Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PAPER

" KONFLIK PERANG RUSIA DAN UKRAINA SOLUSI DAN

PENYELESAIAN KONFLIK"

Disusun untuk memenuhi tugas EKT 2

Mata Kuliah : Pendikan Pancasila

Dosen Pengampu : H. TB. YUDI MUHTADI, S.Sos.,M.Si.

Disusun Oleh :

VINA ASHARI PURWANDANI 2201010046

PROGAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH-YUSUF TANGERANG

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rusia merupakan negara pewaris kekuatan dari Uni Soviet dan disebut-sebut sebagai
negara penyeimbang Amerika ini, semakin memperlihatkan pengaruhnya terhadap Negara
dikawasan Eropa Timur. Negara yang memiliki sumber energi yang cukup menjanjikan ini
memang memiliki eksistensi dalam tatanan politik Internasional dan mulai menegaskan
posisi pentingnya terhadap Negara-Negara lain. Rusia kini menggunakan Militer sebagai
instrumen politik baru dalam upaya mengembalikan pengaruhnya yang selama ini sempat
menghilang.

Russia dan Ukraina memang memiliki catatan sejarah yang cukup panjang terlebih kedua
negara yang terletak di kawasan Eropa Timur ini bisa dikatakan sama-sama saling
membutuhkan.kedua Negara tersebut memiliki hubungan yang memang secara kondisi
demografi di Ukraina sendiri memang didominasi keturunan Rusia.

Akhir-akhir ini dalam situasi di Ukraina memanas, Saat ini konflik antara Rusia dan Ukraina
terus meningkat dan menyita perhatian banyak Negara di dunia termasuk Indonesia. Puncak
konflik tersebut ditandai dengan adanya operasi militer khusus di wilayah Ukraina yang
diperintahkan oleh Presiden Rusia. Dengan adanya konflik antara dua Negara ini dapat
menyebabkan kerugian dan dampak negatif bagi negara lain dalam berbagai bidang baik
perekonomian dan perdagangan. Karena itulah diperlukan upaya untuk mendamaikan
konflik tersebut. Tulisan ini menganalisis bagaimana upaya dan peran yang dilakukan oleh
Negara-Negara di dunia khususnya Indonesia untuk mendamaikan dan meredakan gencatan
senjata antara Rusia dan Ukraina.

Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina dipicu karena permasalahan Internal yang
terjadi pada pemerintahan di Ukraina.Permasalahan yang terjadi didalam pemerintahan
Ukraina ini berakar pada persaingan antara dua kubu yang mempengaruhi jalanya
pemerintahan dan kebijakan politik luar negeri di Ukraina.Orientasi luar negri Ukraina pun
bercabang kepada dua yakni pihak parlementer Ukraina yang pro terhadap kepetingan
barat yakni Uni Eropa dan Amerika, sedangkan Pemerintahan Ukraina yang dipimpin oleh
Viktor Yanukovch memilih sejalan dengan kepentingan Rusia.Pebedaan pandangan inilah
yang kemudian menimbulkan ketidakstabilan politik didalam pemerintahan Ukraina.
Ukraina sendiri telah menjadi sebuah objek kepentingan dan keberadaanya berpengaruh
bagi Russia. Adanya kepentingan dari Negara lain yang turut memberikan pengaruhnya,

1
menjadikan Ukraina sebagai Negara yang diuntungkan terhadap kepetingan-kepentingan
Negara lain.

Konflik yang terjadi pada pemerintahan Ukraina ini semakin memburuk ketika Presiden
Viktor Yanukovych yang secara mengejutkan membatalkan kontrak perjainjian European
Association Agreement yang kemudiaan menimbulkan kerusuhan dan penolakan dari warga
Ukraina yang Pro terhadap barat. Hal ini menyebabkan Presiden dukungan Rusia di Ukraina
itu Viktor Yanukovych dipaksa mundur dari jabatanya oleh rakyat Ukraina karena memilih
merapat ke Rusia dari pada ke Uni Eropa dalam resolusi di kiev.

Ketegangan hubungan Rusia-Ukraina sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 2014.


Saat itu, rakyat Ukraina yang lebih merdeka menggulingkan Presiden pro-Rusia Viktor
Yanukovych. Demonstrasi pro-Uni Eropa terjadi setelah kebijakan Viktor yang
mengutamakan hubungan dagang dengan Rusia ditolak. Dengan jatuhnya Victor, konflik di
dalam pemerintahan Ukraina telah terpecah menjadi dua faksi yaitu pro-Uni Eropa dan pro-
Rusia. Pro-Rusia berasal dari masyarakat dan politisi Krimea. Sayangnya, minat Rusia untuk
menyelesaikan perang saudara di Ukraina telah berubah menjadi upaya untuk
mengeksploitasi Rusia untuk memperoleh wilayah Krimea. Letak Krimea yang strategis
rupanya dimanfaatkan Rusia untuk meningkatkan pengaruhnya di kawasan Eropa Timur dan
Tengah. Pada akhirnya, ketika krisis Krimea berakhir pada 16 Maret 2014, dengan bersekutu
dengan Rusia dan memisahkan diri dari Ukraina, parlemen Krimea mengadakan
referendum.

Setelah krisis Krimea, pasang surut hubungan Rusia-Ukraina berlanjut hingga Februari
2022. Krisis dimulai ketika NATO menargetkan Ukraina dan mencoba memperluas
keanggotaannya ke Eropa Timur. Hal ini dinilai oleh Rusia menjadi ancaman serta
pelanggaran, dan sebagai akibatnya, Presiden Putin tidak membiarkan Ukraina lepas begitu
saja. Hal tersebut adalah sesuatu yang wajar bagi seorang presiden Rusia yang tidak
merelakan 'saudara seperjuangannya' melepaskan diri. Oleh karena itu, Rusia membantah
tuduhan dari Barat bahwa negaranya berencana menginvasi Ukraina dan beranggapan
tuduhan tersebut hanya upaya provokasi demi meningkatkan ketegangan. Namun
sayangnya, tindakan Rusia ini sudah membawa dampak bagi negara pendiri NATO.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang
timbul dalam penelitian ini dirumuskan oleh penulis sebagai berikut :

1. Dampak Perang Rusia-Ukrania dalam Kontek Ekonomi dan Hak Asasi Manusia
2. Dampak Perang Rusia-Ukrania bagi Indonesia
3. Peranan Indonesia dalam mengatasi Konplik Rusia-Ukrania
4. Strategi apa yang harus dilakukan untuk Menyelesaikan Konplik Perang Rusia -
Ukrania Dan

2
Organisasi Internasional serta Negara Mana saja yang harus dilibatkan dan apa
Peranannya.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun, tujuan dari paper ini adalah untuk mengetahui konflik yang terjadi pada
perang rusia dengan ukraina yang mengakibatkan berbagai dampak dalam kehidupan
sehari hari.

BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 Dampak Perang Rusia-Ukraina dalam Konteks Ekonomi dan Hak Asasi
Manusia

Perang antara Rusia dan Ukraina memiliki implikasi yang sangat serius bagi pasar global.
Rusia adalah produsen dan pengekspor minyak terbesar ketiga di dunia, pengekspor gas alam
terbesar kedua, dan pengekspor batu bara terbesar ketiga. Selain itu, Ukraina sama
pentingnya dalam memenuhi pasar global sebagai pengekspor minyak bunga matahari
terbesar, pengekspor jagung terbesar keempat dan pengekspor gandum terbesar kelima.
Kedua negara ini merupakan pemasok yang sangat penting bagi negara-negara defisit seperti
Asia Tenggara dimana lebih dari 37 persen impor migas ke Asia Tenggara. Secara absolut
perang yang terjadi mengakibatkan kenaikan harga minyak dunia yang berimbas pada Asia
Tenggara.

Secara absolut perang yang terjadi mengakibatkan kenaikan harga minyak dunia yang
berimbas pada Asia Tenggara tetapi, perang ini juga tentunya berdampak pada sektor
ekonomi dan tentunya konflik tersebut berujung pada restrukturisasi perdagangan
internasional dan negara-negara yang memiliki hubungan dengan Rusia dan Ukraina akan
memberikan pengaruh yang besar terhadap kepentingan nasional negaranya. Asia Tenggara
juga merasakan efek langsung dari perang seperti gangguan rantai pasokan global dan
kenaikan harga energi dan pangan. Disamping itu, juga terjadi kenaikan harga BBM di
beberapa negara. Hal ini membuat dampak perang antara Rusia dan Ukraina mendapat
pengaruh yang besar dari berbagai sektor sehingga menyebabkan terjadinya restrukturisasi
ekonomi global.

Rusia menduduki peringkat kedelapan di antara mitra dagang utama ASEAN, dengan total
perdagangan bilateral hanya 0,66% dari total omset perdagangan ASEAN. Perang yang terjadi
antara Rusia dan Ukraina tentunya berdampak pada sektor ekonomi dan tentunya konflik

3
tersebut berujung pada restrukturisasi perdagangan internasional dan negara-negara yang
memiliki hubungan dengan Rusia dan Ukraina akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap kepentingan nasional negaranya. Asia Tenggara merasakan efek langsung dari
perang seperti gangguan rantai pasokan global dan kenaikan harga energi dan pangan. Selain
itu, kenaikan harga BBM di beberapa negara. Hal ini membuat dampak perang antara Rusia
dan Ukraina mendapat pengaruh yang besar dari berbagai sektor sehingga menyebabkan
terjadinya restrukturisasi ekonomi global.

Kemudian, dalam dampak perekonomian juga terdapat dampak lain dari perangnya rusia
dan ukraina yaitu adanya pelanggaran Berat HAM terhadap invasi Rusia ke Ukraina. Dimana,
terdapat pada kasus pelanggaran HAM berat yang dilakukan terhadap Penduduk sipil Ukraina
tepatnya di Kota Bucha, serangan bersenjata Rusia yang sangat parah menyebabkan banyak
mayat penduduk sipil bergelimpangan. Tidak hanya itu, tentara Rusia juga dituduh melakukan
pemerkosaan terhadap penduduk sipil. Dalam pidatonya pada Dewan Keamanan PBB,
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pasukan Rusia juga melakukan tindakan
semena-mena seperti menembak warga sipil di jalan. Apalagi, mereka melempar warga-
warga tersebut kedalam sumur dan melindas menggunakan tank. Dari kasus tersebut akan di
umumkan Sesuai dengan hasil voting dalam Resolusi Majelis Umum PBB memutuskan untuk
mengeluarkan Rusia dari Dewan HAM PBB hasil voting menunjukkan sebanyak 93 negara
mendukung, 24 negara menolak, dan negara yang memilih untuk abstain sebanyak 58.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Pengaturan terhadap tindak invasi Rusia ke
Ukraina serta bentuk pertanggung jawaban dan sanksi pelanggaran HAM bagi Rusia karena
telah melakukan pelanggaran HAM saat melakukan invasi terhadap Ukraina. Penelitian ini
bersumber dari pemantauan pelanggaran pelanggaran oleh PBB dan tim di lapangan
terhadap invasi Rusia ke Ukraina, kemudian menuntut Rusia menghentikan kekuatannya
terhadap Ukraina segera dan sepenuhnya. Kasus ini adalah letak keterbatasan Hukum
Internasional, kepatuhan negara-negara yang terlibat konflik untuk mematuhi aturan dan
ketentuan Hukum Internasional tersebut.

Tindakan invasi Rusia ke Ukraina memberi dampak yang besar bagi para diplomat Rusia di
negara lain dan juga terdapat Tindakan pengusiran sejumlah diplomat Rusia yang dilakukan
oleh beberapa negara Uni Eropa. Lebih dari empat puluh diplomat dianggap sebagai persona
non grata dan 43 staf kedutaan Rusia dipulangkan. Pengusiran ini juga terus merambat ke
beberapa negara seperti Finlandia, Italia, dan Denmark. Keputusan pengusiran ini dianggap
sebagai bentuk pertahanan keamanan. Hal ini terjadi karena komunitas internasional
menganggap bahwa Rusia telah melakukan operasi militer ilegal yang tidak sesuai dengan
perilaku diplomatik dan hukum internasional.

2.2 Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Indonesia


Perang Rusia-Ukraina memiliki dampak yang besar kepada Indonesia mulai dari
kenaikan harga makanan, minyak mentah pupuk, hingga hilangnya potensi ekspor. Jarak
Ukraina, Rusia, dan Indonesia terpisah sekitar 9.500 km lebih. Namun, perang yang
melibatkan kedua negara tersebut mulai berimbas kepada jutaan rakyat Indonesia. Tidak
hanya pembuat roti di Jakarta, imbas perang Rusia-Ukraina juga dirasakan petani di
pelosok karena harga pupuk yang terancam meningkat tajam. Bahkan, dari Kepala

4
ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan Indonesia secara umum
diuntungkan dari kenaikan harga komoditas sebagai dampak meletusnya perang Rusia-
Ukraina. Pasalnya, Indonesia adalah salah satu negara yang terkena dampak cukup besar.
Berikut adalah beberapa dampak konflik Rusia dan Ukraina terhadap Indonesia yaitu
sebagai berikut :
1. Dampak Terhadap Perdagangan
Dampak pertama yang dirasakan oleh Indonesia berasal dari sektor perdagangan.
Kinerja perdagangan Indonesia yang terganggu akibat adanya konflik Rusia dan
Ukraina tersebut mengakibatkan menurunnya ekspor nonmigas Indonesia dan
menghambat impor gandum dan memiliki potensi menaikkan harga bahan pangan.
Sebenarnya, porsi perdagangan Indonesia dengan kedua negara tersebut tidak terlalu
besar jumlahnya. Namun, komoditas perdagangan terhadap dua negara tersebut
cukup penting bagi Indonesia, seperti contohnya adalah minyak kelapa sawit (CPO)
dan juga produk turunannya.

2. Dampak Terhadap Harga Komoditas


Dampak yang selanjutnya datang dari harga komoditas di Indonesia. Perang antara
Rusia dan Ukraina memberikan dampak terhadap kenaikan harga energi secara
global. Indonesia sebagai negara eksportir batu bara termal terbesar di dunia,
kenaikan harga dari batu bara tentu akan meningkatkan nilai ekspor Indonesia.
Namun, di sisi lain Indonesia dirugikan saat harga minyak naik, karena Indonesia
sendiri merupakan net importir minyak mentah. Selain berpengaruh terhadap beban
subsidi Pemerintah, kenaikan harga minyak juga memengaruhi ke sektor transportasi
dan industri yang memakai BBM non-subsidi.

2.3 Peranan Indonesia dalam mengatasi Konplik Rusia-Ukrania


Sebagai sebuah negara yang menjunjung tinggi prinsip bebas aktif dalam hubungan luar
negeri, Indonesia juga menegaskan konsistensinya dengan prinsip tersebut dalam krisis
ukraina.

Hal itu ditegaskan oleh Direktur Eropa II Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
(Kemlu RI) dalam diskusi terkait konflik Rusia-Ukraina, ia menegaskan bahwa bebas aktif
yang dimaksud bukan berarti netral aktif, tetapi juga memberikan kontribusi, baik dalam
bentuk pemikiran maupun bantuan terhadap penyelesaian konflik.

Prinsip bebas aktif yang dijunjung Indonesia tidak identik dengan sikap netral, melainkan
bebas bersikap sesuai dengan kepentingan nasional. Selain itu, sikap Indonesia itu juga
bukan sekedar mengikuti negara lain melainkan upaya menyuarakan pentingnya
penghormatan terhadap norma hukum internasional. Indonesia juga menilai bahwa
langkah terbaik terhadap situasi di Ukraina saat ini adalah dengan deeskalasi sehingga
proses perundingan dapat berjalan lebih efektif dan memungkinkan dibukanya jalur
kemanusiaan.

Direktur utama LKBN antara Meidyatama Suryodiningrat menilai Indonesia bisa


mengambil peran dan kontribusi agar konflik tidak semakin memanas. Indonesia bisa
memberikan bantuan kemanusiaan terhadap potensi tragedi kemanusiaan dalam konflik

5
tersebut. Indonesia juga perlu mendorong dibukanya zona pengungsi untuk menampung
lebih banyak warga sipil yang terpaksa mengungsi akibat konflik.

2.4 Strategi yang dilakukan untuk Menyelesaikan Konflik Perang Rusia Ukrania
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah menyerukan bahwa diplomasi serta dialog
adalah cara terbaik dalam menyelesaikan konflik. Seperti yang tercantum dalam pasal 2
ayat 3 piagam PBB Semua Negara anggota harus menyelesaikan Persengketaan
Internasonal mereka secara damai, sedemikian rupa sehingga perdamaian dan keamanan
internasional serta keadilan tidak membahayakan. Berikut ini upaya-upaya penyelesaian
Konflik Perang Rusia-Ukrania, antara lain :
1. Pertama negosiasi, Negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa yang paling mendasar
dan paling tua yang pernah digunakan di dunia. Penyelesaian konflik menggunakan
metode Negosiasi ini dilaksanakan melalui perundingan dan kesepakatan kedua belah
pihak yang berkonflik.

2. Kedua Good Offices, Good Offices atau Jasa-jasa Baik Adalah cara penyelesaian
sengketa dengan bantuan pihak ketiga yang bertujuan untuk memfasilitasi pertemuan
pihak-pihak yang berkonflik untuk dapat bertemu, duduk Bersama dan bernegoasiasi
dengan tujuan menyelesaikan konflik. Salah satu negara yang bersedia memfasilitasi
pertemuan kedua negara tersebut adalah Turki.

3. Ketiga melalui organisasi internasional, Dewan Keamanan PBB telah melakukan


pemungutan suara dalam sidang darurat majelis umum PBB yang berlangsung pada
tunggal 2 Maret 2022 untuk mengesahkan Draft Resolusi yang mengutuk serangan
Militer Rusia terhadap Ukraina dan meminta Rusia menghentikan aksi militer serta
menarik tentarny dari Ukraina.

Selain itu cara lainnya adalah Menyerahkan kepada Badan-badan (organisasi) dan
pengaturan Regional, dan Cara-cara damai lainnya atas pilihan pihak yang bersengketa.
Hal ini penting dilakukan untuk mencegah terjadinya babak baru “Perang Dingin” yang
dapat berlangsung antara Rusia dan AS bahkan tidak menutup kemungkinan tejadinya
perang dunia ke III. Jika perang terjadi tentunya mengancam keselamatan banyak orang
dan dampaknya sangat luas, tidak saja di Eropa Timur bahkan bisa menyebar ke seluruh
dunia. Dari sekian banyak alternatif penyelesaian konflik yang ditawarkan dalam upaya-
upaya penyelesaian Konflik secara damai tersebut penulis menganggap setidaknya ada 4
alternatif yang bisa digunakan untuk mengakiri konflik ini. Yang pertama negosiasi,
Negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa yang paling mendasar dan paling tua yang
pernah digunakan di dunia.

Penyelesaian konflik menggunakan metode Negosiasi ini dilaksanakan melalui


perundingan dan kesepakatan kedua belah pihak yang berkonflik. Jalan penyelesaian
konflik melalui Negosiasi ini sangat terbuka lebar saat ini karena presiden Ukraina
Vlodomyr Zelensky dilansir dari Tass mengatakan siap melakukan hal apapun demi
menyelesaikan konflik ini dengan cara-cara damai yaitu melakukan negosiasi (Mikrefin,
2022). Presiden Ukraina juga menyatakan untuk tidak bergabung dengan NATO dalam
waktu dekat. Ukraina juga telah menyatakan untuk aliansi mereka tidak akan terlibat
dalam konflik ini, setidaknya yang penulis lihat disini aliansi Ukraina tidak akan terlibat

6
secara langsung karena Aliansi Ukraiana mengganggap hal itu hanya berdampak terhadap
meluasnya yang sekarang beberapa pakar sepakat sebagai perang dingin jilid II akan
menjadi perang dunia ketiga. Sehingga aliansi Ukraina tidak ingin melakukan konfrontasi
dengan Rusia.

Yang kedua Good Offices, Good Offices atau Jasa-jasa Baik Adalah cara penyelesaian
sengketa dengan bantuan pihak ketiga yang bertujuan untuk memfasilitasi pertemuan
pihak-pihak yang berkonflik untuk dapat bertemu, duduk Bersama dan bernegoasiasi
dengan tujuan menyelesaikan konflik. Salah satu negara yang bersedia memfasilitasi
pertemuan kedua negara tersebut adalah Turki. Turki menawarkan dirinya menjadi
tempat bagi pertemuan pihak rusia dan ukraina pada hari kamis tanggal 10 maret 2022.
Good Offices yang dilakukan oleh turki tersebut dapat dilakukan sebagai tindak lanjut dari
Resolusi yang dikeluarkan oleh majelis Umum PBB, dimana suatu negara dapat
menawarkan perannya untuk menjadi mediator tanpa bermaksud melakukan intervensi
dari pihak yang berkonflik sebagaimana dimandatkan pada pasal 33 ayat 1 dan pasal 35
ayat 1 Piagam PBB.

Pertemuan Trilateral yang dilaksanakan di Turki dinilai menjadi cara yang tepat untuk
dipilih oleh kedua negara mengingat kedua negara memiiliki hubungan baik dengan Turki.
Ukraina memiliki Yang ketiga melalui organisasi internasional, Dewan Keamanan PBB telah
melakukan pemungutan suara dalam sidang darurat majelis umum PBB yang berlangsung
pada tunggal 2 Maret 2022 untuk mengesahkan Draft Resolusi yang mengutuk serangan
Militer Rusia terhadap Ukraina dan meminta Rusia menghentikan aksi militer serta
menarik tentarny dari Ukraina. Dari 193 anggota yang mempunyai hak suara terdapat 141
negra termasuk Indonesia yang mendukung resolusi tersebut. Mekanisme ini dilakukan
karena sesuai dengan piagam PBB. Tampaknya Dewan Keamanan PBB tidak bisa
memberikan hasil maksimal dalam sidang PBB karena Rusia adalah salah satu permanent
Members sehingga seluruh negara tidak bisa membuat draft resolusi yang benar-benar
kuat untuk menghentikan konflik ini. Karena Rusia sebagai pihak yang berkonflik
mempunyai hak Veto dalam general assembly yang diadakan di new York.

Yang keempat adalah Mediasi, Mediasi adalah upaya penyelesaian sengketa melalui
pihak ketiga yang disebut mediator. Dapat berupa negara, organiasi internasional, atau
individu netral yang memiliki kapasitas untuk mendamaikan para pihak dengan
memberikan saran penyelesasian sengketa.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan semakin berkembangnya zaman dari hari ke hari mempengaruhi ke berbagai


aspek dimensi, khususnya dalam isu hubungan internasional. Kini, perang tidak hanya dalam
bentuk perang konvensional yang menggunakan kekuatan militer seperti pada era Perang
Dunia I dan II. Dengan munculnya strategi hybrid war, yang sudah digunakan oleh Rusia
pada negara Ukraina menjadi bukti bahwa kini sudah ada metode perang dengan generasi
baru. Dimana tidak hanya menggunakan kekuatan militer saja, tetapi menggunakan
berbagai instrumet yang ada seperti psikologis, cyber, ekonomi. Penggunaan startegi
tersebut oleh Rusia mengejutkan dunia internasional, dimana Rusia dapat menganeksasi
Krimea yang terletak di Ukraina.

Ukraina sudah mencoba berbagai upaya untuk mengatasi konflik yang terjadi, dari
melakukan pertemuan dengan Rusia, mengirimkan pasukan militer, melakukan gencatan
senjat, meminta bantuan dari organisasi internasional. Rusia akan tetap memiliki pengaruh
yang kuat dan melihat Rusia berhasil mengambil wilayah Krimea memungkinkan adanya
konflik yang akan terjadi di masa yang akan mendatang dan Ukraina perlu melalukan
perubahan dan berbagai upaya untuk mencegah hal tersebut terjadi dikemudian hari.

Setelah bubarnya Uni Soviet, muncul negara – negara baru, salah satunya adalah Rusia
sebagai negara terbesar peninggalan Uni Soviet yang memiliki power yang cukup kuat.
Melihat hal tersebut, Rusia ingin eksistensi dan pengaruhnya tetap ada di negara – negara
bekas Uni Sovet. Salah satunya adalah Ukraina. Ukraina dan Rusia memiliki latar belakang
sejarah yang sama, dimana dulu merupakan satu kesatuan dari Uni Soviet. Ukraina sebagai
negara yang memiliki sumber daya yang kuat dan ikatan sejarah yang cukup erat dengan
Rusia menjadikan Ukraina negara yang dimana Rusia memiliki kepentingan nasionalnya.
Bukan hanya itu saja, melihat bahwa Ukraina akan menjadi keanggotaan dari NATO dan Uni
Eropa membuat posisi Rusia terancam. Hal tersebut dinayatakan dari ancaman Rusia
terhadap Ukraina, apabila Ukraina ingin masuk dalam keanggotaan NATO dan Uni Eropa,
yang dimana pengaruh barat akan menjadi lebih besar dan kuat di Ukraina dibangingkan
dengan pengaruh Rusia. Ketika Yanukovych membatalkan penandatangannan perjanjian
dengan Uni Eropa akibat dari pengaruh Rusia dan memilih untuk menandatangani
kesepakatan dengan Rusia, dimana Rusia memberikan dana bantuan kepada Ukraina
menimbulkan kemarahan masyarakat. Dimana masyarakat yang ingin Ukraina lebih
terintegrasi dengan Rusia kecewa dan melakukan demonstrasi di Kiev pada tahun 2014.

8
3.2 Saran

Melihat konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina dimana Rusia berhasil melakukan
strategi hybrid war dan melakukan anekasi Krimea menjadi suatu kejutan tersendiri bagi
dunia internasional. Strategi hybrid war yang digunakan Rusia di Ukraina berhasil untuk
mencapai kepentingan nasional Rusia itu sendiri. Kini, sudah munculnya metode perang
yang menggabungkan kekuatan konvensional dan nonkonvensional memungkinkan menjadi
suatu metode perang yang digunakan dimasa yang akan mendatang oleh berbagai negara.
Dalam menyikapi hal tersebut, setiap negara perlu mempersiapkan diri dalam segala aspek
baik itu dari aspek ekonomi, teknologi, politik, ataupun masyarakatnya sendiri. Setiap kasus
atau konflik yang terjadi diinternal suatu negara bisa menjadi celah untuk negara lain untuk
membuat konflik yang lebih besar lagi. Kini, metode perang hibrida bisa terjadi dari segala
aspek yang ada tidak terfokus kepada kekuatan militer saja.

Ukraina perlu meningkatkan kekuatan militernya, tidak hanya itu saja Ukraina juga perlu
untuk menginkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahannya karena
ketidakpercayaan masyarakat dapat menyebabkan mudah goyahnya negara Ukraina itu
sendiri. Dengan serangan cyber yang ada, perlu meningkatkan keamanan dari situs dan
informasi pemerintahan yang sangat vital. Paara pemimpin pun perlu untuk memiliki
kecintaan terhadap negarnya yang tidak terlalu memihak kepada suatu negara yang
menyebabkan dikontrolnya setiap keputusan oleh negara lain sehingga kepentingan
nasional negara lain tercapai. Perlunya untuk meningkatkan segala keamanan dan kekuatan
dari segala aspek, sehingga suatu negara tidak akan mudah goyah dan tidak mudah terjadi
konflik yang bisa menyebabkan kekacauan dan kerugian yang cukup besar.

9
DAFTAR PUSTAKA

Masyita Crystallin. (2022). Dua Sisi Dampak Ekonomi dari Perang


RusiaUkraina

Pujiyanti, A. (2014). Posisi Rusia dan Perkembangan Krisis


Ukraina. Info Singkat, 5-8.

https://elibrary.unikom.ac.id/.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai