Anda di halaman 1dari 21

PERANG DINGIN

Amerika Serikat vs
Uni Soviet

Oleh :
Amar Mustakim
Elisa Ariningtyas
Ilham Gusti
Irmaya Ardyawati
Sisca Rayandy
Natasja Adhani
Perang Dingin (bahasa Inggris: Cold War, bahasa
Rusia: холо́дная война́, kholodnaya voyna, 1947–
1991) adalah sebutan bagi sebuah periode di mana
terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara
Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok
Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok
Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Istilah
"Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun
1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari
Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan
yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut.
Menelusuri sejarah Perang Dingin, kita tidak akan
lepas dari Perang Dunia II yang melatarbelakanginya.
Penyebab dan Proses Terjadinya
Perang Dingin
Latar Belakang
Setelah Perang Dunia II berakhir, muncul beberapa
peristiwa penting yang memengaruhi kehidupan
bangsa-bangsa di dunia. Peristiwa-peristiwa itu antara
lain yaitu:
• Pertama, Amerika Serikat muncul sebagai salah satu
negara pemenang perang di pihak Sekutu. Peran
Amerika Serikat sangat besar membantu negara-
negara Eropa Barat untuk memperbaiki kehidupan
perekonomiannya setelah Perang Dunia II.
• Kedua, Uni Soviet juga muncul sebagai negara besar
pemenang perang dan berperan membangun
perekonomian negara-negara Eropa Timur.
• Ketiga, munculnya negara-negara yang baru
merdeka setelah Perang Dunia II di wilayah Eropa.
Perang Dunia II yang berakhir dengan kemenangan
di pihak Sekutu tidak terlepas dari peran Uni Soviet,
Uni Soviet membebaska Eropa Timur dari tangan
Jerman. Sambil membebaskan Eropa Timur dari
tangan Jerman, Uni Soviet mempergunakan
kesempatan itu untuk meluaskan pengaruhnya,
dengan cara mensponsori terjadinya perebutan
kekuasaan di berbagai negara Eropa Timur seperti di
Bulgaria, Albania, Hongaria, Polandia, Rumania, dan
Cekoslowakia, sehingga negara-negara tersebut masuk
kedalam pengaruh pemerintahan komunis Uni Soviet.
Periode 1945-1969
Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai negara pemenang perang
muncul menjadi kekuatan raksasa.Dua negara tersebutmemiliki
perbedaan ideologi,AmerikaSerikat memiliki ideologi liberal-
kapitalis, sedangkan Uni Soviet berideologi sosialis-komunis.
Dalam waktu singkat memang pernah terjadi persahabatan di
antara keduanya, namun kemudian muncul antagonisme di
antara mereka. Ada dua karakter pada periode ini, Pertama,
adanya keprihatinan akan ambisi rivalnya yang menimbulkan
pesimisme. Kedua, Amerika Serikat dan Uni Soviet merupakan
kekuatan militer yang sangat kuat dan memiliki kemampuan
untuk menghancurkan musuhnya dengan senjata atom.
• AS mengeluarkan Marshal Plan (oleh komandan militer
AS George Catlerr Marshall, tahun 1947) supaya Eropa
mau menjadi mitra AS menghadapi Uni Soviet.
Kebijakan politik luar negeri AS juga tercermin dalam
Truman Doctrine (oleh presiden Hary Truman, 12 Maret
1947) yang menyatakan kesediaan AS memberikan
bantuan dalam menghadapi komunisme Uni Soviet. AS
juga menerapkan politik Containment(oleh diplomat AS
George Kennan, tahun 1947) untuk membendung
ekspansi komunisme Uni Soviet.
• Tahun 1948, sewaktu Berlin(Jerman Timur)
berada dalam kekuasaan Uni Soviet, Joseph
Stalin mem-blokade ekonomi Jerman Barat.
Pada krisis ini, AS membela Jerman Barat
dengan menempatkan serdadu AS di Inggris
membentuk NATO pada 4 April 1949 untuk
menangkal ekspansi Uni Soviet di Eropa.
• Pembentukan NATO memancing blok Timur
mendirikan Pakta Warsawa (dipimpin Uni Soviet, 14
Mei 1955) untuk menangkal dampak dari
pembangunan instalasi senjata di Jerman Barat.
Pernyataan PM Inggris Winston Chrucil pada Maret
1946 di Fulton(Missouri) menyangkut sikap
ekspansif Uni Soviet mendorong dikeluarkannya
kebijakan yang melarang komunikasi antara Eropa
Barat (demokratis-kapitalis) dan Eropa Timur
(komunis).
Periode 1969-1979
Hubungan Amerika Serikat-Uni Soviet mengalami
perubahan drastis dengan terpilihnya Richard
Nixon sebagai Presiden AS. Didampingi penasehat
keamanannya, Henry A. Kissinger, Richard Nixon
menempuh pendekatan baru terhadap Uni Soviet
pada tahun 1969. Tidak disangka, ternyata Uni
Soviet juga sedang mengambil pendekatan yang
sama terhadap AS. Pendekatan ini lazim disebut
détente (peredaan ketegangan).
Periode 1979-1985
Setelah 10 tahun dijalankan, tampaknya Uni Soviet
tidak kuat lagi untuk menjalani détente. Akhirnya pada
tahun 1979 Uni Soviet pun menduduki Afghanistan
yang sebenarnya mengundang pasukan Uni Soviet
masuk kesana untuk membantu mereka. Aksi semena-
mena ini mengundang reaksi keras dari pihak AS,
Presiden AS Jimmy Carter menyatakan, agresi Uni
Soviet di Afghanistan mengkonfrontasi dunia dengan
tantangan strategis paling serius sejak Perang Dingin
dimulai.
Lalu akhirnya muncullah Doktrin Carter yang
menyatakan bahwa AS berkeinginan untuk
menggunakan kekuatan militernya di
Teluk Persia.
Periode 1985-1991
Pada Maret 1985, Michael Gorbachev mulai
memimpin Uni Soviet. Perubahan secara besar-
besaran mulai tampak pada masa ini. Gorbachev
berbeda dengan penguasa-penguasa Uni Soviet
sebelumnya, pada tahun 1987 ia berkunjung ke AS
untuk mendekatkan keduanya kedalam sebuah
forum dialog. Bahkan pada tahun 1988, Persetujuan
Genewa dicapai dan pada 15 Februari 1989 seluruh
tentara Uni Soviet telah mundur dari Afghanistan.
Komitmen Gorbachev semakin terlihat saat Uni
Soviet tidak menghanyutkan diri dan mengambil
sikap lebih netral dalam Perang Teluk tahun
1990-1991. Bahkan bantuan untuk Kuba yang
telah diberikan selama 30 tahun pun dihentikan
pada tahun 1991 oleh Gorbachev. Namun
kebebasan dan keterbukaan yang dicanangkan
oleh Gorbachev menimbulkan reaksi keras dari
tokoh-tokoh komunis dalam negeri.
Puncaknya terjadi pada Kudeta 19 Agustus 1991 yang
didalangi oleh Marsekal Dimitri Yazow (Menteri Pertahanan),
Jenderal Vladamir Kruchkov (Kepala KGB), dan Boris Pugo
(Menteri Dalam Negeri). Namun ternyata kudeta itu gagal
karena mendapat perlawanan dan penolakan dari rakyat Uni
Soviet dibawah pimpinan Boris Yeltsin dan Unit Militer Uni
Soviet. Sebagai akibat dari kudeta itu; Latvia, Lithuania,
Estonia, Georgia, Maldova memisahkan diri dari Uni Soviet.
Latvia, Listhuania dan Estonia sendiri berhasil memperoleh
kemerdekaan dari Uni Soviet pada tanggal 6 September
1991.
• Akhirnya, Gorbachev mengakui bahwa sistem
komunis telah gagal di Uni Soviet. Pada akhir 1991,
negara Uni Soviet yang telah berumur 74 tahun
itupun runtuh dan terpecah-pecah menjadi beberapa
negara yang sekarang termasuk dalam
persemakmuran Uni Soviet (Commonwealth of
Independent State/CIS). Bubarnya Uni Soviet ini
menandai berakhirnya Perang Dingin dengan
kemenangan di pihak AS.

Anda mungkin juga menyukai