Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DI INSTALASI KEDOKTERAN NUKLIR

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan


Kerja

Dosen Pengampu : Emi Murniati, S.ST, M.Kes

Disusun oleh :
KELOMPOK 9 /3D
1. Muhammad Isfan Muzhaffar (P1337430218045)
2. Sintia Risti (P1337430218050)
3. Febri Syafira Adelia Rahma Tyastuti (P1337430218062)

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG
2020

1
A. JUDUL LAPORAN
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Instalasi Kedokteran Nuklir
RSUP Dr Kariadi

B. TUJUAN
Mengetahui sistem kesehatan dan keselamatan kerja di instalasi
kedokteran nuklir di RSUP DR.Karyadi Semarang

C. ALAT DAN BAHAN


1. Laptop
2. Data online ttg K3 di instalasi kedokteran nuklir

D. PROSEDUR PENGIDENTIFIKASIAN
1. Dalam satu kelas dibuat 10 kelompok dengan masing-masing
kelompok beranggotakan 3-4 orang
2. Menentukan data yang akan disurvey
3. Melakukan survey. Survey dilakukan melalui media online
4. Melihat pelaksanaan kegiatan K3 di Instalasi Kedokteran Nuklir
dengan titik perhatian pada; jaminan dan perlindungan
keselamatan dan kesehatan ternaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
5. Mengelompokkan tahapan yang sesuai dan yang tidak sesuai
6. Mencatat hasil survey di buku catatan
7. Mendiskusikan hasil
8. Membuat laporan

E. TINJAUAN TEORI
1. Pengetian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah kegiatan yang
bertujuan untuk menjamin agar para pekerja dapat melaksanakan
pekerjaannya dalam kondisi sehat baik fisik, mental dan sosial
sehingga dapat terhindar dari resiko kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Menurut Ridley, John (1983) mengartikan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang

2
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja
tersebut. Pengertian ini merupakan dasar pada prosedur kesehatan
keselamatan kerja pada kedokteran nuklir yang mencakup bagian
proteksi radiasi untuk pekerja , masyarakat , dan lingkungan
sekitar .
K3 bertujuan untuk mencegah terjadinya cacat/ kematian pada
tenaga kerja, mencegah kerusakan tempat dan peralatan kerja,
mencegah pencemaran lingkungan dan masyarakat disekitar tempat
kerja dan norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen
yang menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja
2. Peraturan Perundang-undangan
1) UU No. 10 Tahun 1997 (Ketenaganukliran)
Dalam undang-undang ketenaganukliran mencakup
a. Ketentuan Umum
a) Ketenaganukliran adalah hal yang berkaitan dengan
pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi nuklir serta pengawasan
kegiatan yang berkaitan dengan tenaga nuklir.
b) Tenaga nuklir adalah tenaga dalam bentuk apa pun
yang dibebaskan dalam proses transformasi inti,
termasuk tenaga yang berasal dari sumber radiasi
pengion.
c) Radiasi pengion adalah gelombang elektromagnetik
dan partikel bermuatan yang karena energi yang
dimilikinya mampu mengionisasi media yang
dilaluinya.
d) Pemanfaatan adalah kegiatan yang berkaitan dengan
tenaga nuklir yang meliputi penelitian,
pengembangan, penambangan, pembuatan, produksi,
pengangkutan, penyimpanan, pengalihan, ekspor,
impor, penggunaan, dekomisioning, dan pengelolaan
limbah radioaktif untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat.

3
e) Bahan nuklir adalah bahan yang dapat menghasilkan
reaksi pembelahan berantai atau bahan yang dapat
diubah menjadi bahan yang dapat menghasilkan
reaksi pembelahan berantai.
f) Bahan galian nuklir adalah bahan dasar untuk
pembuatan bahan bakar nuklir.
g) Bahan bakar nuklir adalah bahan yang dapat
menghasilkan proses transformasi inti berantai.
h) Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan
serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau
menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi
nuklir yang tidak dapat digunakan lagi.
i) Zat radioaktif adalah setiap zat yang memancarkan
radiasi pengion dengan aktivitas jenis lebih besar
dari pada 70 kBq/kg (2 nCi/g).
j) Pengelolaan limbah radioaktif adalah pengumpulan,
pengelompokan, pengolahan, pengangkutan,
penyimpanan, dan/atau pembuangan limbah
radioaktif.
k) Radioisotop adalah isotop yang mempunyai
kemampuan untuk memancarkan radiasi pengion.
l) Instalasi nuklir adalah :
m) reaktor nuklir;
n) fasilitas yang digunakan untuk pemurnian, konversi,
pengayaan bahan nuklir, fabrikasi bahan bakar
nuklir dan/atau pengolahan ulang bahan bakar nuklir
bekas; dan/atau
o) fasilitas yang digunakan untuk menyimpan bahan
bakar nuklir dan bahan bakar nuklir bekas.
p) Reaktor nuklir adalah alat atau instalasi yang
dijalankan dengan bahan bakar nuklir yang dapat
menghasilkan reaksi inti berantai yang terkendali
dan digunakan untuk pembangkitan daya, atau
penelitian, dan/atau produksi radioisotop.

4
q) Dekomisioning adalah suatu kegiatan untuk
menghentikan beroperasinya reaktor nuklir secara
tetap, antara lain, dilakukan pemindahan bahan
bakar nuklir dari teras reaktor, pembongkaran
komponen reaktor, dekontaminasi, dan pengamanan
akhir.
r) Kecelakaan nuklir adalah setiap kejadian atau
rangkaian kejadian yang menimbulkan kerugian
nuklir.
s) Kerugian nuklir adalah setiap kerugian yang dapat
berupa kematian, cacat, cedera atau sakit, kerusakan
harta benda, pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup yang ditimbulkan oleh radiasi atau gabungan
radiasi dengan sifat racun, sifat mudah meledak, atau
sifat bahaya lainnya sebagai akibat kekritisan bahan
bakar nuklir dalam instalasi nuklir atau selama
pengangkutan, termasuk kerugian sebagai akibat
tindakan preventif dan kerugian sebagai akibat atau
tindakan untuk pemulihan lingkungan hidup.
t) Pengusaha instalasi nuklir adalah orang
perseorangan atau badan hukum yang bertanggung
jawab dalam pengoperasian instalasi nuklir.
u) Pihak ketiga adalah orang atau badan yang
menderita kerugian nuklir, tidak termasuk pengusaha
instalasi nuklir dan pekerja instalasi nuklir yang
menurut struktur organisasi berada di bawah
pengusaha instalasi nuklir.
b. Kelembagaan
a) Badan Pelaksana (BATAN), bertanggung jawab
kepada Presiden, yang bertugas melaksanakan
pemanfaatan tenaga nuklir
b) Badan Pengawas (BAPETEN), bertanggung jawab
kepad Presiden, yang bertugas melaksanakan
pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan

5
tenaga nuklir, melalui penyelenggaraan peraturan,
perijinan dan inspeksi
c) Majelis Pertimbangan Tenaga Nuklir, bertugas
memberikan saran dan pertimbangan mengenai
pemanfaatan tenaga nuklir
d) Pemerintah dapat membentuk BUMN, yang
berkaitan dengan pemanfaatan tenaga nuklir secara
komersial (termasuk koperasi dan/atau badan
swasta)

c. Penelitian dan Pengembangan


Penelitian dan pengembangan tenaga nuklir harus di
selenggarakan dalam rangka penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi nuklir untuk keselamatan,
keamanan, ketenteraman, dan kesejahteraan rakyat.
Penelitian dan pengembangan diselenggarakan
terutama oleh dan menjadi tanggung jawab Badan
Pelaksana yang bertujuan untuk mengurangi dampak
negatif pemanfaatan tenaga nuklir

d. Pengusahaan
Penyelidikan umum, eksplorasi, dan eksploitasi bahan
galian nuklir hanya dilaksanakan oleh Badan
Pelaksana selain itu Produksi bahan baku untuk
pembuatan, produksi bahan bakar nuklir, Produksi
radioisotop untuk keperluan litbang dan Pengolahan
limbah radioaktif juga dilaksanakan oleh badan
pelaksana.

e. Pengawasan
Pengawasan terhadap pemanfaatan tenaga nuklir
dilaksanakanoleh Badan Pengawas.Pengawasan
dilaksanakan melalui peraturan, perizinan, dan inspeksi
f. Perijinan

6
Setiap pemanfaatan tenaga nuklir wajib memiliki izin,
kecuali dalam hal-hal tertentu yang diatur lebih
lanjut oleh Peraturan Pemerintah. Setiap izin
dikenakan biaya yang ditetapkan dengan keputusan
Menteri Keuangan. Setiap petugas yang
mengoperasikan reaktor nuklir dan petugas tertentu di
dalam instalasi nuklir lainnya dan di dalam instalasi
yang memanfaatkan sumber radiasi pengion wajib
memiliki izin, Persyaratan untuk memperoleh izin
akan diatur oleh badan pengawas

g. Inspeksi
Inspeksi terhadap instalasi nuklir dan instalasi yang
memanfaatkan radiasi pengion dilaksanakan oleh badan
pengawas (Bapeten) dalam rangka ditaatinya syarat-
syarat dalam perizinan dan peraturan per-UU-an di
bidang keselamatan nuklir . Inspeksi dilaksanakan
oleh inspektur yang diangkat dan diberhentikan Badan
Pengawas (Ketua BAPETEN) dan dilaksanakan secara
berkala dan sewaktu-waktu. Tujuan pengawasan antara
lain:
- terjaminnya kesejahteraan, keamanan, dan
ketenteraman masyarakat
- menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja
dan anggota masyarakat serta perlindungan
terhadap lingkungan hidup
- memelihara tertib hukum dalam pelaksanaan
pemanfaatan tenaga nuklir
- meningkatkan kesadaran hukum pengguna tenaga
nuklir untuk menimbulkan budaya keselamatan
di bidang nuklir
- mencegah terjadinya perubahan tujuan
pemanfaatan bahannuklir

7
- menjamin terpeliharanya dan ditingkatkannya
disiplin petugasdalam pelaksanaan pemanfaatan
tenaga nuklir

h. Pengolahan Radioaktif
Pengelolaan limbah radioaktif dilaksanakan untuk
mencegahtimbulnya bahaya radiasi terhadap pekerja,
anggota masyarakat, danlingkungan hidup. Pengolahn
limbah radioaktif dikelompokan dalam jenis limbah
radioaktif tingkat rendah, tingkat sedang, dan tingkat
tinggi, pengolahan ini dilaksanakan oleh Badan
Pelaksana yang dapat bekerja sama dengan atau
menunjuk Badan Usaha Milik Negara, koperasi,
dan/atau badan swasta.

i. Pertanggungjawaban Kerugian Nuklir


Pengusaha instalasi nuklir wajib bertanggung jawab
atas kerugian nuklir yang diderita oleh pihak ketiga yang
disebabkan oleh kecelakaan nuklir yang terjadi dalam
instalasi nuklir tersebut. Pertanggungjawaban
pengusaha instalasi nuklir terhadap kerugian nuklir
paling banyak Rp 900.000.000.000,00 (sembilan
ratus miliar rupiah) untuk setiap kecelakaan nuklir,
baik untuk setiap instalasi nuklir maupun untuk
setiap pengangkutan bahan bakar nuklir atau bahan
bakar nuklir bekas

2) Pedoman Umum Proteksi dan Keselamatan Radiasi pada


Kedokteran Nuklir
Uraian berikut menjelaskan tentang pedoman umum proteksi
dan keselamatan radiasi kedokteran nuklir, yang harus dipatuhi
oleh semua orang yang berkaitan dengan kedokteran nuklir,
baik personil, pasien maupun masyarakat secara umum:

8
a. Dokter spesialis kedokteran nuklir harus menerapkan
tingkat rujukan aktivitas radionuklida untuk pasien
diagnostik
b. Tingkat rujukan aktivitas maksimum radionuklida untuk
pasien terapi yang akan keluar dari rumah sakit ditetapkan
sebesar 1100 MBq untuk pemberian I-131, dan juga untuk
pasien yang meninggal pada saat pemberian I-131.
c. Pemberian radionuklida dan/atau radiofarmaka untuk
penggunaan kedokteran nuklir diagnostik in vivo dan
penggunaan kedokteran nuklir terapi pada pasien wanita
hamil atau diperkirakan hamil harus dihindari kecuali jika
ada indikasi klinis yang kuat.
d. Pasien wanita yang menjalani terapi harus menunda
kehamilan sampai jangka waktu tertentu.
e. Pasien wanita menyusui yang sedang menjalani diagnostik
in vivo atau terapi harus menghentikan pemberian air susu
ibu dan perawatan pada bayi.
F. HASIL
Dari hasil pengamatan yang dilaksanakan melalui media online di
Instalasi Kedokteran Nuklir RSUP DR KARIADI:
a. Sistem pembatasan dosis
Bagi pekerja diberi monitoring ( film badge ) yang dikirim 1
bulan sekali ke BPFK untuk dicek
b. Sistem manajemen keselamatan radiasi
a) Organisasi proteksi radiasi (1)  petugas proteksi radiasi
( 1 orang) (2)  pekerja radiasi

b)  Pemantauan dosis
pemantauan dosis dilakukan dengan cara setiap pekerja
diberi alat monitoring radiasi ( film bade ), yang setiap
1 bulan sekali dikirim k BPFK untuk dicek.
c) Peralatan proteksi radiasa
-  apron ( digunakan setiap kali pemeriksaan)
-  sarung tangan PB 
-
9
d) Pemeriksaan kesehatan
Di RSDK untuk kedokteran nuklir pemeriksaan
kesehatan dilakukan setiap 1 tahun sekali
e) Penyimpanan dokumentasi
Hasil pemeriksaan dan film badge pekerja radiasi yang
telah didokumentasikan dan dilaporkan kepada
Pengusaha Instalasi dan setiap pekerja radiasi. Hasil
kalibrasi alat didokumentasi dan disimpan sebagai bahan
evaluasi. Hasil pemeriksaan kesehatan
f) Pendidikan dan pelatihan

Dalam 1 tahun 3x dilakukan pelatihan dan


pendidikan bagi pekerja yang biasanya
diselenggarakan oleh BAPETEN
g) Kalibrasi
Kaliberasi alat dilakukan 1 tahun sekali oleh
BATAN
h) Upaya yang dilakukan untuk tidak melampaui
batas dosi
1. Pekerja
Diberi monitoring dosis ( film badge )
2. Pasien
Setelah radiofarmaka masuk ke dalm tubuh
, pasien diisolasi dikamar tersendiri. Terdapat
kamar mandi khusus pasien
i) Pengolahan limbah radioaktif 
Limbah radioaktif dibuang pada kantong-
kantong kontainer yang sudah tersedia.
j) Pekerja yang melebihi batas dosis
Istirahat sampai dosis yang diterima sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Rutin
memeriksakan ke dokter. Mengkonsumsi suplemen
yang bergizi

10
G. EVALUASI
1. Resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di Instalasi
Kedokteran Nuklir
Pada kedokteran nuklir, petugas dapat memperoleh penyinaran
luar selama preparasi radiofarmaka, penyuntikan radiofarmaka
dan pembuatan citra. Di samping itu petugas dapat memperoleh
kontaminasi internal melalui inhalasi atau penelanan yang tidak
sengaja ataupun tertusuk jarum suntik yang telah berisi zat
radioaktif.

2. Solusi dari Kecelakaan Kerja dan Akibat Kerja


Bahaya radiasi eksternal dapat diperkecil dengan menerapkan
prinsip waktu, jarak dan pelindung radiasi. Bekerja pada pada
jarak sejauh mungkin dalam waktu yang sependek mungkin.
Pelindung radiasi yang dapat digunakan berupa kontainer dari
timah hitam untuk menyimpan radioisotop, perisai tabung
suntik dari timah hitam dan apron. Sedang kontaminasi internal
dapat dikendalikan dengan memperkecil kontaminasi pada
permukaan tempat kerja dan ruangan kerja, sedangkan potensi
kontaminasi ke pekerja radiasi dapat dipantau dengan
melakukan tes usap (smear test) pada permukaan tempat kerja
dan pengukuran radioaktivitas contoh udara ruang kerja.
Pekerja sendiri harus mengenakan pakaian kerja yang sesuai
untuk bekerja dengan zat radioaktif sumber terbuka yaitu sarung
tangan karet, jas laboratorium sewaktu melakukan preparasi dan
penyuntikkan zat radioaktif.

11
H. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Kesehatan Keselanatan Kerja merupakan faktor terpenting
untuk memproteksi bahaya radiasi untuk pekerja, masyarakat
maupun lingkungan sekitar. Salah satu kesehatan dan keselamatan
kerja yang di terapkan yaitu dengan proteksi radiasi. Sistem
pembatasan dosis di Instalasi Kedokteran Nuklir dilakukan dengan
cara setiap pekerja diberi monitoring (film badge) yang dicek
setiap bulan sekali. Pemantauan dosis yang dilakukan setiap satu
bulan sekali, terdapat alat proteksi radiasi.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan satu tahun sekali dan setiap
satu tahun dilakukan 3 kali pendidikan dan pelatihan yang biasanya
diselenggarakan oleh BAPETEN. Kalibrasi alat kedokteran nuklir
dilakukan satu tahun sekali oleh BAPETEN.

2. Saran
Bagi pekerja di Instalasi Kedokteran Nuklir sebaiknya harus
lebih safety terutama dalam melakukan pemeriksaan dan seorang
petugas kedokteran nuklir lebih memerhatikan dosis yang diterima
agar tidak leboh dari 20 mSV sesuai ketentuan yang berlaku.

I. DAFTAR PUSTAKA

1. Modul Praktek Keselamatan dan Kesehatan Kerja


bagian modul IX “Identifikasi K3 di Instalasi
Kedokteran Nuklir”

2. Wiharto.Kunto.1996. Kedokteran Nuklir dan Aplikasi


Teknik Nuklir dalam Kedokteran. Pusat Standarisasi

12
dan Penelitian Keselamatan Radiasi-BATAN. 22
November 2020

3. https://radiologynet.blogspot.com/2015/02/sistem-
manajemen-k3-di-instalasi.html

13

Anda mungkin juga menyukai