Anda di halaman 1dari 30

Studi Kasus Farmasi

Industri Pengolaan
Limbah Radiofarmaka

Kelompok 1
Ervina Nila Rahmawati – 2220444953
Fatihatul Mujtahida - 2220444955
Kasus 1
Seorang Apoteker pada sebuah Industri Obat yang ditempatkan dibagian QC bertugas melakukan pemeriksaan limbah
radiofarmaka

1. Bagaimana pengolahan limbah dengan cara reduce, berikan contoh dan apa manfaatnya?
2. Sebutkan macam produk radiofarmaka
3. Bagaimana cara pengolahan limbah radiofarmaka cair?
4. Bagaimana cara pengolahan limbah radiofarmaka padat?
5. Bagaimana jika limbah tersebut langsung dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu?
01
Pengolahan Limbah Secara
Reduce
REDUCE
Mengurangi pemakaian barang- Contoh:
● ketika belanja bisa membawa tas
barang yang bisa menimbulkan
belanja sendiri dari rumah
sampah. sehingga kita tidak perlu tas
Manfaat: plastik dari toko
Meminimalkan terjadinya ● Membeli produk kemasan yang
penumpukan limbah yang semakin bisa digunakan kembali atau
meningkat. barang yang bisa diisi ulang,
seperti pewangi pakaian, pensil,
bolpen yang sudah disediakan isi
ulangnya
02
Macam-macam Produk
Radiofarmaka
Contoh produk
radiofarmaka
1. Larutan NaI-131 oral
2. Larutan NaI-131 injeksi
3. Larutan hippuran I-121
4. Kapsul I-131
5. Generator Tc-99m
6. Kit kering radiofarmaka berbasis Tc-99m
Pemanfaatan radionuklida dilakukan untuk tujuan diagnosis atau terapi beberapa gangguan
penyakit pada otak, kelenjar tiroid, jantung, paru-paru, hati, limpa dan sistem pencernaan, ginjal
dan tulang.

Radionuklida Bentuk Sediaan Penggunaan Dosis lazim Rute pemberianb


(Dewasa)
Karbon C11 Karbon Jantung: Pengukuran 60-100 mCi Inhalasi
monoksida volume darah
Karbon C11 Injeksi Otak: Pencitraan 20-30 mCi Intravena
Flumazenil reseptor benzodiazepin
Karbon C 14 Urea Diagnosis 1 µCi Oral
infeksi Helicobacter
pylori
Fosfor P 32 Suspensi fosfat Efusi pleura dan 10-20 mCi Intraperitoneal atau
kromik peritoneal intrapleura (bukan untuk
penggunaan iv)
03
Pengolahan Limbah
Radiofarmaka Cair
Contoh Limbah Radioaktif cair antara lain:
Sisa larutan injeksi radiofarmaka yang dikeluarkan dari vial dengan menggunakan syringe, eluen
kromatografi lapisan tipis bekas dan hasil pencucian tangan petugas dan pencucian peralatan.

Pengolahan Limbah Radioaktif cair menurut peraturan BAPETEN no. 8 tahun 2016 sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat dilakukan antara lain dengan teknik:
• Pengendapan kimia
• Evaporasi
• pertukaran ion
• Filtrasi
• Sentrifugasi
• Ultrafiltrasi
• Elektrodialisis
• Insinerasi
• Reverse osmosis.
Limbah radioaktif cair, berdasarkan aktivitasnya dapat dikategorikan menjadi 5, yang merupakan kompromi
antara persyaratan dari pengolahan limbah dalam instalasi nuklir, yaitu :

a) Kategori 1 : Limbah radioaktif cair yang mengandung radionuklida dengan konsentrasi sama atau di bawah
10-6 µCi/ml. Limbah cair ini biasanya tidak diolah langsung dapat dibuang ke saluran atau lingkungan.

b) Kategori 2 : Limbah radioaktif cair yang mengandung radionuklida dengan konsentrasi lebih besar dari 10-6
µCi/ml, tetapi sama atau dibawah 10-3 µCi/ml. Limbah cair ini umumnya diolah dengan metode pengolahan
kimia, penukar ion dan evaporasi, tanpa memerlukan shielding (perisai).

c) Kategori 3 : Limbah radioaktif cair yang mengandung radionuklida dengan konsentrasi lebih besar dari 10-3
µCi/ml, tetapi sama atau dibawah 10-1 µCi/ml. Limbah cair ini umumnya diolah dengan metode seperti
tersebut di atas, diperlukan shielding dari sebagian peralatan.

d) Kategori 4 : Limbah radioaktif cair yang mengandung radionuklida dengan konsentrasi lebih besar dari 10-1
µCi/ml. Limbah cair ini diolah dengan metode tersebut di atas, dengan shielding seluruh peralatan.

e) Kategori 5 : Terdiri dari limbah radioaktif cair yang aktivitasnya lebih besar dari 104 µCi/ml. Limbah cair ini
diolah dan perlu pendingin.
Bagan Proses Pengelolaan Limbah Radiofarmaka Cair

KETERANGAN
T1. Apakah limbah dipakai ulang
atau dilepas?
T2. Apakah suspense padatan harus
dipisahkan?
T3. Apakah komposisi utama zat
organis?
T4. Apakah jenis radioaktivitas
bermuatan ion?
T5. Apakah zat terlarut cocok
dipisahkan dengan teknologi
membran?
T6. Apakah limbah mengandung dua
atau lebih cairan dengan titik didih
berbeda?
04
Pengolahan Limbah
Rdiofarmaka Padat
Contoh Limbah Radioaktif padat antara lain:
Limbah radioaktif padat terkompaksi ini berupa kaleng kemasan luar, vial, botol, sisa kapsul NaI-131,
jarum suntik, plat TLC bekas, disposabletip dan lain-lain.

Pengolahan Limbah Radioaktif padat menurut peraturan BAPETEN no. 8 tahun 2016 sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat dilakukan antara lain dengan teknik:
• Kompaksi
• Insinerasi
• pelelehan logam

 Limbah padat terbakar diolah dengan cara insinerasi (pembakaran)


 Limbah padat tak terbakar tetapi terkompaksi diolah dengan cara kompaksi (pemampatan)
 Limbah padat tak terbakar juga tak terkompaksi, seperti tabung penyerap xenon, jodium trap dan
generator Tc99m , maka dapat dilakukan reduksi ukuran kemudian disementasi
 Benda-benda logam diolah dengan cara pelelehan logam
05
Bagaimana jika limbah tersebut langsung
dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu?
Dampak negatif bagi kesehatan:
Efek terpapar zat radioaktif bisa menyebabkan dampak akut seperti mual muntah dan juga efek jangka panjang dapat
menyebabkan kematian sel, gangguan fungsi jaringan dan organ tubuh, mutasi genetik seperti munculnya sel kanker, bahkan
kematian.

Dampak negatif bagi lingkungan:

• Limbah cair yang masuk ke dalam sungai tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu dapat mencemari air. Ikan dan biota
air akan mati karena kadar BOD dan COD yang masih tinggi, sehingga partikel limbah akan mengikat sumber oksigen
yang ada pada sungai. menimbulkan bau yang tidak sedap.
• Mencemari tanah sehingga mempengaruhi kualitas tanah yang akan berdampak bagi tumbuhan serta hewan disekitasnya
Pengolahan Limbah
Radioaktif
Pengelolaan limbah radioaktif bertujuan untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan pekerja, anggota masyarakat, dan
lingkungan hidup dari bahaya radiasi dan/atau kontaminasi
Peralatan Pengolahan Limbah
1. Peralatan petugas yang menangani limbah radioaktif : pakaian kerja, sepatu/sandal kerja, sarung tangan,
facemask/masker, alat monitor dosis radiasi personil.
2. Surveymeter, untuk mengukur paparan radiasi dan kontaminasi.
3. Wadah/kontener ukuran sekitar 50 liter dengan tutup yang dapat dibuka dengan sistem injakan kaki yang
bagian dalamnya sudah dilapisi dengan kantong plastik, untuk menampung limbah padat terbakar dan
limbah padat terkompaksi secara terpisah.
4. Jerigen ukuran sekitar 2-5 liter, untuk menampung limbah cair yang berasal dari sisa larutan injeksi yang
dikeluarkan dari vial atau botol.
5. Tangki ukuran sekitar 50-100 liter, untuk menampung limbah cair yang berasal dari pencucian tangan
petugas dan pencucian peralatan (Bagi unit pelayanan kedokteran nuklir diagnostik in vivo yang tidak
memiliki wastafel dengan penampungan air kotor/septic tank aktif).
6. Perisai radiasi, dapat berupa lembaran Pb atau batu bata Pb (leadbrick).
7. Pinset / tang penjepit panjang untuk memindahkan botol, vial dan lain-lain.
8. Rambu-rambu radiasi, tiang statif kuning dan rantai kuning.
9. Label identitas sesuai kategori limbah radioaktif.
10. Label pengiriman limbah radioaktif
Wadah Penampungan Limbah Radioaktif
Wadah tempat penampungan limbah radioaktif di daerah kerja unit pelayanan kedokteran nukir diagnostik in-vivo harus
ditempatkan di lokasi yang telah ditentukan, letaknya tidak boleh terlalu dekat dengan lalu lintas orang. Wadah tempat penampungan
limbah radioaktif yang harus disediakan terdiri dari wadah limbah radioaktif padat terbakar dan wadah limbah radioaktif padat
terkompaksi (drum berukuran 60 liter yang bagian dalamnya sudah dilapisi kantong plastik limbah) dan wadah limbah cair (jerigen
tahan asam dengan ukuran 20 liter).
Pada bagian atas tutup drum tempat limbah padat terbakar harus ditulis “ Tempat Limbah Radioaktif Padat Terbakar”,
begitupunpada bagian atas tutup drum tempat limbah padat terkompaksi harus ditulis “ Tempat Limbah Radioaktif Padat
Terkompaksi”. Pada bagian atas jerigen harus ditulis “ Tempat Limbah Radioaktif Cair”.
Sedangkan untuk penampungan limbah radioaktif cair hasil pencucian tangan dan peralatan harus disiapkan tangki
penampung khusus limbah radioaktif tidak boleh dicampur dengan tempat penampungan limbah air pada umumnya. Misalnya
dengan menyediakan wastafel khusus (wastafel aktif) yang bagian bawahnya dilengkapi dengan tangki penampung khusus limbah
radioaktif cair. Bila tidak disiapkan tangki penampung, maka limbah radioaktif cair hasil pencucian tangan dan peralatan harus
ditampung dalam jerigen.
Perlengkapan Personil
1. Apron (pakaian Hazmat)
Apron merupakan alat pelindung diri petugas
radiologi dan harus memenuhi beberapa
kriteria yaitu:
a. Menutup dada sampai lutut
b. Berbahan dasar logam yang setara dengan
timah hitam (Pb). Apron yang digunakan
memiliki ketebalan Pb sekitar 2 mm.
“Tebal kesetaran timah hitam harus diberi
tanda secara permanen dan jelas terlihat
pada apron.”
2. Pelindung Gonad Pelindung gonad adalah alat pelindung diri petugas
radiologi yang melindungi tubuh bagian bawah pada
bagian pinggul (system reproduksi yaitu gonad/Ovarium).
Pelindung gonad memiliki ketebalan sekitar 2 mm Pb.
Tebal kesetaran Pb harus diberi tanda secara permanen
dan jelas pada apron tersebut. Proteksi ini harus dengan
ukuran dan bentuk yang sesuai untuk mencegah gonad
secara keseluruhan dari paparan berkas utama radiasi.

3. Pelindung Tiroid
Pelindung Tiroid adalah alat pelindung diri petugas
radiologi yang menutupi bagian leher untuk melindungi
kelenjar gondok (tyroid). Pelindung tiroid yang terbuat
dari bahan yang setara dengan 1 mm Pb.
3. Sarung Tangan Pb
Sarung tangan Pb adalah alat pelindung diri petugas radiologi yang
menutupi tangan mencakup pergelangan dan jari-jari tangan.
Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fluoroskopi harus
memberikan kesetaraan atenuasi paling kurang 0,25 mm Pb pada
tegangan modalitas 150 kVp.
“Proteksi ini harus dapat melindungi secara keseluruhan,
mencakup jari dan pergelangan tangan.”

4. Kaca Mata Pb
Kaca mata Pb merupakan alat pelindung mata pada petugas
radiografer. Kaca mata yang digunakan ini berbentuk menyerupai
kacamata renang. Kaca mata yang terbuat dari bahan yang setara
dengan 1 mm Pb.
Kriteria Pekerja Pengolahan Limbah Radioaktif
Berdasarakan Peraturan BAPETEN no. 6 tahun 2020, sebagai pemegang izin industri DILARANG untuk
menempatkan:
a. Pekerja yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun di Daerah Pengendalian.
b. Pekerja selain Pekerja Radiasi di Daerah Pengendalian kecuali didampingi oleh Petugas Proteksi
Radiasi
c. Pekerja Radiasi wanita dalam kondisi hamil di Daerah Pengendalian dan Daerah Supervisi.
Efek stokastik yaitu efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi yang menyebabkan perubahan
pada sel.
d. Pekerja Radiasi wanita dalam kondisi menyusui di Daerah Pengendalian dengan risiko kontaminasi
radioaktif
e. Pekerja magang untuk pelatihan kerja, pelajar, atau mahasiswa yang berumur dibawah 16 (enam
belas) tahun di Daerah Pengendalian dan Daerah Supervisi

Pekerja Radiasi wanita dalam kondisi hamil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e harus
melaporkan kondisinya sejak yang bersangkutan mengetahui kehamilannya kepada Pemegang Izin.
Jenis – jenis sinar radioaktif
1. Sinar Alfa
Sinar alpha ditemukan pada tahun 1903 oleh Ernest Rutherford. Di dalam sinar alpha tersusun oleh inti helium
(4He2) yang di dalamnya mengandung 2 proton dan 2 neutron. Sinar alpha ini memiliki muatan yang positif,
sehingga bisa membelok ke arah kutub yang negatif di dalam medan positif. Sinar alpha memiliki daya ionisasi
yang tinggi, namun daya tembusnya rendah. Sinar alpha hanya memiliki daya jangkau yaitu 2,8 – 8,5 cm saja di
dalam udara dan bisa tahan oleh selembar kertas biasa.

2. Sinar Beta
Sinar beta ini tersusun oleh elektron yang memiliki gerak yang cepat. Sinar beta ditemukan pada tahun 1903 oleh
Ernest Rutherford. Sinar beta ini terdapat muatan negatif, sehingga didalam medan listrik membelok ke kutub
yang positif. Sinar beta memiliki daya tembus yang lebih besar daripada sinar alpa. Sinar beta bisa menembus
pada lempeng alumunium yang tebal. Selain itu juga bisa mengionkan beberapa benda yang dilewati.

3. Sinar Gamma
Sinar gamma ini ditemukan oleh Paul Ultich Villard dan tidak memiliki muatan listrik, dikarenakan tidak bisa
dibelokkan oleh medan listrik. Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik yang serupa dengan jenis
sinar C. Daya tembus yang dimiliki sinar gamma sangat besar dan hanya bisa ditahan oleh baja atau beton.
Selain itu sinar gamma bisa mengionkan benda yang dilewati, namun tidak sekuat sinar alpha atau beta.
Pelaporan
• Penghasil Limbah Radioaktif dan BATAN harus menyampaikan laporan secara tertulis
kepada Kepala BAPETEN mengenai inventori Limbah Radioaktif paling kurang 1
(satu) kali dalam 6 (enam) bulan.
• Laporan harus disampaikan secara on-line kepada Kepala BAPETEN melalui sistem
teknologi informasi akuntansi Limbah Radioaktif yang telah ditetapkan oleh Kepala
BAPETEN.
• Dalam hal pelaporan tidak dapat dilakukan secara on-line, laporan dapat disampaikan
secara langsung atau melalui penyedia jasa pengiriman kepada Kepala BAPETEN
Pertanyaan
Kelompok lain
Nama : Erika KikY Septiana (2220444951)
pertanyaan: apa pertimbangan yang harus
dipertimbangkan dalam pengolahan limbah padat?
Pengolahan Limbah Radioaktif padat dengan teknik kompaksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43 ayat (3) huruf a pengolahan limbah hanya dapat
dilakukan jika Limbah Radioaktif telah dipisahkan dari:
a. limbah yang dapat merusak bungkusan Limbah Radioaktif
b. limbah berbahaya, seperti bahaya penularan, untuk menghindari
pelepasan mikroorganisme
c. kontainer bertekanan, untuk mencegah pelepasan gas atau kontaminasi
yang tidak terkendali;
d. zat cair, untuk mencegah kebocoran dari bungkusan selama proses
kompaksi;
e. bubuk aktif bebas, untuk mencegah risiko kontaminasi;
f. zat yang bereaksi secara kimia, untuk mencegah reaksi yang tidak
terkendali.
Dalam Pengolahan Limbah Radioaktif padat dengan teknik insinerasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (3) huruf b, harus dipastikan:
a. pelepasan gas dan/atau kontaminasi dapat dikendalikan;
b. pelepasan zat beracun tidak terjadi;
c. pembakaran yang dilakukan sempurna;
d. debu atau abu aktif dan gas buang yang dihasilkan dapat dikendalikan
dan diolah; dan
e. efluen gas radioaktif yang dilepaskan dalam Nilai Batas Lepasan
Radioaktivitas ke Lingkungan.
Nama : Erly Sulistanti (2220444952)
pertanyaan: penjelasan tentang proses kompaksi,
insinerasi, dan pelelehan logam ?
Kompaksi
Cara pengurangan volume limbah dengan cara dimampatkan dengan compactor
berkekuatan 600 kN, kemudian dilakukan imobilisasi menggunakan bahan pengikat
seperti semen dan bitumen.
Insinerasi
Cara pengolahan limbah dengan cara dibakar yaitu dengan merubah bentu limbah
menjadi tidak menarik untuk dimakan binatang lain seperti tikus, kelinci dan lain-
lain.
Pelelehan logam
Melalui proses dekontaminasi atom yaitu dengan cara melakukan penghancuran
logam/material secara menyeluruh sehingga diperoleh dua fase yang bisa dipisahkan
dengan mudah, yaitu metal ingot dan metal slag. Fase metal ingot sudah tidak aktif
dan dapat dipakai kembali. Fase metal slag bersifat aktif dan dapat diproses lebih
lanjut dengan cara imobilisasi langsung atau dengan mikrowave.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai