Bagi kebanyakan orang, ketika mendengar kata “nuklir”, maka yang terbayang adalah asap besar
bercampur debu membumbung tinggi ke angkasa disertai suara dentuman dahsyat. Korban
berjatuhan akibat ledakan atau akibat radiasi. Ada yang mati seketika, luka, atau sakit bertahun-
tahun.
Bayangan dan persepsi itu merupakan kewajaran. Media masa yang seringkali memberitakan
nuklir dikaitkan dengan perang atau kebocoran reaktor nuklir telah membentuk citra dan
persepsi. Padahal, menurut para ahli, nuklir tidak saja dapat digunakan sebagai senjata, tetapi
juga berguna di berbagai bidang kehidupan masyarakat, seperti penelitian, pertanian, kesehatan,
industri, dan energi.
Adanya kegunaan di samping bahaya yang mengancam itulah yang memunculkan sikap pro dan
kontra. Bagi mereka yang pro, penggunaan tenaga nuklir merupakan keharusan. Sumber energi
yang lain sudah tidak mencukupi kelangsungan kehidupan. Sementara bagi mereka yang kontra,
penggunaan tenaga nuklir hanya menyengsarakan manusia. Bencana Chernobyl dan Fukushima
telah menunjukkan betapa kesengsaraan itu begitu mendalam.
Terlepas dari mana yang dipilih, suatu negara harus menentukan sikap, akan menggunakan
tenaga nuklir atau menolaknya. Sikap itu akan terlihat dalam peraturan perundang-undangan
negara yang bersangkutan yang disebut dengan politik hukum. Dengan demikian, sikap atas
pilihan penggunaan tenaga nuklir suatu negara merupakan politik hukum penggunaan tenaga
nuklir negara yang bersangkutan. Tulisan ini tidak dimaksudkan membawa pembacanya untuk
mendukung atau menolak penggunaan tenaga nuklir di Indonesia, melainkan hanya membantu
pembacanya agar mengetahui apa yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
Rakyat Indonesia melalui wakilnya di DPR memutuskan pilihan bagi kehidupan bernegara.
Keputusan terhadap pilihan itu diwujudkan dalam ketentuan undang-undang yang dihasilkan
bersama dengan Pemerintah. Hal ini berarti politik hukum yang dipilih rakyat Indonesia terhadap
penggunaan tenaga nuklir terlihat di dalam undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Mana
yang dipilih oleh rakyat Indonesia? Berikut gambarannya.
Sebagai perwujudan pilihan di atas, dibuat peraturan dalam bentuk undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan presiden, peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir, peraturan Kepala
Badan Tenaga Atom Nasional dan peraturan pelaksanaan lainnya . Uraian di bawah ini
menggambarkan secara singkat rincian pelaksanaan politik hukum di atas yakni mengenai:
kelembagaan, penelitian dan pengembangan, pengusahaan, pengelolaan limbah radioaktif,
pertanggungjawaban kerugian nuklir, ancaman pidana, konvensi internasional, kerjasama
bilateral, perizinan, dan pembianaan sumber daya manusia.
Kelembagaan
Bahan nuklir dikuasai oleh Negara dan pemanfaatannya diatur dan diawasi oleh Pemerintah.
Untuk melaksanakan kewenangan ini pemerintah membentuk Badan Tenaga Atom Nasional
(BATAN), Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), dan Majelis Pertimbangan Tenaga
Nuklir, serta mendirikan Badan Usaha Milik Negara (PT Industri Nuklir Indonesia). BATAN
bertugas melaksanakan pemanfaatan tenaga nuklir. BAPETEN bertugas melaksanakan
pengawasan segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir. Majelis Pertimbangan Tenaga Nuklir
bertugas memberikan saran dan pertimbangan mengenai pemanfaatan tenaga nuklir. PT Industri
Nuklir Indonesia memiliki tugas berkaitan dengan pemanfaatan tenaga nuklir secara komersial.
Penelitian dan pengembangan tenaga nuklir harus diselenggarakan dalam rangka penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir. Penelitian dan pengembangan diselenggarakan terutama
oleh dan menjadi tanggung jawab BATAN. Dalam menyelenggarakan penelitian dan
pengembangan BATAN dapat bekerja sama dengan instansi dan badan lain.
Pengusahaan
BATAN melaksanakan penyelidikan umum, eksplorasi, dan eksploitasi bahan galian nuklir yang
dapat dikerjasamakan dengan BUMN, koperasi, badan swasta, dan/atau badan lain.
Ancaman Pidana
Kerjasama Bilateral
Selain multilateral, Pemerintah Indonesia juga bekerjasama secara bilateral penggunaan tenaga
nuklir untuk maksud-maksud damai dalam bentukpersetujuan, yaitu persetujuan dengan
Pemerintah Korea, Pemerintah Argentina, Pemerintah Kanada, Pemerintah India, Pemerintah
Italia, dan Pemerintah Amerika Serikat.
Perizinan
Terdapat beberapa izin yang harus dimiliki penyelenggara kegiatan ketenaganukliran antara lain
izin reaktor nuklir, izin pemanfaatan tenaga nuklir, dan izin pemanfaatan sumber radiasi pengion
dan bahan nuklir. Pelanggaran terhadap ketentuan izin ini diancam pidana penjara dan denda
sebagaimana disebutkan di atas.
Untuk mengembangkan kegiatan ketenaganukliran diperlukan sumber daya yang handal sebagai
pendukung. Untuk memenuhi kebutuhan akan sumber daya manusia yang handal tersebut
dibangun Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir yang merupakan perguruan tinggi kedinasan. Bagi
pegawai atau pekerja di bidang ketenaganukliran saat ini juga sudah mendapatkan tunjangan bagi
kesejahteraan yang memadai, termasuk tunjangan bahaya radiasi bagi pegawai negeri sipil di
lingkungan BAPETEN sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2005 dan
tunjangan bahaya radiasi bagi pekerja radiasi sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden
Nomor 48 Tahun 1995