Anda di halaman 1dari 3

Nama: Almasiva Tirta Maedy

NIM/Kelas: 225120400111004/A-1
Perang Dingin
Latar Belakang Terjadinya Perang Dingin
Perang Dingin terjadi antara tahun 1945-1989, dengan demikian ketegangan yang
ditimbulkan perang tersebut terjadi selama 45 tahun. Perang ini terjadi tidak lepas dari akibat
yang ditimbulkan pada Perang Dunia II. Hasil pertama yang sangat berpengaruh adalah
munculnya dua kekuatan adidaya dunia, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet kedua aktor
ini memegang kendali serta dampak yang besar bagi dunia internasional. Hasil kedua yang
muncul adalah, dua kekuatan tersebut memiliki pandangan yang saling bertolak belakang
terhadap kepentingan yang mereka miliki serta ideologi yang mereka anut.
Setelah diserang dalam beberapa kesempatan dari Barat, termasuk dalam Perang
Dunia II, Uni Soviet tampil lebih agresif dengan memperkuat pengaruhnya di Eropa Timur,
Khusunya di Polandia, Cekoslovakia, Hungaria, Bulgaria, dan Rumania. Mereka memastikan
bahwa negara tetangga yang berada di perbatasan bagian barat berpihak padanya, karena
negara-negara tersebut sangatlah penting bagi berjalannya kepentingan Uni Soviet. Diplomat
sekaligus Sejarawan George Kennan dalam artikelnya yang terkenal, yakni “Foreign Affairs
the Famous X” berpendapat bahwa Uni Soviet akan selalu mengeluarkan kebijakan luar
negeri yang agresif, karena mereka selalu merasakan ketidakamanan militer. Di sisi lain,
Amerika Serikat memiliki dua opini yang menjadi perdebatan besar bagi mereka mengenai
sistem pertahanan yang akan diambilnya. Pertama kaum yang mendukung strategi untuk
mendorong Uni Soviet secara agresif kemabali ke perbatsannya sendiri, sedangkan ada juga
kaum yang mendukung strategi pertahanan yang tidak terlalu agresif.
Kedua negara adidaya ini tidak bisa bersatu karena mereka memiliki ideologi yang
sama sekali berbeda. Amerika Serikat memegang teguh ideologi liberalisme, dimana
mendukung partisipasi penuh dari setiap individu dalam sistem ekonomi, politik, dan sosial
dengan campur tangan yang minim dari pemerintah. Di skala internasional, kebijakan ini
diartikan sebagai perdangan bebas dalam proses kapitalisasi liberal. Sementara Uni Soviet
menjadikan ideologi komunis sebagai pegangannya. Vladimir Lenin berpendapat bahwa
massa harus dipimpin dari atas ke bawah. Akibatnya tidak ada yang namanya kedaulatan bagi
rakyat Uni Soviet, termasuk negara-negara yang bersukutu dengannya. Karena masyarakat
tidak diberikan kebebasan dalam segala hal, seluruh sistem dalam bermasyarakat diatur oleh
pemerintah. Bagi AS hal ini dipandang sebagai kediktaktoran.
Hasil ketiga dari Perang Dunia II adalah jatuhnya sistem kolonial. Kekalahan Jepang
dan Jerman dalam PD II menandai berakhirnya kerajaan mereka masing-masing. Sistem
konial di dunia juga harus berakhir dengan tekanan dari Amerika Serikat untuk memberikan
kemerdekaan kepada bekas koloni atau bekas jajahan mereka. Kebijakan ini dimulai oleh
Inggris yang memberikan kemerdekaan kepada India pada tahu 1947, dilanjutkan dengan
kemerdakaan negara-negara di Afrika pada tahun 1957 hinggan 1963.
Hasil keempat adalah kesadaran bahwa adanya perebedaan antara Amerika Serikat
dan Uni Soviet dapat membawa dampak yang besar bagi dunia. Untuk itu, kedua rival
percaya bahwa penggunaan strategi konfrontasi militer secara langsung akan membawa
dampak yang sangat besar bagi masing-mesing pihak, bahkan dunia. Karena kedua pihak
sama-sama memiliki kekuatan serta kekuasaan yang seimbang. Perang Dingin menjadi satu-
satunya jawaban bagi kedua pihak dalam menyebarkan pengaruh ke negara lain. Perang
Dingin merupakan ketegangan dan persaingan tingkat internasional yang dilakukan oleh dua
negara adidaya tanpa adanya konflik militer secara langsung. Dan akhirnya mengakibatkan
meratanya konflik ke seluruh benua. Hubungan Internasional menjadi benar-benar global.
Kita juga dapat menyebut perang dingin sebagai serangkaian konfrontasi, bukan
hanya dilakukan oleh dua kekuatan adidaya yang sedang berkonflik, tetapi juga konfrontasi
antara dua blok negara. Blok liberalis (Amerika Serikat, Kanda, sebagian besar Eropa Barat
[yang bersekutu dengan NATO], Korea Selatan, Jepang, Australia, Filipina) dan blok
komunis (Uni Soviet dengan sekutu pakta warsawanya di Eropa Timur, Korea Utara,
Vietnam, Kuba dan Republik Rakyat Tiongkok)
Salah satu contoh konfrontasi yang terjadi antara kedua adidaya terjadi di Jerman.
Sejak PD II Jerman telah dibagi menjadi dua bagian. AS,Perancis, dan Inggris menguasaia
bagian barat, sedangkan bagian timur termasuk Berlin dikuasai Uni Soviet. Pada tahun 1948
Uni Soviet memblokir jalur darat ke Berlin yang akhirnya mendorong AS dan Inggris untuk
memberi pasokan selama 13 bulan yang berujung pada didirikannya Tembok Berlin pada
tahun 1961.
Tak hanya sampai disitu, konflik yang ditimbulkan perang dingin meluas hingga Asia.
Yakni di RRT, Indochina, serta Korea. Di China terjadi perebutan pengaruh antara
Kuomintang (Non-komunis) dan Mau Zedong (Komunis) yang akhirnya dimenangkan oleh
Mau Zedong pada tahun 1949. Pengaruh komunisme semakin meluas di Asia hingga ke
Vietnam, Laos dan Kamboja. Konfrontasi juga terjadi di Korea. Pada tanggal 25 Juni 1950
pasukan Korea Utara melintasi perbatasan ke Korea Selatan dengan cepat merebut Seoul dan
memukul mundur pasukan hingga ke Busan. Namun tak berapa lama kemudian pasukan AS
bersama pasukan PBB (dengan alasan pelanggaran hukum internasional) berhasil
membalikkan keadaan dengan merebut ibu kota Korea Utara.
Di China, terjadi konflik yang disebabkan karena AS berkemah di dekat perbatasan
China. China telah mengultimatum bahwa ia akan ikut campur jika wilayah mereka didekati
terlalu dekat. Mereka merealisasikan niat tersebut pada bulan November yang membuat
angkatan bersenjata AS mundur. Krisis misil di Kuba juga menjadi salah satu rangkaian
sejarah dari Perang Dingin. Pada tahun 1962, Uni Soviet memasang rudal nuklir di Kuba
yang membuat AS terancam dan membuatnya memblokade Kuba. Namun setelah kejadian
tersebut Presiden AS, yakni John F. Kennedy menolak untuk melakukan tidakan yang lebih
agresif seperti yang dilakukan sebelumnya. Melalui secret diplomacy antara Kennedy dengan
Perdana Menteri Uni Soviet yakni Nikita Kurschev setuju untuk sama-sama memindahkan
rudalnya. Soviet memindahkan rudaknya dari Kuba, sementara AS setuju untuk
memindahkan rudalnya dari Turki.
Di Vietnam juga terjadi konfrontasi yang memisahkan kedua negara tersebut.
Vietnam Utara berpihak pada Uni Soviet dan China dengan ideologi komunismenya,
sementara Vietnam Selatan berpihak pada AS, Korea Selatan dan Filipina dengan ideologi
liberalismenya. Amerika Serikat percaya diri dan yakin bahwa kemenanga berpihak padanya.
Namun pada kenyataannya kepemimpinan Vietnam Selatan yang korup banyak menyedot
sumber daya penting yang dibutuhkan untuk memenangkan perjuangan melawan Uni Soviet
beserta sekutunya. Akhirnya pada akhir 1950 pejabat AS hengkang dari Vietnam Selatan. Hal
ini membuat publik yang mendukung AS kecewa sekaligus menandai kekalahannya dengan
Uni Soviet di Vietnam. Efek domino lainnya yang ditimbulkan lewat gagalnya serangan ini
bagi AS adalah timbul ancaman yang serius bagi aliansinya. Karena beberapa sekutu
menentang keras tindakan AS terhadap Vietnam. Hal ini membuat keyakinan serta
kepercayaan terhadap militer AS terguncang hingga hampir satu dekade.
Namun demikian, tidak selalu terjadi respon atau serangan balasan ketika salah satu
negara adidaya tersebut “berulah”. Dalam beberapa kasus, pihak lain memilih untuk tidak
mengambil tindakan atau mengambil tindakan dengan cara yang berbeda. Hal ini terjadi
karena muncul kekhawatiran timbulnya konflik yang lebih besar lagi. Salah satu contoh yang
terjadi adalah ketika Uni Soviet menginvasi Hungaria pada tahun 1956 dan Cekoslovakia
pada tahun 1968. Amerika tidak melakukan tindakan balasan yang agresif namun secara lisan
tetap mengutuk tindakan Uni Soviet. Salah satu peristiwa ini jelas menunjukkan banyak
peristiwa Perang Dingin antara Uni Soviet dengan Amerika Serikat terjadi secara tidak
langsung. Banyak kejadian yang terjadi karena konfrontasi melalui proxy selama Perang
Dingin berlangsung. Selain itu banyak juga pertempuran yang terjadi baik itu pertempuran
militer maupun pertempuran diplomatik terjadi selama Perang Dingin yang dipicu oleh
berbagai sebab.
Runtuhnya tembok Berlin menandai berakhirnya Perang Dingin, namun pada
realitanya Perang Dingin berakhir secara bertahap. Perang Dingin mulai mereda ketika
persaingan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet mereda pula. Hal ini bermula setelah
Mikhail Gorbachev menghapus sistem diktaktor dan menggantinya dengan sistem demokrasi.
Kemudian dilanjutkan dengan penetapan kebijakan Glasnost (keterbukaan politik) serta
Perestorika (rekstrukturisasi ekonomi) yang dilakukan oleh Perdana Menteri Uni Soviet.
Namun sayangnya kebijakan ini membuat hancurnya sistem ekonomi serta politik yang sudah
terbentuk. Akibatnya, Pakta Warsawa terpaksa bubar. Akhirnya Perang Dingin berakhir
setelah runtuhnya Uni Soviet pada 25 Desember 1991. Di sisi lain Amerika merayakan
berakhirnya Perang Dingin dengan penuh sukacita. Dirinya mengeklaim bahwa Amerikalah
yang menjadi pemenang atas Perang Dingin.
Pertanyaan:
Bagaimana Amerika menjadi “pemenang” atas perang dunia. Padahal, dalam sejarahnya
Amerika sering mengalami kekalahan atas Uni Soviet?

Anda mungkin juga menyukai