EKSISTENSI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI NUKLIR dalam NEGARA
PANACASILA
Nama Anggota: Iresa Lucky Pratiwi (135060607111031) Rendiana Satya Pangestika (135060607111003)
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi di Indonesia ditandai dengan menipisnya cadangan energi fosil yang tidak dapat diperbaharui. Produksi bahan bakar primer di Indonesia naik dari tahun ke tahun, terutama digunakan untuk mencukupi kebutuhan energi listrik baik untuk kegiatan rumah tangga maupun industri. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa cadangan energi akan habis dalam waktu dekat jika tidak segera dilakukan upaya pemakaian energi alternatif. Berdasarkan kondisi tersebut maka pemerintah Indonesia berinisiatif untuk membangun PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) karena pembangkit listrik yang sudah ada kurang mencukupi kebutuhan energi listrik di Indonesia. Pada saat ini cadangan sumber energi tak terbarukan antara lain minyak bumi, gas dan batu bara yang akan semakin menipis, perlu difikirkan energi lain yang dapat menggantikan sebagai energi alternatif. Upaya-upaya penganekaan ragam sumber energi agar ketersediaan energi terjamin. Salah satu upaya yang dilakukan dan sebagian negara juga sudah memanfaatkan sumber energi baru tersebut adalah pemanfaatan teknologi nuklir. Pemanfaatan energi nuklir dapat meminimalkan ketergantungan dari fosil yang semakin langka. Selain itu dengan pemanfaatan energi nuklir dapat mengurangi potensi masalah dari pemanasan global yang sedang menjadi perhatian dunia. Energi nuklir saat ini pemanfaatannya sudah banyak dimanfaatkan ke bidang- bidang yang diperlukan oleh masyarakat, seperti halnya bidang kedokteran, pangan, hewan juga sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia, pemerintah mengundangkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, yang berisi pemanfaatan semua jenis energi yang tersedia secara optimal yang dikenal sebagai bauran energi optimal (optimum energi mix), disebutkan bahwa porsi EBT pada tahun 2025 mencapai lebih besar dari 17% ( biofuel lebih besar dari 4%, panas bumi lebih besar dari 5%, batubara cair lebih besar dari 2% dan EBT lainnya lebih besar dari 5%). Kebutuhan listrik Indonesia mencapai sekitar 40 GW pada September 2013 dan tahun 2030 diperkirakan sebesar 160 GW dan tahun 2050 sekitar 450-550 GW dengan catatan kebutuhan listrik meningkat sekitar 9% per tahun. Bila potensi energi terbarukan yang sangat besar itu serius dikembangkan, maka ET dapat memenuhi pasokan energi Indonesia yang menyamai bahkan ratusan kali melebihi pasokan energi yang dibangkitkan oleh PLTN. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana etika keilmuan Pancasila dalam mengahdapi perkembangan teknologi nuklir? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui etika keilmuan Pancasila dalam mengahdapi perkembangan teknologi nuklir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Nuklir Teknologi nuklir adalah teknologi yang melibatkan reaksi dari inti atom, Teknologi nuklir dapat ditemukan pada berbagai aplikasi, dari yang sederhana seperti detektor asap hingga sesuatu yang besar seperti reactor nuklir. Nuklir mungkin sudah tidak asing lagi didengar. Nuklir, sebuah kata yang saat ini banyak diberitakan di media cetak maupun elektronik terkait Korea Utara yang telah melakukan ujicoba nuklirnya pada 12 Februari 2013 silam. Istilah nuklir mulai dikenal masyarakat dunia setelah terjadinya serangan bom nuklir di kota Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus1945 yang meluluhlantakkan kedua kota tersebut dalam sekejap dan menimbulkan ribuan orang tewas akibat luka dan sakit sebagai akibat dari radiasi yang dikeluarkan oleh bom serta menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.Akibat dari peristiwa tersebut, sebagian orang seringkali mengkaitkan pengertian nuklir ini dengan sesuatu yang sangat berbahaya. Dalam hal ini yang semakin membuat orang semakin resah adalah dengan adanya penggunaan teknologi nuklir yang dapat membunuh manusia. Sebagian orang secara langsung mendefinisikan bahwa nuklir adalah senjata nuklir tu sendiri. Hal ini disebabkan teknologi nuklir yang kita miliki sudah cukup untuk membuat benda (bom) yang memiliki daya ledak yang sangat besar. Pemanfaatan teknologi nuklir harus mendapat pengawasan yang cermat agar selalu mengikuti segala ketentuan di bidang keselamatan sehingga pemanfaatan teknologi nuklir tersebut tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup. Adapun pengertian lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, serta keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pengawasan tersebut dilaksanakan dengan cara mengeluarkan peraturan, menyelenggarakan perizinan, dan melakukan inspeksi. Perizinan itu juga berlaku untuk petugas yang mengoperasikan reaktor nuklir dan petugas tertentu yang bekerja di instalasi nuklir lainnya serta di instalasi yang memanfaatkan sumber radiasi tersebut. 2.2 Pancasila Sebagai Dasar Negara Pancasila Sebagai dasar negara yang dimaksud sesuai dengan bunyi pembukaan pada UUD 1945 Alenia IV yang menyatakan “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosia, Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar Negara Republik Indonesia yang membentuk dalam suatu susunan negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Norma hukum pokok yang disebut pokok kaidah fundamental dari negara itu dalam hukum mempunyai hakikat dan juga kedudukan yang kuat, tetap, dan tidak berubah bagi negara yang terbentuk dengan perkataan lain. Dengan jalan hukum tidak bisa diubah-ubah. Fungsi dari pancasila Sebagai pokok kaidah yang fundamental. Hal yang paling penting sekali karena UUD harus berasal dan berada dibawah pokok kaidah negara yang fundamental itu. Maksud dari Pancasila Sebagai Dasar Negara yang artinya Pancasila dijadikan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan pemerintah Negara. Ketetapan MPR NO. III/MPR/2000 menyatakan bahwa pancasila menurutnya yaitu "sebagai hukum dasar Nasional”. BAB III PEMBAHASAN Indonesia, sebanyak 84% masyarakat belum sanggup menerima didirikannya pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia. Tak heran 16 banyak penolakan dari masyarakat, hal tersebut sebenarnya terkait erat dengan bahaya dan risiko yang diprediksi dari dampak pembangunan PLTN di Indonesia. Bahaya yang dapat ditimbulkan dari pembangunan PLTN di Indonesia , antara lain mengenai keamanan PLTN yang masih dipertanyakan, pengaruhnya terhadap faktor social budaya, serta dampak yang begitu berbahaya terkait lingkungan setempat. Keraguan terhadap pembangunan PLTN di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a. Geografis Indonesia yang merupakan wilayah ring of fire. b. Infrastruktur Indonesia yang belum mumpuni, dengan kata lain masihbergantung terhadap negara lain. c. Kemampuan SDM(Sumber Daya Manusia) yang dianggap belum siap dalammenangani PLTN. d. Melihat kegagalan PLTN yang dibangun negara lain Isu perspektif pembangunan berkelanjutan, yang terdiri dari 3 pilar, antara lain ekonomi, sosial, dan lingkungan terhadap pengembangan PLTN di Indonesia terkait teori pembangunan berkelanjutan: a. Ekonomi Secara ekonomi, proyek PLTN tentu akan menghasilkan dampak yang signifikan terhadap pendapatan penduduknya dan penambahan devisa negara terkait energi.Namun perlu dikaji mengenai berapa dana yang dihabiskan dalam pembangunanPLTN ini sendiri, ditambah lagi Indonesia masih bergantung terhadap negara laindalam mendatangkan pasokan bahan dan alat produksi. PLTN yang belum berdiri initentu juga membutuhkan dukungan dari masyarakat, namun keraguan masihmelingkupi masyarakat sekalipun pemerintah telah melakukan sosialisasi. Adapunbiaya sosialisasi PLTN oleh pemerintah dengan sasaran sekolah dan kampus,menyentuh angka sekitar Rp. 2 milliar b. Sosial Pembangunan PLTN nantinya pasti akan melibatkan beberapa pihak, yakni pemerintah, swasta,dan masyarakat. Pembangunan proyek ini dapat menimbulkan resiko faktor sosial budaya. Penjelasan singkatnya bahwa PLTN tersebut tentu akan menghadirkan SDM (sumber daya manusia) yang ahli dalam urusan nuklir, tidak dipungkiri dapat membawa budaya sosial baru yang memengaruhi masyarakatsetempat. Selain itu, menilik kecenderungan yang biasa terjadi, warga setempat akanterserap untuk menjadi tenaga kerja dari proyek tersebut. Hal ini pun dapat mengubahpola sosial di masyarakat, dan tak selamanya baik. Melainkan dapat mengancam polasosial dari masyarakat setempat c. Lingkungan hidup Bahaya pembangunan PLTN di Indonesia ialah terkait dampaknya terhadap lingkungan hidup. Ketahanan dari pemakaian PLTN ialan40-60 tahun saja, kemudian tak dapat lagi dipergunakan. Namun dampak dari reaktornuklir itu sendiri tak berhenti.19 Betapa bahaya dampak pembangunan nuklir terhadaplingkungan hidup ini tentu dapat terbayang. Selain itu, perlu pula dipikirkan bagaimana bahaya pembuangan limbah dariPLTN tersebut. Radiasi yang dihasilkan saja begitu berbahaya, bagaimana hasillimbah lainnya dari proyek PLTN bisa diterima begitu saja. Dengan adanya sampahradioaktif yang umumnya disimpan dibawah tanah yang nantinya akan dapatmenimbulkan pencemaran dan efek radiasi selama 100.000 tahun20.Kemudian daripada itu, geografis Indonesia terletak di wilayah ring of fire. Yangberarti wilayah Indonesia rawan terhadap gempa dan letusan gunung merapi.Disangkutkan dengan kasus bocornya pipa dari PLTN di Jepang akibat gempabeberapa tahun lalu. Resiko lingkungan tentu tak dapat terjamin. Pengembangan energi nuklir yang masih dalam perdebatan, seharusnya bangsa Indonesia kembali melihat Pancasila dan memfungsikannya sebagai landasan moral bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan begitu, maka diharapkan akan mampu menangkal pengaruh budaya maupun ideologi dari luar yang dibawa melalui ilmu pengetahuan. Pancasila dan ilmu pengetahuan mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Pancasila tanpa disertai sikap kritis ilmu pengetahuan, akan menjadikan Pancasila sebagai suatu yang represif dan kontradiktif. Sebaliknya ilmu pengetahuan tanpa didasari dan diarahkan oleh nilai-nilai Pancasila akan kehilangan arah konstruktifnya dan terdistorsi menjadi sesuatu yang akan berakibat fatal bagi kehidupan manusia Dalam perspektif Pancasila yang telah dipilih dan ditempatkan sebagai ideologi negara maka Pancasila seharusnya dapat membantu bahkan dipakai sebagai dasar etika ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia dengan mengolahnya lebih lanjut dan khusus untuk maksud tersebut, sehingga dikembangkan secara ilmiah menjadi sistem etika ilmiah dan teknologi nilai yang meliputi: monoteisme, humanitarianisme / humanisme, nasionalisme dan solidaritas warga Negara, demokrasi dan perwakilan serta keadilan sosial dengan interpretasi Indonesia dewasa ini (kontemporer). Pada tataran implementasinya, sila Ketuhanan Yang Maha Esa melengkapi ilmu pengetahuan, menciptakan perimbangan antara yang irrasional dan yang rasional, antara rasa dan akal, dan berdasarkan sila pertama ini ilmu pengetahuan tidak hanya memikirkan apa yang dapat ditemukan, dibuktikan dan diciptakan, tetapi juga dipertimbangkan maksud dan akibatnya, apakah merugikan manusia dan alam sekitarnya. Sedangkan sila kemanusiaan memberi arah dan mengendalikan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus dikembalikan kepada fungsinya yang semula, yaitu untuk kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok, lapisan atau sektor tertentu atau anti manusia. Pada sila persatuan, mengkomplementasikan universalisme dan internasionalisme dalam sila-sila yang lain sehingga suprasistem tidak mengabaikan sistem dan sub-sistem, yang universal dan yang lokal harus dapat hidup secara harmonis dengan tidak saling merugikan. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan mengimbangi dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi serta mencegah teknologi berevolusi sendiri dengan leluasa dan perwakilan rakyat harus bisa memusyawarahkan kebijakan penelitian sampai ke penerapan hasil-hasilnya, sedangkan sila keadilan sosial memberikan penekanan ketiga keadilan Aristoteles dalam pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih jauh dikemukakan oleh Kaelan bahwa pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi haruslah berlandaskan moral atau etika ilmiah karena manusia secara kodratinya harus memenuhi hak dan kewajibannya baik terhadap diri sendiri, terhadap Tuhannya dan juga terhadap sesama manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi bukan hanya untuk ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri, melainkan demi kesejahteraan serta peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan. Oleh karenanya, nilai-nilai Pancasila yang secara ontologi bersumber pada hakikat manusia monopluralis harus merupakan sumber moral bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bilamana dirinci, nilai-nilai Pancasila yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diuraikan sebagai berikut: a. Hormat terhadap hayat, karena semua makhluk hidup yang ada di alam semesta ini adalah makhluk Tuhan yang Maha Esa; b. Persetujuan sukarela untuk ekspreriman dengan penerangan yang cukup dan benar tentang guna akibatnya karena ilmu pengetahuan dan teknologi adalah adalah demi kemanusiaan; c. Tanggung jawab sosial ilmu pengetahuan dan teknologi harus lebih penting daripada mengejar pemecahan persoalan ilmiah namun mengorbankan kemanusiaan; d. Sumber ilmiah sebagai sumber nasional bagi warga negara seluruhnya, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi harus mendahulukan kepentingan bangsa dan negara; e. Alokasi pemerataan sumber dan hasilnya; f. Pelestarian lingkungan dengan memperhitungkan generasi mendatang; g. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak berakibat terpisahnya jasmani dan rokhani bagi hayar dan h. Hak untuk berbeda dan kewajiban untuk bersatu. KESIMPULAN Pengembangan energi nuklir yang masih dalam perdebatan, seharusnya bangsa Indonesia kembali melihat Pancasila dan memfungsikannya sebagai landasan moral bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan begitu, maka diharapkan akan mampu menangkal pengaruh budaya maupun ideologi dari luar yang dibawa melalui ilmu pengetahuan. Pancasila dan ilmu pengetahuan mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Pancasila tanpa disertai sikap kritis ilmu pengetahuan, akan menjadikan Pancasila sebagai suatu yang represif dan kontradiktif. Sebaliknya ilmu pengetahuan tanpa didasari dan diarahkan oleh nilai-nilai Pancasila akan kehilangan arah konstruktifnya dan terdistorsi menjadi sesuatu yang akan berakibat fatal bagi kehidupan manusia DAFTAR PUSTAKA
Jonathan M. Harris, Global Development and Environtment Institute: Basic Principles
of Sustainable Development, Juni 2000, hal.5 Surajiyo, 2010, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara http://gri.co.id/berita-145-dampak-positif-dan-negatif-teknologi-nuklir.html https://www.scribd.com/doc/213180879/Pemanfaatan-Teknologi-Perspektif-Pancasila http://www.gurupendidikan.com/pengertian-pancasila-sebagai-dasar-negara- terlengkap/ Daniel Rohi, Article http://www.dw.com/id/sulfikar-amir-indonesia-mau-nuklir-tapi-tak- mau-tahu-resikonya/a-16555478