Anda di halaman 1dari 78

PENGELOLAAN LIMBAH

DI RUMAH SAKIT

Estri Irawati, SKM. M.Kes


DASAR HUKUM
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009


tentang kesehatan

Permen LHK No 6 Tahun 2021 tentang


Tata cara dan Persyaratan pengelolaan
limbah B3

Permen LHK No 22 tahun 2021


tentang Penyelenggaraan dan
perlindungan lingkungan hidup

16
TUJUAN :

1. MELAKUKAN PENGENDALIAN INFEKSI


INFEKSINOSOKOMIAL YG BERSUMBER DARI
MEKANISME PENGELOLAAN SAMPAH YG SALAH.
2. MENCEGAH TIMBULNYA PENYAKIT .
3. MENCEGAH TIMBULNYA LINGKUNGAN DAN
KERUSAKAN EKOSISTEM AKIBAT PEMAPARAN EFEK
SAMPAH TERHADAP AIR, TANAH DAN UDARA
4. UNTUK MENJAGA NILAI ESTETIKA DAN KENYAMANAN
BAGI SELURUH MASYARAKAT RS
SUMBER SAMPAH
Pelayanan Medis, Penunjang,
Kantor, Taman, Gudang dll.

PEMISAHAN & PEWADAHAN

SAMPAH INFEKSIUS SAMPAH NON INFEKSIUS


Infeksius (kuning), Citotoksis (ungu) Domestik (hitam)
Radioaktif (merah), Farmasi ( coklat)

PENGUMPULAN & PENGANGKUTAN

SAMPAH INFEKSIUS SAMPAH NON INFEKSIUS

Pihak Ke 3 YANG MENPUNYAI IZIN PEMBUANGAN SEMENTARA


DARI KLH
PEMBUANGAN AKHIR
Pengertian Sampah menurut sifatnya :
Sampah : Bahan2 yg tdk digunakan atapun yg terbuang.
Refuse : Semua sampah yg meliputi garbage, rubbish, &
bangkai binatang
Rubish : Sampah yg tdk membusuk yg terbagi 2 yaitu :
a. Mudah terbaka b. Tdk mudah terbakar.
Abu : Residu dari hasil pembakaran
Sampah biologi : Sampah yg langsung dihasilkan dari
diognose dan tindakan dari pasien, termasuk
bahan-bahan medis pembedahan , lab, autopsi.
Jenis sampah menurut sumbernya :
1. Kantor / administrasi : Kertas, pita printer,masker, sisa makanan.
2. Unit obsteri & R. Perawatan : Dressing, sponge, placenta, ampul termasuk
kapsul, jarum suntik, perak nitrat, masker disposble, kateter disposible, blood
lancet, kantong colostomy, sarung bedah.
3. Unit Lab, R.Mayat,Patologi & autopsi : Gelas terkantominasi, termasuk pipet,
petri dish,wadah spesimen,jaringan tubuh, organ , tulang.
4. Unit isolasi : bahan2 kertas yg mengandung buangan nasal & sputum,
dressing dan bandages, disposible, masker , sisa makanan, perlengkapan
makan.
5. Unit perawatan : Ampul, jarum disposible, syringe, kertas dll
6. Unit pelayanan : kertas pembungkus, karton, kaleng, botol, sisa makanan.
7. Unit gizi / dapur : sisa pembungkus makanan, sayuran
8. Halamanan : sisa pembungkus, daun, ranting, debu
Sampah berdasarkan potensi bahaya yg terkandung.

1. Benda tajam : Obyek/ alat yg memiliki sudut tajam,sisi ujung / bagian


yg menonjol yg dpt memotong / menusuk kulit spt jarum, silet pasteur,
pecahan gelas, pisau bedah.
2. Infeksi :sampah yg berkaitan dg pasien yg memerlukan isolasi penyakit
menular,perawatan intensif,sampah lab.
3. Jaringan tubuh : meliputi organ , anggota badan, darah, dan cairan
tubuh yg biasanya dihasilkan pd saat pembedahan.
4. Sitotoksik : bahan yg terkontaminasi / mungkin terkontaminasi dg obat
sitotoksik selama peracikan, pengankutan/tindakan.
5. Farmasi : Obat kedaluwarsa,, obat yg terbuang, obat yg dikembalikan dr
pasien
6. Kimia : dihasilkan dari penggunaan kimia dlm tindakan medis, vetenaria,
proses sterilisasi dan riset
Limbah Tajam
( Jarum Suntik Terkontaminasi )

Injeksi disebabkan oleh jarum terkontaminasi (Estimasi WHO, 2000):


 21 juta terinfeksi virus hepatitis B (HBV)  32% dari semua infeksi baru.
 2 juta terinfeksi virus hepatitis C (HCV)  40% dari semua infeksi baru.
 260.000 terinfeksi HIV  5% dari semua infeksi baru.

Indikasi resiko akibat suatu luka tusukan jarum:


 30% menjadi terinfeksi virus hepatitis B.
 1.8% menjadi terinfeksi virus hepatitis C.
 0.3% menjadi terinfeksi HIV.

Taksiran WHO pada 22 negara berkembang (2002):


 Fasilitas kesehatan tidak menggunakan pembuangan limbah yang tepat mencapai
64%
KELOMPOK RISIKO TINGGI
KARENA LIMBAH TAJAM

Perawat 10 – 20 / 1000 pekerja


Tenaga kebersihan 180 / 1000 pekerja
JENIS LIMBAH MEDIS
• Infeksius

spuit kantong darah lanset tisu/kasa

gigi cover slip perban tulang


• Limbah infeksius RS 15%-25%, termasuk
• - 1% limbah benda tajam,
• - 1% limbah anatomis,
• - 3% limbah kimia/farmasi,
• <1% limbah radioaktif & sitotoksis (WHO)
LIMBAH SITOTOKSIK
Limbah sitotoksik berasal dari beberapa sumber yang dapat mencakup :

Materi yang terkontaminasi pada saat persiapan dan pemberian obat.


Misalnya spuit jarum, ampul, kemasan.

Obat -obatan kedaluarsa, larutan sisa/berlebih, obat -obatan yang


dikembalikan dari bangsal.

Urine, tinja dan muntahan dari pasien, yang kemungkinan mengandung obat
sitostatik atau metabolitnya dalam konsentrasi yang membahayakan atau
yang harus diperhitungkan sebagai limbah genotoksik untuk sedikitnya 48
jam dan terkadang sampai 1 minggu setelah pemberian obat.
Limbah Kimia
Limbah kimia mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair maupun gas yang
berasal dari aktivitas diagnostik dan eksperimen serta dari pemeliharaan
kebersihan, aktivitas keseharian, dan prosedur pemberian desinfektan.

Limbah kimia dari instalasi kesehatan bisa berupa limbah berbahaya, bisa juga
tidak.

Untuk melindungi kesehatan, limbah ini dikategorikan sebagai limbah berbahaya


jika memiliki sedikitnya satu dari beberapa sifat berikut :

Bersifat toksik.
Korosif (yaitu asam dengan pH <2 dan basa dengan pH >12).
Mudah terbakar.
reaktif (mudah meledak, bereaksi dengan air, rawan goncangan).
Genotoksik (misalnya, obat-obatan sitostatik).
PEMISAHAN/PEMILAHAN SAMPAH

1. Kunci dari minimisasi sampah


2. Penting bagi manajemen sampah yang
efektif
3. Harus disamakan untuk seluruh RS
4. Pemisahan diberlakukan dari sumber
limbah (ruangan ) sampai pengolahan
limbah
PENGUMPULAN SAMPAH

1. Pengumpulan sampah secara rutin


2. Pengumpulan sampah dari bangsal dilakukan
setiap hari
3. Kantong sampah harus tertutup
4. Semua kontainer dan kantong harus diberi label
5. Kontainer yang penuh harus segera diganti dengan
kontainer atau kantong yang kosong
Proses pengumpulan/pewadahan dan pengangkutan
sampah medis
PENYIMPANAN SAMPAH SEMENTARA

1. Kedap air, kokoh


2. Drainase baik
3. Mudah dibersihkan
4. Jauh dari sumber air bersih
5. Mudah dijangkau petugas
6. Aman dan terkunci
7. Memiliki pencahayaan dan ventilasi yang baik
8. Kedap tikus, serangga dan burung
Pemusnahan sampah

INCENERATOR
PENGHANCUR JARUM
Faktor faktor dalam pemilihan teknologi
Insenerasi

• Regulasi yang berlaku.


• Kapasitas.
• Tipe limbah yang diolah.
• Kemampuan (inaktivasi microbiologi).
• Emisi lingkungan dan residu.
• Kebutuhan ruang, utilitas, & instalasi.
• Reduksi limbah.
• Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
• Kebisingan dan Bau.
• Otomatisasi & Realibilitas
• Biaya.
• Tingkat komersialisasi alat.
• Penerimaan komunitas & staf.
INCINERATOR BILIK GANDA UNTUK LIMBAH
RUMAH SAKIT
KARAKTERISTIK LIMBAH YANG SESUAI UNTUK INSINERASI

• Nilai kalor rendah, diatas 2000 kkal/kg (8370 kJ/kg) untuk insinerator bilik
tunggal dan diatas 3500 kkal/kg (14.640 kJ/kg) untuk insinerator bilik
ganda pirolitik (suhu tinggi)

• Kandungan materi yang dapat terbakar mencapai >60%

• Kandungan padat yang tidak mudah terbakar <5%

• Kandungan logam yang tidak dapat terbakar <20

• Kandungan air <30%


JENIS LIMBAH YANG TIDAK BOLEH
DIINSINERASI
 Kontainer gas bertekanan
 Limbah kimia reaktif dalam jumlah banyak
 Limbah radiografis atau fotografis atau yang mengandung
garam perak
 Plastik terhalogenasi seperti PVC
 Limbah mengandung merkuri atau kadmium dalam kadar
tinggi, spt. Termometer pecah, batere bekas, dan panel kayu
berlapis timbal
 Ampul tertutup atau ampul yang mengandung logam berat
Monitoring dan evaluasi (Monev) pengelolaan
Sampah RS
Monitoring dilakukan untuk mengendalikan implementasi perencanaan
melalui daftar pengamatan dan butir-butir yang tertuang dalam
perencanaan.

Aspek yang monitoring :


• Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap penanganan sampah meliputi
aspek :
– Kesesuaian pelaksanaan dengan prosedur tetap yang ada
– Pencapaian indikator dan sasaran yang ditetapkan
– Sumber daya manusia
– Jumlah dan kualitasnya
– Waktu pelaksanaan kegiatan
– Pembiayaan
• Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pengendalian faktor resiko
meliputi aspek :
– Jumlah kasus (accident)
– Pola sebaran kasus
1. AKUMULASI SAMPAH YG TIDAK
TERANGKUT/TEROLAH
2. PENGUKURAN TINGKAT KEPADATAN
LALAT ( INDEK LALAT )
3. ADA TDKNYA KELUHAN DARI
MASYARAKAT SEKITAR.
PENGERTIAN ;
1.Limbah adalah semua bahan sisa yang dapat
yang dapat berupa padat, cair, gas yang
dihasilkan dari sebuah kegiatan
2.Limbah Cair RS adalah Semua bahan
buangan berbentuk cair berasal dari Rumah
Sakit yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme patogen, bahan
kimia,beracun dan radioaktif (SK.Men KLH
No KEP-58/MENLH/12/95)
• Menghindari terjadinya pencemaran lingkungan.
• Mengurangi jumlah padatan tersuspensi
• Mengurangi jumlah padatan terapung
• Membunuh bakteri patogen
• Mengurangi jumlah bahan kimia yang berbahaya dan
beracun.
• Mengurangi unsur lain yg dianggap dpt menimbulkan
dampak negatit thd ekosistem
PERKIRAAN JUMLAH AIR LIMBAH YANG DIKELUARKAN OLEH
RUMAH SAKIT

JUMLAH PEMAKAIAN AIR :

1, RUMAH SAKIT MEWAH > 1000 LITER PER BED

2. RUMAH SAKIT MENENGAH 500 – 1000 LITER PER BED

3. UMUM 350 – 500 LITER PER ED


DIASUMSIKAN 80 % DARI JUMLAH PEMAKAIAN
AIR BERSIH MENJADI AIR LIMBAH
Kualitas hasil olahan yang diharapkan

Ambang batas kualitas olahan yang


diperkenankan dibuang ke badan air penerima
diatur oleh masing-masing daerah. Semakin ketat
nilai ambang batasnya, maka dituntut efisiensi
pengolahan air limbah yang semakin tinggi.

Untuk Prop Jateng Baku Mutu limbah No 10 th


2004.
Sumber limbah di Rumah Sakit
UNIT KEGIATAN JENIS LIMBAH
Rawat Inap Buangan Pasien Urine, faeces
Pembersihan Ruangan Sisa pembersihan lantai
Pencucian alat kesehatan Sisa cairan infus
Operasi dan Bersalin Pencucian alat kesehatan, perendaman Air sisa pencucian
sarung tangan habis pakai
Pembersihan Ruangan Sisa pembersihan lantai
Unit Gawat Darurat Pencucian alat kesehatan, perendaman Air sisa pencucian
sarung tangan habis pakai
Pembersihan Ruangan Sisa pembersihan lantai
Buangan Pasien Urine, faeces
Radiologi Pencucian file Develover&fixer sisa pencucian film
Ruang ICU Buangan Pasien Urine, faeces
Pembersihan Ruangan Sisa pembersihan lantai
Instalasi Farmasi Racikan dan cuci alat-alat Tumpahan dari obat-obatan dan sisa pencucian
Pembersihan Ruangan Sisa pembersihan lantai
Poliklinik Umum/Anak Pembersihan alat-alat Sisa obat-obatan
Pembersihan Ruangan Sisa pembersihan lantai
Laundry Pencucian tekstil Sisa pencucian
Poliklinik Mulut dan Gigi Perawatan gigi Air sisa kumur pasien
Laboratorium Medical test, pemeriksaan urine, darah, Sisa urine dan feces, sisa jaringan tubuh, sisa
transudat, eksudat, batu-ginjal dan reagen yang digunakan
liguid cerbrospinalis
Pencucian alat Air sisa pencucian
Karateristik dan jenis limbah
JENIS LIMBAH KARAKTERISTIK
Urine, faeces E.coli, bakteri, kuman cacing, ammonia, bahan padatan.

Sisa pembersihan lantai Desinfektan, lysol, creolin, bahan padatan


Sisa cairan infus Zat kimia bersifat toxic
Air sisa pencucian Jaringan tubuh, terutam darah, bakteri patogen, desinfektan,
formalin, betadine solution, hitriscrub, savlon, H2O2
Sisa pembersihan lantai Desinfektan, lysol, creolin, bahan padatan
Air sisa pencucian Jaringan tubuh, terutam darah, bakteri patogen, desinfektan,
formalin, betadine solution, hitriscrub, savlon, H2O2
Sisa pembersihan lantai Desinfektan, lysol, creolin, bahan padatan
Urine, faeces E.coli, bakteri, kuman cacing, ammonia, bahan padatan.

Develover&fixer sisa pencucian film Sifat asam dan mengandung BaSO4


Urine, faeces E.coli, bakteri, kuman cacing, ammonia, bahan padatan.

Sisa pembersihan lantai Desinfektan, lysol, creolin, bahan padatan


Tumpahan dari obat-obatan dan sisa Zat kimia yang bersifat toksik seperti lidocain, HCl, NaBio, Liserin
pencucian
Sisa pembersihan lantai Desinfektan, lysol, creolin, bahan padatan
Sisa obat-obatan Zat kimia yang bersifat toksik
Sisa pembersihan lantai Desinfektan, lysol, creolin, bahan padatan
Sisa pencucian Deterjen, pemutih dan zat kimia lain yang bersifat toksik

Air sisa kumur pasien Darah, zat-zat kimia


Sisa urine dan feces, sisa jaringan tubuh, sisa Bakteri, kuman pathogen, zat organik glukosa, kretin, urea,
reagen yang digunakan kolesterol, trigliseril, enzim-enzim
Air sisa pencucian Bakteri, kuman patogen
Sistem Pengolahan limbah cair
• Aerobik
• Anaerobik
• Kombinasi aerobik dan anaerobik
Dasar Pemilihan Proses Pengolahan Limbah Cair

Untuk mengetahui sistem maupun proses dan “design”


pengolahan limbah cair yang tepat perlu diketahui:
1. Debit limbah
2. Karakteristik limbah dan konsentrasi bahan pencemar
3. Seberapa jauh pengolahan limbah yang diinginkan tergantung
Baku Mutu yang digunakan/yang berlaku
4. Lahan yang tersedia : Luas lahan, tekstur tanah, topografi,
kedalaman muka air tanah dll
5. Biaya yang tersedia : biaya pembangunan, explorasi dan
pemeliharaan
6. Teknologi dan kemudahan dalam pengoperasian/pemeliharaan
7. Rencana pengembangan Rumah Sakit
Bagan Pemilihan Sistem IPAL
Data Limbah Cair

Kualitas Limbah Cair

Kuantitas Limbah
Cair

Pilihan Sistim Penyaluran Limbah Pilihan Teknologi IPAL

Aspek Teknis Langkah Pemilihan Aspek Non Teknis

 Kemudahan
Pengoperasian Sistim Pengolahan  Ketersediaan Lahan
 SDM Limbah Cair Terpilih  Ketersediaan Biaya
 Jumlah lumpur Konstruksi & Operasi
 Biaya Operasi
 Kualitas
Effluen
 Kebutuhan
Energi
Diagram pengelolaan limbah cair Rumah Sakit.
PROSES AEROBIK DENGAN BIAKAN TERSUSPENSI
LUMPUR AKTIF (ACTIVATED SLUDGE)
Definisi: (Eckenfelder, 1989).
Proses pengolahan air limbah sistem lumpur aktif (activated sludge)
adalah proses pengolahan polutan organik terlarut maupun tidak
terlarut dalam air limbah menjadi flok mikroba tersuspensi yang dapat
dengan mudah mengendap dengan teknik pemisahan padat cair sistem
gravitasi.
UNIT PERALATAN YANG DIGUNAKAN PADA PROSES
LUMPUR AKTIF (ACTIVATED SLUDGE)

1. Bak pengendap,
Pengendap awal: untuk memisahkan material tersuspensi yang ada
dalam air limbah.
Pengendap akhir: untuk pemisahan air dan lumpur mikroorganisma.
2. Kolam aerasi, tempat bereaksinya air limbah dengan mikroorganisma
pengurai air limbah (lumpur aktif)
3. Peralatan pemasok udara. Sebagai pemasok udara dipakai aerator
dan difuser.
4. Sistem sirkulasi lumpur. Untuk mengembalikan lumpur dari bak
pengendap akhir ke kolam aerasi.
5. Sistem pengadukan. Untuk membuat supaya campuran dalam kolam
aerasi homogen dan tidak menimbulkan “dead space” lumpur.
6. Sistem pengolahan dan pembuangan lumpur. Lumpur timbul akibat
dari pertumbuhan mikroorganisma.
JENIS DAN MACAM PROSES LUMPUR AKTIF

1. Proses lumpur aktif dengan aerasi berlanjut


2. Proses lumpur aktif dengan stabilisasi kontak
3. Proses lumpur aktif kecepatan tinggi
4. Proses lumpur aktif dengan extended aerasi
5. Proses lumpur aktif dengan aerasi oksigen murni
6. Proses lumpur aktif dengan oksidasi parit
7. Proses lumpur aktif conventional
Hal-hal yang harus diperhatikan agar supaya proses lumpur aktif stabil

 Menjaga kestabilan beban BOD.


 Menjaga konsentrasi mikroba agar supaya konstan
 dilakukan pembuangan sebagian lumpur dari kolam aerasi
secara rutin
 Menjaga kebutuhan oksigen tercukupi
 Menjaga kesetabilan keasaman/ pH ( antara 6 – 9)
 Menghindari masuknya senyawa racun ke dalam kolam aerasi
Amina, proteins, tannins, phenol, alcohol, cyanat, ether, benzen,
carbamat.
Masalah yang sering terjadi pada Proses Lumpur Aktif
N Jenis Masalah Penyebab Masalah Pengaruh terhadap Sistem
o
1 Pertumbuhan terdispersi Mikro-organisme yang ada di Efluent menjadi tetap keruh. Sludge
(Dispersed Growth) dalam sistem lupur aktif tidak yang mengendap pada bak pengendap
membentuk flok yang cukup akhir kecil sehingga jumlah sirkulasi
besar, tetapi terdispersi menjadi lumpur berkurang.
flok yang sangat kecil atau
merupakan sel tunggal sehingga
2 Slime (Jelly) ; nonfilamentous sulit mengendap. berada dalam
Mikro-orgainsme Menurunkan kecepatan pengen-dapan
bulking atau viscous bulking jumlah yang sangat besar lumpur dan mengurani kecepatn
khususnya zooglea dan kompaksi lumpur. Pada kondisi yang
membentuk exo-polysacarida buruk meng-akibatkan terlepasnya
dalam jumlah yang besar. lumpur di bak pengendapan akhir.
3 Pin Flock atau Pinpoint Flock Terbentuknya flok berbentuk bola SVI rendah, dan efluen mempunyai
kasar dengan ukuran yang sangat kekeruhan yang tinggi.
kecil, kompak. Ukuran flok yang
lebih besar mempunyai kecepatan
pengendapan yang lebih besar,
sedangkan agregat yang lebih
kecil mengendap lebih lambat.
4 Filamentous Bulking Terjadi ekses pertumbuhan mikro- Mengurangi efektifitas kompaksi
organisme filamentous dalam lumpur.
jumlah yang besar.

5 Rising Sludge (blanket rising) Merupakam ekses proses Efluen yang keruh dan menurunkan
denitrifikasi sehingga partikel efisiensi penghilangan BOD.
lumpur menempel pada
gelembung gas nitrogen yang
terbentuk dan naik kepermukaan.
6 Foaming atau pembentukan Adanya senyawa surfactant yand Terjadi buih pada permukaan bak
buih (scum) tidak dapat terurai dan akibat aerasi dalam jumlah yang besar yang
berkembang-biaknya Nocardia dapat melampui ruang bebas dan
dan Microthrix parvicella melimpah ke bak pengendapan akhir.
Sistim IPAL Rotating Biological Contactor (RBC)

Adalah reaktor sistim biakan melekat, yang


memiliki ciri reaktornya terdiri dari media
berupa piringan (disc) tipis dari bahan
polimer atau plastik dengan jumlah banyak,
yang dilekatkan atau dirakit pada suatu poros,
diputar secara perlahan dalam keadaan
tercelup sebagian ke dalam air Iimbah.
Skema Proses Rotating Biological
Contactor
KEUNGGULAN RBC
1. Pengoperasian alat serta perawatannya mudah.

2. Untuk kapasitas kecil / paket, dibandingkan dengan proses lumpur aktif konsumsi
energi lebih rendah.

3. Dapat dipasang beberapa tahap (multi stage), sehingga tahan terhadap fluktuasi beban
pengolahan.

4. Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, sehingga efisiensi penghilangan ammonium lebih
besar.

5. Tidak terjadi bulking ataupun buih (foam) seperti pada proses lumpur aktif.

KELEMAHAN RBC
1. Pengontrolan jumlah mikro-organisme sulit dilakukan.

2. Sensitif terhadap perubahan temperatur.

3. Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan masih tinggi.

4. Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut, serta kadang-kadang timbul bau


busuk.
Perbandingan proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC dan
sistem lumpur aktif.
No ITEM RBC Lumpur Aktif

1 Tipe biakan Unggun tetap (fixed film) Tersuspensi

2 Jenis mikroba Bervariasi simple

3 Konsumsi energi Relatif Kecil Lebih besar

4 Stabilitas terhadap Stabil Tidak Stabil


fluktuasi beban
5 Kualitas air olahan Kurang baik Baik

6 Operasional dan Mudah Sulit


perawatan
7 Konsentrasi Biomasa Tidak terkontrol Dapat dikontrol

8 Permasalahan yang Penyumbatan (clogging) Bulking (pertumbuhan


sering terjadi tidak normal)

9 Fleksibilitas Fleksibel Kurang fleksibel


pengembangan
10 Investasi awal Relatif menguntungkan untuk Menguntungkan untuk
kapasitas kecil atau medium
kapasitas besar
Masalah yang terjadai pada Proses RBC

Terjadi suasana anaerob dan gas H2S di dalam reaktor RBC.


Indikasi yang dapat dilihat dari luar adalah ketebalan lapisan mikro-organisme di bagian inlet
dan outlet sama-sama tebal, dan lapisan mikro-organisme yang melekat pada permukaan
media berwarna hitam. Gangguan tersebut disebabkan karena beban hidrolik atau beban
organik melebihi kapasitas disain.
Penanggulangan masalah tersebut antara lain dengan cara menurunkan debit air limbah yang
masuk ke dalam reaktor RBC atau melakukan aerasi di dalam bak ekualisasi sehingga jumlah
oksigen terlarut bertambah sehingga diharapkan beban organik atau beban BOD diturunkan.

Kualitas air hasil olahan kurang baik dan lapisan mikro-organisme cepat
terkelupas.
Indikasi yang dapat dilihat yakni biofilm terkelupas dari permukaan media dalam jumlah yang
besar dan petumbuhan biofilm yang melekat pada permukaan media tidak normal. Gangguan
tersebut disebabkan karena terjadinya fluktuasi beban BOD yang sangat besar, perubahan pH air
limbah yang tajam, serta perubahan sifat atau karakteristik limbah. Penanggulangan masalah
dapat dilakukan dengan cara pengontrolan terhadap beban BOD, kontrol pH dan pengukuran
konsentrasi BOD, COD serta senyawa-senyawa yang menghambat proses.
Masalah yang sering terjadi pada Proses Trickling Filter

Masalah yang sering timbul pada operasi trickling filter adalah


sering timbul lalat dan bau yang berasal dari reaktor.

Sering terjadi pengelupasan lapisam biofilm dalam jumlah yang


besar. Pengelupasan lapisan biofilm ini disebabkan karena
perubahan beban hidrolik atau beban organik secara mendadak
sehingga lapisan biofilm bagian dalam kurang oksigen dan suasan
berubah menjadi asam karena menerima beban asam organik
sehingga daya adhesiv dari biofilm berkurang sehingga terjadi
pengelupasan.

Cara mengatasi gangguan terbut yakni dengan cara


menurunkan debit air limbah yang masuk ke dalam reaktor atau
dengan cara melalukan aerasi di dalam bak ekualisasi untuk
menaikkan kensentrasi oksigen terlarut.
Peoses dengan Biofilter “Anaerob-Aerob” ini mempunyai beberapa
keuntungan :

1. Adanya air buangan yang melalui media yang terdapat pada biofilter
mengakibatkan timbulnya lapisan lendir yang menyelimuti kerikil atau
yang disebut juga biological film.

2. Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum teruraikan
pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami
proses penguraian secara biologis.

3. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan
mikro-organisme yang menempel pada permukaan media filter
tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan
konsentrasi zat organiknya (BOD) makin besar.

4 Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi BODdan COD,


cara ini dapat juga mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau
suspended solids (SS) , deterjen (MBAS), ammonium dan posphor.
PROSES ANAEROB
Keunggulan proses anaerobik dibandingkan proses aerobik
adalah sebagai berikut (Lettingan et al, 1980; Sahm, 1984;
Sterritt dan Lester, 1988; Switzenbaum, 1983) :

1. Proses anaerobik dapat segera menggunakan CO2 dan tidak


membutuhkan oksigen.
2. Biaya lebih murah.
3. Lumpur yang dihasilkan 3-20 lebih sedikit
4. Proses anaerobik menghasilkan gas yang bermanfaat, metan. Gas
metan mengandung sekitar 90% energi dengan nilai kalori 9.000
kkal/m3, dan dapat dibakar ditempat proses penguraian atau untuk
menghasilkan listrik. Sedikit energi terbuang menjadi panas (3-5%).
Produksi metan menurunkan BOD dalam Penguraian lumpur limbah.
5.Penguraian anaerobik cocok untuk limbah industri dengan
konsentrasi polutan organik yang tinggi.
Beberapa kelemahan Penguraian anaerobik :

 Lebih Lambat dari proses aerobik

 Sensitif oleh senyawa toksik

 Start up membutuhkan waktu lama

 Konsentrasi substrat primer tinggi


Permasalahan yang sering terjadi Instalasi Pengolahan
Limbah Cair
1. Saringan di bak kontrol sering cepat rusak akibat dari
limbah cair pH tinggi atau rendah.

2. Minyak dan lemak di Bak penangkap/ pemisah lemak


sering tidak diambil/dibersihkan secara rutin, sehingga
minyak/lemak dapat mengganggu proses pengolahan
lanjutan di dalam Bak lumpur aktif ( bakteri aerob) atau di
Bak An aerob

3. Bak penampung seluruh limbah cair belum bisa


menurunkan suhu limbah sampai < 35 ºC sehingga dapat
mengganggu proses pengolahan selanjutnya di dalam
bak lumpur aktif (bakteri aerob)/An aerob

4. Bak netralisasi belum bisa menjamin bahwa pH limbah


antara 7,0 – 8,0.
5. Bak Lumpur Aktif / bakteri aerob (aktivited sludge) sering
kondisinya tidak sehat dalam arti : Kadar Oksigen terlarut (DO) <
2,0 mg/lt, Sludge Volatil Index (SVI) < 10 % atau > 20 % dan pH
limbah terlalu asam/basa ( < 7,0 / >8,0 )

6. Bak pengendap lumpur sering terjadi Bulking Sludge (lumpur


mengapung ) diikuti bau busuk

7. Bak kontrol limbah cair yang siap dibuang kelingkungan belum


bisa menjamin ikan hidup

8. Bak pengering lumpur berfungsi hanya musim kemarau (musim


hujan sulit kering)

9. Alat pH meter dan DO meter tidak rutin dikalibrasi secara


internal, sehingga sering terjadi kesalahan dalam pengujian
Cara mengatasi permasalahan Instalasi Pemeliharaan Limbah
Cair Rumah Sakit
1. Saringan dibak kontrol sebaiknya terbuat dari bahan PVC atau
stainles steel (tahan korosif)

2. Lapisan minyak dan lemak yang mengapung di bak penangkap/


pemisah minyak/lemak harus diambil tiap hari kemudian
dijemur/dikeringkan, selanjutnya dibakar bersama sampah
lainnya.

3. Bak penampung limbah cair (Equalisasi) sebaiknya dilengkapi


dengan peralatan yang berfungsi untuk menurunkan suhu
limbah < 35 ºC. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan cara :
a. Penambahan Cooling tower sebelum masuk bak penampung
b. Pompa sirkulasi air di bak penampung dengan dibuat sistem
spt air
mancur
c. Volume bak penampung kapasitasnya diperbesar.
4. Pengaturan debit penambahan larutan
Tawas/PAC + Kapur dan Polimer untuk
netralisasi pH dan koagulasi limbah cair
loundry harus dikontrol tiap jam untuk
memastikan bahwa limbah tersebut
mempunyai range pH 7,0 – 8,0

5. Bak An Aerob yang harus dilakukan sbb :


Dengan mengambil lumpur di dasar Bak
An Aerob dan mempertahankan SVI = 10 -
20 %
Lumpur di bak pengendap dari proses aerasi secara
periodik harus diambil dan dikeringkan pada bak
pengering Lumpur (drying bed/ filter press), hal ini
harus dilihat dan disesuaikan dengan hasil
pemeriksaan SVI (Sludge Volatil Indek) didalam bak
aerasi/lumpur aktif /bakteri aerob
(SVI LC.RS : 10 - 20 %)

Juga debit recycle lumpur harus diperhatikan.


Untuk In Let IPLC kadar BOD > 1000 mg/l O2, SVI
dibak aerasi (bak lumpur aktif) harus bisa mencapai
25-35 %, sehingga pengaturan debit recycle lumpur
dan pengambilan Lumpur secara periodik di Bak
pengendap dpt dilaksanakan secara rutin agar
tidak terjadi Bulking Sludge (lumpur mengapung)
yang berbau.
Beberapa aspek yg harus diperhatikan dalam
pengelolaan instalasi pengolahan limbah cair
Aspek teknis, ekonomis dan manajem yang
meliputi :
a. Aspek perencanaan dan pembangunan instalasi
pengolahan
b. Aspek pengoperasian dan pemeliharaan termasuk
sarana dan prasarana yang diperlukan
c. Aspek manajemen dan pengawasan
a. Aspek perencanaan dan pembangunan instalasi pengolahan :

– Sistem dan proses pengolahan yang dipilih harus sesuai


karakteristik limbah yang diolah

– Kapasitas instalasi pengolahan limbah dapat menampung dan


mengolah semua limbah pada saat debit/volume maks, dan
diantisipasi adanya perkembangan perusahaan.

– Pengaliran/pengangkutan limbah dari sumber pembuangan ke


instalasi pengolahan dapat berjalan dengan lancar.
b. Aspek pengoperasian dan pemeliharaan termasuk
sarana dan prasarana yang diperlukan
– Tersedia sarana dan prasarana penunjang termasuk tenaga
pengelola yang memadai baik jumlah maupun keahliannya
– Tersedia buku pedoman pengoperasian dan pemeliharaan IPLC

c. Aspek manajemen dan pengawasan

– Melakukan pengawasan kinerja IPLC secara rutin untuk


mengantisipasi kemungkinan kegagalan/gangguan proses
pengolahan, a.l pengukuran debit, pemeriksaan pH, DO, COD dll
– Melakukan kerjasama dengan laboratorium yang ditunjuk
melakukan pemantauan limbah secara rutin, sesuai dokumen
RPL (1sampai 3 bulan sekali)
– Melaporkan hasil pemantauan, pengukuran debit dan kapasitas
produksi ke BAPEDAL/BAPEDALDA sesuai peraturan yang
berlaku
Efisiensi pengolahan pada setiap tahapan/proses pengolahan

Metode Cara Pengolahan Efisiensi Penurunan

BOD TSS
Fisik Penyaringan 0–5% 5 – 20 %
Pengendapan 5 – 15 % 15 – 60 %
Koagulasi 25 – 60 % 30 - 60 %

Biologis Saringan Biologi 40 – 85 % 80 - 90 %


Lumpur aktif 70 – 95 % 85 - 95 %
Kolam stabilsi 30 - 80 % 30 - 80 %
Kolam oksidasi 50 – 90 % 50 - 95 %
A. Pengolahan secara Fisik
1. Saringan kasar dan halus
2. Sedimentasi (pengendapan)
3. Pemisahan minyak lemak

Fungsi :
1. Menghilangkan sampah kasar
2. Menghilangkan zat padat yang terapung
3. Mengendapkan tanah atau pasir
4. Menangkap minyak dan lemak

Baik buruknya pengolahan ini akan mempengaruhi hasil


pengolahan tingkat selanjutnya (proses kimia/biologi)
B. Pengolahan secara Kimia
Netralisasi/Koagulasi/Flokulasi dg bahan kimia spt
- Tawas/ Al2(SO4)3 (dosis : 200 - 500 mg/l)
- PAC/Al2O3 (dosis : 40 – 100 mg/l)
- Polimer : Super Flok, Kuri Flok dll (dosis : 1 – 6 mg/l)
- Fe (SO4)2 (dosis : 300 - 600 mg/l)
- Kapur/CaO (dosis : 40-60 % dari dosis Tawas/ Fe (SO4)2 )
- DCA/NaOCl2 (dosis : tergantung dari warna limbah)

Fungsi :
Untuk menghilangkan zat padat tersuspensi, kekeruhan,
zat An Organik dan warna
Baik buruknya pengolahan ini akan mempengaruhi hasil
pengolahan tingkat selanjutnya (proses biologi)
C. Pengolahan secara Biologi
Dengan Bakteri Aerobic, syarat :
1. pH limbah cair Netral : (7,0 – 7,5)
2. Oksigen cukup (DO) : (2,0 – 3,2 mg/lt O2)
3. Nutrisi ( N P K ) cukup : (urea-14, SP-36)
4. Sludge Volatil Index (SVI) : 10 – 20 %
5. Waktu tinggal di bak Aerasi cukup
6. Tidak mengandung logam berat dan deterjen
7. MLSS : 2 – 5 gr/lt (jumlah TSS dan Mikroorganisme)

Fungsi :
Untuk mengolah zat organik terlarut melalui proses
Biokimia, oksidasi dan pemisahan zat padat tersuspensi
dengan memanfaatkan mikroorganisme yang ada
didalamnya
Evaluasi dan Rekomendasi
1. Prosentase penurunan parameter pencemar di
masing-masing bak maupun seluruh unit ( IPLC )
2. Kualitas hasil pengolahan(outlet) dibandingkan
Baku Mutu
3. Fungsi dan waktu tinggal dimasing-masing bak
dibandingkan dgn kriteria design
4. Rekomendasi untuk mengoptimalkan fungsi
masing-masing bak maupun IPLC serta aspek
manajemen yang diperlukan

Anda mungkin juga menyukai