Anda di halaman 1dari 24

NAMA : Adhie Mikail F

NIM : 1904102010072
MKE 2
Tugas Resume Tenaga Nuklir

Pengertian Tenaga Nuklir

Kata tenaga nuklir sudah bukan lagi merupakan kata yang asing untuk didengar. Tetapi

sesungguhnya tidak semua orang mengetahui dengan pasti apa itu tenaga nuklir. Bagi sebagian

dahsyat yang dapat membahayakan keselamatan banyak orang yakni berupa senjata nuklir.

Kenyataan yang menyebabkan kata tenaga nuklir seolah-olah merupakan sebuah kata

yang sangat berbahaya tidak dapat dipersalahkan sepenuhnya pada Nuklir adalah sesuatu yang

berhubungan dengan atau menggunakan inti atau energi (tenaga) atom.23 Jadi, tenaga nuklir

adalah tenaga dalam bentuk apa pun yang dibebaskan dalam proses transformasi inti, termasuk

tenaga yang berasal dari sumber radiasi pengion.24 Dengan kata lain, tenaga nuklir adalah tenaga

yang berasal dari inti atom yang dapat menghasilkan tenaga luar biasa besarnya. Segala hal yang

berkaitan dengan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

nuklir serta pengawasan kegiatan yang berkaitan dengan tenaga nuklir dikenal dengan istilah

ketenaganukliran.

Pemanfaatan tenaga nuklir merupakan kegiatan yang berkaitan dengantenaga nuklir yang

meliputi penelitian, pengembangan, penambangan, pembuatan, produksi, pengangkutan,

penyimpanan, pengalihan, ekspor, impor, penggunaan, dekomisioning, dan pengolahan limbah

radioaktif untukmeningkatkan kesejahteraan rakyat. Dari hal-hal tersebut dapat dilihat bahwa

pemanfaatan tenaga nuklir mempunyai cakupan yang sangat luas dalam hal penggunaannya.
Nuklir adalah sesuatu yang berhubungan dengan atau menggunakan inti atau energi

(tenaga) atom. Jadi, tenaga nuklir adalah tenaga dalam bentuk apa pun yang dibebaskan dalam

proses transformasi inti, termasuk tenaga yang berasal dari sumber radiasi pengion. Dengan kata

lain, tenaga nuklir adalah tenaga yang berasal dari inti atom yang dapat menghasilkan tenaga luar

biasa besarnya. Segala hal yang berkaitan dengan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan

ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir serta pengawasan kegiatan yang berkaitan dengan tenaga

nuklir dikenal dengan istilah ke tenaganukliran.

Pemanfaatan tenaga nuklir merupakan kegiatan yang berkaitan dengantenaga nuklir yang

meliputi penelitian, pengembangan, penambangan, pembuatan, produksi, pengangkutan,

penyimpanan, pengalihan, ekspor, impor, penggunaan, dekomisioning, dan pengolahan limbah

radioaktif untukmeningkatkan kesejahteraan rakyat. Dari hal-hal tersebut dapat dilihat bahwa

Energi nuklir dimanfaatkan oleh manusia sejak berpuluh-puluh tahun lalu, tepatnya sejak

tahun 1983. Pada tahun ini, Otto Hahn dan Fritz Strassmann menemukan bahwa dari reaksi

pembelahan inti Uranium dengan Netron terjadi transformasi sejumlah massa menjadi sejumlah

besar energi yang berpotensi untuk senjata.2 Energi ini menghasilkan senjata yang memiliki

penghancur luar biasa sehingga dikenal sebagai Senjata Pemusnah Massal atau pandangan

masyarakat yaitu bom nuklir.

Untuk menghindari pemusnahan massal, Hukum Internasional mengatur penggunaan

nuklir untuk tujuan damai sebagaimana diatur dalam Pasal 13 butir 1 bagian b Piagam

Perserikatan Bangsa-Bangsa. “memajukan kerjasama internasional dilapangan ekonomi, sosial,

kebudayaan, pendidikan, kesehatan dan membantu pelaksanaan hak-hak asasi manusia dan

kebebasan-kebebasan dasar bagi semua manusia tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa

atau agama” Dengan alasan tidak bertentangan dengan tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dasar
yang termuat didalam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Sejak tahun 1951, Amerika Serikat memperlihatkan hasil percobaannya memanfaatkan

nuklir sebagai pembangkit energy listrik, di Idaho National 1 Qiqi Asmara, Evaluasi

Implementasi Kebijakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Jepara, Tesis

Engineering Lab, yang terletak di sebuah Negara bagian Amerika Serikat, Idaho. Dan demi

keamanan lingkungan, pemanfaatan energi nuklir untuk keperluan sipil seperti tenaga listrik,

maka diperlukan pengawasan karena energy nuklir merupakan suatu energi yang berbahaya bagi

manusia apabila tidak dipergunakan secara hatihati. Dan juga untuk mencegah terjadinya

penyalahgunaan terhadap pemanfaatan tenaga nuklir seperti yang terjadi di Perang Dunia II,

maka terciptalah suatu badan internasional dibawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yaitu

Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency, disingkat IAEA) pada

tahun 1957. IAEA berfungsi memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan

tenaga atom bagi kesejahteraan masyarakat. IAEA juga merupakan organisasi independen

dengan tujuan mempromosikan penggunaan energy nuklir secara damai serta menangkal

penggunaannya untuk keperluan militer.

Perjanjian - perjanjian internasional terbentuk setelah IAEA terbentuk seperti Treaty

Banning Nuclear Weapons Tests in the Atmosphere, in Outer Space and under Water tahun 1963,

Convention on the Non Proliferation of Nuclear Weapon tahun 1970, Treaty on Underground

Nuclear Explosions for Peaceful Purposes tahun 1976, Convention on Nuclear Safety 1996.

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sedang berkembang saat ini telah

menjadi pendorong terciptanya pemanfaatan energi nuklir bagi taraf hidup manusia. Dalam era

global sekarang ini, pemanfaatan nuklir telah tersebar di seluruh dunia. Banyak Negara-negara

didunia yang saat ini telah memulai pengembangan pemanfaatan energi nuklir bagi taraf hidup
masyarakatnya, Indonesia merupakan salah satu negara yang mengembangkan energi nuklir

tersebut. Sekarang ini Indonesia juga telah terdaftar di dalam anggota dari International Atomic

Energy Agency (IAEA).

Penggunaan energi nuklir di Indonesia saat ini sudah dapat dirasakan manfaatnya,

terutama dibidang pertanian, peternakan, perikanan, kesehatan, dan pertambangan. Selain itu juga

terdapat manfaat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, yaitu:

1. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir banyak menguntungkan

daripada menggunakan batu bara, antara lain sebagai berikut4 :

a) Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) - gas rumah kaca hanya

dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas)

b) Tidak mencemari udara - tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert karbon monoksida,

sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap fotokimia

c) Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal)

d) Biaya bahan bakar rendah - hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan e) Ketersedian bahan

bakar yang melimpah - sekali lagi, karena sangat sedikit bahan bakar yang diperlukan f) Baterai

nukliry.

Dalam pemanfaatan nuklir untuk PLTN di negara kita, Pemerintah sangat hati-hati, cermat

dan teliti. Kebijakan Pemerintah ini dapat dilihat dari sejumlah peraturan perundang-undangan

yang diterbitkan. Misalnya, Undangundang nomor 30 tahun 2007 tentang Energi, dan Peraturan

Pemerintah nomor 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN). Sebagaimana telah

dijelaskan pada artikel terdahulu bahwa dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah nomor 79 tahun

2014 menargetkan EBT sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Sebagian

kontribusi EBT tersebut juga bisa berasal dari nuklir, karena nuklir merupakan salah satu sumber
energi baru, sebagaimana disebutkan dalam undang-undang nomor 30 tahun 2007. Namun, Pasal

11 Peraturan Pemerintah nomor 79 tahun 2014 telah membatasi pemanfaatan sumber energi

nuklir. Pasal tersebut menyatakan bahwa energi nuklir dimanfaatkan dengan mempertimbangan

keamanan pasokan energi nasional dalam skala besar, mengurangi emisi karbon dan tetap

mendahulukan potensi energi baru dan energi terbarukan sesuai nilai keekonomiannya, serta

mempertimbangkan energi nuklir sebagai pilihan terakhir dengan memperhatikan faktor

keselamatan secara ketat.

Pemanfaatan Nuklir di Bidang Pangan

Pemanfaatan nuklir di bidang pangan/pertanian, kesehatan dan industri tidak terbatas pada

uraian dibawah ini, karena yang dijabarkan hanyalah apa yang dihasilkan dan dilaporkan oleh

Batan. Dalam laporan tersebut, Batan memaparkan bahwa dalam kerangka

mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, Litbang Batan

telah menghasilkan varietas tanaman pangan unggul yaitu lebih dari 21 (dua puluh satu) varietas

padi unggul, 8 (delapan) varietas kedelai, 2 (dua) varietas kacang hijau, 1 (satu) varietas sorgum

dan gandum tropis. Terhadap benih varietas tanaman pangan unggul yang telah dihasilkan

tersebut, Batan telah melakukan kajian dari aspek ekonomi dan melakukan upaya-upaya agar

benih varietas tersebut dapat diproduksi dan dipasarkan sehingga dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat luas. Benih padi varietas Batan telah terbukti bisa meningkatkan pendapatan petani

sekitar 25% karena produktivitasnya lebih tinggi (7-9 ton/ha) dibandingkan dengan rata-rata

produktivtas nasional (5,1 ton/ha). Beberapa varietas padi hasil litbang Batan yang diminati

petani (Si-denuk, Bestari, Mugibat, Suluttan Unsrat-1 dan 2, Mira-1) telah diproduksi oleh para

produsen benih di beberapa daerah (rata-rata produksi 100 ton/tahun). Benih Kedelai varietas
Batan rata-rata mempunyai produktivitas sebesar 2,2 sampai 3,6 ton/ha, lebih tinggi daripada

rata-rata nasional yang 7 kurang dari 1,8 ton/ha. Beberapa varietas kedelai Batan yang sudah

diproduksi oleh penangkar daerah adalah: Mutiara 1, 2 dan 3, Rajabasa, Gama-sugen dan Mitani.

Untuk Benih Sorgum, hasil studi kelayakan menunjukkan bahwa secara ekonomi budidaya

Sorgum layak dikembangkan di daerah marginal dengan memanfaatkan sistem pertanian terpadu

(pangan, pakan ternak, dan industri). Namun, sampai saat ini belum ada ketertarikan petani di

daerah untuk mengembangkan budidaya Sorgum. Oleh karena itu Batan sedang melakukan

pembinaan kepada petani untuk mengembangkan budidaya Sorgum di daerah potensial, melalui

kerja sama dengan kelompok tani atau kelompok peternak, industri pangan, koperasi, dinas

pertanian dan perguruan tinggi.

Pemanfaatan Nuklir di Bidang Kesehatan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menetapkan bahwa

pembangunan sektor kesehatan dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya yang diimplementasikan melalui upaya kesehatan. Kegiatan

terkait upaya kesehatan dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,

peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan

masyarakat. Peran aplikasi teknologi nuklir dalam mengembangkan sejumlah peralatan medis

dan produk kesehatan untuk menangani berbagai penyakit, 8 yaitu: Kamera Gamma, Renograf

dan Thyroid Uptake, Radiofarmaka I-131 Hippuran, Biomaterial untuk Keperluan Klinis, Mo-

99/Tc-99 Generator dan I131 Oral Solution. Pertama, Kamera Gamma. Digunakan dalam

penelitian kanker payudara dan kanker prostat dan keperluan riset penyakit lainnya yang

menyangkut jantung, tulang, otak, fungsi ginjal dan lain sebagainya. Keunggulannya, dapat
memberikan informasi fisiologis sehingga jika terjadi kelainan fisiologi dapat segera diketahui.

Tingkat akurasi yang tinggi dan waktu analisis yang cepat. Harga jauh lebih murah dibanding

produk impor. Kedua, Renograf dan Thyroid Uptake. Renograf XP USB merupakan alat periksa

fungsi ginjal berbasis teknik nuklir yang dioperasikan dengan sistem komputer. Alat ini telah

tervalidasi dalam seminar yang diselenggarakan oleh Badan Tenaga Atom Internasional.

Sedangkan Thyroid Uptake merupakan perangkat diagnostik uji tangkap kelenjar gondok atau

thyroid up-take diagnostic secara in vivo. Fungsi alat ini untuk mempelajari kecepatan kelenjar

gondok dalam mengakumulasi dan melepaskan iodium sebagai komponen pembentukan hormon

tiroksin. Perunut yang dipakai adalah isotop Iodium-131 (I-131) yang diberikan ke pasien Ketiga,

Radiofarmaka I-131 Hippuran. Digunakan untuk pemindaian tulang dan pemeriksaan fungsi

ginjal. I-131 Hippuran saat ini diproduksi oleh Batan bersama PT. Inuki (Persero) dengan

produksi rata2 100 mCi/minggu atau 400 mCi/bulan. Total produksi dalam satu tahun sekitar

4.800 mCi I-131 9 Hippuran. Jika ditinjau dari pasien ginjal yang meningkat dari tahun ke tahun,

kebutuhan Hipuran I-131 jumlahnya cukup besar. Namun hal ini harus diimbangi dengan

penyebaran alat Renograf yang menggunakan hipuran tersebut. Penyebaran Renograf yang mulai

diproduksi oleh pihak swasta harus bisa menembus wilayah yang membutuhkan alat tersebut

khususnya di daerah yang mempunyai kasus penyakit ginjal cukup tinggi. Keempat, Biomaterial

untuk Keperluan Klinis, berupa allograf tulang manusia, xenograft/graf tulang sapi, dan membran

amnion. Berdasarkan data tahun 2014 nilai kapitalisasi impor biomaterial dibutuhkan 1,4 juta pcs

bahan biomaterial. Kebutuhan ini meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya

kasus penyakit seperti kanker tulang, periodentitis, patah tulang dan trauma pada mata. Kelima,

Mo-99/Tc-99 Generator dan I-131 Oral Solution. Batan bersama PT Inuki telah mampu

memproduksi untuk mencukupi kebutuhan nasional, bahkan melakukan ekspor di beberapa


negara di Asia (Malaysia, Vietnam, China, Bangladesh, Korea, Jepang, dan Philipina). Harga

produk Batan dan PT Inuki jauh lebih murah dibanding produk negara lain. Kebutuhan dalam

negeri untuk Tc-99 Generator sekitar 500 unit. Kebutuhan I-131 Oral Solution adalah 90.000

mCi/tahun. Sedangkan kebutuhan Mo-99 untuk Asia sebesar 1.200 Ci/tahun. Sementara

kebutuhan dunia akan radioisotop ini juga semakin meningkat 10 Disamping kelima produk

kesehatan tersebut di atas, Batan juga mengaplikasi radiasi sinar gamma dari iradiator untuk

mensterilkan beberapa alat dan produk kesehatan seperti jarum suntik, sarung tangan bedah,

kateter, dan hemodialiser atau alat pencuci darah. Selain itu, sterilisasi juga dilakukan terhadap

bahan jaringan dan jaringan biologi yang kemudian di simpan di Bank Jaringan. Sterilisasi

dilakukan dengan memanfaatkan energi radiasi yang tinggi guna membunuh mikroba seperti

bakteri, jamur (kapang), atau virus.

Pemanfaatan Nuklir di Bidang Industri

Di bidang industri, Batan memiliki dua produk yaitu Radioisotop Iridium-192 (Ir-192)

dan Portal Monitor Radiasi (PMR).Pertama, Radioisotop Iridium-192 (Ir-192) digunakan sebagai

Gamma Camera untuk uji tak merusak (NDT). Pada dasarnya PT Inuki mampu memproduksi Ir-

192 sumber tertutup secara ekonomis untuk keperluan NDT (jasa radiografi). Nilai jual Ir-192

yang diproduksi PT Inuki lebih rendah/ lebih ekonomis dibandingkan harga impor. Dan produksi

Ir-192 sumber tertutup untuk NDT memberikan nilai ekonomi yang tinggi. Kedua, Portal Monitor

Radiasi (PMR) digunakan untuk mengawasai peredaran radioaktif, dan juga sebagai keamanan

peredaran radiaktif, termasuk peredaran radiaktif yang illegal. Produk ini cukup prospektif

digunakan di bandar udara, pelabuhan dan perbatasan wilayah. Pada dasarnya PT Inuki mampu

memproduksi PMR untuk mendukung ketahanan nasional, tetapi 11 sampai saat ini masih

diproduksi untuk skala litbang, dan belum dapat diproduksi massal. Manfaat positif dari
pemanfaatan energi nuklir tersebut, pemanfaatan energi nuklir juga dapat menyebabkan dampak

buruk bagi kehidupan manusia dan lingkungan apabila disalahgunakan atau tidak digunakan

dengan hati hati. Dengan adanya resiko dari pemanfaatan nuklir tersebut, maka pemerintah

menyadari pentingnya kerjasama luar negeri dalam pengembangan energi nuklir ini, oleh karena

itu Indonesia telah menjalin kerjasama bilateral dengan beberapa negara sahabat.5 Saat ini

Indonesia telah menyepakati dan melaksanakan sejumlah kerjasama bilateral dengan negara-

negara seperti Argentina, Australia, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan Jepang. Kerjasama

bilateral ini melingkupi bidang yang cukup luas, yakni bidang keselamatan nuklir, pertukaran

informasi peraturan ketenaganukliran, partisipasi dalam program desain reaktor, bahan bakar

bekas, pembuatan radioisotop, hingga pendidikan dan pelatihan.

Namun terlepas dari beberapa kerjasama luar negeri yang dilakukan oleh pemerintah

Indonesia, kiranya perlu diingat kembali bahwa lokasi Indonesia berada di Cincin Api Pasifik,

dengan banyak aktivitas geologi seperti gempa bumi dan letusan gunung, sehingga berbahaya

untuk memiliki reaktor nuklir.7 Selain itu pemanfaatan energi nuklir yang kurang hati-hati dapat

pula menyebabkan kerusakan bagi lingkungan hidup. Oleh karena hal tersebut, perlu

dilakukannya pengkajian ulang terkait proyek nuklir yang berjalan di Indonesia, yakni kajian

tentang apakah Indonesia merupakan kriteria negara yang sesuai dengan pemanfaatan energi

nuklir agar proyek nuklir yang berjalan di Indonesia tersebut dapat bermanfaat dengan baik t anpa

membahayakan kehidupan masyarakat ataupun membahayakan kelestarian lingkungan hidup.

Energi nuklir merupakan energi alternatif terakhir dalam rangka memenuhi kebutuhan

manusia akan listrik. Energi nuklir yang sangat hebat tersebut pada saat ini telah diubah menjadi

tenaga listrik yang sangat dibutuhkan oleh umat manusia. Pemanfaatan energi nuklir untuk

pembangkit tenaga listrik ini sering disebut dengan pemakaian tenaga nuklir untuk maksud -
maksud damai. Nuklir merupakan sumber energi listrik masa depan. Kriterianya memenuhi

segala aspek teknologi modern. Efisiensinya tinggi, teknologinya bersih dan ramah lingkungan,

menggunakan sistem keselamatan yang canggih dan ketersediaan bahan bakar yang cukup

(Hasan, 2014: 25).

Saat ini sumber energi listrik di Indonesia yang berasal dari fosil dikhawatirkan akan

semakin langka mengingat terbatasnya sumber daya alam, minyak bumi dan batu bara yang

merupakan salah satu bahan utama untuk terbentuknya energi istrik, sementara bahan bakar

primer di Indoneisa semakin meningkat dari tahun ke tahun, apalagi untuk mencukupi kebutuhan

energi listrik yang digunakan untuk kegiatan rumah tangga maupun insdustri. Berdasarkan

kondisi tersebut maka pemerintah Indonesia berinisiatif untuk membangun Pembangkit Listrik

Tenaga Nuklir (PLTN) karena pembangkit listrik yang sudah ada kurang mencukupi kebutuhan

energi listrik di Indonesia. Untuk itulah, setelah PLTN Muria batal dibangun, Badan Atom

Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) kemuda melakukan roset dan studi kelayakan di wilayah

Sumatera, yakni di Bangka. Riset dan studi kelayakan ini dilakukan di 2 kabupaten, yakni di

Bangka Barat, teppatnya berada di dusun Tanjung Ular, desa Air Putih, Kecamatan Mentok.

Sementara tempat yang kedua berada di Kabupaten Bangka Selatan, tepatnya di desa Sebagin,

Kecamatan Simpang Rimba (Adha, 2014:1).

Hasil studi pra-kelayakan BATAN pada tahun 2009-2011, di Kabupaten Bangka Barat

dan Kabupaten Bangka Selatan, disimpulkan bahwa aspek geografi, geologi, geoteknik, gunung

api dan gempa cukup baik. Artinya, kedua Kabupaten ini dianggap layak untuk pembangunan

PLTN karena tidak terletak di daerah rawan bencana alam, maka BATAN merekomendasikan

pembangunan 10 PLTN yang masing-masing tersebar sebanyak enam unit di Kabupaten Bangka

Barat dan empat unit di Kabupaten Bangka Selatan (tesis Adha, 2014: 2). Isu-isu tentang rancana
pembangunan PLTN di Indonesia ini tentu saja telah menyebar luas dalam kehidupan masyarakat

dan seperti yang kita ketahui bahwa setiap pembangunan pasti ada pro dan kontranya. Sama

halnya dengan rancangan pembangunan PLTN ini, bahwa terdapat momok mengerikan yang

ditimbulkan dari radiasi nuklir bagi kelangsuangan hidup umat manusia yang bisa mengancam

keselamatan jiwa manusia, baik itu secara langsung maupun tak langsung.

Berdasarkan berita yang telah menyebar luas pemerintah seakan- akan hanya peduli

dengan sosialisasi yang menunjukkan kelebihan dari PLTN tetapi terlihat menutup-nutupi bahaya

yang bisa ditimbulkan dari PLTN. Sebelum pemerintah dapat membangun PLTN di negeri

sendiri masyarakat Indonesia sudah mengetahui bagaimana PLTN yang terjadi masalah

menyebabkan kerusakan lingkungan yang amat parah seperti di Chernobyl dan Fukushima,

Jepang. Ketika pemerintah hanya memberikan manfaatnya saja dan masyarakat sudah

mengetahui bagaimana bahayanya PLTN membuat masyarakat menjadi sangat takut jika

nantinya akan mengalami kejadian yang samadengan Chernobyl atapun Fukushima, Jepang.

Apakah mungkin tenaga nuklir jika dimanfaatkan sebagai sumber energi pembangkit listrik tidak

membahayakan terhadap lingkungan sekitarnya? Pertanyaan seperti ini selalu muncul dalam

pemikiran masyarakat Bangka yang menyadari akan bahanyanya pembangunan PLTN dan tentu

saja menimbulkan suatu momok mengerikan.

Ketakutan inilah yang muncul dalam sebagian besar pemikiran masyarakat Bangka

Belitung, dimana masyarakat mengetahui bagaimana bahaya yang ditimbulkan dari PLTN

tersebut. Sehingga sebagian besar masyarakat Bangka menolak terhadap pembangunan PLTN

tersebut dan melakukan aksi-aksi penelokan seperti demo yang telah berulang kali dilakukan oleh

masyarakat sekitar daerah pembangunan proyek PLTN. Tidak hanya itu saja opini-opini yang

dimuat di media massa pun mulai marak dilakukan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
menyampaikan 4 aspirasi masyarakat mengenai penoloakan mereka terhadap pembangunan

PLTN di Teluk Inggris Kabupaten Bangka Barat.

Komponen Dasar Reaktor Nuklir

Elemen Bahan Bakar

Elemen bahan bakar ini berbentuk batang-batang tipis dengan diameter kira-kira 1 cm.

Dalam suatu reaktor daya besar, ada ribuan elemen bahan bakar yang diletakkan saling berdekatan.

Seluruh elemen bahan bakar dan daerah sekitarnya dinamakan teras reaktor. Umumnya, bahan

bakar reaktor adalah uranium-235.

Moderator Netron
Netron yang mudah membelah inti adalah netron lambat yang memiliki energi sekitar 0,04 eV

(atau lebih kecil), sedangkan netron-netron yang dilepaskan selama proses pembelahan inti (fisi)

memiliki energi sekitar 2 MeV. Oleh karena itu, sebuah reaktor atom harus memiliki materaial

yang dapat mengurangi kelajuan netron-netron yang energinya sangat besar sehingga netron-

netron ini dapat dengan mudah membelah inti. Material yang memperlambat kelajuan netron

dinamakan moderator.

Moderator yang umum digunakan adalah air. Ketika netron berenergi tinggi keluar dari

sebuah elemen bahan bakar, netron tersebut memasuki air di sekitarnya dan bertumbukan dengan

molekul-molekul air. Netron cepat akan kehilangan sebagian energinya selama menumbuk

molekul air (moderator) terutama dengan atom-atom hidrogen. Sebagai hasilnya netron tersebut

diperlambat.
Batang Kendali
Jika keluaran daya dari sebuah reactor dikehendaki konstan, maka jumlah netron yang

dihasilkan harus dikendalikan. Sebagaimana diketahui, setiap terjadi proses fisi ada sekitar 2

sampai 3 netron baru terbentuk yang selanjutnya menyebakan proses berantai. Batang kendalli

terbuat dari bahan-bahan penyerap netron, seperti boron dan kadmium. Jika reaktor menjadi

superkritis, batang kendali secara otomatis bergerak masuk lebih dalam ke dalam teras reaktor

untuk menyerap kelebihan netron yang menyebabkan kondisi itu kembali ke kondisi kritis.

Sebaliknya, jika reaktor menjadi subkritis batang kendali sebagian ditarik menjauhi teras

reactor sehingga lebih sedikit netron yang diserap. Dengan demikian, lebih banyak netron tersedia

untuk reaksi fisi dan reaktor kembali ke kondisi kritis. Untuk menghentikan operasi reaktor (missal

untuk perawatan) batang kendali turun penuh sehingga seluruh netron diserap dan reaksi fisi

berhenti.

Pendingin
Energi yang dihasilkan oleh reaksi fisi meningkatkan suhu reaktor. Suhu ini dipindahkan dari

reaktor dengan menggunakan bahan pendingin misalnya air atau karbon dioksida. Bahan

pendingin (air) disirkulasikan melalui system pompa, sehingga air yang keluar dari bagian atas

teras reactor digantikan air dingin yang masuk melalui bagian bawah teras reactor.

Perisai/Wadah
Terbuat dari bahan yang mampu menahan radiasi agar pekerja reactor dapat bekerja dengan

aman dari radiasi.


Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Listrik pada umumnya dibangkitkan dari turbin yang digerakkan uap air. Uap air dihasilkan

dengan mendidihkan air dalam bejana (boiller). Bahan bakar yang sering digunakan untuk

mendidihkan air inilah yang membedakan nama pembangkit listrik. Ada yang menggunakan bahan

bakar fosil, seperti minyak bumi, gas, batu bara atau nuklir. Pembangkit yang menggunakan bahan

bakar fosil, biasanya disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan yang

menggunakan nuklir disebut PLTN.PLTU telah banyak didirikan di Indonesia, dan telah banyak

pula pengalaman yang kita rasakan, baik masalah pergiliran pasokan arus listrik, harga, dan polusi.

Masalah pergiliran pasokan arus listrik disebabkan masalah pasokan yang terbatas, karena tak

adanya cadangan sumber listrik. Harga telah dipastikan naik terus mengikuti harga minyak bumi.

Padahal minyak bumi dan gas dapat dimanfaatkan untuk pembuatan plastik, pupuk, kain,

kendaraan bermotor atau keperluan lain yang lebih bermanfaat untuk kehidupan.

PLTN memang merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk mengatasi krisis ekonomi di

Indonesia. Selain bersih dan tak mencemari lingkungan, harga listriknya sangat murah dan dapat

bersaing. Bahkan dengan reaktor temperatur tinggi, selain listrik yang dihasilkan, pendinginnya

dapat digunakan untuk memproses batu bara menjadi bahan bakar minyak dan gas untuk kendaraan

bermotor, serta desalinasi air laut, untuk menjadi air minum dan garam. Harga listrik yang murah

tidak hanya didukung harga bahan bakar nuklir yang lebih murah dari harga minyak bumi atau

batu bara, tetapi volume bahan bakar nuklir yang diperlukan jauh lebih kecil, sehingga harga

transportasinya murah.
Prinsip Kerja PLTN
Pada dasarnya sama dengan pembangkit listrik konvensional, yaitu: air diuapkan di dalam

suatu ketel melalui pembakaran. Uap yang dihasilkan dialirkan ke turbin yang akan bergerak

apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin digunakan untuk menggerakkan generator, sehingga

menghasilkan tenaga listrik. Perbedaannya pada pembangkit listrik konvensional bahan bakar

untuk menghasilkan panas menggunakan bahan bakar fosil seperti : batu bara, minyak dan gas.

Dampak dari pembakaran bahan bakar fosil ini, akan mengeluarkan karbon dioksida (CO2), sulfur

dioksida (S02) dan nitrogen oksida (Nox), serta debu yang mengandung logam berat. Sisa

pembakaran tersebut akan teremisikan ke udara dan berpotensi mencemari lingkungan hidup, yang

bias menimbulkan hujan asam dan peningkatan suhu global. Sedangkan pada PLTN panas yang

akan digunakan untuk menghasilkan uap yang sama, dihasilkan dari reaksi pembelahan inti bahan

fisi (uranium) dalam reaktor nuklir. Sebagai pemindah panas biasa digunakan air yang disalurkan

secara terus menerus selama PLTN beroperasi. Proses pembangkit yang menggunakan bahan

bakar uranium ini tidak melepaskan partikel sperti C02, S02, atau Nox, juga tidak mengeluarkan

asap atau debu yang mengandung logam berat yang dilepas ke lingkungan. Oleh karena itu PLTN

merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Limbah radioaktif yang dihasilkan dari

pengoperasian LTN, adalah berupa elemen bakar bekas dalam bentuk padat. Elemen bakar bekas

ini untuk sementara bisa disimpan di lokasi PLTN, sebelum dilakukan penyimpanan secara lestari.

Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN. Reaktor daya hanya

memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fisi, sedang kelebihan neutron dalam teras

reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena memanfaatkan panas hasil

fisi, maka reaktor daya dirancang berdaya thermal tinggi dari orde ratusan hingga ribuan

MW.Proses pemanfaatan panas hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN adalah

sebagai berikut :
• Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam bentuk panas yang

sangat besar.

• Panas hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin, bisa pendingin

primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang digunakan.

Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi gerak (kinetik).

Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga dihasilkan arus listrik.

Perbandingan Energi Densitas energi nuklir sangat tinggi, lebih tinggi dibandingkan dengan batu

bara ataupun minyak bumi. Sebagai ilustrasi, dalam 1 kg uranium d apat menghasilkan energi

listrik sebesar 50.000 kWh bahkan dengan proses lebih lanjut dapat mencapai 3.500.000 kWh.

Sementara 1 kg batu bara dan 1 kg minyak bumi hanya dapat menghasilkan energi sebesar 3 kWh

dan 4 kWh.

Pada sebuah pembangkit listrik non-nuklir berkapasitas 1000 MWe diperlukan 2.600.000

ton batu bara atau 2,000,000 ton minyak bumi sebagai bahan bakarnya. Sementara pada

pembangkit listrik tenaga nuklir dengan kapasitas listrik yang sama hanya memerlukan 30 ton

uranium dengan teras reaktor 10 m3, sebagai bahan bakarnya. Saat ini, kontribusi energi nuklir

terhadap pasokan kebutuhan energi primer dunia sekitar 6% dan pasokan kebutuhan energi listrik

global sekitar 17%.

Proteksi PLTN mempunyai sistem pengamanan yang ketat dan berlapis-lapis, sehingga

kemungkinan terjadi kecelakaan maupun akibat yang ditimbulkan sangat kecil. Desain
keselamatan suatu PLTN menganut falsafah pertahanan berlapis (defence in depth). Pertahanan

berlapis ini meliputi :

a. Lapisan keselamatan pertama, PLTN dirancang, dibangun dan diperasikan sesuai

dengan ketentuan yang sangat ketat, mutu yg tinggi dan teknologi mutakhir.

b. PLTN dilengkapi dengan sistem pengamanan/ keselamatan yang digunakan untuk

mencegah dan mengatasi akibat-akibat dari kecelakaan yang mungkin dapat terjadi selama umur

PLTN. .

c. PLTN dilengkapi dengan sistim pengamanan tambahan, yang dapat diandalkan untuk

dapat mengatasi kecelakaan hipotesis, atau kecelakaan terparah yang diperkirakan dapat terjadi

pada suatu PLTN. Namun kecelakaan tersebut kemungkinannya tidak akan pernah terjadi selama

umur PLTN.

Keuntungan dan Kekurangan

2.5.1. Keuntungan PLTN Keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit daya utama

lainnya adalah:

a. Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) – gas rumah kaca hanya

dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas

b. Tidak mencemari udara – tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert karbon monoksida,

sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap fotokimia
c. Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal) d. Biaya bahan bakar rendah –

hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan e. Ketersedian bahan bakar yang melimpah – sekali

lagi, karena sangat sedikit bahan bakar yang diperlukan

2.5.2. Kekurangan PLTN

a. Resiko kecelakaan nuklir – kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan Chernobyl (yang tidak

mempunyai containment building

b. Limbah nuklir – limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat berthan hingga ribuan

Skema Proses PLTN.

Jenis-Jenis PLTN
Teknologi PLTN dirancang agar energi nuklir yang terlepas dari proses fisi dapat

dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam kehidupan sehari-hari. PLTN merupakan sebuah

sistim yang dalam operasinya menggunakan reaktor daya yang berperan sebagai tungku penghasil

panas. Dewasa ini ada berbagai jenis PLTN yang beroperasi. Perbedaan tersebut ditandai dengan

perbedaan tipe reaktor daya yang digunakannya. Masing-masing jenis PLTN/tipe reaktor daya

umumnya dikembangkan oleh negara-negara tertentu, sehingga seringkali suatu jenis PLTN

sangat menonjol dalam suatu negara, tetapi tidak dioperasikan oleh negara lain. Perbedaan

berbagai tipe reaktor daya itu bisa terletak pada penggunaan bahan bakar, moderator, jenis

pendinging serta perbedaan-perbedaan lainnya.

Perbedaan jenis reaktor daya yang dikembangkan antara satu negara dengan negara lain

juga dipengaruhi oleh tingkat penguasaan teknologi yang terkait dengan nuklir oleh masing-

masing negara. Pada awal pengembangan PLTN pada tahun 1950-an, pengayaan uranium baru
bisa dilakukan oleh Amerika Serikat dan Rusia, sehingga kedua negara tersebut pada saat itu sudah

mulai mengembangkan reaktor daya berbahan bakar uranium diperkaya. Sementara itu di Kanada,

Perancis dan Ingris pada saat itu dipusatkan pada program pengembangan reaktor daya berbahan

bakar uranium alam. Oleh sebab itu, PLTN yang pertama kali beroperasi di ketiga negara tersebut

menggunakan reaktor berbahan bakar uranium alam. Namun dalam perkembangan berikutnya,

terutama Inggris dan Perancis juga mengoperasikan PLTN berbahan bakar uranium diperkaya.

Sebagian besar reaktor daya yang beroperasi dewasa ini adalah jenis Reaktor Air Ringan

atau LWR (Light Water Reactor) yang mula-mula dikembangkan di AS dan Rusia. Disebut

Reaktor Air Ringan karena menggunakan H2O kemurnian tinggi sebagai bahan moderator

sekaligus pendingin reaktor. Reaktor ini terdiri atas Reaktor Air tekan atau PWR (Pressurized

Water Reactor) dan Reaktor Air Didih atau BWR (Boiling Water Reactor) dengan jumlah yang

dioperasikan masing-masing mencapai 52 % dan 21,5 % dari total reaktor daya yang beroperasi.

Sedang sisanya sebesar 26,5 % terdiri atas berbagai type reaktor daya lainnya. Berikut ini akan

dibahas lebih lanjut berbagai jenis PLTN yang dewasa ini beroperasi diberbagai negara .

• Reaktor Air Didih

Pada reaktor air didih, panas hasil fisi dipakai secara langsung untuk menguapkan air

pendingin dan uap yang terbentuk langsung dipakai untuk memutar turbin. Turbin tekanan tinggi

menerima uap pada suhu sekitar 290 ºC dan tekanan sebesar 7,2 MPa. Sebagian uap diteruskan

lagi ke turbin tekanan rendah. Dengan sistim ini dapat diperoleh efisiensi thermal sebesar 34 %.

Efisiensi thermal ini menunjukkan prosentase panas hasil fisi yang dapat dikonversikan menjadi

energi listrik. Setelah melalui turbin, uap tersebut akan mengalami proses pendinginan sehingga

berubah menjadi air yang langsung dialirkan ke teras reaktor untuk diuapkan lagi dan seterusnya.
Dalam reaktor ini digunakan bahan bakar 235U dengan tingkat pengayaannya 3-4 % dalam bentuk

UO2.

Pada tahun 1981, perusahaan Toshiba, General Electric dan Hitachi melakukan kerja sama dengan

perusahaan Tokyo Electric Power Co. Inc. untuk memulai suatu proyek pengembangan patungan

dalam rangka meningkatkan unjuk kerja sistim Reaktor Air Didih dengan memperkenalkan

Reaktor Air Didih Tingkat Lanjut atau A-BWR (Advanced Boiling Water Reactor). Kapasitas A-

BWR dirancang lebih besar untuk mempertinggi keuntungan ekonomis. Di samping itu, beberapa

komponen reaktor juga mengalami peningkatan, seperti peningkatan dalam fraksi bakar,

penyempurnaan sistim pompa sirkulasi pendingin, mekanisme penggerak batang kendali dan lain-

lain.

• Reaktor Air Tekan

Reaktor Air Tekan juga menggunakan H2O sebagai pendingin sekaligus moderator.

Bedanya dengan Reaktor Air Didih adalah penggunaan dua macam pendingin, yaitu pendingin

primer dan sekunder. Panas yang dihasilkan dari reaksi fisi dipakai untuk memanaskan air

pendingin primer. Dalam reaktor ini dilengkapi dengan alat pengontrol tekanan (pessurizer) yang

dipakai untuk mempertahankan tekanan sistim pendingin primer.

Sistim pressurizer terdiri atas sebuah tangki yang dilengkapi dengan pemanas listrik dan

penyemprot air. Jika tekanan dalam teras reaktor berkurang, pemanas listrik akan memanaskan air

yang terdapat di dalam tangki pressurizer sehingga terbentuklah uap tambahan yang akan

menaikkan tekanan dalam sistim pendingin primer. Sebaliknya apabila tekanan dalam sistim

pendingin primer bertambah, maka sistim penyemprot air akan mengembunkan sebagian uap
sehingga tekanan uap berkurang dan sistim pendingin primer akan kembali ke keadaan semula.

Tekanan pada sistim pendingin primer dipertahankan pada posisi 150 Atm untuk mencegah agar

air pendingin primer tidak mendidih pada suhu sekitar 300 ºC. Pada tekanan udara normal, air akan

mendidih dan menguap pada suhu 100 ºC.

Dalam proses kerjanya, air pendingin primer dialirkan ke sistim pembangkit uap sehingga

terjadi pertukaran panas antara sistim pendingin primer dan sistim pendingin sekunder. Dalam hal

ini antara kedua pendingin tersebut hanya terjadi pertukaran panas tanpa terjadi kontak atau

percampuran, karena antara kedua pendingin itu dipisahkan oleh sistim pipa. Terjadinya

pertukaran panas menyebabkan air pendingin sekunder menguap. Tekanan pada sistim pendingin

sekunder dipertahankan pada tekanan udara normal sehingga air dapat menguap pada suhu 100 ºC.

Uap yang terbentuk di dalam sistim pembangkit uap ini selanjutnya dialirkan untuk memutar

turbin.

Dari uraian di atas tergambar bahwa sistim kerja PLTN dengan Reaktor Air Tekan lebih

rumit dibandingkan dengan sistim Reaktor Air Didih. Namun jika dilihat pada sistim

keselamatannya, Reaktor Air Tekan lebih aman dibandingkan dengan Reaktor Air Didih. Pada

Reaktor Air Tekan perputaran sistim pendingin primernya betul-betul tertutup, sehingga apabila

terjadi kebocoran bahan radioaktif di dalam teras reaktor tidak akan menyebabkan kontaminasi

pada turbin. Sedang pada Reaktor Air Didih, kebocoran bahan radioaktif yang terlarut dalam air

pendingin primer dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada turbin. Reaktor Air Tekan juga

mempunyai keandalan operasi dan keselamatan yang sangat baik. Salah satu faktor penunjangnya

adalah karena reaktor ini mempunyai koefisien reaktivitas negatif. Apabila terjadi kenaikan suhu

dalam teras reaktor secara mendadak, maka daya reaktor akan segera turun dengan sendirinya.
Namun karena menggunakan dua sistim pendingin, maka efisiensi thermalnya sedikit lebih rendah

dibandingkan dengan Reaktor Air Didih.

• Reaktor Air Berat atau HWR (Heavy Water Reactor)

Reaktor Air Berat merupakan jenis reaktor yang menggunakan D2O (air berat) sebagai

moderator sekaligus pendingin. Reaktor ini menggunakan bahan bakar uranium alam sehingga

harus digunakan air berat yang penampang lintang serapannya terhadap neutron sangat kecil.

PLTN dengan Reaktor Air berat yang paling terkenal adalah CANDU (Canadian Deuterium

Uranium) yang pertama kali dikembangkan oleh Canada. Seperti halnya Reaktor Air tekan,

Reaktor CANDU juga mempunyai sistim pendingin primer dan sekunder, pembangkit uap dan

pengontrol tekanan untuk mempertahankan tekanan tinggi pada sistim pendingin primer. D2O

dalam reaktor CANDU hanya dimanfaatkan sebagai sistim pendingin primer, sedang sistim

pendingin sekundernya menggunakan H2O.

Dalam pengoperasian reaktor CANDU, kemurnian D2O harus dijaga pada tingkat 95-99,8

%. Air berat merupakan bahan yang harganya sangat mahal dan secara fisik maupun kimia tidak

dapat dibedakan secara langsung dengan H2O. Oleh sebab itu, perlu adanya usaha penanggulangan

kebocoran D2O baik dalam bentuk uap maupun cairan. Aliran ventilasi dari ruangan dilakukan

secara tertutup dan selalu dipantau tingkat kebasahannya, sehingga kemungkinan adanya

kebocoran D2O dapat diketahui secara dini.

• Reaktor Magnox atau MR (Magnox Reactor)

Reaktor Magnox menggunakan bahan bakar dalam bentuk logam uranium atau paduannya

yang dimasukkan ke dalam kelongsong paduan magnesium (Mg). Reaktor ini dikembangkan dan
banyak dioperasikan oleh Inggris. Termasuk dalam reaktor jenis ini adalah reaktor penelitian

pertama di dunia yang dibangun oleh tim pimpinan Enrico Fermi di Chicago, Amerika Serikat.

Reaktor Magnox menggunakan CO2 sebagai pendingin, grafit sebagai moderator, dan uranium

alam sebagai bahan bakar. Panas hasil fisi diambil dengan mengalirkan gas CO2 melalui elemen

bakar menuju ke sistim pembangkit uap. Dari pertukaran panas ini akan dihasilkan uap air yang

selanjutnya dapat dipakai untuk memutar turbin.

Hasil dari usaha dalam penyempurnaan unjuk kerja Reaktor Magnox adalah

diperkenalkannya Reaktor Maju Berpendingin Gas atau AGR (Advanced Gas-cooled Reactor).

Dalam reaktor ini juga menggunakan CO2 sebagai pendingin, grafit sebagai moderator, namun

bahan bakarnya berupa uranium sedikit diperkaya yang dibungkus dengan kelongsong dari baja

tahan karat. Pengayaan bahan bakar ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi thermal dan

fraksi bakar bahan bakarnya.

• Reaktor Temperatur Tinggi atau HTR (High Temperature Reactor)

Reaktor Temperatur Tinggi adalah jenis reaktor yang menggunakan pendingin gas helium

(He) dan moderator grafit. Reaktor ini mampu menghasilkan panas hingga 750 ºC dengan efisiensi

thermalnya sekitar 40 %. Panas yang dibangkitkan dalam teras reaktor dipindahkan menggunakan

pendingin He (sistim primer) ke pembangkit uap. Dalam pembangkit uap ini panas akan diserap

oleh sistim uap air umpan (sistim sekunder) dan uap yang dihasilkannya dialirkan ke turbin. Dalam

reaktor ini juga ada sistim pemisah antara sistim pendingin primer yang radioaktif dan sistim

pendingin sekunder yang tidak radioaktif.


Elemen bahan bakar yang digunakan dalam Reaktor Temperatur Tinggi berbentuk bola,

tiap elemen mengandung 192 gram carbon, 0,96 gram 235U dan 10,2 gram 232Th yang dapat

dibiakkan menjadi bahan bakar baru 233U. Proses fisi dalam teras reaktor mampu memanaskan

gas He hingga mencapai suhu 750 _C. Setelah terjadi pertukaran panas dengan sistim sekunder,

suhu gas He akan turun menjadi 250 ºC. Gas He selanjutnya dipompakan lagi ke teras reaktor

untuk mengambil panas fisi, demikian seterusnya. Dalam operasi normal, reaktor ini

membutuhkan bahan bakar bola berdiameter 60 mm sebanyak ± 675.000 butir yang diletakkan di

dalam teras reaktor. Rata-rata setiap butir bahan bakar tinggal di dalam teras selama enam bulan

pada operasi beban penuh. q

Anda mungkin juga menyukai