Anda di halaman 1dari 16

KAJIAN PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RADIOAKTIF DI

PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF, BATAN,


SERPONG, TANGERANG SELATAN, BANTEN.

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

M. Naufal Rasyidi

PROGRAM STUDI S1 ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat Indonesia akan listrik semakin meningkat setiap

tahunnya. Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi,

pertumbuhan jumlah populasi, dan peningkatan pembangunan di sektor industri.

Untuk memenuhi kebutuhan akan listrik yang terus meningkat tersebut, diperlukan

sumber energi alternatif. Hal ini dikarenakan jumlah sumber energi yang sekarang

digunakan pada pembangkit listrik seperti bahan bakar minyak atau batu bara

semakin menipis. Salah satu sumber energi alternatif yang dapat digunakan dalam

pembangkit listrik adalah tenaga nuklir (Salimin, 2003).

Menurut Zamroni dan Artiani (2011), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

(PLTN) merupakan pembangkit listrik yang dinilai relatif aman, bersih, dan ramah

lingkungan. Selain itu, harga energi dari PLTN juga dinilai lebih murah dari energi

yang dihasilkan dengan minyak bumi dan batu bara. Namun, proses yang terjadi

pada PLTN juga dapat menimbulkan limbah. Limbah tersebut biasanya merupakan

limbah yang yang terkontaminasi dengan zat radioaktif. Limbah yang telah

terkontaminasi tersebut berpotensi untuk menimbulkan dampak radiologi bagi

lingkungan. (Wati, 2007).

Berdasarkan hal tersebut, penyusun berkeinginan untuk menyusun proposal

kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang bertujuan untuk mengkaji proses

pengolahan limbah padat radioaktif di pusat teknologi limbah radioaktif di

BATAN, Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

1
2

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam Praktik Kerja Lapangan ini adalah:

1. Bagaimanakah karakteristik dari limbah padat radioaktif yang diolah di PTLR

BATAN?

2. Apa dan bagaimanakah proses yang terjadi dalam pengolahan limbah padat

radioaktif di PTLR BATAN?

1.3 Tujuan

Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik dari limbah padat radioaktif yang diolah di PTLR

BATAN.

2. Mengetahui proses yang terjadi dalam pengolahan limbah padat radioaktif di

PTLR BATAN.

1.4 Manfaat
Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah:

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa mendapat gambaran nyata kondisi dunia kerja terutama dunia

industri dan berkesempatan memanfaatkan ilmu yang sudah dimiliki serta

mengembangkannya untuk kepentingan masyarakat.

2. Bagi Universitas

Universitas menambah kepustakaan yang bermanfaat bagi universitas ke

depannya dan menjalin hubungan kerjasama antara pihak universitas dan pihak

perusahaan.

3. Bagi Perusahaan
3

Perusahaan dibantu dalam pendataan mengenai kesesuaian kegiatan

perusahaan dengan peraturan pemerintah yang berlaku sebagai pedoman untuk

berinovasi dan berkembang ke depan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil PTLR - BATAN

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) adalah salah satu unit kerja di

lingkungan Deputi Bidang Tenaga Energi Nuklir – BATAN yang mempunyai tugas

melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi pengelolaan limbah

radioaktif sesuai dengan Perka BATAN Nomor 14 Tahun 2013. PTLR berlokasi di

BATAN Kawasan Puspiptek Serpong (Sekarang Setu), Kota Tangerang Selatan,

Propinsi Banten dengan luas bangunan keseluruhan 4.440 m2 (Anonim, 2017a).

2.1.1 Sejarah PTLR BATAN

Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif diresmikan pertama kali oleh Presiden RI

Bpk. Soeharto pada tanggal 5 Desember 1988 di bawah satuan kerja Pusat

Teknologi Pengelolaan Limbah Radioaktif (PTPLR) - BATAN. Saat itu BATAN

masih berkepanjangan Badan Tenaga Atom Nasional. Selanjutnya, melalui

Keputusan Presiden Nomor 197 tahun 1998, nama Badan Tenaga Atom Nasional

diubah menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional. Dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran Bab VI Pengelolaan Limbah Radioaktif,

Pasal 23 menyebutkan bahwa Pengelolaan Limbah Radioaktif dilaksanakan oleh

Badan Pelaksana dan dipertegas dalam PP Nomor 61 Tahun 2013 Tentang

Pengelolaan Limbah Radioaktif. Kedudukan Badan Tenaga Nuklir Nasional

(BATAN) sebagai badan pelaksana juga dipertegas dengan Peraturan Presiden 46

tahun 2013 tentang Badan Tenaga Nuklir Nasional (Anonima, 2017).

4
5

2.1.2 Moto, Budaya, Visi, dan Misi PTLR BATAN

Lingkungan kerja PTLR BATAN mempunyai motto serta budaya yang

dikembangkan untuk menjadi instansi lebih baik lagi. Motto pengelolaan limbah

radioaktif di PTLR BATAN adalah PEDULI, yang merupakan singkatan dari

Pionir, Efektif&Efisien, Disiplin, Unggul, Lugas, Inovatif. Sedangkan budaya

keselamatan di PTLR BATAN adalah “Pergi Selamat, Kerja Selamat, Lingkungan,

Pulang Selamat“. PTLR BATAN memiliki visi sebagai berikut: ”Menjadi Sentra

Pengembangan Teknologi dan Pelayanan Pengelolaan Limbah Radioaktif”.

Adapun misi yang diusung PTLR BATAN (2015-2019) untuk mencapai visi diatas

adalah:

1. Meningkatkan penguasaan teknologi pengelolaan limbah radioaktif dengan cara

melaksanakan penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi sesuai

dengan kebutuhan sesuai perkembangan teknologi, peraturan perundangan, dan

persyaratan

2. Meningkatkan kualitas layanan pengelolaan limbah radioaktif, secara selamat,

aman, handal, dan berwawasan lingkungan bagi pemangku kepentingan dengan

cara menerapkan standar layanan dan SMM pengolahan limbah radioaktif

3. Meningkatkan pemahaman dan penerimaan masyarakat pada pengelolaan

limbah radioaktif dengan cara melaksanakan pembinaan pengelolaan limbah

Radioaktif (Anonima, 2017).

2.1.3 Dasar Hukum PTLR BATAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1997 tentang

Ketenaganukliran, Bab VI Pengelolaan Limbah Radioaktif, Pasal 23 menyebutkan

bahwa Pengelolaan limbah radioaktif dilaksanakan oleh Badan Pelaksana. Sesuai


6

dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1999 tentang

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Pasal 5 dan penjelasannya

ditentukan bahwa Badan Tenaga Atom Nasional adalah instansi pengelola limbah

radioaktif. Selain itu, limbah radioaktif juga diatur dalam Peraturan pemerintah No.

61 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif. Selanjutnya Badan Tenaga

Atom Nasional yang berganti nama menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional

(BATAN) menjadi satu-satunya instansi kepemerintahan yang mempunyai

wewenang dalam mengelola limbah radioaktif (Anonima, 2017).

2.1.4 Struktur Organisasi PTLR BATAN

Struktur organisasi di lingkungan PTLR BATAN, terdiri dari oranisasi di

kantor pusat berupa Bagian dan Bidang, yaitu Bagian Tata Usaha (BTU), Bidang

Pengelolaan Limbah (BPL), Bidang Teknologi Pengolahan dan Penyimpanan

Limbah (BTPPL), Bidang Pengembangan Fasilitas Limbah (BPFL), Bidang Bidang

Keselamatan Kerja dan Operasi (BK2O) dan Unit, yaitu Unit Jaminan Mutu dan

Unit Pengamanan Nuklir (Anonima, 2017).

2.2 Limbah Radioaktif

Limbah Radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang

telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi

nuklir yang tidak dapat digunakan lagi (Anonim, 2013). Sedangkan menurut IAEA

(International Atomic Energy Agency) limbah radioaktif adalah suatu bahan yang

mengandung, atau terkontaminasi dengan, radionuklida yang mempunyai

konsentrasi dan aktivitas lebih besar dari clearance level yang ditetapkan oleh badan

pengawas, dan diperkirakan tidak digunakan lagi (Wisnubroto, 2012). Limbah


7

radioaktif merupakan jenis limbah yang memiliki karakteristik yang berbeda

dengan jenis limbah lainnya, terutama karena berkaitan dengan radiasi yang

ditimbulkan, sehingga berdasar kekhasan karakteristiknya, limbah jenis radioaktif

memerlukan mekanisme pengelolaan yang berbeda dengan jenis limbah lainnya.

2.2.1 Karakteristik dan Klasifikasi Limbah Radioaktif

Karakteristik limbah radioaktif sangat berkaitan erat dengan radiasi yang

dimilikinya. Setiap limbah radioaktif memiliki energi radiasi yang berbeda

didasarkan atas zat-zat radioaktif penyusunnya. Undang-Undang Nomor 10/1997

tentang Ketenaganukliran mengklasifikasikan limbah radiokaktif menjadi 3 (tiga)

jenis, yaitu limbah tingkat rendah (Low Level Waste-LLW), limbah tingkat sedang

(Intermediate Level Waste - ILW), dan limbah tingkat tinggi (High Level Waste -

HLW). Sedangkan klasifikasi menurut PP No. 61 tahun 2013 tentang pengelolaan

limbah radioaktif yaitu limbah radioaktif tingkat rendah, limbah radioaktif tingkat

sedang, dan limbah radioaktif tingkat tinggi. Limbah Radioaktif tingkat rendah dan

tingkat sedang umunya berupa zat radioaktif terbungkus yang tidak digunakan, zat

radioaktif terbuka yang tidak digunakan, serta bahan dan peralatan terkontaminasi

dan/atau teraktivasi yang tidak digunakan. Sedangkan limbah radioaktif tingkat

tinggi berupa Bahan Bakar Nuklir Bekas (Anonim, 2013).

Studi tentang karakteristik dan klasifikasi limbah radioaktif menjadi sangat

penting untuk dilakukan guna terlaksananya kegiatan pengelolaan yang efektif dan

efisien dengan berlandaskan atas prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan kerja.

Studi tentang hal ini dapat membantu dalam membuat strategi pengelolaan yang

tepat, merencanakan dan mendesain fasilitas pengelolaan limbah radioaktif, dan

manfaat-manfaat lainnya (Anonim, 2009).


8

2.3 Limbah Padat Radioaktif

Jenis limbah padat yang mengandung radioaktif berdasarkan bentuknya

terbagi menjadi 2, yaitu limbah padat basah (wet solid waste) dan limbah padat

kering (dry solid waste). Klasifikasi ini bertujuan untuk memudahkan pengelolaan

di tingkat berikutnya. Sumber utama limbah padat radioaktif dapat dikategorikan

menjadi 3 sumber, yaitu PLTN, daur bahan bakar nuklir, dan laboratorium

penelitian. Berdasarkan tingkat radiasinya, limbah padat radioaktif terbagi menjadi

limbah padat tingkat rendah-sedang dan limbah padat tingkat tinggi. Limbah padat

tingkat rendah-sedang terdiri dari barang berbahan lain yang terkontaminasi seperti

tisu, sarung tangan, alat-alat lain. Sedangkan limbah padat radioaktif tingkat tinggi

terdiri dari bahan-bahan sisa perlengkapan pabrik dari proses olah ulang (Wati,

2007).

Limbah padat radioaktif yang timbul dari PLTN cukup banyak dan

bermacam-macam seperti tisu, pakaian laboratorium, filter bekas, dan lain lain.

Limbah-limbah tersebut terbagi menjadi limbah terbakar, limbah tidak terbakar,

limbah terkompaksi, dan limbah tidak terkompaksi. Jumlah dari limbah-limbah

tersebut dari PLTN dengan kapasitas 1000/900 Mwe adalah sekitar 1200 m3.

Jumlah limbah-limbah tersebut setelah dikompaksi, diinsinerasi, dan disementasi

menjadi 300-400 L/tahun. Komposisi limbah padat dari 1000 Mwe dapat dilihat

pada tabel 2.1 (Zamroni dan Rachmadetin, 2008)

Tabel 2.1. Limbah padat radioaktif dari PLTN 1000 Mwe


Volume tiap tahun (m3)
3
Volume limbah sebelum 50 m (solidified liquid)
diolah per tahun 375 m3 (combustible rag, poly-sheet, wood)
12 m3 (rubber, spent charcoal)
30 m3 (spent resin)
35 m3 (incombustible air filter)
10 pc (incombustible liquid filter)
9

4 m3 (incombustibleinsulation)
Pengolahan (treatment Evaporasi
and conditioning) Insenerasi
Kompaksi
Sementasi
Volume akhir per tahun 300-400 drum 200 L
(Sumber: Anonim, 1993)

2.4 Sistem Pengelolaan Limbah Padat (SPLP)

Sistem pengelolaan limbah padat dirancang untuk mengolah limbah padat

yang terkompaksi, tidak terkompaksi, terbakar, tidak terbakar atau limbah basah

yang sudah melalui proses dewatering. Cairan yang sudah terpisahkan lalu dikirim

ke Sistem Pengelolaan Limbah Cair (SPLC). Lalu, gas-gas yang muncul akibat

proses pengelolaan limbah padat kering juga dikirm ke Sistem Pengelolaan Limbah

Gas (SPLG). Selai itu, area kompaktor limbah padat dilengkapi dengan satu sistem

filtrasi udara seperti HEPA filter yang bertujuan untuk mencegah gas yang dapat

mengkontaminasi lingkungan keluar (Zamroni dan Artiani, 2011).

Limbah padat seperti filter yang digunakan menangkap partikulat atau

radionuklida dalam SPLG harus dapat diolah sampai diimobilisasi yang memenuhi

standar pengangkutan dan penerimaan pada fasilitas penyimpanan yang diizinkan.

Semua limbah padat yang dikirim ke fasilitas penyimpanan sementara selanjutnya

dilakukan pengepakan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Limbah

padat terbakar dimasukkan dalam kotak sebelum diolah dengan insenerator. Abu

hasil insenerasi diimobilisasi dengan bahan semen. Limbah radioaktif yang sudah

diproses selanjutnya dikirim ke lokasi penyimpanan sementara sebelum dilakukan

disposal dan harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang sudah ditetapkan. Sifat,

prosentase limbah padat dan cara pengolahan ditunjukkan Tabel 2.2. (Zamroni dan

Artiani, 2011).
10

Tabel 2.2. Sifat, prosentase limbah padat dan cara pengolahan


Sumber dan Sifat Limbah % Komposisi Cara Pengolahan
Terbakar 40-80 Insenerasi
Terkompaksu tak terbakar 20-60 Superkompaksi
Metal 5-30 Pelelehan
Kayu 0-15 Insenerasi
Rak bahan bakar <1 Pelelehan
Isolasi panas <3 Superkompaksi
Filter udara <3 Superkompaksi
Karbon aktif <3 Kondisioning
Beton <1 Kondisioning
Tanah <1 Kondisioning
Absorber pelumas <1 Insenerasi
(Sumber: Zamroni dan Artiani, 2011)
BAB III

METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1 Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang akan dilaksanakan adalah kegiatan

studi lapangan di bidang lingkungan mengenai kajian tentang pengolahan limbah

radioaktif khususnya limbah padat radioaktif di PTLR BATAN Serpong. Adapun

tempat dan waktu praktek kerja lapangan ini adalah sebagai berikut:

3.1.1 Tempat pelaksanaan

Tempat pelaksanaan PKL yaitu di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

(PTLR) yang berada dalam unit kerja di lingkungan Deputi Bidang Tenaga Energi

Nuklir – BATAN, Kawasan Puspiptek Serpong (Sekarang Setu), Kota Tangerang

Selatan, Provinsi Banten.

Gambar 3.1 Lokasi PTLR BATAN, Serpong, Tangerang Selatan (Anonim,


2017b)

3.1.2 Waktu pelaksanaan

PKL dilaksanakan selama 3 (tiga) minggu mulai tanggal 17 Juli 2017 hingga

4 Agustus 2017 pada hari Senin-Jumat dengan mengikuti jam kerja perusahaan.

11
12

3.2 Metode Kerja

Tahapan selama PKL disusun secara sistematis, seperti pada gambar 3.2.

Kajian PKL:
Pengolahan Limbah Padat Radioaktif di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
Di Batan, Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

Studi literatur yang sesuai:


1. Profil tentang PTLR BATAN Serpong,
2. Data literatur tentang klasifikasi, karakteristik dan
pengolahan limbah padat radioaktif,
3. Data literatur tentang pengolahan limbah padat
radioaktif.

Orientasi dan Observasi awal kegiatan PKL

Proses pengumpulan data di PTLR BATAN Serpong:


1. Data mengenai karakteristik limbah padat radioaktif yang dapat
diolah PTLR BATAN.
2. Data mengenai serangkaian proses pengolahan limbah padat
radioaktif.

Analisa Data dan Pembahasan

Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan

Gambar 3.2 Kerangka Operasional PKL

3.2.1 Kajian Praktek Kerja Lapangan

Kajian dari PKL ini adalah Pengolahan Limbah Padat Radioaktif di Pusat

Teknologi Limbah Radioaktif Di Batan, Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

3.2.2 Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mendukung proses PKL terutama untuk

penyusunan laporan. Studi literatur dilakukan dengan beberapa metode seperti


13

metode pencarian data serta informasi dari referensi tertulis atau karya yang akurat

dan legal. Pada umumnya metode ini menggunakan media buku, jurnal, atau

website. Literatur-literatur tersebut nantinya digunakan sebagai daftar pustaka dasar

referensi acuan selama pelaksanaan PKL. Literatur juga bisa berfungsi untuk

memperluas dan membatasi bidang yang akan dikaji.

3.2.3 Orientasi dan observasi awal kegiatan PKL

Pada tahap ini dilakukan pengenalan secara umum mengenai profil PTLR

BATAN Serpong dengan mengamati operasi di PTLR BATAN Serpong yang

dibantu oleh pembimbing lapangan yang disediakan oleh perusahaan. Orientasi ini

memiliki tujuan untuk memudahkan adaptasi dengan lingkungan dan melakukan

analisis yang berkaitan dengan kajian PKL.

3.2.4 Proses pengumpulan data

Pengumpulan data bertujuan untuk data dasar referensi penyusunan laporan

dan digunakan sebagai bukti telah melaksanakan PKL di PTLR BATAN Serpong.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemantauan langsung di lapangan,

diskusi atau wawancara dengan karyawan setempat serta pengumpulan data-data

sekunder yang berhubungan. Pengumpulan data ini di bawah bimbingan dan

pantauan dari pembimbing lapangan. Pengumpulan data-data yang dimaksut

meliputi ;

1. Data mengenai karakteristik limbah padat radioaktif yang dapat diolah di

PTLR BATAN

2. Data mengenai serangkaian proses pengolahan limbah padat radiaoktfi.


14

3.2.5 Analisis data dan pembahasan

Analisis data dan pembahasan biasanya dilakukan setelah proses

pengumpulan data selesai dan diperoleh data yang dibutuhkan. Setelah itu disusun

dan digabung dengan proses lainnya sehingga menjadi bagian dari laporan PKL.

Penarikan kesimpulan nantinya berdasarkan pada hasil akhir yang diperoleh dari

analisis data dan pembahasan.

3.2.6 Penyusunan laporan PKL

Penyusunan laporan PKL disesuaikan dengan pedoman yang sudah ada.

Laporan yang telah disusun akan dilaporkan kepada dosen pembimbing dalam

bentuk asistensi untuk dilakukan revisi dan perbaikan.

3.3 Jadwal Pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan kegiatan PKL dapat diorganisir dan dijadwalkan agar

dapat berjalan efektif dan efisien. Maka dari itu disusun jadwal kegiatan dalam

pelaksaan kegiatan PKL yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Praktek Kerja Lapangan


Minggu ke-
No. Kegiatan
I II III
1 Studi Literatur
2
Orientasi dan Observasi awal PKL

3 Proses Pengumpulan Data


4
Analisis Data dan Pembahasan
5 Penyusunan Laporan PKL
15

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1993. Feasibility Study of the First Nuclear Power Plants at Muria
Peninsula Region. Jakarta: Newjec. Inc.
Amonim. 2009. Classification of Radioaktive Waste. International Atomic Energy
Agency Safety Standards Series, Vienna. 19
Anonim. 2013. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan
Limbah Radioaktif
Anonim, 2017a. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif Badan Tenaga Nuklir
Nasional, http://Tanya Jawab_Pusat Teknologi Limbah Radioaktif.html.
Diakses tanggal 19 April 2017.
Anonim, 2017b. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif Badan Tenaga Nuklir
Nasional. https://www.google.co.id/maps/place/PTLR-BATAN/@-
6.3503757,106.6598863,698m/data=!3m1!1e3!4m5!3m4!1s0x2e69e45987
0f6447:0x63f0e0bea7110170!8m2!3d-6.350381!4d106.662075?hl=en.
Diakses 3 Mei 2017.
Salimin, Z. 2003. Spent Fuel Management Strategy for Future Nuclear Power
Plants Operation in Indonesia. Storage of Spent Fuel From Power Reactors
(20). 48-49.
Wati. 2007. Limbah Radioaktif Padat yang Ditimbulkan dari Operasi Pusat Listrik
Tenaga Nuklir. Prosiding Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah V. 145-
152.
Wisnubroto, D. 2012. Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif.
http://ansn.bapeten.go.id/files/26-1.pdf. Diakses 3 Mei 2017.
Zamroni, H. dan J. Rachmadetin. 2008. Limbah Radioaktif yang Ditimbulkan dari
Operasional PLTN PWR 1000 Mwe. Prosiding Seminar Teknologi
Pengelolaan Limbah VI. 92-99.
Zamroni, H. dan P. A. Artiani. 2011. Pengolahan Limbah Radioaktif Terpadu dari
PLTN. Prosiding Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah IX. 57-66.

Anda mungkin juga menyukai