Anda di halaman 1dari 20

HUMAN TRAFFICKING: KRISIS BESAR DAMPAK MIGRASI KORBAN

KONFLIK RUSSIA – UKRAINA 2022


Bonaventura Marsev (K4419027)
Abstrak
Ukraina dan Rusia memiliki sejarah yang panjang terkait geopolitik negara yang berakar dari
merdekanya Ukraina dari keruntuhan Uni Soviet pada 1991. Baik Ukraina maupun Rusia
sering bersinggungan dan terlibat konflik karena masalah politik, budaya, dan keadaan sosial
masyarakat. Krisis politik yang terjadi antar dua negara memuncak pada perang yang terjadi
pada tahun 2014. Peristiwa ini memunculkan rasa rivalitas yang semakin tinggi bagi kedua
negara. Dampaknya pada krisis kepercayaan yang terjadi pada masyarakat terhadap
pemerintah dan mendorong terjadinya “migrasi illegal”. Akibatnya, tak sedikit masyarakat
yang terlibat dalam krisis sosial yakni human trafficking. Krisis sosial ini dominan terjadi
oleh masyarakat Ukraina di wilayah rural yang memiliki kondisi ekonomi miskin,
pemahaman human trafficking yang rendah dan jobless. Peningkatan kasus humam
trafficking kemudian terjadi ketika konflik Ukraina-Rusia kembali pada 2022. Artikel ini
bertujuan untuk menganalisis kejahatan Human Trafficking yang terjadi di Ukraina sebagai
dampak dari konflik kedua negara. Metode dalam penelitian ini adalah studi literatur.
Kata Kunci: konflik, krisis sosial, human trafficking
Pendahuluan
Konflik Rusia – Ukraina tahun 2022 warga sipil menjadi target penyerangan tentara
Rusia. Banyak terjadi penjarahan, pembunuhan bahkan pemerkosaan pada warga sipil
Ukraina oleh tentara Rusia. Rakyat Ukraina mencari perlindugan keselamatan dengan
melarikan diri ke negara- negara terdekat seperti di Kawasan Uni Eropa. Pengungsi mayoritas
berasal dari anak- anak dan Wanita. Pergerakan populasi bersekala besar kerap kali
dimanfaatkan para pelaku pedagang dan eksploitasi manusia. Kekerasan dan ancaman yang
semakin meningkat sehingga menyebabkan lonjakan pegungsi mencapai 1,5 Juta. UNICEF
memperkirakan resiko korban perdagangan manusia 28% terindikasi secara global adalah
anak- anak. (UNICEF, 2022)

Usaha dalam menanggulangi krisis Human Traffiking 2016- 2020 terulang Kembali,
UNICEF bekerjasama dengan pemerintah negara Kawasan tujuan pengungsian untuk
meningkatkan keamanan. UNICEF mendesak negara Kawasan untuk membantu korban
menemukan keluarga mereka dengan menerapkan prosedur pelacakan. Tempat
penampungan, stasiun, atau di titik berkumpulnya pengungsi sebagai daerah rawan akan
resiko Human Trafficing. Untuk mendukung penulisan artikel ini penulis melakukan kajian
literatur kasus Human Traffiking yang pada tahun 2016-2020. Selain itu kajian pendukung
yang menjadi bahan kajian penulis yaitu Lembaga yang berperan aktif dalam menangani
kasus Human Traffiking tahun 2016- 2020 yaitu IOM (International Organization for
Migration).

Penelitian yang relavan oleh Ananto Rizki Permana tahun 2021 dengan judul “Peran
International Organization for Imigration (IOM) Dalam Menangani Perdagangan Manusia di
Ukraina Tahun 2016-2020”. Hasil penelitian bahwa IOM sebagai pihak ketiga bagi
pemerintah Ukraina untuk memantu menangani permasalahan perdagangan manusia yang
menunjukkan perannya sebagai instrument, arena dan aktor independent. Pemerintah dan
IOM perlu menyesuaikan rencana lanjutan untuk menanggapi isu perdagangan manusia.

Penelitian kedua oleh Suksmastuti Putri I. G tahun 2016 dengan judul “Peran
International Organization for Migration (IOM) Daam Menangani Human Trafficking di
Ukraina Pada Tahun 2010-2014”. Peneliti menyimpulkan bahwa kehadiran IOM di Ukraina
sangat baik dan memiliki tingkat keefektifan tinggi. Ha tersebut dapat dilihat dari
berkurangnya korban perdagangan manusia, adanya hotline pengaduan perdagangan manusia,
serta penyebaran edukasi perdagangan manusia membantu pemerintah Ukraina dalam
mengatasi perdagangan manusia di Ukraina.

Dari kajian literatur tersebut, dapat dilihat bahwa kasus human trafficking di Ukraina
sudah berlangsung sejak lama. Konflik antara Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut bahkan
pada tahun 2022 konflik tersebut meletus kembali. Sehingga penulisan artikel ilmiah ini
bertujuan untuk menganalisis kasus human trafficking sebagai dampak dari konflik Rusia-
Ukraina 2022 dan peran IOM bagi pemerintah Ukraina dalam menangani kasus human
trafficking di Ukraina tahun 2016-2020.

Metode
Metode yang digunakan dalam mengkaji kasus Human Traffiking dalam konflik
Russia- Ukraina dengan mengkaji berbagai literatur yang relevan. Literatur pertama yaitu
hasil penelitian yang dilakukan para sejarawan yang mengkaji Human Traffiking di Ukraina
dari peristiwa konflik sebelumnya seperti peristiwa pada tahun 2016-2020. Pengkajian
peristiwa Human trafficking periode sebelumnya melalui berbagai jurnal maupun proceeding
seminar nasional maupun internasional. Pengkajian peristiwa terbaru mengenai kondisi
konflik Russia- Ukraina terbaru kami kaji melalui report, artikel dan web site resmi
berstandar nasional maupun Internasional. Data yang dikumpulkan dalam mendukung Studi
kajian Pustaka kami kelompokkan dan analisis sehingga menemukan substansi pokok dari
artikel yang dikaji. Tahap selanjutnya mengurai informasi, konsep, dan teori yang terkandung
dalam literatur yang dikaji.

Konflik Russia – Ukraina 2022


Ukraina menjadi negara merdeka dengan jatuhnya Uni Soviet pada 1991. Itu adalah
bagian awal dari kekaisaran Rusia dan kemudian menjadi Republik Soviet, serta
menyingkirkan warisan kekaisaran Rusia, sehingga membentuk hubungan dekat dengan
Barat. Sejak kemerdekaannya, negara ini memerangi korupsi dan perpecahan internal. Negara
sisi barat menginginkan integrasi dengan Barat, sedangkan wilayah timur dengan Rusia.
Konflik dimulai ketika Victor Yanukovych, Presiden Ukraina, menolak perjanjian asosiasi
dengan Uni Eropa demi hubungan yang lebih dekat dengan Moskow. Para pengunjuk rasa
menggulingkannya dalam Revolusi Martabat (Revolution of Dignity). Sebagai imbalannya,
Rusia mencaplok Semenanjung Krimea Ukraina dan mendukung pemberontakan separatis
Ukraina timur.

Setelah itu, mereka menyerang Donbas yang merupakan jantung industri negara
Ukraina. Lebih dari 14.000 orang kehilangan nyawanya dalam konflik bersenjata antara
pasukan Ukraina dan separatis yang didukung Rusia. Ukraina dan Barat menuduh Rusia
mengerahkan pasukan dan mengirim senjata ke pemberontak, lalu tuduhan ini dibantah oleh
Rusia. Namun, Rusia mengecam keras Amerika Serikat (AS) dan NATO karena membantu
Ukraina dengan senjata dan latihan militer bersama. Presiden Putin juga menyatakan
keprihatinan atas rencana beberapa anggota NATO untuk mendirikan pusat pelatihan militer
di Ukraina karena akan memfasilitasi pijakan militer di kawasan itu bahkan tanpa Ukraina
bergabung dengan NATO.

Rusia dalam tuntutan keamanannya mengatakan bahwa mereka tidak ingin Ukraina
menjadi negara anggota NATO dan ingin menghentikan semua latihan NATO di dekat
perbatasannya, serta penarikan pasukan NATO dari Eropa Tengah dan Timur. Perlu dicatat
bahwa masuknya Ukraina ke NATO akan membutuhkan persetujuan bulat dari 30 negara
anggotanya. Timeline konflik Rusia vs Ukraina:

1. November 2021
Gambar satelit menunjukkan penumpukan baru pasukan Rusia di perbatasan dengan
Ukraina, dan Kyiv mengatakan Moskow telah memobilisasi 100.000 tentara bersama
dengan tank dan perangkat keras militer lainnya.
2. 7 Desember 2021
Joe Biden, Presiden AS, memperingatkan Rusia tentang sanksi ekonomi Barat jika
menyerang Ukraina.
3. 17 Desember 2021
Rusia mengajukan tuntutan keamanan yang terperinci kepada Barat, termasuk bahwa
NATO menghentikan semua aktivitas militer di Eropa Timur dan Ukraina serta
NATO tidak pernah menerima Ukraina atau negara-negara bekas Soviet lainnya
sebagai anggota.
4. 3 Januari 2022
Presiden AS, Biden, meyakinkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, bahwa AS
akan ‘menanggapi dengan tegas’ bila Rusia menginvasi Ukraina. Kedua pria itu
berbicara di telepon untuk membahas persiapan serangkaian pertemuan diplomatik
yang akan datang guna mengatasi krisis tersebut.
5. 10 Januari 2022
Pejabat AS dan Rusia bertemu di Jenewa untuk pembicaraan diplomatik tetapi
perbedaan tetap tidak terselesaikan karena Moskow mengulangi tuntutan keamanan
yang bagi Washington tidak dapat diterima.
6. 24 Januari 2022
NATO menempatkan pasukan dalam keadaan siaga dan memperkuat kehadiran
militernya di Eropa Timur dengan lebih banyak kapal dan jet tempur. Beberapa
negara Barat mulai mengevakuasi staf kedutaan yang tidak penting dari Kyiv.
Kemudian, AS menempatkan 8.500 tentara dalam siaga.
7. 26 Januari 2022
Washington menyajikan tanggapan tertulis terhadap tuntutan keamanan Rusia,
mengulangi komitmen terhadap kebijakan ‘pintu terbuka’ NATO sambil menawarkan
‘evaluasi yang berprinsip dan pragmatis’ atas keprihatinan Moskow.
8. 27 Januari 2022
Presiden AS, Biden, memperingatkan kemungkinan invasi Rusia pada Februari. China
memberikan bobot politiknya di belakang Rusia dan memberi tahu AS bahwa
‘masalah keamanan sah’ Moskow harus ‘dianggap serius.’
9. 28 Januari 2022
Vladimir Putin, Presiden Rusia, mengatakan tuntutan keamanan utama Rusia belum
ditanggapi tetapi Moskow siap untuk terus berbicara. Presiden Ukraina, Zelensky,
memperingatkan Barat untuk menghindari menciptakan ‘kepanikan’ yang akan
berdampak negatif terhadap perekonomian negaranya.
10. 31 Januari 2022
AS dan Rusia berdebat tentang krisis Ukraina pada sesi tertutup khusus Dewan
Keamanan PBB. Linda Thomas-Greenfield, Duta Besar AS untuk PBB, mengatakan
kepada dewan bahwa invasi Rusia ke Ukraina akan mengancam keamanan global.
Vasily Nebenzya, Utusan Rusia untuk PBB, menuduh Washington dan sekutunya
mengobarkan ancaman perang meskipun Moskow berulang kali menyangkal rencana
invasi. “Diskusi tentang ancaman perang sangat provokatif. Anda hampir
menyerukan ini. Anda ingin itu terjadi,” kata Nebenzya.
11. 1 Februari 2022
Putin membantah merencanakan invasi dan menuduh AS mengabaikan tuntutan
keamanan negaranya. “Sudah jelas bahwa kekhawatiran mendasar Rusia akhirnya
diabaikan,” tegasnya.
12. 6 Februari 2022
Rusia telah membangun 70 persen dari pembangunan militer yang dibutuhkan untuk
meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina, berdasarkan pernyataan pejabat Amerika
yang dikutip secara anonim di media AS.
13. 8 Februari 2022
Emmanuel Macron, Presiden Prancis, bertemu Putin untuk pembicaraan maraton di
Moskow dan mengatakan kepada wartawan bahwa Rusia tidak akan meningkatkan
krisis Ukraina. Namun, juru bicara, Kremlin Dmitry Peskov, membantah bahwa
Macron dan Putin mencapai kesepakatan untuk mengurangi eskalasi krisis. Peskov
mengatakan bahwa “Dalam situasi saat ini, Moskow dan Paris tidak dapat mencapai
kesepakatan apapun.”
14. 10 Februari 2022
Liz Truss, Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris dan Sergey Lavrov, Menlu Rusia
mengadakan pembicaraan tanpa hasil. Konferensi pers yang dingin, Lavrov
menggambarkan pertemuan itu sebagai ‘percakapan antara orang bisu dan tuli.’ Dia
menambahkan bahwa ‘fakta’ yang disajikan oleh timnya pada krisis ‘memantul’
rekan-rekan Inggris mereka. Truss, yang memperingatkan sanksi keras Barat jika
Ukraina diserang, menantang Lavrov tentang pernyataannya bahwa penumpukan
pasukan dan persenjataan Rusia tidak mengancam siapa pun.
15. 11 Februari 2022
Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Biden, mengatakan intelijen AS
menunjukkan invasi Rusia dapat dimulai dalam beberapa hari, sebelum Olimpiade
Beijing berakhir pada 20 Februari. Pentagon memerintahkan tambahan 3.000 tentara
AS untuk dikirim ke Polandia buat meyakinkan sekutu. Sementara itu, sejumlah
negara menyerukan warganya untuk meninggalkan Ukraina, dengan beberapa
peringatan bahwa evakuasi militer tidak akan dijamin bila terjadi perang.
16. 12 Februari 2022
Biden dan Putin mengadakan pembicaraan melalui konferensi video. Presiden AS
mengatakan invasi Rusia ke Ukraina akan menyebabkan ‘penderitaan manusia yang
meluas’ dan bahwa Barat berkomitmen pada diplomasi untuk mengakhiri krisis tetapi
‘sama siap untuk skenario lain.’ Putin mengeluh dalam seruan itu bahwa AS dan
NATO belum menanggapi secara memuaskan tuntutan Rusia agar Ukraina dilarang
bergabung dengan aliansi militer dan NATO menarik mundur pasukan dari Eropa
Timur.
Yuri Ushakov, ajudan utama kebijakan luar negeri Putin, mengatakan bahwa
sementara ketegangan telah meningkat selama berbulan-bulan, dalam beberapa hari
terakhir ‘situasinya telah dibawa ke titik absurditas.’ Dia mengatakan Biden
menyebutkan kemungkinan sanksi yang dapat dikenakan pada Rusia, tetapi “Masalah
ini bukan fokus selama percakapan yang cukup panjang dengan pemimpin Rusia.”

Perpindahan Penduduk Ukraina Saat Perang Russia – Ukraina 2022

Perang Rusia – Ukraina tahun 2022 warga sipil menjadi incara penyerangan tentara
Rusia. Banyak terjadi penjarahan, pembunuhan bahkan pemerkosaan pada warga sipil
Ukraina. dilansir dari data BBC, otoritas regional menyebutkan bukti penyerangan tentara
Rusia terhadap warga sipil yaitu penyerangan di Chernihiv terhadap mobil yang berusaha
melarikan diri dari Ukraina. Dalam peristiwa tersebut 25 warga sipil dan 6 anak- anak tewas.
(BBC, 2022) Tentara Rusia menargetkan serangan pada kebutuhan paling dasar bagi manusia
yaitu menghancurkan sarana pasokan air di Chernihiv. Dalam serangan tersebut satu pekerja
bersama keluarganya tewas, yang tinggal di pabrik setelah pemukimannya hancur karena
serangan Rusia.

Invasi Rusia yang ganas merusak fasilitas umum serta menyebabkan penderitaan pada
rakyat. Sehingga rakyat Ukraina mengungsi di negara terdekat seperti Uni Eropa. Uni Eropa
bahkan Uni Eropa telah bersepakat memberikan izin tiggal dan izin kerja kepada pengungsi
Ukraina. Berdasarkan laporan terbaru pada Januari 2022 pengungsi Ukraina di Uni Eropa
mencapai 500 ribu. Pengungsi mayoritas berasal dari anak- anak, Wanita, dan pria usia lanjut.
Komisioner urusan dalam negeri Uni Eropa memperkirakan pengungsi Ukraina mencapai
jutaan. Presiden komisi Eropa Ursula von der layen menyampaikan akan menerima
pengungsi Ukraina dengan tangan terbuka. PBB mempresiksi pengungsi Ukraina mencapai 4
hingga 7 juta. (BerndRiegert, 2022) Negara Uni Eropa yang menjadi tujuan pengungsian
terbesar Polandia dan Jerman.

Yunani atau Republic Hellenic ikut berperan dalam membantu rakyat Ukraina. Melalui
pernyataan Menteri migrasi dan suaka Yunani memutuskan untuk mengirimkan bus dan
pesawat ke Polandia untuk mengangkut pengungsi Ukraina dibawa menuju Yunani.
Keikutsertaan Yunani dalam menampung Pengungsi untuk menanggapi permohonan
Polandia ke Uni Eropa karena pengungsi mencapai 1,2 juta. Yunani memberi batasan untuk
menerima 30.000 pengungsi Ukraina. (Ukrinform, 2022) Apabila pengungsi melebihi kuota
yang telah ditetapkan maka Yunani akan mengajukan permohonan dana kepada Uni Eropa.
Batas waktu yang diberikan Yunani 12 bulan, pengungsi ditempatkan d wilayah warga
Ukraina yang dinggal di Yunani dari tahun-tahun sebelumnya.

Kasus Human Trafficking di Ukraina Tahun 2016-2020


Ukraina memiliki posisi geografis yang ideal, sehingga menjadi tempat yang cocok
untuk berkembangnya kejahatan perdagangan manusia. Ukraina sendiri tidak memiliki
perbatasan yang ditetapkan dengan Russia, Moldova atau Belarus, hal ini dikarenakan
demarkasi perbatasannya yang belum selesai. Fakta ini tercermin dalam aspek geografis dan
akar perdagangan manusia. Selain dari faktor geografis, pada umumnya masyarakat kurang
dalam menerima informasi mengenai hal tersebut dengan baik, mereka hanya mengetahui
konsep yang stereotip. Kebanyakan orang tidak mengetahui berbagai jenis dan bentuk
perdagangan manusia. Stereotip perdagangan seks perempuan hampir merupakan satu-
satunya gambaran yang dimiliki warga Ukraina ketika berbicara tentang kejahatan human
trafficking. Selain itu, banyak dari mereka mungkin berpikir bahwa kejahatan perdagangan
manusia tidak akan terjadi pada mereka, karena mereka berasumsi bahwa kebanyakan anak
muda dan orang tidak berpendidikanlah yang menjadi korban. Namun, pada tahun 2009, 54%
korban perdagangan manusia di Ukraina adalah orang-orang dengan pendidikan tinggi. Hal
ini membuktikan bahwa kejahatan tersebut tidak pandang bulu. Selain itu, banyak orang
secara keliru menganggap bahwa pedagang manusia tidak dapat berasal dari teman atau
kerabat terdekat, bahwa kejahatan perdagangan manusia hanya dilakukan di seluruh negara,
perbatasan, atau bahwa bekerja di negara tetangga jauh lebih aman daripada di tempat lain.
Secara keseluruhan, asumsi-asumsi ini menunjukkan kurangnya kesadaran dan pemahaman
tentang risiko menjadi korban perdagangan manusia.

Faktor lainnya adalah rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat di Ukraina terhadap


institusi pemerintah. Bahkan dengan banyaknya pekerjaan yang dilakukan organisasi swasta
(NGO) dan organisasi internasional (OI) di tingkat nasional untuk memerangi human
trafficking, hal itu masih belum cukup untuk meningkatkan tingkat kesadaran masyarakat
umum. Hal ini semakin diperparah dengan sulitnya mendapatkan informasi di media nasional
tentang kejahatan dan kriminal yang terkait dengan perdagangan manusia, skala masalahnya,
dan bagaimana cara korban dapat dibantu dari isu tersebut.

Menurut temuan beberapa organisasi swasta (NGO) dan kantor Ombudsman pada
tahun 2017, tingkat implementasi sistem pension New Hampsire (NHRS) masih rendah, yaitu
hanya sampai 25% dari tindakan yang direncanakan telah dilaksanakan. Namun perlu
diketahui bahwa dengan tidak adanya sistem indikator, data dasar, dan hasil terukur yang
jelas, maka wajar jika terdapat kurangnya konsistensi dalam penilaian kemajuan
implementasi yang dibuat oleh pemerintah dan publik. Misalnya, pada tahun 2018, menurut
Kementerian Kehakiman Ukraina, 46% dari langkah-langkah yang ditetapkan dalam Action
Plan telah dilaksanakan, sedangkan hasil pemantauan sipil hanya mencapai 29%. Perbedaan
penilaian tidak bisa hanya dijelaskan oleh sikap kritis dari masyarakat atau keinginan
Pemerintah Ukraina untuk menunjukkan hasil yang lebih baik. Perlu ditekankan bahwa hal
ini disebabkan oleh pendekatan yang berbeda untuk evaluasi dan pemahaman yang berbeda
tentang isi kegiatan yang relevan, yang dihasilkan dari kurangnya hasil dan indikator kinerja
yang dinyatakan dengan jelas. Namun walaupun begitu, Pemerintah Ukraina tetap
membutuhkan bantuan organisasi internasional dalam memaksimalkan implementasinya.

Populasi yang rentan menjadi korban perdagangan manusia di Ukraina merupakan


warga dari daerah rural di mana peluang ekonomi dan pekerjaan jauh lebih rendah daripada
di wilayah urban. Namun baru-baru ini, warga Ukraina dari daerah urban cenderung untuk
mencari pekerjaan di luar negeri dengan gaji yang lebih baik, sehingga meningkatkan
kerentanan terhadap perdagangan manusia. Data IOM menunjukkan perbandingan VoTs
(korban perdagangan manusia) dari wilayah rural dan urban, di mana 32% VoTs berasal dari
wilayah rural, dan 68% VoTs dari wilayah urban.

Standar hidup di Ukraina relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara Uni Eropa
atau negara-negara tetangga, seperti Polandia dan Rusia. Posisi geografis dan sosial ekonomi
negara membuatnya rentan sebagai negara asal, tujuan, dan transit perdagangan manusia.
Selain itu, kesenjangan yang semakin besar dalam standar kehidupan sosial di Ukraina
menambah risiko peningkatan perdagangan internal. Dengan demikian, dalam mengejar
kehidupan yang lebih baik, orang Ukraina menjadi rentan terhadap perdagangan manusia,
tidak hanya ke negara lain, tetapi juga menjadi korban perdagangan internal.

Tabel 1.1
Tipe-Tipe Eksploitasi VoTs dari dan ke Ukraina

Tipe-tipe Eksploitasi 2016 2017 2018 2019 2020


Pekerja Paksa 94% 91% 91.2% 93.3% 97%
Pekerja Seksual 4% 7% 7% 5.6% 2%
Mengemis 0.9% 1.3% 0.8% 0.7% 0%
Dan lain-lain 1.1% 0.7% 1% 0.4% 1%
Sumber: IOM, 2021

Menurut data IOM untuk periode 2004-2020, tren menunjukkan bahwa perdagangan
tenaga kerja meningkat di Ukraina. Perdagangan untuk eksploitasi seksual menempati urutan
kedua setelah perdagangan tenaga kerja. Beberapa ahli menjelaskan terdapat penurunan
eksploitasi seksual dengan meningkatnya tingkat kesadaran di kalangan masyarakat Ukraina,
terutama para wanita yang berisiko terkena kasus ini.

Angka persentase tahunan menunjukkan angka tinggi dalam perdagangan tenaga kerja
keluar Ukraina serta dalam perdagangan internal. Pada tahun 2020, 97% VoTs yang dibantu
oleh IOM di Ukraina merupakan korban yang diperdagangkan untuk tenaga kerja. Korban
perdagangan tenaga kerja biasanya dipaksa bekerja di bidang konstruksi, manufaktur,
pertanian, serta pekerjaan rumah tangga dan keperawatan. Adapun persentase bidang-bidang
pekerjaan VoTs Ukraina yakni, 55% di bidang konstruksi, 28% di bidang manufaktur, 11.5%
di bidang agrikultur, 4.5% di bidang jasa, dan 1% di bidang lainnya.

Bentuk lain dari kerja paksa di Ukraina adalah mengemis. Misalnya, setiap orang yang
mengunjungi Kyiv akan melihat pengemis (pria, wanita, dan anak-anak) di setiap sudut dekat
stasiun metro dan gereja. Bagi masyarakat Ukraina, mengemis tidak dilihat sebagai
perdagangan manusia. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam meningkatkan kesadaran umum
tentang kasus perdagangan manusia dan untuk mengidentifikasi orang yang kemungkinan
menjadi korban perdagangan manusia.
Tren Gender Vots di Ukraina 2016-2020
80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
2016 2017 2018 2019 2020

Laki-laki Perempuan
Sumber: IOM, 2021

Data diatas menunjukan bahwa korban terbanyak perdagangan manusia pada tahun
2016-2020 adalah laki-laki. Data ini menunjukkan tren yang berkembang menuju eksploitasi
kerja paksa (konstruksi, manufaktur, dan produksi), yang pada saat ini laki-laki merupakan
demografi yang rentan. Sebagian besar korban laki-laki direkrut dengan janji kerja, umumnya
melalui kontak pribadi. Tetapi terdapat pula yang melalui iklan, surat kabar, televisi, papan
reklame, dan Internet. Transportasi umumnya melalui darat, yaitu dengan kereta api, bus,
atau mobil yang kemungkinan karena kedekatan dan kemudahan perjalanan darat ke banyak
negara tujuan. Para korban ini dilaporkan melintasi perbatasan di titik masuk resmi.

Pada intinya, dalam perkembangannya banyak tren baru muncul, termasuk peningkatan
eksploitasi tenaga kerja dan perluasan kelompok yang rentan, dari perempuan muda (15-24)
menjadi perempuan dan laki-laki dari segala usia. Terdapat pula peningkatan perdagangan
anak dan warga negara asing. Tujuan geografis korban juga meluas. Peningkatan jumlah
korban dari segala usia dan jenis kelamin ini dapat dihubungkan pada meningkatnya
teknologi dan permintaan akan peluang sosial – ekonomi yang lebih baik bagi orang-orang
dari latar belakang kota dan pedesaan. Namun pada beberapa tahun ini, tantangan yang baru
muncul dengan adanya pengungsi internal (IDP) sebagai salah satu kelompok yang juga
rentan terhadap perdagangan manusia.

Dipicu oleh agresi Rusia, konflik di Ukraina Timur dan pendudukan Rusia atas Krimea
telah mengakibatkan lebih dari 1.446.881 orang menjadi IDP. Populasi ini sangat rentan
terhadap perdagangan manusia. Di wilayah timur Ukraina yang dikendalikan oleh pasukan
yang dipimpin Rusia, lapangan pekerjaan sangat terbatas dan "otoritas" proksi Rusia
membatasi bantuan kemanusiaan internasional yang ditujukan untuk membantu kebutuhan
rakyat sipil. Pengungsi atau rakyat sipil yang tinggal di wilayah yang dikuasai Rusia atau
dalam jarak 20 km dari garis kontak di Donbas dan penduduk Krimea menghadapi hambatan
yang signifikan dalam memperoleh atau memperbarui dokumen identifikasi mereka, hal ini
meningkatkan kerentanan mereka terhadap eksploitasi. Para penyelundup dilaporkan
menculik perempuan dan anak perempuan dari daerah konflik untuk perdagangan seks dan
tenaga kerja di Ukraina dan Rusia. Para penyelundup menargetkan IDP dan mempekerjakan
paksa beberapa orang Ukraina di wilayah yang tidak di bawah kendali Pemerintah Ukraina.
Hal ini seringkali melalui penculikan, penyiksaan, dan pemerasan. (Department United States
of America, 2021)

Menurut Group of Experts on Action Against Trafficking in Human Beings (GRETA),


Ukraina terus mengalami masalah politik, sosial, dan ekonomi menyusul dengan aneksasi
ilegal Krimea oleh Federasi Rusia dan konflik bersenjata yang sedang berlangsung di wilayah
Donetsk dan Luhans'k. Sejak 29 Desember 2015 hingga 12 Januari 2016, NGO La Strada -
Ukraina melakukan survei tentang risiko kejahatan perdagangan manusia di kalangan IDP di
16 wilayah Ukraina. Berdasarkan temuan survei, 72,1% responden mengetahui fenomena
human trafficking, sedangkan 31,6% tidak tahu institusi mana yang harus dihubungi jika
seseorang diperdagangkan. Selanjutnya, lembaga riset GfK Ukraina, dengan dukungan
Kantor IOM, melakukan survei populasi mengenai risiko migrasi tidak teratur dan
perdagangan manusia, yang mengungkapkan bahwa proporsi populasi yang berpotensi rentan
terhadap perdagangan manusia telah meningkat dari 14% menjadi 21%. Anak-anak tanpa
pengasuhan orang tua, khususnya anak-anak yang menjadi IDP, mengalami berbagai jenis
kesulitan dan mencari peluang untuk mendapatkan uang, yang meningkatkan kerentanan
mereka terhadap eksploitasi dan perdagangan manusia. (GRETA, 2018)

Mayoritas migran dari Ukraina yang berada di luar negeri dipekerjakan dalam
pekerjaan berketerampilan rendah. Bahkan gangguan kecil terhadap pendapatan mereka dapat
memiliki efek yang sangat buruk pada mereka dan keluarga mereka. Migran yang terlibat
dalam pekerjaan informal akan menghadapi bahaya pengangguran dan eksploitasi yang lebih
besar termasuk human trafficking. Dalam menghadapi beban ekonomi, seperti PHK,
beberapa migran harus kembali ke rumah dan mencari sumber pendapatan baru dalam
kondisi ekonomi domestik yang sama atau lebih buruk.
Peran International Organization for Migration (IOM) dalam kasus Human Trafficking

International Organization for Migration (IOM) berkontribusi untuk memajukan


migrasi bersifat manusiawi dan teratur, meningkatkan pemahaman terkait masalah migrasi,
membantu pemerintah dalam menjawab tantangan migrasi, mendorong pembangunan sosial
ekonomi melalui migrasi serta menjunjung tinggi martabat dan kesejahteraan migran
termasuk keluarga dan komunitas (Andayani, 2018). IOM memiliki tujuan untuk
mempromosikan migrasi yang tertib dan manusiawi dengan menguntungkan semua pihak
yang diwujudkan dengan cara memberikan layanan jasa dan nasihat kepada negara-negara
dan para imigran (Baihaqi, Salam, & Warganegara, 2021).

Imigrasi Internasional cukup sulit untuk dihentikan karena merupakan suatu fenomena
kompleks berdasaran sejarah manusia yang terjadi secara terus menerus dengan memiliki
suatu kaitan sosial dan ekonomi bagi antar negara atau daerah. Sehingga IOM membantu
pemerintah di berbagai negara dunia dalam mengembangkan dan menerapkan kebijakan,
perundangan dan mekanisme administratif migrasi baik melalui bantuan teknis dan pelatihan
pejabat pemerintahan atau dengan membantu para imigran yang membutuhkan (Andea,
2014).

IOM fokus pada empat masalah berkaitan dengan migrasi dan pembangunan, fasilitasi
migrasi, pengaturan migrasi dan penanganan migrasi paksa (Ratya, 2021). kegiatan ini untuk
memajukan hukum migrasi internasional baik itu kebijakan, perlindungan hak migran,
migrasi dan kesehatan serta perkembangan gender dalam migrasi (Andayani, 2018). IOM
secara aktif melawan perdagangan manusia sejak tahun 1997, dimana jika dihitung sudah
menjalankan sekitar 500 proyek di 85 negara. IOM sejak awal percaya bahwa perdagangan
manusia perlu ditangani melalui pendekatan berkaitan dengan konteks pengelolaan migrasi.
IOM membantu dalam memberikan pengarahan pembuatan kebijakan dan peraturan
mengenai perdagangan manusia.

Pemerintah Ukraina bersama dengan IOM saling bahu membahu dalam


mengidentifikasi dan memulangkan kembali warga negara baik warga negara Ukraina
maupun bukan untuk kembali ke negara asalnya dengan berbagai bantuan keimigrasian,
kesehatan maupun psikologis tanpa dipungut biaya . Pendekatan IOM berdasarkan pada tiga
prinsip utama yang mengatur tentang perdagangan manusia dalam institusi IOM yaitu
mematuhi hak asasi manusia; kesejahteraan fisik, mental dan sosial individua atau komunitas;
dan keberlanjutan melalui pembangunan kapasitas kelembagaan pemerintah dan sipil
masyarakat (Saragih & Islamiah, 2019).

Pada tahun 2001, Ukraina melamar sebagai anggota IOM dan diresmikan oleh
Parlemen Ukraina pada tahun 2002. Misi IOM di Ukraina adalah berjuang dalam menghadapi
tantangan perdagangan manusia, membantu pemerintah dalam meningkatkan sistem
manajemen migrasi dan menciptakan program kesehatan migran. Ukraina merupakan negara
asal, transit dan tujuan untuk perdagangan para pria, wanita dan anak-anak. menurut
penelitian yang dilakukan IOM, terdapat 160.000 rakyat Ukraina menjadi korban
perdagangan manusia sejak tahun 1991 sehingga membuat Ukraina menjadi negara dengan
salah satu “pemasok” terbesar dari kerja paksa di Eropa (Saragih & Islamiah, 2019).

Clive Archer menjelaskan tiga poin utama untuk memahami peran organisasi
internasional yaitu peran sebagai instrument, peran sebagai arena dan peran sebagai aktor
independen. Berikut peran IOM dalam kasus perdagangan manusia di Ukraina tahun 2016-
2020:

1. IOM sebagai Instrumen


Peran IOM sebagai instrumen ditempuh dalam melaksanakan IOM Ukraine
Counter-Trafficking Programme untuk memfasilitasi tujuan Pemerintah Ukraina.
Dalam program tersebut terdapat empat poin tindakan antara lain:
a. Pencegahan dan Advokasi
IOM bekerja sama dengan Kementerian Kebijakan Sosial Ukraina membuka
instralasi publik bernama DIMENSION3 sebuah kubus yang berisi informasi
terkait perdagangan manusia di Kyiv baik itu sifat perdagangan manusia, kisah
nyata para korban, nasihat pekerjaan aman, dan hotline khusus anti perdagangan
manusia. Kampanye Juni – Agustus 2016 diprakarsai oleh IOM dan Global
Affairs Canada menginformasikan penduduk dan tamu Odesa tentang pengemis
paksa serta mengajak keterlibatan penduduk untuk mengidentifikasi anak-anak
korban perdagangan manusia.
Pada Hari Anak Internasional 2017, IOM bersama Global Affairs Canada,
USAID dan NGO menyelenggarakan acara outdoor untuk anak-anak berjudul
Alley of Dreams. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anak tentang
perlindungan sosial terhadap hak anak. IOM membuka sekolah musim panas
remaja aktif dari oblast Donetsk dan Luhansk bernama Together to Success di
Pusat Pelatihan Pushcha Lisova tahun 2018. IOM menginformasikan kepada
remaja terkait migrasi yang aman, pencegahan perdagangan manusia, keragaman
dan toleransi, tanggung jawab sipil, gaya hidup sehat dan cara meningkatkan
keterampilan kepemimpinan dan komunikasi para remaja.
Bertepatan dengan Hari Dunia Menentang Perdagangan tanggal 30 Juli 2018,
IOM memasang labirin interaktif di Maidan Nezalezhnosti yang berjudul The
Maze of Risks and Opportunities. Tujuannya untuk mengembangkan sikap kritis
terhadap tawaran pekerjaan meragukan, melatih kemampuan pengunjung untuk
berpikir tenang dalam situasi tekanan emosional dan menguji pengetahuan
pengunjung terkait migrasi aman dan pekerjaan di luar negeri. Kampanye nasional
skala besar pada 2 Desember 2020 memuat rincian kontak Hotline Counter-
Trafficking and Migrant Advice 527 yang menyediakan saran gratis dan anonym
tentang migrasi dan pekerjaan yang aman. Peluncuran web
www.stoptrafficking.org telah diluncurkan sejak 2015 oleh IOM dan sampai saat
ini masih menjadi acuan untuk mendapatkan informasi terbaru terkait counter
trafficking.
b. Penuntutan dan Kriminalisasi
Diadakan pertemuan tahun 2016 membahas analisis kriminal dan sistem
analisis resiko sesuai dengan UE dengan harapan Departemen CT dapat
memperluas proyek tersebut ke seluruh sistem Polisi Kriminal Ukraina di masa
depan. Bulan November 2016 di Odesa, IOM mengadakan tiga pelatihan bagi
petugas polisi, penyidik, jaksa, hakim dan penjaga perbatasan serta perwakilan
NGO dan dinas sosial terkait pencarian solusi dalam identifikasi dan rujukan
VoTs.
Pada tahun 2017 terdapat pertemuan antara Kepala Misi IOM Ukraina dan
Kepala SBGs membahas pengelolaan perbatasan terpadu, penanggulangan
perdagangan manusia dan reformasi SBGs karena Ukraina merupakan negara
dengan 150 titik penyebrangan perbatasan internasional. IOM dan SBGs berkerja
sama untuk memperkuat sistem pertukaran informasi terkait Penjagaan Perbatasan
Negara dan layanan Migrasi Negara serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi
penyediaan layanan kepada warga Ukraina atau asing.
Pada tahun 2018, IOM mendorong penuntutan kejahatan perdagangan
manusia di Ukraina. IOM juga melibatkan ahli peradilan terkemuka untuk
membuat publikasi yang berjudul Analysis of Judicial Practice on the Application
of Ukrainian Legislation on Combating Trafficking in Human Beings. Publikasi
ini focus pada pembentukan lanjut terkait praktik Article 149 of the Criminal
Code of Ukraine yang berisi hukum tindak pidana kejahatan perdagangan
manusia.
Pada tahun 2020, sekitar 350 staff cyberpolice mendapat kesempatan untuk
meningkatkan oengetahuan mereka dalam kursus Modern Mechanisms to Counter
Cybercrime yang dikembangkan oleh IOM bersama Departemen Polisi Siber
Kepolisian Nasional Ukraina. Pelatihan berlangsung enam minggu dari 18 Mei –
30 Juni 2020 secara online, mereka juga berkesempatan berkomunikasi dengan
para professional yang mengawasi kursus.
Tahun 2019 Penegak Hukum Ukraina menyelidiki 297 pelanggaran dan tahun
2020 kasus menurun menjadi 203. IOM mengungkapkan adanya pandemi
membuat lengahnya deteksi penegak hukum dan membatasi upaya counter-
trafficking lintas batas sehingga ada penurunan kasus dan membatasi jumlah
penuntutan selama pelaporan. Pemerintah Ukraina mencapai keputusan akhir
sebanyak 25 dari 29 kasus di 2020 dibandingkan dengan 35 kasus dari 40 di tahun
2019.
Skala perdagangan manusia mungkin meningkat tetapi realitanya adalah
ketidakmampuan masyarakat untuk melaporkan kasus yang dicurigai ditambah
penegak hukum kesulitan dalam menyelidiki kasus perdagangan. Efek pandemi
memperlihatkan bahwa kemampuan penegak hukum dalam penyelidikan telah
berkurang sehingga berakibat langsung kepada korban untuk diidentifikasi dan
diselamatkan.
c. Perlindungan dan Reintegrasi
IOM bersama jaringan NGO dari Januari hingga Desember 2020 memberian
bantuan reintegrasi komprehensif kepada 18.200 VoTs sesuai dengan
kebutuhannya seperti konsultasi hukum, perawatan medis, konseling psikologis,
tempat penampungan, pelatihan kejuruan, program hibah kecil dan lainnya.
Adanya IOM Micro-Enterpise Development Programme dan IOM’s
Empowerment Programme yang mendirikan 500 usaha mikro dan menciptakan
lapangan pekerjaan baru. Sejak tahun 2002, IOM juga mengoperasikan Medical
Rehabilitation Centre secara gratis dan aman bagi VoTs terhitung hingga 2020
sudah lebih dari 3.900 VoTs. IOM’s memberikan para VoTs jalan untuk
mendapatkan reintegrasi dan perlindungan yang cukup. IOM percaya bahwa
Ukraina merupakan tempat bagi ratusan bisnis terbuka dan siap membuat
perubahan melalui tindakan memajukan kebaikan sosial.
d. Kemitraan
Misi IOM di Ukraina yaitu koordinasi kegiatan pecegahan dan peningkatan
kesadaran bersama Koalisi Penanggulangan Perdagangan Manusia dari 31 NGO.
IOM melakukan kerja sama dengan International Labour Organization (ILO),
Organization for Security and Cooperation in Europe (OSCE), World Health
Organization (WHO), UN Countey Team in Ukraine, United Nations Hight
Commissioner for Refugess (UNHCR) in Ukraine dan pemerintahan negara
anggota IOM seperti Australia, Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Norwegia,
Polandia dan sebagainya. Berikut beberapa proyek yang dikerjakan oleh IOM:
1) Pada September 2019 memulai proyek Esential Humanitarian Assistance and
Early Recovery Support to Vulnerable Returness, IDP and other Conflict-
Affected Communities in Eastern Ukraine yang didanai Biro Kependudukan,
Pengungsi, dan Departemen Migrasi Luar Negeri AS (PRM).
2) Pada April 2020 memulai proyek Contribution for Humanitarian Activities
included in IOM Global Strategic Preparedness and Response Plan
Coownavirus Disease 2019.
3) Pada Juni 2020 IOM mengimplementasikan proyek Winterization Support in
Conflict-Affected Communities of Donetsk and Luhansk Regions (NGCA)
didanai oleh ECHO.
4) Pada tahun 2020 meluncurkan proyek lima tahun yaitu Improving Living
Conditions of Internally Displaced Persons in Eastern Ukraine (Permana,
2021).
2. IOM sebagai Arena
IOM berperan sebagai forum, wadah atau arena untuk pertemuan antara negara-
negara anggota dalam membahas dan memajukan pemahaman terkait masalah
migrasi, mendorong pembangunan sosial dan ekonomi serta menjunjung tinggi
martabat dan kesejahteraan para migran. Berikut peran IOM sebagai Arena:
a. Diskusi Regional (Belarus, Maldova, Ukraina)
Konferensi dilakukan pada tanggal 26-27 Oktober 2016 di Kyiv untuk
mencitakan platform diskusi regional dan pertukaran praktik terbaik terhadap
perdagangan anak. Belarus, Maldova dan Ukraina membuat komitmen untuk
melawan perdagangan anak yang kemudian tercermin dalam Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan 2030. IOM membentuk forum International
Dialogue on Migration pada tahun 2001 sebagai basis untuk menyatukan semua
stakeholder migrasi di tingkat global. IDM menyediakan ruang untuk
menganalisis isu terkini dengan tema yang berbeda setiap tahun.
b. Understanding Migrant Vulnerabilities A Solution-based Approach Towards a
Global Compact that Reduces Vulnerabilities and Empowers Migrants (2017)
Forum ini dilaksanakan pada tanggal 18 – 19 Juni di Palais des Nations
Jenewa. Walaupun forum ini tidak berfokus pada isu perdagangan manusia,
tetapi banyak dilakukan diskusis berkaitan dengan kerentanan imigran gelap.
Partisipan juga banyak berbicara terkait perlunya menindaklanjuti penyelundup
dan perdagangan manusia seperti Myanmar, Argentina dan Swedia. Ada juga
wacana untuk menciptakan rute yang aman dan teratur untuk mengurangi
kerentanan para imigran dalam melakukan perjalanan berbahaya.
c. Inclusive and Innovative Partnerships for Effective Global Governance of
Migration (2018)
Forum ini dilasanaan tanggal 26 – 27 Maret dan berhasil meniptakan
inovasi Alliance 8.7 Initiative antara ILO, IOM dan badan PBB lainnya.
Masyarakat sipil dan pemerintah fokus pada isu pemberantasan kerja paksa,
perbudakan modern, perdagangan manusia dan mengakhiri segala bentuk
pekerja anak dengan target tahun 2025 (Permana, 2021).
3. IOM sebagai Aktor Independen
IOM dapat menjadi actor yang autonomus dengan membuat keputusan sendiri
tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar. IOM menjadi IGO terbesar
di dunia yang bekerja dalam bidang migrasi sehingga kapasitas dan kompetensi tidak
bisa diragukan. Berkut peran IOM sebagai aktor independen:
a. Konstitusi dan Legalitas IOM
Pemerintah Ukraina pada tanggal 12 Februari 218 menyelenggarakan
penandatanganan Nota Kesepahaman antara IOM dan Kementerian
Kebijaksanaan Sosial Ukraina. Doumen tersebut menetapkan tugas diantaranya
melawan perdagangan manusia, membantu IDPs, memberikan fasilitas migrasi
tenaga kerja yang aman dan teratur, mendukung reintegrasi warga Ukraina,
promosi keragaman budaya dan integrase migran.
b. IOM Ukraine Crisis Response Plan``
Merupakan rencana IOM dalam membantu IDPs dan penduduk yang
terkena dampak konflik. Data IOM menunjukkan pada tahun 2017, sekitar 90%
dari mereka diperdagangkan dan dieksploitasi pada periode konflik dan krisis.
Survei NMS yang terbit Agustus 2018 menunjukkan bahwa sekitar 8% rumah
tangga pengungsi melaporkan setidaknya satu situasi penipuan majikan atau
kerja paksa. Sehingga IOM berusaha memberikan perhatian khusus kepada
mereka yang tinggal dekat jalur kontak dan memastikan akses korban ke
rehabilitasi dan bantuan integrasi (Permana, 2021).
c. Kemampuan Identifikasi VoTs

Jumlah VoTs Terindikasi Tahun 2016-2018

2018

2017

2016

0 50 100 150 200 250

Sumber: (IOM, 2019)

IOM sedikit kesulitan untuk menentukan apakah kenaikan VoTs


merupakan tanda meningkatnya kejahatan perdagangan manusia. Namun
peningkatan korban terindikasi juga dapat diartikan positif karena semakin
banyak terindikasi maka semakin banyak pula VoTs yang mendapatkan
rehabilitasi dan bantuan integrase dari IOM. (Permana, 2021)

Referensi
Andayani, F. (2018). Peran International Organization For Migration (IOM) Dalam
Melindungi Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia Tahun 2013-2015. JOM FISIP Vol.
04 No. 02.

Andea, R. E. (2014). Peranan International Organization For Migration Dalam Menangani


Imigran Ilegal Asal Timur-Tengah Di Indonesia. e-journal.uajy.
Baihaqi, A. I., Salam, S. P., & Warganegara, H. F. (2021). Pentingnya Kerjasama Antara
Pemerintah Indonesia Dengan International Organization Of Migration (IOM).
Intelektiva: Jurnal Ekonomi, Sosial dan Humaniora Vol. 02 No.10.

BBC. (2022). Perang Ukraina: Apakah Rusia Sengaja Mengincar Warga Sipil. Chernihiv:
bbc.com/Indonesia. Retrieved from http://www.bbc.com/indonesia/dunia-61065688

BerndRiegert. (2022). Uni Eropa Buka Pintu untuk Semua Pengungsi Perang dari Ukraina.
Uni Eropa: dw.com. Retrieved April Selasa, 2022, from https://p.dw.com/p/47lWk

Department United States of America. (2021). 2021 Trafficking in Persons Report: Ukraine.
Ukraine: Departement Unites States of America. Retrieved from 2021 Trafficking in
Persons Report:
https://www.state.gov/reports/2021-trafficking-in-persons-report/ukraine/

GRETA. (2018). Report Concerning the Implementation of the Council of Europe


Convention on Action against Trafficking in Human Beings bt Ukraine. France:
Council of Europe. Retrieved from
https://rm.coe.int/greta-2018-20-fgr-ukr-en/16808f0b82

IOM. (2019). Goverment of Ukraine Response to Human Trafficking. Retrieved April 26,
2022, from https://bsr-trm.com/wp-content/uploads/2019/10/Response-to-Human-
Trafficking-Chart.pdf

Permana, A. R. (2021). Peran International Organization For Migration (IOM) Dalam


Menangai Perdagangan Manusia Di Ukraina Tahun 2016-2020. Retrieved from
https://eprints.upnyk.ac.id

Saragih, H. M., & Islamiah, S. N. (2019). Kebijakan Penanganan Kasus Humam Trafficking
Di Ukraina Melalui Peran International Organization For Migration. Jurnal
Paradigma Vol. 8 No. 1.

Ukrinform. (2022). Greece to take some Ukrainian refugees from Poland. Ukrinform.
Retrieved from https://www.ukrinform.net/

Anda mungkin juga menyukai