Anda di halaman 1dari 13

Nama Kelompok :

Nurulita Ramadiaz 20184123065


Ogi Ananda Saputra 20184113067
Putri Annisa 20184122068
Redi Gunawan 20184113070
Reinisa Irin Sandrya 20184121071
Restu Randa Winata 20184113074
Retno Ajeng Purwasih 20184123075
Rio Kurniansyah 20184113076
Ryan Eval Septian Rifaldi 20184113076
A. Latar belakang
Akhir-akhir ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah
tangga, perusahaan, kantor-kantor, sekolah dan sebagainya yang berupa
cair, padat bahkan berupa zat gas dan semuanya itu berbahaya bagi
kehidupan kita. Tetapi ada limbah yang lebih berbahaya lagi yang disebut
dengan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Hal tersebut
sebenarnya bukan merupakan masalah kecil dan sepele, karena apabila
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) tersebut dibiarkan ataupun
dianggap sepele penanganannya, atau bahkan melakukan penanganan
yang salah dalam menanganani limbah B3 tersebut, maka dampak dari
Limbah Bahan Berbahaya dan beracun tersebut akan semakin meluas,
bahkan dampaknyapun akan sangat dirasakan bagi lingkungan sekitar kita,
dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada kehidupan makhluk
hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun
dampak yang akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan
datang.
B.Dasar teori

1. Peraturan-peraturan :
 Pengaturan limbah di Indonesia mempunyai beberapa peraturan yang harus ditaati,
peraturan-peraturan tersebut dibuat berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia. Beberapa dasar hukum yang dapat dicermati antara lain:
 Undang-Undang nomor 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
 Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.
 Undang-Undang nomor 4 tahun 1982, tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
 Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor : 986/MENKES/PER/XI/1992, tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
 Undang-Undang Konservasi dan Pemulihan Sumber (“Resource Conservation and Recovery
Act” = RCRA ) dan amandemen-amandemennya.
 Undang-undang tentang Reaksi, Kompensasi dan Tanggung Jawab Lingkungan
(“Comprehensive Environmental Response, Compensation, and Liability Act” = CERCLA) atau
disebut juga “Superfund Amandments and Reauthorization Act” (SARA), mengatur kerugian
terhadap lingkungan yang disebabkan limbah berbahaya.
2. Pengertian

Limbah adalah bahan-bahan buangan atau residu dari suatu


kegiatan, bisa dalam bentuk padat, cair atau gas yang sudah tidak
terpakai lagi.Limbah Klinis adalah limbah yang berasal dan
Pelayanan Medis, Laboratorium, Farmasi, Kamar Bedah dan
pelayanan medis lainnya yang menggunakan bahan-bahan beracun,
infeksius, berbahaya dan membahayakan.Penggolongan limbah
berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalamnya dapat
dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:
 Limbah Benda tajam
 Limbah Infeksius
 Limbah Jaringan tubuh
 Limbah Sitotoksik
 Limbah Bahan kimia
 Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu:
 Bahan baku yang sudah kadaluwarsa,
 Bahan habis pakai, misalnya medium perbenihan yang tidak
terpakai,
 Produk proses di dalam laboratorium, misalnya sisa spesimen,
 Produk upaya penanganan limbah, misalnya jarum suntik sekali
pakai setelah di autoklaf.
 Sifat limbah digolongkan menjadi:
 Buangan bahan berbahaya dan beracun
 Limbah infektif
 Limbah radioaktif
 Limbah umum
 Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa:
 Limbah cair
 Limbah padat
 Limbah gas
PENANGANAN DAN PENAMPUNGAN
LIMBAH
Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi resiko
pemaparan limbah terhadap kuman yang menimbulkan penyakit
(patogen) yang mungkin berada dalam limbah tersebut.
Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu
:
• Limbah berbahaya dan beracun, dengan cara :
– Netralisasi
– Pengendapan/sedimentasi, koagulasi dan flokulasi
– Reduksi-Oksidasi
– Penukaran ion
• Limbah infeksius, dengan cara :
— Metode Desinfeksi
Agar pengolahan limbah menjadi efektif perlu
untuk:
• Menggunakan desinfektan
• Menambahkan jumlah bahan kimia yang
cukup
• Memberikan waktu kontak yang cukup
• Mengawasi kondisi-kondisi lain yang
diperlukan
• Temperatur
• Pengadukan.
Limbah radioaktif
Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan
memakai radioaktif sekecil mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat
dan menggunakan alat yang mudah didekontaminasi.

• Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan:


– Bentuk : cair, padat dan gas,
– Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (γ),
– Tinggi-rendahnya aktifitas
– Panjang-pendeknya waktu paruh,
– Sifat : dapat dibakar atau tidak.
• Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :
— Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai proses
peluruhan, peguburan dan pembuangan.
— Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah
radioaktif, seperti Badan Tanaga Atom Nasional (BATAN).
Limbah umum
• Limbah umum non infeksius setelah
dikumpulkan dalam wadah kantong plastik
diikat kuat dan dibakar di insinerator.
• Penampungan limbah adalah upaya untuk
mencegah terjadinya kontaminasi atau
pemaparan pada petugas yang menangani
limbah.
PEMISAHAN LIMBAH
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan
dibuang adalah dengan cara menggunakan kantong dengan kode warna
yang disarankan untuk limbah klinis, Yaitu :
• Hitam
• Kuning
• Kuning Strip Hitam
• Biru Muda
• Biru Muda transparan strip biru tua
KODE/SIMBOL GOLONGAN SAMPAH
BERBAHAYA

Infeksius Sitotoksik Radioaktif


Macam-macam Limbah
 Limbah Cair:
• Limbah Cair Infeksius
• Limbah Cair Domestik
• Limbah Cair Kimia
 Semua limbah cair yang terkumpul dalam bak penampungan dapat diolah dengan
berbagai cara, antara lain :
• FBK Bioreactor
• Sewage Treatment Plant (STP)
Metode yang dipakai yaitu Screen Pit, Equalizing Tank, Aeration tank
• Settling Tank
• Effluent Tank
 Limbah Padat :
• Limbah Padat Infeksius
• Limbah sisa bahan pemeriksaan
• Limbah Padat Non Infeksius
 Limbah Gas
Thank You
See You

Anda mungkin juga menyukai