Anda di halaman 1dari 77

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN

BERBAHAYA BERACUN (B3) dan


LIMBAH B3 di RUMAH SAKIT

Disampaikan pada PELATIHAN PENGELOLAAN B3 dan LB3


DI Rumah Sakit TK.IV IM.07.01. Kota Lhokseumawe
Jum’at tanggal 18 Oktober 2019

1
LATAR BELAKANG
PENGELOLAAN B3-LIMBAH B3
 meningkatnya penggunaan bahan berbahaya dan beracun
pada berbagai kegiatan, antara lain pada kegiatan
perindustrian, pertambangan, kesehatan dan juga
kegiatan rumah tangga
 adanya kebutuhan industri penghasil limbah B3 - -
terhadap kesediaan fasilitas pengolahan dan penimbunan
limbah B3 yang berwawasan lingkungan
 meningkatnya upaya pengendalan pencemaran udara dan
pengendalian pencemaran air yang akan menghasilkan
lumpur atau abu yang berbahaya dan beracun
 Indonesia merupakan salah satu negara tujuan tempat
pembuangan limbah

2
MENGAPA LIMBAH HARUS
DIOLAH/KELOLA ?

 Limbah harus dikelola dengan alasan lingkungan, bahwa


limbah dapat (berpotensi) mencemari lingkungan kehidupan
manusia.
 Limbah harus dikelola dengan proses dan pendekatan
untuk memperkecil dampak melalui upaya memperpanjang
nilai tambah sebagai produk/produk sampingan sebelum
nantinya limbah diolah
 Upaya yang dilakukan adalah melalui pendekatan reduce
dengan 3R (reuse, recycle dan recovery)
 Dengan bertambahnya nilai manfaat limbah maka
pemakaian sumberdaya dapat diefesiensikan
pemanfaatannya
 Pengolahan limbah sendiri harus menggunakan proses dan
pendekatan teknologi yang akrab lingkungan

3
APA ITU LIMBAH
 Limbah adalah sisa dari suatu
usaha/kegiatan (UU 23/1997 PLH)
 Limbah dihasilkan dari suatu proses
transformasi dari bahan menjadi
produk
 Dalam proses dan transformasi yang
terjadi terdapat perubahan
karakteristik dan sifat dari bahan yang
berpotensi merusak/mencemari
lingkungan
4
DEFINISI B3 (PP74/2001)
 Sisa suatu usaha atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya
dan/atau beracun yang karena sifat
dan atau konsentrasinya dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan
lingkungan hidup dan/atau
membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta mahluk hidup lain.

5
- RUMAH SAKIT
- KLINIK
- PUSKESMAS
- LABORATORIUM, dll
Merupakan tempat yang memiliki
peran penting dalam
pemeliharaan kesehatan

Memiliki kontribusi meningkatkan derajat Kesehatan Masyarakat


sesuai amanat pembangunan bangsa Indonesia.
6
Pemerintah FASYANKES

- Promotif
- Preventif
Pemda - Kuratif
- Rehabilitatif

Masyarakat

Balai
Pengobatan
RUMAH Puskesmas Klinik dan tempat
SAKIT praktik
dokter
7
RS umumnya ditunjang oleh unit-unit lainnya spt : Ruang Operasi,
Laboratorium, Farmasi, Administrasi, Dapur, Laudry, pengolahan
sampah dan limbah, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan .

8
RUMAH SAKIT membawa dampak
POSITIF bagi MASYARAKAT

9
RUMAH SAKIT DAMPAK NEGATIF

JUGA Pencemaran
BERPOTENSI dari suatu
MEMBAWA proses
DAMPAK kegiatan
NEGATIF misalnya bila
LIMBAH MEDIS
yang dihasilkan
tidak dikelola
dengan benar.

10
Jumlah RS di Indonesia terus bertambah, terlebih lagi
diberlakukan BPJS kesehatan maka timbulan limbah medis akan
cenderung meningkat karena peningkatan thd akses kesehatan.

11
JIKA TIDAK DIKELOLA DENGAN BENAR

12
FAKTOR PENTING DALAM
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

13
14
15
LIMBAH RUMAH SAKIT
Adalah semua yang dihasilkan dari
kegiatan Rumah Sakit dalam bentuk
padatan, cair, pasta (gel) maupun gas
yang mengandung mikroorganisme
pathogen bersifat infeksius, bahan kimia
beracun dan sebagian bersifat radioaktif

16
17
Persyaratan Kesehatan Lingkungan RS
(Kepmenkes RI
No.1204/Menkes/SK/X/2004)
1. Fasilitas pengelolaan limbah padat.
Setiap RS harus melakukan reduksi limbah dimulai dari
sumber dan hrs mengelola&mengawasi pengunaan bahan kimia
yang berbahaya&beracun. Dan setiap peralatan yang
digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari
pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan harus melalui
sertifikasi dari pihak yang berwenang.
2. Fasilitas Pengolahan Limbah Cair,
harus dikumpulkan dalam container yang sesuai dengan
karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume dan prosedur
penanganan dan penyimpanannya.
Rumah Sakit harus memiliki IPAL sendiri.

18
KLASIFIKASI B3
 Mudah meledak  Berbahaya
 Pengoksidasi  Korosif
 Sangat mudah  Bersifat iritasi
menyala  Berbahaya bg
 Mudah menyala lingkungan
 Amat sangat  Karsinogik
beracun  TERATOGENIK
 Beracun  MUTAGENIK

19
KLASIFIKASI B3
(PP 74/2001)
 B3 yang dapat dipergunakan (209
bahan: Ammoniak, Asam khlorida …)
 B3 yang dilarang dipergunakan: jenis
B3 yg dilarang digunakan, diproduksi,
diedarkan dan atau diimpor (10 bahan:
Aldrin, Endrin, DDT …)
 B3 yang terbatas dipergunakan: B3 yg
dibatasi penggunaan, impor, dean atau
produksinya (45 bahan: Mercury, CFC
…)

20
Kategori Limbah B3
berdasarkan sumbernya
1. Limbah B3 sumber tidak spesifik
2. Limbah B3 spesifik umum
3. Limbah B3 spesifik khusus
4. Limbah B3 kadarluasa

Lampiran I Peraturan Pemerintah No.85 Tahun 1999

21
Beberapa Kategori Limbah RS
- Limbah Umum
- Limbah Patologis
- Limbah Radioaktif
- Limbah Kimiawi
- Limbah Berpotensi Menular (Infectious)
- Benda-benda Tajam
- Limbah Farmasi
- Limbah Sitotoksik ( bahan yang terkontaminasi
dari persiapan dan pemberian obat dan
kemoterapi kanker)
- Kontainer dalam tekanan.
22
Jenis Limbah Infeksius
1. Limbah Human Anatomical
(jaringan tubuh manusia, organ, bagian- bagian tubuh tetapi
tdk termasuk gigi, rambut dan muka)
2. Limbah tubuh hewan
(Jaringan-jaringan tubuh, organ, bangkai, bangkai, darah,
bagian terkontaminasi dengan darah, tetapi tdk termasuk gigi,
bulu dan kuku.)
3. Limbah Laboratorium Mikrobiologi
(jaringan tubuh,stok hewan atau mikroorganisme, vaksin atau
bahan atau peralatan laboratorium yang berkontak dengan
bahan-bahan tersebut.)

23
Jenis Limbah Infeksius
4. Limbah darah dan cairan manusia atau
bahan/peralatan yang terkontaminasi
dengannya. Tidak termasuk dalam kategori
ini adalah urin dan tinja.
5. Limbah-limbah benda tajam
(jarum suntik, guntik, pecahan kaca, dsb)

24
Limbah infeksius yg berupa
darah dan cairan tubuh
1. Darah atau produk darah (serum, plasma dan
komponen darah)
2.Cairan tubuh
(Semen, sekresi vagina, cairan serebrospinal,
cairan pleural, cairan peritonial, cairan
perikardial,cairan amniotik, dll yg terkontaminasi
darah)
Tidak termasuk dlm kelompok cairan
tubuh: Urin, feses, muntah (kecuali
terdapat darah).
25
LIMBAH YG BERSIFAT UMUM

Penangangannya
adalah identik dengan
limbah domestik
lainnya.

26
LIMBAH YG HRS DIPISAHKAN
Limbah yg hrs dipisahkan dari yang lain adalah
limbah patologis dan infeksius.

Limbah Infeksius berisiko tinggi perlu ditangani


terlebih dahulu dalam Autoclave sebelum menuju
pengolahan selanjutnya atau sebelum disingkirkan
di landfill. Limbah darah yang tidak terinfeksi
dapat dimasukkan ke dalam saluran limbah
kota&dibilas dengan air, sedangkan yg terinfeksi
hrs diperlakukan sebagai limbah berbahaya

27
- Kontainer dibawah tekanan (aerosol,dll) tidak
boleh dimasukkan ke dalam insinerator.
- Limbah yang telah dipisahkan dimasukkan ke
kantong-kantong yang kuat (dari pengaruh
luar ataupun dari limbahnya sendiri)dan tahan
air atau dimasukkan dalam kontainer logam.
- Kantong-kantong yang digunakan dibedakan
dengan warna yang seragam dan jelas, dan
diisi secukupnya agar dapat ditutup dengan
mudah dan rapat.
- Kantong-kantong tersebut diberi label atau
simbol yang sesuai
- Kontainer harus ditutup dengan baik sebelum
diangkat.
28
Jenis Pengelolaan Limbah RS
1. Limbah Umum;
Pengolahan limbah ini tidak memerlukan
pengelolaan khusus dan dapat disatukan
dengan limbah domestik.

2. Limbah Patologis;
Pengolahan limbah ini dilakukan dengan
sterilisasi, insinerasi lalu dilanjutkan
dengan landfiling.
29
Jenis Pengelolaan Limbah RS
3. LIMBAH RADIOAKTIF,
Dapat berfase padat, cair maupun gas yang
terkontaminasi dengan radionuklisida dan
dihasilkan dari analisis invitro terhadap jaringan
tubuh dan cairan, atau analisis in vivo thd organ
tubuh dalam pelacakan atau lokalisasi tumor
maupun dihasilkan dari prosedur therapis.
Bahan radioaktif yg digunakan dalam kegiatan
kesehatan/medis biasanya tergolong mempunyai
daya radioaktivitas level rendah, yaitu dibawah 1
megabecquerel (MBq).

30
Limbah Radioaktif dari Rumah Sakit dapat
dikatakan tidak berbahaya secara
signifikan,-
apabila ditangani secara BAIK.
Penanganannya dapat dilakukan di dlm
area RS itu sendiri, dan umumnya
disimpan untuk menunggu waktu paruhnya
telah habis, untuk kemudian disingkirkan
sebagai limbah non radioaktif biasa.

31
Pengertian
 Limbah Radiologi adalah sisa dari
kegiatan dalam proses
 pencucian Negatif film dimana
cairannya mengandung cairan
 Fixer yang mengandung perak antara
8 s.d 12 gr/liter dan
 Undeveloped Film (UU No. 18/2008)

02/22/22 S. S. Moersidik: SML Limbah B3 32


Tujuan
Mencegah infeksi Nosokomial (Health Care Acquired
Infections).
2. Menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja.
3. Mereduksi limbah berbahaya.
4. Mereduksi volume limbah.
5. Mencegah penggunaan yang salah dan penyalahgunaan
limbah.
6. Mencegah pencemaran lingkungan.
7. Kepentingan estetika.

33
Kebijakan

1. Permenkes No:124 Tahun 2004 tentang Kesehatan


Lingkungan Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Sampah.
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Bahan Beracun
dan Berbahaya.
4. Petugas yang menangani harus menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri).
5. Tersedia alat dan fasilitas pengelolaan limbah Fixer dan
Developer (B3)
6. Ada formulir/buku pemantauan pengelolaan limbah B3.

34
Prosedur kerja Limbah B3
 Pengumpulan limbah sisa cuci di Unit Radiologi
menggunakan Kontainer (wadah) yang kuat dan tidak
mudah dibuka orang lain yang tidakbertanggung jawab.
 Tiap container (wadah) yang digunakan pengumpulan
dalam limbah B3 Radiologi diberi label yang jelas (Awas
Berbahaya bahan B3).
 Tempat penampungan limbah tersebut aman dan tidak
mudah dijangkau orang lain.
 Petugas dalam bekerja menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) dan pakaian kerja.
 Semua limbah cair yang dihasilkan dalam kegiatan
Radiologi disalurkan ke IPAL.

35
Kriteria Wadah limbah bekas cuci film (B3)
di Radiologi (Fixer dan Undeveloped)
a. Tahan korosif dan kedap air.
b. Terdapat tanda atau label yang jelas.
c. Mudah dipindahkan dan limbahnya tidak mudah
dikeluarkan oleh orang yang tidak berkepentingan dan
tidak bertanggung jawab.
d. Khusus Limbah Fixer dan Undeveloped bila tidak diolah
setempat dapat menghubungi suplayer untuk program
pengambilan kembali untuk pengolahan lanjutan.
e. Cairan sisa pengolahan dapat disalurkan ke saluran
IPAL.

36
4. Limbah Kimia
Dapat berupa padatan, cairan, maupun
gas misalnya berasal dari pekerjaan
diagnostik atau penelitian,
pembersihan/pemeliharaan.
Bagi limbah kimia yg tdk berbahaya,
penanganannya adl identik dengan
limbah lainnya yg tidak termasuk
kategori berbahaya.

37
Beberapa kemungkinan daur ulang
limbah kimiawi berbahaya
- Solven mis. Touluen, xylene, acetone
dan alkohol lainnya yg dpt diredistilasi
- Solven organik lainnya yg tidak toksik
atau tdk mengeluarkan produk toksik
bila dibakar dpt dipergunakan sbg bahan
bakar
- Asam khromik dpt digunakan untuk
membersihkan peralatan gelas di
laboratorium atau didaur ulang
38
Beberapa kemungkinan daur ulang limbah kimiawi
berbahaya

- Limbah logam merkuri dari thermometer, manometer


dan sebagian dikumpulkan untuk didaur ulang, limbah
jenis ini dilarang untuk diinsenerasi karena menghasilkan
gas toksik
- Larutan-larutan pemrosesan dari radioaktif yang banyak
mengandung silver dapat direklamasi secara elektrostatis
- Baterai-baterai bekas dikumpulkan sesuai jenisnya untuk
didaur ulang spt merkuri, kadmium, nikel dan timbal.
- Limbah dari alat-alat kesehatan,mis: desinfektan,oli dari
trafo dan kapasitor atau dari mikroskop yg mengandung
PCB,dsb shg perlu ditangani sesuai jenisnya

39
5. Limbah Berpotensi
Menularkan Penyakit
Pengolahan limbah ini memerlukan
sterilisasi terlebih dahulu atau langsung
ditangani pada insinerator.
Autoclave tidak dibutuhkan bila limbah
tersebut telah diwadahi dan ditangani
secara baik sebelum diinsenerasi.

40
6. Benda-benda Tajam
Limbah ini harus dikemas dalam
kemasan yang dapat melindungi
petugas dari bahaya tertusuk, sebelum
dibakar dalam insinerator.
(mis: jarum intravena,
vial,lancet,syringe,pipet paster,kaca
preparat,skalpel,pisau dan kaca)

41
7. Limbah Farmasi
Obat-obatan yang tidak digunakan lagi
dan masa kadarluasanya masih lama
dikembalikan ke apotik, sedangkan
yang tidak terpakai dan sudah lewat
kadarluasanya ditangani secara khusus
misalnya diinsinerasi atau di landfilling
atau dikembalikan ke pemasok.

42
8. Kontainer dibawah tekanan
Yaitu berupa tabung yang dapat
meledak bila dinsinerasi atau bila
mengalami kerusakan karena
kecelakaan (tertusuk dsb),
pengolahannya dengan cara landfilling
atau didaur ulang.

43
Prinsip Pengelolaan Limbah B3
 Minimisasi Limbah
 Pengelolaan limbah B3 dekat dengan
sumber (persyaratan teknis operasional)
 Pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan
 From Cradle to Grave (mulai diasilkan
sampai penimbunan)
From Cradle to Grave Dalam Pengawasan Kegiatan
Pengelolaan Limbah B3

 Limbah B3 selalu diawasi mulai dari saat


dihasilkan sampai dengan tujuan akhir
pengelolaannya;
 Setiap limbah B3 harus memiliki tujuan akhir
pengelolaan;
 Setiap pelaku kegiatan pengelolaan limbah B3
harus memenuhi ketentuan dan persyaratan
yang ditetapkan termasuk memiliki izin sesuai
kegiatan pengelolaan limbah B3 yang
dilakukan;
 Secara khusus, mekanisme pengawasan
perpindahan limbah B3 dilakukan melalui
sistem notifikasi/ dokumen limbah B3;
46
Pengurangan Limbah B3
Pengurangan limbah padat B3 di RS dapat
dilakukan melalui tata kelola yang baik
terhadap setiap bahan atau material yang
berpotensi menimbulkan pencemaran
terhadap lingkungan maupun gangguan
kesehatan.
PEMILAHAN LIMBAH B3
- Perlu dilakukan upaya dini pencegahan
kontaminasi limbah antara limbah medis
dan limbah non medis.
- Maka pemilahan limbah B3 dilakukan
dengan memisahkan tempat
penampungan/wadah sampah dari
sampah medis di setiap ruangan
menjadi dua atau tiga jenis yaitu wadah
sampah medis tajam, wadah sampah
medis lunak dan wadah sampah B3
48
PEWADAHAN/KANTONG LIMBAH MEDIS
(Kepmenkes thn 2004)

1. Warna Kuning untuk limbah infeksius


dan limbah patologi
2. Warna Coklat untuk limbah farmasi
3. Warna Ungu untuk limbah Sitotoksis
4. Warna Merah untuk limbah radioaktif
5. Safety box atau kontainer untuk
limbah padat tajam

49
Penyimpanan Limbah B3
 Penyimpanan bersifat sementara
 Lokasi (bebas banjir, tidak rawan bencana, diluar
kawasan lindung)
 Kemasan
- Sesuai dengan karakteristik limbah
- Kondisi baik
- Simbol & label
 Rancang bangun tempat penyimpanan
- Sesuai dengan karakteristik limbah
- Lantai kedap & landai kearah pit pengumpul
- Minimisasi potensi leachate
- Ventilasi memadai
PENYIMPANAN FASILITAS
JENIS
PENYIMPA
LIMBAH B3
1. Bisa dalam bentuk containment NAN
building LIMBAH B3 1,2,3,4
KATEGORI-1
2. Bisa dalam bentuk containers &2
3. Bisa dalam bentuk drip pad LIMBAH B3 1,2,3,5,6
DARI
4. Bisa dalam bentuk tanks
SUMBER
5. Bisa dalam bentuk waste pile SPESIFIK
6. Bisa dalam bentuk waste KHUSUS
impoundment
WAKTU PENYIMPANAN
LIMBAH B3 YANG DISIMPAN
(MAKSIMUM)
 Limbah B3 yang dihasilkan 50 (lima puluh) 90 (sembilan puluh) hari
kilogram per hari atau lebih; sejak Limbah B3 dihasilkan
 Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 (lima 180 (seratus delapan puluh)
puluh) kilogram per hari untuk Limbah B3 hari sejak Limbah B3 dihasilkan
kategori 1;
 Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 (lima 365 (tiga ratus enam puluh
puluh) kilogram per hari untuk Limbah B3 lima) hari sejak Limbah B3
kategori 2 dari sumber tidak spesifik dan dari dihasilkan
sumber spesifik umum;
 Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik 365 (tiga ratus enam puluh
khusus. lima) hari sejak Limbah B3
dihasilkan
51
Contoh tempat penyimpanan
sementara limbah B3
Pengangkutan Limbah B3
Persyaratan alat angkut limbah B3:
- Sesuai dengan karakteristik limbah B3
- Kondisi baik
- Simbol dan label
Memiliki operator yang memiliki pengetahuan ttg limbah B3
Memiliki SOP
- Bongkar muat
- Route
- Jadwal
Memiliki rekomendasi pengangkutan limbah B3
PENGANGKUTAN

Pengangkutan limbah B3 dengan kategori


bahaya 1  dilakukan dalam alat angkut
yang tertutup
Pengangkutan limbah B3 dengan kategori
bahaya 2  dapat dilakukan dalam alat
angkut yang tidak tertutup.
Pengangkutan limbah nonB3 tidak terikat
pada regulasi limbah B3 (seperti
menggunakan simbol dan label, serta
manifes).

54
SIMBOL LIMBAH B3 SESUAI PERMEN
LH 14/2013 TENTANG SIMBOL DAN
LABEL LIMBAH B3

55
56
Pengendalian Limbah B3
 Perizinan dalam pengelolaan
limbah B3
 Pengawasan dalam pengelolaan
limbah B3
 Penyimpanan limbah B3
 Pengangkutan limbah B3
Pengolahan limbah B3
(keputusan Kepala Bapedal No:
03/1995)
 Tujuan :
Mengurangi, memisakan, mengisolasi dan/atau
mengancurkan sifat/kontaminan yang berbahaya
 Macam pengolahan
- Pengolahan fisika-kimia
- Pengolahan biologis
- Pengolahan thermal
- Solidifikasi (pemadatan bahan berbahaya dengan
penambahan zat adiktif)/stabilisasi(proses
percampuran)
Persyaratan pengolah &
pengolahan limbah B3
 Pengolah limbah B3 harus
merupakan suatu badan usaha
 Mendapatkan izin pengolaan dari
KLH
 Melaporkan kegiatan limbah B3
Perizinan dalam Pengelolaan
Limbah B3
 Wajib izin dari KLH untuk penyimpanan, pengumpulan,
pemanfaatan, pengolahan, penimbunan, izin operasi alat
(incenerator, tank cleaning)
 Rekomendasi KLH untuk :
- Pengangkutan (izin dari Dephub)
- Pemanfaatan sebagai kegiatan utama (izin dari
instansi yang berwenang)
- Lokasi pengolaan/penimbunan (izin dari BPN)
 Tata cara permoonan izin (SK ka. Bapedal No. 68/1994)
 Wajib AMDAL (kegiatan utama, komersil) kecuali
pengumpul minyak pelumas bekas dan slop oil
 Keputusan izin selama 45 hari sejak permohonan
diterima
Pengawasan Pengelolaan Limbah
B3
 Pengawas : KLH, BPLHD
Provinsi dan Kab/kota
 STD (Sistem tanggap darurat)
- Nasional : KLH
- Daera : Gubernur/Bupati/Walikota

 Kewenangan Pengawas :
- Memasuki lokasi pengelolaan limbah B3
- Pengambilan sampel
- Meminta keterangan berkaitan limbah B3
- Pemotretan
- Penyidikan PPNS bila ada indikasi tindak pidana
LH
 Disesuaikan dengan jumlah &
karakteristik limbah B3
 Memiliki standar operasional prosedur
(SOP)
 Memiliki emergency system (ERS)
 Memiliki izin penyimpanan sementara
PENGGUNAAN/
PEMANFAATAN B3
 Kaidah penggunaan bahan
berdasarkan prinsip K3 (Kerja,
Kesehatan, Keselamatan)
 Prosedur penggunaan peralatan kerja
 Kaidah penggunaan bahan
berdasarkan MSDS (merek dagang,
rumus kimia B3, jenis B3, klasifikasi
b3, teknik penyimpanan, tata cara
bila terjadi kecelakaan)

63
IDENTIFIKASI LIMBAH B3

Berdasarkan Sumber (PP 18/1999):


 Lampiran I, tabel 1: sumber tidak spesifik
 Pelarut terhalogenasi (kode limbah D1xxxa)
 Pelarut yang tidak terhalogenasi (kode limbah D1xxxb)
 Asam/Basa (kode limbah D1xxxc)
 Yang tidak spesifik lainnya (D1xxxd)
 Contoh PCB (poly chlorinated Biphenyls) di trafo lama PLN
 Lead scrap
 Limbah minyak diesel industri
 Pelumas bekas
 Fiber asbes

64
IDENTIFIKASI LIMBAH B3

Berdasarkan Sumber (PP 18/1999):


 Lampiran I, tabel 2: sumber spesifik
 Jenis industri/kegiatan – sumber pencemaran dan
pencemar utama
 Kode limbah D2xx
 Berasal dari mulai penyimpanan bahan, proses sampai dengan
pemanfaatan bahan dan limbah

65
IDENTIFIKASI LIMBAH B3

Berdasarkan Sumber (PP 18/1999):


 Lampiran I, tabel 3:
 bahan kimia kadaluarsa
 tumpahan,
 bekas kemasan,
 buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi
 Kode (D3xxx)
 Terdapat 178 bahan pencemar dari asetaldehida s/d
seng fosfit

66
LIMBAH B3 DARI RS DAN
FASYANKES

67
68
KARAKTERISASI LIMBAH B3

Berdasarkan Karakteristik (PP 85/1999):


 Mudah meledak
 Mudah terbakar
 Bersifat reaktif
 Bersifat racun
 Infeksius
 Korosif

 Bersifat toksik/racun (BMTCLP-Lampiran II)


 Bersifat kronis (daftar zat pencemar-Lampiran
III)

69
KARAKTERISASI LIMBAH B3

 Bersifat toksik/racun (BMTCLP-Lampiran II)


 Kode limbah (D4xxx)
 Terdapat 53 jenis
 Dari Aldrin/dieldrin s/d Zinc
 Prosedur pengetesan TCLP, LD50 dan LC50
 Diperuntukkan dari kerangka penggunaan bahan
sampai dengan pemanfaatan limbah B3

 Bersifat kronis (daftar zat pencemar-Lampiran


III)
 Kode limbah (D4xxx)
 Terdapat 491 jenis
 Dari Acetonitrile s/d Ziram

70
PELAKU PENGELOLAAN
LIMBAH B3
 penghasil
 pengumpul
 pengangkut
 pengawas
 pengolah (penimbun dan pemanfaat)

71
KETENTUAN PENGHASIL
LIMBAH B3
 wajib mengolah limbah B3 atau menyerahkannya
kepada Pengolah
 tempat penyimpanan sesuai dengan persyaratan
 melaporkan kegiatan
 dapat menjadi pengumpul, pengangkut,
pemanfaat atau pengolah bila memenuhi
persyaratan
 label pada kemasan
 mengisi dokumen limbah B3
 membantu pengawas
 memiliki sistim tanggap darurat

72
KETENTUAN PENGANGKUT
LIMBAH B3
 ijin dari Departemen Perhubungan dengan
rekomendasi dari Bapedal
 alat angkut memenuhi ketentuan
 menyerahkan dokumen muatan dan
dokumen limbah
 menyerahkan dokumen kepada
penghasil/pengumpul
 membantu pengawas
 mempunyai sistm tanggap darurat

73
KETENTUAN PENGUMPUL
LIMBAH B3
 lokasi pengumpulan sesuai dengan
persyaratan
 membuat catatan tentang kegiatan dan
mel;aporka kepada Bapedal
 maksismum 90 hari penyimpanan
sebelum diolah/diserahkan ke pengolah
 ijin operasi dari bapedal
 membantu pengawas
 memiliki sistim tanggap darurat

74
KETENTUAN PENGOLAH/
PENIMBUN LIMBAH B3
 memiliki dokumen Amdal
 badan hukum
 ijin Bapedal
 memiliki laboratorium
 minimum luas lahan 1 Ha dan memenuhi
persyaratan
 permeablitas tanah minimum 10-7 cm/detik
 fasilitas pengolahan atau penimbunan sesuai
ketentuan
 teknis kegiatan dan pemantauan sesuai
ketentuan
 memiliki sistim tanggap darurat
75
76
Terima kasih 77

Anda mungkin juga menyukai