Anda di halaman 1dari 5

Laporan Tinjauan Umum Pusat Sains dan Tenaga Nuklir Terapan BATAN

Disusun oleh :

Destiana Yorin F

0519103012

Program Studi Teknik Industri

Fakultas Teknik

Universitas Widyatama

Bandung

2019
Tinjauan Umum PSTNT-BATAN Bandung

Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) adalah satuan kerja yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Deputi bidang Sains dan
Aplikasi Teknologi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional. PSTNT dibentuk
berdasarkan Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional No.14 Tahun 2013
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Tenaga Nuklir Nasional. Penelitian,
pengembangan dan pemanfaatan sains dan teknologi nuklir terapan yang
dilaksanakan oleh PSTNT diarahkan untuk dapat berkontribusi dalam meningkatkan
kontribusi iptek nuklir, serta meningkatkan ketersediaan sumber daya iptek nuklir
yang berkualitas, baik SDM, maupun sarana dan prasarana. PSTNT dikenal juga
dengan BATAN Bandung karena letaknya yang berada di Kawasan Nuklir Bandung
yang beralamat di jalan Tamansari no 71 kota Bandung.

Visi

Terwujudnya Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan yang andal dan
berperan aktif dalam percepatan kesejahteraan bangsa.

Misi

1. Mengembangkan sains dan teknologi nuklir terapan yang andal di bidang


energi, industri, kesehatan dan lingkungan yang bermanfaat bagi masyarakat;
2. Meningkatkan peran reaktor TRIGA 2000 untuk pelayanan masyarakat;
3. Mengimplementasikan sistem manajemen terintegrasi untuk memastikan
keandalan pengembangan sains dan teknologi nuklir terapan;
4. Melaksanakan layanan prima dalam pemanfaatan sains dan teknologi nuklir
terapan untuk mempercepat kesejahteraan bangsa.
Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok dan fungsi Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan adalah
melaksanakan perumusan dan pengendalian kebijakan teknis, pelaksanaan, dan
pembinaan dan bimbingan di bidang penelitian dan pengembangan senyawa bertanda
dan radiometri, pemanfaatan teknofisika, dan pengelolaan reaktor riset. Penelitian
dan pengembangan sains dan teknologi nuklir terapan ini hanya diarahkan untuk
tujuan damai dan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya tersebut, Pusat Sains dan Teknologi Nuklir
Terapan menyelenggarakan fungsi:
1. Pelaksanaan urusan perencanaan, persuratan dan kearsipan, kepegawaian,
keuangan, perlengkapan dan rumah tangga, dokumentasi ilmiah dan publikasi
serta pelaporan;
2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang senyawa bertanda dan
teknik analisis radiometri;
3. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pemanfaatan teknofisika;
4. Pelaksanaan pengelolaan reaktor riset;
5. Pelaksanaan pemantauan keselamatan kerja dan pengelolaan keteknikan;
6. Pelaksanaan jaminan mutu;
7. Pelaksanaan pengamanan nuklir; dan
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi Bidang Sains dan Aplikasi
Teknologi Nuklir.

Sejarah Berdirinya BATAN

Kegiatan pengembangan dan pengaplikasian teknologi nuklir di Indonesia


diawali dari pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet tahun
1954. Panitia Negara tersebut mempunyai tugas melakukan penyelidikan terhadap
kemungkinan adanya jatuhan radioaktif dari uji coba senjata nuklir di lautan Pasifik.

Dengan memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan


tenaga atom bagi kesejahteraan masyarakat, maka melalui Peraturan Pemerintah No.
65 tahun 1958, tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Dewan Tenaga Atom dan
Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang kemudian disempurnakan menjadi Badan
Tenaga Atom Nasional (BATAN) berdasarkan UU No. 31 tahun 1964 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Atom. Tanggal 5 Desember yang merupakan
tanggal bersejarah bagi perkembangan teknologi nuklir di Indonesia dan ditetapkan
sebagai hari jadi BATAN.

Pada perkembangan berikutnya, untuk meningkatkan penguasaan di bidang


iptek nuklir, pada tahun 1965 diresmikan pengoperasian reaktor atom pertama (Triga
Mark II) di Bandung. Kemudian berturut-turut, dibangun pula beberapa fasilitas
litbangyasa yang tersebar di berbagai pusat penelitian, antara lain Pusat Penelitian
Tenaga Atom Pasar Jumat, Jakarta (1966), Pusat Penelitian Tenaga Atom GAMA,
Yogyakarta (1967), dan Reaktor Serba Guna 30 MW (1987) disertai fasilitas
penunjangnya, seperti: fabrikasi dan penelitian bahan bakar, uji keselamatan reaktor,
pengelolaan limbah radioaktif dan fasilitas nuklir lainnya.

Klinik Kedokteran Nuklir yang pertama berdiri pada 20 Februari 1970, lima
tahun Pusat Reaktor Bandung (PRAB) atas kerjasama Departemen Kesehatan, PRAB-
BATAN, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), dan Rumah Sakit Angkatan Udara
Bandung. Untuk sementara Klinik Kedokteran Nuklir ditetapkan di PRAB, kelak
dipindahkan ke RSHS. Dua tahun kemudian pemakaian film badge mulai diterapkan
di RSHS Bandung. Beberapa bulan kemudian ( Agustus 1970) mulai ada pesanan
radioisotope I-131 yaitu RSHS Bandung, Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP)
Jakarta dan dari RS Dr. Soetomo, Surabaya.

Tanggal 18 Maret 1980, nama Pusat Reaktor Bandung (PRAB) diubah


menjadi Pusat Penelitian Teknik Nuklir (PPTN). Berdasarkan keputusan Kepala
BATAN No. 73/KA/IV/1999, tanggal 1 April 1999, nama Pusat Penelitian Teknik
Nuklir (PPTN) diubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir
(P3TkN). Berdasarkan Keputusan Kepala BATAN No.392/KA/IX/2005, tanggal 25
November 2005, nama Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir (P3TkN)
diubah menjadi Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri (PTNBR) lalu menjadi
PSTNT.
Radiofarmaka

Radiofarmaka merupakan salah satu produk hasil Badan Tenaga Nuklir Nasional
di bidang kesehatan. Radiofarmaka adalah sediaan farmasi mengandung radioaktif
(radionuklida) yang digunakan untuk diagnosis maupun terapi suatu penyakit. Kit
radiofarmaka baik dalam keadaan cair maupun kering merupakan suatu sediaan steril,
tidak mengandung radioaktif, dan telah diformulasi sedemikian rupa sehingga apabila
dicampurkan dengan radionuklida akan menghasilkan radiofarmaka bertanda
radioisotop yang siap untuk digunakan di kedokteran nuklir sesuai dengan tujuannya.

Anda mungkin juga menyukai