Oleh :
JURUSAN FISIKA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia pada bidang industri, kesehatan dan
penelitian semakin berjalan dengan perkembangan jumlah penduduk, teknologi,
pengetahuan, budaya, dll dan telah terbukti secara nyata memberikan kontribusi
yang berarti bagi masyarakat Indonesia. Di bidang kesehatan, tenaga nuklir
berperan dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan masyarakat antara lain
untuk tujuan diagnostik, terapi dan penelitian. Pemanfaatan tenaga nuklir pada
sektor industri secara langsung berperan dalam meningkatkan mutu dan laju
produksi termasuk industri pertambangan yang merupakan salah satu sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Efisiensi proses produksi yang tidak akan
pernah mencapai 100 % berdampak dihasilkannya limbah padat, cair, gas yang
harus dikelola dengan bijaksana, artinya bahwa pengelolaan limbah tersebut
mampu mengoptimalkan tuntutan kepentingan dari berbagai pihak terkait,
terutama kepentingan masyarakat dan lingkungan hidup. Mengingat
kompleksnya permasalahan limbah maka sebelum terbentuknya limbah
hendaknya dilakukan tindakan-tindakan yang berorientasi pada upaya
meminimalkan terjadinya limbah yang dapat dilakukan melalui seleksi bahan
baku, rekayasa proses dan penerapan prinsip reuse, recycle dan recovery. Bidang
radioekologi saat ini banyak menarik perhatian para pecinta lingkungan,
terutama berkaitan dengan masalah limbah radioaktif. Limbah radioaktif selama
ini tidak pernah dibuang ke lingkungan secara sembarangan karena telah diatur
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku secara nasional dan tidak
bertentangan dengan ketentuan yang berlaku secara internasional. Pengaturan
limbah radioaktif dan paparan radiasi secara internasional ditetapkan oleh
International Atomic Energy Agency (IAEA) dan International Commission on
Radiological Protection (ICRP) sedangkan di Indonesia diawasi oleh Badan
Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran Pasal 14
ayat 2 dilaksanakan melalui peraturan, perizinan dan inspeksi. Peraturan dan
perizinan yang diberikan oleh BAPETEN juga memperhatikan Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang
lainnya yang terkait beserta produk hukum dibawahnya. Pada dasarnya tingkat
bahaya limbah radioaktif tidak berbeda dengan limbah berbahaya lainnya, yang
membedakan adalah penyebab dan mekanisme terjadinya interaksi dengan
target. Karakteristik bahaya dari limbah radioaktif adalah memancarkan radiasi
yang dapat mengionisasi atau merusak target sehingga menjadi tidak
stabil/disfungsi, sedangkan karakteristik bahaya dari limbah B3 antara lain:
mudah meledak, mudak terbakar, beracun, reaktif, menyebabkan infeksi dan
bersifat korosif. Dalam pengelolaan limbah B3 dikenal konsep Cradle to Grave
yaitu pengawasan terhadap limbah B3 dari sejak dihasilkan hingga penanganan
akhir. Makalah ini akan membahas implementasi dari sistem pengelolaan limbah
nuklir radioaktif untuk limbah radioaktif dengan treatment dari setiap fase akan
menyesuaikan dengan karakteristik limbah radioaktif.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari
pencemaran limbah nuklir radioaktif, jenis-jenis pencemaran limbah nuklir
radioaktif dan karakteristik dari limbah radioaktif serta mengetahui pengelolaan
limbah radioaktif tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah Uranium
Limbah uranium dihasilkan dari proses konversi dan fabrikasi
bahan bakar serta dari mesin sentrifugal pada saat proses
pengayaan. Jenis limbah ini mempunyai waktu paro yang sangat
panjang walaupun aktivitas radiasinya rendah dan tidak dapat
disimpan pada fasilitas penyimpanan tanah dangkal.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, B., Susanto, Sunardi. 2011. Pengelolaan Limbah Radioaktif Padat dan
Cair Di Pusat Teknologi Bahan Bakar Nukli Tahun 2010. Seminar Nasional
SDM Teknologi Nuklir VII. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir: Yogyakarta