Anda di halaman 1dari 8

Jurnal SPEKTRUM Vol. 10, No.

3 September 2023

ANALISA EKONOMI RANCANGAN PLTS


OFF-GRID PADA ADIDAYA WORKSHOP
I.P. Dika Putra Ariantika1, I.N. Setiawan2, I.W. Sukerayasa2
1
Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana
2
Dosen Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana
Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali
dikaputraariantika@student.unud.ac.id

ABSTRAK
Perancangan PLTS Off-Grid pada Adidaya Workshop sebagai pemasok energi listrik
tambahan ini didasari oleh kebutuhan beban yang digunakan untuk peralatan dan operasional
pada workshop tersebut. Karakteristik PLTS Off-Grid secara ekonomis yang cenderung
membutuhkan waktu yang lama untuk memperoleh keuntungan. Penelitian ini membahas analisa
ekonomi rancangan sistem PLTS Off-Grid dengan menggunakan metode analisa Net Present
Value (NPV) dan bertujuan untuk mengetahui proyeksi perbandingan antara pengeluaran dengan
pemasukan rancangan PLTS Off-Grid di Adidaya Workshop selama estimasi umur PLTS akan
beroperasi selama 20 tahun. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh bahwa Skenario 1
menggunakan variasi kapasitas panel surya 300 Wp dengan baterai 540 Ah menghasilkan nilai
kebutuhan RAB terbesar senilai Rp. 286.038.441. Sedangkan nilai kebutuhan RAB terkecil
dihasilkan dari Skenario 4 menggunakan variasi kapasitas panel surya 300 Wp dengan baterai
540 Ah senilai Rp 252.093.730. Nilai NPV terbesar dan terkecil juga dihasilkan oleh Skenario 1
dan 4 dengan masing-masing nilai NPV senilai -Rp 316.734.509 dan -Rp 251.285.665.
Kata kunci : PLTS, Off-Grid, NPV

ABSTRACT
The PLTS Off-Grid design at the Adidaya Workshop as an additional power supplier is
based on the load needs used for the equipment and operational on the workshop. PLTS Off-Grid
features are economically likely to take a long time to make a profit. This study deals with the
economic analysis of the PLTS Off-Grid system design using the Net Present Value (NPV)
analysis method and aims to find out the comparison projections between output and output of
the Off-Grid PLTS project at the Adidaya Workshop during the estimated life of PLTS will operate
over 20 years. After the calculation, it was obtained that 1th Scenario using a variation of the solar
panel capacity of 300 Wp with a battery of 540 Ah produced the largest RAB demand value worth
Rp. by 286.038.441 While the smallest RAB requirement value is generated from 4th Scenario
using a variation in solar panel capacity of 300 Wp with a 540 Ah battery worth Rp 252.093.730.
The largest and the smallest NPV values are also generated by 1th and 4th Scenario with the NPV
value of -Rp 316.734.509 and –Rp 251.285.665.
Key Words : PLTS, Off-Grid, NPV

1. PENDAHULUAN tempat untuk fabrikasi panel, storage server,


Provinsi DKI Jakarta merupakan dan penyimpanan material konstruksi.
pusat industri di Indonesia. Berdasarkan Adidaya Workshop melakukan fabrikasi
data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi panel listrik setiap harinya yang kemudian
DKI Jakarta pada tahun 2020 terdapat didistribusikan kepada konsumennya.
sebanyak 1.654 perusahaan yang tersebar Adidaya Workshop merupakan
di DKI Jakarta, dengan sebaran terbanyak sebuah industri fabrikasi panel listrik dan
terdapat di Jakarta Barat sejumlah 610 jasa instalasi panel surya. Sebuah industri
perusahaan [1]. Salah satu perusahaan tentunya memiliki beberapa peralatan yang
yang ada di Jakarta Barat adalah Adidaya membutuhkan energi listrik secara kontinyu.
Workshop. Adidaya Workshop merupakan Kebutuhan energi secara kontinyu ini

I.P. Dika Putra Ariantika, I.N. Setiawan, I.W. Sukerayasa 78


Jurnal SPEKTRUM Vol. 10, No. 3 September 2023

biasanya dihasilkan oleh sebuah beban Untuk mengaskelerasi sebaran energi


listrik yang tergolong sebagai beban baru terbarukan di Indonesia dan
prioritas (essential load). Jika peralatan mendukung target Pemerintah Indonesia
yang tergolong dalam beban prioritas menuju NZE pada tahun 2060, dilakukan
tersebut tidak memperoleh energi listrik, perancangan PLTS Off-Grid di Adidaya
dapat mengganggu aktivitas yang ada di Workshop sebagai salah satu industri yang
suatu kawasan industri [2]. ada di Jakarta Barat. Rancangan tersebut
Adidaya Workshop memiliki beban diproyeksikan dari segi ekonominya
prioritas yang harus menyala selama 24 jam khususnya NPV untuk mengetahui proyeksi
penuh tanpa henti yaitu storage server. selisih antara pemasukan dan pengeluaran
Kebutuhan energi listrik secara kontinyu dan selama estimasi umur PLTS akan
terus meningkat tentunya harus diimbangi beroperasi yang dipengaruhi oleh tingkat
dengan pembangkitan energi listrik yang diskonto.
mumpuni. Pada tahun 2020, konsumsi
energi listrik perkapita di Indonesia 2. KAJIAN PUSTAKA
meningkat 0,01 MWh/kapita [3]. Konsumsi 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya
energi listrik terbesar ada di Jawa-Bali yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Surya
hingga 69,9% dari konsumsi energi listrik (PLTS) tersusun atas beberapa komponen.
nasional [4]. Lebih dari setengah energi Komponen penyusun PLTS terbagi atas
listrik yang dibangkitkan di Indonesia komponen utama dan komponen
dikonsumsi oleh Pulau Jawa-Bali, pendukung. Panel surya berperan sangat
berdasarkan sektornya energi listrik tersebut penting dalam suatu sistem PLTS sebagai
berurutan dari tertinggi dikonsumsi oleh komponen utama dan didampingi dengan
rumah tangga sebesar 114 TWh (44,9%), komponen pendukung seperti kontroler,
industri 80 TWh (31,4%), komersil 60 TWh baterai, inverter, dan kabel [6].
(23,6%), transportasi 0,3 TWh (0,1%) [4]. PLTS menghasilkan energi listrik
Meningkatnya konsumsi energi listrik bergantung dari iradiasi sinar matahari.
tersebut tentu diimbangi dengan Terdapat tiga konfigurasi PLTS yang umum
pembangkitan energi listrik yang meningkat digunakan yaitu: PLTS On-Grid, PLTS Off-
juga. Pembangkit listrik di Indonesia yang Grid, PLTS Hybrid. Masing-masing
hingga kini masih didominasi dengan bahan konfigurasi terebut memiliki komponen
bakar batubara yaitu sebanyak 50% dari utama dan pendukung yang dominan sama,
keseluruhan pembangkit listrik di Indonesia hanya saja pada PLTS Off-Grid dan PLTS
[4]. Hal ini menjadi perhatian karena jejak Hybrid terdapat tambahan berupa baterai.
atau emisi karbon yang dihasilkan oleh
pembangkit listrik energi batubara adalah 2.2 Kajian Ekonomis
yang terbesar dibanding pembangkit listrik Perhitungan aspek ekonomis yang
lainnya yaitu lebih 1.000 gCO2 eq/kWh [5]. baik diperlukan dalam perancangan PLTS
Emisi karbon yang dihasilkan dari mengingat bahwa daya keluaran PLTS
pembangkitan energi listrik ini menimbulkan sangat bergantung pada sinar matahari.
dampak buruk bagi lingkungan sekitarnya Perhitungan secara ekonomis yang baik
dan bahkan dunia. Dampak buruk yang dapat memproyeksikan kerugian atau
ditimbulkan oleh penggunaan bahan bakar keuntungan yang mungkin terjadi pada
batu bara mulai dipertimbangkan oleh investasi PLTS [7].
Pemerintah Indonesia.
Berdasarkan Perpres No. 112 Tahun 2.3 Rancangan Anggaran Biaya
2022 bahwa Indonesia akan berkomitmen Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
mengurangi emisi gas rumah kaca minimal adalah alokasi anggaran yang mencakup
35%. Pemerintah Indonesia juga atau tersusun dari biaya investasi pembelian
menargetkan transisi energi menuju energi komponen serta biaya operasional dan
bersih terbarukan untuk mencapai Net Zero perawatan [8]. RAB tersusun hanya dari
Emission (NZE) pada tahun 2060. Dalam pengadaan komponen hingga rancangan
mencapai target tersebut pada tahun 2021, direalisasi dan dapat digunakan.
Indonesia telah memiliki pasokan energi
bersih terbarukan sebanyak 25 TOE (Ton Of 2.4 Capital Expenditure
Energy) atau setara dengan 12,2% dari total Capital Expenditure (CapEx)
energi nasional [4]. merupakan alokasi biaya yang diperlukan
untuk investasi suatu proyek dalam

I.P. Dika Putra Ariantika, I.N. Setiawan, I.W. Sukerayasa 79


Jurnal SPEKTRUM Vol. 10, No. 3 September 2023

memperoleh aset tetap dalam periode i: Suku Bunga (%)


jangka panjang [9]. Dalam suatu proyek n: Estimasi umur PLTS (Tahun)
PLTS yang termasuk dalam CapEx seperti Nilai NPV menunjukkan kelayakan
pembelian panel surya, inverter, baterai dan investasi. Jika nilai NPV > 0 maka investasi
kabel. tergolong layak atau mengalami
keuntungan, dan jika NPV < 0 menunjukkan
2.5 Operational Expenditure investasi tergolong tidak layak atau
Operational Expenditure (OpEx) mengalami kerugian [13]. Sedangkan jika
adalah alokasi biaya yang akan dibayarkan NPV = 0 maka tergolong investasi tidak
secara rutin selama operasional untuk mengalami keuntungan ataupun kerugian
kelangsungan aset tetap [9]. Pada sebuah [12].
proyek PLTS yang termasuk dalam OpEx
seperti biaya technical support, operasional 2.6 Cost of Energy
dan pemeliharaan serta biaya penunjang Cost of Energy (CoE) merupakan
lainnya. proyeksi biaya produksi yang dibutuhkan
untuk membangkitkan energi per satu kWh
2.6 Life Cycle Cost
[14]. Semakin tinggi nilai CoE maka semakin
Life Cycle Cost (LCC) merupakan mahal biaya yang dibutuhkan untuk
jumlah alokasi biaya yang dibutuhkan oleh membangkitkan energi tersebut. Nilai CoE
sebuah rancangan selama estimasi umur dapat dihitung dengan menggunakan
rancangan tersebut akan beroperasi. LCC persamaan (5) [14]:
mencakup biaya CapEx, OpEx, dan biaya 𝑖(1+𝑖)𝑛
𝐿𝐶𝐶 ×[ 𝑛 −1]
penggantian komponen yang dapat dihitung CoE =
(1+𝑖)
(5)
dengan persamaan (1) [10]: E
LCC = C + MPW + R PW (1) Keterangan:
Keterangan: CoE: Cost of Energy (Rp/kWh)
LCC : Life Cycle Cost (Rp) LCC: Life Cycle Cost (Rp)
C : Biaya CapEx (Rp) i: Suku Bunga (%)
MPW : Present Value OpEx (Rp) n: Estimasi umur PLTS (Tahun)
RPW : Present Value biaya penggantian E: Energi yang dibangkitkan per tahun
komponen (Rp) (kWh/Tahun)
Nilai OpEx diasumsikan 1% dari 3. METODOLOGI PENELITIAN
CapEx [11]. Sedangkan Present Value
Penelitian ini dilaksanakan di Adidaya
OpEx dan biaya penggantian komponen
dapat dihitung dengan menggunakan Workshop yang terletak di Jakarta Barat.
Waktu pelaksanaan dimulai dari bulan Mei
persamaan (2) dan (3) [10]:
(1+i)n −1 2022 hingga Juni 2023. Analisis Data dapat
MPW = A [ i(1+i) n ] (2) dilihat pada Gambar 1 :
1
R PW = B [(1+i)n ] (3)
Keterangan:
A: Biaya tahunan OpEx (Rp)
B: Biaya penggantian komponen (Rp)
i: Suku Bunga (%)
n: Estimasi umur PLTS (Tahun)
2.5 Net Present Value
Net Present Value (NPV) merupakan
perhitungan selisih antara pemasukan dan
pengeluaran dalam periode tertentu dengan
memperhitungkan tingkat diskonto. NPV
memiliki pengaruh dalam pengambilan
keputusan kelayakan investasi. Untuk
menghitung NPV dapat menggunakan
persamaan (4) [12]:
𝑁𝐶𝐹𝑡
NPV = ∑𝑛𝑛=1 ( )𝑛 − C (4)
1+𝑖
Keterangan:
NPV: Net Present Value (Rp)
NCFt: Net Cash Flow tahun ke-t (Rp) Gambar 1. Diagram alir penelitian

I.P. Dika Putra Ariantika, I.N. Setiawan, I.W. Sukerayasa 80


Jurnal SPEKTRUM Vol. 10, No. 3 September 2023

Berikut penjelasan pada Gambar 1: menggunakan panel surya Trina Solar dan
Langkah 1. Pengumpulan data Baterai Enersys Lead-Acid OPzV.
Penelitian ini dimulai dengan
pengumpulan data, yaitu: harga komponen
PLTS, nilai diskonto di Indonesia dan energi
yang dibangkitkan oleh rancangan PLTS
setiap pertahun.
Langkah 2. Membuat RAB dan menghitung
nilai LCC, NPV dan CoE
Perhitungan dilakukan untuk
mengetahui nilai investasi rancangan PLTS
dan proyeksi kelayakan PLTS secara
ekonomis. Gambar 2. Produksi Energi Tahunan
Langkah 3. Analisa nilai NPV dan CoE Rancangan PLTS Off-Grid di Adidaya
Analisis dilakukan untuk memperoleh Workshop
nilai NPV dan CoE dari rancangan yang
tertinggi dan terendah. 4.2 Komponen Penyusun PLTS
Langkah 4. Penarikan kesimpulan Komponen penyusun PLTS pada
Berdasarkan langkah ke-tiga maka rancangan ini didominasi oleh storage
dapat dilakukan pernarikan kesimpulan. system (baterai). Masing-masing skenario
kebutuhan biaya investasi untuk membeli
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
baterai berkisar 66% untuk skenario 2 dan 4
4.1 Produksi Energi Rancangan PLTS
serta 70% untuk skenario 1 dan 3.
PLTS dirancang dengan empat
Kebutuhan komponen utama seperti PLTS
skenario dengan dua variasi kapasitas panel
dan baterai untuk masing-masing skenario
surya dan baterai, yaitu:
1. Skenario 1 ditunjukkan pada Tabel 1.
Skenario 1 menggunakan variasi Tabel 1. Komponen Penyusun Utama
kapasitas panel surya 300 Wp Rancangan PLTS Off-Grid pada Adidaya
dengan baterai 540 Ah. Workshop
2. Skenario 2 Komponen Jumlah
Skenario 2 menggunakan variasi Panel
24
kapasitas panel surya 300 Wp Skenario 1 Surya
dengan baterai 1600 Ah. Baterai 72
3. Skenario 3 Panel
24
Skenario 3 menggunakan variasi Skenario 2 Surya
kapasitas panel surya 600 Wp Baterai 24
dengan baterai 540 Ah. Panel
12
4. Skenario 4 Skenario 3 Surya
Skenario 4 menggunakan variasi Baterai 72
kapasitas panel surya 600 Wp Panel
12
dengan baterai 1600 Ah. Skenario 4 Surya
Masing-masing skenario tersebut Baterai 24
disimulasikan dengan menggunakan Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat
PVSyst untuk memperoleh hasil produksi bahwa jumlah komponen penyusun PLTS
energi. Produksi energi rancangan untuk semua skenario hampir sama yang
membedakan hanya kapasitas panel surya
pertahunnya diasumsikan mengalami
dan baterai yang digunakan pada masing-
penurunan sebanyak 0,7% setiap tahunnya masing skenario.
dan ditunjukkan pada Gambar 2.
Hasil Simulasi PVSyst dijadikan 4.3 RAB Rancangan PLTS di Adidaya
produksi tahun ke-0 dan penurunan Workshop
produksi dimulai pada tahun pertama. Empat skenario yang telah ditentukan
Penurunan produksi energi tahunan masing- sebelumnya dan berdasarkan Tabel 1
menghasilkan biaya investasi yang berbeda
masing skenario dipengaruhi oleh degradasi
akibat variasi kapasitas panel surya dan
dari panel surya yang diperoleh dari baterai yang digunakan. Tabel 2
datasheet panel surya. Pada rancangan ini

I.P. Dika Putra Ariantika, I.N. Setiawan, I.W. Sukerayasa 81


Jurnal SPEKTRUM Vol. 10, No. 3 September 2023

menunjukkan nominal rincian RAB untuk menghasilkan total CapEx terendah yaitu
masing-masing skenario. sebesar Rp 224.862.840 begitu juga dengan
Tabel 2. RAB Rancangan PLTS Off-Grid Skenario 1 menghasilkan total CapEx
pada Adidaya Workshop tertinggi yaitu sebesar Rp 255.140.880.
Nama Komponen Harga
A. Skenario I 4.4 Perhitungan Life Cycle Cost
Photovoltaic System Rp 29.058.880 Rancangan PLTS di Adidaya
Battery Storage System Rp 177.954.000 Workshop
Inverter and Accessories Rp 35.350.000
Kabel dan Proteksi Rp 2.778.000 Nilai LCC untuk rancangan PLTS
Service Rp 10.000.000 dapat dihitung dengan persamaan (1)
Total CapEx Rp 255.140.880 namun, untuk memperoleh nilai LCC
OpEx (1% CapEx) Rp 2.551.409 diperlukannya nilai diskonto yang
Tax (11%) Rp 28.346.152 dipengaruhi oleh suku bunga di Indonesia.
Grand Total Rp 286.038.441 Nilai suku bunga yang digunakan adalah
A. Skenario II rata-rata suku bunga 10 tahun senilai 5,46%
Photovoltaic System Rp 29.058.880 [15]. Kemudian setelah memperoleh nilai
Battery Storage System Rp 148.770.000 rata-rata suku bunga 10 tahun terakhir untuk
Inverter and Accessories Rp 35.350.000 memperoleh tingkat diskonto dapat dihitung
Kabel dan Proteksi Rp 2.778.000
Service Rp 10.000.000
dengan Persamaan (6) berikut ini [10]:
1
Total CapEx Rp 225.956.880 Diskonto = (1+𝑖)𝑛 (6)
OpEx (1% CapEx) Rp 2.259.569
Keterangan:
Tax (11%) Rp 25.103.809
Grand Total Rp 253.320.258 i: Suku Bunga (%)
A. Skenario III n: Tahun
Photovoltaic System Rp 27.964.840 Berdasarkan suku bunga tersebut
Battery Storage System Rp 177.954.000 nilai diskonto untuk menghitung LCC dapat
Inverter and Accessories Rp 35.350.000 dihitung dengan Persamaan (6) dan
Kabel dan Proteksi Rp 2.778.000 diperoleh nilai diskonto untuk estimasi umur
Service Rp 10.000.000 rancangan PLTS selama 20 tahun
Total CapEx Rp 254.046.840 ditunjukkan oleh Tabel 3.
Nama Komponen Harga Perhitungan tingkat diskonto tahun ke-1:
OpEx (1% CapEx) Rp 2.549.468 1
Tax (11%) Rp 28.224.604 Diskonto = (1+𝑖)𝑛
Grand Total Rp 284.811.912 1
Diskonto = (1+5,46%)1 = 0,948
A. Skenario IV
Photovoltaic System Rp 27.964.840 Tabel 3. Perhitungan Tingkat Diskonto
Battery Storage System Rp 148.770.000 selama 20 Tahun
Inverter and Accessories Rp 35.350.000 Tahun Suku Bunga Tingkat Diskonto
Kabel dan Proteksi Rp 2.778.000 0 5,46% 1
Service Rp 10.000.000 1 5,46% 0,948
Total CapEx Rp 224.862.840 2 5,46% 0,899
OpEx (1% CapEx) Rp 2.248.628 3 5,46% 0,853
Tax (11%) Rp 24.982.262 4 5,46% 0,808
Grand Total Rp 252.093.730 5 5,46% 0,767
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh bahwa 6 5,46% 0,727
Skenario 4 menghasilkan total RAB 7 5,46% 0,689
terendah diantara skenario lainnya yaitu 8 5,46% 0,654
sebesar Rp 252.093.730. Sedangkan total 9 5,46% 0,620
RAB tertinggi dihasilkan oleh Skenario 1 10 5,46% 0,588
yaitu sebesar Rp 286.038.441. Total RAB 11 5,46% 0,557
yang dihasilkan oleh masing-masing 12 5,46% 0,528
skenario diperoleh dari penjumlahan antara 13 5,46% 0,501
Total CapEx, OpEx, dan Tax. 14 5,46% 0,475
15 5,46% 0,450
Total RAB yang dibutuhkan oleh
16 5,46% 0,427
setiap skenario didominasi oleh pembelian
17 5,46% 0,405
komponen. Oleh karena itu, total RAB 18 5,46% 0,384
sangat dipengaruhi oleh CapEx dapat dilihat 19 5,46% 0,364
pada Tabel 2 bahwa dengan Total RAB 20 5,46% 0,345
terendah pada Skenario 4 juga

I.P. Dika Putra Ariantika, I.N. Setiawan, I.W. Sukerayasa 82


Jurnal SPEKTRUM Vol. 10, No. 3 September 2023

Setelah tingkat diskonto diperoleh, Tabel 6. LCC Rancangan PLTS Off-Grid


untuk menghitung nilai LCC pada rancangan pada Adidaya Workshop
PLTS diperlukan nilai present value dari Skenario LCC
OpEx dan biaya penggantian komponen dari 1 Rp 417.032.995
masing-masing skenario yang dapat 2 Rp 364.193.090
dihitung dengan persamaan (2) dan (3). 3 Rp 415.807.770
Biaya Opex diperoleh dari Tabel 2, 4 Rp 362.967.865
sedangkan untuk biaya penggantian
komponen diperoleh dari estimasi 4.5 Perhitungan Cost of Energy
berdasarkan datasheet pada masing- Rancangan PLTS di Adidaya
masing komponen. Berdasarkan datasheet Workshop
tersebut diperoleh bahwa akan dilakukan Cost of Energy atau biaya
penggantian baterai pada tahun ke-8 dan 16 pembangkitan energi dapat dihitung dengan
serta penggantian inverter pada tahun ke- Persamaan (5). Estimasi kebutuhan energi
15. Nilai present value Opex dan listrik di Adidaya Workshop per hari sebesar
penggantian komponen ditunjukkan pada 27,556 kWh/hari sehingga kebutuhan energi
Tabel 4 dan 5. tahunan di Adidaya Workshop dihitung
Perhitungan present value OpEx untuk sebagai berikut:
skenario 1: E = Kebutuhan Energi Harian × 365 hari
MPW = A [
(1+i)n −1
] E = 27,556 kWh⁄hari × 365 hari
n
i(1+i)
(1 + 5,46%)20 − 1 E = 10.057,94 kWh
MPW = Rp 2.551.409 [ ] Setelah diperoleh kebutuhan energi
5,46%(1 + 5,46%)20 tahunan di Adidaya Workshop, nilai CoE
MPW = Rp 30.591.757 untuk masing-masing skenario ditunjukkan
Tabel 4. Present Value OpEx pada Tabel 7.
Skenario Present Value OpEx Perhitungan CoE untuk skenario 1:
1 Rp 30.591.757 5,46%(1 + 5,46%)20
2 Rp 27.092.554 Rp 417.032.995 × [ ]
(1 + 5,46%)20 − 1
3 Rp 30.460.573 CoE =
10.057,94 kWh
4 Rp 26.961.370
Perhitungan present value biaya CoE = Rp 3.458 /kWh
penggantian komponen PLTS untuk Tabel 7. Nilai CoE Rancangan PLTS Off-
skenario 1: Grid pada Adidaya Workshop
1 Skenario Cost of Energy
R PW = B [(1+i)n]
1 Rp 3.458 /kWh
1 2 Rp 3.019 /kWh
R PW = Rp 380.208.000 [ ]
(1 + 5,46%)20 3 Rp 3.447 /kWh
R PW = Rp 131.300.358 4 Rp 3.009 /kWh
Tabel 5. Present Value Biaya Penggantian Skenario 1 menghasilkan CoE yang
Komponen PLTS paling tinggi, hal ini berarti bahwa harga
Present Value Biaya pembangkitan energi dengan skenario 1
Skenario Penggantian membutuhkan biaya yang paling mahal yaitu
Komponen sebesar Rp 3.458/kWh. Sedangkan
1 Rp 131.300.358 skenario 4 menghasilkan CoE yang paling
2 Rp 111.143.656 rendah, yang berarti bahwa pembangkitan
3 Rp 131.300.358 energi dengan skenario 4 membutuhkan
4 Rp 111.143.656 biaya yang paling rendah yaitu sebesar Rp
Nilai LCC dapat dihitung dengan 3.009/kWh.
menjumlahkan nilai CapEx dan present Besarnya biaya pembangkitan energi
value dari OpEx dan biaya penggantian per-satu wattpeak diperoleh dari pembagian
komponen yang ditunjukkan pada Tabel 4 antara total CapEx masing-masing skenario
dan 5. Nilai LCC untuk masing-masing dengan besarnya energi yang dibangkitan
skenario ditunjukkan oleh Tabel 6. olleh PLTS yaitu sebesar 7200 Wp. Tabel 8
Perhitungan LCC untuk skenario 1: merupakan tabel yan menunjukkan biaya
LCC = C + MPW + R PW yang dibutuhkan untuk membangkitkan
LCC = Rp 255.140.880 + Rp 30.591.757 energi pe-satu wattpeak pada rancangan ini.
+ Rp 131.300.358
LCC = Rp 417.032.995

I.P. Dika Putra Ariantika, I.N. Setiawan, I.W. Sukerayasa 83


Jurnal SPEKTRUM Vol. 10, No. 3 September 2023

Tabel 8. Nilai CoE per-kWp Rancangan Namun, nilai NPV yang paling baik adalah
PLTS Off-Grid pada Adidaya Workshop skenario 4 karena paling mendekati 0.
Skenario Cost of Energy
1 Rp 35.436.233/kWp 5. KESIMPULAN
2 Rp 31.382.900/kWp Berdasarkan hasil perhitungan dan
3 Rp 35.284.283/kWp analisa ekonomi pada rancangan PLTS Off-
4 Rp 31.230.950/kWp Grid pada Adidaya Workshop Jakarta Barat,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
4.6 Perhitungan Net Present Value 1. Skenario 1 menghasilkan jumlah RAB
Rancangan PLTS di Adidaya atau biaya investasi tertinggi yaitu
Workshop senilai Rp 286.038.441 sedangkan
Nilai NPV dapat dihitung dengan untuk jumlah RAB terendah
persamaan (4). Nilai Net Cash Flow (NCF) dihasilkan oleh skenario 4 yaitu
dapat diperoleh dari biaya penghematan senilai Rp 252.093.730. Skenario 4
yang diasumsikan sebagai arus kas masuk menghasilkan NPV terendah yaitu
dengan biaya penggantian komponen senilai -Rp 251.285.665 sedangkan
sebagai arus kas keluar. NPV tertinggi dihasilkan oleh skenario
Biaya penghematan energi diperoleh 1 yaitu senilai -Rp 316.734.509.
dari perkalian antara produksi energi pada 2. Biaya pembangkitan energi dari
Tabel 1 dengan biaya energi PLN yaitu rancangan PLTS Off-Grid pada
sebesar Rp 1.444,4 /kWh. Kumulatif PVNCF Adidaya Workshop terendah
untuk masing-masing skenario ditunjukkan dihasilkan oleh Skenario 4 yaitu
oleh Tabel 9. senilai Rp 3.009/kWh atau setara
Perhitungan NCF Skenario 1 tahun ke-1: dengan Rp 31.230.950/kWp.
NCF = Arus kas masuk − Arus kas keluar
NCF = Rp 14.324.711 − 0 6. DAFTAR PUSTAKA
NCF = Rp 14.324.711
[1] Badan Pusat Statistik Provinsi DKI
Perhitungan NCF dilanjutkan hingga
Jakarta, “Jumlah Perusahaan, Tenaga
tahun ke-20 untuk menghitung nilai Kerja, Investasi, dan Nilai Produksi
kumulatif PVNCF pada Tabel 9 diperoleh pada Industri Besar dan Sedang
dari NCF masing-masing skenario setiap Menurut Kabupaten/Kota 2018-2020,”
tahunnya dikalikan dengan tingkat diskonto 2020. [Online]. Available:
pada Tabel 4. https://jakarta.bps.go.id/indicator/9/22
Tabel 9. Kumulatif PVNCF Rancangan 6/1/jumlah-perusahaan-tenaga-kerja-
PLTS Off-Grid di Adidaya Workshop investasi-dan-nilai-produksi-pada-
Skenario ∑PVNCF industri-besar-dan-sedang-menurut-
1 -Rp 61.593.629 kabupaten-kota.html. [Diakses 14 Juni
2 -Rp 26.554.001 2023].
3 -Rp 61.462.452 [2] A. Sukarni, I. D. Sara dan M. Gapy,
4 -Rp 26.422.824 “Load Shedding Controller Pada
Setelah memperoleh nilai kumulatif Beban Rumah Tangga Berbasis
dari PVNCF nilai NPV dihitung dengan Mikrokontroller Arduino Uno,”
persamaan (4) dan NPV masing-masing KITEKTRO: Jurnal Online Teknik
skenario ditunjukkan oleh Tabel 10. Elektro Universitas Syiah Kuala, vol. 2,
Tabel 10. NPV Rancangan PLTS Off-Grid no. 3, pp. 85-90, 2017.
di Adidaya Workshop [3] Statistik Ketenagalistrikan, Dirjen
Skenario NPV Ketenagalistrikan, Kementerian
1 -Rp 316.734.509 ESDM, “Badan Pusat Statistik
2 -Rp 252.510.881 Indonesia,” 2020. [Online]. Available:
3 -Rp 315.509.292 https://www.bps.go.id/indikator/indikat
4 -Rp 251.285.665
or/view_data/0000/data/1156/sdgs_7/
Berdasarkan Tabel 10 diperoleh NPV 1. [Diakses 26 Desember 2022].
yang dihasilkan oleh semua skenario
bernilai kurang dari 0 yang berarti [4] Tim Sekretaris Jenderal Dewan Energi
perancangan PLTS Off-grid di Adidaya Nasional, Outlook Energi Indonesia
Workshop tergolong tidak layak secara 2022, Jakarta: Dewan Energi
ekonomi karena memperoleh kerugian. Nasional, 2022.

I.P. Dika Putra Ariantika, I.N. Setiawan, I.W. Sukerayasa 84


Jurnal SPEKTRUM Vol. 10, No. 3 September 2023

[5] T. Artiningrum dan J. Havianto, [14] B. M. Pangaribuan, I. A. D. Giriantari


“Meningkatkan Peran Energi Bersih and I. W. Sukerayasa, "Desain PLTS
Lewat Pemanfaatan Sinar Matahari,” Atap Kampus Universitas Udayana:
Geoplanart, vol. 115, no. 2, p. 100, Gedung Rektorat," Jurnal
2019. SPEKTRUM, vol. 7, no. 2, pp. 90-100,
[6] I. N. Setiawan dan I. A. D. Giriantari, 2020.
Sistem Surya Fotovoltaik Module [15] Badan Pusat Statistik, “BI Rate,”
Training Versi 1, CoE CORE Udayana, [Online]. Available:
2016. https://www.bps.go.id/indicator/13/379
[7] I. K. W. Astawa, I. A. D. Giriantari dan /1/bi-rate.html. [Diakses 22 Juni 2023].
I. W. Sukerayasa, “Studi Ekonomis
Penggunaan PLTS Rooftop 3 kWp
Frameless With On-grid System Pada
Pelanggan R/4400 VA,” SPEKTRUM,
vol. 8, no. 4, pp. 73-83, 2021.
[8] Paikun, D. Sadikin, A. I. B. Nova, A.
Kadarisman dan M. Lestari, “Model
Program Bill of Quantity
Pembangunan Rumah Sederhana,”
Rekayasa, vol. 4, 2017.
[9] T. Yuwanto, “Analisis Tekno Ekonomi
Biaya Capex dan Opex Implementasi
Jaringan Long Term Evolution Area
Banten,” Jurnal Telekomunikasi dan
Komputer, vol. 8, no. 1, pp. 1-20, 2017.
[10] F. Hidayat, B. Winardi dan A. Nugroho,
“Analisis Ekonomi Perencanaan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS) di Departemen Teknik Elektro
Universitas Diponegoro,”
TRANSIENT, vol. 7, no. 4, pp. 875-
882, 2018.
[11] A. A. Lazou dan A. D. Papatsoris, “The
Economics of Photovoltaic Stand-
Alone Reidential Household : A Case
Study for VariousEuropean and
Mediterranean Locations,” Solar
Energy Materials and Solar Cells, vol.
62, no. 4, pp. 411-427, 2000.
[12] I. Sugirianta, I. Giriantari dan I. S.
Kumara, “Analisa Keekonomian Tarif
Listrik Pembangkit Listrik Tenaga
Surya 1 MWP Bangli dengan Metode
Life Cycle Cost,” Teknologi Elektro,
vol. 15, no. 2, pp. 121-126, 2016.
[13] J. Windarta, S. Handoko, K. N. Irfani,
S. M. Masfuha dan C. H. Itsnareno,
“Analisis Teknis dan Ekonomis
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Off-
grid Menggunakan Software PVSyst
untuk Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Coffeeshop
Remote Area,” TEKNIK, vol. 42, no. 3,
pp. 290-298, 2021.

I.P. Dika Putra Ariantika, I.N. Setiawan, I.W. Sukerayasa 85

Anda mungkin juga menyukai