Anda di halaman 1dari 14

KLIPING

PERTAHANAN AMERIKA SERIKAT DAN UNI SOVIET

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK
1. M. ALGAJALI
2. SINTA HERLINDA
3. NUR FIDARIS
4. TURIYANI
5. NURUL RAMDANI
6. USWATUN HAIRUNNISA

DIBIMBING OLEH:
IBU DITA DAMAYANTI, S.Pd

SMAS KAE WOHA BIMA


TAHUN AJARAN 2022/2023
PERTAHANAN AMERIKA SERIKAT DAN UNI SOVIET

A. Perseteruan Blok Barat dan Blok Timur, serta Negara-Negara Anggotanya

1. Blok Barat dan Blok Timur

Amerika Serikat dan Uni Soviet sebenarnya tergabung ke dalam Blok Sekutu
dan bersama-sama berperang melawan Blok Poros selama Perang Dunia II.
Namun, meski berada di barisan yang sama, kedua pihak tersebut sebenarnya
bersitegang karena perbedaan ideologi.
Amerika Serikat telah lama waspada dan khawatir terhadap perkembangan
komunisme Uni Soviet dan prihatin dengan pemerintahan tirani pemimpinnya,
Joseph Stalin. Uni Soviet di sisi lain membenci perilaku Amerika Serikat yang
menganaktirikannya dalam komunitas internasional. Uni Soviet juga geram karena
Amerika Serikat tidak bergerak cepat untuk terjun ke dalam Perang Dunia II saat itu.
Menjelang berakhirnya Perang Dunia II, benih-benih kebencian antara kedua belah
pihak tumbuh semakin besar. Aliansi Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Soviet mulai
terpecah. Benih-benih kebencian tersebut menjadi rasa saling tidak percaya dan
permusuhan yang luar biasa.
Berikut akan dipaparkan ulasan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan
munculnya Blok Barat dan Blok Timur, beserta negara-negara anggotanya.

2. Kondisi Sosial-Politik Negara-Negara Eropa Pasca Perang Dunia II

Usai pertempuran-pertempuran yang terjadi selama berlangsungnya Perang


Dunia II, yang dilanjutkan dengan perjanjian-perjanjian perdamaian memunculkan
dua kekuatan besar di dunia, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Amerika Serikat tidak hanya menjadi negara pemenang, tetapi juga sebagai
negara yang menyebabkan Sekutu berada di pihak yang menang. Uni Soviet di sisi
lain yang keluar sebagai negara raksasa, kedudukannya dapat disamakan dengan
Amerika Serikat.
Amerika Serikat memang memiliki segalanya, yaitu kekuatan militer yang
terhebat dalam sejarah, industri yang maju, dan senjata atom sebagai monopolinya.
Namun, kekuatan Amerika Serikat di Eropa dikurangi secara bertahap dan nyata.
Hal ini dilakukan sejalan dengan rencana Amerika Serikat sendiri yang bertujuan
untuk menciptakan perdamaian.
Otonomi dan demokrasi, perdagangan bebas, kemerdekaan di laut, ketiadaan
batas-batas investasi, dan politik pintu terbuka merupakan prinsip-prinsip yang
memperlihatkan keinginan Amerika Serikat. Sebagai bangsa terkuat dan terkaya di
dunia, serta bangsa dengan industri terbesar dan keuangan terkuat, Amerika Serikat
akan memperoleh keuntungan yang lebih besar jika peraturan seperti itu
dikembangkan di dunia.
Uni Soviet di lain pihak secara tidak langsung merupakan kekuatan tandingan
bagi Amerika Serikat. Dari sudut pandang Uni Soviet, perluasan batas-batas
negaranya dan dominasi terhadap daerah-daerah merdeka secara formal di wilayah
Eropa Timur diperlukan bagi keamanan Uni Soviet. Hal itu dianggap sebagai
kompensasi yang wajar terhadap kekalahan yang pernah dialami Uni Soviet ketika
berperang sebelumnya.
Sejalan dengan munculnya dua raksasa dunia, nasionalisme di Asia yang
selalu ditindas oleh negara-negara Barat berkobar dengan hebat dan tidak dapat
ditahan lagi. Muncul negara-negara merdeka di Asia, yaitu Indonesia, India,
Pakistan, Burma, Kamboja, dan Filipina.
Negara-negara merdeka itu beberapa di antaranya bergabung dengan
negara-negara di Afrika membentuk kelompok blok ketiga, yang disebut dengan
Gerakan Non-Blok (GNB). Artinya, mereka tidak memihak ke dalam kelompok
demokrasi Barat (Amerika Serikat) maupun kelompok komunis (Uni Soviet).
Bagaimana perkembangan selanjutnya dari kondisi sosial-politik setelah
terbentuknya Blok Barat dan Blok Timur? Penjelasan berikutnya akan
memperlihatkan perjalanan politik kedua blok tersebut, yang kemudian terseretke
dalam Perang Dingin.
Bukti dari munculnya persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur dimulai
ketika Josef Stalin dan menteri luar negerinya, Vyacheslov Molotov, berpidato di
muka publik pada Februari 1946. Keduanya menyatakan bahwa demokrasi Barat
adalah musuh mereka.
Satu bulan kemudian, Winston Churchill mengemukakan pandangannya
dalam pidatonya di Fulton, Missouri bahwa aksi-aksi Uni Soviet di Eropa Timur
sebagai sebuah tanda bahaya. Dia berbicara tentang sebuah “tembok besi” yang
telah dipasang di Eropa. Tembok itu telah memisahkan kebebasan dan demokrasi
Barat dengan daerah yang berada di sebelah timurnya melalui sejumlah peraturan
yang bersifat mengekang.
Dia mengisyaratkan negara-negara demokrasi Barat untuk melawan komunis
dan mendesak agar dilakukan persatuan dan pengokohan Barat sebagai respon
terhadap kekacauan tersebut.
Keinginan Amerika Serikat untuk meredam meluasnya penggunaan senjata
atom dan pengendalian di bawah kontrol internasional ditolak oleh Uni Soviet. Hal ini
mengakibatkan Amerika Serikat terus mengembangkan secara rahasia senjata-
senjata atom mereka untuk mengatasi berkembangnya penggunaan senjata atom
oleh Uni Soviet. Kondisi yang demikian merupakan awal dimulainya pertandingan
senjata nuklir di antara kedua kekuatan tersebut.
Pertahanan Barat terhadap sesuatu yang mereka anggap sebagai
“kekeraskepalaan” Uni Soviet dan rencana komunis untuk melakukan subversi dan
ekspansi memperlihatkan bentuknya tahun 1947. Sejak tahun 1944, perang saudara
terjadi di Yunani antara pemerintahan royalis yang dibentuk oleh Britania Raya
dengan pemberontak yang didukung oleh negara-negara komunis, terutama
Yugoslavia.
Pada 1947, Britania Raya meminta Amerika Serikat untuk membantu Yunani
dan Turki secara finansial. Hal ini dikarenakan kedua negara itu berada dalam
tekanan Uni Soviet dan kondisinya sangat memprihatinkan (dalam hal ini
kemiskinannya).
Pihak Blok Barat di satu pihak merasa perlu untuk mengamankan wilayah
Selat Dardanella, sedangkan di lain pihak kemiskinan merupakan lahan subur untuk
berkembangnya komunis. Dengan demikian, Amerika Serikat merasa
berkepentingan membantunya.
George Marshall, Sekretaris Negara Amerika Serikat.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Amerika Serikat memikirkan program
pembenahan Eropa yang dinamakan dengan Marshall Plan (Rencana Marshall).
Rencana tersebut dipelopori oleh George Marshall, Sekretaris Negara Amerika
Serikat.
Rencana itu merupakan program bantuan ekonomi bagi negara-negara Eropa
yang mau bekerja sama demi keuntungan bersama. Selain Yunani dan Turki,
negara lain yang berpartisipasi adalah Finlandia, Polandia, Hongaria, dan
Cekoslowakia.
Uni Soviet sebenarnya juga ditawari program ini, tetapi dari pihaknya muncul
kekhawatiran bahwa bantuan ekonomi Amerika Serikat itu menyebabkan negara-
negara penerima bantuan akan beralih ke Blok Barat. Keberhasilan program ini
ternyata memang menyebabkan pudarnya kekuatan komunis di Barat dan
munculnya negara-negara demokrasi yang solid.
Untuk mengatasi gerak Blok Barat, Stalin mengadakan rapat partai-partai
komunis seluruh dunia di Warsawa pada musim gugur September 1947. Mereka
membentuk Communist Information Bureau (Cominform) atau Biro Informasi Partai
Buruh dan Komunis yang bertugas menyebarkan komunis ke seluruh dunia secara
revolusioner.
Pada Februari 1948, sebuah peristiwa dramatis dan brutal dari kebijakan baru
Stalin itu terjadi di Prague. Komunis menghancurkan pemerintahan koalisi
demokrasi di Cekoslowakia, membunuh Jan Masaryk selaku Menteri Luar Negeri
Cekoslowakia dan memaksa Presiden Edward Benes untuk mundur. Cekoslowakia
dikuasai oleh Uni Soviet.
Aksi Uni Soviet ini menggugah Amerika Serikat untuk secepatnya
menetapkan status Jerman. Wilayah Jerman bagian barat yang dikuasai kelompok
demokrasi dibangun untuk mencegah invasi Uni Soviet dari wilayah Jerman bagian
timur.
Industri Jerman dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Secara formal, Jerman Barat menjadi Republik Federasi Jerman pada September
1949, sedangkan daerah timur menjadi Republik Demokrasi Jerman yang berkiblat
ke komunis satu bulan kemudian.
Grameds, dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa pertentangan yang
terjadi pada hakikatnya selalu melibatkan Blok Barat dengan Blok Timur.
Pertetangan tersebut tidak lagi dilakukan secara terbuka (perang frontal), tetapi lebih
dititikberatkan dalam adu kekuatan secara ideologis.
Balance of power mengakibatkan munculnya politik aliansi yang didasarkan
keamanan bersama. Atas dasar Rencana Marshall yang menekankan kerjasama
internasional, Belgia, Belanda, Luxemburg, Prancis, dan Britania Raya
menandatangani Perjanjian Brussel pada 17 Maret 1948. Perjanjian ini merupakan
kerja sama di bidang ekonomi dan militer.
Selanjutnya, negara-negara tersebut bergabung dengan Italia, Denmark,
Norwegia, Portugal, dan Islandia untuk menandatangani sebuah perjanjian dengan
Kanada dan Amerika Serikat pada 4 April 1949. Mereka membentuk North Atlantic
Treaty Organization (NATO) atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara.
Bergabungnya Jerman Barat ke NATO menyebabkan dibentuknya organisasi
tandingan Pakta Warsawa selama Perang Dingin.
NATO membantu anggota-anggotanya untuk bekerja sama jika terjadi
penyerangan. Perjanjian NATO membentuk Barat menjadi satu blok. Beberapa
tahun kemudian, Jerman Barat, Yunani, dan Turki ikut bergabung.
Hubungan Uni Soviet dengan negara-negara Eropa Timur di pihak lain diatur
oleh perjanjian bilateral yang memberikan bantuan kerja sama jika terjadi
penyerangan. Pada 5–8 Januari 1949, dibentuklah The Council for Economic Mutual
Assistance (COMECON) atau Pusat Bantuan Ekonomi Bersama yang berfungsi
membantu dalam bidang ekonomi.
Tidak seperti sistem negara-negara yang terikat kepada NATO, sistem blok
komunis berada di bawah dominasi Uni Soviet langsung melalui partai komunis
lokal, yang dikontrol dari Moskow dan diawasi langsung oleh Tentara Merah.
Pakta Warsawa yang disetujui pada Mei 1955, yang di dalamnya termasuk
Albania, Bulgaria, Cekoslowakia, Jerman Timur, Hongaria, Polandia, Rumania, dan
Uni Soviet, hanya memberikan pengenalan secara formal kepada suatu sistem yang
sudah ada. Dengan demikian, Eropa akhirnya dipecah ke dalam dua blok yang
bermusuhan.
3. Ketegangan dan Persaingan Blok Barat dan Blok Timur

Berdasarkan salah satu uraiannya tentang Perang Dingin, Platt dan


Drummond (1964) mempertanyakan, “What caused the United States and the
USSR, wartime allies, to become Cold-War rivals?” Terjemahan bebasnya dalam
bahasa Indonesia yaitu, “Apa yang menyebabkan Amerika Serikat dan Union of
Soviet Socialist Republics (USSR), yang saat masa perang (maksudnya Perang
Dunia II) bersekutu, menjadi saling bersaing pada masa Perang Dingin?”
Dua bulan setelah Perang Dunia II berakhir, Jenderal Eisenhower turut
menulis, “American-Soviet friendship is one of the cornerstones upon which the
edifice of peace should be built” (persahabatan antara Amerika Serikat dan Uni
Soviet merupakan salah satu dasar untuk membangun perdamaian yang lebih baik).
Ribuan orang Amerika Serikat menyetujui pendapat ini. Mereka juga menghargai
heroisme pasukan Rusia ketika menghadapi musuh bersama, yaitu Jerman. Sama
halnya dengan Eisenhower, para pendukungnya juga bersimpati atas penderitaan
orang Rusia dalam menghadapi Jerman selama Perang Dunia II.
Namun, mereka kemudian bertanya, “Mengapa mereka tidak dapat bekerja
sama pada masa damai?” Rasa percaya terhadap kerja sama seperti itulah untuk
sebagian hal menjadi alasan bagi Amerika Serikat memobilisasikan kekuatan
bersenjatanya setelah masa damai tiba.
Setelah perang usai, banyak negara di dunia terpecah ke dalam dua kubu
yang saling bermusuhan, yaitu Amerika Serikat bersama negara-negara non-
komunis dengan Uni Soviet bersama sebagian besar negara-negara berhaluan
komunis.
Ketegangan akibat persaingan di antara kedua belah kubu inilah yang
melahirkan Perang Dingin. Secara umum, senjata Perang Dingin bukanlah meriam,
tank, dan pesawat tempur, tetapi propaganda dan bantuan-bantuan yang bersifat
militer, ekonomis, dan teknis untuk memperkuat sekutunya dan menarik simpati
pihak-pihak netral.
Untuk beberapa kasus di beberapa tempat, Perang Dingin telah menjadi
perang panas dan benar-benar telah menjadi permusuhan di antara negara-negara.

4. Daftar Negara-Negara Blok Barat dan Blok Timur

Peta pembagian Blok Barat dan Blok Timur.


Berbagai faktor dan kondisi itulah yang telah menyebabkan munculnya dua blok.
Blok Barat dipimpin Amerika Serikat, sedangkan Blok Timur dipimpin Uni Soviet.
Blok Barat cenderung beraliran liberal dan kapitalis, sedangkan Blok Timur
menganut paham komunis dan sosialis.
Kedua blok saling menyebarkan ideologi masing-masing dan berebut pengaruh
negara-negara lain selama Perang Dingin.
a. Negara Blok Timur

Blok Timur merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut kelompok negara-
negara sosialis dan komunis di kawasan Eropa Tengah, Eropa Timur, Asia Timur,
dan Asia Tenggara. Negara-negara ini dipimpin oleh Uni Soviet.
Blok Timur juga dikenal sebagai Blok Komunis, Blok Sosialis, atau Blok Uni Soviet.
Kelompok ini terbentuk ketika Uni Soviet menancapkan pengaruhnya di bekas-bekas
jajahan Nazi Jerman. Pada awal terbentuknya, setidaknya ada delapan negara yang
menjadi anggota Blok Timur, antara lain:
1. Uni Soviet;
2. Cekoslowakia;
3. Jerman Timur;
4. Hongaria;
5. Polandia;
6. Bulgaria;
7. Rumania;
8. Albania.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Uni Soviet mengikat negara-negara di Eropa
Timur yang berhaluan komunis dalam Pakta Warsawa pada Mei 1955. Selain itu,
sekutu Uni Soviet di luar Eropa seperti Mongolia, Kuba, Vietnam, dan Korea Utara
juga sering disebut sebagai negara Blok Timur.
Namun, keterikatan negara-negara tersebut dengan cepat berubah setelah Uni
Soviet runtuh pada 26 Desember 1991. Keruntuhan itu juga membubarkan Pakta
Warsawa secara otomatis.
Meskipun Blok Timur telah bubar, istilah “Blok Timur” hingga saat ini masih
digunakan untuk menyebutkan negara-negara bekas komunis (Eropa Timur, Rusia,
dan negara eks-Soviet lainnya) ataupun negara-negara yang saat ini masih
berhaluan komunis (Kuba, Laos, Republik Rakyat Tiongkok, dan Vietnam).

b. Negara Blok Barat

Blok Barat merupakan koalisi negara-negara yang bersekutu dengan Amerika


Serikat dan kebanyakan berada di wilayah Eropa Barat dan Amerika Utara. Blok
Barat juga dikenal sebagai Blok Liberal, Blok Kapitalis, atau Blok Amerika, yang
terbentuk pasca Perang Dunia II.
Untuk mengkoordinasikan pertahanan militer terhadap kemungkinan agresi Uni
Soviet, Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat membentuk NATO pada
1949.
Pada awal terbentuknya, ada 12 negara anggota Blok Barat yang menjadi pendiri
NATO, antara lain:
1. Amerika Serikat;
2. Belanda;
3. Belgia;
4. Britania Raya;
5. Denmark;
6. Islandia;
7. Italia;
8. Kanada;
9. Luksemburg;
10. Norwegia;
11. Portugal;
12. Prancis.
Selama Perang Dingin, beberapa negara memilih bergabung dengan NATO, antara
lain:
1. Yunani (1952);
2. Turki (1952);
3. Jerman Barat (1955);
4. Spanyol (1982).
Pada Oktober 1990, terjadi penyatuan kembali Jerman dan pengaruh Uni Soviet
terhadap Eropa mulai luntur. Beberapa pihak kemudian lantas mempertanyakan
perlunya mempertahankan NATO sebagai organisasi militer, terutama setelah
runtuhnya Uni Soviet dan bubarnya Pakta Warsawa pada 1991.
Namun, beberapa mantan anggota Blok Timur akhirnya berganti kubu dan
bergabung dengan NATO usai perang. Negara-negara yang bergabung dengan
NATO pasca Perang Dingin, antara lain:
1. Jerman (1990);
2. Republik Ceko (1999);
3. Polandia (1999);
4. Hongaria (1999);
5. Bulgaria (2004);
6. Estonia (2004);
7. Latvia (2004);
8. Lituania (2004);
9. Rumania (2004);
10. Republik Slowakia (2004);
11. Slovenia (2004);
12. Albania (2009);
13. Kroasia (2009);
14. Montenegro (2017);
15. Makedonia Utara (2020).
Mitra NATO non-anggota, antara lain:

1. Australia (1987);
2. Mesir (1987);
3. Israel (1987);
4. Jepang (1987);
5. Korea Selatan (1987);
6. Yordania (1996);
7. Selandian Baru (1997);
8. Argentina (1998);
9. Bahrain (2002);
10. Filipina (2003);
11. Thailand (2003);
12. Taiwan (de facto) (2003);
13. Kuwait (2004);
14. Maroko (2004);
15. Pakistan (2004);
16. Afghanistan (de jure) (2012);
17. Tunisia (2015);
18. Brazil (2019).
Mitra NATO non-anggota yang juga menjadi bagian dari Uni Eropa, antara lain:
1. Irlandia (1973);
2. Austria (1995);
3. Finlandia (1995);
4. Swedia (1995);
5. Siprus (2004);
6. Malta (2004).

Anda mungkin juga menyukai