Anda di halaman 1dari 118

UNIVERSITAS PERTAHANAN INDONESIA

STRATEGI KODIM 0618/BS KOTA BANDUNG DALAM


PENYELENGGARAAN PEMBINAAN TERITORIAL GUNA
MENDUKUNG TUGAS POKOK TNI AD

TESIS

MUHAMAD MURSYID, S.E


NPM 120200105049

FAKULTAS STRATEGI PERTAHANAN


PROGRAM STUDI STRATEGI PERTAHANAN DARAT

JAKARTA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS

ii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Nama : Muhamad Mursyid, S.E.


NIM : 120200105049
Program Studi : Strategi Pertahanan Darat
Fakultas : Strategi Pertahanan
Judul Tesis : Strategi Kodim 0618/BS Kota Bandung Dalam Penye
lengaraan Pembinaan Teritorial Guna Mendukung T
ugas Pokok TNI AD

No. Nama Tanda Tanggal


tangan

1. Pembimbing I:
Brigjen (Purn) Dr. ARIEF PRAYITNO,
S.H., M. Hum. CIQnR, CIQaR,CIMMR.

2. Pembimbing II:
Dr Ir. RUDY LAKSMONO, M.T

3. Reviewer I:
KOL. CAJ (PURN) Dr. THOMAS
GABRIEL, M.Si.

4. Reviewer II:
MAYOR CKM (PURN)
Dr. Drs. MUKHTADI, M.M.

5. Reviewer III:
BRIGJEN TNI AGUS MANSYAH,
M.Han.

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
atau bagian karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan jenjang apapun di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat istilah, frasa, kalimat, paragraf,
subbab, atau bab dari karya yang pernah ditulis atau diterbitkan, kecuali
yang secara tertulis dirujuk dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar
Referensi.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa terdapat plagiat dalam tesis ini,
saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan dan undang-
undang yang berlaku.

Jakarta, Desember 2022

Muhamad Mursyid

iv
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah Subhanahu


Wata’ala, pada akhirnya penyusunan tesis dengan judul “Strategi Kodim
0618/BS Kota Bandung Dalam Penyelengaraan Pembinaan Teritorial
Guna Mendukung Tugas Pokok TNI AD” dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar Magister pada program studi Strategi Pertahanan
Darat, Fakultas Startegi Pertahanan, Universitas Pertahanan Republik
Indonesia.
Penyusunan tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pada kesempatan ini Peneliti menyampaikan terima kasih dan
rasa hormat kepada:
1. Laksamana Madya TNI Profesor Dr. Amarulla Octavian, S.T.,
M.Sc., DESD., CIQnR., CIQaR., IPU selaku Rektor Universitas
Pertahanan Republik Indonesia.
2. Mayor Jenderal TNI Dr. Priyanto, S.I.P., M.Si. (Han), selaku Dekan
Fakultas Strategi Pertahanan.
3. Brigjen (Purn) Dr. Arief Prayitno, S.H., M.Hum., selaku Dosen
Pembimbing I.
4. Dr. Ir. Rudy Laksmono, M.T., selaku Sesprodi Strategi Perang
Semesta sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah membimbing
dan selalu memberikan motivasi dalam penyusunan tesis ini.
5. Kol. Caj (Purn) Dr. Thomas Gabriel, M.Si selaku Reviewer I, yang
telah memberikan saran dan masukan.
6. Mayor Ckm (Purn) Dr. Drs. MUKHTADI, M.M. selaku Reviewer II,
yang telah memberikan saran dan masukan.
7. Brigjen TNI Agus Mansyah, M.Han. selaku Reviewer III, yang telah
memberikan saran dan masukan.

v
8. Para Dosen, Staf Prodi dan Organik Universitas Pertahanan
Republik Indonesia, yang selalu membimbing dan mendukung
dalam selama perkuliahan dan proses penyusunan tesis.
9. Para senior dan rekan-rekan Mahasiswa Prodi Strategi Pertahan
Darat atas dukungan selama perkuliahan dan proses penyusunan
tesis.
10. Seluruh narasumber yang telah membantu memberikan informasi
dan data yang diperlukan dalam penyusunan tesis ini.
11. Keluarga yang selalu memberikan dukungan moril dan materiil
dengan penuh kesabaran sehingga tesis ini dapat selesai sesuai
harapan.
Semoga dukungan dan bantuan yang telah diberikan dalam
penyusunan tesis ini mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Peneliti menyadari sepenuhnya, bahwa tesis ini belum sempurna
dan masih terdapat berbagai kekurangan dihadapkan keterbatasan
kemampuan yang dimiliki oleh peneliti, karenanya peneliti membuka
ruang sebesar-besarnya terhadap masukan, kritik maupun saran yang
konstruktif untuk kesempurnaan tesis ini.
Akhir kata, peneliti berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pertahanan, baik secara teoritis maupun aplikatif
bagi pembangunan pertahanan negara, khususnya dalam
mengembangkan strategi pertahanan pulau-pulau besar.

Jakarta, Desember 2022


Peneliti

Muhamad Mursyid

vi
ABSTRAK

Pembinaan Teritorial (Binter) sebagai strategi pertahanan matra darat


yang dikembangkan untuk mengantisipasi permasalahan teritorial yang
terdiri dari perpaduan dinamika unsur geografi, demografi, dan kondisi
sosial. Binter merupakan salah satu tugas dan fungsi utama komando
kewilayahan. Kodim dalam melaksanakan program Binter saat ini terdapat
permasalahan yaitu; organisasi Kodim saat ini kurang optimal terutama
dalam bidang penerangan dan penyampaian program Binter Kodim
kepada masyarakat, dan dalam menghadapi bencana Kodim kurang
optimal karena terbatasnya jumlah personel. Permasalahan lain yaitu
terbatasnya sarana multimedia dan kemampuan personel di Kodim dalam
menggunakan sarana multimedia. Program pembinaan teritorial Kodim
menggunakan metode Binter yaitu Bhakti TNI, Bintahwil, dan Binkomsos.
Metode Bhakti TNI yang digunakan dalam pembinaan teritorial kurang
optimal dalam melibatkan Tiga Pilar (Kodim, Pemda dan Polri) karena
baru sebatas sinergitas dan kerjasama dalam mendukung program
Pemda dan sifatnya masih temporer saja. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis strategi satuan komando kewilayahan dalam penyelenggara
an pembinaan teritorial guna mendukung tugas pokok TNI AD di Kodim 06
18/BS Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif, melalui teknik pengumpulan data secara triangulasi
(gabungan) dengan menggunakan metode seperti wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perlunya
dilakukan reorganisasi Kodim guna mendukung pembinaan teritorial,
peningkatan kemampuan personel dan material Kodim di bidang
multimedia serta adanya strategi pembinaan teritorial melalui metode
Binter dengan memanfaatkan multimedia dan melibatkan unsur Tiga Pilar.

Kata Kunci: Binter, Bhakti TNI, Bintahwil, Binkomsos, Kodim

vii
ABSTRACT

Territorial Development (Binter) is a land-based defense strategy


developed to anticipate territorial problems that combine dynamic
elements of geography, demography, and social conditions. Binter is one
of the main tasks and functions of the regional command. The Kodim
implementing the Binter program currently has problems; Kodim
organization is currently less than optimal, especially in the field of
information and delivery of the Binter program to the community, and in
dealing with disasters the Kodim is less than optimal due to the limited
number of personnel. Another problem is the limited multimedia facilities
and the ability of personnel at Kodim to use multimedia facilities. The
Kodim territorial development program uses the Binter method, namely
Bhakti TNI, Bintahwil, and Binkomsos. The Bhakti TNI method used in
territorial development is less than optimal in involving the Three Pillars
(Kodim, Pemda, and Polri) because it is only limited to synergy and
cooperation in supporting local government programs and is only
temporary. This study aims to analyze the strategy of the regional
command unit (Kodim) in the implementation of territorial development to
support the main tasks of the TNI AD at the Kodim 0618/BS Bandung City.
The method used in this study is a qualitative method, through
triangulation (combined) data collection techniques using methods such
as interviews, observation, and documentation. The conclusion of this
research is the need for a reorganization of the Kodim to support territorial
development, increase the capacity of Kodim personnel and materials in
the multimedia field, and a territorial development strategy through the
Binter method utilizing multimedia and involving the Three Pillars.
Keywords: Binter, Bhakti TNI, Bintahwil, Binkomsos, Kodim

viii
DAFTAR ISI

COVER.............................. i
…………………………………………………..... ii
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS.... iii
…………………………………………. iv
LEMBAR PENGESAHAN TESIS..............................................................................
v
PERNYATAAN ORISINALITAS ...............................................................................
vii
KATA PENGANTAR.................................................................................................
vii
ABSTRAK ................................................................................................................
i
ABSTRACT ..............................................................................................................
ix
DAFTAR xi
ISI……………………………………………………………………. xii
DAFTAR xii
GAMBAR……………………………………………………………. i
DAFTAR 1
TABEL………………………………………………………………. 9
DAFTAR 9
SINGKATAN………………………………………………………… 1
BAB 1 0
PENDAHULUAN……………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang …………. 0
………………………………………… 1
1.2 Fokus dan Sub Fokus …………. 1
………………………………… 1
1.3 Rumusan 2
Masalah………………………………………………... 1
1.4 Tujuan Penelitian…………………. 2
………………………………. 1
1.5 Manfaat 2
Penelitian………………………………………………… 1
BAB 2 TINJAUAN 4

ix
PUSTAKA…………………………….......................... 1
2.1 Landasan Teori. 5
…………………………………………………… 1
2.1.1 6
Strategi………………………………………………………… 1
2.1.2 Teori Komunikasi 7
Sosial……………………………………. 1
2.1.3 Teori Sumber Daya 8
Organisasi……………………………. 2
2.1.4 Teori Kemampuan…. 0
………………………………………… 2
2.1.5 Teori Pembinaan. 5
……………………………………………. 2
2.1.6 Buku Petunjuk Pembinaan Teritora 7
l................................... 2
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu. 7
……………………………………… 2
2.3 Kerangka 8
Pemikiran……………………………………………… 2
BAB 3 METODOLOGI 9
PENELITIAN………………………………………. 2
3.1 Metode dan Desain 9
Penelitian…………………………………… 3
3.2 Tempat dan Waktu 0
Penelitian……………………………………. 3
3.3 Subyek dan Obyek Penelitian…………. 0
………………………… 3
3.3.1 Subyek 2
Data…………………………………………………… 3
3.3.2 Obyek Data. 5
…………………………………………………… 3
3.3.3 Sumber Data…. 6

x
………………………………………………. 4
3.4 Teknik Pengumpulan 0
Data………………………………………. 4
3.5 Teknik Pengolahan 0
Data…………………………………………. 4
3.6 Teknik Analisis 2
Data………………………………………………. 4
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN 6
PEMBAHASAN………………………. 5
4.1 Gambaran Umum Obyek 0
Penelitian……………………………. 6
4.2 Hasil Pengumpulan 2
Data…………………………………………. 6
4.3 Hasil Pengolahan Data………………. 6
…………………………... 8
4.4 Hasil Analisis 6
Data………………………………………………… 8
4.5 Interpretasi 6
Data…………………………………………………… 8
4.6 Pembahasan……………………………………………. 7
………… 8
BAB 5 KESIMPULAN DAN 9
SARAN………………………………………… 9
5.1 1
Kesimpulan………………………………………………………....
5.2
Saran………………………………………………………………..
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………...
LAMPIRAN……………………………………………………………………
...

xi
xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian……………….................... 26

Gambar 3.1 Letak Kodim 0618/BS Kota Bandung ……….................... 28

Gambar 3.2 Components of Data Analysis: Interactive Model….……. 42

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kodim 0618/BS Kota Bandung …… 67

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan .................................. 23

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ............................................................... 29

xiv
DAFTAR SINGKATAN

Binter : Pembinaan Teritorial


Kasad : Kepala Staf Angkatan Darat
Kodam : Komando Daerah Militer
Korem : Komando Resor Militer
Kodim : Komando Distrik Militer
Koramil : Komando Rayon Militer
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
OMSP : Operasi Militer Selain Perang
POLRI : Kepolisian Republik Indonesia
Satkowil : Satuan Komando Kewilayahan
SDM : Sumber Daya Manusia
TMMD : TNI Manunggal Membangun Desa
TNI : Tentara Nasional Indonesia
TNI AD : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
TNI AL : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut
TNI AU : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara
UU : Undang-Undang

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat memiliki
keunggulan geografis yang sangat strategis, jumlah sumber daya manusia
yang banyak dan sumber daya alam yang melimpah untuk menjadikannya
negara yang kuat dan maju. Wilayah territorial Indonesia yang meliputi
daratan dan perairan. Teritorial menurut kamus besar bahasa Indonesia
(KBBI) adalah mengenai wilayah (daerah hukum) suatu negara baik darat,
laut mapun udara. Teritorial merupakan hal yang sangat vital bagi
kekuatan pertahanan suatu negara. Teritorial Indonesia dibangun dengan
asumsi bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau Negara Kesatuan
Republik Indonesia tidak akan pernah melaksanakan invasi ke negara
luar, tetapi harus siap menghadapi kemungkinan ancaman militer
bersenjata dari negara luar disamping ancaman dari dalam negeri.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) khususnya TNI AD seperti
dinyatakan dalam UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
berfungsi sebagai komponen utama pertahanan negara berkewajiban
menjamin terselenggaranya pertahanan negara di darat secara efektif
guna mengantisipasi berbagai ancaman dan tantangan yang
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan teritorial Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), serta keselamatan seluruh tumpah darah dan
bangsa Indonesia. Peran TNI AD dalam mewujudkan ketahanan nasional
dan kesejahteraan masyarakat tidak terlepas dari makna yang terkandung
dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945, dimana secara tersurat
dalam pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa “Negara berkewajiban
untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa”.
Peran TNI tersebut merupakan amanat dari Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, khususnya Pasal 7 Ayat 2b mengenai

1
2

Operasi Militer Selain Perang (OMSP) poin ke-8 dan 9, yang


menyebutkan bahwa TNI memiliki kewajiban untuk memberdayakan
wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya sesuai dengan Sistem
Pertahanan Semesta (Sishanta) serta membantu tugas pemerintahan di
daerah, dengan demikian sudah sewajarnya bagi TNI untuk membantu
pemerintah di daerah, termasuk tugas menyejahterakan masyarakat.
Sebagai alat pertahanan negara yang merupakan bagian integral dari
pemerintah, sudah menjadi kewajiban TNI untuk membantu pemerintah di
daerah dalam upaya mewujudkan ketahanan wilayah dan kesejahteraan
masyarakat.
Dalam rangka menjaga integritas wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), serta dalam upaya mengatasi permasalahan
teritorial yang muncul di wilayah negara Indonesia, Tentara Nasional
Indonesia (TNI) menggunakan pendekatan yang spesifik melalui suatu
prosedur “geostrategi” yang baik, salah satunya adalah Pembinaan
Teritorial (Binter).
Pembinaan Teritorial merupakan usaha, pekerjaan, dan kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan Ruang, Alat, dan Kondisi (RAK)
Juang yang tangguh serta mewujudkan Kemanunggalan TNI dan Rakyat,
dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional dan kesejahteraan
masyarakat. Dalam konteks kemiliteran di Indonesia, sesuai amanat
Undang-Undang TNI terkait dengan Operasi Militer Selain Perang
(OMSP), pembinaan teritorial dilakukan oleh tiap-tiap satuan. Pembinaan
teritorial oleh satuan tempur merupakan pembinaan teritorial yang sifatnya
terbatas, sedangkan pembinaan teritorial oleh satuan komando
kewilayahan (Satkowil) sifatnya tidak terbatas.
Satuan komando kewilayahan (Satkowil) merupakan perwujudan
dari sistem komando wilayah yang memiliki sejarah panjang yang dimulai
sejak masa perang merebut kemerdekaan dan melahirkan strategi
pertahanan. Tujuannya yaitu memberikan perlindungan teritorial,
kedaulatan, dan keselamatan bangsa. Awalnya, strategi pertahanan
teritorial digunakan untuk strategi perang gerilya dalam menghadapi

Universitas Pertahanan RI
3

kolonialisme Belanda dimana dalam pelaksanaannya diperlukan


dukungan dari seluruh rakyat Indonesia, strategi yang digunakan dengan
menyusun hierarki militer paralel dengan birokrasi pemerintahan sipil.
Dalam perang gerilya TNI-AD sebagai tulang punggung menghadapi
kolonialisme karena pada saat itu pesawat tempur TNI-AU masih sangat
minim jumlahnya, sedangkan TNI-AL masih belum terbentuk dengan baik.
Komando teritorial merupakan bentuk pemerintahan darurat militer yang
mencerminkan fungsi pertahanan dan kemudian dinamakan “Tentara dan
Teritorium” sebagai akar dari Komando Daerah Militer (Kodam) untuk
mengelola sumber daya nasional untuk mendukung upaya pertahanan
(Widjojo, 2007).
Konsep komando kewilayahan diteruskan di era pasca
kemerdekaan dengan alasan masih terdapat ancaman terhadap negara
khususnya ancaman terhadap ideologi Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Berawal konsep “Jalan Tengah” dan doktrin “Tri Ubaya Cakti”
yang melegitimasi Dwifungsi ABRI bahwasanya militer memiliki tiga tugas
utama yaitu pertahanan darat nasional, doktrin kekaryaan dan doktrin
pembinaan. Komando kewilayahan dalam konteks Binter merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan doktrin Sistem Pertahanan
dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) yang meliputi segala
usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk membantu segenap potensi wilayah
untuk kepentingan pertahanan yang merupakan fungsi pembinaan
teritorial (Binter) TNI (Adiwijoyo, 2002).
Pembinaan teritorial dapat dilakukan dengan melalui pendekatan
metode pembinaan teritorial (Metode Binter) meliputi Komunikasi Sosial,
Ketahanan Wilayah, dan Bakti TNI. Pada saat ini masyarakat menilai
keberadaan berbagai satuan teritorial di lingkungan mereka, bermanfaat
untuk menciptakan stabilitas keamanan. Keberadaan institusi teritorial
juga berperan dalam menengahi berbagai kelompok masyarakat yang
terdiri dari berbagai kepentingan yang terkadang sulit disatukan dan
acapkali menimbulkan pergesekan sosial. Karena itu secara sosiologis,
TNI telah berupaya melakukan restrukturisasi fungsi di tengah-tengah

Universitas Pertahanan RI
4

masyarakat yaitu dengan memposisikan diri sebagai pihak yang turut


menciptakan keteraturan sosial (Herdiansah, 2017).
Dilihat dari perkembangan sejarahnya, pembinaan teritorial
merupakan proses institusionalisasi dari strategi militer yang
menempatkan perang gerilya sebagai startegi utamanya. Proses
institusionalisasi strategi perang gerilya yang sebenarnya bersifat tentatif
ini bergeser menjadi bagian permanen dari strategi pertahanan nasional
sejak pengadopsian Doktrin Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta).
Pengadopsian doktrin ini menempatkan Pembinaan Teritorial sebagai
strategi pertahanan matra darat yang dikembangkan untuk mengantisipasi
permasalahan teritorial yang terdiri dari perpaduan dinamika unsur
geografi, demografi, dan kondisi sosial (Wibowo, 2017).
Pembinaan teritorial yang dilaksanakan oleh Satkowil dalam hal ini
Kodim, merupakan usaha untuk mengembangkan konsep Pembinaan
Teritorial yang diarahkan guna memperoleh suatu kekuatan kewilayahan,
dimana unsur geografi sebagai ruang juang, demografi sebagai alat juang,
dan kondisi sosial sebagai kondisi juang yang tangguh bagi
penyelenggaraan pertahanan negara. Bila disederhanakan, Pembinaan
Teritorial yang dilakukan Kodim dapat diartikan sebagai pembinaan
terhadap segenap sumber daya nasional yang berada dalam batas
wilayah geografis tertentu untuk mendukung kepentingan nasional,
termasuk di dalamnya kepentingan pertahanan.
Kodim selaku satuan komando kewilayahan dalam melaksanakan
pembinaan teritorial yang secara langsung berhadapan dengan
masyarakat diharapkan dapat melaksanakan tugas pokoknya dengan
baik. Terjalinnya sinergitas antara program-program Kodim dengan
Pemda, dan terciptanya kerjasama Tiga Pilar dan masyarakat lainnya
yang dilaksanakan dengan baik dan terus menerus. Begitu pula dengan
organisasi Kodim diharapkan dapat mengikuti perkembangan jaman.
Program-program dan kegiatan pembinaan territorial Kodim kedepannnya
lebih mudah dilihat melalui multimedia. Personel Kodim diharapkan
dengan kemampuannya dapat melaksanakan cegah dan deteksi dini

Universitas Pertahanan RI
5

terhadap bencana dan bahaya lain, sehingga bantuan penanggulangan


bencana dan bencana lain dapat dilaksanakan dengan cepat dan tepat
sasaran.
Namun kondisi pembinaan teritorial Kodim saat ini tidak optimal jika
dihadapkan pada ancaman yang bersifat multidimensional saat ini. Hal ini
bisa dilihat banyaknya program-program Kodim kurang terpantau dan
tidak dimengerti oleh masyarakat sehingga cenderung kurang
memperhatikan program Binter Kodim itu sendiri. Salah satu penyebabnya
adalah Kodim belum mempunyai satuan kerja penerangan yang bisa
berkomunikasi atau menyampaikan pesan dan berita kepada masyarakat
melalui multimedia tentang program-program kemasyarakatan Kodim.
Sebagai contoh program perbantuan vaksinasi, pemberantasan narkoba,
pencegahan terorisme dan kejahatan multidimensional lainnya kurang
optimal sampai di masyarakat, sehingga masih ada beberapa masyarakat
dan desa binaan terdapat masalah dalam program-program tersebut.
Kondisi organisasi Kodim saat ini perlu adanya reorganisasi Kodim
terutama disesuaikan dengan perkembangan wilayah dan ancaman.
Kodim saat ini jika dilihat berdasarkan kondisi yang ada masih kurang
optimal, sebagai contoh Kodim yang berada di wilayah rawan bencana,
maka Kodim sampai saat ini belum mempunyai satuan setingkat Kompi
yang ada di Kodim, yang bisa bergerak cepat dalam mencegah dan
mengatasi jika ada bencana. Jika dilihat dari ciri wilayah perkotaan maka
Kodim dengan wilayah perkotaan yang rawan gangguan keamanan,
misalnya teroris, huru hara, dan demonstrasi, belum juga mempunyai satu
Kompi yang bisa bergerak cepat untuk membantu mengatasi masalah
tersebut. Jika dilihat dari kondisi wilayah perbatasan, maka Kodim di
wilayah perbatasan tersebut masih kekurangan dalam bidang material dan
personilnya, hal ini sudah pasti menyebabkan program Binter Kodim
terhambat.
Saat ini ancaman bersifat multidimensional sehingga perlu
komponen bangsa untuk menghadapi ancaman tersebut (Buku Putih
Pertahanan Indonesia, 2015). Kodim dengan Binter di harapakan mampu

Universitas Pertahanan RI
6

mencegah dan mengatasi masalah dan ancaman tersebut. Pembinaan


teritorial Kodim dengan metode Bhakti TNI juga terkendala, ketika Babinsa
harus mengkover banyak wilayah/desa yang menjadi pembinaanya.
Babinsa saat ini harus mengkover dua sampai tiga desa. Tentu saja ini
sangat menguras tenaga dan pikiran, jika dalam waktu bersamaan para
Babinsa juga harus ikut kegiatan lainnya.
Hal lain yang menyebabkan Kodim saat ini dalam melakukan
pembinaan teritorial tidak optimal dalam mendukung pencapaian tugas
pokok TNI AD, adalah organisasi Kodim belum adaptif dalam mengikuti
perkembangan wilayah. Hal dapat dilihat dari beberapa kendala antara
lain pengerahan personel dalam mendukung program Kodim dan Pemda
yang masih kurang dan sering terhambat. Berdasarkan pengamatan,
beberapa penyebab kurang adaptifnya Kodim utamanya di Kodim
0618/BS Kota Bandung antara lain adalah:
1.1.1 Belum adanya satuan kerja di Kodim terutama yang mengawaki
bidang penerangan, saat ini bidang penerangan hanya ada di
tingkat Korem, untuk satuan Kodim masih dilakukan oleh staf
teritorial.
1.1.2 Terbatasnya kemampuan personel Kodim dalam bidang multimedia
yang mendukung penyampaian visi dan misi serta program Kodim
agar sampai di masyarakat.
1.1.3 Perkembangan wilayah dan pemekaran wilayah belum bisa diikuti
dengan penambahan atau pembentukan Kodim.
1.1.4 Organisasi Kodim saat ini belum mengacu pada karakteristik
wilayah secara utuh, sehingga terkendala apabila suatu wilayah
dengan karakteristik yang ada terdapat masalah terutama dalam
dukungan bantuan pasukan atau logistik lainnya.
1.1.5 Terbatasnya ruang gerak Kodim dalam mengatasi gangguan dan
ancaman yang bersifat multidimensional di era digital saat ini
seperti terorisme, narkoba dan lain-lain karena terbentur adanya
perundang undangan yang membatasi ruang gerak Kodim tersebut,
misalnya dalam Undang Undang Teroris (UU No 5 Tahun 2008

Universitas Pertahanan RI
7

tentang perubahan atas UU No. 15 Tahun 2003 menyatakan bahwa


peran TNI dilibatkan dalam penanggulangan tersebut, kenyataan
dilapangan peran TNI masih dibatasi).

Keberadaan komando wilayah TNI AD berupa Kodim mempunyai


peran yang penting dalam fungsi pertahanan sekaligus fungsi sosial politik
yang memberikan kemudahan dalam menghadapi konflik eksternal dan
internal, menjamin terjalannya hukum, tatanan dan kontrol politik,
perbantuan bencana, dan penanganan terorisme. Kodim di diharapkan
dapat hadir tengah-tengah masyarakat, dalam tugas perbantuan terhadap
pemerintah kemudian dicantumkan dalam skema OMSP. Salah satu
contohnya ialah program ketahanan pangan dan swasembada pangan, di
mana kerja sama telah dicanangkan melalui Memorandum of
Understanding (MoU) antara Kementerian Pertanian dengan TNI AD.
Pembinaan teritorial (Binter) yang dilakukan Kodim dengan
menggunakan metode Binter, merupakan salah satu cara membina suatu
teritorial/wilayah dan menjadi palang pintu dari ancaman perpecahan atau
disintegrasi bangsa. Pembinaan Teritorial TNI AD diimplementasikan
melalui kegiatan pembinaan geografi, demografi, dan kondisi sosial yang
bertujuan mewujudkan kekuatan teritorial yang tangguh dengan segenap
isinya yang telah disiapsiagakan, sebagai sarana perjuangan bangsa yang
kokoh, kuat dan tidak mengenal menyerah untuk berperan serta dalam
penghancuran kekuatan musuh dalam wadah Sishankamrata. Di samping
itu, Binter juga diaktualisasikan membantu pemerintah daerah dalam
pemberdayaan wilayah pertahanan.
Dari penjelasan diatas, guna mengetahui strategi TNI AD dalam
bidang penyelenggaraan pembinaan teritorial wilayah, maka perlu adanya
penelitian di Kodim. Pada penelitian ini di fokuskan pada Kodim 0618/BS
Kota Bandung. Kodim 0618/BS merupakan Kodim yang berdiri sendiri
(tidak dibawahi oleh Korem) dan langsung bertanggung jawab kepada
Kodam. Kodim 0618/BS berada di bawah Kodam III/Siliwangi. Markas
Kodim 0618/BS terletak di Jalan Bangka No. 2 Kelurahan Merdeka,

Universitas Pertahanan RI
8

Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung. Kodim 0618/BS membawahi


Koramil sebanyak 14 Koramil yang tersebar di wilayah Kota Bandung.
Komandan Kodim 0618/BS saat ini dijabat Kolonel Inf Donny Ismuali
Bainuri menggantikan Kolonel Inf Sapta Budhi Purnama.
Penelitian dilakukan di wilayah Kodim 0618/BS Kota Bandung
karena merupakan wilayah sangat strategis apabila dilihat dari berbagai a
spek kehidupan, baik dalam aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pe
rtahanan keamanan. Pada aspek politik, Kodim 0618/BS. Kota Bandung
memiliki dinamika kehidupan politik yang sangat dinamis, banyak kegiatan
dan aktivitas perpolitikan nasional maupun lokal yang terjadi di wilayah ini
sehingga membuat Kodim 0618/BS Kota Bandung selalu menjadi sorotan
dan perhatian dari berbagai kalangan di tingkat nasional. Hal ini beralasan
mengingat Kota Bandung merupakan ibu kota Propinsi Jawa Barat sehing
ga menjadi barometer perpolitikan di wilayah Jawa Barat dan nasional, terl
ebih lagi Jawa Barat merupakan penyangga ibu kota negara Indonesia, ya
kni DKI Jakarta.
Pada aspek ekonomi, Kota Bandung merupakan daerah pusat pere
konomian Jawa Barat dan merupakan pusat perdagangan, pusat industri,
dan pusat investasi di wilayah Jawa Barat, yang tentunya meningkatkan p
erekonomian masyarakat di wilayah Kodim 0618/BS Kota Bandung. Wilay
ah ini merupakan wilayah industri, jasa, dan investasi yang sangat potensi
al secara ekonomi, khususnya Kota Bandung dikenal sebagai kota jasa, k
ota mode, kota vogue, dan kota kuliner. Pada aspek sosial budaya, wilaya
h Kodim 0618/BS Kota Bandung sangat plural, multi budaya, multi etnik, d
an multi kultur, hal ini menjadikan interaksi sosial dan budaya yang kompl
eks terjadi di wilayah ini dimana suku sunda menjadi suku mayoritas dan t
erdapat berbagai suku di Kota Bandung karena Kota Bandung merupakan
kota metropolitan di wilayah Jawa Barat. Kota Bandung dikenal dengan ko
ta pendidikan pula karena di wilayah ini terdapat banyak perguruan tinggi t
erkenal, seperti ITB, UPI, Unpad, dan lain-lain. Diharapkan dengan adany
a kampus-kampus besar tersebut lahir kaum intelektual yang dapat
memberikan ide dan saran terkait strategi pembinaan teritorial. Pada aspe

Universitas Pertahanan RI
9

k pertahanan keamanan, wilayah Kodim 0618/BS Kota Bandung sangat st


rategis untuk dijadikan sebagai wilayah pertahanan sehingga akan mendu
kung pembangunan daerah, karena banyaknya basis-basis militer di wilay
ah ini. Dalam lintasan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, Kota B
andung sangat lekat dengan berbagai gerakan mengusir penjajah dengan
peristiwa terkenal seperti “Bandung Lautan Api”, dan lagu heroisme sepert
i “Halo-Halo Bandung”.
Kodim memiliki peran yang penting dalam menyelenggarakan pem
binaan teritorial di wilayah. Fungsi pembinaan teritorial Kodim mencakup:
(1) Fungsi pembinaan teritorial sebagai perwujudan dari strategi perang se
mesta; (2) Fungsi pembinaan teritorial sebagai strategi pengelolaan poten
si nasional; (3) Fungsi pembinaan teritorial sebagai strategi penjaga stabili
tas politik dan keamanan pemerintahan; dan (4) Fungsi pembinaan teritori
al sebagai pemberdayaan wilayah pertahanan di darat dan kekuatan pend
ukungnya secara dini untuk mendukung sistem pertahanan dan sistem per
lawanan rakyat semesta. Melihat fungsi-fungsi tersebut, maka strategi
Kodim sangatlah penting khususnya dalam membuat program-progam pe
mbinaan teritorial yang mampu mendukung tercapainya tugas pokok TNI
AD.
Berdasarkan penjelasan di atas, dalam upaya penelaahan strategi
Kodim dalam penyelenggaraan pembinaan teritorial, maka penelitian ini
dilakukan di Kodim 0618/BS Bandung. Guna melihat strategi Kodim dala
m penyelenggaraan pembinaan teritorial, peneliti tertarik untuk melakukan
analisis permasalahan terhadap “Strategi Kodim 0618/BS Kota Bandun
g Dalam Penyelenggaran Pembinaan Teritorial Guna Mendukung Tug
as Pokok TNI AD” untuk menemukan solusi terhadap permasalahan-
permasalahan pembinaan teritorial di era saat ini.

1.2 Fokus dan Sub Fokus


Peneliti memfokuskan penelitian kepada strategi Kodim dalam peny
elenggaraan pembinaan teritorial yang dilakukan di Kodim 0618/BS Kota
Bandung. Melalui fokus itulah maka sub fokus yang diambil oleh peneliti

Universitas Pertahanan RI
10

adalah melihat kemampuan Kodim 0618/BS Kota Bandung dalam menyel


enggarakan pembinaan teritorial dalam mendukung tugas pokok dan fung
si TNI AD, serta dalam membangun dan membina teritorialnya guna meni
ngkatkan kemampuan daya tangkal negara dan bangsa, serta
menanggulangi setiap ancaman dengan melihat penyiapan potensi
nasional, penyelenggaraan pelatihan dasar kemiliteran, kemampuan, dan
kemauan komponen bangsa sebagai kekuatan pendukung, serta
mengakomodasi para pemangku kebijakan dalam turut serta mendukung
kegiatan Kodim 0618/BS Kota Bandung.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, fokus dan sub fokus penelitian yang
diuraikan diatas, peneliti merumuskan pokok permasalahan yang akan
diteliti yaitu “Strategi Kodim 0618/BS Kota Bandung Dalam Penyeleng
garaan Pembinaan Teritorial Guna Mendukung Tugas Pokok TNI AD”
agar penulisan lebih fokus dan mendalam maka peneliti membatasi
penulisan pada strategi penyelenggaran pembinaan teritorial komando ke
wilayahan dalam mendukung tugas pokok TNI AD di Kodim 0618/BS.
Untuk mengupas permasalahan tersebut lebih mendalam maka peneliti
akan menjawabnya dalam 3 (tiga) pertanyaan penelitian, antara lain:
1.3.1 Bagaimana kemampuan pembinaan teritorial Kodim 0618/BS Kota
Bandung saat ini?
1.3.2 Bagaimana strategi pembinaan teritorial yang diilaksanakan oleh Ko
dim 0618/BS Kota saat ini?

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi Kodim 0618/BS
Kota Bandung dalam penyelenggaraan pembinaan teritorial guna menduk
ung tugas pokok TNI AD. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab
rumusan masalah di atas, yaitu:
1.4.1 Menganalisis kemampuan pembinaan teritorial Kodim 0618/BS
Kota Bandung saat ini.

Universitas Pertahanan RI
11

1.4.2 Menganalisis strategi yang dilaksanakan oleh Kodim 0618/BS Kot


a Bandung saat ini.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari rencana pelaksanaan
penelitian ini adalah:
1.5.1 Aspek Teoritis
Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan
sumbangan secara akademis, antara lain:
1.5.1.1 Dapat menjadi bahan pengkajian dalam pemahaman tentang
pembinaan teritorial sesuai dengan tugas pokok dan fungsi TNI A
D.
1.5.1.2 Dapat menjadi sebuah konsep ilmiah bagi Prajurit khususnya yang
tertarik dalam bidang pembinaan teritorial.
1.5.1.3 Dapat menjadi bahan pertimbangan pimpinan dalam pembuatan
kebijakan. Khususnya dalam melaksanakan pembinaan teritorial
dan pemahaman tentang pembinaan teritorial yang dihadapkan
pada tuntutan tugas pokok TNI AD yang semakin kompleks dan
berat.
1.5.2 Aspek Praktis
Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan
manfaat, antara lain:
1.5.2.1 Dapat menjadi masukan bagi pimpinan TNI dalam merumuskan
kebijakan dalam bidang pembinaan teritorial guna mendukung tu
gas pokok dan fungsi TNI.
1.5.2.2 Dapat menjadi masukan bagi pimpinan TNI AD dalam
merumuskan organisasi Kodim yang sesuai terhadap
perkembangan jaman.
1.5.2.3. Melalui penelitian ini, penulis juga berharap dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman mengenai penyelenggaraan pem
binaan teritorial yang mendukung kinerja dan meningkatkan kem

Universitas Pertahanan RI
12

ampuan TNI AD khususnya dalam melaksanakan tugas pokokny


a.

Universitas Pertahanan RI
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Guna mengalisis data-data yang terkait dengan strategi komando kewi
layahan dalam penyelenggaraan pembinaan teritorial guna mendukung tugas
pokok TNI AD di Kodim 0618/BS Kota Bandung, maka peneliti mendasarinya
dengan beberapa teori atau konsep-konsep yang relevan. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan metode kualitatif yang tidak terlepas dari teori dan
konsep yang menjadi sebagai acuan untuk melakukan penelitian dan kajian
teoritis agar terbentuk kerangka konseptual mengenai kondisi yang
diharapkan dari fenomena permasalahan yang diteliti. Adapun teori dan
konsep yang digunakan dalam penelitian ini terbagi kedalam tiga macam
teori yaitu Grand Theory yang menggunakan “Teori Strategi dan Komunikasi
Sosial”, Middle Theory menggunakan “Teori Sumber Daya Organisasi dan
Teori Kemampuan”, dan pada Applied Theory menggunakan “Doktrin
Teritorial Nusantara” yang dijabarkan dalam “Buku Petunjuk Pembinaan
Teritorial”.

2.1.1 Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani “strategos”, yang berarti a
general set of maneuver carried out to overcome an enemy during combat,
yaitu sekumpulan senjata yang digunakan untuk memerangi musuh selama
peperangan. Jadi, memang istilah strategi semula bersumber dari kalangan
militer dan secara popular sering dinyatakan sebagai “kiat yang digunakan
oleh para jenderal untuk memenangkan suatu peperangan” (Sihombing,
2000). Namun dewasa ini istilah strategi sudah digunakan oleh semua jenis
organisasi, dan ide-ide pokok yang terdapat dalam pengertian semula tetap
dipertahankan, hanya saja aplikasinya disesuaikan dengan jenis organisasi
yang menerapkannya. Secara umum strategi diartikan sebagai suatu cara

13
14

yang digunakan oleh manajer atau pimpinan puncak untuk mencapai tujuan
organisasi. Strategi merupakan landasan awal bagi sebuah organisasi dan
elemenelemen di dalamnya untuk menyusun langkah-langkah atau tindakan-
tindakan dengan memperhitungkan faktorfaktor internal dan eksternal dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Manajemen Strategi terdiri
dari tiga tahap, yaitu perumusan strategi, pelaksanaan strategi, dan evaluasi
strategi. Perumusan strategi terdiri dari pengembangan misi bisnis,
identifikasi faktor eksternal (peluang dan ancaman), menentukan faktor
internal (kekuatan dan kelemahan), menyusun tujuan jangka panjang,
menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi yang tepat untuk
dilaksanakan.
Menurut Siagian (1995), pelaksanaan strategi yang tertuang dalam
program kerja harus dilakukan melalui fungsi-fungsi manajemen yang
mencakup pengorganisasian, pelaksanaan (actuating), penganggaran, dan
kontrol. Strategi merupakan pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan
dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas
dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi
tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai
dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam
pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Menurut Kenneth Andrew (2000), strategi adalah pola sasaran,
maksud atau tujuan kebijakan serta rencana. Rencan penting untuk
mencapai tujuan itu yang dinyatakan dengan cara seperti menetapkan bisnis
yang dianut dan jenis atau akan menjadi apa jenis organisasi tersebut.
Kemudian menurut Buzzel dan Gale (2001), strategi adalah kebijakan dan
keputusan kunci yang digunakan untuk manajemen, yang memiliki dampak
besar pada kinerja keuangan. Kebijakan dan keputusan ini biasanya
melibatkan sumber daya yang penting dan tidak dapat diganti dengan
mudah. Sintesis dari beberapa definisi strategi di atas adalah penetapan

Universitas Pertahanan RI
15

sasaran dan arahan tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan
untuk mencapai tujuan.

2.1.2 Teori Komunikasi Sosial


Komunikasi sosial adalah salah satu jenis komunikasi di dalam
masyarakat. Komunikasi sosial adalah kegiatan proses interaksi antar
individu dan kelompok orang dalam kehidupan masyarakat yang
memungkinkan terjadinya pertukaran pesan atau hasil budaya manusia yang
berupa bahasa, adat-istiadat/tradisi, ilmu pengetahuan dan sistem nilai yang
dibutuhkan atau yang dapat memberikan manfaat secara sepihak atau kedua
belah pihak.
Komunikasi sosial adalah salah satu bentuk komunikasi yang lebih
intensif, dimana komunikasi terjadi secara langsung antara komunikator dan
komunikan, sehingga situasi komunikasi berlangsung dua arah dan lebih
diarahkan kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial, melalui kegiatan
ini terjadilah aktualisasi dari berbagai masalah yang dibahas (Bungin,
2006:32). Komunikasi sosial sekaligus suatu proses sosialisasi dan untuk
pencapaian stabilitas sosial, tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama dan baru
yang diagungkan oleh suatu masyarakat melalui komunikasi sosial,
kesadaran masyarakat dipupuk, dibina dan diperluas.
Komunikasi sosial sebagai metode adalah suatu cara yang
diselenggarakan oleh satuan jajaran TNI AD yang berhubungan dengan
perencanaan dan kegiatan untuk memelihara serta meningkatkan keeratan
hubungan dengan segenap komponen bangsa guna terwujudnya saling
pengertian dan kebersamaan yang memungkinkan timbulnya keinginan
masyarakat untuk berpartisipasi pada kepentingan bidang pertahanan
negara. Selanjutnya komunikasi sosial sebagai kemampuan adalah
kemampuan prajurit TNI AD dalam berkomunikasi dengan komponen
masyarakat dan aparat pemerintah terkait lainnya guna terwujudnya saling

Universitas Pertahanan RI
16

pengertian dan kebersamaan yang memungkinkan timbulnya keinginan


masyarakat untuk berpartisipasi pada kepentingan bidang pertahanan
negara.
Tujuan penyelenggaraan Komunikasi Sosial TNI AD yaitu untuk
memberikan kemudahan bagi Babinsa-Babinsa di lapangan dalam
melaksanakan komunikasi sosial sehingga terjalin hubungan yang harmonis
dengan aparat pemerintah, komponen masyarakat, dan keluarga besar TNI
(KBT) di wilayah tugas masing-masing serta diharapkan mampu menggugah,
mendorong dan membangkitkan serta mengajak seluruh komponen bangsa
untuk ikut berpartisipasi terhadap pertahanan negara. Kemudian unsur
komunikasi sosial ialah komunikator/pemberi pesan, pesan/materi, media/
sarama prasarana, dan komunikan/penerima pesan.
Dalam penyelenggaraan komunikasi sosial yang dilakukan oleh jajaran
Babinsa TNI AD di lapangan dengan segenap komponen bangsa digunakan
bentuk-bentuk komunikasi sebagai berikut: anjangsana/silaturahmi,
sosialisasi, ceramah, penyuluhan, dan kegiatan agama. Adapun peranan
komunikasi sosial yang dilaksanakan oleh Babinsa di lapangan dalam rangka
mensukseskan pembinaan Teritorial TNI AD adalah sebagai berikut:
2.1.2.1. Sebagai sarana komunikasi untuk memelihara dan meningkatkan
keeratan hubungan dengan segenap komponen bangsa serta
meningkatkan kemanunggalan TNI-Rakyat dalam rangka
pertahanan negara.
2.1.2.2. Sebagai sarana sosialisasi dalam rangka menunjang tugas TNI AD
bidang pertahanan negara.
2.1.2.3. Sebagai sarana untuk menyamakan visi, misi dan interpretasi
antar berbagai komponen bangsa dalam rangka pertahanan
Negara.
2.1.2.4. Sebagai sarana Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi dan Simplikasi
(KISS) dalam menunjang kegiatan Pembinaan Teritorial TNI AD.

Universitas Pertahanan RI
17

2.1.3 Sumber Daya Organisasi


Menurut Harrington Emerson dalam Presthus Robert V. (1975),
manajemen mempunyai lima unsur dalam pengelolaan sebuah organisasi,
dan hal ini melibatkan berbagai sumber daya yang merupakan aset
organisasi tersebut. Informasi sebagai suatu sumber daya organisasi
semakin dianggap penting untuk dikelola seperti halnya sumber daya
organisasi lainnya. Bungin (2005) menjelaskan bahwa terdapat 5 (lima) jenis
sumber daya organisasi yang terkenal dengan istilah 5M, yaitu: Man
(manusia), Money (uang), Material (bahan baku kerja), Machine (peralatan
mesin), dan Method (metode kerja organisasi).
Lima sumber daya yang pertama adalah sumber daya fisik, yang
memiliki wujud, sementara sumber daya informasi merupakan sumber daya
konseptual. Sumber daya konseptual dipakai oleh para manajer untuk
mengelola sumber daya fisik. Sumber daya informasi bukan cuma meliputi
informasi dan data, tetapi juga perangkat keras komputer, perangkat lunak
komputer, para spesialis informasi, pemakai, fasilitas, database informasi dan
data. Organisasi dalam operasinya selalu membutuhkan sistem-sistem untuk
mengumpulkan, mengolah, menyimpan, melihat kembali, dan menyalurkan
informasi. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, sumber daya organisasi
perlu terus-menerus disusun ulang agar siap pakai pada saat diperlukan
organisasi. Penyusunan ulang tersebut juga bertujuan untuk menghasilkan
daya guna yang lebih tinggi.

2.1.4 Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa,
sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan,
kecakapan, kekuatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989: 552-553).
Kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan. (Stephen P. Robbins & Timonthy A.
Judge, 2009: 57). Lebih lanjut, Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge

Universitas Pertahanan RI
18

(2009: 57-61) menyatakan bahwa kemampuan keseluruhan seorang individu


pada dasarnya terdiri atas dua kelompok faktor, yaitu:
2.1.4.1 Kemampuan Intelektual (Intelectual Ability), merupakan
kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas
mental (berfikir, menalar, dan memecahkan masalah).
2.1.4.2 Kemampuan Fisik (Physical Ability), merupakan kemampuan
melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan,
kekuatan, dan karakteristik serupa.

2.1.5 Teori Pembinaan


Menurut Thoha (1989), pembinaan adalah suatu tindakan, proses,
hasil, atau pernyataan yang lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya
kemajuan, peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan,
berkembang atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari definisi
pembinaan yaitu: pembinaan itu bisa berupa suatu tindakan, proses, atau
pernyataan tujuan, dan; pembinaan bisa menunjukkan kepada perbaikan
atas sesuatu. Kemudian menurut Poerwadarmita (1987), pembinaan adalah
suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna
berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Secara umum
pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola kehidupan yang
direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu dan memiliki
keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Pengertian pembinaan menurut psikologi dapat diartikan sebagai
upaya memelihara dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi
atau menjaga keadaan sebagaimana seharusnya. Dalam manajemen
pendidikan luar sekolah, pembinaan dilakukan dengan maksud agar kegiatan
atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau
tidak menyimpang dari hal yang telah direncanakan. Secara konseptual,
pembinaan atau (empowerment), berasal dari kata ’power’ (kekuasaan atau
keberdayaan). Karenanya, ide utama pembinaan bersentuhan dengan

Universitas Pertahanan RI
19

konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan sering kali dikaitkan dan


dihubungkan dengan kemampuan individu untuk membuat individu
melakukan apa yang diinginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.
Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina. Pembinaan adalah
proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan tindakan
atau kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna
dengan baik. Dalam pelaksanaan konsep pembinaan hendaknya didasarkan
pada hal bersifat efektif dan pragmatis dalam arti dapat memberikan
pemecahan persoalan yang dihadapi dengan sebaik baiknya, dan pragmatis
dalam arti mendasarkan fakta-fakta yang ada sesuai dengan kenyataan
sehingga bermanfaat karena dapat diterapkan dalam praktik.
Pembinaan menurut Helmi (1973) adalah segala hal usaha, ikhtiar dan
kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan pengorganisasian
serta pengendalian segala sesuatu secara teratur dan terarah.
Ketidaktercapaian apa yang diharapkan akan sangat mempengaruhi kondisi
seseorang tersebut baik secara psikis maupun mental. Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, peran pembinaan sangat diperlukan guna me-
refresh kondisi psikis dan mental seseorang agar tidak mengalami depresi,
dan hal ini sangat membantu agar apa yang direncanakan tadi dapat tercapai
dengan baik.

2.1.6 Buku Petunjuk Pembinaan Teritorial


Doktrin Teritorial Nusantara menyebutkan bahwa pembinaan diartikan
sebagai tindakan yang berhubungan dengan perencanaan, penyusunan, pen
gembangan, pengerahan, dan pengendalian segala sesuatu secara berdaya
guna dan berhasil guna untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelu
mnya. Sedangkan arti kata dari teritorial adalah bagian wilayah (daerah huku
m) suatu negara dengan batas-batas tertentu. Kemudian secara luas, teritoria
l berarti sebagian dari permukaan bumi, terdiri atas daratan, perairan, dan rua
ng udara dengan batas-batas tertentu yang ditetapkan oleh suatu negara seb

Universitas Pertahanan RI
20

agai wilayah nasional. Dengan demikian sudah tersimpul unsur ruang semest
a negara dengan segenap isinya (sosiogeografis), baik yang merupakan day
a kekuatan maupun daya kemampuan, baik kekurangannya maupun kelema
hannya, baik kualitas maupun kuantitasnya, baik yang bersifat materiil maupu
n spiritual.
Dari kedua pengertian tersebut, sesuai dengan Buku Pedoman Praktis
Aparat Teritorial, yang dimaksud dengan Pembinaan Teritorial adalah segala
usaha, pekerjaan, dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pe
ngembangan, pengerahan, serta pengendalian potensi wilayah dengan sege
nap aspeknya dalam rangka menjadikan kekuatan wilayah sebagai RAK (Ru
ang, Alat, dan Kondisi) Juang guna kepentingan pertahanan negara yang hak
ekatnya untuk mewujudkan Kemanunggalan TNI dan Rakyat guna menyukse
skan tugas pokok TNI. Pembinaan teritorial dapat dilaksanakan oleh TNI sec
ara berdiri sendiri maupun bersama-sama dengan unsur-unsur diluar TNI unt
uk membantu pemerintah dalam menyiapkan kekuatan pertahanan yang meli
puti wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya serta terwujudnya Kem
anunggalan TNI dan Rakyat.
Pembinaan Teritorial pada hakekatnya merupakan penjabaran dari per
aturan perundang-undangan dan ketetapan-ketetapan yang mengatur tentan
g hak pembelaan negara serta Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara (S
ishankamneg) yang menjadi fungsi dan peran TNI AD. Pembinaan Teritorial b
ercirikan kewilayahan, kerakyatan, dan kesemestaan, sehingga dalam pelaks
anaannya melibatkan seluruh komponen bangsa. Wujud Pembinaan Teritoria
l merupakan suatu sistem pembinaan yang digali dari pengalaman bersenjata
untuk menegakkan keutuhan negara, dengan berpegang teguh pada konstitu
si yakni Pancasila dan UUD 1945. Dalam perjuangan TNI, pembinaan teritori
al telah teruji aktivitasnya untuk menangkal berbagai peristiwa nasional maup
un sektoral yang bercorak kewilayahan sehingga dapat digunakan sebagai u
paya untuk mengelola potensi kewilayahan. Konsepsi pembinaan teritorial dal
am mengelola kekuatan pertahanan di daerah yang dikembangkan TNI pada

Universitas Pertahanan RI
21

saat ini berbeda dengan konsep lama (Hankamrata), melainkan sesuai konse
p pertahanan menyeluruh (total defence). Dalam konsepsi Hankamrata, raky
at menjadi “pagar manusia” di bidang pertahanan dan keamanan (Hankam).
Sementara dalam total defence, rakyat diberi pelatihan dan keahlian, sehingg
a dapat menjadi kekuatan pendukung pertahanan negara.

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu


Sebagai bahan referensi dan pengembangan tulisan dalam
penyusunan tesis ini, peneliti merujuki kepada beberapa penelitian yang telah
dilakukan oleh penelitian sebelumnya, diantaranya:

2.2.1 Rizki Wibowo dengan judul “Pembinaan Teritorial Desa di Kecamat


an Balai Jaya Kabupaten Rokan Hilir” Tahun 2015
Penelitian ini membahas pembinaan territorial desa di kecamatan Bala
i Jaya Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2015 dengan segala aspek yang di
miliki oleh Kodim 08/Bagan Sinembah untuk meningkatkan kemampuan perta
hanan negara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskripsit diman
a menjelaskan tentang implementasi pembinaan teritorial di desa dengan me
nggunakan tiga cara yaitu pembinaan teritorial, meningkatkan ketahanan dala
m Bhakti TNI, serta mengembangkan kemampuan komunikasi sosial. Data di
ambil melalui wawancara in-depth serta dokumentasi yang relevan terkait de
ngan pembinaan teritorial desa di Kecamatan Balai Jaya Kabupaten Rokan H
ilir tahun 2015.

2.2.2 Ari Ganjar Herdiansyah, Kuntum Chairun Ummah, dan Sabar Sima
njuntak dengan judul “Peran dan Fungsi Pembinaan Teritorial TNI AD d
alam Perbantuan Pemerintah Daerah: Studi di Kabupaten Lebak” Tahun
2017
Penelitian ini membahas tentang peran dan fungsi pembinaan teritorial
TNI AD dalam perbantuan Pemerintah Daerah dengan studi kasus di Kabupa

Universitas Pertahanan RI
22

ten Lebak. Pendekatan penelitian dilakukan secara kualitatif melalui proses w


awancara mendalam terhadap aparat komando kewilayahan Lebak, pemerint
ah daerah, tokoh masyarakat, organisasi kepemudaan, dan kelompok petani.
Kajian ini menyimpulkan melalui pelaksanaan tugas perbantuan terhadap Pe
mda, TNI AD memainkan peran dan fungsinya dalam mendorong proses pem
bangunan di daerah yang berkolerasi dengan terpenuhinya berbagai kepentin
gan publik. Namun, optimalisasi perlu dilakukan demi mencapai hasil yang m
aksimal dengan cara melembagakan kerja sama antarinstitusi, terutama anta
ra Satkowil TNI AD Lebak dengan Pemerintah Kabupaten Lebak.

2.2.3 Fithra Luthfi Bahri Zaqy dengan judul “Analisis Peran Kodim 0618/
BS Kota Bandung dalam Upaya Pengurangan Resiko Bencana Alam di
Kota Bandung” Tahun 2018
Penelitian ini membahas peran Kodim dalam upaya pengurangan resik
o bencana di wilayah Kota Bandung. Pendekatan penelitian dilakukan secara
kualitatif. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan studi kepustakaa
n. Teknik analisis data lebih banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpul
an data saat peneliti berada di lapangan, dan menggunakan teknik deskriptif
analisis. Hasil penelitian menunjukan, bahwa: 1) peran Kodim 0618/BS cukup
vital dalam pengurangan resiko bencana alam dibuktikan dengan posisi Dand
im sebagai wakil ketua dalam susunan organisasi Satlak Penanggulangan da
n Pengurangan Resiko Bencana, 2) Kota Bandung menggunakan Dinas Pem
adam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Alam sebagai Organisasi ya
ng bertanggung Jawab dalam Penanggulangan Bencana Alam, dan 3) kuran
gnya tenaga ahli mitigasi bencana sehingga diperlukan pelatihan khusus bagi
personil.

2.2.4. Educ Permadi Eko dengan judul “Strategi Metode Binter Satuan K
omando Kewilayahan untuk Mengatasi Terorisme di Wilayah Kodim 073
5/Surakarta” Tahun 2018

Universitas Pertahanan RI
23

Penelitian ini membahas peran Kodim dalam melaksanakan pembinaa


n territorial di wilayahnya dengan metode Komunikasi Sosial, Pembinaan Perl
awanan Wilayah dan Bakti TNI dengan tujuan menganalisis pengaruh strateg
i binter dalam mengatasi permasalahan terorisme di wilayah. Penelitian ini dil
akukan dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang dipergunakan melip
uti data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara, observasi, serta didukung studi dokumentasi dan triangulasi. An
alisis data kualitatif dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penari
kan kesimpulan. Pembinaan Perlawanan Wilayah, Komunikasi Sosial, dan Ba
kti TNI dapat berpengaruh terhadap upaya mengatasi terorisme di daerah. Ke
giatan berupa pembangunan fisik dan non fisik ditujukan untuk membatu kes
ulitan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraannya. Penanggulangan ter
orisme harus dilakukan secara bersama-sama institusi lain dan pemerintah d
aerah serta unsur masyarakat agar mendapatkan hasil yang maksimal.

2.2.5 Tang Upe, dengan judul “Optimalisasi Penyelenggaraan Bakti TNI


dalam Rangka Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Darat” Tahun 2011
Upe membahas tentang peran bakti TNI sebagai salah satu metode bi
nter dalam membantu mlaksanakan kegiatan kemanusiaan. Tulisan ini merup
akan karangan militer yang menggunakan metode kualitatif dengan cara mel
akukan wawancara yang mendalam, dokumentasi, dan studi kepustakaan. H
asil yang di dapat bakti TNI sebagai salah satu metode binter merupakan sar
ana yang efektif guna mendukung tugas pemberdayaan wilayah pertahanan
darat, sehingga penyelenggaraanya perlu dioptimalkan.

Universitas Pertahanan RI
24

Tabel. 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu


Metode Perbedaan
Alat
Nama Judul yang Hasil Penelitian dengan
Analisis
Peneliti dan digunakan penelitian
Tahun
Rizki Wibowo, Pembinaan Terito Kualitatif Pembinaan teritorial Wawancara Lokus dan
2015 rial Desa di Keca akan meningkat dan hasil akhir
matan Balai Jaya dengan dokumen penelitian
Kabupaten Rokan menggembangkan yang
Hilir. kemampuan relevan
komunikasi sosial.

Ari Ganjar Her Peran dan Fungsi Kualitatif Optimalisasi Binter Wawancara Lokus dan
diansyah, Kun Pembinaan Terito dalam In-depth dan hasil akhir
tum Chairun rial TNI AD dalam meningkatkan dokumentasi penelitian
Ummah, dan Perbantuan Peme kerjasama akan
Sabar Simanj rintah Daerah: Stu memaksimalkan
untak, 2017 di di Kabupaten L hasil yang optimal
ebak. terutama antara
Satkowil dengan
pemerintah.

Fithra Luthfi B Analisis Peran Ko Kualitatif Peran Kodim cukup Wawancara Objek
ahri Zaqy, dim 0618/BS Kota vital dalam dan penelitian
2018 Bandung dalam U pengurangan resiko dokumen dan fokus
paya Penguranga bencana alam, yang penelitian
n Resiko Bencana kurangnya tenaga relevan
Alam di Kota Ban ahli mitigasi
dung. bencana sehingga
diperlukan pelatihan
khusus bagi
personel.
Educ Permadi Strategi Metode B Kualitatif Pembinaan Wawancara Tujuan
Eko, 2018 inter Satuan Kom Perlawanan dan penelitian,
ando Kewilayahan Wilayah, dokumen objek
untuk Mengatasi Komunikasi Sosial, yang penelitian,

Universitas Pertahanan RI
25

Terorisme di Wila dan Bakti TNI dapat relevan dan lokus


yah Kodim 0735/S berpengaruh penelitian
urakarta terhadap upaya
mengatasi terorisme
di daerah.
Tang Upe, Optimalisasi Peny Kualitatif Bhakti TNI sebagai Wawancara Subjek
2011 elenggaraan Bakti salah satu metode b dan penelitian,
TNI dalam Rangk inter merupakan sar dokumen lokus, dan
a Pemberdayaan ana yang efektif gun yang fokus
Wilayah Pertahan a mendukung tugas relevan penelitian
an Darat pemberdayaan wila
yah pertahanan dar
at, sehingga penyel
enggaraanya perlu
dioptimalkan.
Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2022).

Relevansi kesamaan tulisan tersebut dihadapkan dengan penelitian


yang dilaksanakan oleh peneliti yaitu terdapat kesamaan terletak pada
metode yang digunakan adalah kualitatif untuk mendeskripsikan data-data
yang diperoleh selama penelitian. Relevansi penelitian dihadapkan dengan
perbedaan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh penulis yaitu terletak
pada lokasi penelitian (lokus) dan juga tujuan peneliti dalam melihat
transformasi di Kodim-Kodim terkait pembinaan teritorial. Namun strategi
atau upaya yang ditulis dalam penelitian-penelitian ini dapat dijadikan
sebagai referensi bagi peneliti dalam meneliti transformasi Kodim dalam
pembinaan teritorial guna mewujudkan ruang alat kondisi yang tangguh di
Wilayah Kodim 0618/BS Kota Bandung.
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka Berpikir merupakan narasi (uraian) atau pernyataan
(proposisi) tentang kerangka konsep pemecahan masalah yang telah
dirumuskan. Pada dasarnya esensi kerangka berpikir berisi alur jalan pikiran

Universitas Pertahanan RI
26

peneliti secara logis atau rangkaian penalaran dalam suatu kerangka


penelitian mulai dari munculnya permasalahan, berbagai aspek/faktor
termasuk teori yang berhubungan dengan masalah, proses analisis sampai
dengan kesimpulan. Melalui kerangka berpikir dapat diketahui alur pemikiran
peneliti dalam melakukan penelitian agar terdapat keselarasan antara latar
belakang masalah, teori hingga pembahasan. Kerangka pemikiran ini
memudahkan peneliti dalam menyusun data penelitian sehingga sesuai
dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini terdiri dari input, proses, output, dan
outcome.
Input dalam penelitian ini yaitu permasalahan ancaman militer dan
nonmiliter yang dapat mengganggu keamanan dan pertahanan teritorial wilay
ah di Kota Bandung sehingga diperlukan strategi Satuan Komando Kewilayah
an dalam penyelenggaraan Pembinaan Teritorial guna mendukung tugas pok
ok TNI AD di Kodim 0618/BS Bandung. Dari input tersebut, proses penelitian
terdiri dari teori, konsep, metode penelitian dan juga penelitian terdahulu.
Dimana proses tersebut menghasilkan output berupa tercapainya
penyelenggaraan Binter yang terpadu, terarah, dan tepat sasaran. Ketika
rekomendasi kebijakan tersebut dilaksanakan maka akan menghasilkan
outcome berupa program Binter Kodim 0618/BS Bandung yang lebih
implementatif sesuai dengan kondisi wilayah Kota Bandung.
Dalam penyusunan tesis dengan judul “Strategi Kodim 0618/BS Ban
dung Dalam Penyelenggaraan Pembinaan Teritorial Guna Mendukung T
ugas Pokok TNI AD”, diuraikan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Universitas Pertahanan RI
27

ANCAMAN MILITER &NON M MENGGANGGU KEAMANAN DA


N PERTAHANAN TERITORIAL WI
ILITER
LAYAH
- GLOBALISASI
- ASPEK-ASPEK IPOLSOSBUD

INPUT

BAGAIMANA ORGANISASI, PERSONEL, DAN STRATEGI KODIM DALAM PE


NYELENGGARAAN BINTER STUDI KASUS DI KOTA BANDUNG?

PROSES METODE KUALITATI


DATA PRIMER: NARAS
UMBER (DANDIM, KAS STRATEGI SATUAN KOMANDO WILAYAH DALA F DENGAN TEKNIK T
DIM, PASI KODIM, DAN M PENYELENGGARAAN BINTER GUNA MENDU RIANGULASI DATA
KOMPONEN MASY) KUNG TUPOK TNI AD
(STUDI KASUS DI KODIM 0618/BS)

TEORI:
DATA SEKUNDER: ST STRATEGI, KOMSOS, SU
PENYELENGGARAAN BINTER DI BERBAGAI MBER DAYA ORGANISA
UDI LITELATUR DAN
DOKUMENTASI WILAYAH DI KOTA BANDUNG, PROGRAM- SI, KEMAMPUAN, BINT
ER
PROGRAM BINTER YANG DILAKSANAKAN.

OUTPUT OUTCOME
PENYELENGGARAAN BINTER TER
BINTER KODIM MENJA
PADU, TERARAH, DAN TEPAT SA
DI LEBIH IMPLEMENTA
SARAN
TIF

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran “Strategi Satuan Komando Kewilayahan Dalam Pen
yelenggaraan Pembinaan Teritorial Guna Mendukung Tugas Pokok TNI
AD (Studi Kasus di Kodim 0618/BS Kota Bandung)”
Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2020).

Universitas Pertahanan RI
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian


3.1.1 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2014), metode penelitian adalah langkah-langkah
yang diambil oleh peneliti untuk mengumpulkan data atau informasi untuk
diolah dan dianalisis secara ilmiah. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kualitatif. Peneliti menggunakan metode kualitatif karena
peneliti berupaya untuk mendapatkan pemahaman mengenai permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini. Dimana peneliti pada tahap awalnya
melakukan penjelajahan, selanjutnya melakukan pengumpulan data secara
mendalam. Karena data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Dengan
metode kualitatif, melalui teknik pengumpulan data secara triangulasi
(gabungan) dimana pengumpulan data dari beragam sumber yang saling
berbeda dengan menggunakan metode yang sama seperti wawancara,
observasi, dan dokumentasi, maka dengan ini kepastian data akan lebih
terjamin (Sugiyono, 2014:23).
Alasan lain peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif adalah
penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara dan observasi, analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Dengan demikian,
penelitian kualitatif tidak hanya sebagai upaya mendeskripsikan data tetapi
deskripsi tersebut hasil dari pengumpulan data valid yang diprasyaratkan
kualitatif yaitu melalui berbagai metode penelitian terhadap sesuatu obyek
seperti melalui wawancara mendalam, observasi, studi dokumen dan dengan
melakukan triangulasi (Sugiyono, 2014:1).

28
29

3.1.1 Desain Penelitian


Desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan
dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta
serasi dengan tujuan penelitian (S. Nasution, 2006:23). Desain penelitian ini
merupakan studi deskriptif analitis, maka dalam memperoleh data dilakukan
melalui berbagai teknik yang disusun secara sistematis untuk mencari
pengumpulan data hasil penelitian yang sempurna. Metode deskriptif analitis
merupakan metode yang bertujuan mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap suatu objek penelitian yang diteliti melalui sampel atau
data yang telah terkumpul dan membuat kesimpulan yang berlaku umum
(Sugiyono, 2014). Metode ini sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian
yang mendeskripsikan tentang strategi Kodim dalam penyelenggaraan pembi
naan teritorial guna mendukung tugas pokok TNI AD dengan menjadikan Kod
im 0618/BS Kota Bandung sebagai lokasi penelitian.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian.
Penelitian dilaksanakan di Kota Bandung dengan fokus di Kodim 0618/
BS.

Gambar 3.1 Letak Kodim 0618/BS Kota Bandung


Sumber: Dokumentasi peneliti (2022)

Universitas Pertahanan RI
30

3.2.2 Jadwal Penelitian


Penelitian telah dilaksanakan selama 6 (enam) bulan yaitu pada Bulan
Juli-Desember 2022.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No Kegiatan 2022

Juli Agts Sept Okt Nov Des

1 Mengerjakan
Proposal tesis

2 Ujian Proposal
tesis

3 Penyusunan
Instrumen
penelitian

4 Penelitian

5 Wawancara

6 Penelusuran
literatur

7 Kosultasi draft
penelitian

8 Penulisan dan
Penyusunan
tesis

9 Ujian Tesis

10 Perbaikan Tesis

3.3 Subyek dan Obyek Penelitian


3.3.1 Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda,
ataupun lembaga (organisasi), Subjek penelitian pada dasarnya adalah yang
akan dikenai kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 1998). Di dalam subyek
penelitian inilah terdapat objek penelitian. Dalam melakukan pengumpulan

Universitas Pertahanan RI
31

data, peneliti mengelompokkan subyek-subyek dalam beberapa informan


yang akan didatangi, terdiri dari:
3.3.1.1 Informan/narasumber dari internal TNI AD seperti Komandan Kodim
0618/BS Kota Bandung, Aster, Kasdim, Kasi Kodim, Danramil, dan
Babinsa.
3.3.1.2 Pihak Pemda seperti Walikota dan Kepala Badan Kesbangpol (atau
staf yang mewakili) setempat.
3.3.1.3 Kelompok masyarakat yang dilatar belakangi oleh tugas,
pengalaman, jabatan, serta kemampuan yang dimilikinya untuk
menjadi informan seperti tokoh masyarakat dan karang taruna.
3.3.1.4 Guna melengkapi pengumpulan data, maka penelitian juga
dilakukan terhadap narasumber yakni Perwira, Bintara dan
Tamtama serta PNS Kodim 0618/BS Kota Bandung.

3.3.2 Obyek Penelitian


Obyek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang, atau
yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian (Azwar, 1998). Obyek
penelitian dalam penelitian ini adalah strategi Kodim 0618/BS Kota Bandung
dalam menyelenggarakan pembinaan teritorial guna mendukung tugas pokok
dan fungsi TNI AD.

3.3.3 Sumber Data


Data kualitatif adalah data informasi yang berbentuk kalimat verbal
bukan berupa simbol angka atau bilangan. Data kualitatif didapat melalui
suatu proses menggunakan teknik analisis mendalam dan tidak bisa
diperoleh secara langsung. Dengan kata lain untuk mendapatkan data
kualitatif lebih banyak membutuhkan waktu dan sulit dikerjakan karena harus
melakukan wawancara, observasi, diskusi atau pengamatan. Artinya, dalam
penelitian kualitatif, data yang diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi

Universitas Pertahanan RI
32

lapangan, dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.


Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi
data tinggi sekali. Oleh karena itu peneliti sering mengalami kesulitan dalam
melakukan analisis, seperti yang dijelaskan diatas. Untuk membangun dan
membuat suatu penelitian yang akan dilakukan, maka peneliti berupaya
mendapatkan data yang mendukung dalam penelitian yang akan
dilaksanakan. Data tersebut terbagi menjadi dua jenis data, yaitu data primer
dan data sekunder.

3.3.3.1 Data Primer


Penelitian ini melakukan pengumpulan terhadap data primer yang
merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak
melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang)
secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik),
kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Data primer diperoleh sesuai
dengan informan atau narasumber yang telah ditetapkan melalui purposive
berupa catatan yang diperoleh pada saat pelaksanaan wawancara. Dalam
penelitian ini, penulis mencari data primer berupa opini atau pendapat dari
subjek narasumber secara individual kepada para informan, sedangkan hasil
observasi/ pengamatan merupakan kejadian atau kegiatan yang terkait
dengan penelitian.

3.3.3.2 Data Sekunder


Data-data sekunder yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian,
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu
melalui media dokumen perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Penggunaan data sekunder umumnya dapat berupa buku pedoman, rencana
kerja atau laporan kegiatan yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)
baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Selanjutnya data
sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data-data dari buku-buku yang

Universitas Pertahanan RI
33

berkaitan dengan fenomena permasalahan dalam penulisan ini. Sebelum


proses pencarian data sekunder dilakukan, dilakukan identifikasi kebutuhan
terlebih dahulu, yang akan membantu mempercepat dalam pencarian dan
penghematan waktu serta biaya. Data sekunder sangat bermanfaat dalam
memperoleh beberapa alternatif lain yang mendukung dalam penyelesaian
masalah yang akan diteliti. Dengan semakin banyaknya informasi yang
didapatkan, maka penyelesaian masalah akan menjadi jauh lebih mudah. Di
samping itu membantu dalam mendefinisikan dan mengembangkan fenomena
masalah yang akan diteliti, sekaligus dapat memunculkan solusi permasalahan
yang ada.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
observasi (pengamatan), interview (wawancara), dan dokumentasi. Dalam
penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi nyata
dilapangan, baik menggunakan data primer maupun sekunder serta
dilakukan dengan teknik pengumpulan data secara kualitatif, teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah:
3.4.1 Teknik Observasi. Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.
Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Dalam
observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Peneliti melakukan suatu pengamatan di lapangan atau lokus
penelitian serta melakukan pencatatan langsung secara sistematis
terhadap gejala atau fenomena yang diteliti, untuk menjaga orisinalitas
dan akurasi data yang diperoleh di lapangan. Metode observasi atau
pengamatan ini, dapat juga dilakukan peneliti dengan menyiapkan
seperangkat instrumen observasi penelitian, yang dikenal dengan
“Checklist Observation”. Dalam melaksanakan observasi ini peneliti

Universitas Pertahanan RI
34

melakukan suatu pengamatan dan pencatatan secara langsung


dilapangan dengan menggunakan pendekatan induktif sehingga
peneliti dapat menemukan hal hal yang kemungkinan tidak terungkap
pada saat pelaksanaan wawancara, dapat menemukan hal-hal diluar
persepsi responden. Pada konteks observasi ini peneliti berada
langsung di lapangan bersama satuan komando kewilayahan ikut serta
dalam pelaksanaan pembinaan teritorial di Kodim 0618/BS secara
nyata. Dimana peneliti bisa langsung mengamati dan melihat secara
jelas bagaimana tingkat kemampuan personel saat bertugas
dilapangan. Di samping itu juga berdasarkan pengalaman peneliti
selama melaksanakan tugas di lapangan selama dua tahun. Adapun
manfaat yang diperoleh oleh peneliti saat observasi adalah dengan
berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data
dalam keseluruhan situasi, maka berdasarkan observasi diatas dapat
memperoleh pandangan yang menyeluruh, pengalaman langsung
memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak di
pengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan
induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery,
peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang
lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, peneliti
dapat menemukan hal-hal diluar persepsi responden sehingga peneliti
memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
3.4.2 Teknik Wawancara. Peneliti akan menggunakan teknik wawancara
yang mendalam atau in-depth interview dilakukan melalui tanya jawab
langsung dengan berbagai pihak yang terkait dengan penelitian ini
sebagai upaya untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dalam
pelaksanaannya, peneliti akan melakukan wawancara semiterstruktur
karena dinilai teknik tersebut akan memberikan keluasaan bagi peneliti
dalam memperoleh data tanpa keluar dari materi pokok yang akan
dicari. Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept

Universitas Pertahanan RI
35

interview, dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas dibandingkan


dengan wawancara terstruktur (Sugiyono, 2014:73). Dengan teknik
wawancara yang mendalam atau in-depth interview maka peneliti
harus memegang teguh konsistensi arah penelitian, walaupun dalam
proses wawancara akan menemukan hal baru yang dikemukakan oleh
pelaku atau narasumber di lapangan. Penyiapan bahan pertanyaan
wawancara yang semi terstruktur dijadikan pedoman bagi peneliti.
Teknik wawancara membutuhkan waktu yang lebih lama, sehingga
membutuhkan pedoman dan pemikiran lebih lanjut tentang
pelaksanaannya (Arikunto, 2006:231). Pedoman wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah semi terstruktur. Dalam hal ini,
mula-mula peneliti sebagai interviewer (pewawancara) menanyakan
serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu
diperdalam guna mencari data yang lebih banyak dan akurat untuk
kepentingan pelaksanaan penelitian. Wawancara yang dilakukan oleh
peneliti secara mendalam dan secara bertahap. Patton (1980:207-211)
menggolongkan enam jenis pertanyaan dan setiap pertanyaan saling
berkaitan, yaitu:
1) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman perilaku.
2) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai.
3) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan.
4) Pertanyaan tentang pengetahuan.
5) Pertanyaan yang berkenaan dengan indera.
6) Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang dan demografi.
3.4.3 Teknik Dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu, sebagai sarana pelengkap dari penggunaan teknik
observasi/pengamatan dan wawancara. Peneliti perlu menyiapkan
dokumen berupa rencana, laporan ataupun data-data yang nantinya
dapat dijadikan informasi tambahan, bahkan tidak menutup
kemungkinan dari dokumen yang ada dapat ditemukan hal baru. Guna

Universitas Pertahanan RI
36

meyakini validitas dari dokumen yang disiapkan, maka peneliti akan


menyeleksi setiap dokumen yang digunakan sebagai unsur pendukung
dalam penelitian serta penguat obyek yang akan diteliti. Dokumentasi
digunakan sebagai bahan bukti kegiatan penelitian yang dapat
dianalisa ulang dan menguatkan temuan-temuan pada kegiatan
observasi dan wawancara. Dokumentasi tersebut mencakup tentang
catatan di lapangan, foto-foto, rekaman suara hasil wawancara, dan
lain-lain.

3.5 Teknik Pengolahan Data


Teknik pengolahan data diawali dengan pemeriksaan keabsahan data.
Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan
untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang
mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan unsur yang tidak terpisahkan dari
tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2007: 320). Keabsahan
data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-
benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang
diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji
credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Sugiyono, 2014).
Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan sebagai
penelitian ilmiah maka perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji
keabsahan data yang peneliti laksanakan, sebagai berikut:
3.5.1 Credibility.
Uji kredibilitas atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian yang
disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak
meragukan sebagai sebuah karya ilmiah adalah perpanjangan
pengamatan, meningkatkan kecermatan dalam penelitian, triangulasi
data secara sumber, teknik, dan waktu, serta dengan menggunakan
referensi yang terpercaya.

Universitas Pertahanan RI
37

3.5.2 Transferability.
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif
yang menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil
penelitian ke populasi dimana sampel dapat diambil.
3.5.3. Dependability.
Reliabel atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain
beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang
sama. Maka penelitian yang dependability atau reliabel adalah
penelitian apabila penelitian yang dilakukan orang lain dengan proses
yang sama akan menghasilkan hasil yang sama pula. Pengujian ini
dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses.
3.5.4. Confimability
Objektivitas pengujuan kualitas disebut juga dengan uji confirmability
penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil penelitian
telah disepakati oleh lebih banyak orang, sehingga apabila hasil
penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan,
maka penelitian tersebut telah di memenuhi standar confirmability.

3.6 Teknik Analisis Data


Menganalisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematik tentang data, baik data primer maupun sekunder yang
berlangsung setelah pengumpulan data selesai. Data yang telah
dikumpulkan, selanjutnya disusun dan dirinci, perincian dilakukan untuk
mendeskripsikan fenomena secara utuh dan tertata, sehingga mudah untuk
dipahami. Setelah data dideskripsikan, selanjutnya dilakukan analisis
berdasarkan teori yang relevan terhadap data tersebut sehingga dapat
diketahui kesesuaian antara permasalahan dengan hasil penelitian.
Analisis data dalam penelitian dilakukan sejak sebelum di lapangan,

Universitas Pertahanan RI
38

selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Artinya, peneliti telah


melakukan analisis mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,
sebelum terjun kelapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian. Teknik analisis data menurut Miles and Huberman (2014), analisis
data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Adapun
teknik analisis yang akan dilakukan adalah analisis sebelum memasuki
lapangan, meliputi kegiatan analisis terhadap data hasil studi pendahuluan,
atau mempelajari data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan
fokus penelitian. Serta untuk analisis selama di lapangan (Model Miles dan
Huberman, 2014), dengan proses yang dilakukan secara terus menerus
selama penelitian yang meliputi kegiatan, sebagai berikut:

Gambar 3.2 Components of Data Analysis: Interactive Model


Sumber: Matthew B. Miles, Huberman, and Saldana, Johny (2014) Qualitative Data Analysis:
A Methods Sourcebook. Singapur: SAGE Publications Inc.,

3.6.1 Pengumpulan data. Merupakan proses yang berlangsung sepanjang


penelitian, dengan menggunakan seperangkat instrumen yang telah
disiapkan, guna memperoleh informasi data melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
3.6.2 Kondensasi data (data condensation), yaitu setelah melakukan
pengumpulan data, maka peneliti melakukan proses pemilihan,

Universitas Pertahanan RI
39

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan


transformasi data “kasar” yang muncul di lapangan penelitian.
Kondensasi data digunakan untuk menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisir data
guna mendapatkan kesatuan data serta menemukan kesimpulan final
yang dapat diverifikasi. Sehingga hal ini mempermudah untuk
melakukan pemgumpulan data selanjutnya dan mencari solusinya bila
diperlukan.
3.6.3 Data display (penyajian data). Dalam penelitian kualitatif, penyajian
data bisa dilakukan dengan teks yang bersifat naratif. Peneliti
menyajikan data dalam bentuk naratif teks wawancara yang dilakukan
terhadap narasumber sehingga akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang dipahami tersebut. Setelah data direduksi maka langkah
selanjutnya adalah menampilkan data. Display data dalam penelitian
ini dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antarkategori dan sebagainya. Miles dan Huberman (2014)
menyatakan yang paling penting digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif. Selain
dalam bentuk naratif, display data dapat berupa grafik, matriks dan
network (jaringan kerja).
3.6.4 Conclusion Drawing/Verification. dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada di lapangan. Berdasarkan uraian diatas, maka
seluruh data pendukung akan dikumpulkan melalui proses wawancara,
pencatatan di lapangan, dan dokumentasi, selanjutnya diolah dengan

Universitas Pertahanan RI
40

mengkategorisasi dan menjabarkan ke dalam unit-unit sesuai dengan


bagian yang membahasnya. Keandalan dan kesahihan data dijamin
dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber atau
metode tertentu dengan data yang di dapat dari sumber atau metode
lain.
3.6.5 Verifikasi dan penarikan kesimpulan, yaitu setelah data diverifikasi
kemudian ditarik suatu kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang
mendukung pada tahap pengumpulan data. Kesimpulan awal yang
dapat dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Namun bila kesimpulan telah didukung
dengan bukti-bukti yang konsisten dan valid saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel atau yang dapat dipercaya.
Kegiatan ini merupakan unsur penting dalam teknik analisis data pada
penelitian kualitatif dan selanjutnya melalui kesimpulan tersebut dapat
menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan.

Universitas Pertahanan RI
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian


Komando Distrik Militer 0618/Berdiri Sendiri Kota Bandung atau Kodim
0618/BS merupakan Kodim yang berdiri sendiri (tidak dibawahi oleh Korem)
dan langsung bertanggungjawab ke Kodam. Kodim 0618/BS berada di
bawah Kodam III/Siliwangi. Markas Kodim 0618/BS terletak di Jalan Bangka
No. 2 Kelurahan Merdeka Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung.
Komandan Kodim 0618/BS saat ini adalah Letkol Inf Donny Ismuali Bainuri
menggantikan Kolonel Inf. Sapta Budhy Purnama. Kodim 0618/BS
membawahi Koramil sebanyak 14 Koramil yang tersebar di wilayah Kota
Bandung. Kodim 0618/BS Kota Bandung adalah satuan Komando Distrik
Militer yang memiliki 347 personel dan berdiri sendiri karena tidak berada di
bawah Korem. Kodim 0618/BS memiliki tugas pemberdayaan wilayah,
pertahanan, dan menyiapkan semua aspek dalam pertahanan wilayah,
termasuk memiliki program dan penanganan sendiri dalam pengurangan
resiko bencana alam.
Berdasarkan Peraturan Kasad Nomor 18/IV/2008 tanggal 8 April 2008,
organisasi Kodim 0618/BS Kota Bandung disusun dalam empat eselon dan
jabatan yaitu: Eselon Pimpinan, Komandan Komando Distrik Militer, disingkat
Dandim. Eselon Pembantu Pimpinan, Kepala Staf Komando Distrik Militer,
disingkat Kasdim. Perwira Seksi Intelijen, disingkat Pasiintel. Perwira Seksi
Operasi, disingkat Pasiops. Perwira Seksi Administrasi, disingkat Pasimin.
Perwira Seksi Teritorial, disingkat Pasiter. Perwira Seksi Logistik, disingkat
Pasilog. Eselon Pelayanan, Kepala Kelompok Tata Usaha dan Urusan
Dalam, disingkat Kapoktuud. Eselon Pelaksana, Komandan Rayon Militer,
disingkat Danramil dan Komandan Unit Intelijen Kodim, disingkat
Danunitinteldim. Wilayah Kodim 0618/BS Kota Bandung sebagai kekuatan
pertahanan negara matra darat melaksanakan tugas-tugas TNI AD yang

41
42

dilakukan dengan pola OMP maupun OMSP dalam rangka menjalankan


fungsi TNI AD sebagai penangkal, penindak, dan pemulih. Memperhatikan
tugas-tugasnya tersebut, Kodim 0618/BS Kota Bandung senantiasa
memonitor kecenderungan perkembangan wilayah yang dinamis serta selalu
menganalisa daerah dan aspek-aspek wilayah.
Kota Bandung terletak pada posisi 107º36’ Bujur Timur dan 6º55’
Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Bandung adalah 16.729,65 Ha.
Perhitungan luasan ini didasarkan pada Peraturan Daerah Kotamadya
Daerah Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang Perubahan Batas
Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung sebagai tindak lanjut dari
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 tentang Perubahan Batas
Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung dengan Kabupaten Daerah
Tingkat II Bandung. Secara administratif, Kota Bandung berbatasan dengan
beberapa daerah Kabupaten/Kota lainnya, yaitu:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Bandung Barat;
2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan
Kota Cimahi;
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung; dan
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung.

Secara morfologi regional, Kota Bandung terletak di bagian tengah


“Cekungan Bandung”, yang mempunyai dimensi luas 233.000 Ha. Secara
administratif, cekungan ini terletak di lima daerah administrasi
Kabupaten/Kota, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten
Bandung Barat, Kota Cimahi, dan 5 Kecamatan yang termasuk Kabupaten
Sumedang. Berikut daftar Koramil di lingkungan Kodim 0618/BS Kota
Bandung, yaitu :
1) Koramil 1801/Astana Anyar,
2) Koramil 1802/Cibeunying,

Universitas Pertahanan RI
43

3) Koramil 1803/Andir-Cicendo,
4) Koramil 1804/Regol - Lengkong,
5) Koramil 1805/Kiaracondong,
6) Koramil 1806/Bandung Kulon,
7) Koramil 1807/Sukasari - Sukajad,
8) Koramil 1808/Coblong - Cidadap,
9) Koramil 1809/Gedebage,
10) Koramil 1810/Arcamanik,
11) Koramil 1811/Ujung Berung,
12) Koramil 1812/Tamansari,
13) Koramil 1813/Bojongloa Kidul - Cibaduyut,
14) Koramil 1814/Batununggal.

4.2 Hasil Pengumpulan Data


4.2.1 Kemampuan Binter Kodim 0618/BS Kota Bandung
Organisasi Kodim 0618/BS berdasarkan Peraturan Kasad Nomor
18/IV/2008 tanggal 8 April 2008, Kodim 0618/BS Kota Bandung adalah
satuan Komando Distrik Militer yang berada di bawah Kodam III/Siliwangi
yang membawahi sebanyak 14 Koramil yang tersebar di wilayah Kota
Bandung. Dengan 14 Koramil yang tersebar di wilayah Kota Bandung, Kodim
0618/BS memiliki 347 personel dan berdiri sendiri karena tidak berada di
bawah Korem dengan memiliki tugas untuk pemberdayaan wilayah,
pertahanan dan menyiapkan semua aspek dalam pertahanan wilayah
termasuk memiliki program dan penanganan sendiri dalam pengurangan
resiko bencana alam. Kemampuan organisasi Kodim 0618/BS saat ini jika
dibandingkan dengan luas wilayah tidak seimbang, hal ini dapat dilihat dari
masih adanya Babinsa yang masih mencover lebih dari satu desa, tentu saja
ini membutuhkan tenaga dan sarana pendukung yang maksimal dalam
penyelenggaraan tugas pokok Kodim.

Universitas Pertahanan RI
44

Keterlibatan dan peran personel Kodim dalam mengatasi dampak


bencana alam selama ini adalah sebagai bentuk keterpanggilan dan rasa
peduli untuk ikut serta mengurangi beban masyarakat yang sedang
mengalami musibah. Karena sesuai Undang-Undang yang berlaku, Tugas
Pokok dari TNI AD sesuai Undang-Undang RI No.34 Tahun 2004 tentang TNI
adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia juga dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan nusa bangsa dan negara.
Pasal 7 ayat (2) menyebutkan bahwa salah satu bentuk tugas dari
Operasi Militer Selain Perang yang dilaksanakan oleh TNI adalah untuk
“membantu menanggulangi akibat dari bencana alam yang terjadi,
pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan”. Pada pasal 8, salah
satu tugas Angkatan Darat adalah “Melaksanakan pemberdayaan wilayah
pertahanan di darat” atau yang dikenal dengan pembinaan teritorial (Binter).
Tugas pokok Kodim sebagai badan pelaksana Korem yang bersifat
kewilayahan adalah menyelenggarakan Binter secara terus menerus untuk
mewujudkan sasaran Binter guna mendukung pelaksanaan tugas pembinaan
teritorial. Komando kewilayahan berfungsi membina aspek geografi,
demografi, dan kondisi sosial.
Bencana merupakan salah satu contoh tantangan aspek geografi
yang harus dihadapi. Penanggulangan bencana tidak mungkin hanya
melibatkan unsur dari militer dan pemerintah saja namun perlu keterpaduan
semua pihak dalam rangka memberikan rasa aman dan meningkatkan
kembali kesejahteraan masyarakat, dengan demikian aparat kewilayahan
memiliki peran penting sebelum, selama, dan sesudah bencana itu terjadi.
Penggunaan kekuatan TNI-AD khususnya dalam ruang lingkup Kodim dalam
membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan

Universitas Pertahanan RI
45

pemberian bantuan kemanusiaan bertujuan mencegah berkembangnya


kerugian yang lebih banyak lagi, baik kerugian dan kehilangan jiwa maupun
harta benda milik rakyat.

4.2.2 Strategi Binter Kodim 0618/BS Kota Bandung


Dalam membina kemampuan pertahanan aspek darat dan untuk
menjalankan amanat Undang-Undang yakni membantu menanggulangi efek
serta akibat dari bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan
kemanusiaan sesuai yang disebutkan diatas, maka TNI AD melakukan dan
melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan melalui Binter yang
dilaksanakan dalam bentuk operasi ataupun pembinaan. Keberhasilan TNI
AD dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sangat ditentukan oleh
efektifitas dari pelaksanaan pembinaan. Pembinaan teritorial merupakan
fungsi utama TNI AD yang didukung oleh pembinaan fungsi lainnya secara
terencana, terpadu dan berkesinambungan.
Kodim sebagai salah satu bentuk gelar kekuatan TNI AD dalam
menyelenggarakan tugas Binter di daerah perlu meningkatkan
kemampuannya, sehingga penyelenggaraan Binter dapat dilakukan secara
terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tugas, tanggung jawab,
dan wewenangnya guna kepentingan pertahanan negara aspek darat dalam
rangka mendukung tercapainya tugas pokok TNI AD. Satuan Komando
Kewilayahan (Kowil) terdiri dari Kodam, Korem, Kodim dan Koramil yang
merupakan subyek utama bagi keberhasilan Binter (Mabesad, 2004:4).
Penyelenggaraan pembinaan peritorial (Binter) Kodim 0618/BS
dilaksanakan dalam konsepsi/metode Binter agar mencapai sasaran yang
telah ditentukan, dengan metode Binter sebagai berikut (Mabesad, 2004:4):
4.2.2.1 Bhakti TNI AD, yaitu pelibatan dan pendayagunaan kemampuan TNI
sebagai kekuatan pertahanan dalam menjalankan Binter untuk
menunjang pertahanan negara tanpa mengabaikan program
pembangunan nasional dengan pendekatan kesejahteraan atau lebih

Universitas Pertahanan RI
46

mengutamakan meningkatkan pembangunan masyarakat yang


mengandung aspek pertahanan. Kegiatannya antara lain membantu
menyelenggarakan kegiatan kemanusiaan (civic mission), serta
menangani masalah-masalah sosial dan kemanusiaan atas
permintaan instansi terkait atau atas inisiatif sendiri yang
dilaksanakan secara bersama-sama dengan instansi terkait dan
masyarakat tanpa mengabaikan kesiapan satuan. Kegiatan program
Binter Kodim 0618/BS yang dilaksanakan antara lain program
TMMD,Citarum Harum, KB Kes, Vaksinasi dan program lainnya yg
dipadukan dengan program Pemda.
4.2.2.2 Pembinaan Ketahanan Wilayah, yaitu pembinaan masyarakat yang
mengutamakan pendekatan untuk mewujudkan stabilitas ketahanan
wilayah serta meningkatkan kepekaan dan rasa tanggung jawab
masyarakat untuk ikut berperan dalam menanggulangi gangguan dan
ancaman yang mungkin timbul. Dilakukan dengan memberikan saran
dan dorongan terhadap masyarakat dalam rangka mewujudkan
ketahanan yang dinamis disuatu wilayah guna menangkal setiap
ancaman yang dapat membahayakan kedaulatan dan keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kodim 0618/BS dalam
programnya mendukung ketahanan wilayah adalah dengan ikut
terlibat secara langsung penanganan bencana baik bencana alam
seperti banjir, tanah longsor ataupun bencana yang lain seperti
bencana kebakaran, penyebaran virus Covid 19 serta penyiapan
logistik wilayah.
4.2.2.3 Komunikasi Sosial, yaitu memelihara dan meningkatkan keeratan
hubungan dengan seluruh komponen bangsa sehingga akan
terwujud saling pengertian dan kebersamaan mendalam yang
memungkinkan timbulnya partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pertahanan negara di darat. Kodim 0618/BS dalam
program komunikasi sosial aktif dalam Forkopimda, melakukan

Universitas Pertahanan RI
47

Komsos dengan Tomas, Today dan Mahasiswa/Pelajar, hal ini


dilakukan guna memudahkan program Binter Kodim bisa diketahui
dan dimengerti masyarakat.

4.3 Hasil Pengolahan Data


Konsep Satuan Komando Kewilayahan (Satkowil) merupakan salah
satu bentuk gelar kekuatan TNI AD dalam menyelenggarakan tugas Binter di
daerah, sehingga penyelenggaraan Binter dapat dilakukan secara terencana,
terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan
wewenang TNI guna kepentingan pertahanan negara aspek darat dalam
rangka mendukung tercapainya tugas pokok TNI AD. Satuan Komando
Kewilayahan (Satkowil) terdiri dari Kodam, Korem, Kodim dan Koramil yang
merupakan subyek utama bagi keberhasilan Binter (Mabesad, 2004:4). Peran
Satkowil di atas diterapkan dalam konsep Pembinaan Teritorial (Binter)
Kodim 0618/BS Kota Bandung adalah sebagai berikut:

4.3.1 Kemampuan Binter Kodim 0618/BS Kota Bandung


Kemampuan organisasi Kodim 0618/BS saat ini dalam mendukung
terselenggaranya Binter belum optimal,hal ini jika dilihat dari adanya
beberapa Babinsa yang masih mengcover lebih dari satu desa, disamping itu
jika dilihat dari kerawanan wilayah dalam bencana, yang mana di daerah
Bandung merupakan daerah rawan bencana longsor dan banjir, maka perlu
ada nya penambahan satuan setingkat satu kompi di Kodim 0618/BS. Fungsi
satuan ini sebagai satuan rekasi cepat yang bisa membantu proses
penanggulangan bencana dengan cepat, disamping itu juga satuan ini bisa
digunakan untuk perbantuan penanggulangan kejahatan lainnya dengan
bekerjasama pihak Polri.
Kemampuan personel di Kodim saat ini merupakan personel yang
kebanyakan dari satuan tempur atau Satbanmin. Jika dilihat dari factor usia
maka personel Kodim rata rata lebih tua, salah satu sisi ini menguntungkan

Universitas Pertahanan RI
48

jika dilihat dari kedewasaan dan pengalaman, namun jika dilihat dari strata
pendidikan bisa membawa kerugian. Rata rata personel Kodim 0618/BS saat
ini jika dilihat kemampuannya dalam menggunakan multimedia masih belum
optimal. Adanya sarana yg terbatas dan kemampuan menggunakannya pun
terbatas. Personel Kodim terutama Babinsa belum mampu membuat konten
atau Medsos sebagai sarana untuk menyelenggarakan dan mempromosikan
program Binter agar diketahui masyarakat.

4.3.2 Strategi Binter Kodim 0618/BS Kota Bandung


4.3.2.1 Metode Bhakti TNI Kodim 0618/BS Kota Bandung
Bhakti TNI merupakan perwujudan Dharma Bhakti TNI sebagai alat
pertahanan negara dengan mendayagunakan kemampuan TNI.
Bhakti TNI dilaksanakan Kodim 0618/BS Kota Bandung dengan
melakukan TMMD dan Karya Bakti. Berdasarkan hasil penelitian,
maka dapat diulas kembali mengenai pelaksanaan Komsos dan
Bhakti TNI yang merupakan salah satu metode dalam
penyelenggaraan pembinaan teritorial sebagai bagian dari
pelaksanaan pemberdayaan pertahanan wilayah dalam rangka
mendukung tugas pokok TNI.
Kegiatan Bhakti TNI diarahkan untuk menangani masalah sosial
dan kemanusiaan atas permintaan instansi terkait atau atas inisiatif
sendiri yang terkoordinasikan dalam rangka pertahanan negara dan
membantu kesulitan rakyat sehingga terwujud peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Bentuknya berupa kegiatan fisik berupa
jambanisasi, penghijauan lingkungan, pembersihan sungai/Citarum
harum dan KB Kesehatan maupun non fisik berupa penyuluhan
wawasan kebangsaan dan bela negara. Kegiatan TMMD yang
dilaksanakan selama Tahun 2021, meliputi kegiatan fisik dan non
fisik. Kegiatan fisik yang dilaksanakan, yaitu: pavingisasi jalan,
perbaikan saluran, normalisasi saluran, pelebaran jembatan,

Universitas Pertahanan RI
49

pembangunan talud dan pembangunan jalan inspeksi saluran.


Selanjutnya kegiatan non fisik berupa: penyuluhan wawasan
kebangsaaan, kamtibmas, kesehatan, hukum perijinan, pertanahan,
pajak, dan pelayanan kependudukan serta bazar, pasar murah, dan
bantuan sembako gratis kepada masyarakat tidak mampu.
Kodim 0618/BS Kota Bandung melaksanakan Bhakti TNI
berupa penghijauan untuk membantu pemerintah daerah dalam
peningkatan pelestarian lingkungan yang hijau terutama di lahan-
lahan kosong, gundul dan tidak produktif dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya bencana alam seperti tanah longsor dan banjir
sebagai bagian dari upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Penghijauan dilaksanakan dengan metode kerja sama dan gotong
royong dengan masyarakat dan Pemerintah Kota
Bandung.Disamping itu Kodim 0618/BS juga dilibatkan dalam
program Citarum Harum serta secara aktif dilibatkan dalam
penanggulangan Covid 19.

4.3.2.2 Metode Bintahwil Kodim 0618/BS Kota Bandung


Kodim 0618 dalam melaksanakan pembinaan territorial melalui
pembinaan ketahanan wilayah dilakukan dengan memberikan
pembinaan kepada pelajar/mahasiswa dan karang taruna. Disamping
itu dalam bidang ketahanan wilayah Kodim juga mempersiapkan
logistik wilayah melalui pemanfaatan pekarangan dan lahan kosong
untuk ditanami pohon dan tanaman yang bermanfaat. Pembinaan
lainnya Kodim dalam bidang ketahanan wilayah adalah ikut
musyawarah dan pembuatan RUTR Pertahanan. Kodim dalam
pembinaan wilayah pertahanan juga berupaya untuk melaksanakan
program deteksi dini dan cegah dini terhadap bencana, terutama
alam seperti tanah laongsor dan banjir, dan wilayah rawan longsor
dan banjir ini terdapat diwilyah Kodim 0618/BS. Bahaya lain adalah

Universitas Pertahanan RI
50

peredaran Narkoba dan terorisme, Kodim 0618/BS melakukan


kegiatan penyuluhan bekerjasama dengan Polri dan tokoh
agama.Disamping itu Kodim 0618/BS Bandung juga melaksanakan
program ketahanan pangan wilayah. Hal ini bisa dilihat dari adanya
keterlibatan anggota Kodim/Babinsa dalam penyuluhan dan membina
bidang ketahanan pangan di wilayah, dengan memaanfaatkan
tanaman atau hasil perkebunan/lahan pertanian di wilayah Babinsa
tersebut.

4.3.2.3 Metode Komunikasi Sosial Kodim 0618/BS Kota Bandung


Komunikasi Sosial dilaksanakan oleh Kodim 0618/BS Kota Bandung
untuk memelihara dan meningkatkan keeratan hubungan guna
mewujudkan saling pengertian dan kebersamaan dengan komponen
bangsa dalam rangka penyiapan pertahanan negara secara dini.
Bandung sebagai salah satu Kota yang memiliki potensi bencana di
Indonesia. Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yang memiliki julukan Paris
Van Java ini memiliki potensi wisata alam yang cukup besar dan
sangat menjanjikan, akan tetapi Kota Bandung juga menyimpan
ancaman potensi bencana alam yang cukup tinggi dan beragam.
Dimulai dari potensi bencana alam gempa yang merupakan akibat
dari adanya patahan Lembang sampai dengan adanya bencana alam
banjir disertai tanah longsor.
Di samping kedua bencana alam yang familiar dengan
masyarakat Bandung tersebut, terdapat suatu potensi bencana alam
yang sangat menghantui Kota Bandung yaitu adanya bencana alam
gempa bumi. Hal tersebut terjadi karena secara geologis Kota
Bandung berada pada Cekungan Bandung yang dikelilingi oleh
gunung berapi yang masih aktif dan berada di antara tiga daerah
sumber gempa bumi yang saling melingkup, yaitu sumber gempa
bumi Sukabumi-Padalarang-Bandung, sumber gempa bumi Bogor-

Universitas Pertahanan RI
51

Puncak-Cianjur, dan sumber gempa bumi Garut-Tasikmalaya-Ciamis.


Daerah-daerah ini aktif di sepanjang sesar-sesar yang ada, sehingga
menimbulkan gempa tektonik yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
Potensi bencana yang ada di Kota Bandung akan sangat terasa
membahayakan apabila dihadapkan dengan keadaan penduduk di
wilayah Kota Bandung yang merupakan berpenduduk banyak dan
padat serta kerapatan bangunan mencapai 73,5% merupakan
kawasan terbangun beresiko tinggi pada berbagai bencana.
Berkaitan dengan kondisi diatas, maka kegiatan dengan metode
Komsos telah sesuai program yang dilaksanakan oleh Kodim
0618/BS Kota Bandung beserta jajaran Koramil meliputi Komsos
dengan komponen masyarakat, Komsos dengan aparat pemerintah,
dan Komsos dengan Keluarga Besar TNI (KBT).

4.4 Hasil Analisis Data


4.4.1 Kemampuan Binter Kodim 0618/BS Kota Bandung
Tugas pokok dari TNI AD sesuai Undang-Undang RI No. 34 Tahun
2004 tentang TNI adalah menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia juga dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan nusa bangsa dan negara. Dalam
membina kemampuan pertahanan aspek darat dan untuk menjalankan
amanat undang-undang yakni membantu menanggulangi efek serta
akibat dari bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan
kemanusiaan sesuai yang disebutkan diatas, maka TNI AD melakukan
dan melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan melalui Binter
yang dilaksanakan dalam bentuk operasi ataupun pembinaan.
Keberhasilan TNI AD dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

Universitas Pertahanan RI
52

sangat ditentukan oleh efektifitas dari pelaksanaan pembinaan melalui


perencanaan pembinaan fungsi utama TNI AD yang didukung oleh
pembinaan fungsi lainnya secara terencana, terpadu, dan
berkesinambungan.
Organisasi Kodim 0618/BS dengan tugas pokoknya diharapkan
dapat membantu dan bekerjasama dengan pemerintah Kota Bandung
dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan
baik bersifat fisik maupun non fisik dan kemanunggalan TNI-Rakyat
dalam rangka menyiapkan ruang juang, alat juang, dan kondisi juang
yang tangguh, maka tugas pokok Kodim sebagai badan pelaksana
Korem yang bersifat kewilayahan menyelenggarakan Binter secara
terus menerus untuk mewujudkan sasaran Binter. Selain berguna
mendukung pelaksanaan tugas pembinaan teritorial, komando
kewilayahan berfungsi membina aspek geografi, demografi, dan
kondisi sosial dimana banyak tantangan yang harus dihadapi.
Dari hasil analisis data didapat jumlah personel Kodim 0618/BS
belum terpenuhi jika dilihat dari DSPP/TOPnya, baru 75%. Sehingga
masih terdapat Babinsa yang mengcover lebih dari satu desa.
Disamping itu personel Kodim 0618/ rata rata sudah berumur/tua,
sehingga kemapuannya dalam mobilisasi terbatas, jika dilihat dari
strata Pendidikan kebanyakan tamatan SMA dan SMP. Kemampuan
penggunaan Medsos pun terbatas, hanya sebatas telepon dan WA
saja.

4.4.2 Strategi Binter Kodim 0618/BS Kota Bandung


4.4.2.1 Konsep Satuan Komando Kewilayahan (Satkowil)
Salah satu dari fungsi utama TNI AD dalam doktrin TNI AD
"Kartika Eka Paksi" adalah Pembinaan Teritorial (Binter), yang
diselenggarakan guna menunjang keberhasilan tugas pokok TNI AD,
khususnya di dalam penerapan sistem pertahanan semesta.

Universitas Pertahanan RI
53

Penyiapan dan penyelenggaraan sistem pertahanan semesta


memerlukan kerjasama dan koordinasi dengan segenap komponen
bangsa, karena pada dasarnya pengelolaan sumber daya wilayah
telah terbagi habis oleh fungsi-fungsi pemerintahan dan
kemasyarakatan. Satuan Komando Kewilayahan (Satkowil) sebagai
salah satu bentuk gelar kekuatan TNI AD dalam menyelenggarakan
tugas Binter di daerah perlu meningkatkan kemampuannya, sehingga
penyelenggaraan Binter dapat dilakukan secara terencana, terarah,
dan berkelanjutan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan
wewenangnya guna kepentingan pertahanan negara aspek darat
dalam rangka mendukung tercapainya tugas pokok TNI AD. Satuan
Komando Kewilayahan (Kowil) terdiri dari Kodam, Korem, Kodim, dan
Koramil yang merupakan subyek utama bagi keberhasilan Binter
(Mabesad, 2004:4).
Dalam membina kemampuan pertahanan aspek darat dan
untuk menjalankan amanat Undang–Undang Nomor 34 Tahun 2004
yakni membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian,
dan pemberian bantuan kemanusiaan, maka TNI AD melaksanakan
pemberdayaan wilayah pertahanan melalui Binter yang dilaksanakan
dalam bentuk operasi ataupun pembinaan. Keberhasilan TNI AD
dalam melaksanakan tugasnya sangat ditentukan oleh efektifitas
pelaksanaan pembinaan melalui pembinaan fungsi utama TNI AD
didukung oleh pembinaan fungsi lainnya secara terencana, terpadu,
serta berkelanjutan. Adapun kebijakan dan strategi pembinaannya
salah satunya adalah pembinaan territorial, sebagaimana peran TNI
yang didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang
dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.
Konsep profesionalisme yang menjadi pedoman TNI terutama
Kodim dalam pengurangan resiko bencana di daerah ke depan
bukan hanya dengan “pengabdian” dan juga panggilan terhadap

Universitas Pertahanan RI
54

kemanusiaan. Tanpa adanya dukungan administrasi yang cukup dari


pemda ketika melaksanakan civic mission dalam rangka mitigasi dan
pengurangan bencana seperti yang sering dilaksanakan selama ini,
konsep “profesional” yang diharapkan dalam arti yang sesungguhnya
menjadi sulit diterapkan. Peran dan beban tugas yang diemban TNI
terutama Kodim selama proses pelaksanaan pengurangan resiko
bencana mulai dari fase pra-bencana, tanggap darurat, dan pasca
bencana harus setimpal dengan perhatian dan dukungan anggaran
yang diberikan pemda melalui BPBD. Selain itu tingkat kemampuan
(kualitas) anggota TNI akan berpengaruh dalam berkomunikasi
kepada masyarakat.
Penjelasan doktrin dan pengertian “Kartika Eka Paksi” pada
tahun 2017 mendeskripsikan dan menjelaskan bahwa peran TNI AD
adalah sebagai alat negara di bidang pertahanan darat yang dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya didasarkan pada kebijakan dan
keputusan politik negara, dengan penjabaran melalui visi yaitu TNI
AD yang profesional dan dicintai rakyat. Dalam rangka menjalankan
tugas pokok dan tugas-tugasnya, TNI AD menyadari sepenuhnya
kekuatan hubungan antara TNI AD dengan rakyat, sehingga
menempatkan program pembinaan teritorial sebagai fungsi
utamanya, selain dari fungsi pertempuran dan pembinaan postur.
Hal tersebut dijabarkan melalui program kerja Kodim 0618/BS
Kota Bandung dalam tugas-tugasnya, yang salah satu aplikasinya
adalah pada pelibatan peran Kodim 0618/BS Kota Bandung dalam
penanggulangan beberapa bencana di wilayah kerjanya. Pelibatan
kerja nyata Kodim 0618/BS Kota Bandung sudah tercatat pada
Protap Penanggulangan Bencana yang sudah terintegrasi dengan
instansi pemerintah daerah, seperti Dinas Pemadam Kebakaran dan
Penanggulangan Bencana dan BNPB Provinsi Jawa Barat yang
sudah berjalan dengan baik. Sikap pelaksana terutama implementor

Universitas Pertahanan RI
55

secara umum sudah mengetahui tentang apa yang harus dikerjakan


dan mempunyai komitmen untuk menjalankan tugas yang diberikan
kepadanya dengan sungguh-sungguh, hal ini ditandai dengan
adanya respon yang cukup bagus dari masyarakat secara umum.

4.4.2.2 Konsep Pembinaan Teritorial (Binter)


Dalam rangka melaksanakan tugas pokok TNI tersebut agar
mencapai sasaran yang telah ditentukan, maka digunakan metode
Binter sebagai berikut (Mabesad, 2004):
4.4.2.2.1 Bhakti TNI, yaitu pelibatan dan pendayagunaan kemampuan TNI
sebagai kekuatan pertahanan dalam menjalankan Binter untuk
menunjang pertahanan negara tanpa mengabaikan program
pembangunan nasional dengan pendekatan kesejahteraan atau
lebih mengutamakan meningkatkan pembangunan masyarakat
yang mengandung aspek pertahanan dengan kegiatan antara lain
membantu menyelenggarakan kegiatan kemanusiaan (civic
mission) dan menangani masalah-masalah sosial dan
kemanusiaan atas permintaan instansi terkait dan atau atas
inisiatif sendiri yang dilaksanakan secara bersama-sama dengan
instansi terkait dan masyarakat tanpa mengabaikan kesiapan
satuan.
4.4.2.2.2 Pembinaan Ketahanan Wilayah, yaitu pembinaan masyarakat yang
mengutamakan pendekatan untuk mewujudkan stabilitas
ketahanan wilayah serta meningkatkan kepekaan dan rasa
tanggung jawab masyarakat untuk ikut berperan dalam
menanggulangi gangguan dan ancaman yang mungkin timbul.
Dilakukan dengan memberikan saran dan dorongan terhadap
instansi fungsional dalam rangka mewujudkan ketahanan yang
dinamis disuatu wilayah guna menangkal setiap ancaman yang

Universitas Pertahanan RI
56

dapat membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara


Kesatuan Republik Indonesia.
4.4.2.2.3 Komunikasi Sosial, yaitu memelihara dan meningkatkan keeratan
hubungan dengan seluruh komponen bangsa sehingga akan
terwujud saling pengertian dan kebersamaan mendalam yang
memungkinkan timbulnya partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pertahanan negara di darat. Binter harus
berlandaskan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik
dalam rangka mendukung operasi militer untuk perang maupun
operasi militer selain perang sesuai dengan pasal 7 UU No 34
Tahun 2004 tentang TNI. Satuan Komando Kewilayahan
menyelenggarakan Binter pada operasi mengatasi terorisme yang
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Mabesad,
2011: 36-37):
4.4.2.2.3.1 Menginventarisir dan memvalidasi data secara terus menerus
serta membina daerah yang memungkinkan berkembangnya
organisasi teroris di wilayah.
4.4.2.2.3.2 Melakukan pembinaan terhadap mitra karib untuk digunakan
sebagai jaring informasi di wilayah melalui kegiatan penyuluhan
atau penerangan tentang temu cepat lapor cepat terhadap aksi
terorisme.
4.4.2.2.3.3 Melakukan penyuluhan kepada komponen masyarakat tentang
peningkatan kepekaan masyarakat terhadap provokasi
terorisme.
4.4.2.2.3.4 Membina komponen masyarakat melalui kegiatan pembinaan
kesadaran berbangsa dan bernegara, kesadaran bela negara,
kesatuan dan persatuan serta semangat cinta tanah air untuk
melakukan perlawanan terhadap aksi teroris.

Universitas Pertahanan RI
57

4.4.2.2.3.5 Mengaktifkan sistem temu cepat dan lapor cepat di lingkungan


masyarakat tentang tempat, organisasi dan kegiatan teroris di
wilayah.
4.4.2.2.3.6 Memberdayakan pemerintah daerah dan instansi terkait secara
terpadu di semua lini guna menertibkan administrasi
kependudukan dan barang dalam rangka pengawasan terhadap
lalu lintas orang dan barang yang dicurigai dan masuk melalui
bandara, pelabuhan, dan wilayah perbatasan.
4.4.2.2.3.7 Membina dan memberdayakan instansi terkait daerah dalam
pengawasan terhadap pedagang yang menyediakan bahan
kimia, bahan dasar peledak yang terkait dengan proses
pembuatan bahan peledak.
4.4.2.2.3.8 Memberdayakan Kominda dalam rangka meningkatkan kegiatan
deteksi dan cegah dini terhadap orang dan kegiatan organisasi
yang terkait dengan terorisme.
4.4.2.2.3.9 Membina daerah terpencil dan terisolir melalui kegiatan
pembinaan perlawanan wilayah, komunikasi sosial dan Bhakti
TNI dengan sasaran pembangunan yang bersifat fisik dan non
fisik dalam rangka meningkatkan daya tangkal masyarakat
terhadap pengaruh dari kegiatan organisasi terorisme di wilayah.

4.4.2.3 Metode Binter Kodim 0618/BS Kota Bandung


Kodim 0618/BS Kota Bandung menyelenggarakan kegiatan Binter
(Pembinaan Teritorial) dengan menggunakan beberapa metode yaitu
Komunikasi Sosial, Pembinaan Perlawanan Wilayah, dan Bhakti TNI.
Kegiatan Binter diproyeksikan dalam rangka membantu pemerintah dalam
menyiapkan potensi nasional menjadi kekuatan pertahanan aspek darat dan
untuk memberdayakan wilayah pertahanan di darat dan kekuatan
pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta serta
untuk mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat.

Universitas Pertahanan RI
58

4.4.2.3.1 Metode Bhakti TNI Kodim 0618/BS Kota Bandung


Tujuan dari kegiatan Bhakti TNI ini adalah untuk membantu otoritas sipil
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan
fasilitas umum dan juga membantu percepatan pembangunan di daerah serta
mewujudkan beberapa sasaran dalam pembinaan teritorial. Salah satu
strategi yang bisa digunakan dalam penanganan bencana terlebih konteks
bencana bisa berarti bencana yang disebabkan manusia dan bencana yang
murni muncul akibat reaksi alam tidak selayaknya/cukup mengandalkan
kemampuan pemerintah maupun instansi terkait. Pemerintah memiliki
keterbatasan baik dalam sumber daya manusia, pendanaan, perlengkapan
maupun logistik. Disinilah peran Kodim mengenai keterlibatan TNI dalam
perbantuan bencana alam seperti tersurat dalam Undang-undang Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Undang-undang Nomor
34 tahun 2004 tentang TNI. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007
menyatakan bahwa TNI sebagai pengarah dan Peraturan Kepala BNPB No.1
Tahun 2008 menyebutkan bahwa Bupati/Walikota dapat menunjuk salah satu
eselon tertinggi sebagai komandan posko tanggap darurat, dan biasanya
menunjuk Sekda Kabupaten/Kota.
Strategi revitalisasi dan penerapan manajemen bencana harus bersifat
kesemestaan, melibatkan semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun
masyarakat. Ketiga komponen tersebut harus mampu menjadi pelaku yang
setara, semua harus berperan utama, bukan hanya berperan serta. Sasaran
implementasinya adalah masyarakat mengetahui ancaman bahaya di
lingkungan masing-masing dan masyarakat harus mampu menolong dirinya
sendiri dan memiliki keterampilan untuk mensiasati dan survive.
Konsep dasar manajemen bencana berbasis masyarakat seperti yang sudah
disebutkan diatas adalah upaya meningkatkan kapasitas masyarakat atau
mengurangi kerentanan masyarakat terhadap efek dari bencana. Besaran
bencana merupakan akumulasi berbagai ancaman bahaya dengan rangkaian

Universitas Pertahanan RI
59

kerentanan yang ada di masyarakat. Rangkaian kerentanan ini antara lain


terdiri dari kemiskinan, kurangnya kewaspadaan, kondisi alam yang sensitif,
ketidakberdayaan, dan berbagai tekanan dinamis lainnya.
Kerentanan satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang
lain berbeda akar masalahnya, demikian pula ancaman bahayanya pun
berbeda-beda jenisnya karena pada umumnya permasalahan bencana di
Indonesia menjadi rumit karena terjadi di daerah yang kondisi masyarakatnya
tidak mampu alias rentan dan lokasinya pun jauh dari pusat pemerintahan
dan sulit dicapai. Oleh sebab itu paradigma baru manajemen bencana harus
dapat mengatasi permasalahan tersebut, dengan manajemen bencana
berbasis masyarakat, yaitu menuju masyarakat yang mampu mandiri, mampu
mengenali ancaman bahaya di lingkungannya dan mampu menolong dirinya
sendiri. Selain itu juga dengan memaksimalkan prosedur tetap
penanggulangan bencana yang sudah tersusun dengan tidak melupakan
teori manajemen bencana dan mitigasi bencana.

4.4.2.3.2 Metode Pembinaan Ketahanan Wilayah Kodim 0618/BS Kota


Bandung
Dalam mengimplementasikan pemberdayaan wilayah pertahanan di
Kodim 0618/BS Kota Bandung, Para Danramil dan Babinsa mempunyai
peran yang sangat penting, karena berhadapan langsung dengan
masyarakat dalam tugasnya. Kerjasama antara Kodim, Pemda dan Polri
sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan pemberdayaan wilayah
pertahanan di Kodim 0618/BS Kota Bandung. Peran aparat keamanan dan
Pemda juga sangat penting dalam mengorganisir dan menggerakkan
masyarakat. Di tiap desa yang rawan bencana ditempatkan satu Babinsa
(Bintara Pembina Desa) atau Babinkamtibmas (Bhayangkara Pembina
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) bersama ASN /Satpol PP di
kecamatan, desa, atau kelurahan.

Universitas Pertahanan RI
60

Pelaksanaan pemberdayaan wilayah pertahanan di Komando Distrik


Militer (Kodim) 0618/BS Kota Bandung, masih terkendala oleh beberapa
faktor, salah satunya yaitu: personel. Terkait faktor ini, masih lemahnya
kemampuan personel di Kodim 0618/BS Kota Bandung berdampak pada
kurangnya kepercayaan diri personel, terutama para Babinsa yang sebagian
besar masih berpendidikan SLTA. Para Babinsa harus bisa berhadapan
dengan masyarakat Kota Bandung yang sebagian besar berpendidikan
tinggi. Disamping itu para Babinsa juga kurang dalam ilmu pertanian dan
peternakan dalam mendukung program penguatan logistik wilayah. Aparat
Kowil sebagai sumber daya manusia senantiasa sudah seharusnya dibekali
pengetahuan dan keterampilan guna mendukung pembinaan ketahanan
wilayah tersebut. Pembinaan kepada Karang taruna dan pelajar/Mahasiswa
perlu ditingkatkan kembali. Hal ini sangat penting guna mencegah terjadinya
bahaya Narkoba, pergaulan bebas dan terorisme dan bentuk kajahatan
lainnya yg bisa mengganggu ketahanan wilayah. Jika dilihat dari strategisnya
Bandung dan daerah sekitarnya yang di ikuti dengan padatnya penduduk
sangat dimungkinkan sekali terjadinya gangguan terhadap ketahanan
wilayah.

4.4.2.3.3 Metode Komunikasi Sosial (Komsos) Kodim 0618/BS Kota


Bandung
Komunikasi Sosial dilaksanakan oleh Kodim 0618/BS Kota Bandung
untuk memelihara dan meningkatkan keeratan hubungan guna mewujudkan
saling pengertian dan kebersamaan dengan komponen bangsa dalam rangka
penyiapan pertahanan negara secara dini, membantu kesulitan rakyat, dan
mendukung tercapainya tugas pokok TNI AD. Dalam penyelenggaraannya,
Komsos dilakukan oleh Kodim 0618/BS Kota Bandung dengan
menggunakan bentuk-bentuk ceramah dan dialog. Sistem pertahanan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah sebuah mekanisme
pertahanan semesta yang mencakup pertahanan militer dan nir-militer.

Universitas Pertahanan RI
61

Fungsi pertahanan yang disebut sebagai nir-militer memiliki peranan


dalam menghadapi ancaman terhadap negara ketika kondisi ancaman masih
berupa konflik ataupun suatu hal yang menyebabkan kondisi ataupun
sesuatu menjadi sebuah konflik. Salah satu penyebab terjadinya konflik atau
ketidakteraturan sosial adalah bencana alam yang bisa saja akan
menimbulkan konflik intensitas rendah, dengan penanganan yang
mengedepankan pendekatan fungsional. Kekuatan pertahanan nir-militer
diwujudkan dalam Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung yang
dirancang untuk menghadapi ancaman militer (Buku Putih Pertahanan
Indonesia, 2015).
Pertahanan nirmiliter dalam konteks pertahanan sipil dikembangkan
oleh masing-masing departemen/lembaga di luar pertahanan sesuai dengan
fungsi masing–masing. Ancaman yang bersifat nirmiliter pada hakikatnya
adalah ancaman yang menggunakan faktor–faktor yang dinilai mempunyai
kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman–ancaman terhadap
pertahanan nir-militer tidak berbentuk ancaman fisik secara langsung,
sehingga tidak memungkinkan untuk ditangkal dengan menggunakan
kekuatan militer/senjata. Ancaman nir-militer terhadap sistem pertahanan
negara adalah ancaman yang berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, teknologi informasi, dan keselamatan umum.
Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi bencana di
Indonesia. Ibukota Provinsi Jawa Barat yang memiliki julukan Paris Van Java
ini memiliki potensi wisata alam yang cukup besar dan sangat menjanjikan,
akan tetapi juga menyimpan ancaman potensi bencana alam yang cukup
tinggi dan beragam. Dimulai dari potensi bencana alam gempa yang
merupakan akibat dari adanya patahan Lembang sampai dengan adanya
bencana alam banjir disertai tanah longsor. Berdasarkan data bencana yang
terjadi di Kota Bandung antara periode Januari sampai dengan Desember
2017, Kota Bandung mengalami beberapa bencana alam. Bencana alam

Universitas Pertahanan RI
62

yang kerap terjadi di Kota Bandung adalah banjir dan tanah longsor. Dengan
jumlah kejadian bencana banjir sebanyak enam kali dan tanah longsor
sebanyak lima kali. Keadaan demografi penduduk wilayah Kota Bandung
yang banyak dan padat serta kerapatan bangunan yang mencapai 73,5%
merupakan kawasan terbangun beresiko tinggi pada berbagai bencana
sehingga menjadikan Kota Bandung rawan terhadap bencana alam.
Di samping kedua bencana alam yang familiar dengan masyarakat
Bandung tersebut, terdapat suatu potensi bencana alam yang sangat
menghantui Kota Bandung yaitu adanya bencana alam gempa bumi. Hal
tersebut terjadi karena secara geologis Kota Bandung berada pada
Cekungan Bandung yang dikelilingi oleh gunung berapi yang masih aktif dan
berada di antara tiga daerah sumber gempa bumi yang saling melingkup,
yaitu sumber gempa bumi Sukabumi-Padalarang-Bandung, sumber gempa
bumi Bogor-Puncak-Cianjur, dan sumber gempa bumi Garut-Tasikmalaya-
Ciamis. Daerah-daerah ini aktif di sepanjang sesar-sesar yang ada, sehingga
menimbulkan gempa tektonik yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
Berkaitan dengan kondisi diatas, maka kegiatan dengan metode
Komsos sesuai program yang telah dilaksanakan oleh Kodim 0618/BS Kota
Bandung beserta jajaran Koramil meliputi komsos dengan komponen
masyarakat, komsos dengan aparat pemerintah, dan komsos dengan
Keluarga Besar TNI (KBT). Peraturan Kasad (dalam Kartini, 2018)
menyebutkan bahwa pelaksanaan kegiatan Komsos meliputi:
4.4.2.3.3.1 Memberikan penyuluhan/ ceramah dan penerangan terhadap
komponen bangsa agar mengaktifkan dan melaksanakan temu
cepat dan lapor cepat tentang fenomana/gejala kebencanaan
alam sedini mungkin.
4.4.2.3.3.2. Memberikan penyuluhan/ceramah dan sosialisasi mitigasi
bencana alam terhadap komponen bangsa agar tanggap
darurat, saling membantu dan mematuhi prosedur
penyelamatan jika terjadi bencana alam.

Universitas Pertahanan RI
63

4.4.2.3.3.3 Memberikan secara langsung penyuluhan/ceramah dan


penerangan terhadap komponen bangsa agar tidak terpengaruh
oleh provokasi, agitasi dan propaganda gerakan aksi terorisme,
sedangkan secara tidak langsung melalui media cetak dan
elektronik.
4.4.2.3.3.4 Memberikan penyuluhan/ ceramah dan penerangan terhadap
komponen bangsa tentang pemberdayaan pemerintah daerah
dan instansi terkait secara terpadu untuk menghancurkan
kekuatan dan alat peralatan aksi terorisme.
4.4.2.3.3.5 Memberikan penyuluhan/ ceramah dan penerangan terhadap
komponen bangsa tentang pemberdayaan pemerintah daerah
dan instansi terkait secara terpadu di semua lini untuk
meningkatkan ketanggapsegeraan terhadap administrasi
penduduk, lalu lintas orang maupun barang yang dicurigai
melalui bandara, pelabuhan dan wilayah perbatasan.
4.4.2.3.3.6 Memberikan penyuluhan/ ceramah dan penerangan terhadap
komponen bangsa tentang pembinaan dan pemberdayaan
instansi terkait daerah dalam pengawasan terhadap pedagang
yang menyediakan zat kimia, bahan dasar peledak yang terkait
dengan proses pembuatan bahan peledak.
4.4.2.3.3.7 Memberikan penyuluhan/ ceramah dan penerangan terhadap
komponen bangsa tentang pembinaan daerah terpencil dan
terisolir melalui kegiatan pembinaan perlawanan wilayah,
Komsos, dan Bhakti TNI dengan sasaran pembangunan yang
bersifat fisik maupun non fisik dalam rangka meningkatkan daya
tangkal masyarakat terhadap pengaruh dari kegiatan organisasi
terorisme di wilayah.
4.4.2.3.3.8 Memberikan penyuluhan/ ceramah dan penerangan terhadap
komponen bangsa tentang peningkatan kerja sama dengan
instansi terkait untuk menghancurkan hubungan komunikasi

Universitas Pertahanan RI
64

antara terorisme dalam negeri dan luar negeri (Peraturan


Kasad,2008:26-27).

4.5 Interpretasi Data


4.5.1 Kemampuan Binter Kodim 0618/BS Kota Bandung
Kodim 0618/BS Kota Bandung adalah satuan Komando Distrik Militer
yang berada di bawah Kodam III/Siliwangi yang membawahi sebanyak 14
Koramil yang tersebar di wilayah Kota Bandung. Dengan 14 Koramil yang
tersebar di wilayah Kota Bandung, Kodim 0618/BS memiliki 347 personel dan
berdiri sendiri karena tidak berada di bawah Korem yang memiliki tugas
pemberdayaan wilayah pertahanan dan menyiapkan semua aspek dalam
pertahanan wilayah. Pembinaan teritorial yang diselenggarakan oleh TNI AD
merupakan konsekuensi logis dari doktrin pertahanan yang dianut bangsa
Indonesia yaitu Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta). Sishanta adalah
kewilayahan, kesemestaan, dan kerakyatan yang melibatkan semua lapisan
masyarakat.
Keberadaan Kodim 0618/BS di wilayah Kota Bandung dalam
Pelaksanaan Binter dijabarkan melalui program kerja Kodim 0618/BS Kota
Bandung dalam uraian tugas-tugasnya yang disusun dalam organisasi
Kodim. Salah satu aplikasinya adalah pada pelibatan personel Kodim
0618/BS Kota Bandung dalam penanggulangan beberapa bencana di
wilayah kerjanya. Pelibatan dan kerja nyata Kodim 0618/BS Kota Bandung
sudah tercatat pada Protap Penanggulangan Bencana yang sudah
terintegrasi dengan pemerintah daerah, Dinas Pemadam Kebakaran dan
Penanggulangan Bencana, dan juga BNPB Provinsi Jawa Barat.
Komunikasi Sosial dilaksanakan oleh Kodim 0618/BS Kota Bandung
untuk memelihara dan meningkatkan keeratan hubungan guna mewujudkan
saling pengertian dan kebersamaan dengan komponen bangsa dalam rangka
penyiapan pertahanan negara secara dini, membantu kesulitan rakyat, dan
mendukung tercapainya tugas pokok TNI AD. Penyelenggaraan komsos

Universitas Pertahanan RI
65

yang dilakukan oleh Kodim 0618/BS Kota Bandung menggunakan bentuk-


bentuk ceramah dan dialog.
Keberhasilan tugas pokok TNI AD dalam pembinaan teritorial, dapat
dilihat dari sejauh mana Kodim dapat bersinergi dengan pihak-pihak terkait
(pemerintah Kota Bandung, Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bandung,
LSM, Komunitas dan Warga Kota Bandung). Tindakan preventif dalam
mengatasi potensi bencana alam dilakukan dengan menganalisis potensi
bencana alam yang paling sering terjadi di Kota Bandung. Peran strategis
tersebut telah dilaksanakan oleh Kodim 0618/BS Kota Bandung dengan
melaksanakan pembinaan komunikasi sosial yang difungsikan untuk
membekali dan menambah kemampuan komunikasi dan manajemen teritorial
prajurit dalam manajemen penanggulangan bencana alam.

Peran Kowil (Kodam, Korem, Kodim dan Koramil) sangat


menentukan dalam memberdayakan SDM, SDA/SDB, dan sarana prasarana
untuk dijadikan kekuatan pertahanan di daerah dalam menyelenggarakan
tugas pemberdayaan wilayah pertahanan. Salah satu Kodim yang saat ini
sedang giat-giatnya melaksanakan kebijakan pemberdayaan wilayah
pertahanan adalah Kodim 0618/BS yang secara administratif membawahi
wilayah Kota Bandung. Kodim 0618/BS Kota Bandung merupakan salah satu
Kodim yang berada di bawah struktur organisasi Kodam III/Slw.
Wilayah Kodim 0618/BS Kota Bandung sangat strategis apabila dilihat
dari berbagai aspek kehidupan, baik dalam aspek politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan. Peran aparat keamanan sangat penting
dalam mengorganisir dan menggerakkan masyarakat, terlebih di daerah
rawan bencana. Karena itu, di tiap desa yang rawan bencana di tempatkan
satu Babinsa (Bintara Pembina Desa) atau Babinkamtibmas (Bhayangkara
Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) bersama ASN kecamatan,
desa atau kelurahan. Aparat Kowil sebagai sumber daya manusia senantiasa
harus meningkatkan keterampilan maupun pengetahuannya di bidang

Universitas Pertahanan RI
66

teritorial, sehingga dapat memadukan kegiatan Binter dan melaksanakan


kegiatan Bhakti TNI secara optimal.
Peran Kodim sangat membantu pemerintah dalam menginventarisasi
infrastruktur yang rusak di wilayah binaannya, baik karena akibat bencana
alam, maupun karena usia sarana infrastruktur. Bentuk koordinasi berupa
kerja sama dengan Dinas Bina Marga membahas tentang pemilihan lokasi
TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD). Kodim 0618/BS Kota Bandung
memiliki 14 koramil dan 6 Posramil serta 280 Babinsa, yang harus mampu
dihadapkan dengan luas daerah binaan yang meliputi 30 kecamatan dan 151
kelurahan.

4.5.2 Strategi Pembinaan Teritorial Kodim 0618/BS Kota Bandung


Kodim 0618/BS Kota Bandung adalah satuan Komando Distrik Militer
yang berada di bawah Kodam III/Siliwangi yang membawahi sebanyak 14
Koramil yang tersebar di wilayah Kota Bandung. Dengan 14 Koramil yang
tersebar di wilayah Kota Bandung, Kodim 0618/BS memiliki 347 personel dan
berdiri sendiri karena tidak berada di bawah Korem yang memiliki tugas untuk
pemberdayaan wilayah pertahanan dan menyiapkan semua aspek dalam
pertahanan wilayah.
Konsep Satuan Komando Kewilayahan (Satkowil) sebagai salah satu
dari fungsi utama TNI AD dalam doktrin TNI AD "Kartika Eka Paksi" adalah
Pembinaan Teritorial (Binter), yang diselenggarakan guna menunjang
keberhasilan tugas pokok TNI AD, khususnya di dalam penerapan sistem
pertahanan semesta. Penyiapan dan penyelenggaraan Sistem Pertahanan
Semesta memerlukan kerjasama dan koordinasi dengan segenap komponen
bangsa, karena pada dasarnya pengelolaan sumber daya wilayah telah
terbagi habis oleh fungsi-fungsi pemerintahan dan kemasyarakatan. Satuan
Komando Kewilayahan (Satkowil) sebagai salah satu bentuk gelar kekuatan
TNI AD dalam menyelenggarakan tugas Binter di daerah perlu meningkatkan

Universitas Pertahanan RI
67

kemampuannya, sehingga penyelenggaraan Binter dapat dilakukan secara


terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tugas, tanggung jawab,
dan wewenang TNI. Satuan Komando Kewilayahan (Kowil) terdiri dari
Kodam, Korem, Kodim, dan Koramil yang merupakan subyek utama bagi
keberhasilan Binter (Mabesad, 2004:4).
Metode Binter Kodim 0618/BS Kota Bandung yaitu: Bhakti TNI,
Pembinaan Pertahanan Wilayah, dan Komunikasi Sosial. Kegiatan Binter
diproyeksikan dalam rangka membantu pemerintah dalam menyiapkan
potensi nasional menjadi kekuatan pertahanan aspek darat. Selain itu untuk
memberdayakan wilayah pertahanan di darat dan kekuatan pendukungnya
secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta serta untuk
mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat.

4.6 Pembahasan
4.6.1 Kemampuan Binter Kodim 0618/BS Kota Bandung
Kodim 0618/BS Kota Bandung adalah satuan Komando Distrik Militer
yang berada di bawah Kodam III/Siliwangi yang membawahi sebanyak 14
Koramil yang tersebar di wilayah Kota Bandung. Dengan 14 Koramil yang
tersebar di wilayah Kota Bandung, Kodim 0618/BS memiliki 347 personel dan
berdiri sendiri karena tidak berada di bawah Korem dengan memiliki tugas
untuk pemberdayaan wilayah, pertahanan, dan menyiapkan semua aspek
dalam pertahanan wilayah. Pembinaan teritorial yang diselenggarakan oleh
TNI AD merupakan konsekuensi logis dari doktrin pertahanan yang dianut
bangsa Indonesia yaitu Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta). Sishanta
adalah kewilayahan, kesemestaan, dan kerakyatan yang melibatkan semua
lapisan masyarakat.
Peran Kowil (Kodam, Korem, Kodim dan Koramil) sangat menentukan
dalam memberdayakan SDM, SDA/SDB, dan sarana prasarana untuk
dijadikan kekuatan pertahanan di daerah dalam menyelenggarakan tugas
pemberdayaan wilayah pertahanan. Salah satu Kodim yang saat ini sedang

Universitas Pertahanan RI
68

giat-giatnya melaksanakan kebijakan pemberdayaan wilayah pertahanan


adalah Kodim 0618/BS yang secara administratif membawahi wilayah Kota
Bandung. Berdasarkan pengarahan, pembinaan, dan pengawasan Pangdam
III/Slw, Kodim 0618/BS Kota Bandung menggelar berbagai program dan
kegiatan pemberdayaan wilayah pertahanan sehingga diharapkan dapat
mendukung program pembangunan daerah di Kota Bandung pada
khususnya, dan pembangunan Provinsi Jawa Barat pada umumnya.
Kodim 0618/BS Kota Bandung merupakan salah satu Kodim yang
berada di bawah struktur organisasi Kodam III/Siliwangi. Kodim 0618/BS
berlokasi di Jalan Tubagus Ismail Raya No.25, RW. 01, Sekeloa, Kecamatan
Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat 40134. Adapun organisasi Kodim
tersusun dalam 4 (empat) eselon dan jabatan sebagai berikut:

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kodim 0618/BS Kota Bandung


Sumber: Dokumentasi peneliti, 2022

Universitas Pertahanan RI
69

1. Eselon Pimpinan: Komandan Komando Distrik Militer, disingkat Dandim.


2. Eselon Pembantu Pimpinan :
a. Kepala Staf Komando Distrik Militer, disingkat Kasdim.
b. Perwira Seksi Intelijen, disingkat Pasiintel.
c. Perwira Seksi Operasi, disingkat Pasiops.
d. Perwira Seksi Personel, disingkat Pasipers.
e. Perwira Seksi Logistik, disingkat Pasilog.
f. Perwira Seksi Teritorial, disingkat Pasiter.
g. Perwira Penghubung, disingkat Pabung, berkedudukan di
Kabupaten/Kota tempat penugasannya. Pembentukannya sesuai
kebutuhan yang didasarkan atas pertimbangan Pangkotama dan
mendapat persetujuan dari Kasad.
3. Eselon Pelayanan: Kepala Kelompok Tata Usaha dan Urusan Dalam,
disingkat Kapoktuud.
4. Eselon Pelaksana:
a. Komandan Komando Rayon Militer, disingkat Danramil.
b. Komandan Unit Intelijen Kodim, disingkat Danunitinteldim.

Hasil penelitian sebelumnya dari Rizky Wibowo (2017) menyatakan


bahwa peran Kodim cukup vital dalam mengatasi masalah-masalah yang ada
di wilayah seperti bencana alam, kerawanan masyarakat, dan lain
sebagainya. Namun kurangnya sosialisasi karena ketiadaan unit yang
membidangi komunikasi di Kodim menyebabkan penanganan permasalahan
belum dapat maksimal sehingga diperlukan unit khusus yang membidangi
penerangan atau komunikasi pada Kodim. Hal tersebut sejalan dengan hasil
penelitian penulis yang menemukan bahwa belum terdapat unit penerangan
di Kodim 0618 Kota Bandung sehingga program Binter tidak dapat maksimal.
Minimnya sosialisasi menyebabkan masyarakat kurang mengetahui program-
program Kodim yang berkaitan dengan masyarakat.

Universitas Pertahanan RI
70

Salah satu contoh masalah yang dihadapi oleh Kota Bandung adalah
bencana alam karena kondisi geografis Kota Bandung yang merupakan
cekungan yang dikelilingi daerah pergunungan. Peran Kodim dalam ikut serta
membantu masyarakat dalam pengurangan resiko bencana alam sangatlah
vital dan signifikan, khususnya di Kota Bandung. Pihak Kodim sendiri
memiliki Prosedur Tetap (Protap) Penanggulangan Bencana yang melingkupi
bencana yang disebabkan oleh manusia dan alam yang diantaranya
kebakaran, gempa dan gunung meletus, banjir dan tanah longsor. Langkah
ini dilakukan semata-mata karena keikutsertaan TNI dalam penanggulangan
bencana. Peran strategis tersebut telah dilaksanakan oleh Kodim 0618/BS
Kota Bandung dengan melaksanakan pembinaan komunikasi sosial yang
difungsikan untuk membekali dan menambah kemampuan komunikasi dan
manajemen teritorial prajurit dalam manajemen penanggulangan bencana
alam. Peran Kodim 0618/BS Kota Bandung tersebut telah selaras dengan
teori strategi dimana terdapat perhitungan aktor dan faktor internal serta
eksternal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan, yang dalam
hal ini mengenai kebencanaan.
Sesuai dengan Buku Pedoman Praktis Aparat Teritorial, yang dimaksu
d dengan Pembinaan Teritorial adalah segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan
yang berhubungan dengan perencanaan, pengembangan, pengerahan, serta
pengendalian potensi wilayah dengan segenap aspeknya dalam rangka menj
adikan kekuatan wilayah sebagai RAK (Ruang, Alat, dan Kondisi) Juang gun
a kepentingan pertahanan negara yang hakekatnya untuk mewujudkan Kema
nunggalan TNI dan Rakyat guna menyukseskan tugas pokok TNI. Dalam
mengimplementasikan pemberdayaan wilayah pertahanan, sebagai pimpinan
di tingkat Kodim, maka peran Dandim sangat menentukan keberhasilan
pelaksanaan pemberdayaan wilayah pertahanan di Kodim 0618/BS Kota
Bandung.
Peran aparat keamanan sangat penting dalam mengorganisir dan
menggerakkan masyarakat. Terlebih di daerah rawan bencana, di tiap

Universitas Pertahanan RI
71

Koramil yang rawan bencana ditempatkan satu Babinsa (Bintara Pembina


Desa) atau Babinkamtibmas (Bhayangkara Pembina Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat) bersama ASN kecamatan, desa, atau kelurahan.
Binter yang sudah dilakukan selama ini menggunakan tiga metode yaitu
Komunikasi Sosial, Ketahanan Wilayah, dan Bhakti TNI. Tiga metode
tersebut selalu diterapkan pada struktur organisasi Kodim selaku bagian dari
TNI AD dalam menjalin hubungan dengan masyarakat agar dapat berjalan
harmonis, memiliki manfaat positif bagi masyarakat, dan bisa bersinergi
dengan baik. Hal tersebut selaras dengan teori komunikasi sosial dimana
terdapat proses interaksi antar individu dan kelompok orang dalam kehidupan
masyarakat yang memungkinkan terjadinya pertukaran pesan yang baik.

Kodim 0618/BS merupakan salah satu Kodim yang berada di bawah


struktur organisasi Kodam III/Siliwangi. Berdasarkan pengarahan,
pembinaan, dan pengawasan Pangdam III/Siliwangi, Kodim 0618/BS Kota
Bandung menggelar berbagai program dan kegiatan pemberdayaan wilayah
pertahanan sehingga diharapkan dapat mendukung program pembangunan
daerah di Kota Bandung pada khususnya, dan pembangunan Provinsi Jawa
Barat pada umumnya. Peran Kowil (Kodam, Korem, Kodim dan Koramil)
sangat menentukan dalam memberdayakan SDM, SDA/SDB, dan sarana
prasarana untuk dijadikan kekuatan pertahanan di daerah dalam
menyelenggarakan tugas pemberdayaan wilayah pertahanan. Salah satu
Kodim yang saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan kebijakan
pemberdayaan wilayah pertahanan adalah Kodim 0618/BS yang secara
administratif membawahi wilayah Kota Bandung.
Pelaksanaan pemberdayaan wilayah pertahanan di Komando Distrik
Militer (Kodim) 0618/BS Kota Bandung, masih terkendala oleh beberapa
faktor, salah satunya yaitu personel. Terkait faktor ini, masih lemahnya
kemampuan personel di Kodim 0618/BS Kota Bandung berdampak pada
kurangnya kepercayaan diri personel, terutama para Babinsa yang sebagian

Universitas Pertahanan RI
72

besar masih berpendidikan SLTA. Para Babinsa harus bisa berhadapan


dengan masyarakat Kota Bandung yang sebagian besar berpendidikan
tinggi. Aparat Kowil sebagai sumber daya manusia senantiasa harus
meningkatkan keterampilan maupun pengetahuannya di bidang teritorial,
sehingga dapat memadukan kegiatan Binter dan melaksanakan kegiatan
Bhakti TNI secara optimal.
Selain kurangnya tingkat pendidikan, sebagian besar personel Kodim
juga belum menguasai teknologi seperti bidang multimedia dan komunikasi.
Di era sekarang ini, para personel Kodim dapat menggunakan multimedia
seperti media sosial untuk menyebarkan informasi mengenai program Binter
ke masyarakat. Konten-konten yang menarik dapat dibuat agar mudah
dipahami oleh masyarakat. Pentingnya kemampuan personel ini sejalan
dengan teori Sumber Daya Organisasi yang dicetuskan oleh Emerson dan
Robert (1975) yang menyatakan bahwa sumber daya dalam organisasi perlu
terus-menerus ditingkatkan kemampuannya agar siap pakai pada saat
diperlukan organisasi.
Hasil penelitian sebelumnya dari Fithra Luthfi Bahri Zaqy (2018)
menyatakan bahwa peran Kodim Bandung cukup vital dalam pengurangan
resiko bencana alam. Namun kurangnya tenaga ahli mitigasi bencana
menyebabkan penanganan bencana belum dapat maksimal sehingga
diperlukan pelatihan khusus bagi personil Kodim. Berdasarkan hasil
penelitian, Kodim 0618/BS Kota Bandung masih terdapat kekurangan
personel. Selain itu, personel Kodim yang ada saat ini juga belum memiliki
kemampuan memadai mengenai multimedia, teknologi, dan keterampilan
berkomunikasi. Hal tersebut berpengaruh pada pelaksanaan Binter yang
dilaksanakan oleh Kodim 0618/BS Kota Bandung. Demikian juga dengan
adanya keterbatasan alat komunikasi berupa HT di masing-masing Koramil
serta sarana transportasi berupa sepeda motor. Keterbatasan alat
komunikasi berpengaruh pada pelaksanaan pengendalian dari pimpinan
Kodim 0618/BS Kota Bandung dalam pelaksanaan Komsos yang

Universitas Pertahanan RI
73

dilaksanakan oleh baik Babinsa maupun Danramil. Di sisi lain, dengan belum
terpenuhinya kendaraan sepeda motor, maka membatasi mobilitas Babinsa
dalam melaksanakan kegiatan Binter.
Sesuai dengan teori kemampuan dari Stephen P. Robbins & Timonthy
A. Judge (2009: 57-61) yang menyatakan bahwa kemampuan keseluruhan
seorang individu pada dasarnya terdiri atas dua kelompok faktor, yaitu
intelektual dan fisik. Dalam melaksanakan pemberdayaan wilayah
pertahanan di Kodim 0618/BS Kota Bandung, peran Dandim sebagai
pimpinan dengan kemampuan inetelektual dan fisiknya sangat menentukan
keberhasilan pelaksanaan pemberdayaan wilayah pertahanan di Kodim
0618/BS Kota Bandung. Peran aparat keamanan juga sangat penting dalam
mengorganisir dan menggerakkan masyarakat. Di tiap desa yang rawan
bencana ditempatkan satu Babinsa (Bintara Pembina Desa) atau
Babinkamtibmas (Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat) bersama ASN kecamatan, desa, atau kelurahan. Selain upaya
di atas, aparat Kodim juga terlibat dalam penyelamatan evakuasi kepada
masyarakat yang terjebak banjir dan pelaksanaan bantuan penanganan
banjir. Mereka bekerja sama dengan BPBD dan seluruh komponen
masyarakat, Taruna Siaga Bencana (Tagana), PMI, dan Dinas Kesehatan
setempat. Kodim juga mendirikan posko-posko bencana banjir untuk
melayani masyarakat yang terkena bencana alam. Di setiap Komandan
Rayon Militer (Koramil) didirikan posko di daerah yang terkena banjir dan
longsor dengan pengerahan sejumlah 347 personel untuk membantu
menangani bencana di wilayah Kota Bandung.
Atas upaya-upaya yang dilakukan oleh Kodim, baik aparat pemerintah
maupun masyarakat merasakan manfaatnya. Apalagi, personel TNI
senantiasa hadir paling awal ketika terjadi bencana alam. Peran Kodim
sangat membantu pemerintah dalam menginventarisasi infrastruktur yang
rusak di wilayah binaannya, baik karena akibat bencana alam, maupun
karena usia sarana infrastruktur. Salah satu bentuk koordinasi berupa kerja

Universitas Pertahanan RI
74

sama dengan Dinas Bina Marga membahas tentang pemilihan lokasi TNI
Manunggal Membangun Desa (TMMD). Kodim 0618/BS Kota Bandung
memiliki 14 koramil dan 6 Posramil serta 280 Babinsa. Dihadapkan dengan
luas daerah binaan yang meliputi 30 kecamatan dan 151 kelurahan, sehingga
berdasarkan data diatas, personel Babinsa masih ada yang memiliki
tanggung jawab lebih dari satu desa binaan. Dengan wilayah binaan yang
cukup luas tersebut, pembinaan desa yang dilakukan oleh Babinsa belum
optimal, karena idealnya satu Babinsa membina satu desa, sehingga
kegiatan dapat lebih optimal.
Kegiatan lainnya yaitu pada setiap hari Senin Babinsa menjadi
inspektur upacara di sekolah-sekolah binaannya secara bergiliran, serta
adanya pertemuan rutin untuk tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh
agama tingkat koramil. Kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam bela
negara juga masih kurang sehingga diperlukan peran anggota TNI dan
pemerintah dalam pembinaan bela negara. Anggota Kodim 0618/BS Kota
Bandung dapat berinteraksi dan mengenal kondisi masyarakat setempat
untuk dapat memberikan informasi dan keterangan tentang kesadaran bela
negara dan bahaya radikalisme.

4.6.2 Strategi Pembinaan Teritorial Kodim 0618/BS Kota Bandung


Pembinaan teritorial dilaksanakan untuk memberdayakan wilayah
pertahanan di darat dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan
sistem pertahanan semesta. Agar pembinaan teritorial berdaya guna dan
berhasil guna maka perlu dilaksanakan strategi pembinaan teritorial. Strategi
pembinaan teritorial dilaksanakan dengan metode Binter yaitu komunikasi
sosial, pembinaan pertahanan wilayah, dan Bhakti TNI. Metode-metode
tersebut dilaksanakan melalui kegiatan Binter yang memiliki sifat sebagai
kegiatan terkoordinasikan, lintas sektoral, terkait dan terpadu untuk
kepentingan pertahanan negara sehingga berperan dalam penanggulangan
terorisme secara nyata di lapangan (Mabesad, 2011:8).

Universitas Pertahanan RI
75

Sesuai dengan buku petunjuk Binter, konsepsi pembinaan teritorial dal


am mengelola kekuatan pertahanan di daerah yang dikembangkan TNI pada
saat ini berbeda dengan konsep lama (Hankamrata), melainkan sesuai konse
p pertahanan menyeluruh (total defence). Dalam konsepsi Hankamrata, raky
at menjadi “pagar manusia” di bidang pertahanan dan keamanan (Hankam).
Sementara dalam total defence, rakyat diberi pelatihan dan keahlian, sehingg
a dapat menjadi kekuatan pendukung pertahanan negara. Hal tersebut telah
diterapkan oleh Kodim 0618/BS Kota Bandung melalui kegiatan-kegiatan
yang ada dalam Binter. Metode Binter yang dilaksanakan Kodim 0618/BS
Kota Bandung meliputi beberapa aspek yaitu SDM personel Kodim 0618/BS
Kota Bandung, sarana dan prasarana, bentuk metode Binter, serta kelebihan
dan kelemahan yang akan diuraikan berdasarkan hasil penelitian ini. Strategi
Kodim 0618/BS Kota Bandung berdasarkan hasil penelitian dikaitkan dengan
pelaksanaan metode Binter adalah sebagai berikut:

4.6.2.1 Bhakti TNI


Metode Bhakti TNI dilaksanakan Kodim 0618/BS Kota Bandung
dengan melakukan Karya Bakti. Bhakti TNI dilaksanakan dengan melibatkan
3 pilar NKRI yaitu TNI, POLRI, dan ASN. Kegiatan tersebut diarahkan untuk
menangani masalah sosial dan kemanusian atas permintaan instansi terkait
atau atas inisiatif sendiri yang terkoordinasikan dalam rangka pertahanan
negara dan membantu kesulitan rakyat sehingga terwujud peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Bentuknya berupa kegiatan fisik berupa
jambanisasi, penghijauan lingkungan, KB Kesehatan, dan TMMD maupun
non fisik berupa penyuluhan wawasan kebangsaan dan bela negara. Hasil
dari pembangunan fisik berupa jambanisasi sangat bermanfaat bagi
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan. Dengan pembuatan
jambanisasi maka dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan
sehat. Sedangkan kegiatan penanaman atau penghijauan di lingkungan dan
lahan-lahan kosong bertujuan untuk membantu program pemerintah dalam

Universitas Pertahanan RI
76

melaksanakan gerakan penghijauan dan kampanye Indonesia Hijau, Berseri,


Bersih, Sehat, Rapi dan Indah sebagai upaya untuk mengurangi dampak
kerusakan lingkungan. Kegiatan KB Kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan KB kepada masyarakat kota Bandung sekaligus
mendorong optimalisasi instansi kesehatan yang ada di wilayah guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat terkait laju pertumbuhan penduduk.
Pembangunan fisik yang dilaksanakan melalui Bhakti TNI/TMMD tidak
terlalu besar. Seperti pada proyek-proyek pekerjaan yang ditangani Dinas
Pekerjaan Umum. Namun yang lebih utama dari tujuan TMMD adalah
bagaimana dapat merebut hati rakyat dan dapat manunggalnya TNI-Rakyat.
Seperti dalam pembangunan atau renovasi tempat ibadah, pembangunan
MCK/jambanisasi, dan pos kamling. Semua sasaran fisik diarahkan untuk
mengatasi kesulitan dan keterbatasan masyarakat. Hal ini dapat
meringankan beban serta meningkatkan kesejahteraannya. Lokasi TMMD
dipilih daerah-daerah yang memiliki tingkat kerawanan ataupun konflik.
Apabila tingkat ekonomi dan kesejahteraan masyarakat rendah maka akan
mudah terprovokasi atau terhasut oleh paham-paham lain seperti radikalisme
dan kontra terhadap pemerintah. Melalui TMMD maka TNI dapat masuk ke
daerah-daerah tersebut melakukan pemetaan, pengenalan dan pembinaan
masyarakat. Kegiatan pembangunan dilaksanakan secara gotong-royong
dengan masyarakat setempat. Anggota Kodim 0618/BS Kota Bandung dapat
berinteraksi dan mengenal kondisi masyarakat setempat untuk dapat
memberikan informasi dan keterangan tentang kondisi wilayah.
Kegiatan non-fisik bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat
dengan pemberian informasi-informasi. Sebagian besar masyarakat masih
minim pendidikannya dan pengetahuannya yang diakibatkan terbatasnya
akses informasi. Dengan pembekalan tersebut diharapkan masyarakat akan
dapat meningkatkan derajat kehidupannya dan memahami bentuk-bentuk
ancaman keamanan termasuk bahaya narkoba dan radikalisme.

Universitas Pertahanan RI
77

Strategi Bhakti TNI yang diarahkan untuk pembinaan sosial


masyarakat dilaksanakan melalui kegiatan fisik dan non fisik, antara lain:
4.6.2.1.1 Memberikan pemahaman tentang pentingnya toleransi dalam
hidup beragama kepada masyarakat melalui kegiatan penyuluhan
dan ceramah.
4.6.2.1.2 Memberikan penyuluhan tentang pentingnya kebersihan dan
kesehatan lingkungan kepada masyarakat.
4.6.2.1.3 Menggalakan kegiatan olahraga dan melakukan kegiatan olahraga
bersama TNI dengan masyarakat.
4.6.2.1.4 Memelihara dan menumbuh kembangkan berbagai bentuk
kesenian, budaya dan adat istiadat di lingkungan masyarakat.
4.6.2.1.5 Membudayakan wajib lapor kepada pihak keamanan, apabila ada
perkembangan situasi yang terjadi dilingkungan masyarakat.
Dalam kehidupan sehari hari masyarakat seolah pasif untuk
melaporkan hal hal yang menonjol karena mereka beranggapan
sudah ada aparat keamanan dilingkungannya.
4.6.2.1.6 Mendorong kepada masyarakat untuk mengikuti penataran bela
negara yang telah diprogramkan oleh pemerintah melalui jalur
lingkungan pendidikan, pemukiman dan pekerja, yang
kenyataannya untuk pemberian pembekalan kepada lingkungan
pemukiman belum tersentuh secara menyeluruh.
4.6.2.1.7 Menggalakkan kegiatan Pos Keamanan Lingkungan (Poskamling)
di lingkungan masyarakat secara swakarsa, saat ini banyak desa
yang menggunakan jasa satuan pengamanan, sehingga belum
adanya rasa tanggung jawab sebagai warga terhadap keamanan
daerahnya sendiri.
4.6.2.1.8. Membantu masyarakat yg terdampak bencana alam melalui upaya
deteksi dan cegah dini bahaya bencana alam.

4.6.2.2 Pembinaan Ketahanan Wilayah

Universitas Pertahanan RI
78

Strategi Bintahwil yang diarahkan untuk pembinaan sosial masyarakat


dilaksanakan masih terbatas dari sisi sasaran obyek yang dibina pada pelajar
SMA. Kegiatan lain yang dilaksanakan dengan memberdayakan fungsi
intelijen Kodim 0618/BS Kota Bandung untuk melaksanakan penggalangan.
Kodim 0618/BS Kota Bandung memiliki tantangan yang cukup berat dalam
melaksanakan tugas untuk mengatasi terorisme di wilayah Bandung,
mengingat Bandung dari data-data yang ada merupakan wilayah dengan
basis kelompok radikal yang cukup besar. Dengan potensi komunitas
kelompok radikal yang cukup besar, maka diperlukan strategi yang cermat di
dalam meredam gerakan radikal yang sewaktu waktu dapat bertransformasi
menjadi aksi terorisme. Oleh karena itu, strategi untuk mengisolasi dan
mempengaruhi sumber radikalisme memang memiliki dampak positif dalam
meredam dan menghambat penyebaran paham radikal dan munculnya aksi
terorisme. Namun apabila dianalisis lebih mendalam, terkait tanah atau bisa
diartikan lingkungan sekitar perlu juga diperhatikan karena juga berdampak
masif bagi penyebaran paham radikalisme. Sehingga strategi Binter dalam
mengatasi terorisme tidaklah cukup apabila hanya dilaksanakan secara
parsial, namun diperlukan suatu upaya yang komprehensif dengan
memanfaatkan semua sumber daya dan metode yang ada.
Bintahwil yang diselenggarakan Kodim 0618/BS Kota Bandung melalui
penanaman wawasan kebangsaan bagi komponen bangsa untuk
penangkalan terhadap pengaruh provokasi aksi terorisme dilakukan dengan
melakukan pembinaan, pembekalan dan sosialisasi terhadap pelajar sekolah
mulai SD, SMP, dan SMA. Pembinaan diarahkan untuk meningkatkan
pemahaman tentang 4 konsensus dasar kehidupan berbangsa dan
bernegara, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. TNI
memberikan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran dalam membela
negara Indonesia, menumbuhkan kebanggaan masyarakat sebagai warga
negara Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika, membentuk fisik dan mental
serta kepribadian yang baik serta memiliki sifat kesetiakawanan sosial di

Universitas Pertahanan RI
79

seluruh kalangan masyarakat khususnya generasi muda dalam menghadapi


berbagai pengaruh negatif. TNI juga membangun komponen masyarakat
yang mandiri, peduli, bertanggung jawab dan berpegang teguh pada nilai dan
norma masyarakat dan mewujudkan komponen masyarakat yang adil dan
makmur dalam rangka stabiltas kondisi dinamis masyarakat untuk mencegah
pengaruh aksi terorisme terhadap masyarakat khususnya generasi muda.
Pelaksanaan metode Bintahwil Kodim 0618/BS Kota Bandung pada
umumnya berjalan baik dan dapat berpengaruh terhadap upaya untuk
mengatasi terorisme di wilayah Kota Bandung. Hal ini terbukti dengan
semakin meningkatnya penangkalan terhadap pengaruh provokasi pengaruh
dan aksi radikalisme maupun terorisme. Namun penyelenggaraan Bintahwil
yang dilaksanakan belum optimal apabila dihadapkan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan Binter baik dari dalam maupun dari luar.
Kodim 0618/BS Kota Bandung dalam melaksanakan Pembinaan
Ketahanan Wilayah (Bintahwil) bertujuan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat terhadap ketahanan suatu wilayah. Dengan kondisi masyarakat
yang semakin kompleks saat ini maka perlu untuk menumbuhkan kepedulian
serta kesadaran terhadap bela negara. Ketahanan wilayah merupakan
terbentuknya potensi kondisi sosial masyarakat yang mencerminkan keuletan
dan ketangguhan. Meningkatkan ketahanan suatu wilayah akan mewujudkan
ketahanan nasional berupa semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang
mendukung upaya pertahanan negara. Kesadaran masyarakat secara
terpadu dan terkoordinasi diperlukan guna mewujudkan dan terpenuhinya
rasa aman dan tenteram di wilayahnya. Potensi kekuatan kewilayahan yang
melibatkan aparat keamanan, aparat pemerintah, dan masyarakat untuk
menangkal, mencegah dan siap menghadapi kemungkinan ancaman
terhadap wilayahnya. Selain itu juga terciptanya ketahanan wilayah dari
kemungkinan gangguan dan ancaman yang berasal dari dalam maupun luar
wilayah.

Universitas Pertahanan RI
80

Kodim 0618/BS Kota Bandung melaksanakan metode Bintahwil untuk


mengatasi peredaran narkoba dan permasalahan lainnya di wilayahnya.
Bintahwil diselenggarakan melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan potensi
wilayah pertahanan untuk meningkatkan daya tangkal terhadap segala
bentuk ancaman. Bintahwil bertujuan menumbuhkan kesadaran bela negara
dan penyiapan potensi pertahanan di darat dengan meningkatkan ketahanan
pangan masyarakat dalam rangka ketersediaan logistik wilayah pertahanan,
pembinaan bela negara, dan wawasan kebangsaan.
Kodim 0618/BS Kota Bandung melaksanakan kegiatan deradikalisasi
dengan materi mengenai bahaya terorisme, wawasan kebangsaan, dan PBB
untuk mencegah radikalisme. Motivasi para peserta deradikalisasi selama
pelaksanaan kegiatan menunjukkan antusias dan semangat yang tinggi. Hal
ini menunjukkan bahwa kegiatan tersebut dapat diterima di lingkungan
masyarakat wilayah Kota Bandung. Kegiatan deradikalisasi berjalan sesuai
rencana namun perlu ditingkatkan khususnya masalah koordinasi, sehingga
akan lebih matang dalam pelaksanaan dan hasilnya lebih maksimal.
Upaya mewujudkan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Pertahanan
(RUTR WILHAN), pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Buatan serta
Sumber Daya Manusia, diselenggarakan secara terus menerus,
berkesinambungan dan sesuai kewenangan serta peraturan perundang-
undangan sehingga mampu mewujudkan potensi wilayah menjadi kekuatan
pertahanan. Adapun pelaksanaannya dilaksanakan sebagai berikut:

4.6.2.2.1 Rencana Umum Tata Ruang (RUTR).


4.6.2.2.1.1 Menyusun konsep wilayah pertahanan menjadi daerah
pertempuran, daerah komunikasi, daerah belakang dan daerah
pangkal perlawanan untuk kepentingan pertahanan negara di
darat.
4.6.2.2.1.2 Mengkoordinasikan dengan pemerintah daerah untuk
memadukan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Pertahanan

Universitas Pertahanan RI
81

sehingga terjadinya keterpaduan antara kebutuhan


kesejahteraan dan pertahanan dalam pembangunan di daerah.
4.6.2.2.1.3 Mensosialisasikan dan melakukan kerjasama dengan instansi
pemerintah dan non pemerintah dalam rangka mensinkronkan
Tata Ruang Wilayah Pertahanan dan Tata Ruang Pertahanan
Darat.
4.6.2.2.2 Sumebr Daya Alam dan Buatan (SDA/B).
4.6.2.2.2.1 Melakukan kerjasama dengan instansi terkait dalam
inventarisasi data sumber daya alam dan buatan serta sarana
dan prasarana dalam rangka penentuan kebijakan dalam
pengelolaan, agar dapat memberikan dukungan informasi untuk
kepentingan Hanneg.
4.6.2.2.2.2 Melakukan kerjasama antara Komando Kewilayahan dengan
instansi TNI lainnya, instansi pemerintah dan instansi non
pemerintah di pusat dan did aerah dalam rangka pengamanan
dan pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Buatan serta
sarana dan prasarana yang bernilai strategis untuk kebutuhan
pertahanan.
4.6.2.2.3 Sumber Daya Manusia (SDM).
4.6.2.2.3.1 Memberikan pelatihan dasar kemiliteran bagi warga negara.
4.6.2.2.3.2 Memberdayakan rakyat sebagai kekuatan pendukung baik
dalam aspek fisik maupun non fisik.
4.6.2.2.3.3 Mengorganisir kekuatan pertahanan dalam komponen
cadangan dan komponen pendukung sehingag siap dimobilisasi
untuk memperkuat komponen utama.

4.6.2.2.4 Kondisi Sosial (Konsos).


Untuk membina kondisi sosial agar terwujud ketahanan di
semua aspek kehidupan (Ipoleksosbud Hankam) atau
ketahanan nasional di daerah, harus ditangani secara

Universitas Pertahanan RI
82

terkoordinasikan, terpadu dan komprehensif – integral dengan


pihak-pihak terkait yang memiliki kewenangan, yang
dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
4.6.2.2.4.1 Ideologi. Membantu pemerintah secara terbatas kesadaran
berbangsa dan bernegara melalui pemahaman akan Pancasila
sebagai ideologi negara, dasar negara dan falsafah bangsa
Indonesia, sehingga mampu menepis ideologi lain yang akan
masuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
4.6.2.2.4.2 Politik. Membantu pemerintah secara terbatas dalam
meningkatkan wawasan kebangsaan melalui penyuluhan
maupun kegiatan yang dapat membangun partisipasi politik
masyarakat secara bertanggungjawab yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
4.6.2.2.4.3 Ekonomi. Membantu pemerintah secara terbatas dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, membantu
menigkatkan lapangan kerja serta membantu mengatasi
kesulitan rakyat. Sehingga menigkatkan kesejahteraan
masyarakat dan terwujudnya kemampuan logistik wilayah untuk
pertahanan negara.
4.6.2.2.4.4 Sosial Budaya. Membantu pemerintah secara terbatas
dalam berbagai kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan
masyarakat dalam ilmu pengetahun, pemahaman terhadap
hukum dan taat hukum, kesehatan, moral dan budaya
Indonesia.
4.6.2.2.4.5 Hankam. Membantu pemerintah dalam meningkatkan
kesadaran bela negara melalui penyuluhan, melaksanakan
siskamling dan wajib lapor, mewaspadai bangkitnya komunias
dan ideologi selain Pancasila, terorisme dan kemungkinan
ancaman lainnya.

Universitas Pertahanan RI
83

4.6.2.3 Komunikasi Sosial


Sesuai tugas pokoknya, Kodim 0618/BS Kota Bandung melaksanakan
Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Salah satu tugas dalam OMSP adalah
melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya secara dini dengan sistem pertahanan semesta. Komunikasi
Sosial sebagai salah satu metode Binter saat ini oleh Kodim telah
dilaksanakan melalui kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam
rangka ikut memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
Kodim 0618/BS Kota Bandung dalam menyelenggarakan Binter di
antaranya melalui metode Komsos. Metode tersebut diselenggarakan dalam
rangka memberikan pemahaman dan menyamakan persepsi tentang
pemberdayaan wilayah pertahanan kepada segenap komponen bangsa
sehingga diharapkan terwujud kemanunggalan TNI-Rakyat dan
meningkatnya partisipasi komponen bangsa di bidang pertahanan negara.
Selain itu untuk memelihara serta meningkatkan keeratan hubungan dengan
segenap komponen bangsa dan terwujudnya saling pengertian dan saling
kebersamaan.
Kodim 0618/BS Kota Bandung melaksanakan Binter dengan metode
Komsos untuk memelihara dan meningkatkan keeratan hubungan guna
mewujudkan saling pengertian dan kebersamaan dengan komponen bangsa
dalam rangka mendukung keberhasilan kegiatan penyiapan pertahanan
negara. Kegiatan dengan metode Komsos sesuai program yang telah
dilaksanakan oleh Kodim 0618/BS Kota Bandung beserta jajaran Koramil
meliputi Komsos dengan komponen masyarakat, aparat pemerintah, dan
Keluarga Besar TNI (KBT). Penyelenggaraan kegiatan Komsos dalam rangka
program tersebut menggunakan bentuk ceramah dan dialog.
Bentuk lain kegiatan Komsos yang dilaksanakan oleh personel Kodim
0618/BS Kota Bandung berupa melakukan kegiatan olah raga bersama,
ibadah dan ceramah keagamaan, silaturahmi, rapat, dan menghadiri
undangan masyarakat. Melalui komunikasi dan interaksi secara langsung dan

Universitas Pertahanan RI
84

terus menerus dengan masyarakat maka akan tercipta rasa kepercayaan dari
masyarakat. Bertolak dari kepercayaan yang didapatkan inilah, maka
personel Kodim 0618/BS Kota Bandung dapat lebih mudah mempengaruhi
dan mengajak masyarakat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan untuk
kepentingan pertahanan negara, mengatasi kesulitan rakyat, dan mendukung
tugas pokok TNI AD yang berkaitan dengan upaya untuk mengatasi
terorisme di wilayah Kota Bandung.
Kegiatan dengan metode komunikasi sosial sesuai program yang telah
dilaksanakan oleh Kodim 0618/BS Kota Bandung beserta jajaran Koramil
meliputi komunikasi sosial dengan komponen masyarakat, komunikasi sosial
dengan aparat pemerintah dan komunikasi sosial dengan keluarga besar TNI
(KBT). Dalam Peraturan Kasad disebutkan bahwa pelaksanaan kegiatan
komunikasi sosial meliputi:
4.6.2.3.1 Memberikan penyuluhan/ceramah dan penerangan terhadap
komponen bangsa agar mengaktifkan dan melaksanakan temu
cepat dan lapor cepat tentang fenomana/gejala kebencanaan alam
sedini mungkin.
4.6.2.3.2 Memberikan penyuluhan/ceramah dan sosialisasi mitigasi bencana
alam terhadap komponen bangsa agar tanggap darurat, saling
membantu dan mematuhi prosedur penyelamatan jika terjadi
bencana alam.
4.6.2.3.3 Memberikan secara langsung penyuluhan/ceramah dan
penerangan terhadap komponen bangsa agar tidak terpengaruh
oleh provokasi, agitasi dan propaganda gerakan aksi terorisme,
sedangkan secara tidak langsung melalui media cetak dan
elektronik.
4.6.2.3.4 Memberikan penyuluhan/ceramah dan penerangan terhadap
komponen bangsa tentang pemberdayaan pemerintah daerah dan
instansi terkait secara terpadu untuk menghancurkan kekuatan
dan alat peralatan aksi terorisme.

Universitas Pertahanan RI
85

4.6.2.3.5 Memberikan penyuluhan/ceramah dan penerangan terhadap


komponen bangsa tentang pemberdayaan pemerintah daerah dan
instansi terkait secara terpadu di semua lini untuk meningkatkan
ketanggapsegeraan terhadap administrasi penduduk, lalu lintas
orang maupun barang yang dicurigai melalui bandara, pelabuhan
dan wilayah perbatasan.
4.6.2.3.6 Memberikan penyuluhan/ceramah dan penerangan terhadap
komponen bangsa tentang pembinaan dan pemberdayaan instansi
terkait daerah dalam pengawasan terhadap pedagang yang
menyediakan zat kimia, bahan dasar peledak yang terkait dengan
proses pembuatan bahan peledak.
4.6.2.3.7 Memberikan penyuluhan/ ceramah dan penerangan terhadap
komponen bangsa tentang pembinaan daerah terpencil dan
terisolir melalui kegiatan pembinaan perlawanan wilayah, Komsos,
dan Bhakti TNI dengan sasaran pembangunan yang bersifat fisik
maupun non fisik dalam rangka meningkatkan daya tangkal
masyarakat terhadap pengaruh dari kegiatan organisasi terorisme
di wilayah.
4.6.2.3.8 Memberikan penyuluhan/ceramah dan penerangan terhadap
komponen bangsa tentang peningkatan kerja sama dengan
instansi terkait untuk menghancurkan hubungan komunikasi antara
terorisme dalam negeri dan luar negeri (Peraturan Kasad,
2012:26-27).

4.6.2.4 Komunikasi Sosial


Strategi komunikasi sosial yang diarahkan untuk pembinaan sosial
masyarakat dilaksanakan melalui kegiatan fisik dan non fisik, antara lain:
4.6.2.4.1 Memberikan penyuluhan secara terpadu untuk menanamkan
keyakinan masyarakat tentang pancasila sebagai falsafah dan
ideologi negara.

Universitas Pertahanan RI
86

4.6.2.4.2 Mewaspadai terhadap gerakan ekstrim dan radikal yang


bertentangan dengan nilai nilai Pancasila dan melakukan
pemantauan terhadap perkembangan kegiatan eks G.30 S/PKI
dan gerakan radikal lainnya. Sampai sekarang pihak TNI masih
memperlakukan kelompok garis keturunan eks G 30 S /PKI
sebagai bahaya laten.
4.6.2.4.3 Melakukan penyuluhan secara terpadu tentang bahaya latent
Komunis, fundamentalis, teroris dan faham radikal lainnya.
4.6.2.4.4 Menggugah masyarakat melalui kegiatan penyuluhan dan ceramah
tentang pemahaman hak dan kewajiban sebagai warga negara.
4.6.2.4.5 Mendorong masyarakat agar selalu mematuhi ketentuan hukum
dalam kehidupan sehari hari.
4.6.2.4.6 Mendorong masyarakat untuk selalu mengutamakan kepentingan
umum, bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan
golongan.
4.6.2.4.7 Menghimbau kepada masyarakat untuk tidak bergaya hidup
konsumtif. Membantu pemerintah dalam meningkatkan
intensifikasi perikanan, pertanian, perkebunan dan peternakan
yang dilaksanakan secara terpadu dan pemberdayaan di sektor
lainnya.
4.6.2.4.8 Memberikan penyuluhan secara terpadu tentang perkoperasian
dan usaha kecil menengah kepada masyarakat.
4.6.2.4.9 Memberikan informasi kegiatan Kodim yang berhubungan dengan
gait kemasyarakatan melalui media massa/Medsos/Media
elektronik lainnya (Radio dan TV)

Universitas Pertahanan RI
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka peneliti
menarik beberapa kesimpulan, diantaranya adalah sebagai berikut:

5.1.1 Kemampuan Binter Kodim


Dalam menyelenggarakan Pembinaan Teritorial di wilayah binaan,
organisasi Kodim 0618/BS Kota Bandung beserta para Babinsa dihadapkan
pada beberapa hambatan, diantaranya adalah sarana dan prasarana yang
belum memadai, jumlah personil yang tidak sebanding dengan luas wilayah
binaan, tingkat kesejahteraan Babinsa yang belum terpenuhi, dan
keterpaduan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Binter dengan
pemerintah daerah belum maksimal. Organisasi Kodim yang ada saat ini
belum ada yang di bidang penerangan atau komunikasi sehingga dapat
menghambat penyampaian program Kodim ke masyarakat.
Komponen personel TNI sendiri belum sepenuhnya paham terhadap
penyelenggaraan Pembinaan Teritorial TNI AD. Pengaruh globalisasi dan
perkembangan zaman menuntut keterampilan personel TNI di bidang IT,
multimedia, dan komunikasi. Masih lemahnya kemampuan personel di Kodim
0618/BS Kota Bandung di bidang-bidang tersebut berdampak pada
kurangnya kepercayaan diri personel, terutama para Babinsa. Selain itu, di
Kodim 0618/BS Kota Bandung masih terdapat kekurangan personel.

5.1.2 Strategi Binter Kodim


Penyelengaraan Pembinaan Teritorial di wilayah Kodim 0618/BS Kota
Bandung dilaksanakan menggunakan 3 metode, yaitu Bhakti TNI, Bintahwil,
dan Binkomsos. Pelaksanaan ketiga metode tersebut dinilai kurang optimal,
sehingga perlu dilakukan peningkatan kedepannya, salah satunya

87
88

menggunakan medsos serta media elektronik lainnya seperti radio dan tv,
khususnya stasiun TV di wilayah Bandung.

5.2 Saran
5.2.1 TNI secara umum, dan TNI AD secara khusus, harus lebih intensif dan
merata dalam melakukan sosialisasi terkait peraturan perundang-
undangan dan kebijakan TNI terkait tugas-tugas dalam
penyelenggaraan Pembinaan Teritorial, sehingga masyarakat semakin
dapat memahami metode Pembinaan Teritorial tersebut.
5.2.2 Kodim 0618/BS Kota Bandung diharapkan dapat melakukan
reorganisasi Kodim dengan pembentukan unit kerja kodim bidang
penerangan dan adanya pembentukan satuan di Kodim untuk
menangani penanggulangan bencana dan kegiatan lain yang
memerlukan kecepatan. Selanjutnya perlu adanya kegiatan pendidikan
dan pelatihan yang dilaksanakan oleh satuan untuk membekali
pengetahuan dan keterampilan bagi personel TNI mengenai materi
Binter. Kemudian perlu adanya peningkatan alat multimedia untuk
mendukung operasional kegiatan Binter di Kodim.
5.2.3 Strategi Kodim 0618/BS Kota Bandung dalam menjalankan Binter
dapat melibatkan sinergitas tiga pilar dalam mendukung program
Binter. Personel Kodim sebaiknya dapat menggunakan bahasa daerah
seperti Bahasa Sunda dan sarana media sosial agar program Binter
lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Bentuk kegiatan Binter dapat
dilakukan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi seperti Pramuka
dan penguatan wawasan kebangsaan agar dapat meningkatkan
kesadaran bela negara, cinta tanah air, dan wawasan kebangsaan di
kalangan masyarakat, terutama generasi muda, demi terwujudnya
doktrin Sistem Pertahanan Semesta dan kemanunggalan TNI dan
Rakyat yang dapat menunjang program Binter ke depan. Program
Binter Kodim 0618/BS bisa dilakukan dengan kerjasama dengan

Universitas Pertahanan RI
89

pihak ORARI khususnya dalam penyiaran program Binter di radio dan


Kerjasama Kodim 0618/BS dengan pihak TV swasta khususnya
stasiun TV Bandung, sehingga program Binter Kodim bisa
didengar,dilihat dan dimengerti oleh masyarakat.Disamping itu para
Babinsa dan personel Kodim 0618/BS diharapkan tahu dan bisa
menerapkan teknologi multimedia, misalnya dengan memanfaatkan
aplikasi di HP guna membuat konten konten program Binter Kodim
yang bisa dilihat dan menarik perhatian masyarakat, disamping juga
bisa menggunakan banner atau pamflet /papan pengumunan lainnya.
5.2.4 Guna lebih mengetahui secara mendetail tentang keberhasilan
program pelaksanaan Binter Kodim dihadapkan dengan
perkembangan jaman di era digital saat ini, perlu dilakukan penelitian
tentang Strategi Pembinaan Teritorial Satuan Komando Kewilayahan
dalam Menyelenggarakan Logistik Wilayah Guna Menghadapi Perang
di Era Modern.

Universitas Pertahanan RI
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adiwijoyo, Suwarno. 2002. Preventive Defense: Tentara Nasional Indonesia.


Jakarta: Swadana Bangun Dinamika Dunia.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik.
Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bungin, Burhan, H.M. Prof. Dr., 2006 .Sosiologi Komunikasi: Teori,
Paradigma, dan diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat.
Jakarta: Kencana.
Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada.
University Press
Helmi, Masdar. 1973. Dakwah di Alam Pembangunan. Semarang: Toha
Putra.
Hendiansah, Ari G, Dkk. 2017. Peran dan Fungsi Pembinaan Teritorial TNI
AD dalam Perbantuan Pemerintah Daerah: Studi di Kabupaten Lebak.
Dalam Jurnal Ilmu Pertahanan, Cosmo Gov Vol. 3 No. 1 April 2017.
ISSN 2442-5958.
KBBI. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Milles, B. Mathew, Huberman, dan Saldafia, Johnny. 2014. Qualitative Data
Analysis: a Methods Sourcebook. Singapore: Sage Publication.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Patton, M.Q. 1980. Qualitative Evaluation Methods. California: Sage
Publication.
Poerwadarminta W.J.S. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai. Pustaka.
Presthus, Robert. 1975. Public Administration. New York: The Ronald Press
Company.

90
91

Robbins, Stephen P. dan Timothy, A. Judge. 2009. Organizational Behavior.


13th Edition, USA: Pearson International Edition, Prentice-Hall.
Nasution, S. 2006. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Siagian. 1995. Pengertian Strategi. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.
Sihombing. 2000. Pengertian Strategi. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014).
Thoha, Mitha. 1989. Pembinaan Organisasi: Proses Diagnosa dan Intervensi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Wahab, Abdul. 2008. Teori Implementasi. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.
Wibowo, A. 2017. Komunikasi Pembangunan dan Perubahan Sosial.Jakarta:
Rajawali Pers.
Widjojo. 2007. Komando Teritorial dalam Reformasi Sektor Keamanan.
Jakarta: Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia
(Lesperssi).

Jurnal/Dokumen
Kementerian Pertahanan RI. 2015. Buku Putih Pertahanan Indonesia.
Jakarta: Kementerian Pertahanan RI.
Kartini, Zofran N. 2018. Peranan Komunikasi Sosial dalam Pelaksanaan
Tugas Babinsa Wilayah Koramil 02 Kodim 1421. dalam Jurnal Tabligh
19 No 2, Desember 2018: 310 – 329.
Peraturan Kepala BNPB No.1 Tahun 2008.
Peraturan Kasad Nomor 18/IV/2008 tanggal 8 April 2008.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Website/Berita

Universitas Pertahanan RI
92

TNI AD. 2012. Tugas Pokok TNI AD. Di dapat dari laman
https://tniad.mil.id/profil/ yang diakses pada tanggal 08 Maret 2020.

Universitas Pertahanan RI
93

LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KOMANDAN KODIM 0618/BS,


KASDIM 0618/BS, PASI KODIM 0618/BS
Strategi Satuan Komando Kewilayahan dalam Penyelenggaraan
Pembinaan Teritorial Guna Mendukung Tugas Pokok TNI AD
(Studi Kasus Di Kodim 0618/BS Bandung)

A. Tujuan Wawancara
1) Memperoleh penjelasan tentang kebijakan Kodim dalam
penyelenggaraan pembinaan teritorial di Kota Badung.
2) Mengetahui pembinaan teritorial yang telah dilaksanakan apakah telah
berjalan maksimal atau belum maksimal.
3) Memperoleh upaya Kodim 0618/BS dalam mendukung tugas pokok
TNI AD dalam penyelenggaraan pembinaan teritorial.
4) Memperoleh saran dan masukan tentang organisasi Kodim yang
adaptif terhadap perkembangan jaman.

B. Daftar Pertanyaan
1) Apakah ada program pembinaan teritorial dari pihak Kodim yang
dilaksanakan di Kota Bandung ini?
2) Jika ya, program/kebijakan pembinaan teritorial seperti apa yang
dirancang oleh Kodim?
3) Apakah terdapat hambatan dalam merealisasikan program/kebijakan
tersebut?
4) Jika ya, maka hambatan seperti apa yang ditemui?
5) Apa upaya yang ditempuh Kodim dalam melaksanakan pembinaan
teritorial agar mendukung Tugas Pokok TNI AD?
6) Menurut pihak Kodim, apakah pelaksanaan program ini telah tepat
sasaran?

Universitas Pertahanan RI
94

7) Strategi apa saja yang telah dirancang pihak Kodim di Kodim ini dalam
upaya penyelenggaraan pembinaan teritorial di wilayah Kota Bandung
ini dalam menghadapi ancaman di era digital saat ini dihadapkan
dengan perundang undangan yang ada?
8) Apakah komunikasi yang dilakukan oleh pihak Kodim terhadap para
pemangku kepentingan seperti Pemkot, kementerian/Lembaga lain
dan masyarakat sekitar baik dalam membantu pihak Kodim
melaksanakan penyelenggaraan pembinaan teritorial ini?
9) Bagaimana tanggapan masyarakat terkait Pembinaan teritorial yang
dilakukan oleh pihak Kodim?
10) Bagaimana rencana kedepan Kodim dalam menyelenggarakan
pembinaan teritorial ini? Apakah ada saran dan masukan yang kiranya
perlu ditingkatkan, khususnya dalam pelaksanaan pembinaan teritorial
di Kota Bandung ini?
11) Apakah organisasi Kodim saat ini sudah adaptif dan mampu
mengikuti perkembangan jaman?
12)Bagaimana penyelenggaraan pembinaan teritorial yang diilaksanakan
oleh Kodim 0618/BS Kota Bandung?
13) Apakah kemampuan personel Kodim saat ini sudah optimal dalam
mendukung program Binter khususnya dalam bidang
penerangan/penyampaian berita dan program kepada masyarakat?
14)Apakah keterlibatan Kodim saat ini dalam menanggulangi terorisme
dan kejahatan digital saat ini sudah sesuai?

Universitas Pertahanan RI
95

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PEMERINTAH KOTA BANDUNG DAN


KOMPONEN MASYARAKAT KOTA BANDUNG

Strategi Satuan Komando Kewilayahan dalam Penyelenggaraan


Pembinaan Teritorial Guna Mendukung Tugas Pokok TNI AD
(Studi Kasus di Kodim 0618/BS Bandung)

A. Tujuan Wawancara
1) Mengetahui Kerjasama baik yang dilakukan oleh pihak Kodim dengan
Pemkot Bandung.
2) Mengetahui pengetahuan berbagai komponen masyarakat efektifitas
penyelenggaraan pembinaan teritorial di Kota Bandung.
3) Memperoleh hasil kinerja pembinaan teritorial yang dilaksanakan oleh
pihak Kodim.
4) Mengetahui seberapa jauh masyarakat kota Bandung mengerti
program-program pembinaan teritorial Kodim?

B. Daftar Pertanyaan
1) Bagaimana pembagian tipologi wilayah di kota Bandung?
2) Kerja sama apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota dengan
Pihak Kodim dalam melaksanakan pembinaan teritorial di Kota
Bandung?
3) Apa kelebihan dan kekurangan dalam program kegiatan pembinaan
teritorial ini menurut Pemerintahan Kota Bandung?
4) Apakah program Binter Kodim saat ini telah tepat guna dan sasaran
yang dapat bersinergi dengan program Pemkot Bandung?
5) Bagaimana respon Pemkot/ masyarakat terhadap program pembinaan
teritorial yang dilaksanakan oleh Kodim?

Universitas Pertahanan RI
96

6) Bagaimana tanggapan Pemkot dan Masyarakat Kota Bandung terkait


program kerja Kodim dalam menyelenggarakan pembinaan territorial
di era digital saat ini?
7) Apakah masyarakat mengetahui dan mengerti serta bisa mengakses
program-program Binter Kodim di wilayahnya melalui media elektronik
dan media lainnya?
8) Apakah masyarakat dan unsur pemerintah daerah diikutsertakan
dalam program Binter tersebut terutama dalam pemberian saran dan
masukan?
9) Apakah ada saran dan masukan dari Pemkot Bandung kepada pihak
Kodim dalam pelaksanaan kegiatan program pembinaan teritorial ini
yang berhubungan dengan program program Pemkot Bandung?
10)Apakah program program Kodim saat ini mampu mengatasi segala
bentuk ancaman di era digital saat ini dihadapakan dengan perundang
undangan TNI yang ada saat ini?
11) Apa saran dan masukan dari Pemkot Bandung kepada Kodim
terutama dalam menanggulangi masalah terorisme dan kejahatan
digital saat ini?
12) Apakah Pemkot/Masyarakat mengetahui organisasi tingkat Kodim
saat ini?
13) Apakah organisasi Kodim saat ini sudah mampu mendukung
pelaksanaan Binter Kodim, terutama di Kota Bandung dihadapkan
dengan perkembangan jaman dan teknologi yang semakin maju?

Universitas Pertahanan RI
DOKUMENTASI KEGIATAN PULDATA

Puldata dengan Kakesbangpol Pemkot Bandung

Puldata dengan Dandim Kota Bandung

97
98

Puldata dengan Staf sterdam III

Puldata dengan Tokoh Masyarakat Bandung

Universitas Pertahanan RI
99

Pabandya Komsos Dam III

Puldata dengan Kasdim

Universitas Pertahanan RI
100

Universitas Pertahanan RI
101

Universitas Pertahanan RI
102

Universitas Pertahanan RI
103

Universitas Pertahanan RI

Anda mungkin juga menyukai