Apakah Indonesia Cocok untuk menerapkan energy Nuklir sebagai bagian dari Energy
Mix-nya?
Nuklir merupakan kata yang tidak asing lagi bagi sebagian masyarakat dunia. Hal ini
tidak pernah lepas dari sejarah dua kota di Jepang, Hirosima dan Nagasaki yang dihancurkan
oleh bom atom pada Perang Dunia II. Saat ini energi dari nuklir sedang mendapat perhatian
pada kalangan masyarakat di berbagai belahan dunia sejak nuklir Chernobyl tahun 1986
belum ada lagi kecelakaan yang sejenis. Di Indonesia penggunaan energi nuklir menimbulkan
pro-kontra. Sebagian masyarakat menilai nuklir merupakan energi yang aman, ramah
lingkungan dan ekonomis, namun sebagian pula ada yang membantah. Peluang dari
pengembangan energi nuklir ini sudah disosialisasikan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN) bahwa di Indonesia saat ini sudah memiliki tiga reaktor nuklir. Reaktor ini masih
berjalan dengan baik dan dimanfaatkan untuk penelitian (Akob, 2014). Selain itu Pengusaha
Rusia juga berminat mengembangkan nuklir di Indonesia dengan menawarkan tongkang
PLTN yang sesuai dengan kontur kepualuan Indonesia (Retinger, 2015). Sosialisasi publik
lainnya yang dilakukan oleh BATAN adalah bahwa Indonesia adalah negara yang paling siap
dan layak membangun PLTN di Asia Tenggara (Greenpeace Asia Tenggara, 2011). Saat ini
ada beberapa tantangan yang harus dihadapi sehingga energi nuklir masih belum cocok untuk
dikembangkan di Indonesia. Hal ini bisa terjadi oleh karena beberapa alasan:
kebocoran lumpur panas Lapindo Brantas saja kita belum mampu. Apalagi mengatasi
penyebaran radiasi nuklir yang tidak kasat mata dan sangat membahayakan masyarakat,”
(Kurniawan, 2007). Kedua, kurangnya pemahaman masyarakat mengenai energi nuklir.
Ada sebuah penelitian Tjipta Suhaemi,dkk tentang persepsi masyarakat terhadap
pembangunan PLTN dilakukan dengan pengambilan sampel daerah Bangka Belitung
menggunakan metode survey. Dari hasil suvey yang ditunjukkan pada Gambar 1 bahwa
pengetahuan masyarakat terhadap energi nuklir masih sangat minim. Disinilah seharusnya
pemerintah mulai ikut berperan dalam mensosialisasikan kepada masyarakat. Hal ini
merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk mendapatkan dukungan dari
masyarakat. Dalam hal ini pemerintah seharusnya tidak hanya mensosialisasikan tentang
peluang dari energi nuklir namun perlunya keterbukaan atas segala sesuatu yang mungkin
timbul dalam pengembangan energi nuklir mulai dari masalah kebocoran, limbah
radioaktif dan lain sebagainya. Pemerintah juga perlu mengadakan penyuluhan terhadap
teknologi nuklir kepada masyarakat luas.
2. Perekonomian Indonesia yang saat ini masih kurang stabil. Teknologi nuklir
membutuhkan investasi yang sangat mahal (Tabel 2) mulai dari perawatan, keamanan,
sampai pengolahan limbah (Tumiwa, 2015). Hal ini tentunya akan membebani anggaran
negara yang nantinya akan menimbulkan utang nasional, ditambah masih melekatnya
budaya „korupsi‟ pada pejabat pemerintahan.
3. Penyebab lainnya sumber daya manusia yang ahli di bagian energi nuklir di Indonesia
masih kurang memadai (Asmara, 2009). Terbentuknya jurusan Teknik Nuklir UGM
merupakan suatu bentuk penyiapan SDM dalam menghadapi perkembangan energi
nuklir, namun saat ini jurusan tersebut sudah tidak ada lagi. Beberapa alumnus dari
jurusan tersebut merasa karirnya tidak berkembang dan pindah ke profesi lain.
4. Berdasarkan Gambar 2 hampir seluruh wilayah Indonesia sangat rentan terhadap potensi
bencana alam mulai dari gempa, tsunami, erupsi gunung berapi, banjir, dan lain-lain
(BNBP). Dengan letak geografis yang seperti ini, tidak ada satupun wilayah Indonesia
yang dapat dikategorikan aman dari bencana alam. Untuk itu reaktor nuklir harus
dirancang agar aman dari bencana alam tersebut, namun hal ini akan membutuhkan biaya
yang sangat mahal.
REFERENSI
Akob, I. A. (2014). Prospek Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Asia Tenggara.
Makasar: FISIP Universitas Hasanudin.
Asmara, Q. (2009). Evaluasi Implementasi Kebijakan PLTN di Indonesia. FISIP Universitas Indoensia.
Greenpeace Asia Tenggara. (2011). Sesat Pikir dan Kebohongan Publik BATAN dan Para Promotor
PLTN di Indonesia. Jakarta.
Habibie, B. J. (2011). Beberapa Catatan Tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan.
Kurniawan, I. (2007, Juli 19). ”Tangani Lapindo Tak Bisa, Apalagi Nuklir”.
Retinger, A. (2015, Juni 15). Indonesia Akan Kembangkan Penggunaan Energi Nuklir Secara Damai
Bersama Rusia. RBTH Indonesia.
Soentono, S. (t.thn.). NUCLEAR POWER DEVELOPMENT IN. Indonesia: National Atomic Energy
Agency.
Tumiwa, F. (2015). Menggugat Mitos PLTN Murah. Jakarta: Institute Essential Service Reform (IESR).
Wacana El Gracenta 4
INDUSTRIAL CHEMICAL TECHNOLOGY CLEAN ENERGY
APPENDIX
Tabel 1. Data dan proyeksi (2000-20150) populasi,
Gambar 1. Hasil Survey Pengetahuan Responden di Bangka Belitung
kebutuhan Energi, dan GDP/capita di Indonesia
terhadap PLTN
(sumber: (Suhaemi))
(sumber: (Habibie, 2011))
Gambar 2. Peta Index Rawan Bencana Indonesia