Anda di halaman 1dari 12

KRISIS UKRAINA SEBAGAI PEMICU KETEGANGAN ANTARA RUSIA

DENGAN UNI EROPA KHUSUSNYA AMERIKA SERIKAT

Oleh:
Nursela Yunika Mesita
Mahasiswa S1 Penddikan Sejarah FIS UM
e-mail: selayunika86@gmail.com

Wahyu Djoko Sulistyo


Dosen Jurusan Sejarah FIS UM
e-mail: wahyu.djoko.fis@um.ac.id

Abstrak: Ukraina merupakan negara yang memiliki letak strategis


diwilayah Eropa Timur, hal ini sering menjadikan nya sebagai medan
konflik. Salah satunya mengenai masalah krisis Ukraina. Krisis Ukraina
adalah kekacauan politik yang terjadi di Ukraina yang mencapai titik
puncak ketika presiden Ukraina, Viktor Yanukovych mengumumkan
bahwa Ukraina mundur dari Perjanjian Asosiasi Uni Eropa pada 21
November 2013. Hal tersebut memicu konflik internal secara besar-
besaran dan menjadi pusat perhatian di dunia khususnya bagi AS dan
Rusia yang memiliki kepentingan masing-masing. Artikel ini
menggunakan metode studi kepustakaan dengan sumber buku, jurnal
dll. Diharapkan pembaca dapat mendapat wawasan baru dan ada
banyak lagi penulis yang dapat mengembangkan potensi di bidang
kepeulisan.

Kata Kunci: Krisis Ukraina, Amerika Serikat, Rusia, Konflik

Abstract: Ukraine is a country that has a strategic location in Eastern


Europe, this often makes it a field of conflict. One of them was the
problem of the Ukraine Crisis. The Ukraine Crisis was a political
turmoil that took place in Ukraine which reached a peak when the
president of Ukraine, Viktor Yanukovych announced that Ukraine had
withdrawn from the EU union agreement on 21 November 2013. This
triggred a massive internal conflict and become the center of the word,
especially the United States and Russia, which have their own interests.
This article uses library study methods with sources of book, journals
etc. It is expected that readers can get new insights and there are many
more writers who can develop their potential in the field of writing.

Keyword: Ukraine Crisis, United States, Russia, Conflict


Pendahuluan
Ukraina merupakan negara pecahan dari Uni Soviet. Ukraina
memproklamirkan kemerdekaanya tahun 1991 dan menjadi negara yang merdeka
dan berdaulat setelah kurang lebih selama 70 tahun berada dibawah kekuasaan Uni
Soviet (Khatimah:2012). Ukraina merupakan wilayah geopolitik yang sangat
strategis di kawasan Eurasia (Asia dan Eropa). Wilayah Ukraina memiliki letak
geografis yang menjadi pemisah antara Rusia dan Barat. Posisi Ukraina yang
strategis bagi Rusia maupun Uni Eropa seringkali menjadikannya sebagai medan
konflik antara Rusia dan Uni Eropa. Seperti yang terjadi pada tahun 2013-2015 saat
terjadi krisis di Ukaina.
Adanya krisis internal di Ukraina bermula ketika presiden terpilih pada
pemilu tahun 2010, Viktor Yanukovych mengumumkan bahwa Ukraina mundur
dari Perjanjian Asosiasi Uni Eropa (UE) pada 21 November 2013. Hal ini memicu
munculnya protes besar-besaran oleh para mahasiswa dan melibatkan hampir satu
juta massa yang mengecam keputusan tersebut di alun-alun kemerdekaan Kiev
(Ibukota Ukraina) yang menyebabkan diturunkannya Yanukovych dari jabatannya
sebagai presiden pada Februari 2014 (BBC, 2014:c). Protes besar-besaran di
Ukraina tidak lepas kaitannya dengan kepentingan Rusia dan Uni Eropa untuk
memdominsi pengaruh di Ukraina (Hanifah, 2017:175). Hal itu juga tidak lepas
dari masalah internal Ukraina dengan adanya dua kubu yang memiliki perbedaan
pandangan ideologis antara rakyat Ukraina yang pro-Barat dengan rakyat Ukraina
yang pro-Rusia. Perbedaan ini yang menjadikam ketegangan antar kubu semakin
meningkat.
Hubungan antara Uni Eropa khususnya AS dengan Rusia pasca peran dingin
disinyalir akan cenderung ke arah kerjasama. Kenyataan nya ada saat-saat dimana
AS dan Rusia menjalin kerjasama dan kesepakatan, namun ada saat dimana kedua
negara ini tidak dapat menerima poliik luar negeri satu sama lain terkait isu-isu
yang terjadi, salah satuya adalah masalah krisis yang dialami oleh Ukraina ini.
Artikel ilmiah ini akan difokuskan pada masalah krisis Ukraina yang
menjadikannya sebagai pemicu ketegangan antara Rusia dengan Uni Eropa
khususnya Amerika Serikat.
Metode Penelitian

Metode (method) secara harfiah berarti cara, sedangkan metode penelitian


secara umum merupakan cara ilmiah dalam mencari dan mendapatkan data serta
memiliki kaitan dengan prosedur dalam melakukan penelitian dan teknis penelitian,
sesuai demgan pendapat Lasa (2009:207) yang menyatakan bahwa metode
penelitian adalah cara ilmiah yang dilakukan untuk mendapatkan data dengan
tujuan tertentu. Artikel ini menggunakan menggunakan metode studi kepustakaan
dalam menyelesaikan masalah yang dikaji. Metode kepustakaan dilakukan dengan
mencari sumber yang berasal dari perpustakaan baik berupa buku, kamus, jurnal,
dokumen, majalah, skripsi, ensiklopedia dll. Tidak hanya melalui sumber tertulis
yang tercetak, akan tetapi dapat juga melalui sumber tertulis elektronik, seperti
jurnal dan yang lainnya. Metode studi kepustakaan ini termasuk dalam pendekatan
kualitatif, karena menekankan pada penjelasan deskriptif dalam menyelesaikan
persoalan. Data yang digunakan merupakan data non angka yang dikumpulkan dan
diolah menggunakan konsep dan teori yang berkaitan dan akhirnya dapat diketahui
hasilnya melalui proses analisis.

Hasil dan Pembahasan


Amerika Serikat adalah sebuah negara adidaya yang memiliki pengaruh
besar dalam dinamika hubungan internasional. Ia memiliki kapabilitas ekonomi,
politik, dan militer yang sangat besar di dunia. Dalam perjalannya di kancah
Internasional AS sering mendapatkan perlawanan oleh Rusia yang ditunjukkan
dengan sikap yang bertentangan dengan AS terhadap isu-isu yang terjadi di seluruh
belahan dunia salah satunya masalah Krisis Ukraina. Ukraina yang memiiki letak
strategis di wilayah Eropa Timur yang sering menjadi medan konfik antara Uni
Eropa dan Rusia (Larrabee, 2006:119).
Posisi Ukraina menjadi wilayah yang srategis bagi Uni Eropa khusunya AS
memiliki beberapa alasan yaitu konsep pertahanan diri, keamanan militer dan
kesejahteraan ekonomi (Hanifah, 2017:170). Konsep pertahanan diri AS adalah
dengen menyebarkan nilai-nilai demokrasi AS ke seluruh belahan dunia salah
satunya adalah ke wilayah Ukraina. Dalam segi keamanan militer, letak Ukraina
yang berbatasan langsung dengan Rusia menjadikannya sebagai palang antara AS
dan Rusia, selain itu bagian selatan Ukraina yang memiliki akses langsung ke Laut
Hitam juga memiliki arti penting bagi keamanan AS. AS ingin merebut Laut Hitam
yang telah lama dikuasai oleh Eropa untuk berbalik mendominasi Laut Hitam.
Terakhir masalah kesejahtraan ekonomi AS, Ukraina juga berperan dalam hal ini
karena wilayah Ukraina yang menjadi jalur transit utama dalam perdagangan
minyak bumi dan gas alam dari Rusia untuk kebutuhan Barat.
Ukraina juga menjadi wilayah yang strategis bagi Rusia. Rusia memiliki
tujuan untuk menjadikan dirinya sebagai kekuatan yang memiliki pengaruh besar
di dunia Internaional dan mendapat pengakuan oleh bangsa Barat bahwa Rusia
setara dengan AS (Larrabee, 2006). Disamping itu Rusia juga tidak menghendaki
bahwa dunia hanya dikuasai oleh satu kekuatan besar saja, hal ini selaras dengan
keinginan Rusia umtuk tetap eksis di dunia Internaional. Kepentingan lain Rusia di
Ukraina adalah, Rusia ingin mejaga pengaruh-pengaruhnya dikawasan tertentu
salah satunya di kawasan Erop Timur dan Asia Tengah yang merupakan negara
bekas Uni Soviet untuk hal itulah Rusia melakukan berbagai cara untuk
mempertahankan pengaruhnya di Ukraina. Laut hitam juga menjadi kepentingan
Rusia di Ukraina.

Sumber:http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/52/
Back_Sea_map.png , diakses pada tanggal 6 April 2019.
Gambar 1. Posisi Strategis Krimea dan Laut Hitam
Setelah mengetahui kepentingan-kepentingan yang dimiliki antara Uni
Eropa khususnya AS dan Rusia di Ukraina, perlu diketahui tentang kondisi Ukraina
pada kurun waktu awal milenium dan proses terjadinya krisis yang menjadi pemicu
ketegangan antara kedua negara tersebut. Konflik di Ukraina sebenanya sudah
terjadi pada awal milenium pada saat pemilu 2004. Pada pemilu ini diikuti oleh dua
kandidat calon presiden yang berbeda pandangan. Viktor Yuschenko yang
berhaluan barat (yang dimaksud barat disini adalah US, UE, dan NATO) basis masa
ada di wilayah barat dari Ukraina, dan Viktor Yanukovich yang lebih berhaluan
kearah kerjasama Rusia, basis masa ada di wilayah timur yang berbatasan langsung
dengan Rusia (BBC, 2014:a). Pada Pemilu 2004 Yanukovich memenangkan kursi
Presiden, namun akibat isu-isu yang beredar di masyarakat Ukraina, bahwa adanya
indikasi pemalsuan suara serta kabar mengenai praktik pembunuhan Yuschenko
oleh pihak Yanukovich membuat rakyat bergerak untuk memprotes hasil dari
pemilu yang telah berlangsung, demonstrasi inilah yang selanjutnya dikenal dengan
nama Revolusi Oranye mengingat tanda tangan Yuschenko pada saat kampanye
yang berwarna oranye. Revolusi tersebut akhirnya membuat Mahkamah Agung
Ukraina membatalkan hasil pemilu dan mengamandemen undang-undang pemilu
serta diadakannya pemilu Ulang (Lane, 2008)
Pemilihan ulang dimenangkan oleh kubu Yuschenko pada 26 Desember
2004. Seelah terpilih menjadi presiden, rakyat menggangap bahwa tidak terjadinya
perubahan yang signifikan dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya.
Konflik internal di Ukraina masih berlanjut sampai pada pemilu presiden tahun
2010 yang diselenggarakan tanggal 7 Februari 2010 dan di menangkan oleh
Yanukovic. Krisis Ukraina mencapai puncaknya ketika presiden Yanukovic yang
memiliki kedekatan dengan Rusia, dalam hal ini kekuatan Rusia tidak hanya
terletak pada pengaruhnya terhadap konsumsi gas Ukraina, melainkan sektor
perdagangan juga mempunyai pengaruh yang kuat dalam mempertahankan
dominasinya di Ukraina (Fadly, 2015:8).
Atas alasan kedekatan tersebut, pada tanggal 21 November 2013 keputusan
Yanukovic untuk melakukan penangguhan penandatanganan EU-Ukraine
Association Agreement, hal ini memicu protes keras dari masyarakat Ukraina yang
pro-Barat dan lebih memilih perjanjian kerjasama dengan Rusia. Protes masyarakat
Ukraina pro-Barat dilakukan dengan mendirikan tenda di pusat Kiev, ibukota
Ukraina. Kepastian penolakan perjanjian dengan Uni Eropa membuat sekitar 1.000
masyarakat melakukan demonstrasi di Lapangan Kemerdekaan Kiev tanggal 30
November 2013 (Fadly, 2015:9). Presiden Yanukovic pada saat itu mendapat dua
pilihan kerjasama dari Uni Eropa dan Rusia.
Tawaran yang dijanjikan oleh Uni Eropa adalah jika Ukraina
menandatangani kesepakatan untuk memperkuat hubungan ekonomi dengan Uni
Eropa, Uni Eropa akan menghapuskan 98% pagar tarif beacukai untuk barang-
barang eks Ukraina setiap tahun, Kiev akan mencapai kira- kira Euro 500 juta.
Sebagai gantinya, Kiev harus mengurangi deficit anggaran keuangan dan
meningkatkan harga bahan bakar (Khatimah, 2009). Sementara itu, Rusia
berkomitmen segera melakukan investasi sebanyak puluhan miliar USD pada
Ukraina. Usulan tawaran yang diajukan Uni Eropa dianggap tidak memberikan
jaminan yang cukup untuk mendongkrak kesulitan financial negerinya. (Kamasa,
2014:91). Jika dicermati, apabila Ukraina bekerja sama dengan Uni Eropa, Ukraina
akan mendapatkan keuntungan jangka panjang, sedangkan jika Ukraina mengikuti
Rusia, Ukraina akan segera mendapatkan kepentingan finansial jangka pendek yang
langsung berupa tunai.
Akibat keputusan ini demonstrasi di Keiv meningkat menjadi kerusuhan
akibat adanya bentrokan antara aparat keamanan dengan para demonsra. Sampai
pada tanggal 1 Desember 2013, sekitar 300.000 ribu orang turun ke Keiv untuk
menambah jumlah massa anti pemerintahan. Diperkirakan jumlah massa meningkat
menjadi 500.000 orang. Melihat kondisi yang semakin memburuk, dengan
kekerasan yang terus terjadi akibat bentrok demonstran yang juga menelan banyak
korban jiwa. Akhirnya tanggal 22 Februari 2014 Badan Legislatif Nasional
mencopot Viktor Yanukovich dari jabatannya dengan alasan bahwa ia tidak dapat
melaksanakan tugas-tugasnya sebagai presiden. Sebelum Viktor Yanukovich
digulingkan, terlebih daluhu perdana menteri, dan seluruh anggota Cabinet of
Minister mengundurkan diri di bawah tekanan barat (Yoni, 2014). Kondidi Ukraina
saat mengalami krisis dan banyaknya demonstran.
Sumber:https://www.google.co.id/demonstrasi+di+ukraina+2013+
&tbm=isch&ve
Gambar 2. Demonstrasi besar-besaran yang terjadi di Ukraina
Kondisi Ukraina masih dalam instabilitas setelah keputusan pemberhentian
Yanukovych. Dalam krisis ini, AS tampil sebagai pendukung pihak oposisi yang
ingin menguasai pemerintahan selagi Rusia mendukung rezim pemerintahan
Yanukovich yang baru saja digulingkan. Menurut (Buntaran, 2018) dalam krisis
Ukraina, Amerika Serikat melihat Rusia sebagai musuh. Melihat psosisi
Yanukovych yang sudah rapuh, Rusia menurunkan pasukan militernya di Krimea,
bagian timur Ukraina. Hal ini kemudian ditanggapi oleh AS dengan kecaman
terhadap Rusia dan permintaan kepada Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa
(OSCE) untuk segera mengirimkan pasukan pemantauan ke Ukraina yang bertujuan
untuk menghindari terjadinya konflik perbatasan dan mengingatkan kepada Rusia
akan pentingnya penghormatan terhadap integritas teritorial (Kamasa, 2014).
Perselisihan antara Amerika Serikat dan Rusia di Ukraina semakin
memanas, Rusia yang tidak mau menarik pasukan militernya di Krimea AS
melakukan aksi nyata dengan memberikan sanksi ekonomi bagi Rusia. Sanksi ini
berupa larangan perjalanan, pembekuan aset, serta larangan berbisnis dengan orang
Amerika bagi sejumlah pejabat Rusia. Uni Eropa sebagai sekuu AS turut
menerapkan sanksi tersebut pada Rusia. Suasana ketegangan diperparah dengan
keika Republik Otonom Crimea menggelar referendum untuk memisahkan diri dari
Ukraina dan bergabung dengan Rusia. Rusia yang mendapat angin segar dari
referendum tersebut kemudian menandatangani dekrit yang mengamini keputusan
Parlemen Krimea. (Fadly, 2015) berpendapat bahwa, Krimea berhasil dikuasai
secara cepat oleh demonstran pro-Rusia tanpa adanya pertumpahan darah, selain
karena faktor pemerintah pusat di Keiv yang masih sangat rapuh pasca tergulingnya
Yanukovych, Rusia memiliki barak militer di Sevastopol dan mayoritas penduduk
Ukraina di Krimea beretnis Rusia cenderung mendukung demonstran. Wilayah
Krimea yang menjadi konflik:

Sumber:http://news.bbcimg.co.uk/media/images/73286000/gif/_7
3286672_Krimea_black_sea_fleet_624.gif diakses pada tanggal
5 April 2019
Gambar 3. Krimea dan Kekuatan Armada Laut Hitam Rusia

Tidak berhenti sampai masalah pemisahan Krimea, konfrontasi Amerika


Serikat dengan Rusia kian meruncing setelah munculnya kelompok separatis pro-
Rusia di Ukraina Timur yang melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan
internal Ukraina bentukan kubu oposisi. Kelompok separatis bersenjata yang
berasal dari provinsi Luhansk dan Donetsk tersebut bertempur melawan militer
Ukraina hingga menyebabkan kekacauan dan terjadi baku tembak kedua pihak.
Selain itu, kelompok separatis ini juga menggelar referendum sepihak untuk
menyatakan kemerdekaan dari Ukraina. AS dan UE tidak mengakui referendum
tersebut. Untuk menanggulangi masalah separatis tersebut, Amerika Serikat yang
mendukung pemerintahan bentukan oposisi setuju agar pemerintah Ukraina
mengadakan Operasi Anti Teror di bagian timur Ukraina guna membersihkan
gerakan separatis tersebut. Sementara itu, Rusia membela gerakan separatis itu
ditunjukkan dengan mendukung referendum yang digelar di Luhansk dan Donetsk
untuk memisahkan diri dari Ukraina.
Fotografer: Dokumentasi Resmi Pemerintah Rusia.
Sumber: Prezident Rossii, 2014
Gambar 4: Penandatanganan Perjanjian Bersatunya Wilayah
Republik Krimea dan Kota Sevastopol dengan Rusia pada
tanggal 18 Maret. Dari kiri ke kanan: Sergei Aksyonov,
Vladimir Konstantinov, Vladimir Putin dan Alexei Chalyi.

Ketegangan yang terjadi antara Amerika Serikat dan Rusia dalam Krisis
Ukraina ini tidak hanya diwujudkan dengan kecaman dan pemberlakuan sanksi
ekonomi (Larrabee, 2006). Kembalinya hubungan konfrontatif yang begitu panas
antara Gedung Putih dan Moskow juga ditunjukkan dengan isu militer. Sejak
pecahnya krisis Ukraina, khususnya sejak pemisahan Krimea dan munculnya
kelompok separatis di Ukraina Timur, militer Amerika Serikat dan NATO menjadi
lebih aktif bergerak di wilayah Eropa Timur dengan memberikan pelatihan militer
bagi negara-negara Eropa Timur serta peningkatan jumlah pasukan di Laut Hitam.
Sementara itu, Rusia juga meningkatkan aktivitas pasukan militernya dengan rajin
menggelar latihan militer di Laut Baltik, Laut Hitam, serta perbatasan Ukraina.
Vladimir Putin juga sempat menggertak dengan menyatakan bahwa Rusia mampu
meretakan Eropa dengan tanah jika NATO memprovokasi dengan mengarahkan
moncong senjatanya ke arah Rusia melalui latihan militer yang mereka lakukan.
Pasca pengambilan Krimea oleh Rusia, AS dan UE semakin memperketat
sanksi ekonomi bagi Rusia. Sanksi tersebut berhasil membuat Rusia mengalami
kesulitan finansial sebab AS membatasi pinjaman perusahaan Rusia. Rusia
mengalami kerugian besar atas kasusu geopolitik ini, namun Rusia tetap tidak
bersedia melepaskan Krimea. Rusia justru memberikan sanksi balik pada AS dan
UE dengan larangan mengimpor produk pertanian, makanan dan bahan mentah
selama satu tahun. Aksi saling berbalas sanksi menunjukkan perbedaan antara
keduanya terkait Krisis Ukraina. Rusia menginginkan krisis Ukraina diakhiri
dengan perundingan antara Pemerintah Ukraina dengan separatis pro-Rusia.
Sementara AS bersikeras penyelesaian konflik harus dilakukan dengan legitimasi
pemerintahan pro-Barat dan penarikan militer dari Ukraina. Sampai akhirnya
masalah ini dibawa dan diselesaikan di forum PBB.
Setidaknya PBB telah melakukan 23 sesi yang membahas krisis Ukraina
dari Februari-September 2014 (Kementerian Luar Negeri RI, 2014). Pemaparkan
situasi di Ukraina dan Krimea tersebut salah satunya adalah pertemuan ke tujuh
dengan keputusan Kesepakatan Jenewa (Zafirah, 2018). Kesepakatan Jenewa
adalah pertemuan empat pihak Ukraina, Rusia, AS, dan UE untuk membahas krisis
Ukraina. Pertemuan tersebut menghasilkan dokumen mengenai kesepakatan untuk
meredakan ketegangan di Ukraina. Beberapa poin penting yang disepakati antara
lain:
• Mengecam tindakan ekstrimisme,rasisme, dan intoleransi, sertamenyerukan agar
semua pihak menahandiri dari segala tindakan kekerasan danprovokatif.
• Agar seluruh pihak bersenjatameletakkan senjata dan
membebaskansertamengosongkan tempat-tempat yang dikuasai secara ilegal.
• Pemberian amnesti kepada pihak yangmeninggalkan gedung dan meletakkan
senjata, kecuali bagi yang dianggapmelakukan kesalahan besar.
sampai pada peremuan ke tujuh titik terang masih belum diemukan dan pembahasan
masalah ini masih dilanjutkan di forum PBB.
Kesimpulan
Krisis yang berlangsung di Ukraina bukan saja hanya kepentingan ekonomi
maupun politik melainkan akibat dari perpanjangan tangan kedua kubu rakyat
Ukraina yang berbeda haluan sehingga sangat sulit untuk mencapai kata sepakat
diantara keduanya. Diperlukan Konsultasi trilateral antara UE–Ukraina, UE–Rusia,
dan Ukraina–Rusia untuk mengambil jalan tengah yang dicapai dalam membenahi
krisis di Ukraina serta mampu mendukung kepercayaan antar pihak tanpa
mencampuri urusan internal Ukraina. Krisis Ukraina membawa dampak yang
cukup berat bagi Ukraina baik dibidang ekonomi yang mengalami kemerosotan
pendapatan dan utang yang cukup besar. Kerugian dibidang sosial juga cukup berat
karena banyaknya korban jiwa yang terluka maupun meninggal akibat krisis ini.
Dampak di bidang poliik dan militer juga mendominasi dalam krisis ini,
keadaan politik yang kacau dan menjadi akar permasalahannya. Militer Ukraina
juga harus melawan ikut campur tangannya Rusia dan AS dalam masalah ini. Selain
dampak tersebut krisis Ukraina inilah yang menyebabkan tensi antara Uni Eropa
khususnya AS dengan Rusia semakin memanas yang keduanya memiliki
kepentingan masing-masing di Ukraina.
Saran
Artikel ilmialh ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan
baru bagi para pembaca. Mahasiswa selaku penulis artikel juga dituntut untuk lebih
gemar membaca dan dapat menumbuhkan semangat akademisi untuk belajar dan
belajar lagi. Potensi kepenulisan mahasiswa dihaapkan dapat menjadikan banyak
mahasiswa berprestasi dan unggul di berbagai bidang khususnya karya ilmiah.
Apabila dalam penyusuan artikel ilmiah ini terdapat banyak kekrangan dan
kesalahan, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Kedepannya diharapkan
ada yang menyempurnakan artikel ilmiah ini lebih lanjut.

Daftar Rujukan

BBC. 2014a. Ukraine Crisis:Timeline, (O n l i n e) ,


(http://www.bbc.com/news/world-europe-25182823), diakses pada 5 April
2019.
BBC. 2014c. Why Is Ukraine In Turmoil, (O n l i n e) ,
(http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-25182823), diakses pada 5 April
2019.
Buntaran, N. 2018. Bantuan Luar Negeri sebagai Instrumen Diplomasi: Studi
Kasus Bantuan Kemanusiaan Rusia kepada Donbas dalam Konflik Rusia-
Ukraina 2014-2015. Journal of International Relations, 4(3), 420-429. Dari
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jih.

Fadly, M.2015. Kebijakan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych Menolak


Menandatangani Eu - Ukraine Association Agreement Dengan Uni Eropa
Tahun 2013. Jom FISIP, 2(2), 1-13.
Hanifah, R.U. 2017. Embargo Ekonomi sebagai Strategi Konfrontasi Uni Eropa
terhadap Rusia pada Masa Konflik Ukraina 2013-2015. Jurnal Sosial
Politik, 3(2), 169-195.
Kamasa, F. 2014. Krisis Ukraina dan Dampaknya Terhadap Tatanan Politik
Global dan Regional. Jurnal Penelitian Politik, 11(1), 79–108.
Kementerian Luar Negeri RI. 2014.. Indonesia Serukan Sikap Menahan Diri dan
Penyelesaian Damai Krisis Ukraina, ,(O n l i n e) ,
http://kemlu.go.id/Pages/News.aspx?IDP=6832&l=id
Khatimah, H. 2012. Dilematika Konflik Gas Ukraina-Rusia,(O n l i n e) ,
(http://www.portal-hi.net/en/eropa-timur-dan-tengah/145-dilematika-
konflik-gas-ukraina-rusia), diakses 7 April 2019

Lane & David. 2008. The Orange Revolution: Peoples Revolution or


Revolutionary Coup. Political Studies Association BJPIR. Tanpa tahun.

Larrabee, F. 2006. Danger and Opportunity in Eastern Europe. Foreign Affairs,


85(6), 117-131.

Lasa, H.S. 2009. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book


Publisher.

Rosyidin, M. 2015. Konflik Internasional Abad ke-21? Benturan Antarnegara


Demokrasi dan Masa Depan Politik Dunia. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, 18(3), 223-236.
Yoni, A. 2014. Intervensi Politik Rusia Terhadap Proses Pemilu Di Ukraina
(Studi Pada Terpilihnya Viktor Yushchenko Sebagai Presiden Ukraina
2004-2010). Skripsi dierbikan. Malang: FISIP Universitas Muhammadiyah
Malang. Dari http://eprints.umm.ac.id/25697/
Zafirah, A. 2018. Efektivitas PBB sebagai Organisasi Resolusi Konflik Rusia-
Ukraina di Crimea. Skripsi dierbikan. Malang: FISIP Universitas
Muhammadiyah Malang. Dari http://eprints.umm.ac.id/39759/

Anda mungkin juga menyukai