DI INDONESIA
TESIS
oleh
QONI MARA ILLIYA
NIM : 041724453005
oleh
ii
PERNYATAAN
iii
DECLARATION
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT dan junjungan besar Nabi
menyelesaikan tesis untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih
derajat kesajarnaan program Strata dua (S-2) Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga.
Selama penelitian dan penyusunan tesis ini, penulis tidak luput dari kendala.
Kendala tersebut dapat diatasi penulis karena adanya bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini
dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih
sebesar-besarnya kepada :
3. Dr. Ec. Tri Haryanto, M.P., Ph.D. dan Widya Sylviana, S.E., M.Si., Ph.D,
selaku Dosen Penguji dari awal seminar proposal, seminar hasil, dan ujian
akhir tesis yang telah menyediakan waktu untuk menguji dan memberikan
4. Drs. Ec. Bambang Eko Afianto, M.S.E., Ph.D., dan Dra. Ec. Dyah
Wulansari, M.Ec.Dev., Ph.D., selaku dosen penguji dalam ujian akhir tesis
v
yang telah menyediakan waktu untuk menguji dan memberikan arahan
kepada penulis
5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
7. Orang tua, Mertua, Suami, dan Anak yang telah mendukung dan
tesis ini
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan berguna bagi pihak-
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis
pengaruh pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, pengeluaran pemerintah
untuk kesehatan, tingkat partisipasi angkatan kerja, infrastruktur pendidikan yang
vi
berupa jumlah sekolah, dan penduduk yang mengkases internet, infrastruktur
kesehatan yang berupa jumlah rumah sakit, dan jumlah peserta asuransi kesehatan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Periode penelitian 2015 sampai 2019 pada 34
provinsi di Indonesia. Pendekatan teori yang digunakan adalah teori pertumbuhan
endogen. Metode penelitian adalah kuantitaif dengan pendekatan teknik analisis
panel dinamis sys-GMM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan
pengaruh pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, pengeluaran pemerintah
untuk kesehatan, tingkat partisipasi angkatan kerja, infrastruktur pendidikan yang
berupa jumlah sekolah, dan penduduk yang mengkases internet, infrastruktur
kesehatan yang berupa jumlah rumah sakit berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi, hal ini mengindikasikan bahwa jika ketujuh varibabel eksogen tersebut
bekerja bersama-sama akan memberikan hasil maksimal dalam pertumbuhan
ekonomi, sedangkan secara parsial tingkat partisipasi angkatan kerja berpengaruh
positif dan signifikan. Sedangkan secara parsial masing-masing variabel eksogen
juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tingkat signifikasinsi
5%, dan 10%. Pengaruh terbesar ditunjukan pada tingkat partisipasi angkatan
kerja.
ABSTRAC
vii
The purpose of this study is to develop and analyze the effect of govern-
ment spending on education, government spending on health, labor force partici-
pation rates, educational infrastructure in the form of schools, and population ac-
cessing the internet, health infrastructure in the form of hospitals, and the number
of health insurance participants on economic growth. Research period 2015 to
2019 in 34 provinces in Indonesia. The choice of theory used is endogeneus
theory. The research method is quantitative by GMM dynamic panel analysis
techniques. In general, the results of the study indicate that simultaneous govern-
ment spending on education, government spending on health, labor force partici-
pation rates, educational infrastructure in the form of schools, and population ac-
cessing the internet, health infrastructure in the form of hospitals, and the number
of health insurance participants influences economic growth, this proves that if the
seven dependent variables work together, it will provide maximum results in
economic growth, while partially, the biggest influence of labor force participa-
tion rates.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................ii
PERNYATAAN...............................................................................................iii
DECLARATION..............................................................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................v
ABSTRAK......................................................................................................vii
ABSTRAC......................................................................................................viii
DAFTAR ISI...................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................x
LAMPIRAN......................................................................................................x
ix
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
dengan Negara-Negara berkembang bahkan Negara maju yang ada. Negara maju
x
yang positif menunjukkan adanya peningkatan dalam perekonomian negara
yaitu proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Dengan demikian
dan selalu dalam ukuran persen (Sukirno, 2010). Indikator yang digunakan untuk
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2010. PDB Indonesia pada
tahun 2019 atas dasar harga berlaku mencapai Rp14.837,4 triliun. Hal ini
menunjukkan bahwa pada tahun 2019 merupakan capaian PDB tertinggi sejak
dampak pengganda kepada konsumsi rumah tangga dan investasi bangunan dan
tahun 2016 tumbuh sebesar 4,8%, di mana PDB dasar harga konstan (2010)
xi
sederhana, dapat dikatakan bahwa infrastruktur yang baik di suatu negara akan
KBBI (2021) Infrastruktur dapat diartikan sebagai sarana dan prasarana umum.
Sarana secara umum diketahui sabagai fasilitas publik seperti rumah sakit,
sekolah, jalan, jembatan, sanitasi, telpon, dan sebagainya. Lebih jauh lagi, dalam
ilmu ekonomi infrastruktur merupakan wujud dari public capital (modal publik)
yang dibentuk dari investasi yang dilakukan pemerintah (Mankiw 2003: 38).
Familoni (2004: 16) menyebut infrastruktur sebagai basic essential service dalam
teknis, fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak yang diperlukan untuk melakukan
Keuangan (2022) infrastruktur adalah semua struktur dan fasilitas dasar, baik fisik
maupun sosial (misalnya bangunan, jalan, dan pasokan listrik) yang diperlukan
trnsportasi, jalan, irigasi, air minum, kawasan, pengelolaan sampah, dan masih
xii
penelitian ini lebih fokus kepada Infrastruktur Sosial yaitu pendidikan dan
kesehatan.
pada sarana dan prasarana bidang pendidikan, selain dari pada itu hal yang
dianggap penting lainnya adalah investasi yang mendorong ke arah populasi yang
sehat yaitu sarana dan prasarana dalam bidang kesehatan. Pemberdayaan sumber
dan teknologi baru, tetapi ini membutuhkan kebijakan pemerintah yang proaktif
tidak hanya berjalan sendiri, perlu juga kesehatan dalam rangka mencapai
Sumber daya Manusia yang unggul dan berkualitas. Hal tersebut karena
pendidikan dan pengetahuan saja tidak cukup, harus ditunjang dengan fisik
penting. “orang yang lebih sehat cenderung lebih produktif” (Rangongo dan
xiii
Ngwakwe, 2019). Sustainable Development Goals (SDGs) merumuskan tujuan
dan kesejahteraan manusia, dengan fokus pada akses yang terjangkau dan merata
Dalam laporan pada pada tahun 2019, World Economic Forum (WEF)
beberapa Negara Asean. Indonesia berada di posisi ke 5. Yang mana daya saing
ini salah satunya dipengaruhi infrastruktur yang ada pada Negara, salah satunya
peningkatan PDRB pada setiap daerah. Infrastruktur yang baik tentunya akan
dan kesehatan.
dan teknologi baru, tetapi ini membutuhkan kebijakan pemerintah yang proaktif
xiv
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di semua negara di dunia. Pemerintah
kesehatan dan pendidikan. Todaro dan Smith (2006) menyatakan kesehatan dan
kesehatan di masa dewasa; dan kesehatan serta pendidikan orang tua khususnya
ibu akan berpengaruh pada anaknya kelak (Vogl, 2014). Hubungan tersebut
pendidikan dan kesehatan masih tergolong rendah (Barro & Lee, 2011); Becker,
Tabel 1.1
Rasio Infrastruktur Sosial (Pendidikan dan Kesehatan) di Indonesia tahun 2015
dan 2019
xv
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019
penggunanya secara umum semakin meningkat antara tahun 2015 dan tahun
2019. Namun angka rasio masih tergolong tinggi. Indikasi ini menunjukkan
Kondisi seperti ini akan menyebabkan rendahnya mutu modal manusia (human
Salah satu cara untuk melihat upaya pembangunan yang telah dilakukan
miliyar
xvi
Dilihat dari gambar 1.2 anggaran pemerintah untuk pendidikan cenderung
stabil, meski sempat menurun di tahun 2016, selanjutnya terus meningkat sampai
tahun 2020. Sedangkan untuk anggaran kesehatan selalu meningkat tiap tahunnya.
Anggaran kesehatan dan pendidikan dalam tujuh tahun terakhir terus konsisten
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pada pembacaan nota keuangan 2020,
Rp353,4 triliun. Anggaran kesehatan meningkat 90,76 persen dari 2015 sebanyak
2015 sejumlah Rp390,3 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa anggran pemerintah
untuk pendidikan dan kesehatan meningkat tiap tahunnya yang mana hal ini
kesehatan yang layak serta merata baik di daerah perkotaan maupun daerah yang
terpencil.
ekonomi yang lebih besar. Tingkat pertisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan
salah satu ukuran yang sering dipakai untuk melihat fluktuasi dari partisipasi
perbandingan antara penduduk yang terlibat dalam kegiatan ekonomi atau disebut
angkatan kerja (bekerja atau mencari pekerjaan) terhadap seluruh penduduk usia
xvii
usia 15 tahun) yang terlibat dalam kegiatan ekonomi terhadap pemuda itu sendiri
meningkat tiap tahunnya, tetapi masih terlihat kesenjangan antara pulau Jawa dan
Bali dengan pulau lainnya. pada tahun 2015-2019 TPAK pada wilayah Jawa dan
menunjukkan tingkat partisipasi antar daerah yang ada di Indonesia belum dapat
berfokus pada pendidikan dan fasilitas kesehatan yang lebih baik untuk
kesehatan akan berdampak pada status kesehatan dan pendidikan yang lebih baik.
Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa belanja publik yang lebih besar untuk
kematian anak dan bayi. Jika alokasi pengeluaran untuk pendidikan dan
xviii
negara berkembang dan transisi perlu lebih memperhatikan alokasi dalam sektor-
sektor ini.
ekonomi yang berarti ada pengaruh kuat dari endogenitas dalam upaya
bahwa penduduk yang menempuh pendidikan adalah salah satu variabel kunci
dan kesehatan, disini peneliti akan memperluas variabel penelitian untuk melihat
kualitas SDM yang ada menggunakan variabel jumlah penduduk yang mengakses
internet dan jumlah penduduk yang yang memiliki jaminan kesehatan. Dengan
xix
untuk melihat secara luas pengaruh infrastruktur pendidikan dan kesehatan di
Indonesia.
tah untuk kesehatan, tingkat pastisipasi angkatan kerja (TPAK), infrastruktur pen-
didikan yang berupa jumlah sekolah, jumlah penduduk yang mengakses internet,
dan infrastruktur kesehatan yang berupa jumlah rumah sakit, dan jumlah peserta
kerja (TPAK), infrastruktur pendidikan yang berupa jumlah sekolah, jumlah pen-
duduk yang mengakses internet, dan infrastruktur kesehatan yang berupa jumlah
ekonomi di Indonesia.”
1. Bagi Penulis
2. Bagi akademisi
xx
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pijakan dan referensi pada
3. Bagi pemerintah
penelitian ini adalah yang pertama yaitu jumlah sekolah SD, SMP, SMA dan
SMK yang ada di 34 provinsi di Indonesia. Yang kedua jumlah penduduk yang
BAB I PENDAHULUAN
Yang mana didalamnya berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
xxi
Membahas mengenai teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam
penelitian ini yang bersumber dari kutipan buku, jurnal, dan berita. Kemudian
Membahas mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, objek dan
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan seluruh hasil penelitian dan saran kebijakan untuk
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
xxii
Berdasarkan beberapa pengertian pertumbuhan ekonomi dari beberapa ahli
maka dapat diambil kesimpulan pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator
yang digunakan untuk mengukur prestasi ekonomi suatu negara. Dalam kegiatan
tahun lalu (Mahyudi, 2004 : 35). Menurut Tambunan (2012 : 40) dari sisi
material baru untuk produksi. Dalam periode jangka panjang, pertumbuhan yang
ekonomi.
berikut:
a. Akumulasi modal, mencakup semua investasi lahan, peralatan fisik, dan sumber
kerja.
force).
xxiii
Model pertumbuhan endogen menyajikan sebuah kerangka teoritis yang
lebih luas dalam menganalisis proses pertumbuhan ekonomi. Teori ini mencoba
pertumbuhan ekonomi yang berasal dari dalam (endogenous) sistem ekonomi itu
sendiri (Arsyad, 2010). Kemajuan teknologi dianggap hal yang bersifat endogen,
modal disini bersifat lebih luas, bukan hanya sekadar modal fisik tetapi juga
Y = AK , (2.2)
konstanta yang mengukur jumlah output yang diproduksi untuk setiap unit modal.
Satu unit modal tambahan memproduksi unit output tambahan sebesar A , tanpa
yang kian menurun ini merupakan perbedaan penting antara model pertumbuhan
(2.3)
endogen dan model Solow. Untuk melihat bagaimana fungsi produksi ini
∆ K =sY −δK
xxiv
Persamaan menyatakan bahwa perubahan persediaan modal (∆ K ) sama
∆ Y /Y =∆ K / K =sA−δ (2.4)
sementara, tetapi pengembalian modal yang kian menurun pada akhirnya akan
berkesinambungan.
bidang sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan. Teori ini memiliki tiga
ilmu pengetahuan.
xxv
3. Produksi barang-barang konsumsi yang dihasilkan oleh faktor produksi ilmu
pendidikan akan tercipta tenaga kerja yang berkualitas yang mampu menggunakan
pendidikan segala potensi dan bakat yang terpandang dapat bermanfaat bagi diri
pribadi maupun kepentingan orang banyak, dalam hal ini pendidikan menjadi
dengan cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan merupakan
beradab, pendidikan telah ada seiringan dengan lahirnya manusia, ketika manusia
muncul diranah itu pula pendidikan muncul, pendidikan juga merupakan investasi
xxvi
yang paling utama bagi bangsa, apalagi bagi bangsa yang sedang berkembang,
pendidikan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia pernah dibuat dalam
nasional, yaitu:
xxvii
2. Mempersiapkan SDM yang berkualitas, terampil, dan ahli,
rendahnya standar hidup seseorang. Oleh karena itu, status kesehatan yang relatif
baik dibutuhkan oleh manusia untuk menopang semua aktivitas hidupnya. Maka
untuk mencapai kondisi kesehatan yang baik tersebut dibutuhkan sarana kesehatan
yang baik pula. Kehidupan manusia yang semakin modern dalam berbagai aspek
ekonomi, sisi penting mengenai faktor kesehatan bagimanusia akan berkaitan erat
oleh status kesehatan, pendidikan dan tingkat pendapatan per kapita. Dalam
kualitas sumber daya manusia (SDM). Ketika kualitas kesehatan bagus, maka
kualitas sumber daya manusia juga bagus. Kualitas sumber daya manusia adalah
xxviii
Infrastruktur kesehatan merupakan salah satu faktor kunci dari tercapainya
dan sosial, bukan sekedar bebas penyakit dan kelemahan fisik. Adapun
xxix
Pelayanan kesehatan melalui rumah sakit dan puskesmas serta pelayanan
dan acuan. Selain itu juga untuk menghindari anggapan kesamaan dengan
telah dirangkum dari jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan : yang
pertama penelitian oleh Gao, et al (2019) dengan Objek penelitian : Pasokan tanah
area lahan perumahan, rasio guru dan murid, jumlah tempat tidur di rumah sakit
dan puskesmas, perpustakaan umum, populasi, investasi aset tetap, PDB per
tersier, persentase output industri tersier dari total PDB Tingkat swasembada
model analisis model efek tetap, data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan
nakan variabel siswa per kelas, siswa per guru, guru dengan gelar, indeks
xxx
infrastruktur, indeks sosial ekonomi, skor bahasa, skor matematika. Dengan
tidak terjadi evolusi pada efisiensi sekolah antara tahun 2007 dan 2015, tetapi
jukkan 37,7 persen responden tidak yakin dengan kebutuhan ruang kelas.
pendidikan luar biasa. Namun, 41,9 persen responden tidak setuju dengan ruang
karena tidak sesuai dengan kapasitas siswa dan guru sekaligus dan infrastruktur
luar biasa masih membutuhkan banyak perbaikan dan modifikasi kelas harus
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan uji coba dan
komparatif wilayah studi, dan perangkat ilmu informasi geografis (SIG). Hasil
besar layanan infrastruktur sosial yang memadai, (2) Semakin rendah kawasan
terbangun di pusat kota, semakin besar layanan infrastruktur sosial yang memadai,
(3) Kota-kota memiliki persentase yang rendah kawasan terbangun di pusat kota
xxxi
dengan kepadatan penduduk kota yang rendah dianggap sebagai wilayah yang
sosial yang memadai, (4) Layanan pusat pendidikan berbanding lurus dengan
mengenai dampak jangka pendek dan jangka menengah dari pengeluaran dalam
kesehatan dan perawatan sosial, upah dan kesenjangan upah gender pada output
pertanian dan lapangan kerja di Korea Selatan baik dalam jangka pendek maupun
Penelitian ini menguraikan perbedaan penting dalam peran yang dimainkan oleh
xxxii
tiga jenis infrastruktur dalam memoderasi dampak konflik terhadap kesehatan, ke-
yang mencakup 29 negara bagian Afrika Sub-Sahara antara tahun 2000 dan 2018.
yang lebih tinggi juga memberikan perlindungan yang signifikan dari konflik.
yang lebih padat memiliki manfaat dan risiko kesehatan yang substansial. Efek ini
xxxiii
2.3. Kerangka Konseptual
jumlah sekolah, jumlah siswa yang mengkases internet, jumlah rumah sakit, dan
Tingkat
partisipasi Penduduk yang
Jumlah sekolah
Pengeluaran mengakses internet
angkatan Jumlah rumah sakit
pemerintah untuk Peserta asuransi kesehatan
kerja
pendidikan
Pengeluaran
pemerinta
untukkesehatan
Pertumbuhan Ekonomi
34
2.4. Model Analisis dan Penyusunan Hipotesis
Keterangan:
PDRB¿ = PDRB atas harga konstan 2010 tiap provinsi i tahun t (2.5)
u = error
tahun (2015-2019).
35
Berdasarkan latar belakang, teori, dan penelitian terdahulu, maka hipotesis
aran pemerintah untuk pendidikan, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), in-
mengkases internet, dan infrastruktur kesehatan yang berupa jumlah rumah sakit,
ekonomi di Indonesia.
36
BAB 3
METODE PENELITIAN
instrumen variabel. Teknik estimasi ini dipilih diantara beberapa teknik estimasi
lainnya karena panel GMM menghasilkan estimasi yang robust dan dapat
mengetahui model secara dinamis. Data panel yang digunakan adalah Time series
dalam penelitian ini yakni kurun waktu 5 tahun dari tahun 2015 sampai tahun
2019. Cross section dalam penelitian ini yakni 34 provinsi yang ada di Indonesia.
1. Pertumbuhan PDRB
bersumber dari Badan Pusat Statistik dalam satuan miliyar rupiah, kemudian
pertumbuhan PDRB.
37
Nilainya dinyatakan dalam miliyar rupiah, kemudian di transformasikan
2019 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik. Nilainya dinyatakan dalam
satuan persen.
5. Jumlah Sekolah
Jumlah Sekolah dalam penelitian ini adalah sekolah (SD, SMP, SMA,
2015-2019 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik dalam satuan jiwa,
38
7. Jumlah rumah sakit
untuk seluruh masyarakat diukur dengan rumah sakit umum, dan sumah sakit
natural (ln).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk data panel dengan data times series 5 tahun 2015-2019 dan cross section
34 provinsi yang ada di Indonesia. Dengan total observasi 170 yaitu dalam kurun
waktu 5 tahun dalam 34 provinsi di Indonesia. Berikut rincian dan sumber data
dari penelitian ini: PDRB atas dasar harga konstan 2010 diperoleh dari Badan
Pusat Statistik. Jumlah sekolah diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Penduduk
yang mengakses internet diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Jumlah rumah sakit
39
diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Peserta asuransi kesehatan diperoleh dari
Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2010. Sedangkan variabel eksogen yaitu
independen atau dengan kata lain terdapat hubungan dinamis. Sedangkan data
time series dan cross section membuat data panel memberikan data yang lebih
serta lebih efisien. 2. Data panel lebih cocok untuk mempelajari dinamika
perubahan, dengan melihat hasil observasi dari cross section. 3. Dampak yang
secara sederhana tidak dapat dilihat pada data cross section murni maupun time
series murni bisa dideteksi dengan data panel. 4. Data panel dapat memudahkan
untuk mempelajari model perilaku yang rumit dan juga membuat data menjadi
40
berjumlah ribuan unit (Baltagi, 2012). Model persamaan panel dinamis secara
umum yaitu:
dan lain-lain) dan (t = 1, …, T), t adalah jumlah periode waktu. δ adalah skala r
u¿ =μi + v¿ (3.2)
error.
fungsi dari μi, sehingga y i ,t −1 juga merupakan fungsi dari μi. Jika dilihat dari
menggunakan
pendekatan OLS baik fixed effect (FE) within trasnformation maupun random
effect GLS, maka menghasilkan estimasi yang bias dan tidak konsisten.
41
tetapi tidak efisien dalam model karena tidak memperhatikan kondisi lain yaitu
Terdapat dua tipe estimasi dalam GMM yaitu first difference GMM dan system
GMM. Keduanya mempunyai dua pilihan estimasi yaitu one-step dan two-step.
bahwa data difference lebih baik daripada data level, ilustrasi pertama melalui
t, artinya transient error tidak saling berkolerasi antar cross section dan variabel
estimasi yang konsisten dengan N tak terhingga dan T terbatas, maka persamaan
persamaannya:
(3.4)
42
( y i 1) 0
( yi 1, yi 2 ,)
W i =⌈ ⋱
0 ( y i 1 , … , y ¿−2 , )
¿⌉
¿
Matrik di atas setiap baris menunjukkan instrumen yang valid setiap periode yang
merupakan first difference yang menunjukkan lag variabel dependen mulai dati T-
2. Pendekatan first difference ini timbul potensi masalah bias sampel jika periode
43 (3.8)
predetermined atau tidak strictly exsogenous dalam asumsi variabel berkorelasi
dari first difference dengan level sebagai instrumen dan persamaan level dengan
first difference sebagai instrumen. System GMM fokus pada second order
(W i )0 0 ⋯ 0
0 ( ∆ yi 2 , ) 0 ⋯ 0
¿
W i =⌈ 0 0 ∆ y ⋯ 0 ⌉
i3
⋮ ⋮ ⋮⋮ ⋮
(3.11)
0 0 0 ⋯ ( ∆ y¿−1 , )
∆ y ¿ =¿ (3.12)
44
Ekspektasinya E ( y i ,1 μi ) >0 ,maka (δ−1 ¿ bias ke atas (upward biased), dengan
c
(δ −1)
plim( δ^ −1) =
2
σ
c +( μ2 )
σμ
yang lemah. Persamaan kombinasinya persamaan (3.9 dan 3.12) adalah sebagai
( ) (
y¿
∆ y¿
=δ
δyi ,t −1 u
+ i
)( )
∆ y i , t−1 ∆ v ¿
i ,t−1
¿
i
45
3.5.2. AR Test
autocorrelated. (AR1) adalah pada level dan (AR2) adalah pada first difference.
Autokorelasi menunjukkan bahwa lag dari variabel dependen dan variabel lain
yang digunakan sebagai instrumen tidak strictly exogenous, dalam hal ini
dalam uji ini adalah tidak ada autokorelasi. AR test terdapat nilai probabilitas
(p – value), dimana jika probabilitasnya dibawah tingkat signifikan 1%, 5%, 10%
instrumen yang jumlahnya melebihi jumlah parameter yang diduga. Uji ini
jika tidak berkorelasi dengan komponen error. Terdapat nilai probabilitas chi-
square, jika nilainya dibawah tingkat signifikan 1%, 5%, 10% maka H 0 ditolak,
yaitu :
1. Uji t
46
Uji t yaitu untuk menguji koefisien variabel eksogen secara parsial, juga
berikut:
H 0 : β i=0
H 1 : βi ≠ 0
apakah nilai probabilitas (p-value) variabel eksogen ke i lebih kecil dari nilai
2. Uji F
H 0 : β i=0
H 1 : βi ≠ 0
Minimal ada salah satu variabel eksogen berpengaruh terhadap variabel endogen.
47
satu diantara variabel eksogen ke i (i = 1,2, …i) berpengaruh terhadap variabel
endogen.
BAB 4
Indonesia pada tahun 2014-2019. PDB Indonesia pada tahun 2019 atas dasar
harga berlaku mencapai Rp14.837,4 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa pada
tahun 2019 merupakan capaian PDB tertinggi sejak lima tahun terakhir.
tumbuh sebesar 4,8% , di mana PDB dasar harga konstan (2010) mencapai Rp
8.982,5 triliun.
48
2015 2016 2017 2018 2019
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat Statistik (2021)
adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh unit usaha dalam suatu wilayah
domestik. Dalam penelitian ini menggunakan PDRB atas dasar harga konstan
49
2,000,000
1,800,000
1,600,000
1,400,000
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
0
2015 2016 2017 2018 2019
Gambar 4-2. Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan 2010 berdasarkan 5
Provinsi tertinggi di Indonesia Tahun 2015-2019
Dari gambar 4.1 bisa dilihat ada 5 provinsi dengan nilai PDRB atas dasar
harga konstan 2010 tertinggi di Indonesia, yaitu : DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara. Dan nilai PDRB yang dihasilkan tiap
Tabel 4-1
PDRB atas dasar harga konstan 2010 34 provinsi di Indonesia Tahun 2015-2019
Tahun
Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
Aceh 112.661 116.387 121.263 126.824 132.069
593.513
Sumatera Utara 440.956 463.775 487.531 512.767
50
38.066 40.083 42.080 44.164 46.345
Bengkulu
159.711 134.565
Papua 130.312 142.221 148.824
51
Provinsi DKI Jakarta menjadi daerah dengan nilai PDRB tertinggi, disusul
oleh Jawa Timur, kemudian Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara. DKI
dibandingkan wilayah lain. Juga didukung dengan fasilitas publik yang lebih
lengkap. Sedangkan provinsi dengan nilai PDRB terendah ialah Maluku yakni hal
Namun secara keseluruhan, dilihat dari perkembangan PDRB atas dasar harga
konstan 2010 semua wilayah mengalami peningkatan nilai PDRB setiap tahunnya
20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (Badan Pusat Statsitik, 2020).
52
180,000
160,000
140,000
120,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
0
2015 2016 2017 2018 2019
Wilayah tertinggi pada tahun 2015-2019 adalah Jawa dan Bali, kemudian
tahunnya, namun kesenjangan begitu terlihat antara daerah Jawa dan Bali dengan
53
Tabel 4-2
Pengeluaran Pemerintah untuk Pendidikan dari 34 Provinsi di Indonesia Tahun
2015-2019
Tahun
Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
54
4.1.3. Pengeluaran Pemerintah untuk Kesehatan
belanja pemerintah untuk kesehatan selain gaji yang dialokasikan minimal sebesar
dan Belanja Daerah (APBD), (UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009), (Badan Pusat
Statistik, 2020).
180,000
160,000
140,000
120,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
0
2015 2016 2017 2018 2019
di Pulau Jawa dan Bali, kemudian Pulau Sumatera, kemudian Pulau Maluku dan
Papua, kemudian Pulau Kalimantan, kemudian Pulau Sulawesi, dan terakhir Pulau
Nusa Tenggara.
55
Tabel 4-3
Pengeluaran Pemerintah untuk Kesehatan dari 34 provinsi di Indonesia Tahun
2015-2019
Tahun
Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
Aceh 6,233 6,451 8,326 8,432 8,543
7,750
Sumatera Utara 6,543 6,786 7,134 7,654
2,672.5
Bali 1,745 1,965 2,276 2,412
3,145
Kalimantan Barat 2,856 2,967 3,324 3,515.5
2,965 3,546
Sulawesi Uata 3,156 3,245 3,839.5
56
998 1,156 1,325 1,608
Gorontalo 1,543
6,367 6,546
Papua 5,645 5,934 6,118
angkatan kerja terhadap banyaknya penduduk yang berumur sepuluh tahun ke atas
57
700
600
500
400
300
200
100
0
2015 2016 2017 2018 2019
pada tahun 205-2019 menunjukkan tren yang meningkat dan signifikan tiap
tahunnya. pada tahun 2015-2019 TPAK pada wilayah Jawa dan Bali paling tinggi,
Tabel 4.3
TPAK seluruh Provinsi di Indonesia 2015-2019
Tahun
Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
58
Jambi 66 67,54 67,52 68,21 65,79
atau murid di bawah pengawasan pendidik atau guru. Sekolah yang digunakan
59
Sumber : Badan Pusat Statistik (2019)
Sekolah Dasar di Indonesia pada tahun 2015 dan 2016 menunjukkan angka yang
stabil tidak terjadi perubahan yaitu sebanyak 4339 sekolah. Namun, pada tahun
2017 terjadi penurunan pada rata-rata jumlah Sekolah Dasar menjadi 4338,
kembali jumlah Sekolah dasar di Indonesia sebanyak 4373 lebih banyak dari
60
di bangku sekolah dengan sarana-prasarana yang baik dan jumlah sekolah yang
Tabel 4.4
Jumlah Sekolah di Indonesia Berdasarkan Provinsi tahun 2015-2019
Provinsi
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
61
3.280 3.288 3.318 3.352 3.359
Sulawesi Uata
Dilihat dari data diatas jumlah sekolah yang ada di seluruh provinsi di
Sekolah ini juga menjadi tujuan pemerintah untuk dapat memberikan fasilitas
pendidikan yang sama agar tidak terjadi ketimpangan antara perkotaan dan daerah
sekolah tertinggi berada di Provinsi Jawa barat yakni sebesar 29.342 bangunan,
kemudian Jawa Timur yakni sebesar 27.593 bangunan, kemudian Jawa Tengah
dengan bangunan sekolah terbanyak rata-rata ada di pulau Jawa, karena terdapat
banyak wilayah di pulau Jawa yang cenderung menjadi pusat kota, ketersediaan
infrastruktur yang lebih lengkap, akses mudah dilalui. Sementara ada 3 daerah
dengan bangunan sekolah lebih sedikit, yaitu: Kepulauan Bangka Belitung 1.151
bangunan, Gorontalo 1.396, dan Papua Barat 1.508 bangunan. Hal tersebut
62
sekolah, dan angka partisipasi masyarakat untuk sekolah. Dari data diatas juga
menunjukkan kesenjangan dan jumlah bangunan yang jauh yang sangat nampak
dan tidak merata dari daerah yang ada di Jawa dengan daerah yang ada di luar
Jawa.
Penduduk yang masuk dalam kategori ini adalah jumlah penduduk yang
Tahun 2015 hingga Tahun 2019. Pada Tahun 2015 rata-rata akses internet di
63
seseorang yang dapat mengakses internet di seluruh provinsi dari daerah
perkotaan dan perdesaan berbeda jauh, hal ini dikarenakan masih banyak provinsi
di Indonesia yang masih terpencil dan masih perdesaan sehingga sulit untuk akses
internet. Pada tahun 2015 masih banyak daerah pedesaan yang belum dapat
sangat mahal. Pada tahun 2016 rata-rata orang yang dapat mengakses internet di
2017 hingga tahun 2019 mengalami peningkatan, secara berurutan yaitu sebanyak
71.74%, pada tahun 2018 sebanyak 78.27%, dan terjadi peningkatan lagi di tahun
2019 menjadi sebanyak 83.68% orang yang mengakses internet. Tidak hanya di
peningkatan dari tahun 2017 hingga 2019. Pada tahun 2017 sebanyak 39.14%
orang di pedesaan sudah mengakses internet, lalu meningkat lagi pada tahun 2018
sebanyak 49.07% orang mengakses nternet di pedesaan dan pada tahun 2019
Pemerataan teknologi seluler tidak hanya masalah teknis tetapi juga ekonomi.
64
Operator seluler secara bisnis akan mengutamakan jaringan di daerah perkotaan
angka rata-rata akses internet di pedesaan yang juga semakin meningkat yang juga
Tabel 4.5
Penduduk yang Mengakses Internet di Indonesia
Tahun
Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
65
Sulawesi Selatan 205,71 199,13 201,94 253,5 174
Jumlah rumah sakit yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah
66
tren yang fluktuatif. Pada Tahun 2015 jumlah rumah sakit milik kementrian
rumah sakit TNI/Polri terdapat 5 unit, milik swasta Non Profit terdapat 21 unit,
rumah sakit milik swasta 18 unit dan BUMN terdapat 1 unit. Peningkatan terjadi
secara signifikan dari jumlah rumah sakit swasta pada Tahun 2016 menjadi 27
unit, dan milik BUMN menjadi 2 unit di Tahun 2016. Jumlah rumah sakit di
Tahun 2016 cenderung bertambah dari Tahun 2015, hal ini diakibatkan karena
mengikuti pertumbuhan penduduk di Tahun 2016 yang juga meningkat dan tren
Tahun 2016.
Pada Tahun 2017 dan Tahun 2018 jumlah rumah sakit milik kementerian
1 unit, untuk rumah sakit pemerintah Daerah dan TNI/Polri masing-masing 4 dan
5 unit pada tahun 2017 dan 2018 jumlah ini menurun sangat signifikan dari tahun
2016 untuk rumah sakit milik pemerintah daerah. Peningkatan yang sangat
signifikan pada Tahun 2017 jumlah rumah sakit Swasta menjadi 52 unit dan pada
Tahun 2018 menjadi 53 unit, sedangkan untuk rumah sakit kementerian lain,
BUMN dan swasta non Profit sudah tidak ada. Peningkatan jumlah rumah sakit
swasta pada tahun 2017 dan 2018 yang signifikan ini disebabkan karena dengan
67
Akhirnya, mendorong kerjasama dari rumah sakit pemerintah dengan swasta,
desakan untuk menjadikan rumah sakit pemerintah menjadi swasta karena alasan
anggaran Akhirnya banyak rumah sakit swasta yang bertambah. Jumlah pasien
Swasta tetap dapat keringanan anggaran. Lalu seiring berjalannya waktu jumlah
rumah sakit swasta meningkat kembali pada Tahun 2019 menjadi 54 unit, jumlah
rumah sakit BUMN meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 2 unit di Tahun
2019. Sedangkan rumah sakit yang lain menunjukkan tren yang stabil.
Tabel 4.6
Jumlah Rumah Sakit di Indonesia tahun 2015-2019
Provinsi Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Aceh 63 63 68 68 68
Sumatera Barat 60 60 67 67 67
Riau 60 60 60 72 72
Jambi 31 31 34 34 34
Sumatera Selatan 48 48 65 65 65
Bengkulu 43 43 64 64 64
Lampung 15 15 17 17 17
Kep.Bangka Belitung 32 32 28 28 28
Jawa Tengah 91 91 74 74 74
Banten 57 57 57 57 57
Bali 24 24 28 28 28
Kalimantan Barat 19 19 21 21 21
Kalimantan Tengah 33 33 39 39 39
68
Kalimantan Selatan 47 47 48 48 48
Kalimantan Timur 9 9 7 7 7
Kalimantan Utara 39 39 43 43 43
Sulawesi Uata 29 29 33 33 33
Sulawesi Tengah 85 85 90 90 90
Sulawesi Selatan 20 20 31 31 31
Sulawesi Tengga 16 16 13 13 13
Gorontalo 11 11 11 11 11
Sulawesi Barat 26 26 28 28 28
Maluku 21 21 20 20 20
Maluku Utara 18 18 16 16 16
Papua Barat 35 35 41 41 41
Papua 41 41 41 41 35
Dilihat dari tabel jumlah Rumah Sakit di seluruh Indonesia belum merata
dan memiliki kesenjangan yang tinggi antar daerah. Provinsi dengan Rumah Sakit
terbanyak 377 sedangkan yang paling sedikit yakni kalimantan timur hanya
600
500
400
300
200
100
0
2015 2016 2017 2018 2019
69
Sumber : Badan Pusat Statistik (2019)
Gambar 4-9. Peserta asuransi kesehatan dari 6 Pulau terbesar di Indonesia tahun
2015-2019
Terlihat pada gambar 4.9 peserta asuransi kesehatan pada tahun 2016
Kemudian di tahun 2018 mengalami penurunan yang cukup tajam dan pada tahun
Tabel 4.7
Jumlah Peserta Asuransi Kesehatan di Indonesia tahun 2015-2019
Provinsi Tahun
70
Sulawesi Tengga 56,07 55,34 26,72 67,52 73,81
Hasil regresi panel GMM terangkum dalam tabel 4.8. Penelitian ini
umumya yang menggunkanan one step, mengikuti Windmeijer (2005) bahwa two
step memberikan koreksi kesalahan yang cukup kuat daripada one step. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil estimasi yang ditemukan di berbagai negara,
mengakse internet, infrastruktur kesehatan yang berupa jumlah rumah sakit, dan
ekonomi. Tabel 4.8 pada semua model menunjukkan bahwa koefisien lag variabel
endogen ln (Y ¿−1 ) mempunyai tingkat signifikansi tinggi pada tingkat 1%. Hal ini
71
mengindikasikan bahwa model dinamis yaitu terdapat pengaruh pertumbuhan
Secara parsial dengan full model pada tabel 4.8 menunjukkan masing-
tingkat partisipasi angkatan kerja yang memiliki tingkat signifikansi paling tinggi.
Tabel 4-8
Hasil Estimasi Panel System GMM
Sys-GMM
Variabel Full Model
ln ( y ¿¿ ¿−1)¿ 1,033399
(0,000)***
0224058
ln (PPP)
(0,184)*
27339721
ln ( PPK )
(0,499)*
2928568
(TPAK )
(0,015)**
-0719029
ln (JS )
(0,359)*
024668
ln JPI ¿
(0,182)*
0288517
ln (JRS)
(0,477)*
0051214
ln (JPA)
(0,355)*
cons 0,0000
AR(1) 0,0866
AR(2) 0,3788
Sargan/Hansen test 0,0743
Hasil uji Arrelano-Bond untuk AR(1) dengan p-value sebesar 0,0866 dan
untuk AR(2) sebesar 0,3788, keduanya lebih besar dari 5%, sehingga
72
keputusannya menerima H0 yang berarti tidak terjadi autokorelasi. Hipotesis uji
pertama dan kedua). Kemudian, hasil uji Hansen dengan p-value sebesar 0,0743
lebih besar dari 5%. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel instrument yang
4.2.2. Uji t
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dapat dilihat dari tabel 4.8 hasil nilai lag
pendidikan dilihat dari nilai p value 0,184 hasilnya positif dan signifikan artinya
pengeluaran pemerintah untuk kesehatan dilihat dari nilai p value 0,499 hasilnya
73
untuk kesehatan sebasar 10% maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi
sebesar 0,499%. Kemudian variabel tingkat partisipasi angkatan kerja dilihat dari
nilai p value 0,015 hasilnya positif dan signifikan, artinya jika terjadi peningkatan
ekonomi sebesar 0,015%. Kemudian variabel jumlah sekolah dilihat dari nilai p
value 0,359 hasilnya negatif tidak signifikan ini artinya penambahan jumlah
jumlah penduduk yang mengakses internet dilihat dari nilai p value 0,182 hasilnya
positif dan signifikan ini artinya jika terjadi peningkatan jumlah penduduk yang
sebesar 0,182%. Kemudian variabel jumlah rumah sakit dilihat dari nilai p value
0,477 hasilnya positif dan signifikan ini artinya jika terjadi penambahan jumlah
rumah sakit sebasar 10% maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar
0,477% Kemudian variabel jumlah peserta asuransi kesehatan dilihat dari nilai p
value 0,355 hasilnya positif dan signifikan artinya jika terjadi peningkatan peserta
sebesar 0,355%.
4.2.3. Uji F
Berdasarkan hasil pada tabel 4.6 nilai koefisien uji F sebesar 900,57 dan p
penduduk yang mengakses internet, jumlah rumah sakit, jumlah peserta asuransi
74
kesehatan secara bersama-sama mempengaruhi variabel endogen yaitu
4.3. Pembahasan
2019 adalah berfluktuasi. Menurut Rustan (2019) Salah satu faktor yang dapat
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa infrastruktur yang baik di suatu negara
masyarakat.
75
penduduk yang mengakses internet, jumlah rumah sakit terlihat paling menonjol
dibanding provinsi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai Ibu Kota
provinsi DKI Jakarta menjadi central diberbagai bidang, baik itu di bidang
infrastruktur, yang mana dengan hal itu DKI Jakarta juga menjadi provinsi
yang ada terpenuhi seperti di provinsi DKI Jakarta maka hal itu akan mendorong
yang dari segi pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan, tingkat
jumlah rumah sakit, dan peserta asuransi kesehatan yang masih tergolong masih
tertinggal dari provinsi yang lain menjadikan provinsi ini juga menghasilkan nilai
PDRB yang rendah, karena belum tersedianya infrastruktur yang layak dan
dan merata.
mengakses internet, infrastruktur kesehatan yang berupa jumlah rumah sakit, dan
76
pengeluaran pemerintah untuk pendidikan akan mendorong kenaikan PDRB
kenaikan PDRB sebesar 0,499%. Hal ini sesuai dengan teori dan beberapa
Indonesia, yang mana nilai PDRB DKI Jakarta juga tinggi, hal ini menunjukkan
0,015%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Oyvat, Onaran, (2022)
perekonomian negara. Tingkat partisipasi angkatan kerja yang tinggi akan dapat
77
masyarakat yang bekerja dalam suatu daerah akan meningkatkan perekonomian
peningkatan di setiap provinsi yang ada di Indonesia, yang mana hal ini dipercaya
Tenaga kerja yang memperoleh pekerjaan dan berkerja secara produktif akan
ekonomi, maka dari itu pemerintah harus menunjang angkatan kerja, agar bisa
bekerja lebih optimal. Indonesia sebagai Negara berkembang masih sangat men-
ekonomi. Pada provinsi Jawa Timur tingkat partisipasi angkatan kerja cenderung
lebih tinggi dibanding daerah lain, karena di Jawa Timur sebagai kota industri
DKI Jakarta jumlah tingkat partisipasi angkatan kerjanya juga tinggi, sama halnya
dengan Jawa Timur, DKI Jakarta juga menjadi salah satu kota sibuk di Indonesia
karena pusat perekonomian dan daerah industri, karena banyaknya industri yang
tingkat partisipasi angkatan kerja yang juga tinggi, tidak kalah dengan 2 provinsi
78
paling tinggi dari sektor-sektor lain, ini juga yang menjadi alasan tingkat partisi-
pasi angkatan kerja di daerah tersebut tinggi yang dilihat dari PDRB daerahnya
yang tinggi pula. Kemudian daerah Maluku, tingkat partisipasi angkatan kerja di
daerah ini terbilang cukup rendah, sektor pertanian dan perkebunan menjadi sek-
tor yang paling unggul di daerah ini, artinya sumber daya manusia di daerah ini
masih kurang optimal dari segi pendidikan maupun kesehatan, sehingga masih
banyak yang menjadi petani, dan berkebun. Provinsi Papua, tingkat partisipasi
angkatan kerja di daerah Papua bisa dibilang masih rendah, pengangguran yang
ada di daerah ini juga masih tinggi, hal ini disebabkan karena daerah Papua belum
signifikan ini artinya jika terjadi peningkatan jumlah penduduk yang mengakses
0,182%. Dimana penduduk yang mengakses internet ini bisa juga dilihat sebagai
akses internet. Kemudian, bila ditilik dari peningkatan pada tiap periode,
internet, maka informasi dan pengetahuan akan lebih cepat diserap dan diterima,
79
Variabel jumlah rumah sakit berpengaruh positif dan signifikan ini artinya
jika terjadi penambahan jumlah rumah sakit sebasar 10% maka akan mendorong
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,477%. Hal ini sejalan dengan riset yang
yang turut menunjang, hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan pola pikir
salah satunya dengan pemberdayaan sumber daya manusia yang dilakukan secara
dalam hal ini juga mencakup pendistribusian obat yang dapat lebih mudah untuk
standar kesehatan yang dapat mencakup masyarakat luas dengan cara melakukan
pembangunan kesehatan yang jauh lebih merata. Hal ini sejalan dengan teori
80
pertumbuhan baru dimana kapital, labor, tekhnologi/sumber daya manusia
dan memadai akan membuat kualitas sumber daya manusia akan meningkat,
karena jiwa yang sehat akan lebih konsentrasi dan optimal menerima informasi,
juga dengan jiwa yang sehat masyarakat yang bekerja akan lebih maksimal dalam
bekerja.
signifikan artinya jika terjadi peningkatan peserta asuransi kesehatan sebasar 10%
maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 0,355%. Hal ini sesuai
dengan hasil riset Purwadi, Syaifullah & Nizar (2016) hasil penelitian ini
adanya peningkatan, juga memiliki peranan penting dan memiliki pengaruh yang
masyarakat terhadap kesehatan yang semakin tinggi, salah satunya yakni dengan
menjadi polis dalam jasa asuransi kesehatan. Hal ini akan berdampak baik untuk
masyarakat, asuransi juga bisa menjadi perantara dalam bidang keuangan yang
bisa turut memberikan peran untuk mewujudkan fungsi sistem keuangan. Manfaat
asuransi tidak hanya di dalam penyerapan resiko, akan tetapi juga turut andil
dalam pengalihan resiko, serta bisnis. Jasa dibidang asuransi akan mampu
menekan dampak negatif yang muncul karena volatilitas dan ketidakpastian, juga
81
meratakan (smooth) siklus ekonomi. Hal ini sejalan dengan teori pertumbuhan
aware dengan kesehatan, salah satu upayanya yakni menjadi peserta asuransi,
maka keinginan masyarakat akan rasa aman juga meningkat, karena salah
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
82
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel
kerja, infrastruktur pendidikan yang berupa jumlah sekolah, dan penduduk yang
mengakses internet, infrastruktur kesehatan yang berupa jumlah rumah sakit, dan
mengejar peningkatan kuantitas, agar infrastruktur yang ada bisa digunakan untuk
jangka panjang dan tidak berguna dalam waktu yang panjang untuk masyarakat.
sosial yang terbatas pada variabel tertentu. Kepada penelitian selanjutnya bisa
83
memperbanyak dan memperluas variabel yang diteliti sehingga mendapatkan hasil
Daftar Pustaka
84
Familoni, K.A. 2004. The Role of Economic and Social Infrastructure in
Economic Development: A Global View.
Finlay, J. (2007). The Role of Helath in Economic Development. 27 March From
Harvard :
https://cdn1.sph.harvard.edu/wpcontent/uploads/sites/1288/2013/10/
PGDA_WP_21.pdf
Jhingan, M.L. 2008. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Raja
Grafindo persada.
Gao, Y. Tian L., Candong Y., Zhou, L., Li, Z., & Hou, D. 2019. Supplying social
infrastructure land for satifying public needs or leasing residential land? A
study of local government choices in china, 87 (2019) 104088. Land Use
Policy.
Oyvat, C., Onaran, O. (2022). The effects of social infrastructure and gender
equality on output and employment: The case of South Korea, 158 (2022)
105987. World Development.
85
Infrastruktur Kesehatan, Pendidikand an Jumlah Penduduk Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara. Semantic Scholar JS. V412.
18084.
Shawabkeh, R.K.A., Alobaidat, E., Alhaddad, M.I., Alzouby, A.M.. (2022). The
role of social infrastructure services in developing the city centre planning:
A frmework for delivering sustainable cities in Jordan, 13 (2022) 101800.
Ain Shams Engineering Journal.
Siddique, A.M.H, Moheyudin, G., Kiani, A. 2018. Health, Education and
Economic Growth Nexus: Evidence from Middle Income Countries, vol. 3,
issue 4, 68-86. Global Social Sciences Review.
Takapente, W.H., Masinambow, V.A.J., Rompas, W.F.I. (2022). Pengaruh
Pendidikan dan Kesehatan terhadap Pertumbuhan Ekonomidi Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi volume 22,
No.2 Maret Tahun2022.
86
Tambunan, Tulus, “Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia : isu-isu
penting”, Jakarta : LP3ES, 2012.
Todaro, M.P. (2011). Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesebelas. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Todaro, M.P. dan Smith, S.C. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid I Edisi
Kesembilan. Haris Munandar (penerjemah). Erlangga, Jakarta.
Vogl, T. S. (2014). Education and Health in Developing Economies. In A. J.
Culyer, Encyclopedia of Health Economics (pp. 246-249). Elsevier.
Yasin, M.H.M., Toran, H., Tahar, M.M, Bari, S. (2010). Special Education
Classroom Infrastructure: Teachers Views. Procedia Social and Behavioral
Sciences (7) (2010) 601-604.
87
88