1. A.Dyah Indira Lukita (N014221030) 11. Muh. Al Fiqri (N014221018) 21. Elma Pebryna Putri (N014221066)
2. Mega Tri Satria (N014221087) 12. Hotmalinda M. (N014221065) 22. Fia Filantica W. (N014221092)
3. Isyrayanti (N014221020) 13. Rezki Nuradha (N014221057) 23. Hendry Tallamma (N014221093)
4. Aditya Sigit Permadi (N014221023) 14. A. Elga Permatasari (N014221019) 24. Agnesia Poli (N014221069)
5. Dia Ananda Triana (N014221056) 15. Harfiana Suardi (N014221088) 25. Riska Matasik (N014221097)
6. Virgiawan Wiguna (N014221120) 16. Nur Amalia R. (N014221098) 26. Chika P. Tappe (N014221096)
7. Mischell C. Lalenoh (N014221010) 17. Juniarvi V. Maselly (N014221045) 27. Sri Wahyuningsih N (N014221091)
8. Zuhana (N014221046) 18. Chindy C. Asmara (N014221090) 28. Andi Nurul A. S. (N014221105)
9. Nur Padillah (N014221085) 19. Desi Lara T. Kasari (N014221044) 29. Husnul Khatimah (N014221074)
10. Khairunnisa (N014221025) 20. Annisa N. Asran (N014221089) 30. Jemita Mangande (N014221061)
Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang berasal dari
hasil samping suatu proses perindustrian. Limbah industri dapat menjadi limbah yang sangat
berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia.
Jenis Limbah Industri
a. Limbah padat
Menurut (Lestiani, dkk, 2010). Adapun kategori untuk limbah padat pada industri adalah:
1. Limbah padat non B3 (bahan berbahaya dan beracun)
2. Limbah padat B3 (bahan berbahaya dan beracun)
b. Limbah cair
Limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair terlarut dalam air, selalu
berpindah, dan tidak pernah diam
c. Limbah gas
Limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas
Dampak Limbah
Industri
Menurut (Palar, 2004) Limbah industri yang dibuang sembarangan tanpa adanya pengolahan
terlebih dahulu dapat menimbulkan berbagai dampak buruk bagi lingkungan dan makhluk
hidup.
Limbah cair kosmetik berasal dari pencucian peralatan dengan menggunakan air dan sabun
atau deterjen
Pengolahan Limbah
1. Pengolahan Limbah Padat
Pengolahan limbah padat B3 yang dilakukan adalah dengan menggunakan mesin Dis Mill dan
Insinerator.
Dalam penyusunan prosedur tetap (protap) pengolahan limbah industri farmasi, maka dapat
mengacu pada Peraturan pemerintah No.101 tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dan Peraturan pemerintah no. 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun.
Penanggung Jawab Pengolahan Limbah Industri Farmasi dan Kaitannya
dengan Apoteker
Sistem penanganan limbah di Pabrik farmasi dikenal istilah Waste Management System yang
merupakan tanggung jawab dari unit Health, Safety, and Environment (HSE). Apoteker
berperan dalam menjalankan protap penanganan limbah dalam ruang produksi. Selain itu
Apoteker juga berperan dalam pengawasan dan pemastian terlaksananya penanganan limbah
yang tepat selama proses pembuatan baik obat, obat tradisional, maupun kosmetika.
Regulasi Limbah Industri Farmasi
Izin pengelolaan limbah industri farmasi dilaksanakan melalui lembaga Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission (OSS).
Sejarah Radiofarmaka
penelitian pengembangan dan produksi radioisotop dan radiofarmaka dilakukan oleh Pusat
Produksi Radioisotop (PPR) yang didirikan berdasarkan SK Dirjen BATAN no.2/XII/Dirjen-
BATAN/1986.
1. Limbah padat
a. Limbah padat dapat dibakar
b. Limbah padat dapat dikompaksi tetapi tidak dapat dibakar
c. Limbah padat yang tidak dapat dibakar maupun dikompaksi
2. Limbah cair
3. Limbah gas
PEMISAHAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN NON
RADIOAKTIF
Menurut batan, 1999, pengelolaan dan pemisahan limbah radioaktif dan non-radioaktif dapat
dilakukan oleh setiap pemanfaat zat radioaktif atau dikirimkan oleh pemanfaat ke instalasi khusus
yang oleh pemerintah ditetapkan sebagai instalasi yang berwenang untuk mengolah dan mengelola
limbah radioaktif untuk diolah dan dibuang atau disimpan. Proses pengolahan tersebut meliputi
proses insinerasi dan atau pemampatan dalam hal limbah padat, dan evaporasi, penukar ion atau
proses kimia lainnya untuk limbah cair.
PERSYARATAN BAPETEN MENGOLAH LIMBAH
RADIOAKTIF
1. Mempunyai program dan melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara berkala.
2. Melakukan analisis limbah radioaktif secara lengkap sebagai tahapan untuk menentukan metode
pengolahan yang tepat.
3. Memiliki sistem proteksi untuk mengendalikan tingkat radiasi dan kontaminasi.
4. Menggunakan unit pengeloh yang sesuai dengan metode pengolahannya.
5. Mempunyai tempat penampungan sementara limbah radioaktif.
BAGIAN-BAGIAN PENGOLAHAN LIMBAH
• Daerah pengendalian
RADIOAKTIF
a. Hot laboratory
B. Fasilitas untuk pemisahan dan pemurnian radio nuklida
C. Fasilitas pengendali mutu
D. Produksi radioisitop untuk radiofarmaka
E. Fasilitas penyimpanan limbah radioaktif
• Daerah supervisi
A. Fasilitas penerimaan dan penyimpanan bahan baku
B. Fasilitas lain yang tidak termasuk daerah pengendalian
PENANGANAN LIMBAH RADIOAKTIF