Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktik kerja lapangan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi bagi
seorang mahasiswa S1 teknik (engineer). Disamping itu, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) juga menuntut setiap lulusan perguruan tinggi untuk lebih aktif
mengembangkan potensi dan pengetahuan yang dimilikinya. Sebagian dari potensi
tersebut dapat diperoleh dari pembelajaran yang diterima di bangku perkuliahan yang
berupa pembelajaran teoritis. Namun, perkuliahan yang diberikan tidak akan cukup untuk
menghadapi perkembangan IPTEK yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, lulusan
perguruan tinggi dituntut untuk mampu mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang
dimilikinya untuk mengenal masalah yang tengah terjadi di lapangan, menganalisis
masalah tersebut serta memberikan pilihan terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Berdasar uraian yang telah dijabarkan, jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya mensyaratkan mata kuliah KKN-P sebagai mata kuliah wajib bagi
seluruh mahasiswa S1 Teknik Elektro sebagai praktik kerja lapangan. Melalui mata kuliah
tersebut, diharapkan agar mahasiswa dapat mulai belajar untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang dimilikinya dalam dunia kerja. Mahasiswa diharapkan dapat
memperoleh berbagai pengalaman teknis, ilmu, dan wawasan dalam dunia kerja mengenai
segala sesuatu yang berhubungan dengan bidang elektroteknik. Selain untuk memenuhi
kewajiban akademik, diharapkan kegiatan tersebut dapat menambah pengetahuan tentang
dunia industri sehingga mahasiswa mempunyai pandangan tentang arah dan tujuan
perkembangan teknologi dan mampu memupuk kreativitas sehingga dapat memahami
permasalahan yang terjadi di dunia industri dan mampu menumbuhkan ide-ide baru yang
nantinya berguna bagi kemajuan perkembangan IPTEK di Indonesia yang akan
menunjang perkembangan dunia industri.
PT. PERTAMINA (Persero) merupakan salah satu perusahaan yang berstatus
BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang mengolah minyak mentah dan menghasilkan
berbagai macam produk yang terbesar di Indonesia saat ini, yang secara langsung
mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat dan juga akan berdampak terhadap
perekonomian secara makro. Ditunjang juga dengan kenyataan bahwa dalam melakukan
kegiatan operasionalnya, PT. PERTAMINA (Persero) telah menerapkan teknologi yang
maju untuk tercapai kualitas produk yang baik. PT. PERTAMINA (Persero) juga sangat
menjunjung tinggi Safety, Health, Environment Quality di keseharian pengoperasian
pabrik dan proses produksi. PT. PERTAMINA (Persero) memiliki sistem elektrik yang
erat kaitannya dengan materi-materi yang diberikan dalam perkuliahan di Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Dengan demikian, adanya kerja praktek di
PT. PERTAMINA (Persero) diharapkan mampu membantu mahasiswa untuk belajar
mengenali dunia kerja yang kelak akan dihadapi.
Dalam upaya menjaga kehandalan dan keamanan sistem kelistrikan PT PERTAMINA
(Persero), dibutuhkan suatu sistem proteksi yang terintegrasi . Power Plant adalah bagian
vital perusahaan yang berfungsi sebagai pemasok daya untuk berlangsungnya kegiatan
pengolahan minyak. Penggunaan sistem proteksi yang mutakhir menjadi suatu kebutuhan
wajib untuk menjaga Power Plant untuk selalu bekerja sebagaimana seharusnya.
Suatu sistem proteksi tidak lepas dari penggunaan circuit breaker. PT PERTAMINA
menggunakan tiga tipe circuit breaker yaitu Air Circuit Breaker (ACB), Oil Circuit Breaker
(OCB), dan SF
6
Circuit Breaker dengan OCB sebagai circuit breaker yang paling banyak
digunakan. Circuit Breaker tersebut digunakan untuk memproteksi berbagai macam peralatan
listrik yang terhubung dengan Power Plant. Pada kenyataannya penggunaan OCB masih
menimbulkan beberapa kelemahan dalam hal proteksi maupun sisi ekonomis, seperti
pergantian media minyak diala dan masalah kebocoran OCB yang kerap terjadi. Sehingga
pada tahun 2012, PT PERTAMINA melakukan pergantian dari OCB ke teknologi circuit
breaker terbaru yaitu Vacuum Circuit Breaker (VCB) khususnya pada Power Plant 1 (PP 1).
Vacuum Circuit Breaker adalah circuit breaker yang dianggap lebih handal karena
menggunakan media vacuum sebagai isolatornya.
Tulisan ini bertujuan untuk membahas pergantian media isolasi circuit breaker yang
awalnya berupa minyak menjadi vakum. Maka dari itu pada Kuliah Kerja Nyata - Praktek
(KKN-P) ini kami mengambil judul Retrofit Circuit Breaker 6,6 kV dari Oil Circuit Breaker
ke Vacuum Circuit Breaker Power Plant 1 dan 2 PT. PERTAMINA (Persero) REFINERY
UNIT V BALIKPAPAN .

1.2 Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
1.2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan selama dua bulan pada tanggal
29 Juli - 29 September 2013 di PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan,
Kalimantan Timur.
1.2.2 Maksud dan Tujuan Praktik Kerja Lapangan
Adapun maksud dan tujuan penulisan Laporan Kerja Praktik ini adalah :
1.2.2.1 Tujuan Umum
1. Memenuhi syarat kelulusan Sarjana Teknik Elektro Universitas Brawijaya (TEUB).
2. Mengaplikasikan keprofesian pada bidang elektroteknik pada dunia kerja.
3. Mengetahui sejarah PT. PERTAMINA (Persero), organisasi perusahaan dan sistem
proses pengolahan dan produksi minyak.
4. Memperdalam lebih lanjut sistem tenaga listrik pada PT. PERTAMINA (Persero)
RU V Balikpapan, Kalimantan Timur.
5. Mendapatkan pengalaman kerja.
1.2.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui jenis-jenis circuit breaker yang digunakan oleh Power Plant 1 pada PT
PERTAMINA (Persero) RU V.
2. Mengetahui kehandalan sistem proteksi dengan menggunakan Oil Circuit Breaker
pada Power Plant 1 pada PT PERTAMINA (Persero) RU V.
3. Mengetahui perawatan dan pemeliharaan Oil Circuit Breaker pada Power Plant 1
pada PT PERTAMINA (Persero) RU V.
4. Mengetahui kehandalan sistem proteksi dengan menggunakan Vacuum Circuit
Breaker pada Power Plant 1 pada PT PERTAMINA (Persero) RU V.
5. Mengetahui perawatan dan pemeliharaan Vacuum Circuit Breaker pada Power Plant
1 pada PT PERTAMINA (Persero) RU V.
Membandingkan kehandalan penggunaan Oil Circuit Breaker dan Vacuum Circuit
Breaker pada Power Plant 1 pada PT PERTAMINA (Persero) RU V.
1.2.3 Batasan masalah
1. Pengambilan data untuk pergantian oil circuit breaker ke vacuum circuit breaker ini
hanya dilakukan pada wilayah Power Plant 1 dan 2.
1.2.4 Ruang Lingkup Kerja Praktik
Ruang lingkup praktik kerja lapangan di PT. PERTAMINA (Persero) RU V mencakup
kegiatan-kegiatan :
1. Orientasi mengenai PT. PERTAMINA (Persero) RU V secara umum.
2. Pengenalan struktur organisasi, tinjauan di lapangan dan kegiatan rutin di Electrical
and Instrument Inspection Engineering dan Maintenance Area di PT. PERTAMINA
(Persero) RU V.
3. Pembuatan tugas khusus dengan judul Retrofit Circuit Breaker 6,6 kV dari Oil
Circuit Breaker ke Vacuum Circuit Breaker Power Plant 1 dan 2 PT.
PERTAMINA (Persero) REFINERY UNIT V BALIKPAPAN ,
4. Pengenalan dan pembelajaran mengenai sistem proteksi listrik di PT. PERTAMINA
(Persero) RU V.
1.2.5 Metode Penulisan
Dalam pengerjaan laporan ini dilakukan beberapa metode, antara lain:
- Studi literatur dan pengamatan di lapangan, buku-buku teks yang berhubungan
dengan sistem proteksi dan data record serta manual book peralatan dari Electrical
and Instrument Inspection Engineering dan Maintenance Area.
- Studi lapangan, melihat masalah yang ada, kemudian melihat seperti apa yang ada
aktual di lapangan. Selain melihat keadaan aktual di lapangan, dilakukan juga
analisis dari desain awal (design drawing).
- Wawancara dan diskusi, dilakukan dengan pembimbing lapangan baik di Electrical
and Instrument Inspection Engineering maupun di Maintenance Area 1, 2, 3, dan 4.
- Diskusi dan konsultasi dengan pembimbing.
- Penyusunan laporan.
- Revisi laporan.
1.2.6 Tugas Praktik Kerja Lapangan
Tugas praktik kerja lapangan ini berisi laporan yang berjudul Retrofit Circuit Breaker
6,6 kV dari Oil Circuit Breaker ke Vacuum Circuit Breaker Power Plant 1 dan 2 PT.
PERTAMINA (Persero) REFINERY UNIT V BALIKPAPAN .
Pelaksana :
Nama Lengkap Atika Rahma Hadiana
Tempat, Tanggal Lahir Malang, 16 Februari 1992
NIM 105060304111003
Jurusan Teknik Elektro (Konsentrasi Teknik Tenaga Elektrik)
Fakultas Teknik
Institusi Universitas Brawijaya

Nama Lengkap Khairina Noor Astuti
Tempat, Tanggal Lahir Malang, 8 Juni 1992
NIM 105060300111013
Jurusan Teknik Elektro (Konsentrasi Teknik Tenaga Elektrik)
Fakultas Teknik
Institusi Universitas Brawijaya

Nama Lengkap Fitra Rahmat Indyanto
Tempat, Tanggal Lahir Balikpapan, 6 April 1992
NIM 105060300111011
Jurusan Teknik Elektro (Konsentrasi Teknik Tenaga Elektrik)
Fakultas Teknik
Institusi Universitas Brawijaya

1.2.7 Sistematika Laporan
Sistematika penyusunan laporan adalah sebagai berikut,
BAB KONTEN
I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Maksud dan Tujuan
3. Ruang Lingkup
4. Metode Pengambilan Data
5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
6. Pelaksana
7. Sistematika Laporan

II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Berisi tentang profil dan proses pengolahan pada PT. PERTAMINA
(Persero) Refinery Unit V Balikpapan.
III DASAR TEORI
Berisi tentang tinjauan pustaka yang digunakan untuk penyusunan laporan
KKN P.
IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang pembahasan mengenai Retrofit Circuit Breaker 6,6
kV dari Oil Circuit Breaker ke Vacuum Circuit Breaker Power Plant 1
dan 2 PT. PERTAMINA (Persero) REFINERY UNIT V BALIKPAPAN .

V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran.













BAB II
TINJAUAN PERUSAHAAN

2.1 PT. PERTAMINA (Persero)
PT. Pertamina (Persero) merupakan suatu perusahaan BUMN yang bergerak di
bidang eksplorasi dan pengolahan minyak serta gas bumi menjadi berbagai jenis bahan bakar
dan petrokimia. Sejarah berdirinya PT. Pertamina (Persero) dimulai pada tahun 1871, ketika
Jhon Reenik melakukan eksplorasi sumber minyak bumi pertama kali di Indonesia, tepatnya
di kaki Gunung Ceremai. Usaha eksplorasi yang dilakukan oleh Reenik ini mengalami
kegagalan. Lalu pada tanggal 15 Juni 1885, Aleko Jan Zooen Zijkler berhasil melakukan
proses pengeboran di Pangkalan Brandan dan menjadikan sumur minyak tersebut sebagai
sumur minyak komersial pertama di Indonesia.
Sejak keberhasilan Zjikler itulah usaha-usaha pengeboran minyak di berbagai daerah di
Indonesia mulai dilakukan. Beberapa usaha pengeboran minyak yang dilakukan antara lain di
Telaga Said (Sumatera Utara) pada tahun 1885, Krika (Jawa Timur) pada tahun 1887, Ledok
(Cepu) pada tahun 1901, dan Talang Akar (Pendopo) tahun 1921. Hal ini mendorong
tumbuhnya perusahan-perusahan minyak asing pada abad ke-19 antara lain:
a. AS (Andrian Stoop), pada tahun 1887
b. KNPC (Klininklijke Nederlandsche Petroleum Company), pada tahun 1890
c. STTC (Shell Transport and Trading Company), pada tahun 1890
d. TKSG (The Kloninklijke Shell Group), pada tahun 1894
e. BPM (Bataafsche Petroleum Company), pada tahun 1894
f. DPC (Dortsche Petroleum Company), pada tahun 1894
g. NKPM (Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij), pada tahun 1894
h. NPPM (Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij), pada tahun 1894
i. STANVAC (Standard Vacuum Oil), pada tahun 1933
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, berbagai upaya dilakukan
untuk mengambil ahli perusahaan-perusahaan asing yang menguasai minyak dan gas di
Indonesia. Pada tahun 1951, perusahaan minyak nasiaonal pertama di Indonesia didirikan
dengan nama PerusahaanTtambang Minyak Negara Republic Indonesia (PTMRI). Lalu pada
tanggal 10 Desember 1957, PT EMTSU diambil ahli oleh Indonesia dan dilakukan perubahan
nama menjadi PN PERMINA, dan tanggal ini ditetapkan sebagai hari lahirnya PT.
PERTAMINA (PERSERO). Pada tahun 1961, pemerintah mengeluarkan UU No. 44 Tahun
1961 yang menyatakan pembentukan tiga perusahaan Negara di bidang minyak dan gas yaitu:
a. PN PERTAMIN didirikan berdasarkan PP No. 3/1961
b. PN PERMINA didirikan berdasarkan PP No. 199/1961
c. PN PERMIGAN didirikan berdasarkan PP No. 199/1961
Pada tahun 1965, PN PERMIGAN dibubarkan dan semua kekayaan, yaitu sumur
minyak dan penyulingan di Cepu, diserahkan kepada Lemigas, sedangkan fasilitas
produksinya diserahkan kepada PN PERMINA dan fasilitas pemasarannya diserahkan kepada
PN PERTAMIN. Pada 1968, berdasarkan PP No. 27/ 1968, PN PERTAMIN dan PERMINA
digabung menjadi satu perusahaan yang menjadi pengelola tunggal dibidang industry minyak
dan gas bumi di Indonesia dan diberi nama Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi Nasional (PN PERTAMINA). Pada tahun 1971, PN PERTAMINA berubah nama
menjadi Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (PERTAMINA).

Gambar 2.1: Logo PT. PERTAMINA (Persero)

Elemen logo berbentuk huruf P yang secara keseluruhan menggambarkan bentuk
panah yang dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang bergerak maju dan progresif.
Warna-warni berani menunjukkan langkah besar PERTAMINA dan aspirasi
perusahaan akan masa depan yang lebih baik dan dinamis, dimana :
Biru : Dapat dipercaya dan bertanggung jawab
Hijau : Sumber daya energi berwawasan lingkungan
Merah : Keuletan, Kesungguhan, dan keberanian dalam
menghadapi berbagai tantangan.
Tulisan PERTAMINA dengan pilihan huruf yang mencerminkan kejelasan,
tranpirasi keberanian, dan kesungguhan dalam bertindak sebagai wujud positioning
PERTAMINA baru.

Sesuai akta pendiriannya, maksud dari Perusahaan Perseroan adalah untuk
menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar
negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak
dan gas bumi tersebut. Tugas utama PT. PERTAMINA diatur dalam UU No.8 Tahun 1971,
yaitu sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengusahaan minyak dan gas dalam arti seluas-luasnya, guna
memperoleh hasil sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan Negara.
2. Menyediakan dan melayani kebutuhan bahan-bahan minyak dan gas bumi dalam
negeri yang pelaksanaannya diatur dengan aturan pemerintah.
Pada tanggal 17 September 2003, berdasarkan UU No. 20 Tahun 2001 dan PP Noo.
31 Tahun 2003 PT. PERTAMINA berubah nama menjadi PT. Pertamina (Persero).
PT Pertamina (Persero) memiliki tugas-tugas pokok yang harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya sebagai berikut:
1. Eksplorasi dan Produksi
Kegiatan ini mencakup upaya pencarian lokasi yang memiliki potensi ketersediaan
minyak dan gas bumi, kemungkinan penambangannya, serta proses produksi menjadi
bahan baku untuk proses pengolahan
2. Pengolahan
Kegiatan ini tersusun dari proses-proses pemisahan dan pemurnian untuk mengolah
minyak dan gas mentah menjadi produk yang diinginkan seperti premium, solar,
kerosin, petrokimia, dan lain-lain
3. Pembekalan dan Pendistribusian
Kegiatan ini meliputi penampungan, penyimpanan, serta pendistribusian bahan baku
ataupun produk akhir yang siap dikirim.
4. Penunjang
Kegiatan penunjang mencakup segala kegiatan yang dapat menunjang
terselenggaranya kegiatan-kegiatan eksplorasi, produksi, pengolahan, pembekalan,
dan pendistribusian. Kegiatan penunjang ini diantaranya pengadaan penyukuhan
keselamatan kerja, dan lain lain.
PT. Pertamina (Persero) memiliki tujuh unit pengolahan (refinery unit), namun pada
tahun 2007, refinery unit I di Pangkalan Brandan berhenti beroperasi karena terdapat
permasalahan pada pasokan bahan umpan. Keenam unit pengolahan lain yang masih
beroperasi saat ini, yaitu:
1. Refinery unit II di Dumai-Sei Pakning, Riau.
2. Refinery unit III di Plaju-Sei Gerong, Sumatera Selatan.
3. Refinery unit IV di Cilacap, Jawa Tengah.
4. Refinery unit V di Balikpapan, Kalimantan Timur.
5. Refinery unit VI di Balongan, Jawa Barat.
6. Refinery unit VII di Kasim, Papua.

No. Refinery Unit Kapasitas (MBSD)
1 RU II Dumai 170.0
2 RU III Plaju 132.5
3 RU IV Cilacap 348.0
4 RU V Balikpapan 253.5
5 RU VI Balongan 125.0
6 RU VII Kasim 10.0
Tabel 2.1: Kapasitas Kilang PT. PERTAMINA (Persero)
(Sumber: http://www.pertamina.com/Refinery.aspx)

Gambar 2.2: Penyebaran Refinery unit PT. PERTAMINA (Persero)
(Sumber: http://spe-sc.ft.ugm.ac.id/w/wp-content/uploads/Presentasi-Oil-Refinery-Process-
rev0.pdf)

Gambar 2.3: Pengolahan Minyak Terbesar di Asia-Pasifik
(Sumber: http://spe-sc.ft.ugm.ac.id/w/wp-content/uploads/Presentasi-Oil-Refinery-Process-
rev0.pdf Facts EWCI; company website)
2.2 PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit V Balikpapan
Sejarah terbentuknya PT. PERTAMINA (Persero) berawal dari ditemukannya sumur
minyak di Sanga Sanga pada tahun 1897, pada tahun 1922 mulai dibangun kilang di
Balikpapan yang disebut Kilang Balikpapan I. Namun akibat Perang Dunia II kilang
mengalami kerusakan berat sehingga membutuhkan rehabilitasi pada tahun 1946. Kemudian
secara berturut-turut dibangun Penyulingan Minyak Kasar I (PMK I), Unit Penyulingan
Hampa I / Heavy Vacuum Unit I (HVU I), Wax Plant, PMK II, PMK III serta unit-unit yang
termasuk dalam proyek pembangunan Kilang Balikpapan II yaitu Hydro Skimming Complex
(HSC) dan Hydro Cracking Complex (HCC).
Kilang Refinery Unit (RU) V Balikpapan berlokasi di Teluk Balikpapan dan menempati
area seluas 2,5 km
2
. Awalnya RU V hanya dirancang untuk mengolah crude Handil dan
Bekapai, namun saat ini mengolah berbagai macam crude (mix crude) baik lokal maupun
impor, antara lain : Sepinggan, Senipah, Bunyu, Nanhai, Forchados, Belida, Bacho, dll.
2.2.1 Visi dan Misi PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit V
Visi
Menjadi kilang kebanggaan nasional yang mampu bersaing dan menguntungkan.
Misi
1. Mengelola operasional kilang secara aman, handal, efisien dan ramah lingkungan
untuk menyediakan kebutuhan energi yang berkelanjutan.
2. Mengoptimalkan fleksibilitas pengolahan untuk memaksimalkan valuable
product.
3. Memberikan manfaat kepada stakeholder.
2.2.2 Tata Letak PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit V
Letak suatu pabrik adalah salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan
suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya. Begitu pula dalam menentukan letak dari
suatu kilang. Penentuan letak kilang mempertimbangkan berbagai macam aspek yaitu letak
geografis, studi lingkungan, biaya produksi, biaya operasional, kebutuhan akan bahan bakar
minyak, sarana dan prasarana yang ada serta dampak sosial yang ditimbulkan.

Gambar 2.4 Peta PT. Pertamina RU V Balikpapan
Pemilihan kota Balikpapan di Propinsi Kalimantan Timur sebagai lokasi perluasan
kilang didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
1. Tersedianya pasokan minyak mentah yang cukup.
2. Tersedianya areal yang cukup luas untuk lokasi pabrik dan perkantoran.
3. Tersedianya sarana pelabuhan untuk distrubusi minyak mentah dan hasil
produksi.
4. Tepatnya lokasi untuk distribusi untuk tujuan pasar kawasan Indonesia Timur
mengingat produk dari kilang ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan BBM
dalam negeri di kawasan tersebut.
2.2.3 Produk PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit V
Produk-produk Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dihasilkan oleh Kilang Balikpapan
berupa: Motor Gasolin (Bensin/Premium), Kerosin (Minyak Tanah), Avtur, Solar, Minyak
Diesel, dan Fuel Oil. Sedangkan produk-produk non BBM berupa: Liquified Petroleum Gas
(LPG) dan Lilin (Wax).
PRODUK NO. ATOM C SPESIFIKASI KRITIS
LPG C3 C4 Kadar C3 dan C4, RVP, bau, C2, korosifitas
Gasoline C4 C12 ON, distilasi/EP, RVP, S, aromat, korosifitas
Jet Fuel/ Kero C8 C12 Freezing point, smoke point, flash point
ADO/Solar C12 C18 Cetane Index, distilasi/EP, S, korosifitas
Fuel Oil/Residu > C25 Viskositas, Sg
Tabel 2.2: Produk yang Dipasarkan
(Sumber: http://spe-sc.ft.ugm.ac.id/w/wp-content/uploads/Presentasi-Oil-Refinery-Process-
rev0.pdf)

Gambar 2.5: Diagram Pengolahan Produk
(Sumber: http://spe-sc.ft.ugm.ac.id/w/wp-content/uploads/Presentasi-Oil-Refinery-Process-
rev0.pdf)
Terdapat dua jenis proses pada kilang Refinery Unit V, yaitu :
1. Primary Process
Pada proses ini yang dilakukan adalah pemanasan dan pemisahan berdasrkan titik
didih pada tekanan atmosfer di Crude Distilation Unit IV.
2. Secondary Process
Long Residue yang dihasilkan pada Primary Process diolah di High Vacuum Unit II
(HVU II) dengan menggunakan tekanan vakum untuk menghasilkan Light Vacuum
Gas Oil (LVGO), High Vacuum Gas Oil (HVGO) dan Short Residue. Selanjutnya
dilakukan penambahan senyawa hidrogen dari Hydrogen Plant terhadap HVGO yang
keluar dari HVU II pada Hydro Cracker Unit (HCU). Kemudian akan dilakukan
pencampuran dengan komposisi yang sudah distandarkan berdasarkan persen volume
untuk mendapatkan produk yang diinginkan.
2.2.4 Proses-proses Utama di Refinery Unit V PT. PERTAMINA (Persero)
Tahap-tahap pengolahan minyak bumi di RU V :
1. Persiapan
Pada tahap ini dilakukan proses desalter, yaitu seperangkat unit/ alat yang
digunakan untuk membersihkan crude oil dari kontaminasi seperti garam-garam
mineral, ion-ion terlarut, dan solid yang terbawa ketika pengeboran minyak.
Minyak dari crude oil diemulsikan dengan air dan selanjutnya disambungkan
dengan plat yang dialiri arus listrik AC. Secara otomatis ion-ion yang terlarut
dalam emulsi minyak air tertarik ke kutub-kutub plat. Partikel air menjadi besar
sesuai dengan hukum gravitasi maka air tersebut akan jatuh ke dasar tangki
desalter.
Pada dasar tangki minyak dan air membentuk suatu batas permukaan antar
keduanya. Level indicator controller akan mengendalikan valve yang akan
membuka ketika ketinggian air mencapai kondisi tertentu dan dialirkan keluar
tangkai untuk diolah kembali. Tujuan dari proses ini adalah menghilangkan kadar
garam pada air dan mengeluarkan air yang tidak dibutuhkan.
2. Pemisahan
Crude Distilling Unit (CDU)


Gambar 2.6: Pemisahan Crude Oil Berdasarkan Titik Didih
(Sumber: http://spe-sc.ft.ugm.ac.id/w/wp-content/uploads/Presentasi-Oil-
Refinery-Process-rev0.pdf)

CDU merupakan proses awal dari fraksinasi crude oil dengan prinsip dasar
pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih komponen
penyusunnya. Efisiensi proses dapat dicapai tergantung pada tahap-tahap
sebagai berikut :
a. Mengolah minyak mentah dengan stabilizer untuk menghilangkan
kadar butana dengan tujuan membuat minyak semakin ringan.
b. Menyuplai minyak yang telah distabilkan ke fractionator yang
beroperasi pada tekanan atmosfer.
c. Menyuplai tingkatan minyak yang paling atas (titik didih paling tinggi)
dari tekanan menara atmosfer ke operasi pada high vacuum.
Dengan hanya memiliki CDU, LPG, naphtha, kerosene, dan diesel
diproduksi sebesar 50-60% dari volume feed, sedangkan 40-50% dialirkan
menuju High Vacuum Unit (HVU).
High Vacuum Unit (HVU)
High Vacuum Unit (HVU) berfungsi untuk memisahkan komponen dalam
CDU (Long Residu) sehingga dihasilkan produk LVGO (Light Vacuum
Gas Oil), MVGO (Medium Vacuum Gas Oil), HVGO (Heavy Vacuum Gas
Oil) dan Vacuum Residue. High Vacuum Unit (HVU) merupakan kolom
distilasi yang beroperasi pada tekanan vakum dengan menggunakan tipe
kolom packing.
3. Treating
Treating merupakan proses penghilangan kotoran pada minyak bumi.
Hydrotreating dan Demetalisasi
Hydrotreating adalah proses untuk mempercepat kestabilan produksi
minyak dan membuang elemen yang tidak dibutuhkan dengan
mereaksikan produk dengan hidrogen. Stabilisasi biasanya melibatkan
perubahan hidrokarbon tak jenuh. Elemen yang dibuang oleh proses
hydrotreating yaitu sulfur, nitrogen, oksigen, halida, dan logam sisa.
Hydrotreating dapat digunakan untuk rentang yang sangat besar dari nafta
ke minyak residu. Tujuan proses ini adalah pemurnian.

Gambar 2.7 : Diagram Proses Hydrotreating
(Sumber:
http://www.documentation.emersonprocess.com/groups/public_public_mm
isami/documents/application_guides/mc-00934.pdf)
4. Konversi
Hydrocracker
Hydrocracker adalah suatu proses pemisahan katalis yang dibantu dengan
adanya peningkatan tekanan parsial gas hidrogen. Seperti dengan
hydrotreater, hidrogen berfungsi untuk memurnikan aliran hidrokarbon
dari sulfur dan nitrogen heteroatom.
Produk dari proses ini adalah hidrokarbon jenuh yang tergantung pada
kondisi reaksi yang berkisar dari etana, LPG hidrokarbon berat yang
sebagian besar terdiri atas isoparafin. Hydrocracking biasanya difasilitasi
oleh katalis bifunctional yang mampu menata ulang dan merombak rantai
hidrokarbon serta menambahkan hidrogen untuk aroma dan olefin pada
produksi nafta dan alkana.
Fluid Catalystic Cracking (FCC)
Fluid Catalystic Cracking digunakan untuk mengubah pecahan
hidrokarbon yang memiliki berat molekul dan titik didih yang tinggi untuk
meningkatkan kualitas gasoline, gas olefinic, dan produk lainnya dengan
peningkatan peningkatan nilai oktan.
Visbreaker
Visbreaker bertujuan untuk mengurangi jumlah minyak residu yang
dihasilkan pada distilasi crude oil dan untuk meningkatkan hasil pada nilai
lebih tinggi. Visbreaker dapat memisahkan molekul hidrokarbon pada
minyak dengan memanaskan tungku untuk mengurangi viskositas dan
menghasilkan jumlah hidrokarbon ringan yang lebih sedikit. Proses ini
merupakan proses tanpa menggunakan katalis.
Hydrogen Plant
Hydrogen Plant memproduksi hidrogen murni yang dibutuhkan untuk
pasokan Hydrocracker Reaction Unit, Gas Oil Unit, dan Naphtha.Jet
Hydrotreating Unit pada suatu unit pengolahan atau peningkatan. Metode
yang paling sering digunakan untuk memproduksi hidrogen adalah proses
pembentukan uap. Tahap utama proses meliputi reaksi penguapan dengan
hidrokarbon melalui katalis pada suhu 750-800C (1380-1470F) untuk
membentuk hidrogen dan karbon dioksida.
Tahap utama pembentukan hidrogen:
a. Pemurnian: pembuangan material yang tidak dibutuhkan seperti sulfur
dan klorida
b. Pembentukan uap: tekanan dan temperatur tinggi merupakan desain
proses pembentukan uap yang dapat menghasilkan hidrogen.
c. Shift Conversion: karbon monoksida bereaksi dengan uap untuk
menghasilkan karbon dioksida dan hidrogen tambahan. Proses ini
terdiri atas dua tahap yaitu High Temperature Shift (HTS) dan Low
Temperature Shift (LTS)
d. Pemurnian produk: Unit Pressure Swing Absorption (PSA) digunakan
untuk memproduksi hidrogen sebesar 99,99%.
5. Perbaikan Kualitas
Hydrotreater
Hydrotreater adalah unit yang membuang sulfur dan nitrogen dari
komponen crude oil dengan menggunakan tambahan katalis hidrogen.
Hydrotreater mengurangi jumlah hidrokarbon yang beraroma yang dapat
menghasilkan asap pada jet kerosene dan mengurangi nilai oktan bahan
bakar untuk perbaikan kualitas.
6. Proses-proses Lain
Polimerisasi
Polimeriasi adalah reaksi kombinasi material tak jenuh menghasilkan
produk dengan berat molekul lebih tinggi daripada sebelumnya. Dengan
mekanisme ini suatu etilena atau propilena dapat membentuk hidrokarbon
dalam range gasolin. Secara umum, proses polimerisasi dapat dibedakan
menjadi; polimerisasi termal dan polimerisasi katalitik. Katalis yang
banyak digunakan dalam proses ini antara lain adalah asam sulfat (H
2
SO
4
)
dan asam pospat (H
3
PO
4
).
Isomerisasi
Isomerisasi adalah suatu usaha untuk menaikkan angka oktan pada produk
minyak bumi. Sebelum mengalami isomerisasi, produk harus terlebih
dahulu dipastikan tidak mengandung sulfur dengan proses desulfurisasi
katalitik dan distilasi kering.
Tujuan proses-proses di atas adalah polimerisasi, aromatisasi, dan filtrasi.

Gambar 2.8 : Diagram Alir Proses Pengolahan Secara Umum
(Sumber:
http://www.documentation.emersonprocess.com/groups/public_public_mm
isami/documents/application_guides/mc-00934.pdf)

2.2.5 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA RU V


Gambar 2.9 : Struktur Organisasi PT PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan
2.2.6 Pendukung di Refinery Unit V
Selain Refinery Plant, PT. PERTAMINA (Persero) RU V juga memiliki sarana
pendukung lain untuk keperluan pengoperasian kilang lain seperti Terminal Minyak,
Pembangkit Listrik, Water Treatment dan lain-lain yang lebih jelas diberikan sebagai
berikut :
1. Terminal Lawe Lawe
Terminal ini merupakan sarana penampung minyak mentah yang akan
diolah di Kilang Balikpapan II, baik minyak mentah yang dating dari dalam
negeri maupun dari luar negeri. Minyak mentah tersebut diangkut oleh kapal
tanker yang berkapasitas sekitar 135.000 DWT, diterima melalui Single
Buoy Mooring dan kemudian ke Terminal Lawe Lawe melalui pipa bawah
laut dan darat sepanjang 17km dan ditampung di tangki penampung.
Tangki tangki yang saat ini berjumlah 8 buah dengan kapasitas 800.000
barrel menyuplai minyak melalui pipa darat sepanjang 15 km ke Penajam
dan seterusnya melalui pipa bawah laut sepanjang 4,5 km menuju Kilang
Balikpapan merupakan minyak berupa campuran (Cocktail Crude).
2. Powerplant Utilities dan Water Treatment Plant
Meliputi beberapa unit pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan total
kapasitas sekitar 79,5 MW dan kapasitas produksi steam sekitar 725 ton/jam.
Unit penjernihan air dengan kapasitas total 17 m/jam. Sarana lain adalah Unit
Sea Water Desalination yang dibangun untuk menambah persediaan air
utilities. Hal ini untuk menjaga agar selalu tersedia air yang cukup tanpa
dipengaruhi musim kemarau yang sering mengakibatkan air utilities dari
sumber berkurang. Unit ini memiliki kapasitas 300 m/jam. Air yang
diproduksi dialirkan ke berbagai tujuan, dan yang paling utama adalah
disalurkan ke boiler menjadi steam untuk digunakan sebagai penggerak
turbin pada power plant. Energi dari power plant inilah yang mendukung
semua kegiatan kilang.
3. Tangki Penyimpanan
Merupakan tempat penimbunan sementara untuk minyak mentah yang akan
diproses dan BBM yang merupakan hasil produksi. Terdapat 25 tangki
untuk minyak mentah dengan kapasitas sebesar 1.876 MB, tangki produksi
tersedia sekitar 80 buah dengan kapasitas 5.858 MB dan untuk
penampungan produk LPG sekitar 2 tangki dengan tangki kapsitas 83 MB.
4. Ruang Pusat Pengendali Kilang (RPPK) dan Laboratorium
RPPK sebagai pusat pengendali kegiatan di kilang dengan sistem komputer
/Distributed Control System (DCS) dan laboratorium untuk quality control
yang meliputi semua produk RU V.
5. Dermaga
Dermaga merupakan sarana bongkar muat minyak mentah dan BBM yang
terdiri dari 5 dermaga untuk tangker dan 3 dermaga kargo yang mampu
disandari oleh kapal tangker dengan kapasitas 35.000 DWT.
6. Lindungan Lingkungan dan Keselamatan Kerja
Sarana ini meliputi satuan unit pemadam kebakaran yang dilengkapi dengan
berbagai jenis mobil pemadam kebakaran, kapal pemadam kebakaran, serta
peralatan untuk penanggulangan pencemaran lingkungan.
Untuk sarana lingkungan meliputi :
Flare System, untuk membakar gas buangan hasil proses pengolahan
minyak.
Incenerator, untuk membakar gas-gas beracun hasil proses pengolahan.
Effluent Water Treatment Plant (EWTP), berfungsi untuk mengolah air
limbah dari proses dan memisahkan kandungan-kandungan impurities yang
ada sebelum air limbah dialirkan ke laut.
Sour Water Stripper Unit (SWS), untuk memisahkan gas-gas beracun dari
air proses pengolahan minyak.
Oil Bom, untuk menanggulangi pencemaran di perairan.
7. Laboratorium
Berfungsi sebagai quality control, meliputi laboratorium produk cair untuk
produk steam maupun produk jadi (finish product) dari BBM dan Non
BBM, laboratorium produk gas, serta laboratorium crude oil yang merupakan
tempat penelitian dan pengembangan yang ada hubungannya dengan
pengolahan minyak.



BAB III
DASAR TEORI
3.1 Prinsip Kerja Circuit Breaker
Circuit breaker (CB) adalah saklar elektrik otomatis yang dirancang untuk
memproteksi rangkaian listrik dari gangguan yang disebabkan beban lebih atau hubung
singkat. Kegunaan utamanya adalah mendeteksi gangguan dan interrupt current flow. Tidak
seperti fuse yang hanya beroperasi sekali dan harus diganti setelah bekerja, CB dapat
digunakan kembali untuk beroperasi secara normal. Terdapat berbagai macam ukuran CB,
yaitu CB berukuran kecil untuk proteksi rumah tangga sampai CB berukuran besar untuk
proteksi rangkaian tegangan tinggi.
3.1.1 Operasi
Semua CB memiliki ciri-ciri umum dalam operasinya menurut tingkat kenaikan
tegangan, rating arus dan tipe CB. CB harus mampu mendeteksi keadaan gangguan, pada CB
tegangan rendah biasanya bekerja secara otomatis tanpa membutuhkan device tambahan.
Pada CB untuk tegangan tinggi biasanya memiliki perangkat tambahan untuk mendeteksi
arus gangguan dan beroperasi dengan mekanisme trip opening. Trip solenoid biasanya
mendapat energi dari sumber baterai terpisah untuk membuka kuncian., walaupun beberapa
CB tegangan tinggi dilengkapi dengan transformator arus, relay proteksi, dan sumber daya
internal.
Ketika gangguan terdeteksi, kontak pada CB harus membuka untuk memutus
rangkaian. Energi yang dibutuhkan untuk memutus kontak CB berasal dari energi mekanis
yang berasal dari pegas atau tekanan udara dan berasal dari energi yang dihasilkan dari arus
gangguan itu sendiri.
Kontak pada CB harus melewatkan arus beban tanpa menghasilkan panas dan harus
tahan dengan temperatur busur listrik saat membuka rangkaian. Kontak terbuat dari tembaga,
perak, atau bahan dengan konduktivitas yang tinggi. Usia kontak terbatas karena adanya erosi
yang disebabkan oleh busur listrik saat memutus arus.
Busur listrik timbul ketika terjadi pemutusan arus dan harus dipadamkan sehingga
celah antara kontak dapat menahan tegangan rangkaian. Beberapa cara yang digunakan untuk
memadamkan busur listrik adalah dengan menggunakan vakum, udara, gas, atau minyak.
Teknik lain yang digunakan untuk memutuskan busur listrik adalah sebagai berikut :
Defleksi busur listrik
Pendinginan secara intensif
Membagi busur listrik menjadi beberapa bagian
Pemadaman titik nol
Menghubungkan kapasitor secara paralel dengan kontak pada rangkaian DC
3.1.2 Pemadaman Busur Listrik
Miniature Circuit Breaker (MCB) menggunakan medium udara untuk memutuskan
busur listrik. Untuk rating tegangan yang lebih besar digunakan piringan logam untuk
membagi dan mendinginkan busur listrik. Kumparan magnetik atau magnet permanen
mendefleksikan busur ke dalam bentuk parasut.
Pada rating yang lebih tinggi Oil Circuit Breaker (OCB) bergantung pada penguapan
sebagian minyak untuk menyemprotkan minyak ke busur listrik.
CB yang menggunakan media gas (biasanya SF
6
) terkadang menarik busur
mengusgunakan medan magnet namun tergantung pada kekuatan dielektrik dari SF6 itu
sendiri untuk memadamkan busur listrik.
Busur listrik yang terjadi pada CB yang menggunakan media vakum memiliki panjang
minimal sehingga busur segera padam ketika ditarik 2-3 mm. Vacuum Circuit Breaker
(VCB) biasanya digunakan untuk switchgear modern dengan tegangan menengah hingga
35.000 volt.
Air Circuit Breaker (ACB) menggunakan tekanan udara untuk memadamkan busur
listrik.
CB biasanya dapat memutus arus secara cepat. Secara umum busur listrik dipadamkan
pada waktu 30 ms hingga 150 ms setelah terjadi trip rangkaian, tergantung pada usia
konstruksi perangkat.
3.1.3 Arus Hubung Singkat
CB diatur sedemikian rupa untuk melewatkan arus normal dan arus maksimum hubung
singkat sehingga dapat memutuskan gangguan secara aman.
Pada kondisi hubung singkat, besar arus dapat beberapa kali lebih besar dari arus
normal. Ketika kontak terbuka untuk memutuskan arus yang besar, ada kecenderungan
terjadi busur listrik di antara kontak yang terbuka, yang mana dapat melewatkan arus.
Kondisi ini dapat menyebabkan gas-gas yang terionisasi bersifat konduktif dan melelehkan
logam yang dapat menyebabkan busur listrik terjadi terus-menerus hingga berpotensi untuk
menghasilkan ledakan pada CB dan perangkat yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu
CB harus mampu bekerja sama dengan perangkat lain untuk memadamkan busur listrik.
3.1.4 Jenis-jenis Circuit Breaker
Jenis circuit breaker dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan tingkat tegangan,
tipe konstruksi, dan media isolasi.
Tingkat Tegangan
1. Circuit Breaker Tegangan Rendah
Tegangan rengah (kurang dari 1000 volt AC) untuk rumah tangga dan aplikasi
industri menggunakan CB sebagai berikut:
a. Miniature Circuit Breaker (MCB) yang memiliki arus nominal tidak lebih
dari 100A. MCB memiliki tiga tipe, yaitu tipe B trip saat besar arus beban
penuh terjadi 3 sampai 5 kali arus nominal, tipe C trip saat besar arus beban
penuh terjadi 5 sampai 10 kali arus nominal, tipe D trip saat besar arus beban
penuh terjadi 10 sampai 20 kali arus nominal.
b. Molded Case Circuit Breaker (MCCB) yang memiliki arus nominal sampai
2500 A. Operasi MCCB menggunakan operasi thermal atau thermal
magnetic.
CB tegangan rendah dapat dipasang pada papan switch tegangan rendah atau
kabin switchgear. CB tegangan rendah biasanya dibuat untuk aplikasi DC. DC
membutuhkan breaker khusus karena busur listrik yang terjadi berlangsung
kontinyu tidak seperti busur listrik AC yang cenderung hilang pada setiap
setengah siklus. CB untuk rangkaian DC memiliki kumparanyang
membangkitkan medan magnet secara cepat untuk menarik busur.
2. Circuit Breaker Tegangan Menengah
CB tegangan menengah memiliki rating tegangan 1 72 kV yang dirancang
untuk switchgear yang diletakkan dalam ruangan, atau dapat diletakkan di luar
ruangan dalam gardu. Air Circuit Breaker (ACB) menggantikan Oil Circuit
Breaker (OCB) untuk CB dalam ruangan. Namun saat ini sudah digantikan oleh
medium vakum. CB ini dilengkapi oleh relay proteksi pendeteksi arus yang
dioperasikan melalui Current Transformer (CT).
3. Circuit Breaker Tegangan Tinggi
Jaringan transmisi daya diproteksi dan dikontrol oleh CB tegangan tinggi.
Definisi dari tegangan tinggi dapat berbeda-beda, namun dalam transmisi daya
biasanya memiliki rating tegangan sebesar 72,5 kV atau lebih. CB tegangan
tinggi biasanya dioperasikan menggunakan solenoida dengan relay proteksi
pendeteksi arus yang dioperasikan melalui Current Transformers (CT).
Tipe Konstruksi
1. Magnetic Circuit Breaker
Magnetic Circuit Breaker menggunakan solenoida atau elektromagnet yang
memiliki gaya tarik yang meningkat seiring dengan kenaikan arus. Kontak CB
ditahan agar menutup oleh suatu kunci. Ketika arus pada solenoida meningkat
melebihi rating CB, gaya tarik solenoida melepaskan kunci yang dapat
membuat kontak terbuka melalui pegas. Pegas akan meregangkan inti hingga
arus melebihi rating CB. Beberapa CB dilengkapi dengan sistem waktu tunda
hidrolik yang menggunakan viskositas fluida. Selama terjadi beban lebih
kecepatan gerak solenoida dibatasi oleh fluida. Waktu tunda mengijinkan surja
arus melebihi arus normalnya untuk penyulutan motor, pengisian daya, dll. Arus
hubung singkat menyediakan gaya solenoida yang cukup untuk membuka kunci
dengan mengabaikan posisi inti. Kenaikan temperatur mengakibatkan waktu
tunda yang tidak berakibat pada rating arus.
2. Thermal Magnetic Circuit Breaker
Thermal Magnetic Circuit Breaker banyak ditemukan pada papan distribusi
yang bekerja berdasarkan respon elektromagnet sesaat untuk surja arus yang
besar.
Medium Isolasi
Teknologi circuit breaker tegangan tinggi berkembang pesat dalam kurun waktu
kurang lebih 15 tahun. Sistem isolasi yang banyak digunakan dalam circuit
breaker adalah adalah oil, vacuum, air blast, SF
6
gas. Gas SF
6
dikenal sebagai
gas yang dapat merusak atmosfer sehingga dibutuhkan standar keamanan dalam
penggunaannya agar gas tersebut tidak bocor dan merusak atmosfer. Vacuum
circuit breaker merupakan CB dengan tingkat keandalan tinggi karena memiliki
kontak yang tahan lama, energi operasi yang rendah, dan perawatan yang
rendah. Bab ini akan membahas mengenai Oil Circuit Breaker (OCB), Air
Circuit Breaker (ACB), Air Blast Circuit Breaker (ABCB), SF
6
Circuit Breaker
(SF
6
) dan Vacuum Circuit Breaker (VCB).
1. Air Circuit Breaker
Circuit breaker dengan kontak yang membuka dan menutup di dalam udara
yang bertekanan sama dengan atmosfer disebut dengan Air Circuit Breaker
(ACB). Prinsip kerja pemadaman busur listrik yang terdapat didalam ACB
berbeda dari jenis circuit breaker lain. Bagian bagian dari ACB ditunjukan oleh
gambar berikut:

Gambar 3.1: Bagian Utama Air Circuit Breaker

Gambar 3.2: Pemadam Busur Listrik Di Insulated Plate (Arc Chute)
Untuk mencegah busur listrik yang timbul kembali setelah arus hilang adalah
dengan membuat keadaan dimana celah kontak dapat menahan pemulihan
tegangan sistem. Tiga cara yang dilakukan:
Pendinginan intensif busur listrik sehingga gradien tegangan sangat tinggi
Memperpanjang jalur busur listrik untuk meningkatkan tegangan busur listrik
Membagi busur listrik menjadi rangkaian busur listrik
Tujuan pertama biasanya diperoleh dengan cara menekan busur listrik menuju
kontak dengan ruang yang berisi bahan isolasi seluas-luasnya. Semua ACB
dipasang sesuai dengan ukuran ruang yang melingkupi kontak dan ruang busur
listrik, biasanya disebut arc chute. Jika terpasang sesuai dengan ukurannya,
busur listrik dapat memenuhi bentuk ruang tersebut sehingga arc chute dapat
membantu mendinginkan busur listrik. Bahan yang digunakan untuk
membentuk arc chute adalah campuran asbes. Namun, untuk meningkatkan
kesadaran atas ancaman kesehatan yang disebabkan oleh penggunaan asbes,
bahan lain seperti plastik bertemperatur tinggi yang diperkuat dengan serat kaca
dan keramik. Pemadam busur listrik di insulated plate (arc chute) ditunjukkan
pada gambar 3.2.
Tujuan berikutnya bersamaan dengan tujuan pertama, jika dinding arc chute
dibentuk sedemikian rupa maka busur listrik tidak hanya ditekan mendekati arc
chute melainkan diarahkan ke saluran serpentine juga. Perpanjangan busur
listrik bersamaan dengan meningkatnya jatuh tegangan per unit satuan panjang
dan tentu saja resistansi busur listrik akan tinggi. Keadaan ini mengubah sistem
faktor daya sehingga nilai dari tegangan sumber sebagai arus mendekati nol.
Pada akhirnya, nilai resistansi yang tinggi yang mewakili busur listrik
mempengaruhi TRV oscillation sehingga faktor amplitudo turun sampai hampir
menjadi satu kesatuan.
Busur listrik dengan arus yang besar sangat diusahakan terjadi dalam waktu
yang sesingkat mungkin karena dapat membantu mempertahankan level
ionisasi. Merancang arc chute tidak terlalu sulit, namun untuk menekan busur
listrik memasuki arc chute merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Arc chute
disusun di atas kontak dan memungkinkan kontak mengarah ke arc chute untuk
memperoleh loop yang sempit sehingga medan magnet dihasilkan didalam celah
kontak. Dalam rancangan ini, meningkatnya medan magnet dapat
memperpanjang busur listrik yang membantu proses pemadaman. Gambar 3.3
menunjukkan arc chute dengan magnetic coil.

Gambar 3.3: Arc Chute Dengan Magnetic Coil
Semakin besar arus gangguan, ACB akan semakin efektif. Busur listrik bergerak
lurus melewati arc chute dan menghidupkan kembali busur listrik pendek diluar
chute sehingga busur listrik tidak mencuat keluar piringan.
Meskipun circuit breaker jenis ini tergolong kuno untuk penerapan tegangan
menengah, circuit breaker ini menjadi pilihan pengganti untuk penerapan arus
dengan rating tinggi dalam tegangan rendah.
2. Air Blast Circuit Breaker
Circuit breaker tipe ini telah digunakan untuk terminal tegangan tinggi terbuka,
untuk sistem tegangan 245 kV, 400 kV sampai 765 kV. Dalam desain dua-siklus
sistem mekanik membuka dalam waktu 12 ms dan arching time maksimum 8
ms. Circuit breaker jenis ini digunakan dalam penerapan super thermal power
station yang ter-interkoneksi dengan sekitarnya.
Gambar 3.4 (a) menunjukkan konstruksi air blast interrupter . Tiap-tiap
pemutus arus menggunakan isolator porselen, memiliki banyak saluran udara,
dan ruang pembuangan yang dipasang berlawanan di ujung belakang porselen.
Kontak geser dengan bahan chromium-copper digabungkan ke kedua piston
dengan kaitan batang isolasi yang dapat bergerak didalam pipa kontak. Gambar
3.4 (a) menunjukkan pemutus arus dalam posisi tertutup. Gambar 3.4 (b)
menunjukkan kontak dalam posisi terbuka sebagian dengan busur listrik
diantara kontak tetap dan kontak geser. Gambar 3.4 (c) menunjukkan kontak
dalam posisi terbuka penuh dan busur listrik telah dipadamkan.





Gambar 3.4 : (a). Kontak tertutup : udara mulai dihembuskan ketika busur
terjadi
(b). Kontak membuka secara parsial, busur dipadamkan
(c). Kontak terbuka penuh, bususr dipadamkan

Kemampuan memutus arus ABCB biasanya ditingkatkan dengan menambah
jarak tekanan normal. Tekanan normal berkisar antara 30 sampai 35 bar. Dalam
upaya perawatan isolasi dan keandalan operasi, dibutuhkan juga kondisi udara
yang sangat kering. Akan tetapi, SF
6
circuit breaker telah menyisihkan
penggunaan teknologi ini.
3. Bulk Oil Circuit Breaker
Circuit breaker yang bagian kontaknya berada di dalam minyak yang juga
merupakan isolasi antara bagian aktif dan tanki logam yang dibumikan disebut
dengan Bulk Oil Circuit Breaker. Tipe breaker ini dirancang untuk range
tegangan dari 1000 V hingga 330 kV.
Meskipun saat ini perangkat penyaklaran banyak yang menggunakan udara
sebagai medium pemadaman, namun penggunaan minyak sebagai isolasi telah
menjadi pilihan yang lebih baik di berbagai sisi. Pada awalnya minyak hanya
digunakan dalam jumlah yang sedikit di sekitar kontak. Seiring besarnya daya
dan tegangan yang dibutuhkan, minyak juga digunakan sebagai medium isolasi
dalam tangki logam pembumian dan muncul teknologi Bulk Oil Circuit
Breaker.
Pada awalnya, kontak yang terpisah dengan bak minyak, pergerakan minyak,
efek pendinginan hidrogen yang dihasilkan dari minyak oleh busur listrik, dan
jarak yang memisahkan kontak, adalah beberapa faktor yang mendinginkan
jalur busur listrik dan menimbulkan kekuatan dielektrik yang dibutuhkan untuk
memutuskan arus gangguan yang relatif kecil pada distribusi daya masa kini.
Seiring dengan arus gangguan yang meningkat, peningkatan tekanan karena
penguapan minyak meningkatkan deionisasi pada gelembung hidrogen di
sekitar jalur busur listrik dan meningkatkan kekuatan dielektriknya, sehingga
menjaga kapasitas pemutusan pada perangkat. Perawatan yang jelas harus
dilakukan untuk memastikan kekuatan mekanis container sesuai untuk
mempertahankan tekanan yang lebih tinggi ketika rating circuit breaker
meningkat, dan bagian ruang udara di atas minyak menjadi parameter desain
yang penting.
Riset lebih lanjut tertuju pada pengembangan side-vented explosion pot atau
cross jet pot yang membentuk perangkat kontrol dasar busur listrik pada
penggunaan oil circuit breaker.
Gambar di bawah merupakan gambar melintang dari perangkat kontrol busur
listrik side-vented pada umumnya.

Gambar 3.5: Perangkat Kontrol Busur Listrik Side-Vented
Prinsip kerja perangkat ini adalah pembangkitan tekanan melalui penguapan dan
disosiasi minyak yang menahan pot dengan menarik kontak yang bergerak
melalui tumpukan piring isolasi yang memiliki jari-jari jarak ruangan minimum
di sekitar kontak. Oleh karena itu pada praktiknya tidak ada pelepasan tekanan
untuk membuka salah satu sisi lubang yang menimbulkan pemotongan alur pada
salah satu piring.
Gas hidrogen yang ditekan dapat meloloskan diri dari ruang busur listrik,
sehingga mendesak aksi pendinginan pada kolom yang terionisasi. Ketika arus
titik nol tercapai, resistansi busur listrik meningkat secara cepat karena aksi
pendinginan ini terjadi jarak antar ruang. Pada arus di bawah rating maksimum
CB, aksi pendinginan tersebut lemah begitu pula dengan derajat ionisasi yang
mana jarak antar ruangan tetap tercapai. Desain perangkat yang efektif, jarak
yang lebar, kontrol busur listrik membutuhkan keseimbangan yang teliti pada
area lubang, jarak lubang, dan kecepatan kontak untuk memastikan performansi
yang konsisten pada semua rentang arus. Salah satu perbaikan yang dilakukan
pada desain bertujuan untuk meningkatkan pemadaman arus yang kecil dapat
diamati dari ruangan minyak tambahan yang terdapat pada side-vent. Hal
tersebut dikenal sebagai ruangan kompensasi dan menghasilkan sumber minyak
untuk diuapkan agar dapat menyalurkan gas yang lebih bersih di balik jalur
busur ketika pemutusan arus yang rendah. Semua tipe CB menggunakan daya
busur listrik untuk mengetahui zona kritis pada rentang pemutusan arus.
Bulk Oil Circuit Breaker biasanya memiliki kubah logam pada bagian atas,
melalui enam bushing yang terhubung dalam sisten dan perangkat kontrol busur
listrik menempel pada bagian ujung bawah bushing.

Gambar 3.6: Bulk Oil Circuit Breaker

Gambar 3.7: Breaker Dengan Tangki Minyak Yang Rendah
Kontak yang bergerak disusun pada bridge yang diikat pada batang penggerak
terisolasi. Tangki yang dapat dilepas mengandung minyak isolasi yang dibaut
pada kubah. Desain sebelumnya memiliki dua set kontak dan perangkat kontrol
busur listrik yang dipasang seri pada masing-masing fasa, dan tipe oil circuit
breaker ini disebut dengan double-break. Bagaimanapun pertimbangan
pembagian tegangan antara dua pemutusan selama masa pemulihan
menyebabkan beberapa manufaktur untuk mendesain single break.
Pengembangan bulk oil circuit breaker terbatas pada kelas tegangan 330 kV.
Batas tersebut disebabkan oleh jumlah penggunaan minyak yang sangat besar,
kebutuhan kecepatan pemisahan kontak yang sangat tinggu dan penggunaan
energi mekanik yang besar.
4. Minimum Oil Circuit Breaker
Tipe cicruit breaker ini menggunakan minyak sebagai media pemutusan. Tidak
seperi bulk oil circuit breaker, rancangannya menempatkan unit pemutusan
dalam ruang isolasi bertegangan. Ciri-ciri rancangan MOCB adalah
berkurangnya penggunaan minyak sehingga dikenal sebagai minimum oil circuit
breaker. Rancangan ini tersedia pada rentang tegangan dari 1000 V sampai 765
kV dengan menggunakan teknik multi-break.

Gambar 3.8: Bentuk Umum MOCB 36 kV
Tipe MOCB 36 kV digunakan secara luas pada jaringan transmisi dan distribusi.
Inovasi modern pada bidang ini adalah pencapaian pemutusan arus hingga 500
kA dengan pemutus yang tersegel rapat dan memiliki tekanan nitrogen kering
rendah. Ditinjau dari sisi konstruksi dan kelembaban, desain MOCB memiliki
usia penggunaan yang panjang. Rentang unit hingga 145 kV dengan pemutus
tunggal dan 245 kV dengan pemutus ganda telah dikembangkan untuk aplikasi
transmisi.

Gambar 3.9: Bagian Melintang Ruang Pemutusan
Minimum oil circuit breaker terkenal sensitif pada puncak TRV yang tinggi dan
cenderung melawan kembali ketika terjadi pensaklaran capacitor bank. Tetapi
permasalahan ini telah diselesaikan dengan menekan pemutus menggunakan
nitrogen kering.
Tipe breaker ini dirasa sesuai untuk aplikasi di berbagai negara dengan
temperatur rendah seperti Kanada, Rusia, dan Finlandia, dimana gas blast cicuit
breaker lebih sensitif pada permasalahan pembekuan dan pencairan.
Karena menggunakan desain cross blast, minimum oil high voltage circuit
breaker mempunyai permasalahan utama seperti sensitif terhadap puncak
tegangan tinggi dan efek dari pre-arcing busur listrik. Biasanya pengujian
pensaklaran di luar fasa adalah pengujian yang paling sulit, yang pada umumnya
menggunakan banyak pemutus yang terhubung seri untuk kelas tegangan
khusus. Energi yang dilepaskan
Pada oil circuit breaker, tarikan busur listrik melalui kontak yang terdapat di
dalam pot pemutus, sehingga gelembung hidrogen terbentuk oleh penguapan
minyak yang juga berada pada ruang pemutusan. Karena kontak tersebut
bergerak terus menerus dan ketika batang kontak yang bergerak terpisah dari
lubang pada bagian bawah ruang, maka timbul bercak untuk mengurangi
hidrogen yang terperangkap di dalam ruangan pemutusan. Energi yang
dilepaskan akibat pre-arcing sangat besar dan materi isolasi dengan kekuatan
yang sangat tinggi sangat dibuthkan untuk menahan surja bertekanan tinggi.
Sejumlah breaker juga tergantung pada kemampuan ruang pemutusan untuk
menahan pelepasan energi akibat pre-arcing yang mana merupakan fungsi arus
busur listrik dan tegangan tiap pemutus.
SF
6
Circuit Breaker
Circuit breakers yang mana kontaknya menutup dan membuka dalam suatu gas
sulfur dikenal sebagai SF
6
Circuit Breakers. CB ini digunakan untuk aplikasi
tegangan menengah dan tegangan tinggi sampai 800 kV ke atas. Sejak SF6
teridentifikasi sebagai gas rumah kaca, peraturan keselamatan diumumkan di
banyak negara untuk mencegah penyebarannya di atmosfer. Oleh karena itu
Circuit breaker tegangan tinggi didesain sedemikian rupa untuk menjamin
seminimum mungkin kebocoran gas SF
6
ke atmosfer selama dilakukan
perawatan. Secara konvensional, SF
6
Circuit Breakers dengan tipe hembusan
membutuhkan energi mekanik yang tinggi yang mana hampir lima kali dari
rating minimum oil circuit breaker. Untuk alasa ini, kebanyakan desain
menggunakan energi hidrolik tinggi atau sistem pneumatik.
Inovasi tipe hembusan pada SF
6
Circuit Breakers berasal dari prinsip bantuan
panas. Pada desain tipe ini, energi busur dimanfaatkan untuk menghasilkan
tekanan dalam ruang pembusuran untuk memadamkan busur. Karena inovasi ini
sudah mengurangi kebutuhan energi untuk mekanisme pengoperasian, maka
penggunaan mekanisme pegas untuk aplikasi pada SF6 Circuit breakers
menjadi semakin memungkinkan hingga rating 245 kV. Meskipun keberadaan
SF6 Circuit Breaker pada aplikasi tegangan menengah menyusut secara
bertahap, teknologi ini masih sangat dibutuhkan sebagai satu-satunya pilihan
untuk range tegangan tinggi.

Gambar 3.10: SF
6
Circuit Breaker
Vacuum Circuit Breaker
Pada vacuum circuit breaker, pemutusan busur listrik terjadi pada ruang hampa.
Teknologi ini telah dinyatakan sebagai bahan yang paling cocok untuk aplikasi
pada tegangan menengah meskipun pemutusan yang diuji untuk tegangan 72,5
kV dan 145 kV telah dikembangkan, pengujian itu tidak dapat dikomersilkan.
Pada prinsipnya, pemutus vakum memiliki ruang busur yang terbuat dari baja
dan isolator keramik yang disusun simetris di bagian pusat. Gambar di bawah
ini menunjukkan bagian utama dari pemutus vakum pada umumnya.

Gambar 3. 11: Konstruksi Vacuum Circuit Breaker Secara Umum
1. Kontak stem yang diam
2. Alas terminal
3. Isolator keramik
4. Kontak yang diam
5. Pelindung logam
6. Kontak yang bergerak
7. Isolator
8. Pegas
9. Bearing
10. Kontak stem yang bergerak
11. Kopling mekanik untuk operasi mekanik
Konstruksi modern pemutus ini memiliki pelindung logam yang menyelubungi
kontak busur. Diameter kontak dan stem sesuai dengan ruang busur dan isolator.
Kontak yang bergerak dapat bekerja dengan adanya pegas logam. Tekanan
vakum pada umumnya sebesar 10
-6
bar.
Material kontak sangat berpengaruh pada seluruh performansi vacuum circuit
breaker dan pada kenyataannya seluruh pengembangan mengenai teknologi
vakum memang dipusatkan kepada penggunaan material yang layak dan bentuk
geometris kontak CB. Material yang paling banyak digunakan pada saat ini
adalah CuBi, CuCr, atau CuAg. CuCr merupakan material yang paling ideal
untuk semua rating pemutus yaitu dari 8 kA hingga 63 kA. Dengan material ini,
penurunan level arus dapat dilakukan hingga menjadi 2 sampai 3 A.
Walaupun teknologi pemutus vakum telah ditemukan sejak awal tahun 1960,
hal tersebut tetap dianggap sebagai teknologi yang akan terus berkembang
seiring dengan peningkatan dan inovasi yang terus menerus terjadi. Contohnya,
ukuran dan kemampuan pemutus vakum modern yang terpisah dengan bears
menjadi kesatuan dibuat pada tahun 1960. Gambar di bawah menunjukkan
contoh dari pemutus vakum 12 kV, 12,5 kA dimana terjadi pengurangan ukuran
yang menghasilkan pengembangan teknologi vakum, proses vakum, material
kontak dan evolusi perancangan pemutus vakum.

Gambar 3.12 : Perkembangan Vacuum Circuit Breaker
Bentuk geometris kontak pada awalnya berbentuk datar pada tahun 1960 dan
secara bertahap berubah menjadi spiral, mangkuk, dan medan magnet aksial.

Gambar 3.13: Kontak datar untuk arus lemah yang menyebabkan busur

Gambar 3.14: Kontak Spiral Dan Mangkuk Kontak Dengan Medan Magnet
melintang untuk menggerakkan kolom busur dengan cepat di atas permukaan
kontak untuk menekan erosi

Gambar 3.15: Kontak dengan kumparan magnet kontak medan magnet axial
dirancang untuk melawan arus busur listrik yang besar untuk menekan erosi
Kontak datar merupakan bentuk kontak yang paling sederhana, namun hanya
sesuai untuk memutuskan busur arus yang kecil., yakni kurang dari 4,5 kA.
Kontak dengan medan magnet melintang memiliki konstruksi spiral dan
mangkuk bercelah yang tidak simetris. Kontak ini menggunakan medan magnet
melintang yang diperoleh dari aliran arus yang lengan spiral atau celah tidak
simetris pada geometris mangkuk
untuk mengantisipasi arus besar dan berkolom. Efek yang ditimbulkan dari
bentuk geometris ini adalah permukaan kontak akan mengalami erosi yang
seragam dan meninggalkan bekas yang relatif halus akibat dari busur listrik
yang besar. Efek lainnya yaitu kolom busur listrik tidak dapat bertahan ketika
arus jatuh ke titik nol pada rangkaian AC, sehingga mudah diputuskan saat arus
nol.
Aplikasi teknologi vakum untuk memproteksi rangkaian distribusi daya telah
berkembang hingga saat ini.

Gambar 3.16 : Aplikasi Teknologi Vacuum Circuit Breaker
Pada kenyataannya, VCB saat ini merupakan CB yang paling handal dan tidak
membutuhkan perawatan yang berarti dibandingkan seluruh teknologi untuk
mengendalikan dan memproteksi rangakaian distribusi. Saat ini di seluruh dunia
menyetujui bahwa VCB akan mendominasi teknologi tegangan menengah pada
abad 21.
CB dengan medium SF
6
sulit berkembang dibandingkan dengan VCB dalam
hal-hal sebagai berikut:
1. Tahan lama: saat ini sangat memungkinkan untuk memproduksi efektifitas-
biaya dari rancangan teknologi vakum dengan usia kelistrikan yang melampaui
kebutuhan usia mekanis dari CB dan dapat memenuhi kebutuhan perpanjangan
usia operasi hubung singkat.
2. Ramah lingkungan: teknologi vakum dikonstruksikan menggunakan material
ramah lingkungan dan tidak menghasilkan potensi gangguan kesehatan seperti
yang dihasilkan oleh gas SF
6
. Teknologi vakum juga tidak membutuhkan syarat
khusus untuk perawatan sedangkan pemutus SF
6
membutuhkan perawatan rutin.
3. Performansi keseluruhan: konstruksi teknologi vakum sangat mudah
digunakan. Pergantian komponen juga sangat mudah dilakukan.


























BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Penggunaan Circuit Breaker pada Power Plant 1 dan 2
Power plant 1 (PP 1) adalah salah satu unit pembangkit yang dimiliki oleh PT.
PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan. PP 1 dibagi menjadi tiga bagian yaitu 1HT, 2HT,
dan 3HT. Pada masing-masing HT terdapat beberapa komponen penunjang operasi produksi
pabrik berupa transformator, turbine generator, beberapa sub station, dan lain-lain. Di dalam
PP 1 terdapat lima buah generator yang berfungsi untuk menghasilkan daya yang disalurkan
ke beberapa sub station yang ada di RU V mencakup beberapa transformator tiga belitan
yang tersambung secara paralel dengan PP 2 untuk menjaga kehandalan sistem distribusi
daya. Transformator tiga belitan yang dimiliki oleh PP 1 adalah transformator 12 yang
terhubung ke PP 1 dan PP 2 (TR12 P1 dan TR12 P2), transformator 23 yang terhubung ke
PP1 (TR23 P1), dan transformator 34 yang terhubung ke PP 1 (TR34 P1).
Begitu juga pada PP 2 yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu 1AL, 2AL, dan 3AL.
Pada masing-masing AL juga terdapat komponen penunjang produksi khususnya di bidang
utilities production. Di dalam PP2 terdapat enam buah generator dengan rincian empat buah
steam turbine generator dan dua buah diesel generator. Seperti pada PP1, PP2 juga memiliki
transformator tiga belitan yang terhubung secara paralel dengan PP1 untuk menjaga
kehandalan sistem distribusi daya. Pada PP2 sebagian besar masih menggunakan oil circuit
breaker karena pergantian dilakukan secara bertahap mengingat beberapa faktor seperti biaya
penggantian, kontinyuitas sistem produksi yang tidak dapat berhenti sewaktu-waktu untuk
melakukan pergantian, dan lain-lain. Oleh karena itu penggantian sementara hanya dilakukan
pada objek-objek vital yaitu pada substastion 46, substation 72, turbine generator 3, cooling
water pump 4.
Power plant merupakan bagian vital pada suatu unit pengolahan, sehingga dibutuhkan
sistem proteksi yang selalu terintegrasi. Dengan berkembangnya teknologi vakum yang telah
disetujui oleh dunia sebagai teknologi tegangan menengah paling mutakhir dan berkembang,
PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan telah menggunakan circuit breaker dengan
medium isolasi vakum pada power plant .
Sebelumnya RU V Balikpapan menggunakan circuit breaker yang menggunakan
medium minyak diala sebagai alat proteksi yang diandalkan. Pada tahun 2009 telah terjadi
suatu gangguan yang tidak dapat diatasi melalui penggunaan Oil Circuit Breaker (OCB).
Kegagalan tersebut terjadi pada Sub Station 66, Panel 8BD1 No. 4 Transformer Feeder .
Dari pengecekan visual didapatkan bahwa sebagian besar kebakaran terjadi pada bagian fasa
L1, khususnya dari kontak isolasi atas bagian tembaga vertikal pipih sampai bagian ruang
minyak. Bukti kebakaran ini kemungkinan mengindikasikan bahwa kegagalan utama dipicu
dari bagian tersebut.

Truck 8BD1 Tampak Depan Truck 8BD1 Tampak Samping
Gambar 4.1: Bukti Kebakaran Yang Sebagian Besar Berada Pada Fasa L1 Di Panel #4

Bagian depan juga menunjukkan bukti kebakaran dan dapat mengindikasikan bahwa
kegagalan yang terjadi sangat besar. Terdapat 2 kemungkinan kegagalan yang terjadi pada
kondisi tersebut, yaitu gangguan fasa ke tanah atau gangguan antar fasa. Hal-hal yang dapat
menyebabkan kegagalan tersebut antara lain:
1. Material isolasi yang bermutu rendah karena usia material yang sudah tua, kondisi
lingkungan karena debu, polusi kimia, dan penurunan level isolasi karena
kelembaban
2. Kabel yang memendek, sambungan dan pipa yang basah, keberadaan hewan kecil
sebagai konduktor, kabel netral yang kontak dengan sambungan ground, dan
kehilangan kontak antara bagian tembaga yang diam dan bergerak sehingga dapat
menimbulkan flash over.
Dan dari kondisi aktual yang ditampilkan secara visual, keberadaan hewan kecil dalam
bagian yang aktif merupakan predikisi terjadinya gangguan fasa ke tanah atau antar fasa.

Gambar 4.2: Bukti Adanya Hewan Kecil Pada Truck dan Kondisi Sekat yang Baik
Bekas kebakaran sebagian besar ditunjukkan pada fasa L1 di bagian atas area kontak
yang terisolasi. Hewan kecil yang masuk terdapat pada bagian tersebut dan bertindak sebagai
konduktor aktif. Sehingga, hal tersebut memicu gangguan fasa ke tanah atau gangguan antar
fasa.
Prediksi awal mengenai lokasi gangguan pada sisi atas (busbar dan bagian atas kontak
terisolasi) sangat ditunjang oleh pernyataan dari insinyur bahwa relay proteksi feeder tidak
bekerja ketika gangguan.
Karena lokasi kegagalan berada pada bagian atas, maka kegagalan tidak dapat
dihilangkan oleh relay proteksi feeder, lain halnya jika relay dipasang pada proteksi
gangguan busbar. Oleh karena itu relay proteksi berperan penting untuk menghilangkan
gangguan setelah beberapa siklus waktu.

Gambar 4.3 : Empat Unit Komponen Insert Truck Pada Panel 8BD1 Pada PP2 Ruang
Switchgear
Seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas, kondisi visual 4 Unit Insert Truck Panel
8BD1 di PP2 beberapa tidak dalam kondisi yang baik. Komponen khusus seperti lengan
kontak, oil seal, batang indikator, dll, tidak tersedia. Kondisi insert truck di atas tidak dapat
menjamin bahwa perangkat ini dapat dioperasikan setiap waktu. Sehingga, harus
dipertimbangkan untuk melakukan perawatan secara berkala.
Setelah dilakukan pemeriksaan Visual Pada 4 Komponen Truck Panel 8BD1 yang telah
dioperasikan sejak tahun 1984, maka perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Melakukan perawatan pada seluruh panel yang terpasang berdasarkan instruksi
manual book, yaitu instruksi manual Panel 8BD1 S/N.847 9028, perawatan pada
skala kecil seharusnya dilakukan setiap tahun, sementara perawatan pada skala
besar dilakukan setiap 5 tahun.
2. Melakukan pemeriksaan rutin khusus untuk komponen utama (3AC Circuit Breaker,
Materi Isolasi, CT, VT, Relay Proteksi, dll)
3. Penjadwalan pengembangan teknologi secara bertahap untuk penggantian Oil
Circuit Breaker (OCB) ke Vacuum circuit breaker (VCB). Perusahaan Siemens
selaku produsen, tidak lagi memproduksi oil circuit breaker namun memproduksi
vacuum circuit breaker yang mampu menggantikan oil circuit breaker, sehingga
kondisi ini akan mempengaruhi produksi komponen oil circuit breaker. Komponen
oil circuit breaker tidak diproduksi secara besar-besaran, sehingga diperlukan waktu
yang lebih lama untuk menyediakan komponen tersebut.
4. Pertimbangan untuk mengganti OCB ke VCB
Berdasarkan instruksi manual yang diterbitkan oleh Siemens AG, SW No, SW 8399,
ada hubungan kuat antara nilai pemutusan hubung singkat dengan usia operasi
mekanis CB. Hal ini dapat ditunjukkan melalu grafik di bawah ini:

Gambar 4.4 : Usia Kontak dalam Fungsi Arus Hubung Singkat Ia
Seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas semakin besar nilai arus hubung
singkat pada CB akan mempengaruhi usia atau operasi mekanis peralatan.
Alasan keamanan, performansi kehandalan, dan perpanjangan usia guna panel yang
dipasang harus dipertimbangkan dengan cara pergantian OCB ke VCB, tanpa
mengubah desain atau modifikasi yang berarti pada panel yang ada. Hal tersebut
dapat juga menghemat setengah dari biaya pergantian switchboard dengan perangkat
baru.
Service Power Plant I
1 HT 2 HT 3 HT
No. Service No. Service No. Service
1HT02 TG 5
(9MW)
2HT28 BFW10
(800kW)
3HT24 TG6 (9MW)
1HT08 TR12 P1 2HT29 SS 38B 3HT27 TG 5A (9MW)
1HT09 H.TRF1
(1MVA)
2HT30 2HT
3HT

1HT10 SS 38A 2HT31 SS IV NP
1HT11 SS 80A 2HT33 TR12 P2 No. Service
1HT13 TG 3
(7,5 MW)
2HT34 SS 75B NP01 NGR 1
1HT14 SS 75A 2HT35 SS 80B NP02 Spare
1HT15 SS VIA 2HT36 BFW5
(310 kW)
NP03 CB NGR 1
1HT16 SS VII 2HT37 SS VB NP04 Ground TG 3
1HT17 SS VA 2HT38 SS VIB NP05 Ground TG 4
1HT18 DWP 4
(260 kW)
2HT39 SS III NP06 Ground TG 5A
1HT19 SS I 2HT40 H.TRF2
(1 MVA)
NP07 Ground TG 6
1HT21 TR34 P1 2HT41 H.TRF3
(1 MVA)
NP01A NGR 2
1HT22 FDF V
(475 kW)
2HT43 TG 4
(9MW)
NP02A Ground TG 5
1HT23 1HT
3HT
2HT45 TR23 P1 NP03A CB NGR 2
Tabel 4.1 : Penggunaan Oil Circuit Breaker dan Vacuum Circuit Breaker pada Power Plant 1
Service Power Plant II
1AL 2AL 3AL
No Service No Service No Service
1AL00 TR 34 P2 2AL00 To 3AL05 3AL01 Incoming 2AL13
1AL01 SS 69A 2AL01 TR 23 P2 3AL02 CWP 4(155KW)
1AL02 TG 2(16MVA) 2AL02 BFW 1(285KW) 3AL03 FDF III(210KW)
1AL03 SS 62A 2AL03 Trafo 2(1MVA) 3AL04 Trafo 3(1MVA)
1AL04 SS 71A 2AL04 FDF II(210KW) 3AL05 Incoming 2AL00
1AL05 SS 61A 2AL05 TG 3(16MVA) 3AL06 BFW 3(560KW)
1AL06 SS 66A 2AL06 DG 2(1,2MVA)
1AL09 SS 65 A 2AL07 SS 72B
1AL10 DG 1(1,2MVA) 2AL08 SS 63B
1AL11 SS 63 A 2AL09 SS 70B
1AL12 BFW 8(570KW) 2AL10 SS 64B AM
1AL13 TG 1(11MVA) 2AL11 FDF IV(370KW) No Service
1AL15 SS 72A 2AL12 SS 65B 1AM01 Grounding TG 2
1AL16 SS 70A 2AL13 To 3AL01 1AM02 Resistor 1
1AL17 SS 64A 2AL16 SS 71B 1AM03 Grounding DG 1
1AL18 Trafo 1(1MVA) 2AL17 SS 69B 1AM04 Grounding TG 1
1AL19 FDF I(210KW) 2AL18 SS 62B 2AM01 Coupling
1AL20 BFW 6(560KW) 2AL19 SS 66B 2AM02 Grounding TG 3
1AL21 TR 45 P1 2AL21 TG 4(16MVA) 2AM03 Grounding DG 2
2AL22 TR 45 P2 2AM04 Resistor 2
2AL23 SS 61B 2AM05 Grounding TG 4
Tabel 4.2 : Penggunaan Oil Circuit Breaker dan Vacuum Circuit Breaker pada Power Plant 2
Vacuum Circuit Breaker bertanda kuning.
Keterangan:
TG : Turbine Generator
DG : Diesel Generator
CWP : Cooling Water Pump
Incoming : Incoming feeder
TR : Transformator
H.TRF : Housing Transformator
SS : Sub Station
DWP : Demand Water Pump
FDF : Feed Dryator Fan Boiler
aHT bHT : Jalur sambungan bus (bus a ke bus b)
BFW : Boiling Feed Waters
Spare : Cadangan
Ground : Ground
Coupling : Kopling pompa
4.2 Oil Circuit Breaker Pada PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan
A. Spesifikasi Umum
PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan menggunakan oil circuit breaker
produksi Siemens tipe T CIRCUIT BREAKER 3 AC pada power plant 1 dan 2 dengan
Mekanisme Hand-Operated HN (Manually Operated dalam kondisi normal), HK (Manually
Operated dengan auto-reclosing); Mekanisme Motor-Operated EK (Electrically Operated
dengan auto-reclosing), EU (Electrically Operated untuk operasi mekanis dengan transfer
daya yang cepat); Keluaran Mekanik 350 Nm dan 560 Nm.

Rating
Tegangan
(kV)
Rating Arus
Pemutusan
Hubung Singkat
(kA)
Rating Arus
Normal
(A)
Operating Duty
Berat Tanpa
Minyak
(kg)
7,2
25



40
1250

1600

1600

2500

HN
EU
HN
EU
HN
EU
HN
EU
113
117
143
147
185
190
220
225
12
25


1250

1600
HN, HK
EU, EK
HN, HK
114
118
144

31,5

1600

2500

EU, EK
HN
EU
HN
EU
148
185
190
220
225
15
20



31,5
1250

1600

1600

2500

HN, HK
EK
HN, HK
EK
HN
EU
HN
EU
114
118
150
154
191
196
226
231
17,5
12,5 1250

1600

HN, HK
EK
HN, HK
EK
114
118
150
154
24
12,5



20
1250

1600

1250
HN, HK
EK
HN, HK
EK
HN, HK
119
123
152
156
206




2500

EU, EK
HN, HK
EU, EK
211
241
246
27,5
16 1250 HN
EU
185
190
36

16 1250 HN, HK
EU, EK
186
191
Tabel 4.3 : Spesifikasi Oil Circuit Breaker Produksi Siemens Tipe T CIRCUIT BREAKER 3
AC
PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan menggunakan Oil Circuit Breaker
Tipe Siemens T Circuit Breaker 3 AC dengan unit tiga kutub yang merupakan tipe minimum
oil circuit breaker dan derancang untuk penggunaan tegangan tinggi untuk switchgear dalam
ruangan. Circuit breaker ini mampu untuk mengontrol semua kondisi pensaklaran normal.
Berat yang ringan dan dimensi yang kecil membuat tipe ini cocok untuk pemasangan pada
switchboard dengan desain hemat ruang.


Gambar 4.5: Oil Circuit Breaker Pada Power Plant 2
Breaker ini dibuat untuk beberapa rentang tegangan, arus, dan kapasitas pemutusan
serta dilengapi dengan mekanisme operasi penyimpan energi. Model truck-mounted yang
digunakan untuk switchgear distribusi primer tidak dilengkapi dengan isolator.
B. Konstruksi Oil Circuit Breaker
Pada kutub breaker terdapat jalur arus yang terpasang pada kontak tetap dan kontak
yang bergerak, ruang busur listrik, dan medium pemadaman busur listrik.
Ciri-ciri rancangan dan konstruksi breaker dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
5. Upper Insulator
9. Head
9.5 Gasket
11. Exhaust
13.3 Oil-level gauge
.5Indicator Rod
.9 Protective tube
.11 Float
17. Upper flange
19. Upper terminal pad
23. Threaded ring
27. Contact-rod tip
31. Fixed contact
.13 Contact finger
.5 Contact finger
33. Distance tube
35. Upper chamber section


Gambar 4.6 : Konstruksi Oil Circuit Breaker
37. Chamber cover
39. Range duct
41. Insert
43. Chamber tube
45. Tower chamber section
49. Contact rod
51. Deflector plate
53. Insulating pin
57. Centering plate
61. Roller contacts
63. Guide rod
67. Lower flange with terminal pad
69. Crosshead
73. Crank housing
.5 Gasket
77. Strap
81. Lever
83. Shaft
91. Lower terminal pad (only breaker
characteristic 350 Nm)
95. Damping
97. Drain plugs
105. Lower insulator
Kehandalan dari oil circuit breaker yang digunakan di RU V berdasarkan beberapa
spesifikasi adalah sebagai berikut :
1. Media Isolasi :
Minimum Oil Circuit Breaker milik Siemens ini hanya bisa diisi dengan satu jenis
media isolasi yaitu minyak yang ditunjukkan pada tabel berikut,

Tabel 4.4: Minyak yang Digunakan Oleh Siemens T Circuit Breaker 3 AC
Pada power plant 2 digunakan minyak diala C sebagai medium isolasi sesuai
dengan standard Siemens. Namun karena minyak diala C sudah tidak diproduksi
dan dianggap usang maka PT. PERTAMINA (Persero) RU V beralih ke minyak
produksi sendiri yaitu Trafo Lube Oil
Berikut hasil pengujian tegangan tembus pada medium minyak diala B dan Trafo Lube Oil:
Jenis Minyak I
(kV)
II
(kV)
III
(kV)
IV
(kV)
V
(kV)
AVG.
(kV)
Diala C 21 22 17 20 33 23
Trafo Lube Oil 9 9 12 13 12 11
Campuran 8 9 9 8 9 9
Tabel 4.5: Pengujian Tegangan Tembus Minyak Diala B dan Trafo Lube Oil

Gambar 4.7: Oil Dielectric Test

Gambar 4.8: Trafo Lube Oil, Diala C, dan Campuran
Dari hasil pengujian di atas dapat diketahui bahwa tegangan tembus Trafo
Lube Oil lebih tinggi daripada minyak Diala C, sehingga penggunaan Trafo Lube
Oil lebih menguntungkan.
2. Mechanical Endurance
Ketahanan mekanis oil circuit breaker ini untuk memproteksi gangguan secara
normal adalah kali. Tentunya apabila terjadi gangguan lebih dari nilai
tersebut, oil circuit breaker harus segera diganti agar menghindari kemungkinan
yang tidak diinginkan seperti gagal melakukan proteksi gangguan yang dapat
berakibat fatal pada peralatan listrik di power plant RU V.
3. Konsumsi Daya Langsung
Daya yang diperlukan masing-masing oil circuit breaker untuk beroperasi adalah
600 watt. Daya tersebut harus dipenuhi mengingat oil circuit breaker adalah alat
proteksi yang sangat vital pada sistem jaringan. Namun jika ditinjau dari sisi
ekonomis, konsumsi daya tersebut cukup besar karena jumlah oil circuit breaker
pada RU V sebanyak 52 buah pada PP2, belum termasuk power plant yang lain.
4. Motor Charging Time
Waktu yang dibutuhkan motor dalam circuit breaker untuk menarik pegas sehingga
kontak dapat terbuka adalah 21 detik.
5. Opening Time
Jangka waktu yang dibutuhkan oleh oil circuit breaker sejak awal mendapatkan
perintah untuk membuka hingga pemisahan kontak saat terjadi gangguan adalah
sebesar 55 ms.
6. Make/Break Time
Jangka waktu yang dibutuhkan oil circuit breaker sejak awal mendapatkan perintah
untuk menutup hingga mengunci kontak adalah 60 ms. Sementara itu jangka waktu
yang dibutuhkan oil circuit breaker untuk membuka ditambah dengan durasi
terjadinya busur listrik adalah 60 ms.
7. Spare Part
Perangkat cadangan yang dibutuhkan oleh oil circuit breaker saat ini sulit untuk
ditemukan. Hal tersebut diakibatkan oleh produsen yang membuat, yaitu Siemens
sudah tidak memproduksi oil circuit breaker dan spare part-nya dalam jumlah
besar. Untuk mendapatkan spare part oil circuit breaker dibutuhkan waktu yang
cukup lama sejak pemesanan hingga pemenuhan barang karena teknologi oil circuit
breaker telah dianggap kuno dan usang.
4.3 Vacuum Circuit Breaker Pada PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan
A. Spesifikasi Umum
PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan menggunakan vacuum circuit
breaker produksi Schneider Electric dengan tipe Evolis 17,5 kV. Vacuum circuit breaker ini
digunakan untuk memproteksi dan mengendalikan jaringan distribusi industri dan digunakan
pada switchgear dalam ruangan.


(a)



(b)
Gambar 4.9: Vacuum Circuit Breaker Schneider Electric Tipe Evolis 17,5 kV Pada
Switchgear Power Plant 1
(a) Bagian Dalam
(b) Panel Bagian Luar

Karakterisitik Vacuum Circuit Breaker menurut IEC 62271-100
Tegangan Nominal
Ur (kV) rms 7,2 17,5
Tegangan Isolasi
Ud (kV) rms 20 38
Nominal (50/60 Hz)
Tegangan Impuls Isolasi
Nominal
Up (kV) peak 60 95
Arus Pemutusan Hubung
Singkat Nominal
Isc (kA) rms 25 40
Arus Normal Nominal
(-25 + 40C)
Ir (A) rms 630 2500
Tabel 4.6: Karakterisitik Vacuum Circuit Breaker menurut IEC 62271-100
Power plant 1 dan 2 menggunakan Evolis dengan tipe yang truck-nya dapat dilepas
dari rak dalam switchgear.

Gambar 4.10: Desain Withdrawable Evolis Vacuum Circuit Breaker



Gambar 4.11: Withdrawable Vacuum Circuit Breaker Schneider Electric dengan tipe
Evolis 17,5 kV Pada Switchgear Power Plant 1
B. Ciri-ciri Konstruksi


Gambar 4.12 : Konstruksi Vacuum Circuit Breaker

1. Stationary Rod
Batang diam yang terbuat dari tembaga murni dan memiliki kandungan gas yang
sangat sedikit.
2. Arc Shield
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pelindung busur listrik yang terbuat dari
3. Electrode
Dengan desain material dan bentuk khusus dapat memutus arus yang besar.
4. Metallic Bellows
Terbuat dari stainless steel yang memiliki kekuatan mekanis dan resistansi
korosi yang tinggi
5. Guide Bearing
Terbuat dari resin sintetis dengan koefisien gesekan kecil dan resistansi besar,
digunakan untuk membatasi pergerakan aksial batang.
6. End Plate
Digunakan untuk menyegel kedua ujung insulating envelope untuk membentuk
ruang vakum.
7. Insulating Envelope
Terbuat dari keramik alumina atau bahan kaca yang baik untuk penyegelan udara
dan performansi isolasi.
8. Contact
9. Bellows Cover
Melindungi bagian bawah VCB dari temperatur tinggi dan uap yang dihasilkan
selama pemutusan arus.
10. Moving Rod
Terbuat dari tembaga yang memiliki kemurnian tinggi dan kandungan gas yang
kecil.
Kehandalan dari vacuum circuit breaker yang digunakan di RU V berdasarkan
beberapa spesifikasi adalah sebagai berikut :
1. Media Isolasi :
Media isolasi yang digunakan pada vacuum circuit breaker adalah vakum.
Teknologi ini memanfaatkan ruang hampa untuk memadamkan busur listrik yang
terjadi ketika gangguan. Teknologi ini telah dinyatakan sebagai bahan yang paling
cocok untuk aplikasi pada tegangan menengah
2. Mechanical Endurance
Ketahanan mekanis vacuum circuit breaker ini untuk memproteksi gangguan secara
normal adalah kali. Tentunya apabila terjadi gangguan lebih dari nilai
tersebut, vacuum circuit breaker harus segera diganti agar menghindari
kemungkinan yang tidak diinginkan seperti gagal melakukan proteksi gangguan
yang dapat berakibat fatal pada peralatan listrik di power plant RU V.
3. Konsumsi Daya Langsung
Daya yang diperlukan masing-masing vacuum circuit breaker untuk beroperasi
adalah 80 watt. Daya tersebut cukup kecil untuk ukuran vacuum circuit breaker
yang merupakan teknologi terbaru untuk memproteksi unit pengolahan yang cukup
besar seperti RU V.
4. Motor Charging Time
Waktu yang dibutuhkan motor dalam circuit breaker untuk menarik pegas sehingga
kontak dapat terbuka adalah 8 detik.
5. Opening Time
Jangka waktu yang dibutuhkan oleh vacuum circuit breaker sejak awal
mendapatkan perintah untuk membuka hingga pemisahan kontak saat terjadi
gangguan adalah sebesar 42 ms.
6. Make/Break Time
Jangka waktu yang dibutuhkan vacuum circuit breaker sejak awal mendapatkan
perintah untuk menutup hingga mengunci kontak adalah 50 ms. Sementara itu
jangka waktu yang dibutuhkan vacuum circuit breaker untuk membuka ditambah
dengan durasi terjadinya busur listrik adalah 60 ms sama halnya dengan oil circuit
breaker.
7. Spare Part
Perangkat cadangan yang dibutuhkan oleh vacuum circuit breaker saat ini sangat
mudah untuk ditemukan. Saat ini teknologi yang paling berkembang secara pesat
untuk circuit breaker adalah teknologi vakum. Berbagai macam produsen
menawarkan ketersediaan vacuum circuit breaker beserta spare part-nya dalam
jumlah yang sangat besar dan produksi terus menerus. Pemesanan dan penyediaan
barang baik untuk pembaharuan maupun perbaikan dapat dipenuhi dalam waktu
yang relatif singkat.

4.4 Perawatan dan Pemeliharaan Oil dan Vacuum Circuit Breaker Pada Power Plant 1
dan 2
A. Oil Circuit Breaker
Perawatan yang perlu dilakukan selama pengecekan kondisi oil circuit breaker ialah
penggantian minyak diala secara teratur. Pergantian yang dilakukan secara normal adalah
lima tahun sekali. Namun sering terjadi masalah teknik berupa kebocoran minyak yang
ditunjukkan dengan turunnya indikator batang yang terletak pada bagian atas breaker dan
keluarnya minyak dari oil seal, sehingga pemeriksaan dan pergantian minyak harus sering
dilakukan agar kehandalan breaker untuk bekerja ketika terjadi gangguan tetap terjaga.


Gambar 4.13: Oil Circuit Breaker yang Mengalami Kebocoran

Gambar 4.14: Minyak yang Keluar Dari Oil Seal


(a)









(b) (c)


(b) (c)
Gambar 4.15: Indikator Minyak Pada Oil Circuit Breaker
(a) Tiga Indikator Pada Oil Circuit Breaker
(b) Indikator Bahwa Minyak Pada Oil Circuit
Breaker Telah Habis
(c) Indikator Adanya Minyak Pada Oil Circuit
Breaker

B. Vacuum Circuit Breaker
Perawatan yang dilakukan untuk vacuum circuit breaker tidak membutuhkan jangka
waktu tertentu atau perawatan rutin. Penggantian media vakum tidak perlu dilakukan karena
sangat jarang terjadi kebocoran. Perawatan kecil yang mungkin dilakukan adalah media
isolasi yaitu keramik yang dibersihkan dari debu dan pengukuran tahanan kontak untuk
mengawasi besarnya nilai tahanan agar tetap sekecil mungkin sehingga tidak menimbulkan
rugi-rugi berupa panas ketika circuit breaker beroperasi.
Nilai tahanan kontak pada vacuum circuit breaker diukur dengan menggunakan micro
ohm resistance. Semakin kecil nilai tahanan kontak yaitu mendekati nol maka circuit breaker
tersebut akan semakin bagus. Standard yang digunakan PT. PERTAMINA (Persero) untuk
besar tahanan kontak isolasi adalah 80 . Berikut adalah hasil pengukuran tahanan kontak
pada salah satu vacuum circuit breaker yang dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2013,

BESARAN SATUAN HASIL PENGUKURAN
Arus Injeksi Terukur
A 98,9
Tegangan Kontak
mV 11
Tahanan Kontak
micro - ohm 110,2
Tabel 4.7: Hasil Pengukuran Tahanan Kontak Vacuum Circuit Breaker
Perawatan yang perlu dilakukan juga meliputi pengukuran intensitas vakum pada
vacuum circuit breaker. Namun hal tersebut jarang dilakukan karena pengukuran tersebut
juga dapat menyebabkan kebocoran vakum sehingga mengurangi kehandalan circuit breaker.
Oleh karena itu PT. PERTAMINA (Persero) tidak pernah melakukan pengukuran tersebut
kecuali terdapat kerusakan pada vacuum circuit breaker.
4.5 Perbandingan Kehandalan Oil Circuit Breaker dan Vacuum Circuit Breaker
No Penjelasan OCB VCB Keterangan
1. Media Isolasi Minyak Diala C (kuno /
sudah tidak dijual); Trafo
Lube A
Vakum Vakum teknologi terbaru
2. Perawatan Perlu pengisian minyak
teratur
Free Saat perawatan, vacuum
circuit breaker tidak perlu
dimatikan
3. Mechanical
Endurance
kali kali Umur vacuum oil breaker
lebih panjang
4. Konsumsi Daya
Langsung
600 watt 80 watt Dampak mekanis vacuum
oil breaker hampir tidak
ada
5. Motor Charging
Time
21 detik 8 detik Durasi vacuum oil breaker
lebih pendek
6. Opening Time 55 ms 42 ms Waktu yang dibutuhkan
vacuum circuit breaker
lebih singkat
7. Make / Breake
time
60 ms/ 60 ms 50 ms/ 60 ms Waktu penutupan kontak
vacuum circuit breaker
lebih singkat
8. Spare Diskontinyu / Kuno Ada Vacuum Circuit breaker
diproduksi masal dan
kontinyu
Tabel 4.8: Perbandingan Oil Circuit Breaker dan Vacuum Circuit Breaker
Dari tabel di atas didapatkan beberapa kesimpulan mengenai keuntungan
penggunaan vacuum circuit breaker dibanding dengan penggunaan oil circuit breaker dari
berbagai sisi, seperti :
1. Performansi Teknis:
Waktu pemutusan busur listrik sangat pendek
Pemulihan kekuatan dielektrik yang cepat setelah terjadi gangguan
Lebih handal
2. Operasional dan Keamanan :
Tidak ada resiko ledakan dan terbakar
3. Operasi Tanpa Polusi :
Tanpa gas buangan
Tanpa kebisingan selama operasi
4. Service :
Garansi alat pemutusan selama 20 tahun
Menggunakan daya listrik yang rendah untuk operasi mekanis
Biaya perawatan yang lebih murah. Pada kenyataannya biaya
penggantian minyak pada oil circuit breaker memang lebih murah namun
kebocoran yang sering terjadi menyebabkan seringnya dilakukan
pergantian minya yang juga membutuhkan biaya tenaga kerja yang lebih
banyak. Sementara itu pada vacuum circuit breaker jarang dilakukan
pergantian media vakum karena sangat jarang terjadi kebocoran.
Sehingga dapat disimpulkan biaya perawatan vacuum circiut breaker
lebih rendah dibanding oil circuit breaker.
Penggantian oil circuit breaker menjadi vacuum circuit breaker pada PT.
PERTAMINA (Persero) RU V disertai dengan hal-hal sebagai berikut :
Tidak diperlukan modifikasi wiring
Harus ada tes mekanis, elektrik, elektromagnetik, dan dimensi
Harus memiliki quality plan dan quality control dari brand awal
Teknologi Oil Udara Vacuum SF
6
Ledakan api
Inspeksi Dielektrik
Kehandalan Saat Bocor
Rentang Tegangan
Ketahanan
Rentang Kapasitas
Pemutusan

Switching Surge
Kecepatan Reclosing
Dimensi
Kemudahan Instalasi
Kemungkinan
Melakukan Manufaktur

Biaya Perawatan
Tabel 4.9 : Perbandingan Circuit Breaker Berdasarkan Media Isolasi
Keterangan:
: Buruk
: Cukup
: Baik
: Sangat Baik
Sumber: PT. Merlin Gerin Manual Book
Berdasarkan tabel perbandingan di atas, didapatkan kelemahan Vacuum Circuit
Breaker dibandingkan dengan Oil Circuit Breaker, yaitu:
Inspeksi Dielektrik
Perawatan yang perlu dilakukan juga meliputi inspeksi dielektrik vakum
pada vacuum circuit breaker. Namun hal tersebut jarang dilakukan karena
pengukuran tersebut juga dapat menyebabkan kebocoran vakum sehingga
mengurangi kehandalan ketika dilakukan inspeksi vacuum circuit breaker
jika dibandingkan dengan oil circuit breaker. Oleh karena itu PT.
PERTAMINA (Persero) tidak pernah melakukan pengukuran tersebut
kecuali terdapat kerusakan pada vacuum circuit breaker.
Switching Surge
Pada vacuum circuit breaker tidak dilengkapi dengan surge suppresor yang
dapat mengatasi lonjakan tegangan seperti sambaran petir.
Kemungkinan Melakukan Manufaktur
Modifikasi vacuum circuit breaker harus melalui berbagai tahap inspeksi
seperti kesesuaian antara breaker dengan truck, dimensi, dan lain-lain.



























BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Circuit breaker merupakan salah satu alat proteksi yang sangat vital kegunaanya
untuk menjaga keamanan peralatan listrik, khususnya di PT PERTAMINA (Persero)
RU V Balikpapan. Di dalam circuit breaker terdapat media isolasi yang berfungsi
untuk melakukan pemadaman busur api ketika terjadi arus lebih. Media isolasi yang
pada awalnya digunakan sebagai pengisinya ialah minyak diala C maupun trafo lube
A yang pada praktiknya disebut oil circuit breaker. Namun seiring berjalannya
waktu, penggunaan circuit breaker tipe ini dinilai memiliki beberapa kerugian
seperti :
Seringnya terjadi kebocoran minyak yang mengakibatkan harus
seringnya dilakukan inspeksi untuk menjaga kemanan sistem jika
sewaktu-waktu terjadi gangguan.
Dibutuhkan biaya operasional yang lebih banyak mengingat banyaknya
jumlah operator yang dikerahkan untuk melakukan inspeksi.
Semakin sukar menemukan produk minyak karena produsen sudah tidak
memproduksi secara masal.
Kehandalan teknisnya yang dinilai kalah dengan vacuum circuit breaker.
2. Kerugian-kerugian yang telah disebutkan tersebut menjadi alasan terjadinya
pergantian oil circuit breaker menjadi vacuum circuit breaker khususnya pada
power plant 1 dan 2 pada RU V. Setelah pergantian tersebut didapatkan kesimpulan
mengenai keuntungan penggunaan vacuum circuit breaker, yaitu :
a) Performansi Teknis:
Waktu pemutusan busur listrik sangat pendek
Pemulihan kekuatan dielektrik yang cepat setelah terjadi gangguan
Lebih handal
b) Operasional dan Keamanan :
Tidak ada resiko ledakan dan terbakar
c) Operasi Tanpa Polusi :
Tanpa gas buangan
Tanpa kebisingan selama operasi
d) Service :
Garansi alat pemutusan selama 20 tahun
Menggunakan daya listrik yang rendah untuk operasi mekanis
Biaya perawatan yang lebih murah.
5.2 Saran
1. Pergantian OCB ke VCB pada power plant 1 dan 2 perlu dilakukan secara
bertahap untuk mencapai kondisi yang baik 100%, layaknya pemasangan
switchboard yang baru
2. Mengganti materi isolasi dan sekat karena penuaan perangkat dan usia
operasional
3. Melakukan aktivitas seperti:
a. pemeriksaan kembali seluruh pegas dan lengan kontak pada semua breaker
masih pada batas toleransi
b. Pemeriksaan kembali sambungan kontak pada lengan kontak dan memastikan
mekanisme breaker terkunci secara kuat ketika dipasang.
c. Pemeriksaan kembali pengaturan relay pada panel masukan. Trip yang terjadi
selama gangguan terjadi sangat lambat namun menimbulkan kerusakan yang
parah.

Anda mungkin juga menyukai