Anda di halaman 1dari 3

Asfrik Thandie Larasati_072111233081_Jurnal Individu_Week 9_Sejarah Diplomasi

Perkembangan Diplomasi Pada Era Perang Dingin


Perang dingin merupakan perang yang terjadi setelah Perang Dunia II. Namun Perang Dingin
terjadi tanpa adanya interaksi secara langsung seperti perang-perang sebelumnya. Perang
Dingin terjadi antara dua kekuatan dunia pada masa itu yaitu Amerika Serikat dan Uni
Soviet. Konflik dari kedua negara tersebut sangat berdampak pada tatanan sistem
internasional karena keduanya memegang kekuatan yang sangat besar. Sistem internasional
menjadi tidak stabil karena terpusat dengan ideologi-ideologi yang diyakini oleh kedua
negara tersebut (Sempa 2002). Peristiwa yang bersejarah ini dapat dijadi dari tiga sudut
pandang yang berbeda yaitu sudut pandang global, negara, dan Individu (Blanton dan Kegley
2017).

Pertama adalah sudut pandang global. Secara global Perang Dingin merupakan perang yang
sangat influential. Perdebatan ideologi antara kedua negara ini merupakan penyebab dari
terjadinya Perang Dingin. Amerika Serikat pasca Revolusi Bolshevik pada tahun 1917 mulai
menganut paham anti komunisme yang dicerminkan dalam kebijakan-kebijakannya. Amerika
Serikat menganut ideologi liberalisme sedangkan Uni Soviet menganut ideologi komunisme.
Kedua dari sudut pandang individu. Terjadinya perang dingin disebabkan karena banyaknya
misinterpretasi dari satu sama lain. Uni Soviet merasa bahwa hal yang dilakukan oleh
Amerika Serikat merupakan suatu pemberontakan terhadap ideologi komunisme sehingga
Uni Soviet ingin mempertahankan ideologi tersebut sebagai ideologi yang mendominasi.
Kedua negara ini pada dasarnya menganggap satu sama lain sebagai ancaman dan memiliki
keinginan untuk mendominasi tatanan politik internasional. Kedua negara ini bersaing dan
melakukan berbagai cara untuk dapat memberhentikan penyebaran ideologi dari lawannya
(Blanton dan Kegley 2017).

Ketiga adalah sudut pandang negara. Amerika Serikat mengeluarkan beberapa kebijakan agar
dapat mencegah penyebaran komunisme. Pada tahun 1947, Presiden Amerika Serikat, Henry
S. Truman mengenalkan doktrin yang disebut dengan Truman Doctrine (Scott 2001).
Amerika Serikat ingin mencegah Soviet dalam mengambil alih Turki dan Yunani dengan cara
mengirimkan bantuan. Tak hanya itu, Amerika Serikat juga mengeluarkan Containment
Policy yang dicetuskan oleh George Kennan dengan tujuan yang sama yaitu agar Uni Soviet
tidak mengambil alih negara lain untuk menyebarkan ideologi komunisme. Namun kondisi
perang semakin sengit dikarenakan komunisme telah menyebar ke kawasan Asia. Hal ini
ditandai dengan China yang didominasi oleh ideologi komunisme dan penyerangan pada
Asfrik Thandie Larasati_072111233081_Jurnal Individu_Week 9_Sejarah Diplomasi

Korea Selatan dari Korea Utara yang mendapat dukungan dari Joseph Stalin sebagai
pemimpin Uni Soviet (Young dan Kent 2013).

Perang Dingin memiliki ciri khas yaitu tidak menggunakan perang senjata dan muncul
penggunaan nuklir yang masif. Hal ini menyebabkan konsekuensi yang cukup krusial yaitu
Krisis Sputnik dan Krisis Kuba. Krisis Sputnik merupakan periode dimana kesuksesan
peluncuran satelit Soviet Sputnik pada tahun 1957 menyebabkan kecemasan dan
kekhawatiran yang besar di Amerika Serikat. Satelit ini merupakan satelit pertama dunia
yang diluncurkan Uni Soviet sebagai lambang penting dalam penguasaan luar angkasa.
Amerika Serikat merasa terancam karena hal ini berarti bahwa Uni Soviet memiliki
kemampuan untuk meluncurkan rudal antarbenua yang menjadi kekhawatiran untuk
keamanan nasional kedua negara. Pada akhirnya pemerintah Amerika Serikat mendirikan
Aeronautics and Space Administration (NASA) dan mengeluarkan Undang - Undang
Pendidikan (NDEA) untuk meningkatkan pengetahuan pelajar Amerika Serikat (Young dan
Kent 2013).

Kemudian Krisis Kuba yang merupakan konfrontasi yang terjadi pada bulan Oktober 1962
antara Amerika Serikat, Uni Soviet, dan Kuba. Uni Soviet menempatkan rudal nuklir di Kuba
dan dianggap sebagai suatu ancaman bagi Amerika Serikat. Hal ini dilakukan oleh Uni Soviet
dikarenakan Amerika Serikat juga telah menyebarkan rudal nuklir di Turki dan Italia
sehingga Uni Soviet secara diam-diam melakukan hal tersebut. Peristiwa ini menjadi suatu
tonggak dalam terjadinya perang nuklir. Pada akhirnya Amerika Serikat bernegosiasi dengan
Soviet dan terbentuk Partial Test Ban Treaty (1963) yang melarang adanya uji coba nuklir
(Scott 2001). Pada tahun 1969 dalam pemerintahan Presiden Amerika Serikat Richard Nixon,
Amerika Serikat dan Uni Soviet melakukan kerjasama kooperatif untuk menghentikan
penggunaan senjata dalam konflik dan berfokus kepada diplomasi untuk mencapai
kepentingan bersama (Blaton dan Kegley 2017). Setelah pemerintahan Mikhail Gorbachev,
konflik antara Amerika Serikat dan Uni Soviet mulai berakhir. Uni Soviet memperbaiki
hubungan dengan Amerika Serikat dan negara-negara bagian barat lainnya. Berakhirnya
perang dingin ditandai dengan penandatanganan Strategic Arms Reduction Treaty (START)
untuk mengurangi penggunaan senjata nuklir. Dengan ini Perang dingin resmi berakhir
dengan runtuhnya tembok Berlin dan kehancuran komunisme di Uni Soviet pada tahun 1991
(Scott 2001).
Asfrik Thandie Larasati_072111233081_Jurnal Individu_Week 9_Sejarah Diplomasi

Referensi:

Blanton, Shannon L. dan Charles W. Kegley, 2017. World Politics : Trend and

Transformation. Canada: Cengage Learning.

Sempa, Francis P., Geopolitics, from the Cold War to the 21st Century, 2002. “Geopolitic

Perspective”

Scott, Len, 2001. “International History 1945-1990,” dalam Baylis, John dan Steve Smith

(eds.), 2001. The Globalization of World Politics. Oxford: Oxford University Press.

Young, John W. dan John Kent, 2013. International Relations Since 1945 : A Global

History. Oxford: Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai