Anda di halaman 1dari 3

Perang Dingin adalah perseteruan antara Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur

yang dipimpin oleh Uni Soviet.

Pada Perang Dunai II, Amerika Serikat dengan Uni Soviet sebenarnya berada dalam blok Sekutu, yang
melawan Blok Poros (Jerman, Italia, dan Jepang).

Akan tetapi, setelah Perang Dunia II berakhir pada 1945, benih permusuhan antara Amerika Serikat dan
Uni Soviet muncul.

Hal ini karena setelah Perjanjian Postdam, Uni Soviet berhasil menguasai wilayah kekuasaan Jerman.

Selain itu, sebagian besar negara di Eropa Timur dan Eropa Tengah berhasil dipengaruhi oleh Uni Soviet,
yang membuat khawatir Amerika Serikat dan Inggris.

Amerika Serikat dan Inggris khawatir bahwa komunisme Uni Soviet mengganggu dominasi mereka di
Eropa Barat.

Perang Dingin adalah perseteruan antara Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur
yang dipimpin oleh Uni Soviet.

Pada Perang Dunai II, Amerika Serikat dengan Uni Soviet sebenarnya berada dalam blok Sekutu, yang
melawan Blok Poros (Jerman, Italia, dan Jepang).

Akan tetapi, setelah Perang Dunia II berakhir pada 1945, benih permusuhan antara Amerika Serikat dan
Uni Soviet muncul.

Hal ini karena setelah Perjanjian Postdam, Uni Soviet berhasil menguasai wilayah kekuasaan Jerman.

Selain itu, sebagian besar negara di Eropa Timur dan Eropa Tengah berhasil dipengaruhi oleh Uni Soviet,
yang membuat khawatir Amerika Serikat dan Inggris.

Amerika Serikat dan Inggris khawatir bahwa komunisme Uni Soviet mengganggu dominasi mereka di
Eropa Barat.

Baca juga: Perang Saudara yang Berkaitan dengan Perang Dingin

Akhirnya, terbentuk dua blok, yakni Blok Barat dengan aliran liberal-kapitalis Amerika Serikat, dan Blok
Timur yang dipimpin Uni Soviet dengan paham komunis dan sosialis.

Kedua kekuatan besar ini kemudian saling memengaruhi negara lain selama Perang Dingin, yang
berlangsung dari 1947 hingga 1991, saat Uni Soviet runtuh.

Setelah perseteruan berakhir, dampak Perang Dingin terhadap politik global sangat besar. Tidak
terkecuali pada Negara Dunia Ketiga.

Negara Dunia Ketiga merujuk pada negara yang berkembang, termasuk di dalamnya adalah Asia dan
Afrika yang tidak berkaitan dengan Amerika Serikat atau Uni Soviet.
Dampak positif Perang Dingin Meski bernama Perang Dingin, ternyata ada dampak positif yang
didapatkan oleh beberapa negara berkembang di dunia. Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur
berdampak pada negara-negara yang berkembang, karena Blok Barat memberi bantuan ekonomi.
Amerika Serikat sebagai simbol Blok Barat mencetuskan Marshall Plan, yang bertujuan memberikan
bantuan ekonomi terhadap negara-negara berkembang di berbagai wilayah dunia.

Bantuan ekonomi berupa pinjaman modal dan program kredit bagi negara-negara yang mungkin untuk
bekerja sama dan memihak Blok Barat. Marshall Plan juga dapat dikatakan sebagai dampak positif
Perang Dingin bagi Indonesia. Pasalnya, Indonesia juga menjadi negara yang menerima manfaat
Marshall Plan, dibuktikan dengan adanya bantuan berupa peralatan tempur Amerika Serikat di bawah
pimpinan Presiden John F Kennedy.

Dampak ekonomi Perang Dingin yang positif juga ditunjukkan oleh Uni Soviet, sebagai simbol Blok
Timur.

Uni Soviet juga menerapkan kebijakan bantuan ekonomi melalui Molotov Plan, yang memberikan
bantuan terhadap beberapa negara berkembang di Eropa Timur dan wilayah lain di dunia. Selain
menikmati manfaat Marshall Plan, Indonesia, di bawah pimpinan Presiden Soekarno, yang dekat dengan
Uni Soviet, juga menerima Molotov Plan

Uni Soviet diketahui memberikan bantuan melalui Molotov Plan untuk pembangunan Stadion Gelora
Bung Karno. Selain di bidang ekonomi, Perang Dingin juga membawa dampak positif bagi perkembangan
teknologi.

Perang Dingin memberikan dampak positif dengan adanya pengembangan dan penemuan baru berupa
komputer, internet, dan pengembangan ilmu pengetahuan astronomi. Antara Blok Barat dan Blok Timur
juga bersaing untuk mengeksplorasi ruang angkasa.

Perang Dingin memberikan dampak negatif bagi tatanan dunia, karena menimbulkan persaingan
ideologi. Persaingan ideologi kemudian diterapkan pada Proxy War atau konfrontasi dua kekuatan
besar. Diriwayatkan bahwa mayoritas orang Amerika Serikat khawatir dengan komunisme Uni Soviet
dengan pemerintahan tirani Joseph Stalin. Sementara itu, Uni Soviet membenci komunitas Amerika
Serikat karena tidak mengakuinya sebagai bagian dari internasional. Akibatnya, timbul persaingan
ideologi dari kedua kekuatan tersebut di berbagai negara untuk mendapatkan sekutu seluas-luasnya.

Lebih jauh lagi, persaingan ideologi juga berdampak pada konflik sosial dan perang saudara di berbagai
wilayah di dunia, di antaranya:

Perang Vietnam (1955-1975) Perang Korea (1950-1953) Krisis Rudal Kuba (1962) Perang Yom Kippur
(1973) Perang Afganistan (1979–1989) Konfrontasi Indonesia-Malaysia (1963-1966) Persaingan ideologi
tersebut juga dibarengi dengan persaingan produksi senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Persaingan dalam membuat bom atom dan bom nuklir hampir membuat kedua Blok terlibat perang
fisik, akibat Uni Soviet memasang rudalnya di Kuba.

Aksi itu menimbulkan Krisis Rudal Kuba pada 1962, yang hampir menimbulkan perang besar.
Fukuyama, Francis. (2004). Akhir Sejarah dan Manusia Terakhir . Yogyakarta: Penerbit Qalam.

Dampak Perang Dingin bagi Negara Dunia

Penulis : Lukman Hadi Subroto

Editor : Widya Lestari Ningsih

Anda mungkin juga menyukai