Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MAULIA SALSA RAHMADIYANI

NIM : 17/410400/TK/45757

ALIANSI US-RUSIA PADA PERANG DUNIA II DAN DAMPAKNYA PADA


PERIMBANGAN KEKUATAN PASCA PERANG DUNIA II

Tinta sejarah mengenai Perang Dunia II kiranya tak akan pernah luntur. Perang
Dunia II, adalah kelanjutan dari Perang Dunia pertama, yang kronologinya tak akan pernah
tenggelam kisahnya karena faktanya dampak dari perang ini masih kita rasakan sampai saat
ini.

Faktor kuat alasan tercetusnya Perang Dunia II adalah karena adanya


ketidakpercayaan khususnya antarnegara-negara di Eropa. Selain itu faktor lain yaitu
adanya politik balas dendam oleh pihak yang kalah di Perang Dunia I yaitu Revanche
Idea sebagai akibat munculnya rasa terhina oleh Jerman atas Perjanjian Versailles yang
membuatnya harus tunduk pada keinginan Prancis dan Sekutu. Sehingga menurut beberapa
literatur, Perang Dunia II pecah pada tanggal 1 Sepetember 1939, yang ditandai adanya
invansi dari Jerman ke Polandia.

Pada Perang Dunia II sendiri, terbetuk dua aliansi utama, yaitu Poros dan Sekutu.
Pilar utama dari aliansi Poros yaitu Jerman, Italia, dan Jepang. Mitra poros ini bergabung
untuk kepentingan yang sama yaitu untuk ekspansi wilayah dan pembentukan kerajaan
melalui penaklukan militer dan perombakan tata kehidupan setelah Perang Dunia I dan
penghancuran atau netralisasi Komunisme Soviet.

Adapun dari aliansi Sekutu terdapat negara-negara seperti US, Britania Raya, dan
Uni Soviet. Sejatinya, aliansi sekutu ini bisa dibilang sebagai aliansi “Persekutuan yang
Aneh” karena bersatunya negara yang beridiologi kapitalis terbesar serta negara komunis
terbesar yang membentuk kekuatan colonial terbesar. Adanya persekutuan ini, intinya
karena mereka dari pihak sekutu yaitu US dan Uni Soviet sama-sama memusuhi Jerman,
yang mana pada saat itu Jerman juga menyerang Uni Soviet.
“Tidak ada musuh yang abadi.” Gambaran itu, cocok bagi US dan Uni Soviet.
Ketika perang sedang berkecamuk, kedua negara adidaya tersebut saling bahu-membahu
menghajar blok Poros hingga aliansi Sekutu dapat memenangkan perang. Namun, setelah
perang berakhir, aliansi sekutu terlihat seperti pecah kongsi.

Sebenarnya ketegangan antara US-Uni Soviet telah ada bahkan sejak sebelum
mereka bergabung menjadi sebuah aliansi.Namun, hal itu semakin ketara, setalah Uni
Soviet melakukan ekspansi penyebaran paham komunisme dengan menjadi dataran Eropa
Timur sebagai negara berideologi komunis serta mencaplok Jerman bagian timur menjadi
negara satelit Komunis. Tentu saja, pihak sekutu yang lain berang terhadap masalah ini.

Josef Stalin, sang tangan dingin, pemimpin Uni Soviet kala itu, tak segan untuk
menghabisi lawan politiknya yang dianggap berserberangan dengan dirinya. Sejujurnya,
sebelum mereka membenntuk aliansi, Winston Churcil, sebagai perdana Menteri Britania
Raya telah memprediksi sekeras apa seorang Stalin dan ambisinya untuk menerapkan
revolusi ala Bolshevik di beberapa negara. Namun, saat itu, dengan perbedaan yang ada dan
karena adanya kepentingan yang sama, maka mereka bergabung menjadi aliansi.

Kembali ke perpecahan kongsi dari kubu Sekutu, di kubu Sekutu pun, terdapat
ketegangan dan pertentangan tajam anntara US dengan Uni Soviet yang menimbulkan
Perang dingin, yaitu suatu istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan hubungan antara
Blok Barat yang dipimpin oleh US atau Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin
oleh Uni Soviet. Perang dingin yang digaungkan ini, tidak menggunakan aksi militer,
namun pada kedua kubu baik US maupun Uni Soviet memiliki senjata nuklir yang
memiliki potensi untuk dapat menimbulkan kehancuran yang besar.

Kekuatam nuklir, yang digunakan sebagai senjata ini, sudah digunakan pada Perang
Dunia II oleh aliansi Sekutu, untuk mengebom Jepang yaitu di Hiroshima dan Nagasaki.
Ilmuwan seperti Albert Einsten merupakan salah satu yang menginisasi bom ini yaitu
dengan mengirim surat tentang kekhawatirannya akan kemenangan pihak Poros kepada
Presiden US kala itu. Lalu, setelah itulah, kekuatan dari senjata nuklir digaungkan oleh
beberapa negara demi memperkuat negaranya masing-masing. Hal ini pula yang dilakukan
oleh US dan Uni Soviet dengan memperkaya dan melengkapi senjata nuklirnya dan terus
memperbaharuinya, yang tak lain tak bukan tujuannya adalah untuk menakut-nakuti negara
lain bahwa dirinya mempunyai senjata nuklir. Namun tetap saja, ketakutan akan adanya
perang nuklir di suatu hari tetap menjadi kewaspadaan bersama. Oleh karena itu baik US
ataupun Rusia dan juga negara lain banyak mengadakan perjanjian mengenai aturan tentang
senjata nuklir. Setelah Eropa dibagi menjadi dua kubu, dampak perang dingin US_Uni
Soviet juga merambah ke daerah lain khususnya di benua Asia. Korea, Perang Vietnam,
Perang Arab-Israel, hingga di Indoenisa terdapat Perang Timur Timor.

Setelah Uni Soviet runtuh menjadi Rusia, perang dingin antara US dengan Uni
Soviet alias Rusia tidaklah berakhir. Hingga saat ini, kedua negara besar tersebut masih
tetap melakukan perang dingin, yang mana efek dominonya yaitu berdampak pada perang
dan revolusi di beberapa negara khususnya pada negara arab. Perbedaan prinsip dan
ideologi semakin menyusahkan kedua negara untuk bisa ‘akur’ kembali. Hal itu juga
ditandai dengan perbedaan pandangan yang tajam ketika menyikapi berbagai masalah
internasional seperti Suriah.

Sebagai penutup, dari hal ini, dampak perimbangan kekuatan pasca Perang Dunia 2
bisa dilihat dengan adanya perang dingin antara US dan Rusia yang memunculkan Blok
Barat dan Blok Timur, yang mana dasar yang menjadi pembeda adalah adanya perbedaan
ideologinya yaitu Rusia dengan paham komunismenya dan US dengan paham
liberalismenya. Kedua negara ini secara tidak langsung berperang dalam pernyebarluasan
ideologi dengan mengintervensi negara-negara lain, dan menjadi salah satu dalang adanya
konflik antarnegara yang lain yang mana mereka pula yang membantu persenjataan negara-
negara tersebut dalam suatu konflik. Serta, kedua negara dalam melakukan perang tidak
melalui adanya aksi militer, namun menggunakan senjata yang mematikan yang mana
dapat berdampak buruk jika salah penggunaannya, yaitu senjata nuklir.

Di abad ke-21 ini, era perang dingin dapat dibilang semakin meluas. Adanya
probabilitas meningkatnya ketegangan antarkedua kubu tersebut pasti ada. Namun, satu
harapan yang pasti, semoga perdamaian dunia tetap terjaga dan terpelihara sehingga adanya
malapetaka tersebut dapat dicegah.
TUGAS ESSAY

ALIANSI US-RUSIA PADA PERANG DUNIA II DAN DAMPAKNYA PADA


PERIMBANGAN KEKUATAN PASCA PERANG DUNIA II

SEBAGAI SYARAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR


TEKNIK NUKLIR

NAMA : MAULIA SALSA RAHMADIYANI

NIM : 17/410400/TK/45757

PRODI : TEKNIK NUKLIR

TEKNIK NUKLIR

DEPARTEMEN TEKNIK NUKLIR DAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

2019

Anda mungkin juga menyukai