PENDAHULUAN
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perang Dingin
A. Latar belakang
Perang dingin yang dipicu oleh perpecahan aliansi antara negara-negara pemenang dalam perang dunia
II antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet, yang pada saat itu kedua negara tersebut merupakan
negara adidaya yang memiliki ideologi yang berbeda. Puncak dari permasalahan yang
mengakibatkan terjadinya perpecahan antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet selain dikarenakan
oleh perbedaan idieologi yang dimiliki oleh kedua negara tersebut adalah permasalahan mengenai
penyelesaian negara-negara yang kalah dalam perang dunia ke II. Serta memiliki keinginan untuk
berkuasa, dan penyebaran ideologi yang dilakukan oleh keduan negara baik itu oleh Amerika
Serikat yang memiliki Paham/Ideologi Liberal-Kapitalis maupun Uni Soviet yang memiliki
Paham/Ideologi Komunis, dimana kedua ideologi tersebut saling bertentangan satu sama lainnya.
B. Sistem Aliansi
Pada saat terjadinya perang dingin antara Blok Barat yang dipelopori oleh Amerika Serikat dan
Blok Timur yang dipelopori oleh Uni Soviet membuat suatu Aliansi yang dimana bentuk dari
aliansi tersebut antara lain seperti:
1) Pembentukan Cominform (The Communist Information Bureau) pada tanggal 4 April 1947, dimana
dalam pembentukan Cominform tersebut sebagai wadah kerja sama partai-parta komunis Eropa
yang berpusat di Beograd, Yugoslavia
2) Pembentukan NATO (North Atlantic Treaty Organization) pada tanggal 4 April 1949 yang
bertujuan untuk membendung tersebarnya ideologi komunis yang berada di eropa, turki dan yunani.
Negara yang menjadi anggotanya yaitu Inggris, Irlandia, Islandia, Norwegia, Denmark, Belgia,
Belanda, Luxemburg, Prancis, Portugal, Kanada, dan Amerika Serikat.
3) Pembentukan Pakta Warsawa Pada tahun 1955 dengan negara jerman timur, cekoslovakia,
Hongaria, Bulgaria, Polandia, Rumania, dan Albania. Tujuan dari pembentuka Pakta Warsawa yaitu
kerja sama pertahanan dan keamanan negara-negara komunis dari ancaman Aliansi NATO.
4) Pembentukan SEATO (South East Asia Treaty Organization) Pada tahun 1954. SEATO merupakan
kerja sama pertahanan antara negara-negara Asia Tenggara dengan pihak barat, yang bertujuan
untuk membendung berkembangnya komunisme ke Asia tenggara. Dengan anggotanya antara lain,
Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Filipina, Singapura, dan Selandia Baru.
3
C. Kegiatan Spionase
Perebutan hegemoni antara kedua negara adidaya yaitu Amerika dan Uni Soviet terhadap berbagai
kekuasaan yang ada di eropa, asia, afrika, dan amerika selalu didukung oleh kekuatan intelegen dari
setiap negara adidaya tersebut, dimana Amerika serikat yang memiliki CIA (Central Intelligence
Agency) dan Uni Soviet yang memiliki KGB (Komitet gosudarstvennoy bezopasnosti). Kedua agen
tersebut saling berlomba lomba untuk melakukan spionase terhadap negara-negara yang ada, guna
untuk mendapatkan informasi serta menyebarkan hegemoninya serta membantu menegangkan
konflik yang terjadi di setiap negara seperti blokade berlin, perang korea, krisis suez, krisis berlin,
krisis rudal kuba, perang vietnam, perang yom kippur, perang afganistan.
adidaya mengalami ketertinggalan. Disinilah mengapa disebut sebagai Balance of Power dimana
kedua negara tersebut saling menginginkan adanya keseimbangan dalam bidang teknologi militer
dan ruang angkasa.
A. Bidang Politik
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, muncul dua kekuatan besar dunia baru yaitu Amerika
Serikat dengan paham demokrasi dan Uni Soviet dengan paham komunisme. Keduanya berusaha
untuk menjadi negara yang paling kuat dan disegani dengan cara menyebarkan ideologi serta
mempengaruhi negara-negara lain di dunia terutama negara dunia ketiga yang baru muncul setelah
Perang Dunia II berakhir.
Amerika Serikat dengan strategi politik Containment Policy yang bertujuan mencegah
berkembangnya pengaruh suatu negara atau suatu sistem politik dari pihak lawan serta bantuan
lewat Marshall Plan berusaha menjadikan negara-negara yang sedang berkembang menjadi
negara demokrasi dengan jaminan hak asasi manusia dapat terjamin. Bagi negara-negara yang
sebelumnya kalah dalam PD II seperti Jerman dan Jepang, Amerika Serikat mengembangkan pula
sistem kapitalisme selain demokrasi sehingga kedua negara tersebut dapat bangkit dengan cepat
dari keterpurukan setelah kalah dalam PD II.
Negara-negara satelit (dibawah pengaruh) Uni Soviet yang melakukan penyimpangan akan
ditindak keras oleh Uni Soviet seperti contohnya Polandia dan Hongaria.
Dampak di bidang politik ketika Perang Dingin berlangsung yang paling terlihat adalah
dengan dibangunnya Tembok Berlin di Jerman sebagai pembatas antara Jerman Barat dan Jerman
Timur yang sekaligus menjadi simbol paling terkenal terjadinya Perang Dingin. Demi kepentingan
politik, ekonomi, dan militer kedua negara adikuasa ini memang menjalankan politik pecah belah
sehingga beberapa negara menjadi terpecah diantaranya Korea, Vietnam dan Jerman.
B. Bidang ekonomi
Dengan adanya hubungan dingin di antara kedua pihak yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet,
maka berbagai bentuk kerjasama yang saling menguntungkan antara Eropa Barat yang berpaham
liberal dan Eropa Timur yang berpaham komunis tidak dapat terjalin. Kegiatan perekonomia
tersebut terhambat karena negara-negara Eropa merasa khawatir jika suatu saat wilayahnya
dijadikan asaran adu kekuatan oleh kedua negara adikuasa tersbut. Dampaknya perekonomian
antara negara-negara Eropa Barat dan Eropa Timur tidak seimbang dimana Eropa Barat lebih maju
dibandingkan negara-negara Eropa Timur.
Dampak lainnya adalah munculnya negara super power. Dengan adanya negara super power,
perekonomian dunia dikuasai oleh para pemegang modal. Mereka saling berlomba untuk
mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan cara menginvestasikan modal mereka ke
negara-negara berkembang yang upah buruhnya masih relatif rendah. Dengan demikian terjadi
keuntungan diantara dua pihak dimana pemilik modal besar dapat menanamkan modalnya di
negara berkembang dan sebaliknya, dengan banyaknya penanam modal yang membuka usaha di
tanah milik negara berkembang, maka negara tersebut secara tidak langsung dapat
mengembangkan perekonomian di negaranya.
C. Bidang Militer
Perebutan pengaruh antara Amerika dan Uni Soviet dalam pakta pertahanan. Negara-Negara
Barat membentuk North Atlantic Treaty Organization (NATO) pada 1949 sebagai suatu
organisasi pertahanan. Apabila salah satu anggotanya diserang, serangan tersebut dianggap
sebagai serangan terhadap NATO. Awalnya bermarkas di Paris tetapi kemudian prancis keluar
karena menganggap NATO didominasi oleh Amerika dan markasnya berpindah di Brussel.
Hubungan prancis dengan Uni Soviet negara barat lainnya meskipun prancis tidak menjadi
anggota Blok Timur (Djaja, 2015, hlm. 212).
Di Asia Tenggara dibentuk South East Asia Treaty Organization (SEATO) pada 1954 atas
dasar south east asia collective defence treaty. Anggota utamanya adalah negara-negara barat
sementara negara-negara di Asia Tenggara seperti indonesia justru tidak ikut serta. Pakta
pertahanan tersebut ditujukan terhadap komunis di Asia Tenggara khususnya di Vietnam. SEATO
bubar pada 1975.
Sementara Uni Soviet dengan negara-negara Blok Timur membentuk Pakta Warsawa (1955)
atas dasar pact of mutual assistance and unified command.
5
Di Asia Tenggara Uni Soviet memberikan bantuan peralatan militer dan teknisi kepada
Vietnam yang akhirnya dapat mendesak Amerika Serikat keluar dari negara tersebut (1975).
Persaingan senjata semakin maju dan berkembang pesat. Itu semua memacu tiap negara untuk
terus mengembangkan pertahanan negaranya masing-masing.
Dengan adanya senjata nuklir ynag dikembangkan secara pesat oleh kedua negara yang
bersengketa itu. Saat itu memang sempat beredar rumor bahwa Uni Soviet sudah meletakkan
nuklir-nuklirnya di kuba dan diarahkan ke Amerika. Amerika serikat tidak tinggal diam, Amerika
kemudian menandatangani terbentuknya NATO. Ini adalah suatu organisasi pertahanan yang kira-
kira menyetujui tentang perjanjian bahwa apabila salah satu negaranya diserang maka dianggap
sebagai serangan NATO. Setelah mengetahui hal ini maka pemerintah Uni Soviet menarik
kembali rudal-rudal nuklirnya dari Kuba.
F. Teknologi
Pada masa Perang Dingin, sains dan teknologi yang terpaut dengan kegiatan militer mendapat sorotan
yang lebih dari pemerintah. Pemerintah bersedia mengeluarkan dana yang besar demi kemajuan iptek
di negara mereka. Pada periode ini tumbuh disiplin-disiplin ilmu yang mempelajari dampak sains pada
masyarakat. Di negara-negara maju, teknologi di era modern bukan lagi urusan individu atau
komunitas berskala kecil. Teknologi modern mempunyai tujuan tujuan nasional pada wilayah ideologi,
militer ataupun ekonomi dan bentuk kesadaran nasional untuk menggali sumber-sumber alam yang
ada. Ini juga bertujuan untuk mewujudkan produksi barang dengan skala yang besar.
6
Dingin atau fokus perhatian dunia lebih diarahkan pada upaya penyelesaian sengketa dua dunia ini.
Sedangkan isu-isu perusakan lingkungan belum terlalu mendapatkan ruang lebih untuk didiskusikan.
Karena kekhawatiran terhadap serangan dari negara maju lainnya, maka negara maju secara
bergantian, terus memperbanyak senjata nuklir mereka, terkadang mereka juga menghabiskan milyaran
dollar terkuras hanya untuk mengembangkan teknologi nuklir yang jauh lebih dahsyat daya hancurnya
daripada bom atom yang dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki. Berbeda dengan negara berkembang yang
ingin keluar dari jeratan kemiskinan, melakukan pembangunan dengan begitu cepat. Pembangunan ini
mengakibatkan ratusan ribu hektar dihancurkan. Kekayaan alam dikeruk, dan tanah-tanah subur dibangun
gedung-gedung pencakar langit.
Masalah pembangunan yang disebut di atas, memang juga sedang hangat dibahas oleh masyarakat
dunia saat itu, terutama mereka dari kalangan negara berkembang. Jika permasalahan Perang Dingin lebih
banyak dibicarakan dan diresahkan oleh negara-negara maju, maka permasalahan pembangunan ini paling
banyak dibicarakan oleh negara-negara berkembang. Negara-negara berkembang menjadikan isu
pembangaunan sebagai prioritas utama mereka karena mereka ingin cepat-cepat keluar dari zona
kemiskinan menuju zona kemakmuran seperti halnya negara-negara maju. Negara-negara maju sendiri
karena sudah merasa makmur, yang difikirkan hanya bagaimana memerlihara kekuasaan mereka saja, jadi
tidak heran kalau mereka lebih fokus terhadap masalah Perang Dingin yang tak lain adalah perang
memperebutkan kekuasaan dan uji kekuatan.
Apa yang dilakukan pada masa Perang Dingin baik oleh negara maju dengan uji coba teknologi
militernya itu, maupun oleh negara berkembang dengan program pembangunannya, sebenarnya sudah
bisa, dan bahkan sangat mampu untuk diperdiksi bahwa hal-hal tersebut akan memiliki efek nurturat
terhadap kerusakan alam yang lebih besar lagi.
Sebagai bahan kajian pertama, kami singgung masalah yang juga diangkat dalam buku yang
ditulis oleh salah satu aktivis lingkungan terkemuka dekade 1960’an di Amerika yang bernama Rachel
Carson. Dalam buku yang berjudul Silent Spring ini diceritakan tentang perubahan fenomena
sederhana yang terjadi di daerah pertanian pada musim semi, yaitu sudah jarang ditemukannya suara
kicauan burung yang biasa meramaikan suasana musim semi. Setelah ditelaah lebih jauh oleh Rachel,
ternyata tidak adanya kicauan burung tersebut karena memang tidak ada lagi burung yang hidup di
sana. Burung-burung tersebut ternyata sudah banyak yang mati dan populasinya mulai berkurang
tatkala datang musim semi. Karena Rachel seorang ahli Biologi, usut punya usut, ia menemukan
bahwa fenomena ini disebabkan oleh pemakaian pestisida yang tidak hanya membunuh hama tapi juga
membunuh burung-burung yang habitatnya juga di daerah pertanian.
7
Rachel berkesimpulan bahwa karena ulah manusia, burung-burung yang berhak hidup dan
bernyanyi akhirnya harus dikorbankan demi membuat pertanian para petani menjadi lancar dan akibat
penggunaan pestisida, keseimbangan alam menjadi terganggu.
Fenomena kerusakan ekologis yang lebih nyata terjadi di akhir era Perang Dingin hal ini juga seperti
yang digambarkan Al Gore dalam bukunya yang berjudul Bumi dalam Keseimbangan (1994, hlm. 86), di
sana ia menulis bahwa masyarakat dunia pada tahun 1989 mulai dihadapkan pada karena tingkat polusi
yang luar biasa, terutama sekali yang banyak terjadi di daerah-daerah komunis saat itu seperti Polandia,
Rumania, Cekoslowakia, dan Ukraina. Demikian juga beberapa kota negara berkembang seperti Ulan Bator
dan kota Mexico dan beberapa kota negara-negara maju seperti Los Angles, Tokyo, dan London juga tak
luput ia gambarkan.
Sebuah gambaran yang tak jauh berbeda terjadi di Ulan Bator, Mongolia bagian Luar dan kota Mexico,
demikian juga Los Angles dan Tokyo yang memiliki masalah polusi udaranya sendiri. London sendiri pada
tahun 1950-an sempat dalam kondisi ‘asap pembunuh’. Dan itu semua berhasil berkurang sejak
dilakukannya Perjanjian Penghapusan Pengujian Nuklir di Atmosfer pada tahun 1960-an, maka secara
otomatis juga menghentikan sebagian besar ledakan nuklir secara terang-terangan dan tingkat strontium 90
yang mematikan di udara telah menurun dengan pesat.
Pun, sejak saat itu, banyak aksi masyarakat dunia yang merasa gerah akibat kerusakan-kerusakan
lingkungan yang banyak terjadi. Masyarakat sipil yang biasanya terorganisir dalam LSM-LSM lingkungan
juga mulai menyuarakan pentingnya memperhatikan permasalahan lingkungan yang kian hari kian
memburuk. Protes ini nyata terlihat pada dekade 1960’an. Misalnya, terjadi aksi oleh pemuda-pemuda
Amerika dengan mendengungkan istilah ‘green revolution’, sebuah revolusi yang menentang perang
Vietnam (yang dianggap sangat merusak lingkungan).
8
Selain hal tersebut diatas, yang menjadii salah satu dampak berkepanjangan dari perlombaan
mendominasi yang dilakukan kedua negara adalah munculnya sistem ekonomi kapitalisme yang disebarkan
bersamaan dengan paham demokrasi dan liberal terutama oleh Amerika Serikat menjadi sistem ekonomi
yang sering digunakan oleh negara-negara maju dan berkembang untuk mencapai ketercapaian ekonomi
suatu negara.
Kapitalisme merupakan sistem ekonomi kapitalis adalah suatu sistem yang memberikan kebebasan
yang cukup besar bagi pelaku-pelaku ekonomi untuk melakukan kegiatan yang terbaik bagi kepentingan
individual atas sumberdaya-sumberdaya ekonomi atau faktor-faktor produksi. (Agustiati, t.t, hlm. 154).
Sistem ekonomi ini mengakibatkan adanya persaingan secara bebas antara pemilik modal dalam
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Usaha dalam mendapatkan keuntungan besar tersebut yang
tanpa campur tangan pemerintah tentunya secara tidak disadari menimbulkan adanya pemanfaatan sumber
daya alam secara berlebihan yang disebut dengan eksploitasi.
Capra (2002, hlm. 20) menyebutkan bahwa Patriarki,, kapitalisme, dan rasisme adalah contoh-contoh
dominasi sosial yang bersifat eksploitatif dan anti ekologis. Hal tersebut tentunya dapat dipahami karena
secara tidak langsung sistem ekonomi kapitalis yang menjunjung tinggi kebebasan para pemilik modal
tanpa banyak aturan pemerintah yang mengatur urusan sistematisnya termasuk masalah-masalah mengeni
dampak terhadap ekologisnya menjadi tidak diperhatikan sehingga tentunya eksploitasi sumber daya yang
berlebihan akan kembali menimbulkan kerusakan yang tidak sedikit terutama untuk sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui.
Fenomena-fenomen yang menjadi idu masalah global diatas tidak lain merupakan suatu buah dari
kebijakan politik dan militer suatu negara terutama kedua negara adikuasa yang pada masa Perang
dingin saling berlomba mendominasi tanpa memikirkan dampak-dampak yang ditimbukan terutama
terhadap keseimbangan ekologis bumi tempat manusai dan juga makhluk hidup lain tinggal. Alternatif
yang cukup relevan dalam mengatasi masalah-masalah tersebut diatas adalah dengan mengembangkan
teori Politik Hijau sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan politik suatu negara.
Dobson dalam (Burchill, 1996, hlm. 338) mempunyai dua penjelasan mengenai karakteristik
Politik Hijau. Pertama penolakan atas antroposentrisme-sebuah pandangan dunia natrposentris yang
hanya menempatkan nilai moral atas manusia menuju sebuah pandangan yang juga menempatkan nilai
independen atas ekosistem dan semua makhluk hidup. Goodin juga dalam (Burchill, 1996, hlm. 338)
mengungkapkan gagasannya atas nilai-nilai yang terdapat dalam Teori Hijau, bahwa sumber nilai
segala sesuatu adalah fakta bahwa segala sesuatu itu mempunyai sejarah yang tercipta oleh proses
alami, bukan oleh rekayasa manusia.
9
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Perang Dingin merupakan keberlanjutan dari dari Perang Dunia II dengan diawali terjadinya
perpecahan aliansi antar pemenang Perang Dunia II, yaitu Amerika Serikat dengan Uni Soviet, yang
pada saat itu kedua negara tersebut merupakan negara adidaya yang memiliki ideologi yang berbeda.
Puncak dari permasalahan bukan hanya didasari dari perbedaan idiologi tersebut, tapi juga karena
keinginan masing-masing untuk berkuasa. Maka jelaslah perang pun berjalan dengan sangat tertutup,
masing-masing negara mengirim para spionase mereka untuk memantau perkembangan lawannya,
juga adanya lomba pembuatan senjata untuk menunjukkan siapa di antara mereka yang paling kuat.
Hal-hal tersebut memiliki dampak dalam berbagai aspek, terntunya, di antaranya adalah yang
kami bahas dalam makalah ini, yaitu dalam aspek politik, ekonomi, militer, ruang angkasa, sosial
budaya, dan teknologi.
Tak hanya itu analisis kami tambahkan sekaligus perdalam dalam bidang ekologi / lingkungan,
di mana dengan adanya perlombaan senjata yang terjadi membuat dampak kerusakan lingkungan yang
sebenarnya tidak bisa dimaafkan, mengingat polusi udara yang sangat tebal terjadi di berbagai daerah
di dunia saat itu. Juga aspek sosial Perang Dingin membuat negara-negara berkembang cenderung
saling berlomba juga dalam hal pembangunan guna menyamai keberhasilan para negara-negara maju
yang sudah banyak terlihat, hal tersebut tak luput menimbulkan dampak negatif di mana lahan-lahan
subur banyak berkurang dan digantikan gedung-gedung pembangunan. Hal yang tak kalah menarik
adalah pengaruhnya dalam aspek gaya hidup masyarakat yang menjadi semakin kapital [setelah
mengangnya Liberal di akhir perang ini] dan tak sungkan mengekploitasi SDA yang ada di bumi ini,
DAFTAR PUSTAKA
Agustiati. (t.t). Sisem Ekonomi Kapitalisme (pdf). Tersedia:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=167247&val=6118&title=SISTEM
%20EKONOMI%20KAPITALISME (18/05/2016)
Burchill. S. & Andrew. L. (1996). Teori-Teori Hubungan Internasional. Nusa Media: Bandung
Capra, F. 2002. Jaring-Jaring Kehidupan. Banguntapan: Fajar Pustaka Baru
Djaja. W. (2015). Sejarah Eropa dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern. Yogyakarta: Penerbit
Ombak
Gore. A. (1994). Bumi dalam keseimbangan: ekologi dan semangat manusia [terjemahan]. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Karim, M. F. (tt). The end of future: rahasia di balik peperangan, kehancuran, dan kiamat di masa
depan [e-book]. Tt: rf Media Center.
Roza, R. (2012). Dual-Use Technology Jepang dan Kepentingan Keamanan Nasional Amerika Serikat.
Jurnal Hubungan Intrnasional, 1 (2), hlm. 107-108.