Anda di halaman 1dari 21

Runtuhnya Uni Soviet

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Dunia Kontemporer

Oleh :

Kelompok 5

Muhammad Taufik Nurwansyah 4415155270

Rizka Harmawati 4415151612

Tutut Hardianti 4415151863

Yeni Rahmawati 4415150562

Prodi Pendidikan Sejarah

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Jakarta

2018

1
A. Uni Soviet Pasca Perang Dunia
Uni Soviet mulai terbentuk setelah adanya Revolusi Rusia pada tanggal 25 Oktober 1917. Uni
Soviet sendiri merupakan negara komunis terbesar dan tertua yang pernah ada di dunia. Revolusi
Bolshevik adalah pimpinan Lenin yang melahirkan negara Uni Soviet dan menjadikan paham
Komunisme sebagai ideologi satu-satunya. Tahun 1920, Lenin membentuk Komintern Pact ( Pacta
Komunisme Internasional) sehingga komunis tidak hanya di Uni Soviet saja, tetapi juga berkembang
di seluruh dunia dan merupakan gabungan-gabungan dari negara- negara sosial komunis yang
beranggotakan 15 negara bagian, yaitu Rusia, Armenia, Azerbaijan, Belorusia, Estonia, Georgia,
Kazakhstan, Kirgisia, Latvia Lithuania, Moldovia, Tadjikistan, Turkmenistan, Ukraina, dan
Uzbekistan yang bergabung pada tahun 1958.  Negara-negara tersebut tergabung dalam Republics
Sosialist Soviet atau bisa disebut dengan RRS.

Pada akhir perang dunia ke II Amerika Serikat dan Uni soviet tergabung dalam pihak sekutu
yang memenangkan perang dunia II dan dianggap sebagai Negara super power. Amerika Serikat dan
Uni soviet merasa sama kuat sehingga terjadilah persaingan. Mereka saling bersaing menyebarkan
pengaruh. Amerika Serikat berupaya menyebarluaskan paham liberal, sedangkan Uni Soviet
menyebarkan paham komunis. Terjadinya konflik, ketegangan, dan persaingan antara Amerika
sebagai Blok Barat dan Uni Soviet sebagai Blok Timur menyebabkan meletusnya Perang Dingin
tahun 1947. Kebanyakan negara Eropa timur dan tengah masuk dalam cakupan Soviet yang
melibatkan pendirian rezim-rezim Komunis dengan dukungan penuh atau setengah dari otoritas
pendudukan Soviet.

2
Latar Belakang Munculnya Perang Dingin
            Berakhirnya Perang Dunia II menimbulkan dampak tersendiri terhadap Amerika Serikat dan
Uni Soviet, kedua Negara yang sama-sama kuat saling bersaing untuk menyebarkan pengaruh dan
mendapat predikat negara terkuat di Dunia. Perang Dingin merupakan ungkapan yang diciptakan pada
tahun 1947 oleh ahli keuangan Amerika Bernard Baruch. Perang ini berasal dari pengalaman historis
dan keinginan politis Amerika Serikat dan Uni Soviet. Setelah memperoleh kemenangan perang dunia
II perbedaan-perbedaan lembaga politik dan ideologi Amerika Serikat dan Uni Soviet mulai
bergejolak, setelah sebelumnya perbedaan-perbedaan tersebut sempat terpendam dan disembunyikan.
Hal ini semakin diperburuk dengan kesempatan pasca perang,mereka sama-sama ingin ingin
membangun Eropa pasca perang, permusuhan antara para Negara adikuasa semakin tampak, mereka
saling berlomba kekuasaan dan saling bangga terhadap kekuatan masing-masing, mereka juga saling
memperkuat perlindungan diri (Marvin Perry, 2013: 409). Tidak hanya persaingan dalam bidang
militer Amerika Serikat dan Uni Soviet sebenarnya juga bersaing ideologi, industri, teknologi,
persenjataan, nuklir, dll.
Dalam meluaskan dan menanamkan pengaruhnya, Uni Soviet pasca Perang Dunia II ikut
memprakarsai berdirinya PBB pada tahun 1945 bersama dengan kekuatan anti-Fasis lainnya, namun
koalisi anti-Fasisme tidak berlangsung lama (Fahrurodji, 2005: 64). Saat itu juga Amerika Serikat
memperkuat dan membantu pemerintahan dalam mempertahankan dirinya dari agresi Komunis. Hal
ini menyebabkan Stalin tidak terima karena menganggap Amerika dan Inggris telah mengeluarkan
kebijakan yang agresif.
Pada tahun 1949, Amerika Serikat berperan dalam pembentukan NATO (North Atlantic
Treaty Organization—Pakta Pertahanan Atlantik Utara) demi mempertahankan Eropa Barat, sebagai
balasan tahun 1955 Uni Soviet membentuk Pakta Warsawa atau Warsaw Treaty Organization (WTO)
(Samuel Willard, 2007: 185). Persaingan ini mengakibatkan sistem politik internasional terpecah
menjadi dua blok yaitu Blok Barat (Amerika) dan Blok Timur (Uni Soviet). Kedua kekuatan saling
bersaing berlomba senjata, perimbangan kekuatan, dan ancaman nuklir. Persaingan terus terjadi
hingga menyebar ke luar Eropa, walaupun kedua negara tidak bertempur secara langsung tapi
mengakibatkan dampak besar bagi negara-negara lainnya.

Faktor-faktor utama penyebab Perang Dingin


1.      Penyebaran Ideologi
Dua pemenang perang dunia II adalah Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat berideologi
liberal-kapitalis sedangkan Uni Soviet beridologi Komunis. Dua ideologi ini bertentangan karena
liberal lebih pada kebebasan individu, komunis lebih pada Negara yang mengendalikan dan berperan
besar.

3
2.      Keinginan untuk berkuasa
Kedua Negara sama-sama ingin berkuasa di dunia, Amerika membantu meminjami modal pada
Negara-negara yang berkembang demi menjauhkan pengaruh sosialis komunis. Uni Soviet
mempengaruhi Negara-negara lain dengan cara memberikan bantuan senjata dan tenaga ahli (Wahjudi
Djaja, 2012: 203). Dalam memperluas dan menanamkan pengaruh, Amerika Serikat berupaya
memanfaatkan kondisi masyarakat, bangsa,dan Negara sebagai sasarannya (Julius Siboro, 2012: 7).
Jadi pasca perang dunia keadaan sosial ekonomi Negara-negara sekitar sangat buruk dan
pemerintahan tidak stabil. Hal ini dimanfaatkan Amerika maupun Uni Soviet untuk memperjuangkan
kepentingannya masing-masing.
3.      Berdirinya pakta pertahanan
Amerika Serikat dan Uni Soviet mendirikan pakta pertahanan. Amerika Serikat mendirikan NATO
sementara Uni Soviet mendirikan pakta Warsawa dan beranggotakan Albania, Bulgaria,
Cekoslovakia, Jerman Timur, Hongaria, Polandia, dan Rumania. Berdirinya pakta menimbulkan
kecurigaan antara Blok Barat dan Blok Timur. Amerika dianggap menjalankan politik imperialis
sedangkan Uni Soviet dianggap memperluas hegemoni atas Negara-negara demokrasi melalui
ideologi komunisme (Wahjudi Djaja, 2012: 204—205).

Perang Dingin Perseteruan NATO dan Pakta Warsawa


Pada tahun 1946 Stalin menuduh Inggris dan AS melancarkan kebijakan internasional yang
agresif, yang dijawab W. Churcill sebagai bentuk untuk menentang kekuatan yang disebut “Komunis
Timur”. Mengakibatkan terbelahnya system perpolitikan internasional menjadi dua blok besar, Blok
Barat yang dikomado Inggris dan AS dan Blok Timur oleh Uni Soviet, kebijakan yang diambil Uni
Soviet yaitu menyelenggarakan Tirai Besi (mengisolasi diri). Konfrontasi dua system kekuatan yang
ditandai dengan perlombaan senjata, perimbangan kekuatan dan ancaman perang nuklir dari tahun
1946 sampai akhir 1980-an disebut sebagai perang dingin.
Pada tahun 1949 AS dan sekutunya di Barat membentuk NATO (Pakta Pertahanan Atlantik
Utara) sedngkan Uni Soviet membentuk SEV (Dewan Kerjasama Ekonomi Negara-negara Sosialis).
Meningkatnya suhu politik internasional dan menguatnya ancaman terhadap negara, Uni Soviet
menekankan peningkatan teknologi persenjataan, dan Uni Soviet berhasil menguasai teknologi
persenjataan nuklir yang mendorong perimbangan kekuatan senjata terhadap Barat. Pada tahun 1955
untuk mengimbangi NATO, Uni Soviet membentuk Pakta Warsawa. Pemerintah Khruschev
mencanangkan koeksistensi damai dalam kaitannya dengan NATO, yang memungkinkan perbaikan
hubungan dengan negara-negara Barat, namun itu tidak berlangsung lama, konflik yang terjadi
diberbagai belahan dunia secara tidak langsung melibatkan Uni Soviet dan negara NATO.

4
B. Perkembangan Uni Soviet serta Perang Dingin pada masa Khruschev dan Brezhnev
- Masa pemerintahan Nikita Khruschev (1953-1964)

Segera setelah Stalin wafat pada tahun 1953, tampuk kepemimpinan pun dengan cepat disabet
oleh Nikita Khruschev, yang tak lama setelah memegang tampuk pimpinan, Khrushchev
mengumumkan arah kebijakan pemerintahannya yang secara garis besar merupakan koreksi terhadap
pemerintahan Stalin. Periode ini menjadi periode ‘sejuk’ setelah sekian lama masyarakat Soviet hidup
dalam sistem yang keras gaya Stalin. Berbagai perubahan baik di bidang politik, sosial, dan budaya
secara umum terjadi secara dramatis. Periode ini, mengutip penulis Rusia, Ilya Ehrenburg, dikenal
dengan istilah “Ottepel” (Thaw), yakni waktu pendek antara musim dingin ketika salju mulai mencair.

Pada waktu ini pulalah Khrushchev mulai menerapkan sebuah kebijakan yang disebut oleh
sejarawan sebagai kebijakan Destalinisasi. Kebijakan yang dilakukan Krushchev tersebut dalam
pengertiannya merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh Khrushchev untuk menghapus,
mendiskreditkan dan meninggalkan pengaruh 1 kebijakan dan strategi Joseph Stalin dalam kehidupan
politik Uni Sovyet. Kebijakan tersebut juga diperkuat oleh kritikan Khrushchev terhadap Stalin pada
pidatonya yang dibacakan di kongrespartai komunis Uni Soviet ke-20tahun 1956. Pidato yang
berjudul “Pada Kultus Kepribadian dan Akibatnya” tersebut memuat kritikan tajam atas pemerintahan
diktatorial Stalin dan kultus kepribadiannya yang tidak sejalan dengan ideologi komunis dan Partai.

Secara umum, Kruschev lebih berpikir tentang masa depan daripada masa yang sedang
dijalaninya. Ia menciptakan slogan, “kejar dan lampaui Amerika!”. Ia berjanji pada rakyat bahwa
generasi mereka akan hidup di bawah komunisme dan komunisme akan datang pada 1980. Mungkin
dari ambisi itulah Kruschev memberikan keterbukaan untuk perkembangan bangsanya. Dari segi
kehidupan periode ini menjadi periode “sejuk” setelah di masa-masa sebelumnya masyarakat Soviet
hidup dalam masa yang represiv. Berbagai perubahan baik di bidang politik, sosial, dan budaya secara
umum terjadi secara dramatis. Di bidang politik, mungkin ini lah masa dimana pengenalan demokrasi
dalam masyarakat Rusia yang selama sekian dasawarsa, bahkan selama sekian abad tak mengenal
demokrasi.

Selain itu Kruschev berusaha memberantas sistem komando administrasi birokrasi yang
menjadi tumpuan pada masa Stalin, yakni dengan melancarkan penghapusan pengkultusan Stalin,
dilakukan reorganisasi dan perombakan pada tubuh departemen dalam negeri dan orga-organ
keamanan negara, serta berbagi rehabilitasi terhadap korban-korban represi Stalin. Salah satu bentuk
nyata dari reformasi Kruschev adalah penghapusan Gulag yang merupakan lambang dari represi
fisik-psikis bangsa Rusia di bawah rezim Stalin. Bahkan dalam kongres PKUS ke 20 tahun 1956
diputuskan hak sipil dan kebebasan sipil diperluas, sehingga kondisi sosial politik masyarakat tidak
menjadi kaku dan represif.
1
http://gulaghistory.org/nps/downloads/gulag-curriculum.pdf , diakses pada 20 Mei 2018

5
Setelah adanya kebebasan, kebudayaan masyarakat menjadi ikut berkembang. Salah
satunya dalam bidang kesusastraan muncul berbagai karya sastra besar seperti “Sehari dalam
Kehidupan Ivan Denisovic”, “Gulag Archipelago”, karya Aleksander Solzhenitsyn, “Doktor Zhivago”
karya Boris Pasternak dan sebagainya.Dalam bidang ekonomi, Kruschev melakukan intensifikasi
pertanian. Seperti program Kolkhoz (kolektivnoe khozyaistvo) atau usaha tani kolektif, salah satunya
adalah mengeluarkan instruksi untuk menanami seluruh Soviet dengan jagung. Dan pembangunan
apartemen era Kruschev yang disebut Khruschyovka.

Terlepas dari beberapa kebijakan dalam negeri yang dibuat oleh Khruschev sebelumnya, ia
juga telah menyadari akan meningkatnya suhu politik internasional dan menguatnya ancaman
terhadap Negara, untuk itu pemimpin Uni Soviet tersebut berusaha menekankan pentingnya
pengembangan teknologi persenjataan sebagai upaya memperkuat pertahanan negara. Uni Soviet pun
akhirnya berhasil menguasai teknologi persenjataan nuklir yang mendorong perimbangan kekuatan
senjata terhadap Barat. Hal ini telah dibuktikan dengan diadakannya percobaan bom nuklir bernama
Tsar Bomba pada tahun 1961.2 Selain itu untuk menguatkan kerjasama ekonomi antar blok sosialis,
Uni Soviet pada 1949 telah membentuk Dewan kerjasama Ekonomi Negara-negara Sosialis atau
biasa disebut COMECON3, lalu Pada tahun 1955 untuk mengimbangi kekuatan NATO yang
sebelumnya telah dibentuk pada tahun 1949, Soviet juga membentuk Organisasi Perjanjian Warshawa
(OWD) atau yang lebih dikenal dengan Pakta Warsawa.

Khruschev juga dalam perkembangannya makin ingin menguatkan hegemoninya di Eropa


Timur yang dibuktikan dengan pembungkaman secara paksa protes massal yang terjadi di Hungaria
pada bulan November 1956 hingga berujung invasi ke Negara tersebut. proses peredaman protes yang
dipimpin oleh tokoh reformator dari partai komunis Hungaria seperti Imre Nagy berbuntut
penginvasian negeri tersebut yang diperintahkan oleh Khrushchev dikarenakan reformasi yang
dilakukan oleh Nagy tersebut dapat membahayakan kontrol Soviet terhadap blok timur.

Uni Soviet dibawah Pemerintahan Krushchev juga sebenarnya telah berusaha untuk melihat
pentingnya upaya diplomasi dalam upaya mengurangi ketegangan dunia dengan cara memperluas
hubungan kerjasama Uni Soviet dengan negara-negara di dunia, serta khususnya dengan negara-
negara Barat yang dahulu pada masa pemerintahan Stalin pernah dimusuhi. Untuk itu Khrushchev
telah mencanangkan kebijakan luar negeri yang biasa disebut dengan istilah koeksistensi damai
(mimoe sosushyestvovanie). Kebijakan ini memungkinkan pebaikan hubungan dengan Negara –
Negara Eropa Barat dan juga dengan Amerika Serikat yang pada saat itu telah tergabung dengan pakta
pertahanan Atlantik (NATO).

2
https://en.wikipedia.org/wiki/Tsar_Bomba, diakses pada 25 Mei 2018
3
https://en.wikipedia.org/wiki/Comecon, diakses pada 25 Mei 2018

6
Langkah tersebut direalisasikan dengan mengadakan kunjungan resmi pemimpin Uni Soviet
ke AS untuk pertama kalinya dalam sejarah, yaitu ketika Khrushchev bertemu dengan presiden
Eisenhower pada September 1959. Pertemuan tersebut juga ditentang oleh Mao Tse Tung dan
menjadi salah satu faktor dari pecahnya aliansi komunisme antara Tiongkok dengan Uni Soviet. 4
Namun pada akhirnya usaha normalisasi hubungan baik ini termentahkan oleh beberapa insiden
seperti peristiwa penembakan pesawat mata-mata AS U-2 yang terbang di teritori udara Uni Soviet
pada Mei 1960, sehingga usaha untuk mengurangi ketegangan antar blok di masa pemerintahan
Khrushchev tidak berlangsung lama, beberapa konflik tak langsung yang melibatkan Uni Soviet dan
Negara – Negara NATO akhirnya terjadi di berbagai belahan dunia. Seperti misalnya dalam Krisis
Suez yang terjadi pada tahun 1965, dukungan Soviet terhadap Mesir yang berupaya menasionalisasi
Terusan Suez, menyebabkan agresi kemarahan Inggris dan Perancis.

Setelah Presiden AS sebelumnya, yaitu Eisenhower digantikan posisinya oleh John F


Kennedy pada 1961, Khrushchev segera mengadakan pertemuan dengan pemimpin baru AS tersebut
dalam rangka memperbaiki hubungan kedua negara pada tahun berikutnya. Namun lagi-lagi terjadi
perselihan kembali setelah munculnya ketidaksepahaman atas status Berlin sehingga membuat kedua
negara adi kuasa itu tetap menjaga jarak. Hubungan semakin runyam dan memburuk ketika pada 19
Agustus 1961 pemerintah Jerman Timur atas prakarsa dari presiden Jerman Timur saat itu, Walter
Ulbricht membangun tembok Berlin yang merusak perjanjian Postdam.

Disamping itu setelah adanya krisis Kuba, yang diawali dengan gagalnya invasi ke Kuba yang
dilakukan oleh Amerika Serikat di Teluk Babi untuk menjatuhkan pemerintahan sosialis Castro, 5
membuat Uni Soviet menolong saudara sosialisnya di Karibia tersebut dengan menempatkan rudal –
rudal jarak pendek dan peralatan militer buatan Soviet di Kuba untuk mengantisipasi kemungkinan
agresi AS kembali ke Negara sosialis itu, menyebabkan Krisis Karibia (1962) dimana AS
mengumumkan blokade militernya. Aksi militer di Kuba ini sebenarnya dipicu oleh agresivitas AS
dengan penempatan roket – roket taktisnya di teritori Turki. Kejadian ini juga membuat hubungan
Ruso-Amerika semakin memburuk pasca terjadinya insiden U-2 pada 1960.

- Masa pemerintahan Leonid Brezhnev (1964-1982)

Dalam sejarahnya, Uni Soviet pernah mengalami kemajuan sesaat, tepatnya terjadi pada masa
kekuasaan Nikita Khruschev (1953-1964). Pemerintahan Khruschev merupakan gerbang perbaikan
dari pemerintahan sebelumnya di bawah pimpinan Joseph Stalin. Tetapi sejak tahun 1962, seiring
bertambahnya usia, Khruschev dalam mengambil kebijakan semakin tidak menentu dan bahkan
sampai mempengaruhi kinerjanya hingga merusak kepercayaan rekan-rekannya di Pemerintahan.

4
https://en.wikipedia.org/wiki/Sino-Soviet_split, diakses pada 25 Mei 2018
5
https://en.wikipedia.org/wiki/Bay_of_Pigs_Invasion , diakses pada 25 Mei 2018

7
Permasalahan ekonomi Uni Soviet yang sedikit demi sedikit mulai memburuk juga meningkatkan
tekanan pada kepemimpinan Khrushchev.Hingga puncaknya pada bulan Oktober 1964, sementara
Khrushchev sedang berlibur di Krimea, beberapa petinggi partai seperti Brezhnev yang saat itu
menjabat sebagai sekretaris di komite sentral Partai Komunis Uni Soviet beserta Nikolai Podgorny
mengadakan sebuah plot untuk menumbangkan Khruschev dengan cara mengajukan banding ke
Komite Sentral, lalu menyalahkan Khrushchev atas kegagalan ekonomi yang sedang diderita oleh
Soviet. Dipengaruhi oleh sekutu Brezhnev, anggota Politbiro akhirnya memilih untuk mencopot
Khrushchev dari jabatannya.

Pada tahun 1964, Brezhnev akhirnya menggantikan posisi Nikita Khrushchev sebagai Sekretaris
Pertama Partai Komunis Uni Soviet.Ketika Brezhnev menggantikan Khrushchev sebagai Sekretaris
Umum Partai Komunis yang baru, dia memegang otoritas politik tertinggi sebagai pemimpin Uni
Soviet.6 Namun, ia berbagi kepemimpinan kolektif dengan Nikolai Podgorny (Ketua Soviet Tertinggi
dan kepala negara nominal) dan Alexsei Kosygin, yang menjabat sebagai Perdana Menteri Uni Soviet.
Segera setelah Brezhnev berhasil mengonsolidasikan kekuatannya, ia lalu berusaha untuk
memperkuat dominasinya dalam pemerintahan Uni Soviet.

Dalam masa tersebut, Pemerintahan Soviet di bawah pimpinan Brezhnev berusaha untuk
menetapkan tugas dengan mempercepat pertumbuhan ekonomi Soviet, yang telah melambat selama
tahun-tahun terakhir Khrushchev sebagai penguasa. 7 Akan tetapi pada praktiknya,Tidak ada reformasi
ekonomi yang begitu radikal dan signifikan, yang dilakukan selama era Brezhnev, hingga
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan pada tahun 1970an dan masa ini disebut pula
sebagai periode Stagnasi (atau disebut pula sebagai Brezhnevian Stagnation).8

Hal-hal yang menyebabkan stagnasi tersebut diantaranya adalah dari gagalnya implementasi dari
sistem ekonomi Soviet dan diperparah oleh kegagalan untuk melakukan reformasi. reformasi ekonomi
yang dimaksud adalah reformasi ekonomi yang digalakkan oleh Perdana menteri Soviet saat itu, yaitu
Aleksei Kosygin. Lalu disebabkan pula oleh pribadi Brezhnev yang asalnya adalah pemimpin yang
mempunyai pemikiran konservatif serta kaku dalam mengelola negara. Dia tidak memiliki imajinasi
politik (seperti Khrushchev dan Kosygin) untuk mengantisipasi masalah yang diderita oleh Soviet saat
itu dan membuat perubahan yang sesuai. Selain itu, adanya keterbelakangan teknologi yang
diperlukan untuk meningkatkan produksi, Kegiatan korupsi yang menggerogoti birokrasi Soviet, serta
biaya yang mahal untuk membiayai doktrin Brezhnev juga turut menimbulkan keadaan yang
menjurus kepada peristiwa stagnasi yang diderita oleh Soviet selama beberapa dekade Brezhnev
berkuasa sekitar tahun 1960-an hingga 1980-an.

6
http://www.history.com/this-day-in-history/brezhnev-is-soviet-president , diakses pada 3 Januari 2018
7
https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_the_Soviet_Union_(1964%E2%80%9382) , diakses pada 3 Januari
2018
8
https://en.wikipedia.org/wiki/Era_of_Stagnation , diakses pada 3 Januari 2018

8
Sementara itu dalam pelaksanaan hubungan luar negerinya, Brezhnev cenderung untuk
melaksanakan politik luar negeri Détente dengan Barat, terutama Amerika, yang lebih mirip dengan
kebijakan yang pernah diterapkan oleh Khruschev seperti koeksistensi damai, namun politik luar
negeri milik Brezhnev tersebut berbeda dari yang dimiliki oleh pendahulunya, dikarenakan politik
Détente disini adalah kebijakan luar negeri yang diterapkan oleh Brezhnev tersebut lebih
komprehensif serta luas dalam mencapai tujuannya. Seperti contohnya adalah diadakannya Perjanjian
SALT (Strategic Arms Limitation Talks) I pada 1972 hingga SALT II yang diadakan pada 1979 yang
intinya tentang pengendalian senjata, pencegahan krisis, perdagangan Timur-Barat, keamanan Eropa
dan hak asasi manusia.

Akan tetapi, sama seperti sebelum-sebelumnya, perjanjian demi perjanjian perdamaian yang
pernah dibuat oleh Soviet, termasuk pada masa kekuasaan Brezhnev pun nyatanya hanya menjadi
bualan semata, hal ini disebabkan oleh masih kuatnya keinginan Uni Soviet untuk menyebarluaskan
pengaruh diplomasi serta politik luar negerinya di Timur Tengah serta Afrika. Sehingga sekretaris
negara Amerika saat itu, Henry Kissinger berasumsi mengenai kegagalan kebijakan luar negeri
détente yang sudah tak terelakkan lagi. Apalagi hal ini juga diperparah oleh adanya dukungan
Brezhnev dari 1965 hingga 1976 terhadap usaha Vietnam Utara untuk melakukan unifikasi. Uni
Soviet pada masa Brezhnev juga sangat hati-hati dalam menjaga hegemoninya di negara-negara yang
tergabung dalam blok timur. Hal ini terlihat dari upaya Soviet untuk menghentikan reformasi yang
digalakkan di Cekoslovakia di bawah pemerintahan Alexander Dubcek. Reformasi tersebut lalu
ditanggapi dengan invasi Soviet ke negara Cekoslovakia pada 1968. Setelah Brezhnev berhasil
menjatuhkan rezim Dubcek, ia lalu mengeluarkan doktrin untuk menjustifikasi invasi Soviet ke
Cekoslowakia pada Agustus 1968 yang mengakhiri pergerakan Musim Semi Praha dan intervensi-
intervensi militer Soviet sebelumnya, seperti invasi Hongaria tahun 1956.

Intervensi-intervensi tersebut dimaksudkan untuk mengakhiri upaya liberalisasi dan


pemberontakan yang berpotensi mengancam hegemoni Soviet di Blok Timur. Negara-negara yang
tergabung dalam Blok Timur sendiri dianggap oleh Soviet sebagai batas strategis dan defensif yang
penting apabila perang dengan NATO meletus.Asas-asas doktrin ini begitu luas hingga Soviet
menggunakannya untuk menjustifikasi intervensi militer di Afganistan pada perang Soviet-
Afghanistan di tahun 1979.

C. Dibawah Kepemimpinan Yury Andropov

Ketika Brezhnev meninggal pada tahun 1982, Politburo Soviet memilih Yury Andropov,
anggota dan pengurus Partai Komunis sejak tahun 1930-an, hingga posisi Sekretaris

9
Jenderal. Andropov sebelumnya menjabat sebagai duta besar untuk Hongaria, di mana ia membantu
meletakkan Revolusi Hungaria yang demokratis pada tahun 1956, serta kepala KGB.  Mahir dalam
politik pribadi, ia pindah ke lingkaran tertinggi Uni Soviet dan diangkat ke Politbiro , kelompok
pembuat kebijakan Partai Komunis, pada 1973.

Selamat ia memerintah, Andropov memusatkan upayanya untuk mereformasi administrasi


dan budaya Soviet dan mengambil pandangan suram tentang korupsi; bahkan menantu Brezhnev
pergi ke penjara. Selama 15 bulan dia memegang jabatan, dia memecat 15 menteri dan lusinan wakil
menteri dan pejabat daerah; beberapa birokrat yang dihukum karena korupsi dieksekusi oleh regu
tembak. Perubahan ekonomi baru, yang membebaskan manajer pabrik industri atau regional tertentu
dari perencana pusat yang terbatas, menyebabkan pertumbuhan ekonomi 4% pada tahun 1982.

Sebagai tanggapan terhadap peningkatan alkoholisme di Uni Soviet, terutama di antara pejabat
negara, Andropov memperkenalkan jenis vodka baru dengan kandungan alkohol yang lebih rendah,
yang kemudian dikenal sebagai Andropovka.Dia juga terbukti tidak bertoleransi terhadap para
pembangkang dan memperketat perbatasan Soviet untuk mencegah orang yang 'tidak diinginkan'
memasuki negara itu. Saat berkuasa, kesehatan Andropov menurun drastis, dan dia meninggal pada
Februari 1984 karena gagal ginjal.

Dibawah Kepemimpinan Konstantin Chernenko

Setelah kematian Andropov, Konstantin Chernenko, saingan terbesarnya, terpilih sebagai


Sekretaris Jenderal. Sebagai seorang remaja, ia adalah anggota Liga Pemuda Komunis, tempat
pelatihan bagi mereka yang menginginkan posisi di Partai Komunis. Sebagai seorang propagandis
yang terampil, Chernenko akhirnya ditunjuk menjadi komite Komsomol Distrik Novoselovo yang
penting, di mana ia memimpin departemen propaganda dan agitasi.

Pada 1950, Chernenko menjadi ketua partai komunis di Moldova; pada 1971 dia adalah
anggota penuh Politbiro. Dia adalah favorit Brezhnev dan menerbitkan banyak makalah tentang
prinsip-prinsip komunisme dan masalah sosial yang dihadapi Uni Soviet. Ketika Chernenko menjadi
Sekretaris Jenderal pada tahun 1984, dia sudah dalam kondisi kesehatan yang buruk, sebagaimana
dibuktikan oleh penampilan dan perilakunya di pemakaman Andropov.

Yang paling menonjol pada masa kekuasaannya ialah pada tahun 1980, Amerika
Serikat memboikot Olimpiade Musim Panas yang diadakan di Moskow sebagai protes atas invasi
Soviet ke Afghanistan . Olimpiade Musim Panas 1984 berikut akan diadakan di Los
Angeles , California. Pada 8 Mei 1984, di bawah kepemimpinan Chernenko, Uni Soviet
mengumumkan niatnya untuk tidak berpartisipasi , dengan alasan masalah keamanan dan
"sentimen chauvinistik dan histeria anti-Soviet yang dicambuk di Amerika Serikat". Boikot itu di ikuti
oleh 14 negara Blok Timur dan sekutunya, termasuk Kuba (tapi bukan Rumania ). Aksi itu secara luas

10
dilihat sebagai pembalasan atas boikot AS terhadap Olimpiade Moskow. Negara-negara boikot
mengorganisasi " Pertandingan Persahabatan " mereka sendiri pada musim panas 1984. Karena
kesehatannya yang memburuk akhrinya ia meninggal pada 10 Maret 1985 di Moskwa, Rusia.

Dibawah Kepemimpinan Mikhail Gorbachev

Lahir 2 Maret 1931 di Privolnoye, di wilayah Selatan Rusia. Mikhail Gorbachev merupakan
anak dari seorang pekerja kolkhoz (pertanian kolektif) bernama Sergey Andreyevich.

Misha, begitulah panggilan Mikhail Gorbachev pada masa kecil. Ia menghabiskan sebagian
waktunya di kota tersebut. Dengan bakat dan prestasinya yang cukup baik di sekolah dan
keaktifannya dalam mengikuti berbagai organisasi, kemudian ia melanjutkan studinya di Ibukota,
Moskow pada Tahun 1950-an. Selama 5 tahun ia menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas
Negeri Moskow (MGU) dan lulus dengan predikat yang sangat baik. Ia bertemu dengan istrinya,
Raisa Maximovna Titorenko di Universitas Moskow dan keduanya menikah Tahun 1953. mereka
mendapat seorang anak perempuan kecil yang lucu bernama Irina Mihailovna Virganskaya.

Pada tahun 1962, ia terpilih untuk memegang posisi di Stavropol Partai Komunis. Dia
kemudian bertanggung jawab untuk mengurus orang dalam pertanian dan industri. Pada saat yang
sama, ia mengelola bagian administrasi juga. Memiliki gelar sarjana hukum hanya cukup untuk dia.
Mikhail Gorbachev mengambil inisiatif untuk mendapatkan gelar kedua di bidang pertanian dengan
belajar di Institut Pertanian Stavropol.

Karena partisipasi aktif dan antusias dalam partai komunis, ia kemudian terpilih sebagai Pihak
Pertama Sekretaris Kraikom Stavropol pada tahun 1970. Pada tahun 1974, ia diangkat sebagai
Sekretaris Pertama Soviet Agung dan kemudian pada tahun 1979, ia adalah anggota dari Politbiro.
Pada tanggal 11 Maret 1985, ia menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet kelima untuk
menggantikan Konstantin Chernenko yang wafat. Saat terpilih sebagai pemimpin Soviet, ia
mengangkat pembantu-pembantunya dari kalangan politisi muda, dan segera membuat perubahan-
perubahan dalam struktur kekuasaannya. Ia dengan gencar membasmi korupsi, penataan organisasi
PKUS dari orang-orang yang kurang kompeten. Ia juga membuat langkah-langkah anti konsumsi
alkohol dan mengatasi kemunduran ekonomi Uni Soviet.

Ketika ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal, ia bertemu banyak pemimpin dari berbagai
negara dan berhasil membangun hubungan yang baik dengan mereka. Dia dihormati oleh sebagian
besar pemimpin yang unik terutama cara berpikir dan sikap rendah hati dan ramah. Gorbachev
melakukan perubahan besar-besaran dalam sistem perekonomian dan politik yang secara langsung
maupun tidak langsung memicu bubarnya Uni Soviet.

Pada masa pemerintahan Mikhail Gorbachev, beberapa peristiwa dan kebijakan yang terjadi,
antara lain:

11
1. Kebijakan Glasnot dan Perestroika (Juni 1987)
2. Tentara Uni Soviet ditarik dari Afganistan (15 Feb 1989)
3. Tembok Berlin diruntuhkan (9 November 1989)
4. Malta Summit (2 Desember 1989)
5. Pakta Warsawa berakhir (1 Juli 1991)
6. Strategic Arms Reduction Treaty ditandatangani Rusia dan Amerika Serikat (31 Juli 1991)
7. Uni Soviet runtuh (26 Desember 1991)
8.

Kebijakan Mikhail Gorbachev: Prestorika, Glasnost dan Demokratisasi

Tahun 1986 Gorbachev mencanangkan program Perestroika (restrukturasi) ekonomi dan


masyarakat. Keterbukaan dan demokratisasi harus segera dilakukan pemerintah, partai dan media
massa. Kebijakan Gorbachev ini akhirnya melemahkan kontrol rezim komunis Uni Soviet.
Ketidakstabilan ekonomi membuat tiga republik Baltik Estonia, Latvia dan Lithuania menentang
kepemimpinan Uni Soviet. Namun tantangan yang lebih besar justru datang dari Republik Rusia yang
penduduknya mencapai setengah lebih penduduk Uni Soviet.

Mikhail Gorbachev sadar bahwa sedang terjadi masalah di dalam negerinya dan ia ingin
sekali memperbaikinya. Ia memahami betul permasalahan ekonomi yang terus memburuk sebagai
warisan kepimpinan sebelumnya. Stagnasi ekonomi akibat pemborosan dan rendahnya produktivitas,
memerlukan satu penanganan yang mendasar. Masalah sosial politik dalam negeri merupakan
timbunan persoalan akibat sistem represif, telah membawa negara ini ke jurang kehancuran. Selain itu
untuk mempertahankan pengaruh Uni Soviet, rela mengorbankan kekuatan ekonominya. Berbagai
misi militer dikirim ke negara-negara ke seluruh pelosok dunia. Terdapat juga perlombaan senjata
nuklir yang membahayakan umat manusia.
Permasalahan domestik maupun internasional yang harus dihadapi oleh Mikhail Gorbachev
inilah yang harus dihadapi dan dipecahkan. Hal pertama yang dilakukannya adalah memaklumkan
diselanggarakannya sebuah kurs (kebijakan) reformis yang kemudian dikenal dengan Perestorika
(restrukturisasi). Sebagai penggerak Perestorika diangkat juga semboyan:
“Demokratiya”(demokrasi) dan “Glasnost” (keterbukaan).
Perestorika adalah sebuah restrukturisasi untuk mengantisipasi proses stagnasi dan
kelumpuhan total, dengan menciptakan mekanisme percepatan yang efektif bertumpu pada kinerja
dan karya nyata masyarakat, pada perkembangan demokrasi dan perluasan keterbukaan. Pada
dasarnya Perestorika adalah proses yang ditujukan untuk memperbaiki dan memperbaharui struktur
pemerintahan dan masyarakat Soviet yang pada akhirnya ditujukan untuk memperkuat sistem

12
sosialisme. Tujuan akhir dari langkah reformis ini adalah untuk memperbaiki masyarakat Soviet
secara politik, ekonomi dan moral.

Bidang Ekonomi
Pemerintahan melakukan perluasan independensi perusahaan-perusahaan negara, serta
memperkuat perkembangan sektor koperasi. Pada musim panas tahun 1990 pemerintah
memperbolehkan sistem kepemilikan pribadi dan privitasi. Dimulailah “Ekonomi Pasar”, salah satu
program yang cukup terkenal adalah “Program 500 hari”. Namun langkah tersebut tidak dapat
memperbaiki keadaan, justru menambah beban hidup dan kecemasan di masyarakat
Bidang Budaya
Glasnost dan demokratisasi membawa perubahan yang berarti bagi kehidupan intelektual dan
perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan budaya. Dihapuskannya sensorship terhadap pers yang
bersifat ideologis yang selama ini mengekang kebebasan berpikir dan berekspresi.
Penikmat sastra juga berkesempatan membaca karya-karya Aleksandr Solzhenitsyn, Boris
Pasternak, Losif Brodsky, Isak Babel, Sergei Bulgakov, Andrei Platonov dan karya-karya satrawan
Rusia lainnya yang selama ini ‘diharamkan’ di Uni Soviet. Ruang gerak para seniman avant-grade
kembali dibuka. Dunia perfilman pun tak kalah menggeliat. Musik rock yang sebelumnya ditabukan
dan dianggap sebagai musik kapitalis mengalami perkembangan di kalangan kaum muda rusia.
Kehidupan spiritual keagamaan merupakan salah satu yang tersentuh angin keterbukaan yang
dihembuskan lewat Glasnost dan Perestroika. Terjadinya restorasi tempat-tempat beribadah dan
tempat-tempat suci berbagai agama.

Bidang Politik
Glasnost (keterbukaan) dan Demokratizatsiya (demokratisasi). Pemikiran Politik Baru
termasuk inisiatif diakhirinya Perang Dingin.
Glasnost (keterbukaan) berasal dari kata ‘golos’ yang artinya suara. Ini mengisyaratkan
bahwa pembungkaman yang tersistemasi selama tujuh dasarwasa telah mengakibatkan tidak
terakomodasinya partisipasi publik dalam proses kehidupan politik dan sosial. Glasnost (keterbukaan)
memungkinkan masyarakat Soviet mengetahui tak hanya sisi baik, tapi juga sisi buruk masyarakat
Soviet.
Gorbachev (1988) tentang Glasnost (keterbukaan) menyatakan, “Kita berusaha mencapai
keterbukaan yang lebih besar dalam semua aspek kehidupan masyarakat”.

Kebijakan Luar Negeri Gorbachev

13
Arah kebijakan baru Uni Soviet di bawah Gorbachev ini tentu membawa angin segar bagi
hubungan Uni Soviet dengan negara-negara Barat dan As. Uni Soviet yang selama ini dianggap
sebagai “imperium Setan”, dianggap telah memunculkan wajah baru yang ramah pada masa
kepimpinan Gorbachev. Dengan adanya memperbaiki hubungan dengan lawan politik Perang Dingin
ini dapat mengurangi ketegangan antara hubungan antara dua kekuatan adidaya yang menguasai dunia
secara tidak langsung pasca Perang Dunia II. Namun di sisi lain, porsi perhatian Moskow terhadap
sekutu tradisional yang tergabung dalam Pakta Warshawa menjadi berkurang.

Tapi, kenyataannya kebijakan Gorbachev ini akhirnya akan melemahkan kontrol rezim
komunis Uni Soviet. Ketidakstabilan ekonomi membuat tiga republik Baltik Estonia, Latvia dan
Lithuania menentang kepemimpinan Uni Soviet. Namun tantangan yang lebih besar justru datang dari
Republik Rusia yang penduduknya mencapai separoh lebih penduduk Uni Soviet. Kebijakannya yang
menuai pro dan kontra itu ternyata mendapatkan apresiasi dari negara luar yang menganggap bahwa
gorbachev telah berhasil membuat angin baru bagi Uni Soviet, tapi justru mendaptkan ancaman dari
pihak dalam negeri karena memicu keruntuhan Uni Soviet dan rezim komunisme.

D. Runtuhnya Uni Soviet Dan Dampaknya

Keruntuhan Pakta Warsawa

Meskipun tujuan awal pembentukan Pakta Warsawa oleh Uni Soviet adalah sebagai alat
untuk mengimbangi kekuatan NATO di kawasan Eropa Barat, namun kenyataannya pembentukan
pakta tersebut hanya bertujuan sebagai salah satu cara untuk melegalkan eksistensi Uni Soviet di
kawasan Eropa Timur. Proses degradasi hubungan Pakta Warsawa di kawasan Eropa Timur terjadi
sejak masa tahun 1956 ketika Kruschev mencanangkan program de-Stalinisasi. Namun sayangnya,
proyek tersebut membawa perubahan terhadap sistem keamanan Uni Soviet. Curtis menyatakan
bahwa de-Stalinisasi ala Kruschev membawa perubahan signifikan dalam peran Pakta Warsawa
sebagai unsur keamanan Uni Soviet.

Salah satu peran Pakta Warsawa adalah sebagai penjaga ‘’Bangunan Sosialisme’’ di negara-
negara yang tergabung di dalamnya. Akibat dari program tersebut adalah terjadinya Revolusi
Hungaria dan Kerusuhan Oktober di Polandia. Kerusuhan Oktober Polandia terjadi pada tahun 1956.
Kerusuhan ini terjadi akibat adanya intervensi yang dilakukan oleh Uni Soviet ke dalam urusan dalam
negeri Polandia. Pihak Partai Serikat Pekerja Polandia menyatakan bahwa kerusuhan seharusnya tidak
terjadi apabila tidak ada monopoli kekuasaan politik dan pihak Uni Soviet tidak memaksakan diri
untuk memaksa Polandia agar mematuhi kebijakan keamanan serta kebijakan luar negeri Uni Soviet.

Kekuasaan Uni Soviet di wilayah Polandia memang sangat cukup besar. Pada saat itu
Pimpinan Partai Komunis Polandia, Wladyslaw Gomulka bersama dengan pimpinan Komandan
Angkatan Darat menolak untuk menghentikan aksi demonstrasi yang berlangsung sebagai bentuk

14
perlawanan terhadap pengaruh Uni Soviet di wilayahnya. Berbeda dengan Polandia, Revolusi
Hungaria terjadi sebagai akibat adanya demonstrasi yang dilakukan oleh kaum buruh dan juga
mahasiswa yang turun ke jalan pada akhir Oktober 1956. Dalam orasinya, mereka menuntut agar
pemerintah Hungaria segera membebaskan diri dari belenggu komunisme. Sejak kematian Stalin, para
kaum buruh berharap bahwa hal tersebut akan menjadi akhir dari era kediktaktoran terhadap kaum
proletar. Akan tetapi keinginan mereka sirna karena Hungaria masuk ke dalam aliansi Pakta Warsawa.
Dengan adanya dukungan dari masyarakat, Perdana Menteri Hungaria, Imre Nagy, akhirnya
melaksanakan pemilihan umum dengan sistem multi partai. Hal ini membuat pihak Uni Soviet marah.
Setidaknya sebanyak 200.000 pasukan Uni Soviet datang menyerbu Hungaria dan menewaskan
sedikitnya 25.000 rakyat Hungaria tewas dalam pertempuran selama lima hari.

Akibat dari demonstrasi tersebut, pada bulan Mei 1957 terjadi peningkatan pasukan Uni
Soviet di Hungaria, setelah pasukan Hungaria dinilai tidak dapat mengendalikan situasi di
wilayahnya. Selain itu pihak militer Hungaria juga dipaksa untuk menandatangani sebuah perjanjian
dimana pihak Hungaria menyetujui untuk menerima kehadiran pasukan Uni Soviet di wilayahnya.
Pasukan Uni Soviet yang berada di wilayah Hungaria tersebut secara resmi menjadi Pasukan Wilayah
Selatan (Southern Group of Forces).

Selain dua kerusuhan di atas, berbagai macam kerusuhan terjadi yang mewarnai serangkaian
perjalanan kehancuran Pakta Warsawa. Diantaranya adalah Revolusi Cekoslovakia (Velvet
Revolution/Sametová Revoluce) pada tahun 1989 dan kerusuhan di Rumania. Kedua wilayah tersebut
belajar bahwasannya melepaskan diri dari kontrol Uni Soviet merupakan cara realistis satu-satunya
untuk keluar dari belenggu komunisme. Uni Soviet dengan mengatasnamakan Pakta Warsawa selalu
berusaha untuk menekan setiap kebijakan pemerintah dan militer negara-negara di kawasan Eropa
Timur dengan tujuan untuk melancarakan setiap kebijakan luar negeri Uni Soviet di atas wilayah
tersebut. Uni Soviet sendiri sangat membutuhkan wilayah Eropa Timur untuk menghadang masuknya
pasukan NATO yang hendak menyerang Uni Soviet. Sementara itu, selain di wilayah Eropa Timur,
juga terdapat krisis di wilayah intern Uni Soviet sendiri yang diakibatkan oleh konflik antar etnis.
Diantaranya di wilayah buffer zone Uni Soviet yaitu wilayah Kaukasus. Konflik antar etnis yang
semakin meningkat pada akhir masa kejayaan Uni Soviet merupakan akibat kebijakan politik
Glasnost dan Perestroika yang dicanangkan oleh Gorbachev.

Pada 31 Maret 1991, negara-negara anggota Pakta Warsawa ingin membubarkan persatuan
aliansi militer tersebut dimana pembubaran resminya baru dilakukan pada pertemuan di Praha tanggal
1 Juli 1991. Dengan bubarnya Pakta Warsawa ternyata berakibat pada berakhirnya Perang Dingin
serta pecahnya Uni Soviet menjadi beberapa negara. Setelah Uni Soviet bubar, banyak negara bekas
pecahan Uni Soviet beralih ke demokrasi dan beberapa tahun belakangan ini, masuk ke dalam
keanggotaan NATO.

15
Dengan berakhirnya kejayaan Pakta Warsawa, dapat dilihat bahwa NATO yang berhasil
mempertahankan eksistensi kekuatannya dan dapat dengan mudah mendominasi dunia dalam
beberapa dekade ini.

Runtuhnya Tembok Berlin

Pada pertengahan tahun 1989, terjadi perubahan politik radikal di kawasan Blok Timur.
Dominasi dan pengaruh Uni Soviet melemah di negara-negara kekuasaannya seperti Polandia dan
Hungaria. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya reformasi di dalam Negara Hungaria. Salah satu
kebijakan yang diambil oleh pemerintah reformis Hungaria adalah menghapus peraturan ketat di
perbatasannya dengan Austria. Pada tanggal 19 Agustus 1989, pembatas fisik Hungaria-Austria
dihancurkan. Penghancuran pembatas fisik ini memberikan keuntungan bagi warga Jerman Timur.
Pada bulan September, lebih dari 13.000 warga Jerman Timur mengungsi ke Barat melalui jalur
Hungaria-Austria.

Eksodus besar-besaran yang dilakukan warga Jerman Timur menyebabkan kekacauan.


Ribuan warga Jerman Timur yang ingin ke Jerman Barat mengadakan aksi pendudukan kantor-kantor
kedutaan Jerman Barat di ibu kota negara-negara Eropa Timur, terutama di Prague, Cekoslovakia.
Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Jerman Timur mengeluarkan pernyataan bahwa pemerintah
tidak memerlukan “kaum kriminal dan para pengkhianat antisosial yang tidak bertanggung jawab”,
dan warga Jerman Timur yang ingin pergi ke Jerman Barat (yang dianggap kaum kriminal dan
penghianat) akan diberikan fasilitas berupa transportasi kereta api.

Pernyataan yang dikeluarkan pemerintah Jerman Timur menuai reaksi keras dari warga.
Akhirnya, muncullah demonstrasi besar-besaran di berbagai kota di Jerman Timur. Demonstrasi
berlangsung selama dua bulan. Puncaknya pada tanggal 4 November 1989, ketika hampir setengah
juta demonstran berkumpul di Alexanderplatz memprotes pernyataan pemerintah. Demonstrasi ini
juga disebut aksi “Revolusi Damai”

Akibat situasi yang semakin kacau dan desakan dari Pimpinan Uni Soviet, maka pemimpin
Jerman Timur Erich Honecker mengundurkan diri pada 18 Oktober 1989 dan digantikan oleh Egon
Krenz. Setelah demo berakhir, pada tanggal 7 November terjadi pengunduran diri besar-besaran yang
dilakukan oleh para anggota kabinet Jerman Timur. Sehari kemudian, Pemerintah Jerman Timur yang
baru mengumumkan bahwa semua restriksi (pembatasan) perjalanan ke Jerman Barat dihilangkan.
Esoknya, yaitu tanggal 9 November 1989, jutaan warga Jerman Timur berbondong-bondong pergi ke
pos-pos perbatasan yang kemudian dibuka oleh para penjaga perbatasan. Pada hari itu juga, banyak
warga Jerman baik Barat dan Timur memberanikan diri merusak Tembok Berlin. Peristiwa inilah
yang menandai runtuhnya Tembok Berlin.

16
Secara tidak resmi, Tembok Berlin mulai dihancurkan sehari setelah pengumuman restriksi,
yaitu pada tanggal 9 November 1989. Di sore itu dan beberapa minggu setelahnya, semakin banyak
warga Jerman Timur maupun Barat datang membawa palu godam dan sejenisnya untuk
menghancurkan beberapa bagian tembok sekaligus menciptakan beberapa lubang. Mereka ini dikenal
sebagai “Mauerspechte” (pelatuk tembok).

Pada awalnya, aksi penghancuran tembok yang dilakukan ini tetap dikawal ketat oleh
penjaga. Namun setelah beberapa hari kemudian, intensitas penjagaan semakin longgar. Para penjaga
tembok pun semakin toleran dengan aksi penghancuran tembok serta keluar masuknya warga melalui
tembok yang lubang.

Puncaknya, pada tanggal 13 Januari 1990, tembok ini resmi dihancurkan oleh pemerintah
Jerman Timur, dimulai di Bernauer Strate. Penghancuran ini merupakan salah satu awal dari
reunifikasi (penyatuan kembali) negara Jerman Timur dengan Jerman. Setelah reunifikasi diresmikan
pada tanggal 3 Oktober 1990, penghancuran tembok ini kembali diteruskan dengan alat berat sampai
akhirnya selesai bulan November 1991. sebagian tembok dan menara serta pos perbatasan tetap
dipertahankan di beberapa spot, sebagai tempat memorial dan tempat wisata. Saat ini, setiap tangga 9
November, warga Jerman membuat pesta besar-besaran untuk merayakan keruntuhan Tembok Berlin.

Malta Summit

Malta Summit adalah Konferensi Tingkat Tinggi Malta yang meliputi pertemuan antara
Presiden AS George H. W. Bush dan Perdana Menteri Soviet Mikhail Gorbachev, yang diadakan pada
2-3 Desember 1989, tepat beberapa minggu setelah kejatuhan Tembok Berlin. Peristiwa tersebut
merupakan pertemuan kedua mereka setelah pertemuan yang meliputi Ronald Reagan, di New York
pada Desember 1988. Pada KTT tersebut, Bush dan Gorbachev akan mendeklarasikan akhir Perang
Dingin meskipun peristiwa tersebut masih menjadi bahan perdebatan. Laporan-laporan berita pada
waktu itu menyebut KTT Malta sangat berpengaruh sejak 1945, ketika Perdana Menteri Inggris
Winston Churchill, Perdana Menteri Soviet Joseph Stalin dan Presiden AS Franklin D. Roosevelt
menyepakati rencana pasca perang untuk Eropa di Yalta.

Disintegrasi Uni Soviet


Pada tahun 1989, Perestroika dan glasnost menyebar di kalangan masyarakat Eropa Barat
yang membenci dominasi Uni Soviet. Selama tahun 1989 dan 1990, diseluruh Eropa Timur rakyat
memperlibatkan kebencian mereka kepada kepemimpinan Komunis dan menuntut pembaharuan
demokratis.
Kebijakan Glasnost dan Perestroika yang dijalankan pemerintah Gorbachev ternyata
membawa pengaruh bagi semakin menguatnya gerakan separatisme, akibat semangat keterbukaan dan

17
demokratisasi yang menjadi inti dari kebijakan tersebut. Berbagai konflik antar-etnis yang selama ini
bersembunyi, mulai muncul menjadi konflik terbuka.
Ketidakmampuan pemerintah pusat dalam menangani masalah ekonomi juga semakin
mendorong ketidakpuasaan di republik-republik konstituen Uni Soviet. Ketidakpuasaan ini
mendorong munculnya kekuataan oposisi setempat yang mulai menyerukan ide-ide separatisme.
Beragai konflik etnis ini semakin membawa Uni Soviet ke dalam situasi yang jika dibiarkan
akan menimbulkan perpecahan negara. Situasi ini dipahami oleh Gorbachev. Untuk mengatasi
kehancuran yang mungkin terjadi Gorbachev mengundang para pemimpin republik Soviet dalam
pertemuan di Novo-Ogaryov. Dalam pertemuan itu disepakati perlunya pembaharuan ‘perjanjian’
yang mengikat persatuan bangsa-bangsa Uni Soviet. Hasil pertemuan tersebut rencananya akan
ditandatangani pada 20 Agustus 1991.
Namun, pada 19 Agustus 1991 kelompok komunis konservativ mengadakan kudeta terhadap
kekuasaan Gorbachev dan menyiarkan “Maklumat Pemimpin Uni Soviet” tentang pemberhentian
Mikhail Gorbachev karena alasan kesehatan, dan penyerahan mandat kepada Wapres Gennady
Yanaev, serta dibentuknya Komite Negara untuk Keadaan Darurat (GKCP) dan pengumuman
keadaan darurat di daerah-daerah.

Kudeta tersebut mendapat perlawanan dari pemimpin RSFSR (negara bagian Uni Soviet)
Boris Yeltsin. Pada 21 Agustus, Yeltsin menyelenggarakan Sidang Istimewa Majelis Tinggi
(Parlemen) RSFSR. Yeltsin mendaapat dukungan dari masyarakat Moskow denan membentuk
barikade untuk mempertahankan Gedung Soviet Rusia di Moskow. Pada hari yang sama, terjadi
bentrokan antara demonstran pro-Yelstin dan tentara pendukung kudeta. Setelah jatuhnya korban di
pusat kota Moskow itu kekuatan kudeta dapat dipatahkan. Kekuatan kudeta dapat dipatahkan namun
disentegrasi dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah pusat terus berlanjut.
Tanggal 8 Desember beberapa pemimpin republik mengadakan pertemuan rahasia tanpa
mengundang Gorbachev di Belovezhkaya Pushya. Pemimpin ketiga negara bagian yakni: Boris
Yeltsin (RSFSR), Leonid Kravchuk (Ukraina SSR) dan S. Shushkevich (Belarus SSR)
mengumumkan berakhirnya Uni Soviet dan negara-negara bekas konstituennya membentuk apa yang
disebut Sodruzhestvo (Persemakmuran Negara-Negara Merdeka) yang dikenal dengan istilah CIS
(Commonwealth of Independence States).
Tanggal 24 Desember 1991 Mikhail Gorbachev secara resmi mengundurkan diri sebagai
presiden Uni Soviet dan secara otomotis mengakhiri eksistensi Uni Soviet. Setelah pengunduran diri,
dia membangun partainya sendiri disebut Partai Sosial Demokrat Rusia untuk mengumpulkan semua
pihak demokratis Rusia. Gorbachev juga tetap aktif dalam Yayasan Gorbachev yang bergerak di
bidang sosial, riset, ekonomi dan politik. Gorbachev kemudian bersaing dalam pemilihan presiden
Rusia tahun 1996 namun kalah bersaing dengan Boris Yeltsin. Gorbachev mendapatkan penghargaan
nobel perdamaian tahun 1990.

18
Revolusi yang terjadi akhir dekade abad XX telah membawa kehancuran Uni Soviet yang
telah dibangun selama lebih kurang tujuh dasarwasa. Uni Soviet runtuh, menyisakan kepingan-
kepingan negara-negara berdaulat. Rusia bersama republik lainnya (minus negara-negara Baltik)
bekas raksasa komunis ini membentuk sebuah “uni” baru dengan hubungan yang lebih longgar yang
menjamin kedaulatan masing-masing. Dengan ini Uni Soviet telah runtuh sebagai kekuatan utama di
dalam urusan-urusan dunia.

Dampak Runtuhnya Uni Soviet Bagi Dunia

Runtuhnya Uni Soviet menimbulkan beberapa akibat terhadap situasi dunia, yaitu

1. Berakhirnya perang Dingin antara Blok Barat (Amerika Serikat) dengan Blok Timur,
2. Berkurangnya kecemasan dunia terhadap terjadinya Perang Dunia III,
3. Banyak negara komunis yang berubah menjadi negara demokrasi,
4. Amerika Serikat tampil sebagai negara Adi Daya,
5. Tumbangnya komunisme di beberapa negara Eropa Timur.

Dampak Runtuhnya Uni Soviet Bagi Indonesia

Pola-pola dan trend yang sama sebenarnya juga tengah berlangsung di Indonesia, mirip ketika
pola dan trend itu terjadi di Rusia dan Uni Soviet. Sebelum Revolusi Rusia 1917 berlangsung, sistem
pemerintahan yang diktator, otoriter, dan menyengsarakan rakyat tengah berlangsung. Muncullah
segala usaha dan gerakan untuk melawan dan menumbangkan pemerintah. Berbagai kelompok sosial
muncul untuk melakukan koreksi dan kritik di bawah tekanan pemerintah, namun lama-lama usaha
demokratis mereka berhasil dan mampu menelorkan perubahan politik berupa karya besar revolusi.

Bagi Indonesia, periode pemerintahan Orde Baru di bawah Soeharto selama 32 tahun telah
menyebabkan negara ini menjadi bersifat totaliter, otoriter, dan menerapkan politik yang regimentatif,
sehingga berbagai kebijakan yang tidak demokratis diterapkan kepada rakyat. Kebekuan suara
demokratis juga berlangsung selama ini.

Perubahan mulai terasa ketika muncul kelompok-kelompok demokrat yang berusaha untuk
melakukan kritik kepada pemerintah. Akan tetapi mereka juga mengalami tindakan terror dan
berbagai kekerasan politik lain seperti penculikan, pembunuhan, pemenjaraan yang tidak adil, dan
sebagainya. Namun demikian, kelompok-kelompok ini terus melakukan perjuangan dengan dukungan
dari para mahasiswa, intelektual, pers, LSM, dan kelompok-kelompok lain untuk menumbangkan
pemerintahan korup Orde Baru. Pada periode ini pola dan trend sebagaimana terjadi di Rusia sebelum
Revolusi dan masa Pemerintahan Terror tampaknya juga berlangsung di Indonesia.

Selain itu ketidakpuasan dari beberapa golongan di luar pemerintah yang sekarang semakin
bersuara keras kepada pemerintah juga akan berpengaruh terhadap terjadinya perubahan politik

19
menuju kemenangan golongan radikal. Bila golongan ini menang, maka bukannya tidak mungkin
golongan yang berkuasa ini akan memerintah secara diktator dengan alasan untuk mengatasi segala
krisis dan anarki yang berlangsung ini. Sekarang sudah mula tampak bahwa muncul koreksi-koreksi
dari berbagai institusi non formal bahkan mengeluarkan statement yang kritis yang kemudian
disampaikan kepada lembaga DPR. Meskipun belum sampai pada tahap menjadi sebuah kebijakan
yang bisa diaplikasikan kepada rakyat, akan tetapi pengaruhnya akan semakin nyaring menuju ke
suatu suasana munculnya lembaga-lembaga tandingan yang bisa menjelma menjadi “pemerintah
ekstra formal”, termasuk di dalamnya tentunya “ekstra parlemen” yang sekarang bisa kita lihat
dengan marak.

Tentang kekhawatiran munculnya disintegrasi bangsa saat ini, adalah sesuatu yang wajar.
Pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan pada nilai-nilai yang dipropagandakan regime lama dalam
menggalang persatuan. Nilai-nilai lama itu mengandung paksaan bahwa orang harus bersatu dan
seragam. Semantara keragaman sosial budaya bangsa Indonesia menjadi fakta yang tidak bisa
dielakkan. Oleh karena itu, ada kesamaan pola tentang setting historis bangsa Indonesia dengan
bangsa Rusia, terutama tentang keragaman etnis yang ada dan bahasa serta budaya yang beragam.
Faktor kedua adalah bahwa bila pemerintah sekarang melupakan beberapa unsur pendukung persatuan
negara, maka disintegrasi bisa terjadi. Bagi Uni Soviet, Gorbachev telah meninggalkan dan
melupakan peran komponen penting, yaitu: buruh, militer, birokrat, dan intelijen negara. Nah, untuk
Indonesia, sebaiknya keempat komponen ini jangan ditinggalkan, apalagi disakiti. Jadi apapun
alasannya, mereka tetap penting bagi proses integrasi bangsa dan nation building.

Pada mulanya Gorbachev berusaha untuk menerapkan desentralisasi ekonomi kepada daerah,
namun demikian karena fundamental ekonomi Uni Soviet yang lemah, maka yang terjadi justru
ketidakpuasan dari negara-nagara bagian, sehingga mereka ingin melepaskan diri. Sama halnya
dengan Indonesia, sekarang ini fundamental ekonomi Indonesia saat ini sangat tidak mendukung
adanya penerapan otonomi daerah. Banyak masalah yang harus dikerjakan dan diperbuat oleh daerah
maupun pusat untuk mengatur semuanya agar tidak terjadi kesulitan pembagian keadilan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Fahrurodji, A. Rusia Baru Menuju Demokrasi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005)

Gorbachev, Mikhail, Perestroika : Pemikiran Baru Untuk Negara Kami dan Dunia.

Morisson. Donald. Mikhail S. Gorbachev: Sebuah Biografi Penuh Keakraban. Jakarta. PT.
Gramedia Pustaka Utama. 1991.

Luhulima, Eropa sebagai Kekuatan Dunia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992

https://en.wikipedia.org/wiki/Tsar_Bomba,
https://en.wikipedia.org/wiki/Comecon,
https://en.wikipedia.org/wiki/Sino-Soviet_split,
https://en.wikipedia.org/wiki/Bay_of_Pigs_Invasion,
http://www.history.com/this-day-in-history/brezhnev-is-soviet-president,
https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_the_Soviet_Union_(1964%E2%80%9382),
https://en.wikipedia.org/wiki/Era_of_Stagnation,

21

Anda mungkin juga menyukai