19 MEI 2023
-1-
LAMPIRAN II
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
NO xx TAHUN 2023
TENTANG
xxx
SAMBUTAN
Selama lebih dari 78 tahun, seluruh tumpah darah Indonesia telah bekerja
keras dan memberikan yang terbaik dalam mewujudkan dan menjalankan
tujuan bernegara sebagaimana diamanatkan oleh visi abadi negara dalam
Pembukaan UUD 1945 yaitu mewujudkan negara yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur. Visi tersebut didukung oleh misi abadi negara
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Joko Widodo
-3-
KATA PENGANTAR
Selaras dengan pemikiran Bung Karno “Indonesia itu laut dan dipisahkan
oleh pulau-pulau, bukan kontinen”, Visi Indonesia Emas 2045 tidak lepas
dari adicipta pendirinya yaitu Negara Nusantara sebagai negara kepulauan
yang Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan. Segala upaya pembangunan harus
dilakukan untuk mewujudkan visi tersebut yang dituangkan dalam RPJPN
2025-2045.
Di dalam menyusun RPJPN 2025-2045, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas memulainya dengan Rancangan
Awal RPJPN 2025-2045, yang disampaikan untuk mendapatkan masukan
dari seluruh pemangku kepentingan bangsa. Rancangan Awal ini meliputi
seluruh aspek pembangunan dimulai dengan menggambarkan hasil
pembangunan yang telah dicapai selama kurun waktu delapan dekade,
utamanya dua dekade terakhir. Meskipun telah banyak kemajuan yang
dicapai, Indonesia masih terjebak sebagai negara berpendapatan menengah
(middle income trap) selama 30 tahun yang diwarnai oleh tingkat kemiskinan
tinggi serta kesenjangan antarwilayah dan antarkelompok pendapatan.
Indonesia ke depan juga menghadapi tantangan-tantangan baru yang harus
diantisipasi terutama pergeseran demografi, perubahan teknologi yang cepat,
perubahan geopolitik dan geoekonomi serta perubahan iklim. Untuk
menjawab tantangan-tantangan tersebut, Indonesia harus mengoptimalkan
modal dasar yang dimilikinya meliputi kependudukan, modal manusia, modal
sosial dan budaya, kekayaan alam, dan kekuatan maritim.
Pembangunan dalam 20 tahun ke depan harus menggunakan paradigma
baru. Reformasi saja tidak cukup, Indonesia harus melakukan transformasi
secara menyeluruh berlandaskan kolaborasi seluruh elemen bangsa dalam
mendorong kemajuan. Pencapaian Visi Indonesia 2025-2045 dituangkan
dalam 8 (delapan) misi (agenda) pembangunan, yaitu Transformasi Sosial;
Transformasi Ekonomi; Transformasi Tata Kelola; Supremasi Hukum,
Stabilitas, dan Ketangguhan Diplomasi; Ketahanan Sosial Budaya dan
Ekologi; Pembangunan Kewilayahan yang Merata dan Berkualitas; Sarana
dan Prasarana yang Berkualitas dan Ramah Lingkungan; serta
Kesinambungan Pembangunan.
-4-
Pada akhirnya misi tersebut harus menjadi acuan seluruh elemen bangsa
untuk bergotong royong mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045 sebagai
Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan.
Suharso Monoarfa
-5-
DAFTAR ISI
SAMBUTAN............................................................................................................... - 2 -
KATA PENGANTAR ................................................................................................ - 3 -
DAFTAR ISI .............................................................................................................. - 5 -
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................... - 7 -
RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................................................- 10 -
BAB I SELAYANG PANDANG PEMBANGUNAN INDONESIA ......................- 13 -
1.1 Refleksi Dua Dekade Pembangunan.................................................................- 13 -
1.2 Tantangan Pembangunan ....................................................................................- 18 -
BAB II MEGATREN DAN MODAL DASAR........................................................- 30 -
2.1 Megatren ..................................................................................................................- 30 -
2.2 Modal Dasar ............................................................................................................- 31 -
BAB III INDONESIA EMAS 2045: NEGARA NUSANTARA BERDAULAT,
MAJU, DAN BERKELANJUTAN..........................................................................- 32 -
3.1 Kerangka Pikir Pembangunan ...........................................................................- 32 -
3.2 Visi .............................................................................................................................- 33 -
3.3 Misi ............................................................................................................................- 34 -
3.4 Upaya Transformatif Super Prioritas ...............................................................- 35 -
BAB IV INDONESIA BERTRANSFORMASI: KOLABORASI MENUJU
INDONESIA EMAS 2045 ......................................................................................- 38 -
4.1 Tahapan Transformasi Pembangunan .............................................................- 38 -
4.2 Transformasi Sosial ..............................................................................................- 39 -
4.3 Transformasi Ekonomi ........................................................................................- 41 -
4.4 Transformasi Tata Kelola ....................................................................................- 44 -
4.5 Supremasi Hukum, Stabilitas, dan Ketangguhan Diplomasi ....................- 45 -
4.6 Ketahanan Sosial Budaya dan Ekologi ............................................................- 47 -
-6-
DAFTAR ISTILAH
3TP :
Terdepan, Terluar, Tertinggal, dan Perbatasan
4G :
Fourth Generation
AKB :
Angka Kematian Bayi
AKI :
Angka Kematian Ibu
ALKI :
Alur Laut Kepulauan Indonesia
APK :
Angka Partisipasi Kasar
ASEAN :
Association of Southeast Asian Nations
ASN :
Aparatur Sipil Negara
B3 :
Bahan Berbahaya dan Beracun
BABS :
Buang Air Besar Sembarangan
Bali-Nusra :
Bali-Nusa Tenggara
BUMN :
Badan Usaha Milik Negara
CCU/CCUS : Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization and
Storage
CO2e : Carbon Dioxide Equivalent
COVID-19 : Coronavirus Disease
DAS : Daerah Aliran Sungai
DUDI : Dunia Usaha Dunia Industri
EES : Energy Storage System
FEW : Food, Energy, Water
GII : Global Innovation Index
GNI : Gross National Income
GRK : Gas Rumah Kaca
GtCO2eq : Gigatones of Carbon Dioxide Equivalent
GWPP : Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat
HAM : Hak Asasi Manusia
HCI : Human Capital Index
ICOR : Incremental Capital Output Ratio
IE : Indonesia Emas
IKG : Indeks Ketimpangan Gender
IKK : Indeks Kualitas Keluarga
IKN : Ibu Kota Negara
IKUB : Indeks Kerukunan Umat Beragama
IMT-GT : Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle
IPK : Indeks Pembangunan Kebudayaan
-8-
RINGKASAN EKSEKUTIF
Di masa depan, dunia akan menghadapi perubahan yang jauh lebih cepat
daripada yang pernah dialami sebelumnya, terutama dikendalikan oleh
berbagai aspek megatren global seperti revolusi teknologi, perubahan
demografi, perubahan iklim, serta dinamika geopolitik dan geoekonomi.
Perubahan ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk sosial
dan budaya, ekonomi, serta menuntut adaptasi dan inovasi yang cepat dari
individu, masyarakat, dan negara untuk menghadapi tantangan serta
memanfaatkan peluang yang muncul.
Di tengah perubahan dunia yang begitu pesat, Indonesia menghadapi
berbagai tantangan domestik yang kompleks. Meskipun memiliki potensi
yang besar, pemanfaatan sumber daya dalam negeri belum sepenuhnya
optimal dan berkelanjutan. Indonesia telah mencatat kemajuan signifikan
dari tahapan pembangunan sebelumnya, namun untuk mencapai Visi
Indonesia Emas 2045 banyak hal yang harus diperbaiki, terutama terkait
dengan kualitas sumber daya manusia, riset dan inovasi, produktivitas
sektor, sektor-sektor ekonomi seperti pertanian, manufaktur dan pariwisata,
serta ketidakpastian hukum, dan kerusakan lingkungan.
Berlandaskan visi abadi yang tertuang dalam Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 dengan memperhatikan perubahan dunia yang begitu pesat,
modal dasar serta capaian pembangunan sebelumnya, Visi Indonesia Emas
2045 adalah Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan. Dalam
mewujudkan Visi pembangunan di masa depan yang gemilang, Indonesia
mengutamakan nilai-nilai nasionalisme, demokrasi, dan hak asasi manusia,
keadilan sosial, ekonomi kerakyatan, kemandirian nasional, pengembangan
sektor maritim, dan keberlanjutan pembangunan.
Untuk mencapai Visi Indonesia Emas 2045, Indonesia harus mengubah
pendekatan pembangunan. Langkah reformasi saja tidak cukup, melainkan
perlu diperkuat dengan transformasi menyeluruh di berbagai bidang
pembangunan. Transformasi ini penting untuk mewujudkan pembangunan
yang kompetitif, didorong oleh produktivitas tinggi yang inklusif dan
berkelanjutan. Fokus utama transformasi meliputi aspek sosial, ekonomi dan
tata kelola.
- 11 -
BAB I
SELAYANG PANDANG PEMBANGUNAN INDONESIA
ditunjukkan oleh rasio gini dapat diturunkan dari level tertinggi pada tahun
2014 yaitu 0,414 menjadi 0,381 pada tahun 2022. Sementara itu,
ketimpangan ekonomi antarwilayah juga dapat diturunkan yang tercermin
dari kontribusi PDB KTI yang meningkat dari 17 persen pada tahun 2005
menjadi sebesar 20,6 persen pada tahun 2022.
Kemajuan pembangunan dalam era globalisasi di beberapa dekade terakhir
diwarnai dengan kemampuan negara untuk berkiprah di kancah dunia.
Kepemimpinan dan pengaruh Indonesia di tingkat internasional telah
mengalami peningkatan, namun untuk menjadi kekuatan dunia masih
dibutuhkan kekuatan pertahanan yang memiliki daya gentar tinggi di
kawasan dan Keamanan Nasional yang dinamis serta ketangguhan diplomasi.
Posisi Global Power Index Indonesia tahun 2023 berada pada peringkat 34
dan menempati posisi ketiga di antara negara ASEAN. Pemenuhan Minimum
Essential Force (MEF) juga mengalami perbaikan dari 41,92 persen pada
tahun 2010 menjadi 86,94 persen pada tahun 2021. Indikator lainnya seperti
Diplomatic Influence juga mengalami peningkatan dari peringkat 9 dengan
skor 51,4 pada tahun 2018 menjadi peringkat 7 dengan skor 60,4 pada tahun
2023. Selain itu, Indonesia juga tergabung dalam anggota G20 sejak tahun
2008 dan menjadi satu-satunya perwakilan negara ASEAN dengan PDB
mencapai USD 1,3 triliun pada tahun 2022 sehingga menempatkan Indonesia
pada peringkat 16 ekonomi terbesar di dunia.
Kemajuan pembangunan ditentukan oleh kemampuan sumber daya
manusianya. Pembangunan sumber daya manusia terus membaik, namun
perlu upaya transformatif untuk mewujudkan manusia unggul. Indikator
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tumbuh konsisten rata-rata 0,77 persen
selama kurun waktu 2010 sampai 2022. Namun demikian, skor PISA perlu
mendapat perhatian karena menempati posisi 74 dari 79 negara pada tahun
2018. Human Capital Index (HCI) pada tahun 2020 sebesar 0,54 diikuti rata-
rata lama sekolah sebesar 9,08 tahun pada tahun 2022. Kesenjangan gender
juga telah menurun ditunjukkan dari peningkatan Indeks Pembangunan
Gender dari 89,42 pada tahun 2010 menjadi 91,63 pada tahun 2022.
Berikutnya, usia harapan hidup menunjukkan peningkatan dari semula
67,65 pada tahun 2005 menjadi 71,85 pada tahun 2022. Prevalensi stunting
terus menurun dari tahun 2007 sebesar 36,8 persen menjadi 24,4 persen
pada tahun 2021, namun perlu diakselerasi. Angka kematian bayi (AKB) per
1000 kelahiran hidup masih harus ditekan karena relatif tertinggal
- 15 -
biaya logistik dan tingkat suku bunga. Di sisi lain, produktivitas sektor
pertanian yang rendah disebabkan oleh lambatnya regenerasi petani dan
nelayan, kurangnya tingkat keterampilan petani dan nelayan, terbatasnya
adopsi teknologi dan akses keuangan, belum adanya standar proses, masih
lemahnya kelembagaan ekonomi petani dan nelayan yang berbadan hukum,
serta semakin berkurangnya daya dukung lahan pertanian. Berbagai faktor
tersebut kemudian menyebabkan kontribusi sektor manufaktur terhadap
PDB terus mengalami penurunan dari semula mencapai 27,41 persen pada
tahun 2005 menjadi hanya 18,34 persen pada tahun 2022. Sementara itu,
produktivitas sektor pertanian terus melambat dari Rp41,5 juta per pekerja
pada tahun 2010 menjadi hanya Rp22,9 juta per pekerja pada tahun 2022.
Kinerja pariwisata meningkat tetapi masih di bawah potensi yang dimilikinya,
sedangkan pemanfaatan potensi ekonomi kreatif yang besar masih perlu
dikembangkan. Adapun kinerja pariwisata masih berada di bawah potensinya
disebabkan terutama oleh masih terbatasnya atraksi, aksesibilitas, dan
amenitas, serta kapasitas pengelolaan dan penerapan pariwisata
berkelanjutan cenderung masih rendah. Di samping itu, terjadi perubahan
preferensi pasar dan disrupsi terkait dengan teknologi dan digitalisasi serta
kebencanaan. Sementara itu, pemanfaatan potensi ekonomi kreatif belum
optimal dikarenakan kurangnya dukungan dan kebijakan yang memadai
serta transformasi digital yang belum merata. Selanjutnya, inovasi dan
pengembangan produk masih rendah, ekosistem untuk mendukung
komersialisasinya belum terbentuk, dan akses ke pasar internasional juga
masih terbatas.
Indonesia memiliki potensi ekonomi laut yang tinggi, tetapi belum
dimanfaatkan secara optimal untuk penciptaan nilai tambah, pertumbuhan
ekonomi, dan juga peningkatan kesejahteraan secara inklusif dan
berkelanjutan. Optimalisasi ekonomi biru masih dihadapkan pada masih
rendahnya pemanfaatan ALKI dan SLOC. Pemanfaatan sumber daya laut
tidak optimal dan berkelanjutan, tercermin dari ekspor perikanan yang
mencapai USD 6,24 miliar pada tahun 2022 dibandingkan potensi ekonomi
kelautan sebesar USD 1.334 miliar. Terbatasnya pengembangan budidaya
perikanan. Masih lemahnya rantai nilai tambah kekayaan laut. Terbatasnya
pengembangan riset dan teknologi kelautan. Rendahnya penanganan sampah
plastik yang ditunjukkan dari data kebocoran sampah plastik ke laut sebesar
440.160,7 ton (land base and sea base) pada tahun 2021. Kegiatan illegal,
unreported, dan unregulated fishing (IUU) yang masih tinggi, yaitu 97 kapal
- 21 -
ikan ditangkap yang terdiri dari 79 kapal ikan Indonesia,18 kapal asing, dan
45 kasus TPKP. Belum berkembangnya industri pengolahan dan emerging
sector lain yang memanfaatkan sumber daya dan kekayaan laut dalam
menciptakan nilai tambah ekonomi. Tata kelola dan regulasi pemanfaatan
ruang laut belum optimal karena hanya lima provinsi (Papua Barat, Sulawesi
Selatan, Jawa Barat, Banten, Bali) yang sudah melakukan pengintegrasian
RZWP3K dengan RTRW.
UMKM dan koperasi berkontribusi tinggi pada penyerapan tenaga kerja,
namun kontribusinya terhadap perekonomian relatif rendah. Proporsi UMKM
mencapai 99,99 persen dari total pelaku usaha dan mampu menyerap tenaga
kerja mencapai 96,92 persen pada tahun 2019. Kontribusi UMKM terhadap
PDB mencapai 60,51 persen pada tahun 2019, sementara proporsi volume
usaha koperasi terhadap PDB sebesar 1,07 persen pada tahun 2019.
Beberapa tantangan yang harus dihadapi UMKM dan koperasi di antaranya
adalah sebagian besar UMKM memiliki pekerja berkeahlian rendah (low-
skilled workers) dan juga banyak bergerak di sektor bernilai tambah rendah;
rendahnya penggunaan teknologi, inovasi, dan investasi untuk
pengembangan usaha, rendahnya kapasitas pengelolaan, rendahnya
partisipasi UMKM dalam rantai nilai produksi, dan rendahnya jumlah
koperasi yang bergerak di sektor riil.
Produktivitas tenaga kerja Indonesia selama kurun waktu 2010-2022 masih
relatif tertinggal yaitu sebesar USD7.274,9 per pekerja, di bawah rata-rata
kawasan ASEAN sebesar USD8.449,0 per pekerja. Tantangan untuk
meningkatkan produktivitas di antaranya rendahnya kualitas SDM (56,3
persen tenaga kerja Indonesia masih didominasi oleh lulusan SMP ke bawah),
ketidaksesuaian keahlian (mismatch) antara lulusan pendidikan dengan
kebutuhan pasar tenaga kerja, informasi pasar tenaga kerja belum mampu
menjadi intelijen pasar kerja yang baik, dan pasar kerja Indonesia belum
mampu merespon perubahan cepat jenis lapangan kerja, kebutuhan
keahlian, struktur penduduk, serta pola budaya kerja.
Ekonomi hijau penting diterapkan agar pertumbuhan ekonomi yang tinggi
tercapai sekaligus menjaga keberlanjutan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup. Untuk menerapkan ekonomi hijau secara menyeluruh,
Indonesia harus mengatasi beberapa hambatan seperti penggunaan energi
fosil yang masih tinggi tercermin dari porsinya untuk produksi listrik sebesar
87,1 persen (2021) dan emisi GRK 1.317 GtCO2eq (2021) berasal dari
pembangkit listrik dan transportasi. Selain itu, pengelolaan limbah industri
- 22 -
cenderung masih lemah, tercermin dari limbah B3 yang mencapai 60 juta ton
sepanjang tahun 2022. Regulasi serta sistem insentif dan disinsentif untuk
ekonomi hijau juga masih lemah. Tantangan lainnya adalah pemanfaatan
sumber daya alam cenderung merusak ekosistem seperti pertambangan
eksploitatif, meningkatnya penggunaan lahan untuk pertanian dan
perkebunan yang meningkatkan degradasi hutan dan deforestasi, serta
masih tingginya pencemaran air permukaan dan meningkatnya kelangkaan
air.
Di tengah kecepatan perkembangan teknologi digital, Indonesia dihadapi oleh
tantangan infrastruktur digital yang belum optimal, rendahnya literasi digital,
serta belum tersedianya talenta digital yang memadai sehingga pemanfaatan
digital untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat belum
terlaksana secara optimal. Tantangan pembangunan digital yang masih
harus dihadapi adalah seperti jumlah pengguna internet hanya 62,1 persen
dari total populasi (2021) yang relatif tertinggal dibanding negara sebanding
(Malaysia 96,8 persen dan Thailand 85,3 persen), masih rendah dan belum
meratanya literasi digital dan talenta digital, masih belum sepenuhnya
masyarakat terjangkau jaringan 4G (96,97 persen) yang berkualitas dan juga
kecepatan internet yang relatif masih terbatas, rentannya keamanan siber
yang masih harus ditingkatkan, ketergantungan yang tinggi terhadap
teknologi dan produk luar negeri, serta sulitnya kondisi geografi di beberapa
daerah.
Selanjutnya Integrasi ekonomi domestik berperan penting untuk mendorong
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan. Sementara itu, kondisi
ekonomi domestik di Indonesia belum terintegrasi secara optimal karena
keterkaitan ekonomi (rantai nilai) antarwilayah masih relatif terbatas. Upaya
tersebut menghadapi tantangan seperti pusat-pusat pertumbuhan lebih
berkembang di Pulau Jawa dengan kontribusi mencapai 57,8 persen
terhadap PDB (2022), konektivitas belum memadai dan terintegrasi
sepenuhnya sehingga menyebabkan biaya logistik mencapai 23,2 persen dari
PDB (2019), masih banyak regulasi yang menghambat, serta kuantitas dan
kualitas SDM belum merata terutama di luar Pulau Jawa.
Jumlah dan peranan perkotaan di masa depan sebagai pusat pertumbuhan
akan terus meningkat dan menuntut perencanaan yang baik untuk
menciptakan kota yang layak huni dan berkelanjutan. Tantangan yang masih
harus dihadapi antara lain rendahnya peran perkotaan di Indonesia yang
ditunjukkan kontribusi PDB perkotaan per kapita terhadap pertumbuhan
- 23 -
penduduk perkotaan yang hanya mencapai 1,4 persen per 1 persen penduduk
(sedangkan China mencapai 3,00 persen per 1 persen penduduk), serta
tingkat urbanisasi dalam 10 tahun terakhir mencapai 0,67 persen per tahun
(sementara China 1,21, persen), terbatasnya keterhubungan antara
perkotaan sebagai pusat pertumbuhan dengan wilayah sekitarnya,
ketimpangan pembangunan yang masih tinggi di kawasan maupun antar
kawasan perkotaan dan perdesaan, kapasitas pengelolaan perkotaan yang
masih terbatas, serta kualitas lingkungan perkotaan yang semakin menurun.
Pada bidang sosial, untuk mencapai tingkat kemiskinan menuju nol persen
pada tahun 2045, tantangan yang dihadapi utamanya dikarenakan akses dan
kualitas yang belum merata di sektor kesehatan, pendidikan, dan
perlindungan sosial. Di sektor pendidikan, pembangunan dihadapkan pada
tantangan untuk mengoptimalkan bonus demografi dan memenuhi
kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat mendukung
percepatan pembangunan di berbagai bidang. Untuk mencapai
pembangunan yang optimal di sektor pendidikan, Indonesia harus mampu
mengatasi beberapa tantangan di antaranya layanan pendidikan belum
merata karena disparitas partisipasi pendidikan antar wilayah dan sosial-
ekonomi masih tinggi. Selain itu, 302 kecamatan tidak tersedia SMP/MTs dan
727 kecamatan tidak tersedia SMA/SMK/MA. Skor PISA Indonesia 382,00,
tertinggal dari rata-rata negara OECD 488,33. Kuantitas, kualitas, dan
distribusi guru masih terbatas yang ditunjukkan kurang dari 50 persen guru
memiliki sertifikat pendidik pada semua jenjang pendidikan, serta pendidikan
nonformal yang berkualitas belum memadai di mana 42 persen lembaga
pendidikan nonformal terakreditasi C atau belum terakreditasi. Tantangan
lainnya adalah masih rendahnya kualifikasi pendidikan angkatan yang
tercermin dari 55,43 persen angkatan kerja masih didominasi lulusan SMP
ke bawah. Selanjutnya, daya saing perguruan tinggi di tingkat global masih
rendah, berada pada posisi 93 dari 132 negara pada peringkat kontribusi
pendidikan tinggi dalam GII, pilar human capital and research.
Pembangunan kesehatan dihadapkan pada tantangan transisi demografi
yang disertai dengan meningkatnya mobilitas penduduk, urbanisasi, transisi
epidemiologi, dan perilaku hidup tidak sehat. Tantangan pembangunan
kesehatan yang perlu diatasi adalah masih tingginya beban penyakit menular
(penderita tuberkulosis peringkat ke-2 dunia dan kusta peringkat ke-3 dunia)
dan meningkatnya beban penyakit tidak menular (permasalahan kesehatan
penduduk lanjut usia dan kesehatan jiwa). Selanjutnya, Indonesia
- 24 -
menghadapi kekurangan gizi mikro dan makro, serta kelebihan gizi, yang
tercermin dari stunting masih tinggi 21,6 persen dan prevalensi obesitas 21,8
persen. Sementara itu, ke depan risiko terjadinya pandemi masih tinggi,
namun secara nasional sistem kesehatan belum sepenuhnya mampu
merespon pandemi dengan cepat dan baik, akibat masih tingginya
ketimpangan akses terhadap pelayanan kesehatan antarwilayah yang
ditunjukkan oleh hanya 56,4 persen fasilitas kesehatan tingkat pertama
terakreditasi dan 51,14 persen puskesmas tidak tersedia 9 jenis tenaga
kesehatan sesuai standar.
Dalam hal perlindungan sosial, perubahan struktur dan peningkatan jumlah
penduduk yang diiringi dengan peningkatan penduduk lansia menuntut
cakupan sistem perlindungan sosial yang lebih menyeluruh di sepanjang
siklus kehidupan. Adapun tantangan dalam jaminan sosial meliputi belum
meratanya akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, masih
rendahnya pemahaman manfaat jaminan sosial yang tercermin dari
kepesertaan jaminan sosial ketenagakerjaan untuk pekerja informal, dan
tingkat kepatuhan pembayaran iuran jaminan sosial masih rendah.
Sementara, tantangan penyelenggaraan bantuan sosial dan pemberdayaan
ekonomi meliputi pelaksanaan bantuan sosial terfragmentasi dan belum
sepenuhnya terintegrasi dengan pemberdayaan ekonomi. Hal ini antara lain
disebabkan penggunaan data masih terfragmentasi dan belum
termutakhirkan secara sistematis sehingga kesalahan sasaran masih cukup
tinggi. Selanjutnya, pelaksanaan bantuan sosial belum adaptif dan mampu
mendorong ketahanan terhadap bencana alam dan non alam, serta
perubahan iklim. Daya ungkit bantuan sosial juga masih rendah dan
lingkungan yang belum inklusif terhadap kelompok rentan, termasuk
penyandang disabilitas dan lanjut usia.
Tata kelola diperlukan dalam rangka memampukan pemerintah untuk
bekerja dengan kerangka kerja yang lebih efektif dan akuntabel sehingga
dapat menyediakan pelayanan publik yang berkualitas. Selama ini tata kelola
menjadi kendala utama di dalam mencapai pembangunan yang inklusif dan
berkelanjutan. Kendala tersebut disebabkan fenomena hiper regulasi dan
rendahnya kualitas regulasi di pusat dan daerah, serta pemerataan
pelayanan publik yang prima belum terwujud disertai perilaku koruptif yang
masih sering terjadi. Sementara itu, partisipasi masyarakat sipil dalam
pembangunan dan demokratisasi belum optimal, tercermin dari pengaduan
masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan yang merupakan
- 25 -
Keluarga yang baru mencapai 58,49 di tahun 2022, serta pemenuhan hak
dan perlindungan anak, pemuda, perempuan, penyandang disabilitas, dan
lansia belum optimal. Selanjutnya terkait keagamaan, kebebasan beragama
belum disertai dengan kemampuan literasi keagamaan yang inklusif,
moderat, dan berorientasi kemaslahatan, serta penghormatan terhadap
keragaman agama dan kebudayaan masih lemah, terlihat dari Indeks
Kerukunan Umat Beragama baru sebesar 73,09 (2022). Selain itu,
ketimpangan gender masih tinggi, dengan Indeks Ketimpangan Gender
mencapai 0,382 pada tahun 2022.
Ketahanan ekologi menghadapi tingginya laju kehilangan dan rendahnya
pemanfaatan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan, masih tingginya
tingkat bencana yang ditunjukkan pada tahun 2022 tercatat 95 persen dari
3.207 bencana merupakan bencana hidrometeorologi, serta mitigasi bencana,
sistem peringatan dini dan penanganan pasca bencana masih kurang efektif.
Selanjutnya, pengendalian kerusakan lingkungan hidup belum optimal dan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan pasokan pangan, energi, dan air
terjadi di berbagai wilayah.
Selanjutnya, pembangunan wilayah sangat penting untuk mendorong
pertumbuhan dan pemerataan. Pembangunan wilayah masih menghadapi
kesenjangan yang cukup tinggi antara Jawa dan luar Jawa, terutama akibat
pusat pertumbuhan belum berkembang di luar Jawa. Tantangan lainnya
antara lain kesenjangan pembangunan sarana dan prasarana dasar antara
Jawa dan luar Jawa, belum optimalnya integrasi konektivitas domestik dan
global dengan kawasan pertumbuhan ekonomi, masih tingginya
permasalahan pertanahan dan sangat terbatasnya RDTR, rendahnya
produktivitas perkotaan akibat desain kota yang tidak optimal, serta
tingginya risiko bencana dan lemahnya tata kelola kebencanaan. Selanjutnya,
pembangunan pedesaan dan daerah afirmasi belum optimal akibat kebijakan
yang belum asimetris dan afirmatif. Demikian pula desentralisasi dan
otonomi daerah belum memberikan hasil yang diharapkan ditunjukkan oleh
tata kelola yang lemah dan masih banyak daerah bergantung kepada dana
transfer pusat.
Dalam kesenjangan pembangunan sarana prasarana dasar antara Jawa dan
luar Jawa, tantangan utama yang dihadapi adalah belum terpenuhinya
kebutuhan atas hunian layak dan terjangkau, terbatasnya rumah tangga
dengan akses air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan, dan
masih tingginya rumah tangga yang mempraktikkan Buang Air Besar
- 28 -
Indonesia terhadap PDB hanya 43,52 persen (2022), serta belum optimalnya
inklusi keuangan termasuk keuangan syariah, di mana angka inklusi
keuangan baru mencapai 85,10 persen (2022).
- 30 -
BAB II
2.1 Megatren
Megatren global yang penting dalam 20 tahun ke depan meliputi perubahan
iklim, perubahan teknologi terutama digitalisasi, pergeseran demografi, serta
perubahan geopolitik dan geoekonomi akan merubah paradigma
pembangunan global, mendorong kebijakan pro-lingkungan, adaptasi
teknologi, mendorong pembangunan infrastruktur konektivitas kawasan
yang lebih hijau, serta meningkatnya penggunaan sistem keuangan digital.
Dari sisi geopolitik dan geoekonomi meliputi eskalasi persaingan antar negara
dan kemunculan kekuatan seperti kenaikan nilai output negara berkembang
yang mencapai 71 persen. Selain itu, demografi global juga akan bergeser
yang ditandai dengan jumlah penduduk dunia menjadi 9,45 miliar dan porsi
lansia meningkat, terutama di kawasan Asia yang mencapai 55 persen.
Disrupsi teknologi semakin menguat dan akan menggantikan 40 persen
pekerjaan saat ini. Peran perdagangan internasional akan tumbuh 3,4 persen
per tahun. Fenomena urbanisasi dunia didorong penduduk perkotaan
mencapai 65 persen yang berperan terhadap 70 persen PDB. Perkembangan
bidang luar angkasa mendorong sektor ekonomi, kelestarian, dan keamanan
- 31 -
BAB III
Gambar 3.1
Kerangka Pikir RPJPN
3.2 Visi
Visi Indonesia Emas 2045 adalah Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan
Berkelanjutan. Negara Nusantara artinya negara kepulauan yang memiliki
ketangguhan politik, ekonomi, keamanan nasional, dan budaya/peradaban
bahari sebagai poros maritim dunia. Berdaulat yang dicapai melalui
ketahanan, kesatuan, mandiri, dan aman. Maju tercermin dari berdaya,
modern, tangguh, inovatif, dan adil. Berkelanjutan melalui pembangunan
yang lestari dan seimbang antara ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Visi Indonesia Emas 2045 sebagai Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan
Berkelanjutan dicerminkan oleh lompatan besar meliputi lima sasaran visi
yaitu (i) pendapatan per kapita setara negara maju (GNI per kapita sebesar
- 34 -
USD 30.300, kontribusi PDB maritim mencapai 17,5 persen, serta PDB
industri 28 persen); (ii) kemiskinan menuju nol persen (tingkat kemiskinan di
kisaran 0,5-0,8 persen) dan ketimpangan berkurang (rasio gini 0,290-0,320
dan peningkatan kontribusi PDRB KTI menjadi 26 persen); (iii) kepemimpinan
dan pengaruh di dunia internasional yang meningkat (Global Power Index
masuk 15 besar dunia); (iv) Daya saing sumber daya manusia juga terus
meningkat (skor HCI menjadi 0,73); dan (v) intensitas emisi GRK menurun
menuju emisi nol netto (net zero emission) dengan tingkat penurunan
mencapai 93,5 persen.
3.3 Misi
Untuk mencapai Visi Indonesia Emas 2045 dilaksanakan delapan misi
(agenda) pembangunan. Delapan agenda ini pada dasarnya terdiri dari 3 (tiga)
kelompok yaitu (i) Transformasi Indonesia 3 (tiga) Agenda yaitu Transformasi
Sosial, Transformasi Ekonomi, dan Transformasi Tata Kelola; (ii) Landasan
Transformasi 2 (dua) Agenda yaitu Agenda Supremasi Hukum, Stabilitas, dan
Ketangguhan Diplomasi serta Agenda Ketahanan Sosial Budaya dan Ekologi;
dan (iii) Kerangka Implementasi dengan 3 (tiga) Agenda yaitu Agenda
Mewujudkan Pembangunan Kewilayahan yang Merata dan Berkualitas,
Agenda Mewujudkan Sarana dan Prasarana yang Berkualitas dan Ramah
Lingkungan serta Agenda Mewujudkan Kesinambungan Pembangunan.
Kedelapan agenda tersebut dilaksanakan melalui tujuh belas arah kebijakan
menuju Indonesia Emas 2045 (17 IE), seperti terlihat dalam gambar 3.2.
- 35 -
Gambar 3.2
Misi (Agenda) dan Arah (Tujuan) Pembangunan
Transformasi Sosial
1. Percepatan wajib belajar 13 tahun (1 tahun pra-sekolah dan 12 tahun
pendidikan dasar menengah).
2. Peningkatan partisipasi pendidikan tinggi dan lulusan STEAM
termasuk pemanfaatan dana abadi pendidikan.
3. Perkuatan pengelolaan guru, tenaga medis dan tenaga kesehatan.
- 36 -
Transformasi Ekonomi
6. Peningkatan anggaran IPTEKIN dan menuju komersialisasi oleh
Industri.
7. Industrialisasi: hilirisasi komoditas unggulan hingga produk akhir dan
industri padat karya terampil, padat teknologi dan inovasi, serta
berorientasi ekspor.
8. Sumber pertumbuhan ekonomi baru: ekonomi biru, bioekonomi, dan
ekonomi kreatif berbasis kekayaan intelektual.
9. Percepatan transisi energi didukung jaringan listrik terintegrasi, serta
transportasi hijau.
10. Superplatform untuk percepatan transformasi digital dan produksi
talenta digital.
11. Integrasi konektivitas dengan kawasan pertumbuhan ekonomi
12. Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
BAB IV
adaptif, SDM ASN kompetitif, partai politik yang transparan dan akuntabel,
lembaga tunggal regulasi, serta masyarakat sipil mandiri.
Pada tahap keempat (2040-2045), Indonesia berhasil mewujudkan
Indonesia Emas 2045. Pada tahap ini, transformasi sosial dititikberatkan
pada perwujudan manusia Indonesia yang unggul. Transformasi ekonomi
difokuskan pada perwujudan negara berpendapatan tinggi. Transformasi tata
kelola yaitu tercapainya regulasi yang adaptif dan taat asas serta tata kelola
yang berintegritas, tangkas, dan kolaboratif.
Tahap 2 (2030-2034)
- Peningkatan co-firing sebagai langkah early retirement PLTU sampai
30 persen.
- Fokus eksplorasi: energi arus dan gelombang laut.
- Penyiapan pendukung PLTN dan small modular.
- Peningkatan kapasitas PLT ET.
- 43 -
Tahap 3 (2035-2039)
- Retirement PLTU Batubara.
- Implementasi PLTN skala kecil.
- Implementasi hidrogen.
- Pengembangan pilot plant PLT arus laut.
Tahap 4 (2040-2045)
- Retirement PLTU Batubara.
- Implementasi PLTN skala besar.
- Pemanfaatan hidrogen untuk industri dan transportasi berat secara
luas.
- Pengembangan PLT arus laut komersial.
Ketangguhan Diplomasi
Kebijakan Luar Negeri dan diplomasi yang tangguh diperlukan untuk
meningkatkan peran dan pengaruh Indonesia di dunia internasional,
terutama untuk mendukung ketahanan nasional dan memantapkan
kepemimpinan Indonesia di Indo-Pasifik.
Kebijakan luar negeri diarahkan untuk:
1. Penguatan peran dan kepemimpinan Indonesia berlandaskan identitas
negara maritim sebagai agenda setter di tingkat regional dan global.
2. Pemantapan tata kelola kebijakan luar negeri guna merespon dinamika
geopolitik dan geoekonomi, serta disrupsi teknologi digital dan
perubahan iklim.
3. Penguatan diplomasi kedaulatan, hak berdaulat dan kerja sama
keamanan internasional guna menjaga ketahanan nasional serta
stabilitas kawasan Indo-Pasifik.
4. Penguatan Kerjasama Pembangunan Internasional (KPI) untuk
memantapkan posisi Indonesia sebagai Negara Donor.
Kebijakan luar negeri tersebut memerlukan diplomasi tangguh yang
mencakup:
1. Diplomasi total yang strategis, proaktif, dan sinergis antar bidang
diplomasi.
2. Penguatan sinergi antar pelaku diplomasi.
3. Pemantapan kelembagaan dan infrastruktur pendukung diplomasi
untuk memperkuat kehandalan modalitas diplomasi.
- 47 -
Gambar 4. 1
Kerangka Diplomasi Tangguh
BAB V
9. Penguatan ketahanan pangan dan air, antara lain melalui System Rice
Intensification (SRI).
10. Pengentasan kemiskinan ekstrem pada daerah 3TP khususnya di
Wilayah Nusa Tenggara.
11. Perencanaan tata ruang dengan mempertimbangkan risiko bencana
dengan penguatan mitigasi risiko pada Wilayah Bali-Nusra.
12. Pengendalian banjir terpadu di wilayah pariwisata dan perlindungan
pulau-pulau kecil dari risiko abrasi.
BAB VI
MENGAWAL INDONESIA EMAS 2045