Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PENGANTAR TEKNIK NUKLIR

KERANGKA REGULASI SAFETY, SAFEGUARD, DAN SECURITY NUKLIR DI


INDONESIA

Disusun oleh:
MAULIA SALSA RAHMADIYANI
17/410400/TK/45757

Sebagai Tugas Pengantar Teknik Nuklir


Untuk Materi Kerangka Regulasi

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Sihana

PROGRAM STUDI TEKNIK NUKLIR


DEPARTEMEN TEKNIK NUKLIR DAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
KERANGKA REGULASI DARI SISI SAFETY, SECURITY, DAN SAFEGUARD
DI INDONESIA
ABSTRAK
Jutaan orang tidak menyadari bahwa nuklir telah banyak digunakan selain untuk tenaga
listrik yaitu pada bidang medis, industri, ataupun pada bidang agroteknologi. Data tentang
ketenagalistrikan di Indonesia yang masih kurang optimal dapat menjadi suatu harapan untuk
proyeksi nuklir di masa depan agar dapat dikembangkan di Indonesia. Meski belum ada reactor
daya di Indonesia karena selama ini ada 3 reaktor non-daya yang ada di bumi tercinta, Indonesia,
aplikasi nuklir pada bidang lain pun sangat bermanfaat. Hidup di negara yang berlandaskan
hukum tentunya menjadikan kita harus taat hukum, begitu pula dengan nuklir. Nuklir diatur
sedemikian rupa melalui hukum-hukum yang ada di Indonesia mulai dari peraturan dari sisi
keselamatan, keamanan, ataupun Safeguard nuklir. Hal ini dikarenakan pembangunan ilmu
pengetahuan dan teknologi nuklir merupakan komitmen agar nuklir hanya digunakan untuk
kepentingan kedamaian dan hanya untuk kebermanfaatannya bagi negeri Indonesia.
Kata kunci: nuklir, keselamtan, keamanan, Safeguard, regulasi.
ABSTRACT
Millions of people do not realize that nuclear has been widely used in addition to
electricity, namely in the medical, industrial, or agrotechnology fields. Data on electricity in
Indonesia that is still less than optimal can be a hope for future nuclear projections so that it can
be developed in Indonesia. Although there is no power reactor in Indonesia because so far there
have been 3 non-power reactors on beloved earth, Indonesia, nuclear applications in other fields
are also very useful. Living in a country based on law certainly makes us have to obey the law,
as well as nuclear. Nuclear is regulated in such a way through the laws in Indonesia starting from
the regulations in terms of Safety, Security, or nuclear Safeguards. This is because the
development of nuclear science and technology is a commitment that nuclear is only used for the
benefit of peace and only for its usefulness for the country of Indonesia.

Keywords: nuclear, Safety, Security, Safeguard, regulation.


I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Jutaan orang tidak menyadari bahwa nuklir sangat berguna bagi kehidupam. PLTN kiranya
adalah sebuah mimpi di tengah hiruk-pikuk perbincangan nasional yang bertemakan energi.
Pemadaman selama berjam-jam yang mematikan khususnya sektor industri, haruslah dicari
solusinya. PLTN dengan nuklirnya merupakan satu solusi agar tidak terjadi pemadaman
khususnya di Indonesia. Menurut literasi, 1 kg uranium setara dengan dengan 1000 ton batubara,
yang mana nuklir juga merupakan sumber daya yang ramah lingkungan. Namun, pembangunan
PLTN tidak semudah,seperti membalikkan telapak tangan. Banyak juga terjadi pro-kontra pada
masyarakat tentang pembangunan PLTN ini. Adanya ketakutan tentang kecelakaan nuklir, serta
persepsi masyarakat yang mana nuklir serta segala manfaat yang bersumber dari nuklir adalah
sama seperti pada bom Hirosima-Nagasaki, adalah penyebab utama. Faktanya, kecelakaan nuklir
di dunia ada 3 yatu 3-Miles Island, Chernobyl, dan Fukushima-Jepang. Pada kenyataannya, jika
nuklir digunakan secara damai maka banyak sekali manfaat yang bisa diambil dari nuklir, yaitu
pada bidang energi, pertanian, industri, hingga pada bidang medis.
Adapun untuk menjaga agar tenaga nuklir yang digunakan aman, maka harus ada kriteria
standarisasi tentang keselamatan nuklir yang dapat diterima hingga pada tingkat internasional,
kepatuhan terhadap instrument hukum internasional, ataupun panduan tentang keamanan
terhadap nuklir serta persyaratan tentang Safeguard yang sangat erat hubungannya dengan
terlaksanya program nuklir yang bertanggung jawab.
Untuk membangun PLTN di Indonesia harus ada pengembangan infrastruktur yang tepat
agar dalam penggunaannya tetap aman, dan efisien. Dari segi infrastruktur mencakup berbagai
aspek mulai dari pengadaan fasilitas fisik dan pengadaan peralatan yang terkait sampai hingga
kerangka hukum dan sumber daya manusia yang mendukung.
Hubungan antara program nuklir dengan isu-isu komplek sangat memerlukan perhatian
karena memakan waktu yang lama. Dari mulai pengenalan program nuklir setidaknya
memerlukan waktu hingga 100 tahun untuk menjamin mulai dari pengoperasian hingga
pembuangan limbah yang sesuai dan tidak mencemari lingkungan.
Adapun suatu negara harus menentukan sikap terlepas akan memilih yang pro ataupun kontra
terhadap tenaga nuklir, termasuk Indonesia. Adapun untuk menentukan sikap tersebut, harus ada
paying hukum untuk menegaskan kebijakan hukum tentang tenaga nuklir yang dilaksanakan
secara damai. Karena jikalau suatu saat akan mengadakan program nuklir, tanggung jawab bukan
hanya pada daerah sekitar ataupun negara, tetapi pada masyarakat internasional.
b. Permasalahan
Data yang diperoleh dari Kementrian ESDM menyebutkan bahwa dalam Rencana Usaha
Pengadaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)/PLN, konsumsi
listrik nasional pada 2018 diproyeksikan sebesar 905 Kilo Watt hour (kWh)/kapita. Angka
tersebut akan meningkat menjadi 1.147 kWh/kapita pada 2022 dan terus naik menjadi 1.501
kWh/kapita pada akhir 2027.
 
Adapun proyeksi penjualan tenaga listrik Indonesia pada 2018 sebesar 239,3 Tera Watt
hour (TWh) dan pada 2027 bakal mencapai 433,8 TWh, atau mengalami pertumbuhan rata-rata
6,86% selama 10 tahun ke depan. Pada 2027, pelanggan rumah tangga akan mencapai 98,67%
dari total pengguna listrik nasional [1].

Figure 1 Proyeksi Konsumsi Listrik Per Kapita

Oleh karena itu, berdasarkan data yang diperoleh dari kementrian ESDM tersebut dapat
disimpulkan bahwa konsumsi listrik nasional tiap tahunnya akan mengalami pertumbuhan yang
mana jelas dibutuhkan suatu sumber pembangkit listrik [1]. Adapun proyeksi data dari
Kemenatrian ESDM untuk pemanfaatan energi baru terbarukan yaitu

Figure 2 Bauran Energi di Indonesia

Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan Energi Baru Terbarukan akan
semakin meningkat dari tahun ke tahunnya sedangkan penggunaan dari energi batubara dan
minyak bumi akan dikurangi penggunaannya. Itu berarti, nuklir yang mana juga bisa
didefiniskan menjadi energi terbarukan dapat menunjukan taringnya, dalam menjawab persoalan
kebutuhan listrik yang ada [2].
Mengapa nuklir? Nuklir digunakan karena dirasa tepat. Untuk Pembangkit Listrik Tenaga
Angin, dirasa masih belum bisa menjawab permasalahan yang ada dikarenakan Indonesia
bukanlah negara yang dapat menghasilkan angin yang besar seperti Belanda, Adapaun apabila
dibanding dengan energi lain seperti panas bumi masih belum bisa dioptimalkan seutuhnya.
Sehingga, nuklir, yang mana merupakan energi zero waste, bisa menjadi jawaban atas
penggunaan energi yang diperlukan oleh negara ini.
c. Pendekatan yang dilakukan
Pendekatan yang dilakukan adalah dengan cara pandang yaitu secara general tentang aspek
nuklir baik di bidang pemanfaatan teknologi, medis, energi, ataupun pada bidang pertanian.
Sehingga, pada tulisan ini, pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan secara kualitatif.
Dengan mengingat data di atas, maka analisis secara kualitatif permasalaahan di atas, adalah
butuhnya energi dari sumber daya lainnya yang mana yang lebih aman serta ramah lingkungan
bagi kebutuhan energi di Indonesia. Khususnya untuk kebutuhan listrik Indonesia. Jawaban yang
bisa diproyeksikan adalah dengan memanfaatkan nuklir sebagai pembangkit listrik. Namun
permasalahannya adalah, kurangnya sosialisasi dalam aplikasinya sehingga masih banyak pro-
kontra dalam masyarakat, Selain itu, adanya pernyataan bahwa nuklir merupakan sumber energi
untuk listrik terakhir yang bisa digunakan. Hal ini berdasarkan pada regulasi yang ada mengatur
tentang pemanfaatan nuklir di Indonesia. Pengaturan ini berkenaan tentang Safety, Safeguard,
serta Security pemanfaatan tekologi, yang mana regulasi ini diatur oleh Undang-Undang. Tulisan
ini adalah sebuah essai yang menganalisis kerangka regulasi Indonesia tentang Safety,
Safeguard, serta Security pemanfaatan tekologi.

II. POKOK-POKOK BAHASAN


Pemanfaatan energi nuklir, bileh digunakan untuk keperluan damai. Komitmen ini akan
membuat, sebuah badan atau instansi yang memanfaatkan energi nuklir mengharuskan adanya
suatu infrastruktur nasional dengan pengawasan ataupun pengendalian baik pada tahap sebelum,
sedang pelaksanaannya, ataupun pasca-pelaksanaannya. Infrastruktur nasional yang ada harus
melibatkan aspek pemerintahan, peraturan perundang-undangan, manajerial, teknologi, sumber
daya manusia dan industri sepanjang siklus program nuklir. Unjuk kepatuhan terhadap instrumen
hukum internasional, standar keselamatan nuklir yang diterima secara internasional, panduan
keamanan nuklir dan persyaratan seifgard (Safeguard) sangat penting dalam membangun
program nuklir yang bertanggung jawab. [3].
Pilihan meluncurkan program nuklir merupakan komitmen penting yang memerlukan
perhatian khusus pada aspek keselamatan dan pengendalian bahan nuklir. Komitmen ini tidak
hanya mencakup tanggung jawab terhadap warga negara yang mengembangkan program
tersebut, tetapi juga tanggung jawab terhadap masyarakat internasional. Tujuan pokok
keselamatan nuklir adalah untuk melindungi masyarakat dan lingkungan dari efek bahaya radiasi
pengion. Untuk itu, perlu dikembangkan suatu kerangka keselamatan komprehensif yang
mencakup semua tahapan kegiatan pembangunan. Salah satu pilihan untuk pengembangan
kerangka kerja ini adalah menggunakan informasi yang ada dalam 'Prinsip Keselamatan
Fundamental' IAEA, yang berisi sepuluh prinsip keselamatan yang menjadi konsensus
internasional tentang tingkat keamanan yang dibutuhkan untuk pemanfaatan nuklir secara
berkelanjutan [3].
Oleh karena itu, pada pembahasan selanjutnya akan dibahas tentang kerangka regulasi
pengembangan infrastruktur nuklir national. Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji
pemanfaatan nuklir untuk memulai pembangunan PLTN dari aspek kerangka regulasi khususnya
pada tingkat nasional yang jelas, mempertimbangkan kerangka regulasi yang ditetapkan pada
tingkat internasioanl yang didukung oleh kompetensi dan kemampuan Sumber Daya Manusia
(SDM) dalam mengatur serta mengoperasikan PLTN, agar selama pengoperasian atau di luar
pengoperasian PLTN dapat tetap aman, selamat, tetap bisa menghasilkan profit baik untuk
masyarakat ataupun instansi agar tidak terjadi kekacauan di dalamnya, serta dengan tujuan agar
limbah radioaktif yang ada dapat dikelola dan diatur dengan penuh tanggungjawab.
Uraian pada pembahasan akan membahas tentang perjanjian internasional
ketenaganukliran, aspek-aspek hukum nuklir, yaitu keselamatan (Safety), keamanan (Safeguard),
Security dan pertanggungjawaban kerugian nuklir, serta proses transformasi perjanjian
internasional tersebut kedalam peraturan perundang-undangan nuklir nasional.

III. PEMBAHASAN
a. Hirarki Hukum Nasional
Hirarki atau urutan hukum nuklir, yanga mana masuk kedalam hukum nasional biasa
melinbatkan empat buah tingkatan. Tingkatan yang pertama merupakan hirarki tingkat
konstitusioanl. Pada tingkat ini akan mengatur tentang struktur kelembagaan dan semua hukum
dasar yang berkewajiban mengatur apa yang ada dan bagaimana hubungan kelembagaan tersebut
pada negara.
Pada tingkat kedua, terdapat tingkat statute yang mana ditetapkan oleh parlemen untuk
membuat undang-undang khusus. Undang-undang khusus ini biasanya berisi tentang
pembangunan badan-badan yang diperlukan yang digunakan untuk mengambil langkah-langkah
yang harus dilakukan yang mana hal ini nantinya dapat berpeluang untuk mempengaruhi
kepentingan nasional. Adapun pada tingkat ketiga akan terdapat peraturan yang mana sifatnya
lebih rinci dan lebih tekni. Hal ini bertujuan agar dapat mengontrol atau mengatur kegiatan yang
ditentukan oleh instrumen hukum.Adapun tingkat terakhir atau yang keempat akan berisi
instrumenatau pengaturan yang tidak mengikat. Instrumen ini akan berisi tentang rancangan agar
apa yang ada di realita dapat memenuhi persyaratan hukum.
Pemanfaatan nuklir tidak hanya berkaitan dengan satu hal saja melainkan juga dengan
berbagai hal. Begitupula pada kerangka regulasinya., aturan yang diatur tidak serta merta semua
tentang nuklir tapi juga korelasinya dengan bidang lain, seperti perlindungan lingkungan,
keselamatan industri, perencanaan pemanfaatan lahan, prosedur administrasi, pertambangan,
transportasi, etika dan bahkan peraturan tarif listrik [3].
b. Internasionalisasi Hukum Nuklir
Ciri khusus dari hukum nulir adalah mempunyai tingkat untuk dapat di-internasional-nya
yang sangat tinggi. Hal ini menyimpan informasi bahwa kewajiban, rekomendasi, standar dan
instrumen internasional lainnya harus diperhitungkan dalam proses perumusan hukum nasional
atau mempengaruhi hukum nuklir nasional dalam beberapa cara.
Pendekatan tersebut membutuhkan aproksimasi atau harmonisasi rezim legal nasional,
demi keuntungan para pemangku kepentingan terhadap penggunaan energi nuklir dan radiasi
pengion, khususnya mempertimbangkan potensi yang berakibat lintas batas antar negara. Prinsip
kerja sama internasional diidentifikasi sebagai salah satu konsep dasar hukum nuklir. Regulasi
nuklir juga sangat diperlukan dalam membangun kepercayaan publik. Untuk mencapai hal itu
perlu kerangka hukum yang komprehensif dan efektif yang tujuannya adalah perlindungan
kesehatan, keselamatan dan keamanan publik serta integritas lingkungan hidup. Kepercayaan
masyarakat juga membutuhkan kepercayaan pada institusi yang terlibat, baik regulator maupun
operator. Hal ini, pada gilirannya, mengharuskan antara lain transparansi dan komunikasi
proaktif. Sehingga, hal ini dapat disimpulkan bahwa konsekuensi hukum nuklir nasional juga
berdampak dan diperhatikan menurut hukum internasional. Hal itu berarti masyarakat
internasional juga memperhatikan progresi serta regulasi di nuklir di dalan negeri. Sehingga,
konsekuensi penggunaan energi nuklir yang mungkin tidak terbatas dalam batas wilayah
nasional, kerangka kerja ini harus bersifat internasional. Persyaratan legislative tentang nuklir
tentunya harus seiring dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi baru.
c. Analisis dan Pembanding Safety, Safeguard, serta Security
Proses legislasi nuklir di Indonesia tidak beda jauh dengan legislasi peraturan lainnya.
Adanya tingkatan peraturan juga ada untuk peraturan nuklir di Indonesia. Walaupun PLTN
belum ada di Indonesia, namun aplikasi nuklir lainnya khususnya di industri, medis, ataupun
untuk agroteknologi telah menggunakan nukllir. Dengan dibentuknya BATAN dan BAPETEN
menandakan bahwa negara Indonesia telah mempunyai itikad baik untuk membuat program yang
memanfaatkan nuklir. Lembaga BATAN sebagai suatu instansi pemerintah yang dibentuk
melalui  Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 1958, pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah
Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang kemudian disempurnakan
menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) berdasarkan UU No. 31 tahun 1964 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Atom. Kemudian, selain BATAN, terdapat Lembaga
pemerintah lainnya yaitu BAPETEN yang dibentuk pada melalui UU Nomor 10 Tahun 1997
tentang Ketenaganukliran yang berguna sebagai pengawas tenaga nuklir di Indonesia.
Regulasi yang mengatur tentang nuklir tentunya sangat berhubungan dengan Safety,
Safeguard, serta Security. Adapun penjelasannya yaitu:
1. Keselamatan Nuklir
Isu keselematan nuklir mulai menncuat setelah adanya malfungsi dari Reaktor di
Chernobyl, Ukraina yang terjadi pada 25-26 April 1986. Dengan adanya hal ini, legalitas
dari sebuah instrument untuk meregulasi keselamatan nuklir diperketat kemali dengan
mengambil langkah-langkah proteksi fisik, sebagai efek samping, memperkuat
keselamatan nuklir dan sebaliknya yaitu dengan membuat berbagai traktar internasional
serta dengan menerbutkan berbagai instrument internasional yang tidak mengikat mulai
tahun 1986. Berbagai konvensi yang ada setelah peristiwa Chernobyle yaitu:
Figure 3 Daftar Konvensi setelah Tragedi Chernobyle

Selain adanya banyak konvensi, juga terbentuk berbagai Code Of Codut yang
dibuat setelah peristiwa Chernobyl ini. Salah satu Code Of Conduct yang penting adalah
”Code of Conduct on the Safety of Research Reactors” yang ditetapkan pada tahun 2004.
Tidak dipungkiri setelah peristiwa Chernobyl yang mencatatkan tinta hitam pada
perjalanan nuklir di dunia ini, secara langsung ataupun tidak disadari menumbuhkan
kesadaran khususnya pada level politis bahwa keselamatan nuklir tidak dapat sepenuhnya
diletakkan pada filosofi keselamatan masing-masing individual negara. Seluruh daur
bahan bakar nuklir dan khususnya seluruh usia hidup fasilitas nuklir harus dicakup dalam
langkah-langkah keselamatan sebagaimana mestinya yang diterima secara internasional.
Hal ini menjadikan suatu dasar mengapa banyakk konvensi tentang keselamatan nuklir
dilaksanakan. Selain itu adanya konvensi gabungan yang membahas tentang tentang
Keselamatan Pengelolaan Bahan Bakar Bekas dan Keselamatan Pengelolaan Limbah
Radioaktif (The Joint Convention on the Safety of Spent Fuel Management and the Safety
of Radioactive Waste Management) menjadi instrument internasional pertama yang
mengatur masalah keselamatan manajemen dan penyimpanan limbah radioaktif di
negara-negara baik yang mempunyai program nuklir maupun yang tidak.
Selain pada tingkat internasional, di tingkat nasional pun pemerintah banyak
menerapkan peraturan mengenai keselamatan nuklir. Salah satu peraturan tentang
keselematan nuklir yang terbaru yaitu ditetapkanmya Peraturan Presiden No 60 Tahun
2019 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Keselamatan Nuklir Dan Radiasi. PLTN
memang belum diterapkan. Namun, masyarakat Indonesia seolah biasa saja atau tidak
merasa takut dengan penerapan nuklir di medis. Mengapa? Mungkin banyak yang tidak
tahu, bahwa sumber radioaktif juga digunakan untuk bone scanning, radiografi,
radiodiagnostik, ataupun untuk terapi, yang mana tentu zat radioaktif tersebut
mengelurakan pancaran radiasi. Untuk mengedapkan aspek keselamatan nuklir dan
radiasi, pemerintah mengeluarkan peraturan tersebut.
Selain itu adanya Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Keselamatan Radiassi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif juga merupakan
sebuah perwujudan bagaimana pemerintah ataupun badan legislasi menaruh perhatiannya
pada nuklir dan radiasi.
Semua peraturan tersebut didasarkan pada UU Nomor 10 Tahun 1997 tentang
Ketenaganukliran dan Pasal 5 ayat (2) UUD 1945, yang menyebutkan bahwa Peraturan
Pemerintah ini keduanya dibuat oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang.
Selain itu, karena di Indonesia terdapat reactor Non-Daya yang tetap harus dijaga
keselamatannya, maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan Badan Pengawas Tenaga
Nuklir Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2019 Tentang Keselamatan Komisioning
Reaktor Nondaya yang berpatokan pada Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga
Nuklir Nomor 01 Rev.2/K-OTK/V-04 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengawas Tenaga Nuklir sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan
Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 11 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Keputusan
Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 01 Rev.2/K-OTK/V-04 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Tenaga Nuklir.
2. Safeguard Nuklir
Safeguard nuklir diatur agar hal yang mengenai semua bahan radioaktif sebelum
ataupun setelah proses untuk dihasilkannya energi dan sebagainya itu tetap, tidak
berkurang ataupun tidak pula bertambah. Hal ini dimaksudkan agar semuanya
terkuantitasi dengan aman. Adanya banyaknya peraturan mengenai ini dimaksudkan agar
limbah nuklir tidak dijadikan senjata nuklir yang dapat membahayakan keutuhan dsan
gonjang-ganjing politik di dunia. Salah satu caranya yaitu dengan menciptkan sebuah
traktat tentang Non-Proliferasi Senjata Nuklir, yang mana IAEA berperan dalam fungsi
pengawasan terhadpa nuklir ini agar tidak dijadikan senjata nuklir. Tujuan utama yang
ingin dibangun tentunya agar nuklir digunakan untuk keperluan damai. Tidak ada maksud
buruk lainnya. Selain itu, IAEA sebagai suatu instansi dibawah PBB yang juga
mempunyai fungsi sebagai pengawas dan pengkontrol terhadap bahan nuklir yang masuk
dan keluar, teknologi kunci, serta uji coba senjata nuklir agar kedamaian dunia bisa tetap
terjaga.
Senada dengan hal tersebut, pada Pasal 1 ayat 17 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan dan Keamanan Instalasi Nuklir,
yang berisi tentang poin-poin keselamatan dan keamanan nuklir di Indonesia
menyebutkan bahwa Safeguards adalah upaya yang ditujukan untuk memastikan bahwa
tujuan pemanfaatan bahan nuklir hanya untuk maksud damai. Oleh karena itu negara
Indonesia mengikuti apa yang diupayakan oleh PBB yaitu tentang Non-Proliferasi
Senjata Nuklir, yang dimaksudkan agar semua bahan nuklir ataupun radioaktif di
Indonesia dimaksudkan untuk hal yang sifatnya damai dan bermanfaat bagi banyak
pihak.
3. Security (Keamanan Nuklir)
Tujuan untuk mencapai tingkat keselamatan nuklir yang tinggi harus digandakan
dengan tujuan mencapai tingkat keamanan nuklir yang tinggi juga. Keamanan nuklir
harus diperkuat dengan pengembangan dan penerapan langkah-langkah yang memadai
dalam proteksi fisik terhadap pencurian atau penyimpangan bahan nuklir dan terhadap
sabotase fasilitas nuklir. Adanya payung hukum dunia yaitu dengan ditetapnya Konvensi
Penanggulangan Tindakan Terorisme Nuklir (the International Convention on the
Suppression of Acts of Nuclear Terrorism) oleh MU PBB di New York pada 13 April
2005 adalah suatu langkah untuk menanggulangi ancaman terorisme nuklir.
Untuk peraturan di Indonesia tidak lupa tetap menerapkan poin-poin penting
tentang standarisasi internasional. Salah satunya untuk Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan dan Keamanan Instalasi Nuklir,
yang berisi tentang poin-poin keselamatan dan keamanan nuklir di Indonesia.
Pada Pasal 3 Peraturan Pemerintah ini juga menyebutkan bahwa keselamatan dan
Keamanan nuklir meliputi teknis keselamatan instalasi nuklir, teknis keamanan instalasi
nuklir, manajemen keselamatan dan keamanan instalasi nuklir, serta kesiapsiagaan dan
penanggulangan kedaruratan nuklir.
IV. KESIMPULAN
Program nuklir untuk PLTN untuk reactor daya memang belum ditetapkan di
Indonesia, namun regulasi tentang nuklir baik dari sisi keselamatan, keamanana, ataupun
Safeguard telah diatur sedemikian rupa agar nuklir di Indonesia dimanfaatkan hanya
untuk kegiatan damai. UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran merupakan
salah satu peyung hukum utama nuklir di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
[1]"Berapa Konsumsi Listrik Perkapita Indonesia pada 2027?
Databoks", Databoks.katadata.co.id, 2019. [Online]. Available:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/04/02/berapa-konsumsi-listrik-
perkapita-indonesia-pada-2027. [Accessed: 08- 2019].
[2]"Kejar Target Bauran Energi 23%, Kementerian ESDM Susun Peta Jalan -
Katadata.co.id", Katadata.co.id, 2019. [Online]. Available:
https://katadata.co.id/berita/2019/07/11/kejar-target-bauran-energi-23-kementerian-esdm-
susun-peta-jalan. [Accessed: 08- 2019].
[3]F. Aziz and Y. Hasan, "KERANGKA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PROGRAM PEMBANGUNAN PLTN", Jurnal.batan.go.id, 2019. Available:
http://jurnal.batan.go.id/index.php/jfn/article/view/362.
[4] Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran. 1997. Kementrian
Hukum dan HAM
[5] Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiassi Pengion
dan Keamanan Sumber Radioaktif. 2007. Jakarta.
[6] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2012 tentang
Keselamatan dan Keamanan Instalasi Nuklir. 2012. Jakarta.
[7] Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2019.
2019. Bapeten.

Anda mungkin juga menyukai