Anda di halaman 1dari 6

NAMA: Nia Syakira Nisa Al Aufa

NRP: 2021230012
Ilmu Hubungan Internasional

Analisa Konflik Rusia-Ukraina dan Tata Dunia Baru

Sedikit review dari materi webinar:

Fakta kasar:

Diktum “If you want peace, prepare for peace” tidak diimani oleh negara-negara yang saat ini
sedang mengalami konflik, bukan hanya Rusia dan Ukraina saja tetapi berbagai negara yang
telah melakukan keberpihakan terkecuali negara yang netral. Rusia dan Ukraina seharusnya tidak
berperang dikarenakan mereka adalah kerabat yaitu sama-sama berasal dari bangsa Yugoslavia
dari Slavia Timur. Seharusnya mereka memiliki interest yang sama, oleh karena itu sebaiknya
mereka hidup bersama dalam sebuah negara yang besar di federasi yang bernama Yugoslavia,
tetapi ternyata Yugoslavia terlalu besar bagi negara-negara di Eropa Barat dan itu menjadi
sebuah ancaman bagi mereka apalagi dikarenakan afiliasi politik mereka adalah soviet-uniet.
NATO dan Uni Eropa berpikir untuk bagaimana caranya negara-negara bisa hidup masing-
masing dan mandiri, tidak ada Yugoslavia yang besar dan berpotensi mengancam eksistensi
negara-negara lain di Eropa.

Rusia yang memiliki luas sebesar 17,1 juta km kubik dan populasi manusia sebanyak 155 juta
dan Ukraina yang hanya memiliki luas sebesar 603,548 km kubik dan populasi manusia
sebanyak 40 juta dinilai serangan yang dilakukan Rusia tentu saja tidak seimbang kalau dilihat
dari perbandingan jumlah luas wilayah dan populasi manusianya, oleh karena itu Presiden
Ukraina Zelensky menginginkan bantuan persenjataan. Rusia berbatasan dengan 16 negara
berdaulat mulai dari China, Mongolia, Kazakhtan, dan lain lainnya. Sementara Ukraina dia
hanya berbatasan dengan 7 negara. Ukraina semakin lama semakin menjalin hubungan baik
dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat. Ukraina memiliki akses di laut hitam dan memiliki satu
laut penting yang menjadi tempat untuk bongkar muat semua barang-barang yang dikirim keluar
dan masuk wilayah Eropa bernama laut Azov, tetapi tetap Rusia jauh memiliki akses dan kondisi
strategis Rusia lebih banyak dibanding dengan Ukraina. Rusia memiliki 11 zona waktu, Rusia
juga merupakan anggota dewan partai Arktik, Rusia mempunyai 2 wilayah transcontinental
yaitu Eropa Timur dan Asia Utara, maka Rusia disebut dengan Eurasia. Rusia memliki 4.597
hulu ledak nuklir aktif dan lebih dari 1.700 hulu ledak nuklir pasif. Hubungan Rusia dengan
negara-negara sekitarnya yaitu Rusia merasa bahwa penting untuk selalu memantau keamanan di
kawasan perbatasan negaranya.

Sejarah singkat Rusia-Ukraina:

Tahun 1991

Uni Soviet runtuh dan negara-negara yang tergabung di sana memisahkan diri. Dikutip dari
Reuters, Ukraina merupakan salah satu negara yang kemudian segera mendeklarasikan
kedaulatannya dari Moskow, ibu kota Rusia.

Tahun 2004-2008

Kandidat pro-Rusia Viktor Yanukovich dinyatakan terpilih sebagai presiden ke-4 Ukraina
mengalahkan lawannya, Viktor Yuschenko. Namun, tuduhan kecurangan jumlah suara yang
dilayangkan kepada Yanukovich memicu protes publik yang dikenal dengan Revolusi Oranye.

Akibat dari Revolusi Oranye ini kemudian membuat pemungutan suara digelar kembali.
Hasilnya, mantan perdana menteri pro-Barat Viktor Yuschenko terpilih sebagai presiden.

Pada 2005, Yuschenko pun mengambil alih kekuasaan. Ia menjanjikan Ukraina di bawah
kekuasaannya untuk membebaskan diri dari Kremlin, sebaliknya akan membawa Ukraina
bergabung dengan NATO (North Atlantic Treaty Organisation) dan Uni Eropa (EU).

Hingga tahun 2008, NATO kemudian memberikan lampu hijau soal penggabungan Ukraina
bersama mereka pada suatu hari nanti.

Tahun 2010-2013

Kandidat Yanukovich kembali memenangkan pemilihan presiden. Selama pemerintahanya,


Ukraina menangguhkan pembicaraan soal kerja sama dan penggabungan dengan Uni Eropa pada
tahun 2013.
Sebaliknya, Yanukovich kemudian membangun kembali hubungan kerja sama Ukraina dengan
Moskow. Hal ini pun memicu kecaman dan demonstrasi besar-besaran selama berbulan-bulan di
Kyiv, ibu kota Ukraina.

Tahun 2014

Pada Februari 2014, Parlemen Ukraina kemudian mencopot Yanukovich dari kursi
pemerintahan. Utamanya, setelah terjadi pertumpahan darah dalam demokrasi sebagai akibat dari
penolakan atas keputusannya.

Selang beberapa hari, pasukan militer merebut parlemen di wilayah Ukraina yakni, Krimea.
Mereka juga mengibarkan bendera Rusia di sana hingga Moskow pada akhirnya mencaplok
wilayah tersebut.

Lanjut pada April 2014, kelompok separatis pro-Rusia di wilayah timur Donbas mendeklarasikan
kedaulatannya.

Tahun 2017-2019

Pada 2017, tercipta perjanjian kerja sama antara Ukraina dan Uni Eropa. Perjanjian ini membuka
pasar perdagangan bebas barang dan jasa hingga perjalanan bebas visa ke wilayah Uni Eropa
bagi Ukraina. Hingga 2019, mantan komedian yang kerap menghiasi TV di sana, Volodymyr
Zelenskyy terpilih untuk memimpin Ukraina.

Tahun 2021

Pada Januari 2021, Zelenskyy meminta Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk
mengizinkan Ukraina bergabung dengan NATO. Di sisi lain, Rusia kemudian mulai
mengerahkan pasukan bersenjatanya di dekat perbatasan Ukraina pada musim semi 2021.
Mereka mengaku hal ini sebagai bentuk latihan.

Hingga pada November 2021, citra satelit yang diambil oleh Maxar Technologies menampilkan
penumpukan pasukan Rusia di dekat Ukraina.
Sebulan setelahnya, tepatnya 17 Desember 2021, Rusia mengajukan tuntutan keamanan. Hal ini
termasuk dengan NATO agar menarik kembali pasukan dan senjata dari bagian timur Eropa.
Berikut juga Rusia melarang Ukraina untuk bergabung bersama mereka.

Tahun 2022

Pada 24 Januari, NATO menempatkan pasukan bersenjata mereka dalam keadaan siaga dan
memperkuat bagian timur Eropa dengan memperbanyak kapal dan jet tempur. Dua hari
setelahnya, pihak Washington AS kemudian menanggapi tuntutan keamanan Rusia. Mereka
menekankan, komitmen NATO untuk membuka kesempatan bergabung bagi siapa saja.
Pihaknya juga menawarkan bentuk evaluasi pragmatis atas kekhawatiran Moskow. Namun, pada
28 Januari, Rusia kemudian menyatakan tuntutannya tidak ditanggapi.

Fakta sosial:

Kepentingan > derivasi identitas: Isu perluasan keanggotaan NATO ini menjadi titik sentral
konflik antara Rusia dan Barat. Sejak semula, isu perluasan NATO ke Eropa Timur pasca Perang
Dingin telah membuat hubungan kedua pihak panas-dingin. AS melanggar dua kali perjanjian
yang ia buat bersama pihak Rusia. Dalam sebuah arsip keamanan nasional yang sudah
dideklasifikasi pemerintah AS dapat dilihat bahwa pada waktu itu Baker berjanji kepada
Gorbachev NATO hanya akan bertahan di Jerman dan tidak akan memperluas keanggotaannya
satu inci pun ke Timur. Yeltsin mengatakan perluasan NATO adalah bentuk pengepungan
terhadap Rusia. Ia menyarankan agar tidak ada lagi blok semacam itu dan meminta agar Eropa
menjamin keamanannya sendiri. Kekhawatiran Rusia semakin bertambah saat Ukraina
mengajukan keanggotaan NATO pada 2008. Pasca invasi Rusia ke Krimea tahun 2014,
keinginan tersebut semakin menguat. Publik Ukraina mayoritas mendukung rencana itu. Bagi
Rusia keputusan Ukraina ini jelas tak bisa ditoleransi. jaminan Rusia tidak akan menginvasi
Ukraina, Putin menjawab bahwa taruhannya adalah keamanan Rusia. Menurutnya, perluasan
NATO ke Timur tidak dapat diterima. Ia menyalahkan Barat yang telah menempatkan peluru
kendali di halaman depan Rusia.

Penjelasan kedua mengapa Rusia melakukan agresi ke Ukraina adalah faktor historis dan
kultural. Ukraina adalah pecahan Uni Soviet. Secara historis keduanya memiliki afinitas kultural
yang sama. sebagian besar perang-perang yang dilakukan Rusia ke negara-negara Slavik
dimotivasi oleh klaim bahwa Rusia adalah pewaris sah kerajaan Kyivan Rus dan Bizantium di
Abad Pertengahan. Di benak elit-elit politik Rusia, kesadaran historis ini melekat kuat sehingga
membentuk jiwa nasionalisme yang terkadang agak berlebihan.

Karakteristik kebijakan luar negeri Putin sangat khas mencirikan sebuah negara besar.
Memulihkan status sebagai negara besar bukan saja merupakan tujuan yang ingin diraih
melainkan juga syarat agar Rusia bisa berperan penting dalam konstelasi politik global.
Kesadaran sejarah membentuk kebijakan luar negeri yang agresif. Salah satu narasi primer dalam
diskursus kebijakan luar negeri Rusia adalah doktrin Rusia sebagai “negara besar”.

Kultus kemegahan masa lalu Rusia sebagai imperium besar tampaknya menginspirasi Putin
untuk memperluas pengaruhnya ke Ukraina. Aneksasi Krimea pada 2014 yang berujung pada
lepasnya dua wilayah Ukraina di sebelah timur yaitu Donetsk dan Luhansk dan kemudian diakui
kemerdekaannya oleh Rusia membuktikan ambisi Putin membawa Ukraina di bawah kendali
Moskow. Bagi Rusia, Ukraina adalah komponen esensial bagi konstruksi identitas kultural
“Slavik.” Dari kacamata Kremlin, Ukraina bukan sebuah negara melainkan kumpulan orang
Rusia yang bermukim di bawah pemerintahan Ukraina.

Behavior: Hobbesien

Process: Pasukan Rusia memulai serangan rudal dan artileri hingga menyerang kota-kota besar
Ukraina termasuk Kyiv. Hingga pada 26 Februari, pihak Sekutu Barat merespons hal ini dan
menjatuhkan sanksi baru kepada Rusia. Termasuk pembatasan bank sentral Rusia dan
mengeluarkan Rusia dari sistem transaksi antar bank global atau SWIFT (Society for Worldwide
Interbank Financial Telecommunication). Sanksi kepada Rusia ini pun terus berlanjut hingga 27
Februari. Pasukan Rusia kemudian mulai maju menuju tiga kota besar Ukraina yakni, Kyiv,
Kharkiv dan Kherson.

Interest: Rusia, ingin kepemimpinan Ukraina diganti menjadi pro Moskow. Berdasarkan pidato
Putin Rusia melancarkan serangan besar di seluruh Ukraina dan bertujuan untuk menggulingkan
pemerintah Kyiv melalui cara militer.

Anda mungkin juga menyukai