Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENDAHULUAN FISIKA INTI

“LIMBAH NUKLIR RADIOAKTIF”

Oleh :

Fanli Hiunsee (19505017)

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia pada bidang industri, kesehatan dan
penelitian semakin berjalan dengan perkembangan jumlah penduduk, teknologi,
pengetahuan, budaya, dll dan telah terbukti secara nyata memberikan kontribusi
yang berarti bagi masyarakat Indonesia. Di bidang kesehatan, tenaga nuklir
berperan dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan masyarakat antara lain
untuk tujuan diagnostik, terapi dan penelitian. Pemanfaatan tenaga nuklir pada
sektor industri secara langsung berperan dalam meningkatkan mutu dan laju
produksi termasuk industri pertambangan yang merupakan salah satu sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Efisiensi proses produksi yang tidak akan
pernah mencapai 100 % berdampak dihasilkannya limbah padat, cair, gas yang
harus dikelola dengan bijaksana, artinya bahwa pengelolaan limbah tersebut
mampu mengoptimalkan tuntutan kepentingan dari berbagai pihak terkait,
terutama kepentingan masyarakat dan lingkungan hidup. Mengingat
kompleksnya permasalahan limbah maka sebelum terbentuknya limbah
hendaknya dilakukan tindakan-tindakan yang berorientasi pada upaya
meminimalkan terjadinya limbah yang dapat dilakukan melalui seleksi bahan
baku, rekayasa proses dan penerapan prinsip reuse, recycle dan recovery. Bidang
radioekologi saat ini banyak menarik perhatian para pecinta lingkungan,
terutama berkaitan dengan masalah limbah radioaktif. Limbah radioaktif selama
ini tidak pernah dibuang ke lingkungan secara sembarangan karena telah diatur
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku secara nasional dan tidak
bertentangan dengan ketentuan yang berlaku secara internasional. Pengaturan
limbah radioaktif dan paparan radiasi secara internasional ditetapkan oleh
International Atomic Energy Agency (IAEA) dan International Commission on
Radiological Protection (ICRP) sedangkan di Indonesia diawasi oleh Badan
Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran Pasal 14
ayat 2 dilaksanakan melalui peraturan, perizinan dan inspeksi. Peraturan dan
perizinan yang diberikan oleh BAPETEN juga memperhatikan Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang
lainnya yang terkait beserta produk hukum dibawahnya. Pada dasarnya tingkat
bahaya limbah radioaktif tidak berbeda dengan limbah berbahaya lainnya, yang
membedakan adalah penyebab dan mekanisme terjadinya interaksi dengan
target. Karakteristik bahaya dari limbah radioaktif adalah memancarkan radiasi
yang dapat mengionisasi atau merusak target sehingga menjadi tidak
stabil/disfungsi, sedangkan karakteristik bahaya dari limbah B3 antara lain:
mudah meledak, mudak terbakar, beracun, reaktif, menyebabkan infeksi dan
bersifat korosif. Dalam pengelolaan limbah B3 dikenal konsep Cradle to Grave
yaitu pengawasan terhadap limbah B3 dari sejak dihasilkan hingga penanganan
akhir. Makalah ini akan membahas implementasi dari sistem pengelolaan limbah
nuklir radioaktif untuk limbah radioaktif dengan treatment dari setiap fase akan
menyesuaikan dengan karakteristik limbah radioaktif.

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari
pencemaran limbah nuklir radioaktif, jenis-jenis pencemaran limbah nuklir
radioaktif dan karakteristik dari limbah radioaktif serta mengetahui pengelolaan
limbah radioaktif tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pencemaran Limbah Radoaktif


Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah
terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi
nuklir dan fasilitas pemanfaatan zat radioaktif, yang tidak dapat digunakan lagi.
Limbah radioaktif berdasarkan bentuk fisiknya terdiri dari limbah radioaktif
padat, cair dan gas. Limbah cair dibedakan menjadi aqueous dan organik,
sedangkan limbah padat dibedakan menjadi tekompaksi-tidak terkompaksi dan
terbakar-tidak terbakar. Limbah radioaktif (LRA) yang dihasilkan dari
penggunaan tenaga nuklir, berdasarkan konsentrasi dan asalnya dikelompokkan
menjadi 2 yaitu HLW (High Level Waste) dan LLW (Low Level Waste).
Sebagai contoh ditunjukkan pada Tabel 2.1 pengelompokan dan jenis limbah
radioaktif yang dihasilkan, dan Gambar 2.1 menunjukkan asal dan jenis limbah
radioaktif.

a. HLW (High Level Waste)


HLW dihasilkan dari pemisahan uranium dan plutonium dari bahan
bakar bekas pada fasilitas olah ulang. Sebagian besar radionuklida HLW
berasal dari unsur hasil belahan yang diperoleh dari proses ekstraksi
uranium dan plutonium hasil penguraian bahan bakar bekas. Limbah ini
disebut limbah radioaktif cair tingkat tinggi yang akan distabilkan
dengan cara vitrifikasi (blok gelas) sebagai LRA tingkat tinggi (HLW).

b. LLW (Low Level Waste)


Pada bagian ini akan dibagi menjadi dua, antara lain
 Limbah PLTN
Limbah PLTN adalah limbah yang dihasilkan dari proses
pengoperasian PLTN, terutama nuklida yang memancarkan beta
dan gamma dengan waktu paro pendek. Limbah jenis ini akan
disimpan pada fasiltas penyimpanan tanah dangkal seperti yang
ada di Rokkashomura-Jepang. Pada limbah terdapat rentang
tingkat radioaktivitas yang lebar dan dapat dikelompokkan
menjadi 3, yaitu tinggi (pemancar beta-gamma), sedang dan
rendah.

 Limbah Uranium
Limbah uranium dihasilkan dari proses konversi dan fabrikasi
bahan bakar serta dari mesin sentrifugal pada saat proses
pengayaan. Jenis limbah ini mempunyai waktu paro yang sangat
panjang walaupun aktivitas radiasinya rendah dan tidak dapat
disimpan pada fasilitas penyimpanan tanah dangkal.

 Limbah yang berasal dari fasilitas radioisotop dan laboratorium


Aplikasi radioisotop mencakup bidang yang sangat luas,
misalnya dalam bidang kedokteran (diagnostik dan terapi),
farmasi (sebagai perunut), serta industri. Dari kegiatan tersebut
dihasilkan limbah radioaktif. Sedangkan limbah yang berasal dari
laboratorium (pusat riset,universitas,swasta) yang berhubungan
dengan penelitian seperti penggunaan sumber radiasi, bahan
bakar reaktor, fasilitas pengolahan bahan bakar, disebut sebagai
limbah laboratorium. Limbah tersebut akan disimpan dalam
sistem penyimpanan sederhana pada fasilitas tanah dangkal.

B. Pengelolaan limbah radioaktif


Pengelolaan limbah radioaktif  di Indonesia diatur oleh Peraturan
Pemerintah Nomor 61 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif (PP
61/2013).
Berdasarkan PP 61/2013, yang dimaksudkan dengan Pengelolaan Limbah
Radioaktif adalah pengumpulan, pengelompokan, pengolahan, pengangkutan,
penyimpanan, dan/atau pembuangan Limbah Radioaktif.
Pengelolaan Limbah Radioaktif dilaksanakan oleh Penghasil Limbah
Radioaktif dan BATAN. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) adalah
satuan kerja dibawah BATAN yang mengemban tugas dan fungsi  BATAN
dalam melaksanakan pengelolaan limbah radioaktif untuk mencegah timbulnya
bahaya radiasi terhadap manusia dan lingkungan, serta melaksanakan
pengendalian keselamatan lingkungan untuk mendukung kegiatan pemanfaatan
iptek nuklir.
Dalam PP tersebut juga dinyatakan bahwa Penghasil Limbah Radioaktif
adalah pemegang izin pemanfaatan sumber radiasi pengion atau bahan nuklir
dan/atau izin pembangunan, pengoperasian dan dekomisioning instalasi nuklir
yang karena kegiatannya menghasilkan Limbah Radioaktif.
Gambar 2.1 Jenis dan sumber utama limbah radioaktif
Tabel 2.1 Pengelompokan dan jenis limbah radioaktif yang dihasilkan Jepang
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:


1. Pencemaran limbah radioaktif merupakan pencemaran zat radioaktif dan bahan
serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena
pengoperasian instalasi nuklir dan fasilitas pemanfaatan zat radioaktif, yang
tidak dapat digunakan lagi.
2. Limbah radioaktif berdasarkan bentuk fisiknya terdiri dari limbah radioaktif
padat, cair dan gas.
3. Sumber radioaktif bekas antara lain sumber dengan umur paro ≤ 100 hari dengan
aktivitas sangat tinggi, sumber dengan aktivitas rendah, misalnya untuk tujuan
kalibrasi, sumber yang berpotensi memberikan bahaya kontaminasi dan
kebocoran dan sumber dengan umur paro >100 hari yang memiliki aktivitas
tinggi maupun rendah.
4. Pengelolaan Limbah Radioaktif dilakukan dengan cara: pengumpulan,
pengelompokan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan/atau
pembuangan Limbah Radioaktif.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

 Alfiyan, M., Akhmad, R.Y. 2010. Strategi Pengelolaan Limbah Radioaktif Di


Indonesia Ditinjau Dari Konsep Cradle to Grave. Jurnal Teknologi Pengelolaan
Limbah, Vol 13(2), hal 1-7

 Prayitno, B., Susanto, Sunardi. 2011. Pengelolaan Limbah Radioaktif Padat dan
Cair Di Pusat Teknologi Bahan Bakar Nukli Tahun 2010. Seminar Nasional
SDM Teknologi Nuklir VII. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir: Yogyakarta

 www.batan.go.id. Kelompok, Jenis dan Pengolahan Limbah Radioaktif. Diakses


pada tanggal 6 Juni 2022. Tondano, perum Paesa Unima

Anda mungkin juga menyukai