LATAR BELAKANG
Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang
dijatuhkan diHiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian
dahsyatnya akibat yang ditimbulkan oleh bom tersebut sehingga pengaruhnya masih
dapat dirasakan sampaisekarang.Di samping sebagai senjata pamungkas yang
dahsyat, sejak lama orang telah memikirkan bagaimana cara memanfaatkan tenaga
nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Sampai saat ini tenaga nuklir, khususnya
zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalamberbagai bidang antara lain bidang
industri, kesehatan, pertanian, peternakan, sterilisasi produk farmasi dan alat
kedokteran, pengawetan bahan makanan, bidang hidrologi, yang merupakan aplikasi
teknik nuklir untuk nonenergi.
Salah satu pemanfaatan teknik nuklir dalam bidang energi saat ini sudah
berkembang dan dimanfaatkan secara besar-besaran dalam bentuk Pembangkit Listrik
Tenaga nuklir (PLTN), dimana tenaga nuklir digunakan untuk membangkitkan tenaga
listrik yang relatif murah, aman dan tidak mencemari lingkungan.
Seiring dengan krisis energi yang sedang menimpa Indonesia saat ini yang
ditandai dengan semakin menipisnya cadangan minyak yang dimiliki Indonesia,
Pengertian dari PLTN sendiri adalah stasiun pembangkit listrik thermal di mana
panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik.
Cara kerja PLTN tidak jauh dengan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap).
Bedanya pada PLTN energi panas yang dihasilkan berasal dari reaksi nuklir. Panas
yang dihasilkan dari reaksi nuklir ini digunakan untuk menguapkan air pendingin.
Uap ini digunakan untuk menggerakkan turbin sehingga diperoleh energi kinetik.
Energi kinetik yang dihasilkan digunakan untuk memutar generator yang akhirnya
menghasilkan energi listrik.
Namun masih terdapat pro dan kontra dalam masyarakat mengenai rencana
pemerintahan ini.oleh karena itu pemerintah harus memberikan penyuluhan mengenai
teknologi nuklir kepada masyarakat. Selain itu pemerintah juga harus menerapkan
standar keamanan yang ketat terhadap PLTN yang akan didirikan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian PLTN
“Smelter itu pada intinya butuh listrik skala besar dan kalau dalam skala besar,
harganya tidak mungkin mahal, karena nanti industri smelter menjadi tidak berjalan.
Listrik itu harganya harus relatif terjangkau oleh masyarakat. Di sinilah energi nuklir
bisa masuk, menjawab kebutuhan listriknya dan biaya ekonomisnya,” ungkap
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional
(Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro saat menjadi pembicara pada
“Seminar Sehari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, Sebuah Keniscayaan” di
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA
UI), Depok pada Rabu (13/11)
“Bagaimanapun masyarakat awam itu pada umumnya bertindak atau bereaksi karena
persepsi, belum tentu mereka memahami kondisi yang real. Mungkin mereka belum
pernah lihat kondisi di reaktor nuklir untuk litbang yang dipunyai oleh BATAN
sebenarnya seperti apa,” ungkap Menristek/Kepala BRIN.
“Yang lebih penting adalah BATAN dan BAPETEN perlu mensosialisasikan terus
menerus kepada (i) masyarakat awam dan (ii) masyarakat yang kontra atau yang anti
tenaga nuklir. Kadang-kadang kontra atau anti terhadap sesuatu itu terjadi karena
disinformasi, karena informasi yang kurang lengkap atau informasi yang diterima
salah (hoax). Sehingga informasi salah yang di terima masyarakat dapat menjadi ”
misleading ” dan membentuk opini masyarakat yang keliru”, ungkap Bambang
Brodjonegoro.
“China pun sudah mulai mengarah ke nuklir. Perancis pun sudah seperti itu di Eropa.
Jepang juga meskipun Fukushima sempat ada gonjang-ganjing, tapi mereka tetap
lanjut dengan teknologi nuklir. Di Korea Selatan ada sekitar dua puluh tiga PLTN
yang mereka sudah punya,” ungkap Menristek/Kepala BRIN. Indonesia sangat
mengharapkan bahwa PLTN akan digunakan sebagai salah satu alternatif untuk
memproduksi sumber daya energi di masa depan.
Turut hadir dalam kesempatan ini Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) Abdul Haris, Ketua Ikatan Alumni (ILUNI)
FMIPA UI Pamela Cardinale, serta para guru besar, dosen, mahasiswa, dan
mahasiswi Universitas Indonesia.