M. Naufal Rasyidi
PENDAHULUAN
Untuk memenuhi kebutuhan akan listrik yang terus meningkat tersebut, diperlukan
sumber energi alternatif. Hal ini dikarenakan jumlah sumber energi yang sekarang
digunakan pada pembangkit listrik seperti bahan bakar minyak atau batu bara
semakin menipis. Salah satu sumber energi alternatif yang dapat digunakan dalam
(PLTN) merupakan pembangkit listrik yang dinilai relatif aman, bersih, dan ramah
lingkungan. Selain itu, harga energi dari PLTN juga dinilai lebih murah dari energi
yang dihasilkan dengan minyak bumi dan batu bara. Namun, proses yang terjadi
pada PLTN juga dapat menimbulkan limbah. Limbah tersebut biasanya merupakan
limbah yang yang terkontaminasi dengan zat radioaktif. Limbah yang telah
kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang bertujuan untuk mengkaji proses
1
2
BATAN?
2. Apa dan bagaimanakah proses yang terjadi dalam pengolahan limbah padat
1.3 Tujuan
BATAN.
PTLR BATAN.
1.4 Manfaat
Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah:
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Universitas
depannya dan menjalin hubungan kerjasama antara pihak universitas dan pihak
perusahaan.
3. Bagi Perusahaan
3
TINJAUAN PUSTAKA
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) adalah salah satu unit kerja di
lingkungan Deputi Bidang Tenaga Energi Nuklir – BATAN yang mempunyai tugas
radioaktif sesuai dengan Perka BATAN Nomor 14 Tahun 2013. PTLR berlokasi di
Bpk. Soeharto pada tanggal 5 Desember 1988 di bawah satuan kerja Pusat
Keputusan Presiden Nomor 197 tahun 1998, nama Badan Tenaga Atom Nasional
4
5
dikembangkan untuk menjadi instansi lebih baik lagi. Motto pengelolaan limbah
Pulang Selamat“. PTLR BATAN memiliki visi sebagai berikut: ”Menjadi Sentra
Adapun misi yang diusung PTLR BATAN (2015-2019) untuk mencapai visi diatas
adalah:
persyaratan
ditentukan bahwa Badan Tenaga Atom Nasional adalah instansi pengelola limbah
radioaktif. Selain itu, limbah radioaktif juga diatur dalam Peraturan pemerintah No.
Atom Nasional yang berganti nama menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional
kantor pusat berupa Bagian dan Bidang, yaitu Bagian Tata Usaha (BTU), Bidang
Keselamatan Kerja dan Operasi (BK2O) dan Unit, yaitu Unit Jaminan Mutu dan
Limbah Radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang
telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi
nuklir yang tidak dapat digunakan lagi (Anonim, 2013). Sedangkan menurut IAEA
(International Atomic Energy Agency) limbah radioaktif adalah suatu bahan yang
konsentrasi dan aktivitas lebih besar dari clearance level yang ditetapkan oleh badan
dengan jenis limbah lainnya, terutama karena berkaitan dengan radiasi yang
jenis, yaitu limbah tingkat rendah (Low Level Waste-LLW), limbah tingkat sedang
(Intermediate Level Waste - ILW), dan limbah tingkat tinggi (High Level Waste -
limbah radioaktif yaitu limbah radioaktif tingkat rendah, limbah radioaktif tingkat
sedang, dan limbah radioaktif tingkat tinggi. Limbah Radioaktif tingkat rendah dan
tingkat sedang umunya berupa zat radioaktif terbungkus yang tidak digunakan, zat
radioaktif terbuka yang tidak digunakan, serta bahan dan peralatan terkontaminasi
penting untuk dilakukan guna terlaksananya kegiatan pengelolaan yang efektif dan
Studi tentang hal ini dapat membantu dalam membuat strategi pengelolaan yang
terbagi menjadi 2, yaitu limbah padat basah (wet solid waste) dan limbah padat
kering (dry solid waste). Klasifikasi ini bertujuan untuk memudahkan pengelolaan
menjadi 3 sumber, yaitu PLTN, daur bahan bakar nuklir, dan laboratorium
limbah padat tingkat rendah-sedang dan limbah padat tingkat tinggi. Limbah padat
tingkat rendah-sedang terdiri dari barang berbahan lain yang terkontaminasi seperti
tisu, sarung tangan, alat-alat lain. Sedangkan limbah padat radioaktif tingkat tinggi
terdiri dari bahan-bahan sisa perlengkapan pabrik dari proses olah ulang (Wati,
2007).
Limbah padat radioaktif yang timbul dari PLTN cukup banyak dan
bermacam-macam seperti tisu, pakaian laboratorium, filter bekas, dan lain lain.
tersebut dari PLTN dengan kapasitas 1000/900 Mwe adalah sekitar 1200 m3.
menjadi 300-400 L/tahun. Komposisi limbah padat dari 1000 Mwe dapat dilihat
4 m3 (incombustibleinsulation)
Pengolahan (treatment Evaporasi
and conditioning) Insenerasi
Kompaksi
Sementasi
Volume akhir per tahun 300-400 drum 200 L
(Sumber: Anonim, 1993)
yang terkompaksi, tidak terkompaksi, terbakar, tidak terbakar atau limbah basah
yang sudah melalui proses dewatering. Cairan yang sudah terpisahkan lalu dikirim
ke Sistem Pengelolaan Limbah Cair (SPLC). Lalu, gas-gas yang muncul akibat
proses pengelolaan limbah padat kering juga dikirm ke Sistem Pengelolaan Limbah
Gas (SPLG). Selai itu, area kompaktor limbah padat dilengkapi dengan satu sistem
filtrasi udara seperti HEPA filter yang bertujuan untuk mencegah gas yang dapat
radionuklida dalam SPLG harus dapat diolah sampai diimobilisasi yang memenuhi
padat terbakar dimasukkan dalam kotak sebelum diolah dengan insenerator. Abu
hasil insenerasi diimobilisasi dengan bahan semen. Limbah radioaktif yang sudah
prosentase limbah padat dan cara pengolahan ditunjukkan Tabel 2.2. (Zamroni dan
Artiani, 2011).
10
tempat dan waktu praktek kerja lapangan ini adalah sebagai berikut:
(PTLR) yang berada dalam unit kerja di lingkungan Deputi Bidang Tenaga Energi
PKL dilaksanakan selama 3 (tiga) minggu mulai tanggal 17 Juli 2017 hingga
4 Agustus 2017 pada hari Senin-Jumat dengan mengikuti jam kerja perusahaan.
11
12
Tahapan selama PKL disusun secara sistematis, seperti pada gambar 3.2.
Kajian PKL:
Pengolahan Limbah Padat Radioaktif di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
Di Batan, Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
Kajian dari PKL ini adalah Pengolahan Limbah Padat Radioaktif di Pusat
metode pencarian data serta informasi dari referensi tertulis atau karya yang akurat
dan legal. Pada umumnya metode ini menggunakan media buku, jurnal, atau
referensi acuan selama pelaksanaan PKL. Literatur juga bisa berfungsi untuk
Pada tahap ini dilakukan pengenalan secara umum mengenai profil PTLR
dibantu oleh pembimbing lapangan yang disediakan oleh perusahaan. Orientasi ini
dan digunakan sebagai bukti telah melaksanakan PKL di PTLR BATAN Serpong.
meliputi ;
PTLR BATAN
pengumpulan data selesai dan diperoleh data yang dibutuhkan. Setelah itu disusun
dan digabung dengan proses lainnya sehingga menjadi bagian dari laporan PKL.
Penarikan kesimpulan nantinya berdasarkan pada hasil akhir yang diperoleh dari
Laporan yang telah disusun akan dilaporkan kepada dosen pembimbing dalam
dapat berjalan efektif dan efisien. Maka dari itu disusun jadwal kegiatan dalam
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1993. Feasibility Study of the First Nuclear Power Plants at Muria
Peninsula Region. Jakarta: Newjec. Inc.
Amonim. 2009. Classification of Radioaktive Waste. International Atomic Energy
Agency Safety Standards Series, Vienna. 19
Anonim. 2013. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan
Limbah Radioaktif
Anonim, 2017a. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif Badan Tenaga Nuklir
Nasional, http://Tanya Jawab_Pusat Teknologi Limbah Radioaktif.html.
Diakses tanggal 19 April 2017.
Anonim, 2017b. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif Badan Tenaga Nuklir
Nasional. https://www.google.co.id/maps/place/PTLR-BATAN/@-
6.3503757,106.6598863,698m/data=!3m1!1e3!4m5!3m4!1s0x2e69e45987
0f6447:0x63f0e0bea7110170!8m2!3d-6.350381!4d106.662075?hl=en.
Diakses 3 Mei 2017.
Salimin, Z. 2003. Spent Fuel Management Strategy for Future Nuclear Power
Plants Operation in Indonesia. Storage of Spent Fuel From Power Reactors
(20). 48-49.
Wati. 2007. Limbah Radioaktif Padat yang Ditimbulkan dari Operasi Pusat Listrik
Tenaga Nuklir. Prosiding Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah V. 145-
152.
Wisnubroto, D. 2012. Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif.
http://ansn.bapeten.go.id/files/26-1.pdf. Diakses 3 Mei 2017.
Zamroni, H. dan J. Rachmadetin. 2008. Limbah Radioaktif yang Ditimbulkan dari
Operasional PLTN PWR 1000 Mwe. Prosiding Seminar Teknologi
Pengelolaan Limbah VI. 92-99.
Zamroni, H. dan P. A. Artiani. 2011. Pengolahan Limbah Radioaktif Terpadu dari
PLTN. Prosiding Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah IX. 57-66.