Oleh :
Andros Jonathan Bryan Djabumir
NIM : 7100190054
Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Seminar Industri
Pada Program Studi S1 Teknik Pertambangan Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta
Oleh :
Andros Jonathan Bryan Djabumir
7100190054
Mengetahui Menyetujui
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan Dosen Pembimbing Seminar
(Bayurohman Pangacella Putra S.T.,M.T.) (Agung Dwi Sutrisno, S.T., M.T., Ph.D.)
NIK : 19730296 NIK : 1973 0229
ii
SARI
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
Seminar Industri ini dengan penuh kemudahan, tanpa pertolongan-Nya mungkin
penulis tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Sehingga Penulis dapat
menyelesaikan Seminar Tambang dengan judul “Pengaruh Implementasi Kebijikan
Pertambangan Terhadap Efektifitas Penanganan Kualitas Lingkungan Hidup Pada
Dinas Pekerjaan Umum, Energi Dan Sumber Daya Mineral Kota Palu” tepat pada
waktuknya. Penyusunan seminar ini dibuat sebagai syarat menyelesaikan
kurikulum Seminar Industri pada Program Studi Teknik Pertambangan Institut
Teknologi Nasional Yogyakarta.
selesainya penyusunan dan pelaksanaan Seminar tambang ini tidak terlepas
dari bimbingan, arahan dang bantuan dari Bapak/Ibu yang terlibat. Untuk itu pada
kesempatan ini ucapkan dan rasa terimakasih yang tak terhingga disampaikan
kepada :
1. Bayurohman Pangacella Putra S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi
Teknik Pertambangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta. Yang telah
menyetujui judul seminar ini untuk diseminarkan
2. Agung Dwi Sutrisno, S.T., M.T., Ph.D. selaku dosen pembimbing seminar
industry yang telah dengan sabar membimbing mengarahkan, dan
mengoreksi naskah seminar dengan sabar.
3. Kedua orang tua saya, saudara dan semua pihak yang membantu secara
langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan dan penulisan laporan
seminar ini.
Akhir kata, semoga seminar ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri serta dapat memberikan masukan atau wawasan kepada saya dan pembaca
umumnya.
Yogyakarta, Oktober 2023
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
dan berkelanjutan, hal ini memberikan mandat bagi pemerintah pusat untuk
merumuskan kebijakan yang mendukung perlindungan terhadap bahan baku
strategis, termasuk nikel. Berbagai kebijakan yang telah diterapkan oleh
pemerintah menegaskan pentingnya strategi hilirisasi dalam konteks ini, sebagai
langkah konkret dalam menjaga keberlanjutan pemanfaatan sumber daya alam
yang strategis bagi pembangunan nasional.
Kemajuan teknologi dan arus tren global memiliki dampak signifikan pada
kemampuan suatu negara untuk memanfaatkan perkembangan tersebut. Sebagai
contoh, di Indonesia, pemerintah telah mengambil langkah-langkah progresif
dengan mengadopsi kebijakan elektrifikasi sebagai bagian dari upaya menuju
pencapaian target net zero carbon. Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia,
tetapi juga terjadi secara luas di berbagai industri di seluruh dunia. Negara-negara
seperti Amerika telah memimpin peralihan menuju energi terbarukan dengan
perusahaan seperti Tesla, sementara Indonesia aktif mengajak masyarakatnya untuk
beralih ke kendaraan listrik.
Meskipun transisi menuju elektrifikasi menjadi tren yang marak, dampaknya
turut mempengaruhi sektor industri pertahanan, salah satunya adalah PT. PINDAD
yang telah memperkenalkan dua produk inovatifnya yang menggunakan tenaga
listrik. Produk-produk ini menciptakan tonggak sejarah sebagai produk pertama
dalam industri pertahanan yang mengalami transformasi menuju alat utama sistem
senjata tentara nasional Indonesia (ALUTSISTA) yang memiliki potensi untuk
menggunakan baterai atau tenaga listrik. Dalam konteks ini, penting untuk dicatat
bahwa penggunaan kendaraan bertenaga listrik dalam industri pertahanan secara
langsung terkait dengan bahan baku utama dari bijih nikel. Bijih nikel, sebagai
komponen utama dalam pembuatan baterai untuk setiap kendaraan listrik, menjadi
fokus utama dalam industri pertambangan. Oleh karena itu, Presiden Republik
Indonesia sendiri beberapa waktu lalu telah mengeluarkan pesan penting terkait
dengan kebijakan ekspor, menyerukan untuk menghentikan ekspor beberapa bahan
pertambangan, termasuk bijih nikel. Langkah ini diambil dengan tujuan
meningkatkan hilirisasi dan investasi di sektor pertambangan Indonesia,
memberikan sinyal kuat tentang keputusan strategis untuk menjaga dan
3
memanfaatkan potensi sumber daya alam yang penting dalam mendukung industri
strategis seperti kendaraan bertenaga listrik dalam konteks pertahanan negara.
Melihat situasi geopolitik saat ini, ancaman terjadi disetiap negara termasuk
Indonesia. Hal ini terjadi sebab letak geografis kita yang sangat strategis sehingga
memunculkan anvaman yang serius baik itu militer maupun non militer. Ancaman
militer dapat tercermin dari situasi kawasan yang semakin memanas contohnya
dikawasan Laut Utara Natuna sedangkan ancaman non militer mencakup bidang
ideologi, politik dan ekonomi yang berdampak signifikan sehingga pemerintah
harus mengambil berbagai langkah strategis. Salah satu langkah krusial dalam
konteks ini adalah peningkatan industri pertahanan. Industri pertahanan memegang
peran sentral dalam menjaga kedaulatan negara agar siap terhadap berbagai
ancaman baik nasional maupun internasional.
4
1.4 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan seminar industri ini sebagai berikut :
1. Sebagai tambahan wawasan penulis dan pembaca mengenai kebijakan
hilirisasi nikel di Indonesia.
2. Untuk mengetahui dampak kebijakan hilirisasi nikel terhadap
pemenuhan kebutuhan domestik dan kemandirian industri pertahanan
3. Mengetahui sejauh mana kebijakan hilirisasi terhadap pemenuhan
kebutuhan domestik industri pertahanan dapat mendukung
penegakan kedaulatan negara dari ancaman yang terjadi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Gambar 2.1 Bijih Nikel
Endapan sulfida magmatik menjadi sumber daya bagi sekitar 40% nikel dunia
namun saat ini menjadi sumber daya utama bagi lebih dari setengah pasokan nikel
dunia. Adapun proses pembentukan endapan sulfida magmatik ini berkembang jika
magma yang mengandung silika dalam jumlah rendah dan magnesium dalam
jumlah tinggi diserap oleh belerang, biasanya melalui reaksi dengan batuan di kerak
bumi. Cairan kaya sulfur terpisah dari magma, lalu ion nikel dan beberapa unsur
lainnya berpindah kedalamnya. Karena cairan kaya sulfur lebih padat dari pada
magma, maka cairan tersebut tenggelam dan terakumulasi disepanjang dasar ruang
7
magma, intrusi, atau aliran lava, dimana mineral sulfida yang mengandung nikel
kemudian dapat mengkristal.
8
2.3 Nikel di Indonesia
Indonesia termasuk salah satu pemasok nikel laterit terbesar di dunia. Pada
tahun 2022, menurut United State Geologycal Survey (USGS) produksi nikel
Indonesia mencapai 1,6 juta metrik ton dan merupakan yang terbesar di dunia. Nilai
tersebut sama dengan cadangan nikel Australia pada periode yang sama. Sementara
di urutan kedua penghasil nikel terbesar kedua setelah Indonesia adalah Filipina
dengan total produksi 330 ribu metrik ton. Disusul oleh Rusia, Kaledonia Baru,
Australia, Kanada dan China berturut-turut menjadi produsen nikel laterit dunia.
9
Besarnya potensi nikel di Indonesia, mendorong terjadinya Hilirisasi untuk
meningkatkan nilai tambah dalam negeri sehingga dapat memberikan manfaat yang
lebih baik itu secara ekonomi, sosial dan sektor lainnya. Hal ini ditandai dengan
terbitnya Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara yang menjadi tonggak awal penerapan kebijakan hilirasi di Indonesia.
10
terciptanya nilai tambah dan menjaga ketersediaan bahan baku industri dalam
negeri. Kebijakan hilirisasi mengalami perkembangan yang tidak singkat. Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2012 tentang
Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian
Mineral atau Permen ESDM No 7/2012 mencerminkan bahwa sejak
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 masih banyak peningkatan
ekspor bahan mentah. Kementerian ESDM merilis bahwa ekspor bijih nikel
misalnya, dalam rentan waktu 3 tahun sejak diundangkan UU Minerba mencetak
peningkatan 800% (ESDM, 2012), hal ini dikhawatirkan akan mengurangi
cadangan bahan baku nikel di Indonesia, untuk itu Permen No. 7/2012 memilki
peran dalam menjamin ketersediaan bahan baku. Pada Pasal 7 Permen No. 7/2012
mengamanatkan bahwa Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi
Produksi mineral logam memiliki kewajiban untuk melakukan pengolahan atau
pemurnian hasil penambangan dalam negeri, lebih lanjut Pasal 21 menegaskan
pelarangan untuk menjual raw material ke luar negeri. Permen 7/2012 merupakan
wujud pemerintah dalam memaksimalkan hilirisasi hasil tambang untuk
menambah nilai dari pertambangan yang ada.
11
distribusinya, serta TNI sebagai pengguna. Sedangkan konsep kluster Industri
pertahanan artinya adalah adanya saling keterkaitan dan saling mendukung antara
industri hulu, industri hilir, industri pendukung dan industri terkait untuk
menciptakan daya saing dan meningkatkan industri nasional. Dari sisi regulasi,
perwujudan kemandirian industri pertahanan juga di back-up oleh UndangUndang
Republik Indonesia nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan (Idhan) yang
didalamnya terdapat kewajiban menggunakan Alat Utama Sistem Senjata
(Alutsista) produksi dalam negeri. Di dalam UU Inhan tersebut juga didorong upaya
alih teknologi, ataupun pendanaan dalam bentuk offset dan juga imbal dagang
untuk produk alat peralatan pertahanan dan keamanan yang didatangkan dari luar
negeri disebabkan industri pertahanan dalam negeri belum mampu membuatnya.
Selain UU Inhan, perwujudan kemandirian industri pertahanan juga diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 74 Tahun 2014 tentang
Mekanisme Imbal Dagang dalam Pengadaan Alat Peralatan Pertahanan dan
Keamanan dari Luar Negeri.
Keberhasilan upaya perwujudan kemandirian industri pertahanan sangat
bergantung kepada sinergi 3 pilar pelaku industri pertahanan dan berjalannya
konsep kluster di atas pada sektor-sektor industri yang saling mendukung. Untuk
mengetahui sejauh mana kedua konsep berjalan dengan baik, maka perlu dilakukan
penelusuran mengenai permasalahanpermasalahan yang terjadi dan tantangan ke
depan dalam upaya mewujudkan kemandirian industri pertahanan.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
kegiatan operasi produksi. Selain itu, IUPK Eksplorasi, atau Izin Usaha
Pertambangan Khusus eksplorasi prinsipnya seperti IUP Eksplorasi, namun izin
lebih spesifik terhadap usaha pertambangan khusus. Tidak bertahan lama,
Kementerian ESDM mengeluarkan Peraturan Menteri yang memperbolehkan
untuk melakukan kegiatan ekspor raw material ke luar negeri. Hal ini tertuang pada
Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri ESDN Nomor 7 Tahun 2012 dimana Pasal 21A pada Permen 11/2012
rekomendasi Menteri harus sudah dimiliki oleh para pemegang Izin Usaha
Pertambangan tingkat Operasi Produksi dan IPR dalamhal ini Dirjen untuk
melakukan ekspor dengan syarat perolehan rekomendasi yakni :
a. Clean & Clear harus dimiliki pada IPR dan Status Izin Usaha Pertambangan
Operasi atau IUP Operasi
b. Telah menyelesaikan berbagai bentuk kewajiban pembayaran ke Negara
c. Mengutrakan Kerjasama atau rencana kerja dalam hal pengelolaan
pemurnian mineral dalam negeri
d. Menandatangani pakta integritas.
Peraturan Menteri ini menjadikan kebijakan hilirisasi belum sepenuhnya
terlaksana, terdapat beberapa pengecualian melakukan praktik ekspor bahan
mentah dengan adanya peraturan perundang-undangan yang sama. Pada tahun
2013, Kementerian ESDM mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 20
Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 7
Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan
Pengolahan dan Pemurnian Mineral.
Peraturan ini mengubah, menambah dan menghapus beberapa pasal yang
ada pada peraturan menteri sebelumnya. Larangan mengekspor raw mineral ke
luar negeri juga ditetapkan pada Pasal 21A ayat (1) yang memberikan Batasan
waktu hingga 12 Januari 2014, akan tetapi menjual raw material tetap
diperbolehkan ke luar negeri dengan penambahan syarat persetujuan ekspor dari
Menteri Perdagangan atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan
perundang-undangan setelah mendapat rekomendasi dari Menteri.
Berdasarkan panjangnya perjalanan peraturan yang mendorong upaya
15
hilirisasi, kembali ke tujuan utamanya yaitu memberikan nilai tambah pada hasil
pertambangan yang ada di Indonesia. Hal ini ditambah tren elektrifikasi yang
digemborkan keberbagai industri Tanah Air. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun
2019 tentang Percepatan program Kendaraan Bermotor Listrik berbasis Baterai
untuk Transportasi Jalan menjadi acuan pembuatan kendaraan berbasis listrik
untuk transportasi, namun hingga saat ini belum adanya pengaturan khusus yang
meliputi proses produksi kendaraan tempur atau ranpur berbasis baterai. Dengan
hadirnya prototype Maung EV yang telah dipamerkan dalam ajang Indo Defence
2022, menjadi pembuka gerbang ranpur yang lebih ramah lingkungan. Pemerintah
melalui kebijakan hilirisasi tambang salah satunya nikel merupakan kebijakan
yang mampu melindungi cadangan nikel di Indonesia serta membangun inovasi
dibidang industri pertahanan. Misalnya pada penggunaan kendaraan listrik bisa
menggunakan Stainless Steel 416 yang memiliki sifat material ketahanan pada
korosi yang baik, ketahanan aus, oksidasi dan kemampuan pada mesin yang baik.
Banyaknya potensi pasar yang dibutuhkan untuk pembuatan Stainless steel seperti
dibidang dirgantaraan (produksi pesawat), medis, energi, transportasi hingga
industri persenjataan.
Selain memberikan legitimasi pada beberapa bahan baku yang bersifat
strategis, pemerintah dapat melibatkan TNI atau POLRI dalam melindungi objek
vital nasional salah satunya Mineral pertambangan dan Nikel yang saat ini menjadi
objek vital nasional yang perlu dilindungi, menurut Keputusan Presiden Nomor 63
Tahun 2004 tentang Pengamanan Obyek Vital Nasional, merupakan suatu
Kawasan, bangunan atau usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak,
kepentingan suatu negara dan sumber pendapatan negara yang strategis. Buku Putih
Pertahanan Indonesia membagi beberapa bentuk ancaman non-militer, ancaman
dibidang ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, teknologi, keselamatan umum
serta ancaman berdimensi legislasi. Untuk menghadapi ancaman ekonomi, yakni
salah satunya illegal mining yang terjadi di Indonesia, diperlukan kebijakan
pertahanan dalam menjaga objek vital nasional. Pada Pasal 7 Undang-Undang 34
Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (TNI) bahwa Tentara Nasional
Indonesia memiliki 2 (dua) operasi militer perang dan operasi militer selain perang
16
(OMSP), pada OMSP TNI memiliki operasi untuk mengamankan objek vital
nasional yang bersifat strategis. J. Peter Burgess dalamm bukunya Non-Military
Security Challenges menjelaskan sebuah tantangan memiliki berhubungan kondisi
terhadap ancaman non-militer seperti sumber daya alam dan air, hal ini sejalan
dengan adanya potensi ancaman dari kekayaan alam Indonesia yakni nikel. Sebagai
contoh yang bisa dilakukan melalui pemantauan dan peninjauan Proyek Strategis
Nasional oleh Kodam dimana penambangan itu dilaksanakan.
Sebagai bentuk pengawasan objek vital nasional, strategis penguatan wilayah
kodam masing-masing bisa menjadi cara yang efektif untuk memberikan
ketidakberanian pada illegal miner. Misalnya dapat dilakukan dengan penguatan
pada wilayah yang memiliki sebaran cadangan nikel pada peta sebagai berikut:
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Indonesia telah mengatur beberapa ketentuan dalam upaya melakukan
hilirisasi hasil tambang dan mineral. Undang - Undang Nomor 3 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang
pertambangan mineral dan batubara menjawab permasalahan hilirisasi, selain itu
banyak juga pengaturan turunannya yang menjadi langkah pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan mineral dalam negeri. Industri pertahanan juga memiliki
berbagai inovasi khususnya peralihan beberapa kendaraan tempur yang bertenaga
baterai. Strategi yang dapat dilakukan untuk hilirisasi hasil tambang ini, salah
satunya adalah pengikutsertaan TNI dalam melakukan pengawasan pada objek
vital nasional, salah satunya melalui operasi bhakti.
18
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Yasmina, et.al. 2020. Analisis Kandungan Unsur Ni pada Zona Saprolit
Bijih Nikel Laterit, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi
Tengah, Jurnal Sains dan Teknologi (SAINTEK), Vol 1.
Setiawan, Karina Novita Sari, et.al. 2018. Analisis Skala Penambangan Mineral
dan Pengangkutan (Studi Kasus: Angkutan Nikel di Sulawesi Tenggara),
Jurnal Teknik ITS, Vol 7.
Wijaya, Brian dan Cahya Fajar Budi Hartanto. 2021. Penanganan Muatan Nickel
Ore untuk Peningkatan Keselamatan Kapal MV. Rashad, 3rd National Seminar
on Maritime and Interdiciplinary Studies, Vol. 3.
Bahfie, Fathan, et.al. 2021. Tinjauan Teknologi Proses Ekstraksi Nikel Laterit,
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol. 17.
Dewi, Dian Suluh Kusuma. 2022. Buku Ajar Kebijakan Publik: Proses,
Implementasi dan Evaluasi. Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru. Cetakan I.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2023. Laporan
Kinerja Badan Geologi 2022. Bandung: Badan Geologi
Rodiyah, Isnaini, Ilmi Usrotin Choiriyah dan Hendra Sukmana. 2022. Buku Ajar
Kebijakan Publik. Sidoarjo: USMIDA Press. Cetakan I
19