Sengketa Internasional Sengketa yang melibatkan antara dua negara atau lebih terhadap suatu obyek yng dipersengketakan. Obyek yang dipersengketakan dapat berupa masalah kedaulatan negara, masalah perbedaan panutan ideologi, dan persaingan dalam bidang ekonomi. Faktor yang melatarbelakangi timbulnya sengketa Dalam skala perkembangan hukum laut internasional beberapa kepentingan yang melatarbelakangi timbulnya persengketaan sbb: 1. Faktor utama dalam bidang ekonomi 2. Faktor Utama dalam bidang kedaulatan 3. Faktor utama dalam bidang Security (Ideologi dan Politik) Sengketa sengketa laut (kepulauan) internasional 1. Hans Island, Kanada-Denmark 2. Senkaku/Diaoyu, Jepang-China-Taiwan 3. Kepulauan Paracel, China-Taiwan-Vietnam 4. Scarborough Shoal, China-Taiwan-Filipina 5. Kepulauan Spratly, Vietnam-China-Taiwan- Malaysia-Filipina 6. Kepulauan Chagos, Inggris-Mauritius 7. Pulau Calero, Nikaragua-Costa Rica 8. Liancourt Rocks, Jepang-Korea Selatan Sengketa sengketa laut (kepulauan) internasional 9. Greater and Lesser Tunbs and Abu Musa, Iran- UEA 10.Kepulauan Kuril, Jepang-Rusia 11.Imia/Kardak, Yunani - turki Imia/Kardak 12. Pulau Navassa, AS-Haiti 13. Pulau Perejil, Spanyol-Maroko 14. Machias Seal Island and North Rock, AS-Kanada 15. Kepulauan Glorioso, Bassas da India dan Juan de Nova, Prancis-Madagaskar 16. Pulau Swains, AS-Selandia Baru 1. Hans Island, Kanada- Denmark 2.Senkaku/Diaoyu, Jepang-China- Taiwan 3. Kepulauan Paracel, China-Taiwan- Vietnam 4. Scarborough Shoal, China-Taiwan- Filipina 5. Kepulauan Spratly, Vietnam-China- Taiwan-Malaysia- Filipina 6. Kepulauan Chagos, Inggris-Mauritius 7. Pulau Calero, Nikaragua-Costa Rica 8. Liancourt Rocks, Jepang-Korea Selatan 9. Greater and Lesser Tunbs and Abu Musa, Iran- UEA 10. Kepulauan Kuril, Jepang- Rusia 11. Imia/Kardak, Yunani - turki Imia/Kardak 12. Pulau Navassa, AS- Haiti 13. Pulau Perejil, Spanyol-Maroko 14. Machias Seal Island and North Rock, AS-Kanada 15. Kepulauan Glorioso, Bassas da India dan Juan de Nova, Prancis- Madagaskar 16. Pulau Swains, AS-Selandia Baru Konflik Laut China Selatan Laut China Selatan merupakan bagian dari samudra pasifik membentang seluas 3,5 juta kilometer persegi dari singapura dan selat malaka ke selat taiwan. Perairan ini menjadi sengketa China, Filipina, Malaysia, Vietnam, Brunei dan Taiwan. Mengapa Laut China Selatan Penting • Dua aspek yang membuat LCS menjadi penting: 1. Letak Strategis 2. Potensi Ekonomi dan Geopolitik Claimant State tentang legalitas kepemilikan wilayah LCS 1. China Beranggapan bahwa LCS merupakan wilayah kedaulatannya berpedoman pada latar belakang sejarah china kuno tentang peta wilayah kedaulatan china. 2. Taiwan Tidak ada argumen hukum yang jelas, saat ini taiwan menguasai pulau Aba (Taiping Dao) di kepulauan Spratlys 3. Vietnam Didasarkan pada latarbelakang Prancis yang pada tahun 1930- an masih menjajah Vietnam, Kepulauan Spratly dan Paracel dibawah kontrol Prancis, serta memakai dasar landas kontinen yang mengklaim Spratly sebagai daerah lepas pantai provinsi Khanh Hoa. 4. Filipina Filipina Mengklaim Spratly berdasarkan pada prinsip landas kontinen serta eksplorasi Spratly oleh seorang penjelajah Filipina pada tahun 1956, menurut data penjelajah pulau-pulau yang diklaim: 1) Bukan bagian dari kepulauan Spratly 2) Bukan milik negara manapun sehingga terbuka untuk diklaim. Thn 1971, 8 pulau di Spratly dklaim oleh Filipina sebagai bagian dari Palawan. 5. Malaysia berdasarkan atas sebagian wilayah di Spratly merupakan landas kontinen. Tiga pulau Spratly yang diklaim dalam landas kontinennya. 6. Brunei Brunei tidak mengklaim pulau melainkan mengklaim bagian dari laut cina selatan terdekat sebagai bagian dari landas kontinen dan ZEE, thn 1984 mengumumkan ZEE meliputi Louisa Reef di Kepulauan Spratly Non Claimant State • Indonesia Indonesia tidak termasuk Claimant States wilayah laut Cina Selatan khususnya kepulauan Spratly, namun Klaim China dan taiwan di laut cina selatan dengan 9 garis terputus dan huruf “U” mencakup kepada landas kontinen dn ZEE yang mencakup ladang gas di pulau Natuna. Maritime Claim LCS UNCLOS 1982 • Pijakan hukum resmi Claimant State terhadap laut china selatan khususnya anggota ASEAN mengacu pada Konvensi PBB tentang hukum laut (UNCLOS) yang ditandatangani oleh 119 negara di teluk Montego Jamaika 10 Desember 1982. • UNCLOS 1982 merupakan konvensi PBB tentang hukum laut yang memuat upaya komprehensif PBB untuk menciptakan sebuah peraturan terpadu untuk tata kelola hak-hak negara di dunia terhadap lautan. • Perjanjian itu membahas sejumlah topik berupa hak navigasi, hak hak ekonomi, pencemaran laut, konservasi kehidupan laut, eksplorasi ilmiah, pembajakan, dsb. • Bagian penting dari UNCLOS ini adalah memberikan hak kepada setiap negara untuk menjadikan lautan dengan radius 200 mil dari daratan sebagai EEZ (Exclusive Economic Zone) • Bagi China, Ratifikasi ini merugikan karena wilyah teritori berupa titik merah yang membentuk huruf ‘U’ bertentangan dengan prinsip UNCLOS 1982 Penyelesaian Konflik Beberapa kemungkinan Solusi sengketa LCS 1. Penggunaan Kekuatan Militer 2. Penyelesaian secara hukum dan upaya politik serta diplomatik melalui ASEAN frame work Dampak sengketa LCS bagi Ketahanan Nasional Indonesia Ketahanan nasional merupakan landasan konsepsional berupa pengaturan dan penyelenggaraan keamanan dan kesejahteraan yang meliputi seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara.
Sengketa LCS bagi indonesia apabila tidak terselesaikan
dengan baik bisa mengarah pada sengketa mendalam dengan china. Khususnya apabila china memaksakan klaim atas Kepulauan Natuna yang secara langsung terkait aspek ketahanan nasional yakni geografi dan sumber kekayaan alam. The End