan kemandirian santri.

4) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristina Sedyastuti pada


tahun 2018 dengan judul Analisis Pemberdayaan UMKM dan
Peningkatan Daya Saing dalam Kancah Pasar Global menyimpulkan
bahwa strategi untuk mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) di Indonesia tidak terlepas dari dukungan

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


45

perbankan dalam penyaluran kredit. Saat ini skim kredit yang sangat
familiar di masyarakat adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang
khusus diperuntukkan bagi UMKM dengan kategori usaha layak,
tanpa agunan. Selain itu penguatan lembaga pendamping UMKM
dapat dilakukan melalui kemudahan akses serta peningkatan
capacity building dalam bentuk pelatihan dan kegiatan penelitian
yang menunjang pemberian kredit kepada UMKM. Strategi untuk
mengantisipasi mekanisme pasar yang makin terbuka dan kompetitif
khususnya di kawasan Asean adalah penguasaan pasar, yang
merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya saing UMKM. Agar
dapat menguasai pasar, maka UMKM perlu mendapatkan informasi
dengan mudah dan cepat, baik informasi mengenai pasar produksi
maupun pasar faktor produksi untuk memperluas jaringan
pemasaran produk yang dihasilkan oleh UMKM. Aplikasi teknologi
informasi pada usaha mikro, kecil dan menengah akan
mempermudah UMKM dalam memperluas pasar baik di dalam
negeri maupun pasar luar negeri dengan efisien. Pembentukan
Pusat Pengembangan UMKM berbasis IT dianggap mampu
mendorong pertumbuhan dan perkembangan usaha mikro, kecil, dan
menengah di era teknologi informasi saat ini. Untuk meningkatkan
daya saing diperlukan sinergi antara peran pemerntah selaku
pembuat kebijakan serta lembaga pendamping, khususnya lembaga
keuangan mikro untuk mempermudah akses perkreditan dan
perluasan jaringan informasi pemasaran. Selain itu, budaya
mencintai produksi dalam negeri juga perlu dipupuk agar UMKM
berkembang dan perekonomian nasional menjadi lebih kuat. Pelaku
usaha mikro, kecil dan menengah perlu aktif untuk bekerjasama dan
berkoordinasi dengan Pemerintah maupun Pemerintah Daerah untuk
terus melakukan pembinaan dan pelatihan melalui peningkatan
capacity building dan penerapan aplikasi information technology (IT),

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


46

termasuk mengefektifkan kembali web Pemda-Pemda saat ini yang


tidak optimal sebagai basis komunikasi UMKM di daerah.

5) Hasil penelitian yang dilakukan oleh pada tahun 2018 dengan


judul Model Pemberdayaan Ekonomi Pesantren (Studi Kasus Uit-
Unit Usaha di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 5 ialah
Model pemberdayaan ekonomi pesantren yang ditemukan di Pondok
Modern Darussalam Gontor Putri 5 mencangkup dalam dua hal yaitu
model pemberdayaan ekonomi pesantren berbasis ekoproteksi dan
model pemberdayaan pesantren melalui kegiatan unit-unit usaha.
Model pemberdayaan ekonomi pesantren melalui sistem ekonomi
proteksi diterapkan dalam kebijakan kegiatan perekonomian yang
hanya dilaksanakan di dalam pondok pesantren. Adapun model
pemberdayaan ekonomi pesantren yang ditunjukkan dalam
bentuk unit-unit usaha di pondok, diterapkan dalam kegiatan bidang
produksi dan jasa. Terdapat 11 unit usaha yang dikelola oleh para
ustadzah dan santri. Pengelolaan unit-unit usaha dalam proses
kegiatan produksi maupun kegiatan laporan administrasi keuangan
dilakukan sendiri oleh para staff pengelola unit usaha. Walaupun
dalam beberapa sektor unit usaha terdapat karyawan dari
masyarakat luar pondok yang ikut membantu dalam memproduksi.
Pengelolaan unit-unit usaha juga menerapkan sistem ekonomi
proteksi yang bertujuan untuk perlindungan kesehatan para santri
dari bahan-bahan makanan yang berbahaya, perlindungan akan
produksi dalam negeri (dalam hal ini yang dimaksud adalah pondok
pesantren), dan eksploitasi para Kyai yang sekiranya dapat berbuat
curang dalam mengambil keuntungan dari hubungannya dengan
perusahaan-perusahaan luar yang masuk dalam pondok. Implikasi
Pemberdayaan Ekonomi Pesantren Dalam Upaya Menciptakan
Kemandirian Ekonomi Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 5
Kemandirian pondok pesantren dalam mengembangkan sistem

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


47

akademisi maupun non akademisi merupakan suatu kesimpulan


hasil dalam pemberdayaan di pondok pesantren. Karena pada
hakikatnya, tujuan dari pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau
hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu
masyarakat yang berdaya memiliki kekuasaan atau pengetahuan
dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang
bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian
berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Adapun implikasi yang
muncul pada kegiatan pemberdayaan ekonomi pesantren di Pondok
Modern Darussalam Gontor Putri 5 adalah munculnya pengetahuan
tentang ekonomi dan bisnis bagi para santri, munculnya etos kerja
santri dan juga implikasi pada keberlanjutan pondok pesantren.
Sehingga dalam hal ini, pondok pesantren dapat mempertahankan
eksistensi kelembagaannya.
Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu
Judul dan Metode
NO. Persamaan Perbedaan
Nama Peneliti Penelitian
1. Pemberdayaan Usaha Pendekatan Persamaan Perbedaan antara
Mikro Kecil dan yang antara penelitian penelitian ini dan
Menengah (UMKM) digunakan ini dan penelitian penelitian Rohmah
Pada Lembaga adalah Rohmah ialah ialah pada objek
Inkubator Bisnis kualitatif sama-sama penelitiannya. Objek
Baznas mengkaji penelitian ini adalah
pemberdayaan lembaga pendidikan
(Rohmah. N. 2017) UMKM pesantren modern
sedangkan pada
penelitian Rohmah
adalah Lembaga
Inkubator Bisnis
Baznas.

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


48

2. Analisis Pendekatan Persamaan Perbedaan antara


Pemberdayaan Usaha yang antara penelitian penelitian ini dan
Mikro Kecil Dan digunakan ini penelitian Jayadi ialah
Menengah (UMKM) adalah dan penelitian pada objek
Masyarakat Desa kualitatif Jayadi ialah penelitiannya. Objek
Melalui Program Unit sama-sama penelitian ini adalah
Pengelola Kegiatan mengkaji lembaga pendidikan
(UPK) Untuk pemberdayaan pesantren modern
Membangun Ekonomi UMKM sedangkan pada
Lokal (Studi Kasus penelitian Rohmah
pada Kecamatan adalah melalui
Pajangan Kabupaten Program Unit
Bantul) Pengelola Kegiatan
(UPK) Kecamatan
(Jayadi. Y. S. 2017)
Pajangan, Bantul
3. Pengembangan Pendekatan Persamaan Perbedaan antara
Kemandirian yang antara penelitian penelitian ini dan
Pesantren Melalui digunakan ini penelitian Maksum &
Program adalah dan penelitian Wadji terletak pada
Santripreneur kualitatif Maksum & Wadji fokus penelitian,
terletak dimana penelitian ini
(Maksum, T & Wajdi, pada objek berfokus untuk
M.B.N. 2018) penelitian, mengkaji
yaitu sama pmberdayaan UMKM
sama mengkaji pesantren modern.
kegiatan ekonomi Sedangkan penelitian
pada lembaga Maksum & Wadji
pendidikan berfokus kepada
pondok pesantren pengembangan
kemandirian
pesantren melalui
wirausaha.

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


49

4. Analisis Dalam Persamaan Perbedaan penelitian


Pemberdayaan penelitian ini penelitian ini dan ini dan penelitian
UMKM dan digunakan penelitian Sedyastuti ialah pada
Peningkatan Daya pendekatan Sedyastuti ialah objek penelitian,
Saing dalam Kancah kualitatif pada topik dimana penelitian ini
Pasar Global penelitiannya pada lembaga pondok
yang sama-sama pesantren modern.
(Sedyastuti, K. 2018) membahas Sedangkan penelitian
pemberdayaan Sedyastuti pada
UMKM peningkatan pasar
global.
5. Model Pemberdayaan Pendekatan Persamaan Perbedaan antara
Ekonomi Pesantren yang antara penelitian penelitian ini dan
(Studi Kasus Uit-Unit digunakan ini dan penelitian penelitian Januari
Usaha di Pondok adalah Januari terletak terletak pada lokus
Modern Darussalam kualitatif pada fokus penelitian, dimana
Gontor Putri 5 penelitian, penelitian ini lokusnya
yaitu sama ialah Pondok Modern
(Januari. A.T., 2018) sama mengkaji Darussalam Gontor
pemberdayaan Kampus Pusat
UMKM pada
lembaga Sedangkan penelitian
pendidikan Januari pada cabang
pondok pesantren Pondok Pesantren
Darussalam Gontor
yaitu Gontor Putri 5

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


50

2.3. Kerangka Pemikiran


Kerangka pikir penelitian merupakan penggambaran atas
lingkup penelitian yang menunjukkan keterkaitan antar setiap
tahapan penelitian. Adapun tahapan yang dimaksud dapat
digolongkan menjadi empat bagian, yaitu bagian input, process,
output, dan outcome.
Tahap input menjelaskan mengenai permasalahan yang
diangkat dalam penelitian, yaitu terkait permasalahan yang saat ini
sedang dihadapi Lembaga Pendidikan, yaitu pegaruh globalisasi
yang masif yang dapat mempengaruhi kehidupan berbangsa dan
bernegara; Kesejahteraan dan kemandirian ekonomi Lembaga
Pendidikan; dan Kewajiban bela negara;
Tahap proses merupakan tahap yang berkaitan dengan
pengumpulan dan analisis data penelitian. Data penelitian ini
dikumpulkan menggunakan empat metode, yaitu wawancara
mendalam, observasi, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Data
tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif.
Tahap selanjutnya menjelaskan mengenai output penelitian,
yang dalam konteks penelitian ini berupa model pemberdayaan.
Tahap terakhir, yaitu outcome menjelaskan hasil yang diharapkan
dapat dicapai dari penelitian, yang dalam konteks penelitian in
berupa kemandirian ekonomi pondok pesantren. Dengan
kemandirian yang dimiliki, pesantren akan menjadi lembaga
pendidikan yang baik dari sistem pembelajaran maupun pendanaan.

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


51

Berikut ini gambar kerangka berpikir dari penelitian ini:

INPUT :

Globalisasi yang dapat mempengaruhi kehidupan


berbangsa dan bernegara

Tidak sedikit pondok pesantren yang mengandalkan


swadaya pendidik, iuran bulanan santri, dan donatur.

Banyak pengelolaan uit usaha pondok pesantren yang


belum maksimal

PROSES :
Landasan Teori
Tujuan Penelitian - Pertahanan
- Menganalisis Negara Metodologi penelitian:
pemberdayaan UMKM - Ekonomi - Wawancara
dalam mendukung - Observasi
Pertahanan
ekonomi pertahanan. - Dokumentasi
- Menganalisis dampak - Pemberdayaan
- Pembinaan - Studi literatur
pemberdayaan UMKM
- Menganalisis upaya Kesadaran Bela
Pembinaan Kesadaran Negara
Bela Negara pada.

OUTPUT :
Peningkatan Pendapatan
dan Pengembangan
Pengajaran Bela Negara

OUTCOME :

1. Pesantren yang kuat secara ekonomi


2. Pesantren yang berkarakter bela negara
3. Kekuatan Ekonomi Nasional

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran


Sumber : Diolah oleh peneliti, 2021

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode dan Desain Penelitian


Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat post-positivisme yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah, dimana dalam penelitian ini peneliti
sebagai instrumen kunci (human instrument), sehingga peneliti harus
memiliki bekal teori dan wawasan yang luas terhadap penelitian yang
sedang di teliti agar mampu bertanya, menganalisis, memotret dan
mengkonstruksi situasi sosial yang sedang diteliti dengan lebih jelas
dan bermakna. Pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowball. Pada penelitian ini pula teknik pengumpula
data yang nanti akan diambil mengguanakan teknik pengumpulan
secara triangulasi. Kondisi ini menyebabkan hasil penelitian ini lebih
menekankan pada makna dari data yang telah diperoleh selam
proses penelitian berlangsung. (Sugiyono, 2012).
Berdasarkan pada perumusan masalah dan tujuan penelitian,
maka penelitian ini mengambil perspektif desain penelitian analisis
deskriptif. Analisis deskriptif dipilih karena penelitian yang dilakukan
berkaitan dengan peristiwa yang sedang berlangsung dan berkenaan
dengan kondisi di masa sekarang. Metode deskriptif analitis
merupakan metode yang bertujuan mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap suatu objek penelitian yang sedang diteliti
melalui sampel atau data yang telah terkumpul dan membuat
kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono, 2011)
Desain dalam penelitian ini dilakukan dengan megumpulkan
data melalui wawancara dan studi dokumentasi. Berangkat dari
karakteristik sebuah penelitian kualitatif yang telah dijabarkan pada
metode penelitian, maka dapat dikemukakan bahwa dalam penelitian
52
53

ini, peneliti berlaku secara langsung sbegaai peneliti utama (key


instrument) yang melakukan proses penelitian dan aktif
mewawancarai dan mengumpulkan data-data yang diperoleh dari
informan. Selanjutnya data sekunder diperoleh lebih lanjut berupa
berupa dokumen sekolah, studi terdahulu, buku, jurnal, ataupun
berita.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Pelaksanaan penelitian Pemberdayaan Pesantren Modern
Darussalam Gontor Kabupaten Ponorogo dalam Rangka
Peningkatan Pendapatan dan Pengembangan Pengajaran guna
mendukung Ekonomi Pertahanan diuraikan dalam penjelasan
berikut:

3.2.1. Tempat Penelitian


Tempat penelitian adalah lokasi yang ditentukan untuk
mendapatkan data penelitian. Tempat penelitian ini dilakukan di
Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus Pusat.

3.2.2. Waktu Penelitian


Penelitian ini dirancang sejak bulan Juli 2021 dan pelaksanaan
penelitian dimulai pada bulan Oktober hingga November untuk
melakukan pengumpulan data data di lokasi penelitian dan
pengolahan data. Adapun jadwal penelitian yang dirancang
dijabarkan pada tabel berikut:

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


54

Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian

Tahun/Bulan
No. Kegiatan 2021 2022
7 8 9 10 11 12 1 2
Pengajuan Judul dan
1
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal /
2
Usulan Penelitian
Revisi Proposal/
3
Usulan Penelitian
Proses Pengumpulan
4
& Pengolahan Data

5 Proses Analisa Data

Penyusunan Draft
6
Tesis

7 Pra Sidang Tesis

8 Sidang Tesis

9 Revisi Tesis

Penyerahan Naskah
10
Tesis
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2021

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


55

3.3. Subyek dan Obyek Penelitian


3.3.1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang atau apa saja yang bisa menjadi
sumber dalam memberikan informasi atau data penelitian. Subjek
penelitian merupakan sesuatu yang diteliti baik orang, benda,
ataupun lembaga (organisasi). Subjek penelitian pada dasarnya
adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering
digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling.
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan yaitu purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik peagambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini,
misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang
kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
mudah meneliti dan menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.
memudahkan peneliti menjelajahi
Dengan pengertian tersebut maka peneliti menjadikan subyek
penelitiannya sebagai berikut:
1) Ketua Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor
2) Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor
3) Ketua Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok
Modern (YPPWPM)
4) Ketua Kopontren La Tansa Pondok Modern
5) Ustadz/Kepala Unit Usaha Pondok Modern Darussalam Gontor
6) Santri Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus Pusat
7) Masyarakat sekitar Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus
Pusat
8) Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat
Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama RI

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


56

3.3.2. Obyek Penelitian


Menurut Spradley (1980) dalam Sugiyono (2012 : 389) dalam
penelitian kualitatif tidak mengenal populasi tetapi dinamakan social
situation atau situasi sosialyng terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat
(place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi
secara sinergis.
Tetapi sebenarnya obyek penelitian kualitatif, juga bukan
semata-mata pada situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen
tersebut, tetapi juga bisa berupa peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan,
binatang, kendaraan dan sejenisnya. Seorang peneliti yang
mengamati secara mendalam tentang perkembangan tumbuh-
tumbuhan tertentu, kinerja mesín, menelusuri rusaknya alam, adalah
merupakan proses penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012 : 390).
Berdasarkan pengertian di atas, maka pada penelitian ini,
objek penelitian adalah UMKM Pondok Modern Darussalam Gontor
dan Pondok Pesantren Modern Maahijussadat Rangkasbitung.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,
maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar
data yang ditetapkan (Sugiyono, 2012 : 401).
Untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik
pengumpulan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan
kepustakaan.

3.4.1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan peninjauan secara langsung. Metode observasi adalah
adalah teknik pengumpulan data mempunyai ciri-ciri yang spesifik

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


57

bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancra dan


kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi
dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga
obyek-obyek alam yang lain (Sugiyono, 2015).
Dalam penelitian ini, dalam kegiatan observasi dimulai dengan
pengamatan secara menyeluruh dan selanjutnya diarahkan kepada
hal yang lebih terfokus.

3.4.2. Wawancara
Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2012) mendefiniskan
wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus ditcliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-
hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data
ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendıri atau self-
report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan
pribadi. Interview merupakan hatinya penelitian sosial. Bila anda lihat
jurnal dalam ilmu scsial, maka akan anda temui semua penelitian
sosial didasarkan pada interview, baik yang standar maupun yang
dalam. menyatakan bahwa
Susan Stainback (1988) mengemukakan balıwa dengan
wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang partisipan dalanı inenginterprestasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, di mana hai ini tidak bisa ditemukan meialui
observasi. Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik
mendalam. Selama observasi partisipatif dengan wawancara
melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada
orang-orang yang ada di dalamnya (Sugiyono, 2012 : 412).

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


58

3.4.3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera,
biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar,
misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar,
patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif. Dalam hal dokumen Bogdan dalam Sugiyono (2012)
menyatakan "In most tradition of qualitative research, the phrase
personal document is used broadly to refer to any first person
narrative produced by an individual which describes lis or her own
actions, experience and belief"

3.4.4. Kepustakaan
Kepustakaan merupakan kegiatan mencari atau menggali
informasi atau pengetahuan yang berhubungan dengan penelitian ini
melalui sumber-sumber ilmiah seperti buku-buku, peraturan
perundang-undangan, jurnal dan lainnya.
Dalam penelitian ini, studi pustaka dilakukan untuk
menguatkan informasi yang di dapat berdasarkan pada literatur-
literatur yang ada. Peneliti juga akan mendalami, mencermati,
menelaah, mengidentifikasi pengetahuan yang ada dalam sumber
kepustakaan seperti jurnal, sumber bacaan, buku-buku referensi,
atau hasil peneliian lain yang telah dilakukan sebelumnya. Maka dari
itu, kegunaan dari melakukan pengumpulan data melalui studi
pustaka, selain berfungsi untuk mendukung data primer yang
diperoleh dari lapangan, teknik ini juga bermanfaat untuk memahami

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


59

konsep-konsep ilmiah maupun teori-teori yang ada kaitannya dengan


fokus penelitian yang akan di teliti.

3.5. Pemeriksaan Keabsahan Data


Untuk mendapatkan data yang valid, peneliti menggunakan
teknik triangulasi sebagai salah satu bentuk pengumpulan data pada
penelitian kualitatif. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi
diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data
dengan triangulasi, maka sebenamya peneliti mengumpulkan data
yang sekaligus mcnguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas
data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber data. Trianggulasi teknik, berarti peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan
data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi
partisipatif wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber
data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti untuk
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik
yang sama (Sugiyono, 2012 : 423).

3.6. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara
sisteatis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, selanjutnya membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh peneliti maupun orang lain (Sugiyono, 2012:
428). Teknik analisis Model Miles and Huberman dalam Sugiyono
(2012 : 430) :

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


60

3.6.1. Data Condensation (Kondensasi Data)


Kondensasi data mengacu pada proses pemilihan,
pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan/atau transformasi data
yang muncul dalam korpus (tubuh) lengkap catatan lapangan tertulis,
transkrip wawancara, dokumen, dan bahan empiris lainnya. Dengan
kondensasi, membuat data lebih kuat (Miles. Huberman. Saldana :
2014).

3.6.2. Data Display (Penyajian Data)


Aliran utama kedua dari aktivitas analisis adalah penyajian
data. Secara umum, penyajian adalah kumpulan informasi yang
terorganisir dan terkompresi yang memungkinkan penarikan
kesimpulan dan tindakan. Data display membantu kita memahami
apa yang terjadi dan melakukan sesuatu—baik menganalisis lebih
lanjut atau mengambil tindakan—berdasarkan pemahaman itu
(Miles. Huberman. Saldana : 2014).

3.6.3. Drawing and Verifying Conclusions (Menggambar dan


Memverifikasi Kesimpulan)
Aliran kegiatan analisis yang ketiga adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Dari awal pengumpulan data, analis
kualitatif menafsirkan apa yang dimaksud dengan mencatat pola,
penjelasan, alur sebab akibat, dan proposisi. Peneliti yang kompeten
memegang kesimpulan ini dengan ringan, mempertahankan
keterbukaan dan skeptisisme, tetapi kesimpulannya masih ada, pada
awalnya tidak jelas, kemudian semakin eksplisit dan membumi.
Kesimpulan ―final‖ mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data
selesai, tergantung pada ukuran korpus catatan lapangan; metode
pengkodean, penyimpanan, dan pengambilan yang digunakan;
kecanggihan peneliti; dan tenggat waktu yang diperlukan untuk
dipenuhi (Miles. Huberman. Saldana : 2014).

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


61

DAFTAR PUSTAKA

Buku & Undang-Undang


Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. (2015). Buku Putih
Pertahanan Indonesia.
Ghofur, R.A. (2016). Pola Pemberdayaan UMKM dalam Meningkatkan
Ekonomi Pesantren. Bandar Lampung: Seksi Penerbitan Fakultas
Syariah Institut Agama Islam Negeri Raden Intan.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 40/KMK.06/2003
Tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil.
Matthew B. Miles, A. Michael Huberman, Johnny Saldaña. (2014).
Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook. California: SAGE
Publications
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta
Supandi, (2019). Ekonomi Pertahanan (Defense Economics) 13 Wawasan
Studi Ilmu Ekonomi Pertahanan. Jakarta: Makmur Cahaya Ilmu.
Supandi, (2020). Model percepatan pembangunan ekonomi nasional di
pulau-pulau kecil terluar (pkt) kawasan strategis nasional tertentu
(ksnt) dengan pendekatan ekonomi pertahanan. Jakarta: UNHAN.
Yusgiantoro, Purnomo. (2014). Ekonomi Pertahanan: Teori dan Praktik.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Udang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 Tentang
Pertahanan Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 Tetang
Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


62

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2019


Tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan
Negara.

Tesis & Jurnal


Adhim, Basyirun. (2016). Santri dan Penguatan Praktek Bela Negara:
Studi Kasus Ponpes SPMAA. Vol. 2, No. 1
Fahri & Ahmad. (2017). Pemberdayaan Kemandirian Ekonomi Berbasis
Pesantren Melalui Program Santripreuner. Prosiding LPPM UIKA
Bogor.
Fasa, Muhammad Iqbal. (2014). Manajemen Unit Usaha Pesantren. Tesis
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga; Yogyakarta.
Fauzi, Muhammad. (2017). Pengaruh rasio likuiditas, solvabilitas dan
rentabilitas terhadap kinerja keuangan kopontren Al Hidayaat
Kecamatan Pringapus Kab. Semarang tahun 2009-2014. Tesis
Sarjana (S1). Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Harjito, et all. (2008). Studi Potensi Ekonomi dan Kebutuhan Pondok
Pesantren SeKaresidenan Kedu Jawa Tengah.JurnalFenomena.6(1).
Muhajir. (2014). Pesantren Sebagai Institusi Pendidikan Islam (Pesantren
Akomodatif dan Alternatif). Jurnal Saintifika Islamica. 1 (2).
Muttaqin, Rizal. (2011). Kemandirian Dan Pemberdayaan Ekonomi
Berbasis Pesantren (Studi atas Peran Pondok Pesantren Al-Ittifaq
Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung terhadap Kemandirian
Eknomi Santri dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Sekitarnya).
Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia. 1 (2).
Nurhadi, Rofiq. (2017). Pendidikan Nasionalisme-Agamis dalam
Pandangan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyfari.
CAKRAWALA: Jurnal Studi Islam. 12 (2).
Rohmah, Nurul. (2017). Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS (Skripsi). Program

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


63

Studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu


Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Royani, Ahmad. 2018. Pesantren dalam Bingkai Sejarah Perjuangan
Kemerdekaan Indonesia. Jurnal Islam Nusantara. 02 (01).
Ulfa. (2016). Efektivitas Pendidikan Pesantren Dalam Meningkatkan Rasa
Nasionalisme. Al Ulya : Jurnal Pendidikan Islam. 1 (1).
Suwandoko, Yasnanto, dan Widiyanto. 2020. Penguatan Sikap Bela
Negara Siswa dalam Menangkal Radikalisme. Jurnal Kalacakra.1(1).
Syamsuri dan Tamkin J. 2016. Eksistensi dan Kontribusi Pondok Modern
Darussalam Gontor Dalam Pembangunan Sumber Daya Manusia.
University of Malaya Malaysia. 11 (22).
Wibowo, H. Agoes Hari Edy. 2020. Analisis Rasio Terhadap Kinerja
Keuangan (Studi Kasus Pada Kopontren Hidmat Periode 2015-
2019). Retrieved from https://www.academia.edu/45057075/Ratio_
Analysis_for_Financial_Performance_Case_Study_on_the_Kopontre
n_Hidmat_Periode_of_2015_2019, diakses 11 September 2021.

Website/Artikel Online
Dewan Ketahanan Nasional Republik Indonesia. (2018). ―Bela Negara :
Pengertian, Unsur, Fungsi, Tujuan Dan Manfaat Bela Negara‖.
Retrieved from https://www.wantannas.go.id/2018/10/19/bela-negara
-pengertian-unsur-fungsi-tujuan-dan-manfaat-bela-negara/, diakses
pada 10 September 2021.
Kementrian Agama RI. (2017). ―Jumpa Ponpes: Silaturahmi Dan
Pembinaan Tenaga Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Untuk
Perkembangan Pondok Pesantren‖. Retrieved from
https://ntb.kemenag.go.id/baca/1613455020/jumpa-ponpes-silaturah
mi-dan-pembinaan-tenaga-pendidik-dan-tenaga-kependidikan-untuk-
perkembangan-pondok-pesantren, diakses pada 1 September 2021.
Kementrian Agama RI. Beranda Direktorat Pendidikan Diniyah dan
Pondok Pesantren. ―Data Pesantren dan Pendidikan Keagamaan

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


64

Islam‖. Retrieved from https://ditpdpontren.kemenag.go.id/ diakses


pada 19 Septermber 2021
Kementrian Pertahanan RI. (2014). ―Sejarah Bela Negara‖. Retrieved from
https://www.kemhan.go.id/belanegara/sejarah-bela-negara, diakses
pada 10 September 2021
Kementrian Pertahanan RI. (2017). ―Penguatan SDM Komponen
Pendukung Pertahanan Negara Bagi Santri Pondok Pesantren di
Magelang Jawa Tengah‖. Retrieved from https://www.kemhan.go.id/
pothan/2017/03/20/penguatan-sdm-komponen-pendukung-pertahan
an-negara-bagi-santri-pondok-pesantren-di-magelang-jawa-tengah.
html, diakses pada 9 Agustus 2021.
Kementrian Pertahanan RI. (2017). ―Dua Langkah Kemenag Berdayakan
Ekonomi Pesantren‖ Retrieved from https://kemenag.go.id/berita/
read/505046/dua-langkah-kemenag-berdayakan-ekonomi-pesantren,
diakses pada 9 Agustus 2021.
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia. (2021). ―Agus Widjojo:
Pancasila Merupakan Nilai Luhur dari Budaya Bangsa―. Retrieved
from http://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/1150-
agus-widjojo-kesadaran-bela-negara-hakikatnya-adalah-sedia-
berbakti-dan-berkorban-untuk-negara.
Pangkalan Data Pondok Pesantren. (2021). Retrieved from
https://ditpdpontren.kemenag.go.id/pdpp/grafik diakses pada 28
Agustus 2021.
Tempo. (2021). ―Airlangga Bidik Potensi Ekonomi Syariah 31 Ribu
Pesantren‖ Retrieved from https://bisnis.tempo.co/read/1471993/
airlangga-bidik-potensi-ekonomi-syariah-31-ribu-pesantren/full&view
=ok, diakses pada 28 Agustus 2021.
Tempo. (2021). ―Jumlah UMKM di Indonesia‖ Retrieved from
https://data.tempo.co/read/1111/jumlah-umkm-di-indonesia, diakses
pada 9 Agustus 2021

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


65

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

PEMBERDAYAAN PONDOK MODERN DARUSSALAM


GONTOR KABUPATEN PONOROGO DALAM RANGKA
MENINGKATKAN PENDAPATAN DAN PENGEMBANGAN
PENGAJARAN GUNA MENDUKUNG EKONOMI
PERTAHANAN

PEDOMAN WAWANCARA

POPY RILVIA
NIM : 120200203012

FAKULTAS MANAJEMEN PERTAHANAN


PROGRAM STUDI EKONOMI PERTAHANAN

JAKARTA
2021

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


66

PEDOMAN WAWANCARA
Informan : Ketua Badan Wakaf Pondok Modern
Darussalam Gontor
Hari/Tanggal/Bulan/Tahun :
Pukul :
Tempat : Pondok Modern Darussalam Gontor
Kampus Pusat
Kode : A
Pertanyaan:
I. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Pondok
Modern Darussalam Gontor
1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok?
2. Apa visi misi Pondok?
3. Apa saja upaya pondok dalam mengembangkan eksistensi
pondok?
4. Berapa jumlah santri yang belajar di pondok?
5. Berapa pendapatan dari seluruh UMKM?
6. Bagaimana awal mula kegiatan UMKM pondok dalam rangka
untuk meningkatkan pendapatan?
7. Bagaimana mengatur jadwal antara kegiatan mengajar, mengelola
unit usaha, dan perkuliahan?
8. Berapa Jenis UMKM yang sudah di berdayakan oleh Pondok?
9. Seberapa besar modal yang diberikan pondok pada setiap unit
usaha?
10. Bagaimana perwujudan kebijakan publik yang transparan,
akuntabel, dan berkeadilan?
11. Bagaimana pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan
berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi UMKM?
12. Bagaimana peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


67

13. Bagaimana penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan


pengendalian secara terpadu?
14. Bagaimana penumbuhan iklim usaha yang mendukung
pengembangan UMKM?
15. Bagaimana pengembangan dan pembinaan UMKM?
16. Apakah Ada kerjasama dan kemitraan yg erat antara yg telah maju
dgn yg masih lemah & belum berkembang.
17. Apakah Ada kebijakan dalam pembedayaan UMKM?
18. Bagaimana pemberian peluang atau akses yang lebih besar
kepada aset produksi (khususnya modal)?
19. Bagaimana mendorong munculnya wirausaha baru?
20. Bagaimana kegiatan peningkatan akses bantuan modal usaha?
21. Bagaimana kegiatan peningkatan akses pengembangan SDM?
22. Bagaimana upaya pondok dalam menciptakan suasana / iklim
kondusif yang memungkinkan potensi berkembang di masyarakat?
23. Bagaimana upaya pondok dalam memperkuat potensi dan daya
yang dimiliki oleh masyarakat?
24. Apa saja upaya pondok dalam memberikan perlindungan?
25. Apa yang dilakukan pondok dalam memberikan bimbingan dan
dukungan pada masyarakat?
26. Bagaimana cara pondok dalam memelihara kondisi yang kondusif
tetap seimbang di masyarakat?
27. Usaha apa saja yang melibatkan masyarakat dan jenis usaha
seperti apa?
28. Apakah dalam pemberdayaannya sudah menggunakan e
commerce?
29. Bermitra dengan e commerse mana saja?
30. Bagaimana bentuk mitra dan kerja samanya?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


68

II. Dampak pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah


(UMKM) Pondok Modern Darussalam Gontor terhadap
peningkatan pendapatan dan pengembangan pengajaran
1. Jenis unit usaha yang seperti apa yang menjadi penunjang
peningkatan pendapatan?
2. Bagaimana dampak pengelolaan unit usaha dalam menciptakan
kemandirian pondok?
3. Adakah perbedaan signifikan dari sebelum diberdayakan oleh
pondok modern gontor, kemudian setelah diberdayakan?
Kemudian dari segi apa perbedaannya (semua usaha yang sudah
diberdayakan)?
4. Profit yang dihasilkan dari tiap unit usaha digunakan untuk apa
saja?
5. Apakah saat menjadi santri juga turut merasakan dampak
pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pondok
Modern Darussalam Gontor terhadap peningkatan pendapatan
dan pengembangan pengajaran?
6. Program pembelajaran apa saja yang dilaksanakan oleh pondok?
7. Adakah program untuk meningkatkan keterampilan dan skill?
8. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan produktif secara spiritual untuk
dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia global?
9. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan produktif secara ekonomis untuk
dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia global?
10. Bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan
UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri?
11. Bagaimana meningkatkan peran UMKM dalam pengkatan
pendapatan, pengembangan pengajaran, penciptaan lapangan
kerja?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


69

III. Pembinaan dan Pelatiahn pengembangan UMKM untuk Santri.


1. Apakah ada pelatihan kewirausahaan di Pondok?
2. Apakah santri maupun ustadz/ah ikut serta mengelola unit usaha?
3. Apa saja upaya yang dilakukan pondok dalam pembinaan
pengembangan untuk santri?
4. Bagaimana penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan
kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk
berkarya?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


70

PEDOMAN WAWANCARA
Informan : Pimpinan Pondok Modern Darussalam
Gontor
Hari/Tanggal/Bulan/Tahun :
Pukul :
Tempat : Pondok Modern Darussalam Gontor
Kampus Pusat
Kode : B
Pertanyaan:
I. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Pondok
Modern Darussalam Gontor
1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok?
2. Apa visi misi Pondok?
3. Apa saja upaya pondok dalam mengembangkan eksistensi
pondok?
4. Berapa jumlah santri yang belajar di pondok?
5. Berapa pendapatan dari seluruh UMKM?
6. Bagaimana awal mula kegiatan UMKM pondok dalam rangka
untuk meningkatkan pendapatan?
7. Bagaimana mengatur jadwal antara kegiatan mengajar, mengelola
unit usaha, dan perkuliahan?
8. Apakah santri maupun ustadz/ah ikut serta mengelola unit usaha?
9. Berapa Jenis UMKM yang sudah di berdayakan oleh Pondok?
10. Seberapa besar modal yang diberikan pondok pada setiap unit
usaha?
11. Bagaimana perwujudan kebijakan publik yang transparan,
akuntabel, dan berkeadilan?
12. Bagaimana pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan
berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi UMKM?
13. Bagaimana peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


71

Menengah?
14. Bagaimana penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian secara terpadu?
15. Bagaimana penumbuhan iklim usaha yang mendukung
pengembangan UMKM?
16. Bagaimana pengembangan dan pembinaan UMKM?
17. Apakah Ada kerjasama dan kemitraan yg erat antara yg telah maju
dgn yg masih lemah & belum berkembang.
18. Apakah Ada kebijakan dalam pembedayaan UMKM?
19. Bagaimana pemberian peluang atau akses yang lebih besar
kepada aset produksi (khususnya modal)?
20. Bagaimana mendorong munculnya wirausaha baru?
21. Bagaimana kegiatan peningkatan akses bantuan modal usaha?
22. Bagaimana kegiatan peningkatan akses pengembangan SDM?
23. Bagaimana upaya pondok dalam menciptakan suasana / iklim
kondusif yang memungkinkan potensi berkembang di masyarakat?
24. Bagaimana upaya pondok dalam memperkuat potensi dan daya
yang dimiliki oleh masyarakat?
25. Apa saja upaya pondok dalam memberikan perlindungan?
26. Apa yang dilakukan pondok dalam memberikan bimbingan dan
dukungan pada masyarakat?
27. Bagaimana cara pondok dalam memelihara kondisi yang kondusif
tetap seimbang di masyarakat?
28. Usaha apa saja yang melibatkan masyarakat dan jenis usaha
seperti apa?
29. Apakah dalam pemberdayaannya sudah menggunakan e
commerce?
30. Bermitra dengan e commerce mana saja?
31. Bagaimana bentuk mitra dan kerja samanya?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


72

II. Dampak pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah


(UMKM) Pondok Modern Darussalam Gontor terhadap
peningkatan pendapatan dan pengembangan pengajaran
1. Jenis unit usaha yang seperti apa yang menjadi penunjang
peningkatan pendapatan?
2. Bagaimana dampak pengelolaan unit usaha dalam menciptakan
kemandirian pondok?
3. Adakah perbedaan signifikan dari sebelum diberdayakan oleh
pondok modern gontor, kemudian setelah diberdayakan?
Kemudian dari segi apa perbedaannya (semua usaha yang sudah
diberdayakan)?
4. Profit yang dihasilkan dari tiap unit usaha digunakan untuk apa
saja?
5. Apakah saat menjadi santri juga turut merasakan dampak
pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pondok
Modern Darussalam Gontor terhadap peningkatan pendapatan
dan pengembangan pengajaran?
6. Program pembelajaran apa saja yang dilaksanakan oleh pondok?
7. Adakah program untuk meningkatkan keterampilan dan skill?
8. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan produktif secara spiritual untuk
dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia global?
9. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan produktif secara ekonomis untuk
dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia global?
10. Bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan
UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri?
11. Bagaimana meningkatkan peran UMKM dalam pengkatan
pendapatan, pengembangan pengajaran, penciptaan lapangan
kerja?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


73

III. Pembinaan kesadaran bela negara pada santri Pondok Modern


Darussalam Gontor.
1. Apakah ada pelatihan kewirausahaan di Pondok?
2. Apakah santri maupun ustadz/ah ikut serta mengelola unit usaha?
3. Apa saja upaya yang dilakukan pondok dalam pembinaan
pengembangan untuk santri?
4. Bagaimana penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan
kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk
berkarya?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


74

PEDOMAN WAWANCARA
Informan : Ketua Yayasan Pemeliharaan dan
Perluasan Wakaf Pondok Modern
(YPPWPM)
Hari/Tanggal/Bulan/Tahun :
Pukul :
Tempat : Pondok Modern Darussalam Gontor
Kampus Pusat
Kode : c
Pertanyaan:
I. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Pondok
Modern Darussalam Gontor
1. bagaimana pola pemberdayaan pada masing-masing usaha?
2. Apa saja tahapan yang ditetapkan pondok dalam pemberdayaan?
3. Berapakah jumlah SDM yang mengelola UMKM?
4. Kendala apa saja yang dirasakan ketika mengelola uit usaha?
5. Dari mana Sumber dana yang digunakan dalam UMKM?
6. Upaya apa saja yang dilakukan dalam peningkatan
pengembangan SDM?
7. Apakah ada pelatihan UMKM di pondok?
8. Apa saja penghambat dalam pemberdayaan UMKM Pondok?
9. Bagaimana sistem pelaporan program kerja, hasil usaha, dan
kendala pada setiap unit usaha?
10. Bagaimana penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan
kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk
berkarya?
11. Bagaimana perwujudan kebijakan publik yang transparan,
akuntabel, dan berkeadilan?
12. Bagaimana pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan
berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi UMKM?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


75

13. Bagaimana peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan


Menengah?
14. Bagaimana penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian secara terpadu?
15. Bagaimana penumbuhan iklim usaha yang mendukung
pengembangan UMKM?
16. Bagaimana pengembangan dan pembinaan UMKM?
17. Apakah ada kerjasama dan kemitraan yang erat antara yang telah
maju dengan yang masih lemah & belum berkembang?
Bagaimana?
18. Apakah ada kebijakan dalam pembedayaan UMKM?
19. Bagaimana pemberian peluang atau akses yang lebih besar
kepada aset produksi (khususnya modal)?
20. Bagaimana mendorong munculnya wirausaha baru?
21. Bagaimana kegiatan peningkatan akses bantuan modal usaha?
22. Bagaimana kegiatan peningkatan akses pengembangan SDM
23. Bagaimana upaya pondok dalam menciptakan suasana / iklim
kondusif yang memungkinkan potensi berkembang di masyarakat?
24. Bagaimana upaya pondok dalam memperkuat potensi dan daya
yang dimiliki oleh masyarakat?
25. Apa saja upaya pondok dalam memberikan perlindungan?
26. Apa yang dilakukan pondok dalam memberikan bimbingan dan
dukungan pada masyarakat?
27. Bagaimana cara pondok dalam memelihara kondisi yang kondusif
tetap seimbang di masyarakat?
28. Usaha apa saja yang melibatkan masyarakat?
29. Apakah ada pelatihan UMKM pada masyarakat?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


76

II. Dampak pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah


(UMKM) Pondok Modern Darussalam Gontor terhadap
peningkatan pendapatan dan pengembangan pengajaran
1. Apakah dampak yang dirasakan dari pemberdayaan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM)?
2. Jenis unit usaha yang seperti apa yang menjadi penunjang
peningkatan pendapatan?
3. Unit usaha apa yang profitnya paling baik?
4. Unit usaha apa yang yang mengalami tren perkembangan yang
positif atau sangat baik?
5. Bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan
UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri?
6. Bagaimana meningkatkan peran UMKM dalam pengkatan
pendapatan, pengembangan pengajaran, penciptaan lapangan
kerja?
7. Jenis unit usaha yang seperti apa yang menjadi penunjang
peningkatan pendapatan?
8. Bagaimana dampak pengelolaan unit usaha dalam menciptakan
kemandirian pondok?
9. Adakah perbedaan signifikan dari sebelum diberdayakan oleh
pondok modern gontor, kemudian setelah diberdayakan?
Kemudian dari segi apa perbedaannya (semua usaha yang sudah
diberdayakan)?
10. Profit yang dihasilkan dari tiap unit usaha digunakan untuk apa
saja?
11. Apakah saat menjadi santri juga turut merasakan dampak
pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pondok
Modern Darussalam Gontor terhadap peningkatan pendapatan
dan pengembangan pengajaran?
12. Program pembelajaran apa saja yang dilaksanakan oleh pondok?
13. Adakah program untuk meningkatkan keterampilan dan skill?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


77

14. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia


yang memiliki kompetensi dan produktif secara spiritual untuk
dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia global?
15. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan produktif secara ekonomis untuk
dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia global?
16. Bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan
UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri?
17. Bagaimana meningkatkan peran UMKM dalam pengkatan
pendapatan, pengembangan pengajaran, penciptaan lapangan
kerja?

III. Pembinaan dan Pelatihan Pengembangan UMKM pada santri


Pondok Modern Darussalam Gontor.
1. Apakah ada pelatihan kewirausahaan di Pondok?
2. Apakah santri maupun ustadz/ah ikut serta mengelola unit usaha?
3. Apa saja upaya yang dilakukan pondok dalam pembinaan
pengembangan untuk santri?
4. Bagaimana penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan
kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk
berkarya?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


78

PEDOMAN WAWANCARA
Informan : Kepala Bagian Koperasi Pondok
Pesantren (Kopontren) La Tansa.
Hari/Tanggal/Bulan/Tahun :
Pukul :
Tempat : Pondok Modern Darussalam Gontor
Kampus Pusat
Kode : D
Pertanyaan:
I. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Pondok
Modern Darussalam Gontor
1. Bagaimana struktur organisasi unit usaha dan bagaimana
pembagian tugasnya?
2. Bagaimana peningkatan akses bantuan modal usaha?
3. bagaimana pola pemberdayaan pada masing-masing usaha?
4. Apa saja tahapan yang ditetapkan pondok dalam pemberdayaan?
5. Berapakah jumlah SDM yang mengelola UMKM?
6. Kendala apa saja yang dirasakan ketika mengelola uit usaha?
7. Dari mana Sumber dana yang digunakan dalam UMKM?
8. Upaya apa saja yang dilakukan dalam peningkatan
pengembangan SDM?
9. Apakah ada pelatihan UMKM di pondok?
10. Apa saja penghambat dalam pemberdayaan UMKM Pondok?
11. Bagaimana sistem pelaporan program kerja, hasil usaha, dan
kendala pada setiap unit usaha?
12. Bagaimana penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan
kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk
berkarya?
13. Bagaimana perwujudan kebijakan publik yang transparan,
akuntabel, dan berkeadilan?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


79

14. Bagaimana pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan


berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi UMKM?
15. Bagaimana peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah?
16. Bagaimana penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian secara terpadu?
17. Bagaimana penumbuhan iklim usaha yang mendukung
pengembangan UMKM?
18. Bagaimana pengembangan dan pembinaan UMKM?
19. Apakah ada kerjasama dan kemitraan yang erat antara yang telah
maju dengan yang masih lemah & belum berkembang?
Bagaimana?
20. Apakah ada kebijakan dalam pembedayaan UMKM?
21. Bagaimana pemberian peluang atau akses yang lebih besar
kepada aset produksi (khususnya modal)?
22. Bagaimana mendorong munculnya wirausaha baru?
23. Bagaimana kegiatan peningkatan akses bantuan modal usaha?
24. Bagaimana kegiatan peningkatan akses pengembangan SDM
25. Bagaimana upaya pondok dalam menciptakan suasana / iklim
kondusif yang memungkinkan potensi berkembang di masyarakat?
26. Bagaimana upaya pondok dalam memperkuat potensi dan daya
yang dimiliki oleh masyarakat?
27. Apa saja upaya pondok dalam memberikan perlindungan?
28. Apa yang dilakukan pondok dalam memberikan bimbingan dan
dukungan pada masyarakat?
29. Bagaimana cara pondok dalam memelihara kondisi yang kondusif
tetap seimbang di masyarakat?
30. Usaha apa saja yang melibatkan masyarakat?
31. Apakah ada pelatihan UMKM pada masyarakat?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


80

II. Dampak pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah


(UMKM) Pondok Modern Darussalam Gontor terhadap
peningkatan pendapatan dan pengembangan pengajaran
1. Apakah dampak yang dirasakan dari pemberdayaan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM)?
2. Jenis unit usaha yang seperti apa yang menjadi penunjang
peningkatan pendapatan?
3. Unit usaha apa yang profitnya paling baik?
4. Unit usaha apa yang yang mengalami tren perkembangan yang
positif atau sangat baik?
5. Bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan
UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri?
6. Bagaimana meningkatkan peran UMKM dalam pengkatan
pendapatan, pengembangan pengajaran, penciptaan lapangan
kerja?

III. Pembinaan dan Pelatihan Pengembangan UMKM pada santri


Pondok Modern Darussalam Gontor.
1. Apakah ada pelatihan kewirausahaan di Pondok?
2. Apakah santri maupun ustadz/ah ikut serta mengelola unit usaha?
3. Apa saja upaya yang dilakukan pondok dalam pembinaan
pengembangan untuk santri?
4. Bagaimana penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan
kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk
berkarya?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


81

PEDOMAN WAWANCARA
Informan : Ustadz/Kepala Unit Usaha Pondok
Modern Darussalam Gontor
Hari/Tanggal/Bulan/Tahun :
Pukul :
Tempat : Pondok Modern Darussalam Gontor
Kampus Pusat
Kode : E
Pertanyaan:
I. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Pondok
Modern Darussalam Gontor
1. Apa saja upaya pondok dalam mengembangkan eksistensi
pondok?
2. Berapa pendapatan dari seluruh Unit Usaha?
3. Bagaimana mengatur jadwal antara kegiatan mengajar, mengelola
unit usaha, dan perkuliahan?
4. Berapa Jenis UMKM yang sudah di berdayakan oleh Pondok?
5. Seberapa besar modal yang diberikan pondok pada setiap unit
usaha?
6. Bagaimana perwujudan kebijakan publik yang transparan,
akuntabel, dan berkeadilan?
7. Bagaimana pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan
berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi UMKM?
8. Bagaimana peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah?
9. Bagaimana penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian secara terpadu?
10. Bagaimana penumbuhan iklim usaha yang mendukung
pengembangan UMKM?
11. Bagaimana pengembangan dan pembinaan UMKM?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


82

12. Apakah Ada kerjasama dan kemitraan yg erat antara yg telah maju
dgn yg masih lemah & belum berkembang.
13. Apakah Ada kebijakan dalam pembedayaan UMKM?
14. Bagaimana pemberian peluang atau akses yang lebih besar
kepada aset produksi (khususnya modal)?
15. Bagaimana mendorong munculnya wirausaha baru?
16. Bagaimana kegiatan peningkatan akses bantuan modal usaha?
17. Bagaimana kegiatan peningkatan akses pengembangan SDM?
18. Bagaimana upaya pondok dalam menciptakan suasana / iklim
kondusif yang memungkinkan potensi berkembang di masyarakat?
19. Bagaimana upaya pondok dalam memperkuat potensi dan daya
yang dimiliki oleh masyarakat?
20. Apa saja upaya pondok dalam memberikan perlindungan?
21. Apa yang dilakukan pondok dalam memberikan bimbingan dan
dukungan pada masyarakat?
22. Bagaimana cara pondok dalam memelihara kondisi yang kondusif
tetap seimbang di masyarakat?
23. Usaha apa saja yang melibatkan masyarakat dan jenis usaha
seperti apa?
24. Apakah dalam pemberdayaannya sudah menggunakan e
commerce?
25. Bermitra dengan e commerse mana saja?
26. Bagaimana bentuk mitra dan kerja samanya?

II. Dampak pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah


(UMKM) Pondok Modern Darussalam Gontor terhadap
peningkatan pendapatan dan pengembangan pengajaran
1. Jenis unit usaha yang seperti apa yang menjadi penunjang
peningkatan pendapatan?
2. Bagaimana dampak pengelolaan unit usaha dalam menciptakan
kemandirian pondok?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


83

3. Adakah perbedaan signifikan dari sebelum diberdayakan oleh


pondok modern gontor, kemudian setelah diberdayakan?
Kemudian dari segi apa perbedaannya (semua usaha yang sudah
diberdayakan)?
4. Apakah saat menjadi santri juga turut merasakan dampak
pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pondok
Modern Darussalam Gontor terhadap peningkatan pendapatan
dan pengembangan pengajaran?
5. Program pembelajaran apa saja yang dilaksanakan oleh pondok?
6. Adakah program untuk meningkatkan keterampilan dan skill?
7. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan produktif secara spiritual untuk
dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia global?
8. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan produktif secara ekonomis untuk
dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia global?
9. Bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan
UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri?
10. Bagaimana meningkatkan peran UMKM dalam pengkatan
pendapatan, pengembangan pengajaran, penciptaan lapangan
kerja?

III. Pembinaan dan Pelatiahn pengembangan UMKM untuk Santri.


1. Apakah ada pelatihan kewirausahaan di Pondok?
2. Apakah santri maupun ustadz/ah ikut serta mengelola unit usaha?
3. Apa saja upaya yang dilakukan pondok dalam pembinaan
pengembangan untuk santri?
4. Bagaimana penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan
kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk
berkarya?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


84

PEDOMAN WAWANCARA
Informan : Santri Pondok Modern Darussalam
Gontor
Hari/Tanggal/Bulan/Tahun :
Pukul :
Tempat : Pondok Modern Darussalam Gontor
Kampus Pusat
Kode : F
Pertanyaan:
I. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Pondok
Modern Darussalam Gontor
1. Bagaimana mengatur jadwal antara kegiatan mengajar, mengelola
unit usaha, dan perkuliahan?
2. Apa yang dilakukan pondok dalam memberikan bimbingan dan
dukungan pada masyarakat?
3. Bagaimana cara pondok dalam memelihara kondisi yang kondusif
tetap seimbang di masyarakat?
4. Usaha apa saja yang melibatkan santri dan jenis usaha seperti
apa?
5. Apakah dalam pemberdayaannya sudah menggunakan e
commerce?
6. Bermitra dengan e commerse mana saja?
7. Bagaimana bentuk mitra dan kerja samanya?

II. Dampak pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah


(UMKM) Pondok Modern Darussalam Gontor terhadap
peningkatan pendapatan dan pengembangan pengajaran
1. Apakah saat menjadi santri juga turut merasakan dampak
pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pondok
Modern Darussalam Gontor terhadap peningkatan pendapatan

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


85

dan pengembangan pengajaran?


2. Program pembelajaran apa saja yang dilaksanakan oleh pondok?
3. Adakah program untuk meningkatkan keterampilan dan skill?
4. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan produktif secara spiritual untuk
dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia global?
5. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan produktif secara ekonomis untuk
dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia global?

III. Pembinaan dan Pelatiahn pengembangan UMKM untuk Santri.


1. Apakah ada pelatihan kewirausahaan di Pondok?
2. Apakah santri maupun ustadz/ah ikut serta mengelola unit usaha?
3. Apa saja upaya yang dilakukan pondok dalam pembinaan
pengembangan untuk santri?
4. Bagaimana penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan
kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk
berkarya?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


86

PEDOMAN WAWANCARA
Informan : Masyarakat/Pelaku usaha sekitar Pondok
Modern Darussalam Gontor
Hari/Tanggal/Bulan/Tahun :
Pukul :
Tempat : Pondok Modern Darussalam Gontor
Kampus Pusat
Kode : G
Pertanyaan:
I. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Pondok
Modern Darussalam Gontor
1. Apa yang dilakukan pondok dalam memberikan bimbingan dan
dukungan pada masyarakat?
2. Bagaimana cara pondok dalam memelihara kondisi yang kondusif
tetap seimbang di masyarakat?
3. Usaha apa saja yang melibatkan santri dan jenis usaha seperti
apa?
4. Apakah dalam pemberdayaannya sudah menggunakan e
commerce?
5. Bermitra dengan e commerse mana saja?
6. Bagaimana bentuk mitra dan kerja samanya?
II. Dampak pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) Pondok Modern Darussalam Gontor terhadap
peningkatan pendapatan dan pengembangan pengajaran
1. Apakah masyarakat juga turut merasakan dampak pemberdayaan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pondok Modern
Darussalam Gontor?
2. Adakah program untuk meningkatkan keterampilan dan skill?
3. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan produktif secara spiritual untuk

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


87

dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia global?


4. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan produktif secara ekonomis untuk
dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia global?

III. Pembinaan dan Pelatiahn pengembangan UMKM untuk Santri.


5. Apakah ada pelatihan kewirausahaan di Pondok?
6. Apakah santri maupun ustadz/ah ikut serta mengelola unit usaha?
7. Apa saja upaya yang dilakukan pondok dalam pembinaan
pengembangan untuk santri?
8. Bagaimana penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan
kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk
berkarya?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


88

PEDOMAN WAWANCARA
Informan : Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok
Pesantren Direktorat Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI
Hari/Tanggal/Bulan/Tahun :
Pukul :
Tempat : Kementerian Agama RI
Kode : H
Pertanyaan:
I. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Pondok
Modern Darussalam Gontor
1. Apa saja upaya Kementrian Agama menjembatani dalam urusan
pengelolaan pondok?
2. Bagaimana Kementrian Agama meningkatkan eksistensi pondok?
3. Seberapa besar modal yang diberikan Kementrian Agama kepada
tiap pondok pesantren?
4. Apakah ada pelatihan kewirausahaan untuk Pondok?
5. Bagaimana perwujudan kebijakan publik yang transparan,
akuntabel, dan berkeadilan?
6. Bagaimana pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan
berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi UMKM?
7. Bagaimana penumbuhan iklim usaha yang mendukung
pengembangan UMKM?
8. Bagaimana pengembangan dan pembinaan UMKM?
9. Apakah Ada kebijakan dalam pembedayaan UMKM?
10. Bagaimana mendorong munculnya wirausaha baru?
11. Bagaimana kegiatan peningkatan akses bantuan modal usaha?
12. Bagaimana kegiatan peningkatan akses pengembangan SDM?
13. Bagaimana upaya Kementrian Agama dalam menciptakan
suasana / iklim kondusif yang memungkinkan potensi berkembang

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


89

di pondok?
14. Bagaimana upaya Kementrian Agama dalam memperkuat potensi
dan daya yang dimiliki oleh pondok?
15. Apa saja upaya Kementrian Agama dalam memberikan
perlindungan?
16. Apa yang dilakukan Kementrian Agama dalam memberikan
bimbingan dan dukungan pada pondok?
17. Bagaimana cara Kementrian Agama dalam memelihara kondisi
yang kondusif tetap seimbang di masyarakat?

II. Dampak pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah


(UMKM) Pondok Modern Darussalam Gontor terhadap
peningkatan pendapatan dan pengembangan pengajaran
1. Bagaimana dampak pengelolaan unit usaha dalam menciptakan
kemandirian pondok?
2. Adakah perbedaan signifikan dari sebelum diberdayakan oleh
pondok, kemudian setelah diberdayakan? Kemudian dari segi apa
perbedaannya (semua usaha yang sudah diberdayakan)?
3. Adakah program untuk meningkatkan keterampilan dan skill?
4. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan produktif secara spiritual untuk
dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia global?
5. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan produktif secara sosial untuk dapat
bersaing secara kompetitif dalam dunia global?
6. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan produktif secara ekonomis untuk
dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia global?
7. Bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan
UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri?
8. Bagaimana meningkatkan peran UMKM dalam pengkatan

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


90

pendapatan, pengembangan pengajaran, penciptaan lapangan


kerja?

III. Pembinaan kesadaran bela negara pada santri Pondok Modern


Darussalam Gontor.
1. Hal apa saja yang dilakukan Kementrian Agama dalam membina
kesadaran bela negara dan bagaimana hasilnya ?
2. Contoh kesadaran bela negara seperti apa yang dilakukan
Pondok?
3. Panduan apa yang digunakan dalam membina kesadaran bela
negara?
4. Apakah ada kegiatan pelatihan dasar belanegara? Jika ada
bagaimana pelaksanaannya? Berapa anggaran dana yang
diberikan pondok pada kegiatan peningkatan karakter?
5. Bagaimana upaya Kementrian Agama dalam menanamkan rasa
kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan
kemampuan diri?
6. Apasaja kegiatan yang dilakukan Kementrian Agama untuk
menananmkan 5 nilai dasar bela negara?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


91

PEDOMAN WAWANCARA
Informan : Ketua IKPM (Ikatan Keluarga Pondok
Modern) Darussalam Gontor
Hari/Tanggal/Bulan/Tahun :
Pukul :
Tempat : Pondok Modern Darussalam Gontor
Kampus Pusat / zoom meeting
Kode : D
Pertanyaan:
I. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Pondok
Modern Darussalam Gontor
1. Apakah ada pelatihan kewirausahaan di Pondok?
2. Bagaimana perwujudan kebijakan publik yang transparan,
akuntabel, dan berkeadilan?
3. Bagaimana pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan
berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi UMKM?
4. Bagaimana penumbuhan iklim usaha yang mendukung
pengembangan UMKM?
5. Bagaimana pengembangan dan pembinaan UMKM?
6. Apakah Ada kebijakan dalam pembedayaan UMKM?
7. Bagaimana mendorong munculnya wirausaha baru?
8. Bagaimana kegiatan peningkatan akses bantuan modal usaha?
9. Bagaimana kegiatan peningkatan akses pengembangan SDM?
10. Bagaimana upaya pondok dalam menciptakan suasana / iklim
kondusif yang memungkinkan potensi berkembang di masyarakat?
11. Bagaimana upaya pondok dalam memperkuat potensi dan daya
yang dimiliki oleh masyarakat?
12. Apa saja upaya pondok dalam memberikan perlindungan?
13. Apa yang dilakukan pondok dalam memberikan bimbingan dan
dukungan pada masyarakat?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


92

14. Bagaimana cara pondok dalam memelihara kondisi yang kondusif


tetap seimbang di masyarakat?
15. Usaha apa saja yang melibatkan masyarakat dan jenis usaha
seperti apa?

II. Dampak pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah


(UMKM) Pondok Modern Darussalam Gontor terhadap
peningkatan pendapatan dan pengembangan pengajaran
1. Bagaimana dampak pengelolaan unit usaha dalam menciptakan
kemandirian pondok?
2. Adakah perbedaan signifikan dari sebelum diberdayakan oleh
pondok modern gontor, kemudian setelah diberdayakan?
Kemudian dari segi apa perbedaannya (semua usaha yang sudah
diberdayakan)?
3. Profit yang dihasilkan dari tiap unit usaha digunakan untuk apa
saja?
4. Adakah perbedaan signifikan dari sebelum diberdayakan oleh
pondok modern gontor, kemudian setelah diberdayakan?
Kemudian dari segi apa perbedaannya (semua usaha yang sudah
diberdayakan)?
5. Adakah program untuk meningkatkan keterampilan dan skill?
6. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan produktif secara spiritual untuk
dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia global?
7. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan produktif secara sosial untuk dapat
bersaing secara kompetitif dalam dunia global?
8. Apakah pondok sudah mampu melahirkan sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan produktif secara ekonomis untuk
dapat bersaing secara kompetitif dalam dunia global?
9. Bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


93

UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri?


10. Bagaimana meningkatkan peran UMKM dalam pengkatan
pendapatan, pengembangan pengajaran, penciptaan lapangan
kerja?

III. Pembinaan kesadaran bela negara pada santri Pondok Modern


Darussalam Gontor.
1. Hal apa saja yang dilakukan Pondok dalam membina kesadaran
bela negara dan bagaimana hasilnya ?
2. Contoh kesadaran bela negara seperti apa yang dilakukan
Pondok?
3. Apakah yang mengajarkan santri adalah orang yang sebelumnya
pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar bela negara?
4. Panduan apa yang digunakan dalam membina kesadaran bela
negara?
5. Berapa jam pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan dalam
satu minggu?
6. Apa saja kegiatan ekstrakurikuler Pondok dalam upaya
peningkatan karakter bela negara?
7. Dalam satu minggu berapa kali kegiatan ekstrakurikuler tersebut?
8. Apakah ada kewajiban bagi santri untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler tersebut?
9. Apakah ada kegiatan pelatihan dasar belanegara? Jika ada
bagaimana pelaksanaannya? Berapa anggaran dana yang
diberikan pondok pada kegiatan peningkatan karakter?
10. Bagaimana upaya cara pondok dalam membentuk sikap disiplin
waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain?
11. Bagaimana upaya pondok dalam membentuk jiwa kebersamaan
dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan?
12. Bagaimana upaya pondok dalam membentuk mental dan fisik
yang tangguh?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia


94

13. Bagaimana upaya pondok dalam menanamkan rasa kecintaan


pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan kemampuan diri?
14. Bagaimana upaya pondok dalam melatih jiwa leadership dalam
memimpin diri sendiri maupun kelompok?
15. Bagaimana upaya pondok dalam membentuk Iman dan Taqwa?
16. Bagaimana upaya pondok dalam menanamkan sikap berbakti
pada orang tua, bangsa, agama?
17. Bagaimana upaya pondok dalam melatih kecepatan, ketangkasan,
ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan?
18. Bagaimana upaya pondok dalam menghilangkan sikap negatif
seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin?
19. Bagaimana upaya pondok dalam membentuk perilaku jujur, tegas,
adil, tepat, dan kepedulian antar sesama?
20. Apasaja kegiatan yang dilakukan pondok untuk menananmkan 5
nilai dasar bela negara?

Universitas Pertahanan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai