Anda di halaman 1dari 23

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/330599308

ANALISA KESIAPAN TEKNOLOGI PADA INDUSTRI PERTAHANAN UNTUK


MENDUKUNG KEMANDIRIAN ENERGI STUDI KASUS: PT. NUSANTARA
TURBIN DAN PROPULSI (NTP) DAN PT. PINDAD (PERSERO) READINESS AN....

Article · January 2019

CITATIONS READS

0 693

1 author:

Nugroho Adi Sasongko


Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
133 PUBLICATIONS 123 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Defense Technology View project

Fluid Dynamics View project

All content following this page was uploaded by Nugroho Adi Sasongko on 23 May 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


UNIVERSITAS PERTAHANAN

ANALISA KESIAPAN TEKNOLOGI PADA INDUSTRI PERTAHANAN


UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN ENERGI
STUDI KASUS:
PT. NUSANTARA TURBIN DAN PROPULSI (NTP)
DAN PT. PINDAD (PERSERO)

JURNAL ILMIAH

FEBRI SAPUTRA
NIM: 120170202008

FAKULTAS MANAJEMEN PERTAHANAN


PROGRAM STUDI KETAHANAN ENERGI

BOGOR
Desember 2018

i
PERSETUJUAN REVIEWER ARTIKEL ILMIAH

Artikel ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Febri Saputra


NIM : 120170202008
Program Studi : Ketahanan Energi
Judul : Analisa kesiapan teknologi pada industri pertahanan untuk
mendukung kemandirian energi. Studi Kasus: PT. Nusantara
Turbin dan Propulsi (NTP) dan PT. Pindad (Persero)

Artikel ilmiah dengan judul dan nama mahasiswa tersebut di atas telah disetujui dan
dapat dipublikasikan.

REVIEWER

Reviewer I :……………………………………….. (………………)

reviewer II :………………………………………... (………………)

Bogor, ……………………

A.n. Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan


Sesprodi Ketahanan Energi

(………………………………)
Kolonel Laut (KH) Dr. Ir. Yanif Dwi Kuntjoro, M. S

ii
ANALISA KESIAPAN TEKNOLOGI PADA INDUSTRI PERTAHANAN UNTUK
MENDUKUNG KEMANDIRIAN ENERGI
STUDI KASUS:
PT. NUSANTARA TURBIN DAN PROPULSI (NTP)
DAN PT. PINDAD (PERSERO)

READINESS ANALYSIS OF TECHNOLOGY IN DEFENSE INDUSTRY TO SUPPORT


ENERGY INDEPENDENCE
CASE STUDY:
PT. NUSANTARA TURBIN AND PROPULSI (NTP)
AND PT. PINDAD (PERSERO)
Febri Saputra1, Nugroho Adi Sasongko2, Imam Supriyadi3
Program Studi Ketahanan Energi
Email : saputrafebri029@gmail.com

Abstrak - Turbin dan generator listrik merupakan komponen mesin pembangkit listrik yang sangat
penting dalam menghasilkan listrik. Namun kedua komponen pembangkit listrik tersebut untuk
skala besar saat ini masih bergantung pada impor dari luar negeri. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
menanalisa nilai kesiapan teknologi (TRL), nilai kesiapan integrasi teknologi (IRL), dan nilai kesiapan
sistem teknologi (SRL), dari teknologi generator pembangkit listrik dengan kapasitas ≤ 10 MW yang
dikembangkan oleh industri pertahanan dalam kasus ini yaitu PT. Pindad (persero) dan teknologi
turbin uap condensing untuk PLTU batubara dengan kapasitas ≤ 5 MW yang saat ini dikembangkan
oleh BPPT bekerja sama dengan PT. Nusantara Turbin dan Propulsi. Metode yang digunakan pada
penelitian ini yaitu metode kualitatif. Pengukuran tingkat kesiapan teknologi dilakukan dengan
metode perhitungan Technology Readiness Levels (TRL), Integration Readiness Level (IRL), dan
System Readiness Level (SRL). Dari hasil perhitungan diperoleh, untuk teknologi turbin uap
condensing PLTU batubara dengan kapasitas ≤ 5 MW memiliki kesiapan sistem teknologi yang saat
ini berada pada fase penyempurnaan konsep. Sedangkan untuk generator pembangkit listrik
dengan kapasitas ≤ 10 MW memiliki kesiapan sistem teknologi saat ini berada pada fase
pengembangan teknologi. Masing-masing komponen pada teknologi turbin uap dan generator
pembangkit listrik yang dikembangkan tersebut memiliki kesiapan yang berbeda pada skala
tertentu dan dengan kapasitas ≤ 10 MW untuk saat ini.

Kata Kunci : Kesiapan teknologi, Industri Pertahanan, dan Kemandirian Energi.

Abstact - Turbines and electric generators are components of a power plant that are very important
in generating electricity. However, the two components of this large-scale power plant are currently
still needed on import from abroad. The purpose of this study is to examine the technology readiness
level (TRL), integration readiness level (IRL), and system readiness level (SRL), from power plant

1
Mahasiswa Program Magister, Program Studi Ketahanan Energi, Fakultas Manajemen Pertahanan,
Universitas Pertahanan.
2
Nugroho Adi Sasongko, S.T., M. Sc., Ph. D. adalah Dosen Prodi Ketahanan Energi, Universitas Pertahanan,
dan sebagai pembimbing pertama pada penelitian ini.
3
Dr. Ir. Imam Supriyadi, M.M. adalah Dosen Prodi Ketahanan Energi, Universitas Pertahanan, dan sebagai
pembimbing kedua pada penelitian ini.
1
generator technology with a capacity of ≤ 10 MW developed by defense industry in this case are PT.
Pindad (Persero) and condensing steam turbine technology for coal power plants with a capacity of ≤
5 MW which are currently being developed by BPPT in collaboration with PT. Nusantara Turbine and
Propulsion. The method used in this study is a qualitative method. Measuring the level of technological
readiness is done by calculation using the Technology Readiness Level (TRL), Integration Readiness
Level (IRL), and System Readiness Level (SRL) method. From the results of calculations obtained, for
condensing steam turbine technology PLTU coal with a capacity of ≤ 5 MW has a technology
preparation system that is currently in accordance with the concept improvement phase. While for
power plants with a capacity of ≤ 10 MW, the preparation system technology is currently suitable for
the technology development phase. Each component in the steam turbine technology and power plant
developed has different readiness at a certain scale and with a capacity of ≤ 10 MW for now.

Keywords: Technology readiness, Defense Industry, and Energy Independence.

Pendahuluan kebutuhan pembangkit listrik dalam


Turbin dan generator listrik negeri yang terpasang maupun yang akan
merupakan dua komponen utama datang masih mengandalkan Pembangkit
pembangkit listrik dengan Tingkat Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara.
komponen Dalam Negeri (TKDN) yang
masih sangat rendah, bahkan untuk
kapasitas besar Indonesia masih harus
100% mengimpor turbin dan generator
pembangkit listrik. Kebutuhan
pembangkit listrik tercantum didalam
dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Dana investasi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan program pembangkit Gambar 1. Kapasitas Terpasang
Pembangkit Listrik Nasional Tahun 2017
listrik 35.000 MW periode (2015-2019)
Sumber : diolah dari data Statistik
oleh Pemerintah diperkirakan mencapai Ketenagalistrikan Tahun 2017, Dirjen
Ketenagalistrikan Kementerian ESDM T.A 2018
Rp. 1.100 Triliun. Program ini merupakan
peluang bagi industri dalam negeri untuk Industri pertahanan

berperan dalam memenuhi kebutuhan menggantungkan kelangsungan bisnis

pembangkit listrik dengan produk buatan perusahaan pada bisnis inti/core business

dalam negeri atau meningkatkan Tingkat bidang pertahanan dengan

Komponen Dalam Negeri (TKDN) konsumen/pengguna yang terbatas.

pembangkit listrik. Sebagian besar Sumber pendanaan konsumen dan

2
pengguna untuk pembelian produk kemudian mengembangkan sendiri
pertahanan yang sebagian besar manufaktur generator pembangkit listrik
merupakan instansi militer dan mulai tahun 2008. Kapasitas generator
pemerintahan tersebut berasal dari APBN pembangkit listrik yang telah
yang terbatas. Untuk menyiasati hal ini dimanufaktur oleh PT. Pindad (persero)
maka industri pertahanan perlu yaitu 5 kW sampai 11 MVA, yang dibuat
melakukan diversifikasi usaha dengan berdasarkan pesanan (by order) dan telah
mengembangkan produk dual use- digunakan oleh customer mencapai lebih
technology. dari 200 unit generator pembangkit

Badan Pengkajian dan Penerapan listrik, dan terakhir mendapat pesanan


pada tahun 2016. Divisi Pengembangan
Teknologi (BPPT) melakukan riset untuk
PT. Pindad (Persero) dibawah Manager
manufaktur dan pengembangan turbin
Pengembangan Produk dan Proses
uap bekerja sama dengan PT. Nusantara
Industrial saat ini sedang menyelesaikan
Turbin dan Propulsi (NTP). Riset untuk
manufaktur untuk prototype generator
pengembangan turbin uap ini dimulai
pembangkit listrik dengan kapasitas 8,5
pada tahun 2004 hingga saat ini. Salah
MW dan ditargetkan selesai pada
satu turbin uap pembangkit listrik yang
Triwulan pertama Tahun 2019.
sedang dilakukan pengkajian dan
dikembangkan oleh kerjasama BPPT- Tujuan dari penelitian ini adalah
PT.NTP yaitu turbin uap 3 MW condensing untuk melakukan pengukuran kesiapan
untuk PLTP panas bumi, dimana saat ini teknologi turbin uap condensing 3 MW
telah memasuki tahap pegujian pada untuk PLTU batubara yang
lingkungan operasional. Sedangkan dikembangkan oleh BPPT-PT. NTP dan
turbin uap condensing 3 MW untuk PLTU prototype generator pembangkit listrik
batubara komponen turbin uap belum 8,5 MW yang dikembangkan oleh PT.
selesai dimanufaktur dan belum Pindad (Persero). Pengukuran kesiapan
dilakukan pengintegrasian komponen. teknologi ini untuk menentukan level
kesiapan teknologi/Technology Readiness
PT. Pindad (Persero) melakukan
Level (TRL), level kesiapan integrasi /
pengembangan dengan skema
Integration Readiness Level (IRL), dan
lisensi/kerjasama dengan Siemens sejak
level kesiapan sistem/System Readiness
tahun 1984-1999. PT. Pindad (Persero)
3
Level (SRL), pada masing-masing metrik ini berevolusi menjadi 9 tingkat
teknologi turbin uap dan generator dan banyak digunakan untuk menilai
pembangkit listrik yang dikembangkan kesiapan/kematangan teknologi tertentu
tersebut. serta memungkinkan untuk
membandingkan kematangan yang
Kajian Teoretik
konsisten pada berbagai jenis teknologi.
Technology Readiness Level (TRL)
Tahun 1999 Department of Defense (DoD)
Technology Readiness Level (TRL)
U.S.A menggunakan konsep TRL yang
adalah suatu ukuran (metric) sistematik
serupa dan mengembangkan Technology
yang memberikan ukuran objektif
Readiness Assessment (TRA).
kematangan (maturity) dari suatu
Badan Pengkajian dan Penerapan
teknologi dan perbandingan kematangan
Teknologi (BPPT) tahun 2005
yang konsisten antara berbagai jenis
mengadopsi pola pengukuran dan
teknologi (Jhon C. Mankin: 2002).4 TRL
melakukan modifikasi dengan
merupakan indikator berupa level untuk
mengembangkan metodologi. BPPT dan
mengukur tingkat/level kesiapan suatu
Kementerian Riset dan Teknologi
teknologi yang dapat diterapkan oleh
kemudian meluncurkan TRL Meter BPPT-
pengguna, mulai dari paling rendah pada
Ristek versi 1.0 xls pada tahun 2006.
level 1, yaitu prinsip dasar dari suatu
Pengembangan terus dilakukan hingga
teknologi telah diteliti, dan level paling
diluncurkan Teknometer pada tahun 2011.
tinggi pada level 9, yaitu teknologi benar-
Pengukuran Tingkat Kesiapan Teknologi
benar teruji atau terbukti melalui
(TKT) dapat disesuaikan dengan
keberhasilan pengoperasian.
memodifikasi perangkat kuesioner.
TRL dirintis oleh National
Pemanfaatan Teknometer sebagai alat
Aeronautics and Space Administration
pengukuran Tingkat Kesiapan Teknologi
(NASA) Amerika Serikat pada 1980-an
untuk dapat mengetahui tingkat kesiapan
sebagai tools untuk mengukur kesiapan
hasil penelitian, pengembangan, dan
teknologi yang dikembangkan. Dari
rekayasa teknologi di berbagai lembaga,
semula hanya 7 level pada tahun 1990
sehingga calon pengguna teknologi

4
Brian Sauser, Dinesh Verma, Jose Ramirez- Level, Stevens Institute of Technology, System
Marquez, Ryan Gove, Determining System Engineering and Engineering Maagement, 2006.
Interoperability Using an Integration Readiness
4
dapat mengantisipasi rencana teknologi telah diidentifikasi, sedangkan
pengembangan produk teknologi dari untuk skala paling tinggi yaitu skala 9,
hasil litbangyasa lembaga tersebut. 5 yaitu misi integrasi telah terbukti (proven)
melalui misi operasi yang sukses.
Tabel 1. Deskripsi level IRL
Level
Description
IRL
The relationship between technologies
1
has been identified
Low-level interactions between
2
technologies and can be specified
The technologies are sufficiently
3 compatible to support orderly and
efficient interaction
There is sufficient detail in the quality
4 and assurance of the integration
between technologies
There is sufficient control between
5 technologies necessary to establish,
manage, and terminate the integration
Integrating technologies can accept,
6 translate, and structure information for
Gambar 2. Deskripsi skala TRL its intended application
Sumber: Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Technology integration has been
7
Mutu Industri, Kementerian Perindustrian verified and validated
Actual integration completed and
8 demonstrated in the expected
Integration Readiness Level (IRL) operating environment
Integration is mission proven through
Integrasi adalah proses merakit 9
successful mission operations
Sumber : F. Ramirez Frezzini, et al, Review of
sistem dari komponennya, yang harus
Systems Engineering Scope and Processes,
dirakit dari persyaratan yang ditentukan Systems Engineering Tools and Methods,
(London: CRC Press Taylor & Francis Group), hlm.
(Buede, 2000).6 Konsep Tingkat Kesiapan 124.
System Readiness Level (SRL)
Integrasi (IRL, Integration Readiness
Nilai SRL merupakan indeks level
Level) ini dikembangkan oleh Gove,
kesiapan sistem dengan nilai mulai dari
Sauser, dan Ramirez-Marquez pada tahun
0,00–0,39 yaitu, penyempurnaan konsep,
2007.
hingga 0,90 – 1,00 yaitu, teknologi telah
Skala integrasi paling rendah yaitu
mencapai operasi dan dukungan.
pada skala 1 yaitu hubungan antar

5
Arwanto; Kuncoro Budy Prayitno, Tekno-Meter System Maturity Index For The Systems
Pengukuran Tingkat Kesiapan Teknologi, BPPT Engineering Life Cycle, International Journal of
6
Brian J. Sauser, Jose Ramirez-Marquez, Industrial and System Engineering, Vol. 3,
Devanadham Henry, Donald DiMarzio, A No.6, 2008.
5
Tabel 2. Deskripsi nilai SRL sistem/TRL dan IRL dari komponen sistem
SRL Description Remarks individu (sauser, dkk., 2006).8 SRL
• Refine initial concept merupakan fungsi dari TRL dan IRL,
0,00 – Concept • Develop system
0,39 Refinement technology dimana nilai SRL dihitung menggunakan
development strategy
• Reduce technology matriks normalized value. Hasil dari
risks
0,40 – Technology • Determine perhitungan SRL berupa indeks yang
0,59 Development appropriate set of
technologies to kemudian dibandingkan dengan tabel
integrate into a full
system deskripsi SRL.
• Develop a system or
increment capability
• Reduce risk TRL
8
• Ensure operational
supportability
1 5
• Reduce logistics needs IRL
System • Implement human
0,60 – Development system integration 7 4 7
0,79 and • Design for production
Demonstration • Ensure protection of
critical program SRL=f(TRL,IRL )
information
• Demonstrate system Gambar 3. Keterkaitan antara TRL, IRL,
integration, dan SRL
interoperability,
Sumber: B J., Sauser; et al, A System Maturity
safety, and utility
Index for The Systems Engineering Life Cycle,
0,80 – Production and
• Achieve operational
International Journal of Industrial and System
capability that satisfies
0,89 Development Engineering, Vol.3, No.6. hlm. 2
mission needs
• Execute a support
program that meets Industri Pertahanan
operational support
0,90 – Operation and
performance Industri pertahanan merupakan
1,00 Support
requirements and
sustain the system in a industri yang terdiri atas Badan Usaha
cost effective manner
Sumber : F. Ramirez, et. al7 Milik Negara (BUMN) dan badan usaha
SRL merupakan fungsi dari TRL swasta yang ditetapkan oleh Pemerintah
individu dan kematangan link diantara untuk sebagian atau seluruhnya
mereka, berdasarkan pada suatu skala menghasilkan alat peralatan pertahanan
Integration Readiness Level (IRL). Oleh dan keamanan, serta menyediakan jasa
karena itu SRL adalah fungsi dari kedua pemeliharaan untuk memenuhi
tingkat kematangan komponen kepentingan strategis di bidang

7
F. Ramirez Frezzini ,et al. 7 Review of Systems 8
F. Ramirez Frezzini, Ravindra Sachan, and
Engineering Scope and Processes, Systems Maryam Azimi, Op.Cit. hlm. 123.
Engineering Tools and Methods, (London: CRC
Press Taylor & Francis Group), hlm. 127.
6
pertahanan dan keamanan yang Industri pertahanan
diwilayah Negara Kesatuan Republik menggantungkan kelangsungan bisnis
Indonesia (NKRI).9 Indonesia memiliki 13 perusahaan pada bisnis inti/core business
BUMN yang tergabung dalam dua cluster bidang pertahanan dengan
yaitu National Defence and Hitech Industry konsumen/pengguna yang terbatas yaitu
(NDHI) dan cluster National Ship building Tentara Nasional Indonesia (TNI),
and Heavy Industry (NSHI). Industri Kepolisian Republik Indonesia (POLRI),
strategis merupakan industri penting Kementerian atau lembaga pemerintah
yang menguasai hajat hidup orang non kementerian, dan pihak yang diberi
banyak dengan meningkatkan atau izin sesuai dengan peraturan atau
menghasilkan nilai tambah dari sumber undang-undang.11 Sumber pendanaan
daya alam strategis, atau terkait dengan konsumen dan pengguna untuk
kepentingan pertahanan serta keamanan pembelian produk pertahanan yang
negara dalam rangka pemenuhan tugas sebagian besar merupakan instansi
dari pemerintah untuk negara.10 Tujuan militer dan pemerintahan tersebut
penyelenggaraan industri pertahanan berasal dari APBN yang terbatas.
diantaranya untuk mewujudkan
Kemandirian Energi
kemandirian dalam memenuhi kebutuhan
alat peralatan pertahanan dan keamanan Kemandirian energi sebagaimana
(alpahankam) dengan memproduksi dan yang tercantum dalam Peraturan
menyediakan jasa perawatan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 pasal 1
alpahankam. Selain itu fungsi industri tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN)
pertahanan diantaranya adalah untuk yaitu ketersediaan energi terjamin
mengembangkan teknologi industri dengan semaksimal mungkin
pertahanan dengan membangun dan memanfaatkan potensi serta
meningkatkan sumber daya manusia kemampuan dalam negeri, sumber daya
(SDM) untuk mendukung pengembangan manusia (SDM) dan industri dalam
industri pertahanan. negeri.12 Pada Undang-Undang Republik

9 11
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 UU RI Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Industri
Tahun 2012 Tentang Industri Pertahanan Pasal 1. Pertahanan. Pasal 8.
10 12
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014
Tahun 2014 tentang perindustrian. pasal 1 tentang KEN.
7
Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 tentang penelitian, pengembangan, dan
Energi pada pasal 3 dinyatakan dalam penerapan teknologi energi termasuk ke
rangka mendukung pembangunan dalam kebijakan pendukung pada
nasional secara berkelanjutan dan Kebijakan Energi Nasional (KEN).14
meningkatkan ketahanan energi nasional, Kemandirian Energi dan
tujuan pengelolaan energi diantaranya, Ketahanan Energi nasional dicapai
tercapainya kemandirian pengelolaan dengan mewujudkan salah satunya
energi (huruf a) dan tercapainya pengembangan kemampuan teknologi,
pengembangan kemampuan industri industri energi, dan jasa energi dalam
energi dan jasa energi dalam negeri agar negeri agar mandiri dan meningkatkan
mandiri dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.15
profesionalisme sumber daya manusia
Metodologi Penelitian
(huruf g). Pada Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 Penelitian ini menggunakan
tentang Kebijakan Energi Nasional pada metode kualitatif. Penelitian dilakukan
pasal 1 dinyatakan, industri energi adalah dengan melakukan pengukuran untuk
semua industri yang bergerak dalam menentukan tingkat kesiapan teknologi
produksi dan penjualan energi termasuk (TRL), tingkat kesiapan integrasi (IRL),
kegiatan ekstraksi sumber energi, dan tingkat kesiapan sistem (SRL), pada
manufaktur, pengolahan, transmisi, dan objek penelitian yaitu teknologi turbin
distribusi (nomor 16). Kebijakan energi uap condensing 3 MW untuk PLTU
nasional merupakan kebijakan batubara dan generator pembangkit
pengelolaan energi yang berdasarkan listrik dengan kapasitas < 10 MW.
prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan Penelitian dilakukan di instansi dan
berwawasan lingkungan guna perusahaan sebagai berikut :
terciptanya Kemandirian Energi dan
1. Pusat Teknologi Permesinan,
Ketahanan Energi nasional. 13 Kebijakan
Gedung Teknologi, Puspitek Jl.

13 15
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan
Energi Nasional pasal 2. Energi Nasional pasal 6 (huruf g).
14
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan
Energi Nasional pasal 3 (nomor 3, huruf e).
8
Raya Puspiptek, Serpong, Kota pengembangan turbin uap dan generator
Tangerang Selatan, Provinsi pembangkit listrik sehingga data dan
Banten. informasi yang dibutuhkan tercukupi.
Rincian sampel penelitian yaitu 2
2. PT. Pindad (Persero) pada divisi
responden yang mengisi kuesioner TRL
Alat Berat dan Divisi
Turbin Uap Condensing 3 MW PLTU
Pengembangan PT. Pindad
Batubara, 2 responden yang mengisi
(Persero) yang beralamat di Jalan
kuesioner IRL Turbin Uap Condensing 3
Terusan Gatot Subroto No.517,
MW PLTU Batubara, 3 responden yang
Kebon Kangkung, Kiaracondong,
Sukapura, Kiaracondong, Kota mengisi kuesioner TRL generator
pembangkit listrik < 10 MW, dan 3
Bandung, Jawa Barat.
responden yang mengisi kuesioner IRL
3. PT. Nusantara Turbin Propulsi (PT
generator pembangkit listrik < 10 MW.
NTP) dengan alamat Jalan
Instrumen penelitian
Pajajaran, No. 154 (KP IV), Husen
menggunakan kuesioner TRL meter
Sastranegara, Cicendo, Kota
(Tekno Meter) dan IRL meter yang
Bandung, Jawa Barat,
dikembangkan oleh Badan Pusat
Subyek penelitian ini adalah Pengkajian Teknologi (BPPT) dan
narasumber dari BPPT dan PT. Nusantara Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi
Turbin dan Propulsi yang terlibat dalam (Kemristekdikti). Instrumen tersebut
pengembangan teknologi turbin uap dirancang untuk penelitian TRL dan IRL.
pembangkit listrik, serta narasumber dari TRL dan IRL meter merupakan kuesioner
PT. Pindad (Persero) yang terlibat dalam yang berisi sejumlah pertanyaan/indikator
pengembangan dan manufaktur produk yang telah didesain untuk memperoleh
generator pembangkit listrik. jawaban berupa persentase dari setiap
Sampel penelitian menggunakan level, mulai level 1 sampai level 9.
teknik penentuan sampel sesuai dengan Instrumen penelitian lainnya yang
tujuan penelitian (purposive sampling) digunakan yaitu pedoman wawancara
dengan jumlah sampel sebanyak sepuluh yang disusun untuk melengkapi
sampel yang benar-benar memahami penjelasan yang dibutuhkan pada setiap
kondisi dan terlibat dalam level. Teknik pengumpulan data yang

9
digunakan pada penelitian ini yaitu Setelah nilai/skala masing-masing
kuesioner, wawancara, studi teknologi turbin uap dan generator
dokumentasi, dan observasi. pembangkit listrik ditentukan, kemudian
dihitung menggunakan matriks TRL dan
Pengisian kuesioner TRL dan IRL
IRL. Setelah menghitung matriks TRL dan
dilakukan oleh responden dari masing-
IRL yang dinormalkan / normalized value
masing instansi dan perusahaan yang
(TRL 'dan IRL'), kemudian dilakukan
melakukan pengembangan teknologi dan
perhitungan matriks SRL. Selanjutnya
manufaktur turbin uap dan generator
menghitung indeks SRL sebagai
pembangkit listrik. Data hasil pengisian
kuesioner oleh responden tersebut keseluruhan sistem dan mengkorelasikan
dengan indeks yang dihasilkan dengan
kemudian diinput ke dalam TRL dan IRL
deskripsi indeks nilai SRL.
Calculator, yang merupakan alat bantu
(tools) untuk menghitung skala. Output
dari TRL dan IRL Calculator yang berupa
skala yang tercapai dari 1 sampai 9 dari
masing-masing TRL dan IRL, kemudian
dilakukan triangulasi untuk memeriksa
keabsahan dari masing-masing skala hasil
perhitungan. Skala dari hasil perhitungan
TRL dan IRL Calculator yang diperoleh dari
masing-masing responden dibandingkan
dengan data hasil observasi serta
wawancara narasumber. Data hasil
kuesioner yang digunakan merupakan
hasil seleksi, yaitu skala atau nilai TRL dan
IRL yang paling mendekati dengan data
pembanding hasil triangulasi yaitu dari
Gambar 4. Alur Penelitian
data observasi dan wawancara. Data Sumber : Diolah dari penelitian

tersebut untuk selanjutnya akan Hasil dan Pembahasan


digunakan pada perhitungan SRL.
Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) Divisi Pusat Teknologi
10
Industri Permesinan (PTIP), Deputi kuesioner dengan hasil wawancara dan
bidang Teknologi Industri Rancang observasi. Nilai TRL yang diperoleh
Bangun dan Rekayasa (TIRBR) melakukan kemudian dilakukan normalisasi nilai,
riset untuk pengembangan turbin uap seperti pada tabel 4.
bekerja sama dengan PT. Nusantara Tabel 4. TRL Komponen Turbin Uap
Turbin dan Propulsi (NTP). (< 5 MW)
TRL'
Dari hasil pengisian kuesioner TRL
No. Komponen TRL (Normalized
oleh responden dari PTIP-BPPT, kemudian Value)
1 Blade / Sudu 7 0,750
dilakukan perhitungan untuk penentuan
Casing
skala menggunakan alat bantu (tools) TRL 2 7 0,750
Turbine
Calculator, diperoleh hasil seperti pada 3 Rotor 7 0,750
Sistem
tabel 3. 4 3 0,250
Kontrol
Sumber : Diolah dari hasil penelitian
Tabel 3 . Tingkat kesiapan teknologi
(TRL) prototype turbin uap condensing 3
Dari hasil pengisian kuesioner IRL
MW untuk PLTU batubara
oleh responden dari PT. NTP, kemudian
No. Komponen TRL Definisi
Prototype telah dilakukan perhitungan untuk penentuan
Blade / diuji dalam
1. 7 skala menggunakan alat bantu (tools) IRL
Sudu lingkungan
sebenarnya. Calculator diperoleh hasil IRL komponen
Prototype telah
Casing diuji dalam turbin uap condensing 3 MW untuk PLTU
2. 7
Turbine lingkungan
batubara seperti pada tabel 5.
sebenarnya.
Prototype telah
Hasil tersebut diperoleh setelah
diuji dalam
3. Rotor 7
lingkungan dilakukan triangulasi untuk
sebenarnya.
Konsep dan membandingkan hasil dari perhitungan
karakteristik
kuesioner dengan hasil dari wawancara
penting dari suatu
Sistem
4. 3 teknologi telah dan observasi. Dari hasil wawancara dan
Kontrol
dibuktikan secara
analitis dan observasi diketahui bahwa integrasi
eksperimental. belum selesai dilakukan karena
Sumber : Diolah dari hasil penelitian
komponen turbin uap untuk PLTU
Hasil tersebut diperoleh setelah batubara belum selesai dimanufaktur.
dilakukan triangulasi untuk Tabel 5. Tingkat kesiapan integrasi (IRL)
teknologi prototype turbin uap
membandingkan hasil perhitungan
condensing 3 MW untuk PLTU batubara
11
No. Integrasi IRL Definisi untuk digunakan pada perhitungan SRL
Komponen
Blade – Casing Tidak dengan metode matriks.
1. 0
Turbine terdefinisi
prinsip dasar Tabel 7. IRL’ Normalized Value Turbin
Blade – Sistem dari suatu Uap (< 5 MW)
2. 1
Kontrol teknologi
Casing Sistem
telah diteliti Integrasi Blade Rotor
Turbine Kontrol
prinsip dasar
Casing Turbine Blade 1,000 0,000 0,125 0,125
dari suatu
3. – Sistem 1 Casing
teknologi 0,000 1,000 0,125 0,125
Kontrol Turbine
telah diteliti
Rotor 0,125 0,125 1,000 0,125
prinsip dasar
Sistem
dari suatu 0,125 0,125 0,125 1,000
4. Rotor – Blade 1 Kontrol
teknologi
Sumber : Data penelitian Yang Diolah
telah diteliti
prinsip dasar Dari data pada tabel-tabel diatas
Rotor – Casing dari suatu
5. 1
Turbine teknologi kemudian dilakukan perhitungan
telah diteliti
prinsip dasar
formulasi System Readiness Level (SRL)
Rotor – Sistem dari suatu dengan metode matriks dari nilai
6. 1
Kontrol teknologi
telah diteliti normalisasi (normalized value) TRL dan
Sumber : Diolah dari hasil penelitian
IRL, yaitu TRL’ dan IRL’. Dari perhitungan

Dari hasil pengisian kuesioner tersebut diperoleh hasil seperti pada

tersebut maka matriks IRL Komponen tabel 6 berikut :

turbin uap seperti pada tabel 6. Tabel 8. SRL Turbin Uap (< 5 MW)

Tabel 6. IRL Komponen Turbin Uap(< 5 SRL1 0,875


MW) SRL2 0,875
SRL3 0,969
Casing Sistem
Integrasi Blade Rotor SRL4 0,531
Turbine Kontrol
Blade 9 0 1 1 Sumber : Data penelitian Yang Diolah
Casing
0 9 1 1 Berdasarkan hasil pada tabel 8,
Turbine
Rotor 1 1 9 1 kemudian dilakukan perhitungan untuk
Sistem
1 1 1 9 memperoleh indeks System Readiness
Kontrol
Sumber : Data penelitian Yang Diolah
Level (SRL) turbin uap (< 5 MW) secara
Nilai IRL komponen turbin yang keseluruhan sebagai sebuah sistem yang
diperoleh kemudian dilakukan merupakan fungsi dari TRL dan IRL, serta
normalisasi nilai seperti pada tabel 7, mengkorelasikan indeks yang dihasilkan
dengan deskripsi nilai/indeks SRL.

12
Dari hasil perhitungan diperoleh berarti prototype telah diuji dalam
nilai/indeks 0,20. Dimana deskripsi fase lingkungan sebenarnya, sedangkan untuk
akuisisi pada nilai ini yaitu teknologi sistem kontrol berada pada skala/level 3
berada pada fase penyempurnaan yang berarti konsep dan karakteristik
konsep. BPPT-NTP masih perlu penting dari suatu teknologi telah
menyempurnakan konsep awal dan dibuktikan secara analitis dan
mengembangkan strategi untuk eksperimental.
pengembangan teknologi turbin uap Untuk integrasi komponen dapat
condensing 3 MW untuk PLTU batubara. terlihat pada gambar 6. yaitu berada pada
level 1, yang berarti prinsip dasar dari
suatu teknologi telah diteliti.

Generator Pembangkit Listrik

Pengembangan generator
pembangkit listrik oleh PT. Pindad
(persero) dimulai sejak tahun 1984. PT.
Pindad (persero) melakukan manufaktur

Gambar 5. TRL Turbin Uap < 5 MW dengan lisensi dari Siemens dari tahun
Sumber : Diolah dari data hasil penelitian 1984 sampai tahun 1999. Kemudian mulai
tahun 2008 mengembangkan sendiri
generator pembangkit listrik dengan
kapasitas 5 kw – 11 MVA mulai tahun.
Produk generator PT. Pindad (persero)
telah dipesan dan digunakan oleh
berbagai instansi atau perusahaan.
Dengan total generator yang telah
diproduksi lebih dari 200 unit, terakhir
Gambar 6. IRL Turbin Uap < 5 MW produk generator PT. Pindad (Persero)
Sumber : Diolah dari data hasil penelitian
dipesan pada tahun 2016.
Dari gambar 5. dapat terlihat
Saat ini PT. Pindad (Persero)
komponen blade/sudu, casing turbine,
sedang mengembangkan prototype
dan rotor berada pada skala/level 7 yang
13
generator pembangkit listrik Tabel 9. Tingkat kesiapan teknologi
(TRL) prototype generator pembangkit
berkapasitas 8,5 MW dengan kondisi
listrik 8,5 MW
terakhir berstatus sedang dikerjakan (on
No. Komponen TRL Definisi
progress). Komponen yang telah dibuat Komponen
teknologi telah
hingga saat ini telah mencapai 60%,
1. Eksitasi 4 divalidasi dalam
dengan target prototype akan selesai lingkungan
laboratorium
dibuat pada Triwulan pertama 2019.
Model atau
Dari hasil pengisian kuesioner TRL prototype telah
2. Rotor 6 diuji dalam
dan IRL untuk generator pembangkit lingkungan yang
listrik diperoleh hasil yang variatif, relevan
Model atau
kemudian ditentukan satu nilai dari prototype telah
Sistem
jawaban narasumber yang akan 3. 6 diuji dalam
Kontrol
lingkungan yang
digunakan dalam perhitungan System relevan
Readiness Level (SRL). Untuk menentukan Model atau
prototype telah
nilai yang akan digunakan, peneliti 4. Stator 6 diuji dalam
lakukan dengan triangulasi dengan lingkungan yang
relevan
membandingkan hasil perhitungan Sumber : Diolah dari data hasil penelitian
kuesioner dengan hasil dari wawancara
Pada pengisian kuesioner TRL
dan observasi. Nilai TRL dan IRL yang
generator pembangkit listrik, responden
dipilih untuk digunakan pada perhitungan
mengacu pada prototype generator
SRL yaitu nilai yang paling mendekati
pembangkit listrik 8,5 MW yang saat ini
kesesuaian antara hasil pengisian
sedang dikerjakan sebagai objek
kuesioner oleh responden dengan kondisi
penilaian.
sebenarnya berdasarkan observasi
Hasil ini merupakan hasil pengisian
peneliti selama melakukan penelitian dan
kuesioner yang paling mendekati setelah
wawancara yang dilakukan kepada
dilakukan wawancara oleh narasumber
narasumber.
lain dari Divisi Pengembangan PT. Pindad
Hasil pengisian kuesioner TRL
(persero).
generator pembangkit listrik dengan
Nilai TRL yang dipilih selanjutnya
responden dari Divisi Pengembangan PT.
dilakukan normalisasi nilai (TRL’) untuk
Pindad (Persero) seperti pada tabel 9.
14
digunakan pada perhitungan SRL seperti Tabel 11. Tingkat kesiapan integrasi (IRL)
teknologi untuk generator pembangkit
pada tabel 7. berikut :
listrik < 10 MW
Tabel 10. TRL Komponen Generator No. Integrasi IRL Definisi
(Prototype 8,5 MW) Komponen
misi integrasi telah
TRL'
No. Komponen TRL Eksitasi – terbukti (proven)
Normalized 1. Sistem 9 melalui
1 Eksitasi 4 0,375 Kontrol keberhasilan
2 Rotor 6 0,625 operasi misi.
misi integrasi telah
Sistem terbukti (proven)
3 6 0,625 Rotor –
Kontrol 2. 9 melalui
Eksitasi
4 Stator 6 0,625 keberhasilan
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian operasi misi.
misi integrasi telah
Untuk kuesioner IRL generator Rotor – terbukti (proven)
3. Sistem 9 melalui
pembangkit listrik diisi oleh responden Kontrol keberhasilan
operasi misi.
dari Divisi Alat Berat Bagian Produksi 3 misi integrasi telah
terbukti (proven)
yang mengerjakan manufaktur Rotor –
4. 9 melalui
Stator
keberhasilan
komponen dan integrasi generator
operasi misi.
pembangkit listrik. misi integrasi telah
terbukti (proven)
Stator –
5. 9 melalui
PT. Pindad (persero) telah Eksitasi
keberhasilan
melakukan manufaktur dan integrasi operasi misi.
misi integrasi telah
komponen generator pembangkit listrik Stator – terbukti (proven)
6. Sistem 9 melalui
sampai kapasitas 11 MVA. Produk Kontrol keberhasilan
operasi misi.
generator pembangkit listrik yang Sumber : Diolah dari hasil penelitian
dimanufaktur telah digunakan oleh
Tabel 12. IRL Komponen Generator (< 10
berbagai customer yang memesan MW)
produk generator pembangkit listrik Sistem
Integrasi Eksitasi Rotor Stator
Kontrol
kepada PT. Pindad (persero). Sehingga Eksitasi 9 9 9 9
peralatan dan fasilitas untuk manufaktur Rotor 9 9 9 9
Sistem
generator pembangkit listrik sampai 9 9 9 9
Kontrol
kapasitas tertentu telah siap dilakukan. Stator 9 9 9 9
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian
Hasil IRL generator pembangkit
Nilai IRL komponen generator
listrik dari pengisian kuesioner seperti
pembangkit listrik yang diperoleh
pada tabel 11.
kemudian dilakukan normalisasi nilai
15
seperti pada tabel 9, untuk digunakan yang tepat untuk diintegrasikan ke dalam
pada perhitungan SRL dengan metode sistem penuh, terutama untuk
matriks. pengembangan generator pembangkit
listrik prototype 8,5 MW .
Tabel 13. IRL Normalized Value
Generator (< 10 MW)
TRL Generator Pembangkit Listrik < 10 TR…
Sistem MW
Integrasi Eksitasi Rotor Stator 8 Sistem
Kontrol
Rotor; 6 Kontrol; 6 Stator; 6
Eksitasi 1,000 1,000 1,000 1,000
6

SKALA TRL
Rotor 1,000 1,000 1,000 1,000 Eksitasi; 4
Sistem 4
1,000 1,000 1,000 1,000
Kontrol
Stator 1,000 1,000 1,000 1,000 2

Sumber : Data diolah dari hasil penelitian


0
0 1 2 3 4 5
Dari data pada tabel-tabel diatas Komponen

kemudian dilakukan perhitungan


Gambar 7.TRL Komponen Generator
formulasi System Readiness Level (SRL) Pembangkit Listrik Prototype 8,5 MW
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian
dengan menggunakan matriks dari nilai
normalisasi indeks (normalized value) TRL
dan IRL, yaitu TRL’ dan IRL’ generator
pembangkit listrik. Dari perhitungan
matrik SRL diperoleh hasil sebagai berikut
:

Tabel 14. SRL Generator (< 10 MW)


SRL1 2,250
SRL2 2,250
Gambar 8. IRL Komponen Generator
SRL3 2,250
Pembangkit Listrik < 10 MW
SRL4 2,250
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian

Dari hasil perhitungan formulasi Dari gambar 7. dapat terlihat


diperoleh nilai SRL 0,56 dengan deskripsi komponen rotor, stator, dan sistem
fase akuisisi yaitu teknologi berada pada kontrol berada pada skala/level 6 yang
fase pengembangan teknologi. PT. berarti model atau prototype telah diuji
Pindad (Persero) perlu mengurangi resiko dalam lingkungan yang relevan,
teknologi dan menentukan set teknologi sedangkan untuk eksitasi berada pada

16
skala/level 4 yang berarti komponen komponen sedang dalam
teknologi telah divalidasi dalam penyelesaian.
lingkungan laboratorium.
2. Tingkat kesiapan integrasi (IRL)
Untuk integrasi komponen teknologi prototype turbin uap
generator pembangkit listrik dapat condensing 3 MW untuk PLTU
terlihat pada gambar 8. berada pada level batubara, yang saat ini sedang
9, yaitu misi integrasi telah terbukti dikembangkan oleh BPPT bekerja
(proven) melalui keberhasilan operasi sama dengan PT. Nusantara Turbin dan
misi.
Propulsi yaitu pada level IRL 1 dimana
prinsip dasar dari suatu teknologi telah
Kesimpulan
diteliti.
1. Tingkat kesiapan teknologi (TRL) untuk
Kondisi prototype turbin uap
prototype turbin uap, yang saat ini
condensing 3 MW untuk PLTU batubara
sedang dikembangkan oleh BPPT
saat ini, komponen belum selesai
bekerja sama dengan PT. Nusantara
dibuat, sehingga integrasi belum dapat
Turbin dan Propulsi yaitu pada level
dilakukan.
TRL 7 yang berarti prototype diuji pada
lingkungan sebenarnya. Tingkat kesiapan integrasi (IRL)
Kondisi prototype turbin uap teknologi untuk generator
condensing 3 MW untuk PLTU batubara pembangkit listrik 5kW – 11 MVA yang
saat ini, komponen belum selesai dikembangkan oleh PT. Pindad
dibuat. (Persero) yaitu pada level IRL 9 yang
berarti misi integrasi telah terbukti
Tingkat kesiapan teknologi (TRL)
untuk prototype generator (proven) melalui keberhasilan operasi
misi.
pembangkit listrik 8,5 MW, yang saat
ini sedang dikembangkan oleh PT. PT. Pindad (Persero) telah melakukan
Pindad (Persero) yaitu pada level TRL 6 manufaktur generator pembangkit
dimana prototype diuji pada listrik dengan kapasitas mulai dari 5
lingkungan yang relevan. KW sampai dengan 11,8 MVA sebanyak
Kondisi prototype generator > 200 unit dan telah digunakan oleh
pembangkit listrik 8,5 MW saat ini, customer. Sehingga integrasi
17
generator pembangkit listrik < 10 MW penuh pada pengembangan generator
telah selesai dilakukan. pembangkit listrik 8,5 MW ini.

3. Tingkat kesiapan sistem (SRL)


4. Industri pertahanan memiliki kesiapan
teknologi prototype turbin uap
teknologi untuk mendukung
condensing 3 MW untuk PLTU
kemandirian energi yang diperoleh
batubara, yang saat ini sedang
melalui riset dan pengembangan, serta
dikembangkan oleh BPPT bekerja
investasi dalam menyediakan fasilitas,
sama dengan PT. Nusantara Turbin dan
sarana dan pra-sarana, dan sumber
Propulsi yaitu berada pada nilai 0,20.
daya manusia (SDM), terutama untuk
Dengan deskripsi fase akuisisi pada
pengembangan teknologi dan
skala ini yaitu, teknologi berada pada
manufaktur komponen turbin uap dan
fase penyempurnaan konsep. BPPT-
generator pembangkit listrik, dimana
PT.NTP masih perlu menyempurnakan
kondisi saat ini masih mengandalkan
konsep awal dan mengembangkan
impor.
strategi untuk pengembangan
teknologi turbin uap condensing 3 MW 5. Kesiapan teknologi dan manufaktur
untuk PLTU batubara ini. turbin uap dan generator pembangkit
listrik yang dikembangkan oleh
Tingkat kesiapan sistem (SRL)
industri dalam negeri saat ini sampai
teknologi untuk prototype generator
pada kapasitas < 10 MW. Sedangkan
pembangkit listrik 8,5 MW, yang saat
kapasitas yang dibutuhkan oleh
ini sedang dikembangkan oleh PT.
industri penyedia tenaga listrik yaitu
Pindad (Persero) yaitu berada pada
pada kapasitas >10 MW.
nilai 0,56. Dengan deskripsi fase
akuisisi pada skala ini yaitu teknologi
berada pada fase pengembangan
teknologi. PT. Pindad (Persero) perlu
mengurangi resiko teknologi dan
Saran
menentukan set teknologi yang tepat
1. Industri perlu melakukan audit
untuk diintegrasikan ke dalam sistem
teknologi sebagai dasar untuk
membuat strategi dalam mengadopsi

18
atau mengembangkan teknologi dan
Director, Research Directorate (DRD),
juga sebagai dasar informasi bagi
Office of the Director, Defense
calon pengguna (user) turbin uap dan Research and Engineering (DDR&E).
2009. Technology
generator pembangkit listrik.
ReadinessAssessment (TRA)
Deskbook,U.S: Department of
Defense.
2. Pemerintah perlu melakukan audit
teknologi pembangkit listrik untuk Frezzini, F. Ramirez; Ravindra, Sachan,
Ravindra; and Azimi, Maryam,
menilai kesiapan, potensi, dan
Review of Systems Engineering
kemampuan teknologi dalam negeri Scope and Processes, Systems
Engineering Tools and Methods,
secara keseluruhan untuk memenuhi
London: CRC Press Taylor &
kebutuhan infrastruktur pembangkit Francis Group).
listrik yang sesuai dengan kebutuhan
Sauser, Brian. J; Ramirez-Marquez, Jose,
calon pengguna (user) teknologi. 2009. System (of systems)
Acquisition Maturity Models and
Management Tools, Stevens
3. Pengukuran tingkat kesiapan Institute of Technology School of
Systems and Enterprise.
manufaktur/Manufacturing Readiness
Level (MRL) dapat dilakukan pada Statistik Ketenagalistrikan Tahun 2017,
Dirjen Ketenagalistrikan
penelitian selanjutnya, untuk
Kementerian ESDM T.A 2018
melanjutkan penelitian ini.
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
(RUPTL) PLN 2017-2026
4. Pengukuran tingkat kesiapan
Sauser, Brian. J; Marquez-Ramirez, Jose E;
interoperabilitas/Interoperability
Henry, Devanandham; DiMarzio,
Readiness Level pada industri Donald, 2008. “A System Maturity
Index for the Systems Engineering
pertahanan dapat dilakukan pada
Life Cycle”, International Journal
penelitian selanjutnya, untuk ofIndustrial and Systems
Engineering, Vol. 3, No. 6.
melanjutkan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sauser; Brian. J; Marquez-Ramirez, Jose E;
Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan
Magnaye, Romule; Weiping;Tan
Mutu Industri Kementerian
2008 “A System Approach to
Perindustrian. 2013. Panduan
Expanding the Technology
Teknis Pengukuran Tingkat
Readiness Level within Defense
KesiapterapanTeknologi Hasil
Acquisition”, International
Litbang Industri Teknometer,
Jakarta: Dapur Buku.
19
Journal of Defense Acquisition
Management, Vol. 1.

Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 16 Tahun 2012 Tentang
Industri Pertahanan.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2014 tentang
perindustrian.

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun


2014 tentang Kebijakan Energi
Nasional

Anonim, Program Pembangkit Listrik


35.000 MW, dalam
http://listrik.org/pln/program-
35000-mw/, diakses pada 22 Juli
2018.

Prayitno, Arwanto; Kuncoro Budy, Tekno-


Meter Pengukuran Tingkat
Kesiapan Teknologi, BPPT.

Sauser, Brian J; Verma, Dinesh; Marquez-


Ramirez, Jose; Gove, Ryan, 2006.
“From TRL to SRL: The Concept of
Systems Readiness Levels”, Los
Angeles: Conference on Systems
Engineering Research, Los
Angeles.

Wibowo, S. Susalit, “System Engineering


Tools: TRL, MRL, IRL”, Pusat
Strategi Teknologi dan Audit
Teknologi, BPPT.

20

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai