LEMBAR PENGESAHAN
Disahkan di : Pontianak
Pada Tanggal : 12 September 2018
Tim Penyusun
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Tujuan ................................................................................................................ 2
C. Ruang Lingkup Pelayanan ................................................................................. 2
D. Batasan operasional ........................................................................................... 2
E. Landasan Hukum .............................................................................................. 5
BAB II. STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ................................................................... 7
B. Distribusi Ketenagaan ........................................................................................ 9
C. Pengaturan Jaga ................................................................................................. 10
BAB III. STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruanga ................................................................................................... 11
B. Standar Fasilitas ................................................................................................ 12
BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI
A. Tujuan ................................................................................................................ 18
B. Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit Jiwa Sungai Bangkong ..................... 19
BAB V. LOGISTIK DAN PEBIAYAAN
A. Logistik .............................................................................................................. 26
B. Pembiayaan ........................................................................................................ 30
BAB IV. KESELAMATAN PASIEN
A. Keamanan Makanan .......................................................................................... 31
B. Higiene dan Sanitasi Makanan ........................................................................... 33
C. Higiene Tenaga Penjamah Makanan .................................................................. 33
D. Higiene Peralatan Pengolahan Makanan ............................................................. 34
E. Sanitasi Air dan Lingkungan ............................................................................... 34
BAB VII. KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian ............................................................................................................ 36
B. Tujuan ................................................................................................................... 36
C. Prosedur Keselamatan Kerja ............................................................................... 36
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU
A. Tujuan Pengawasan dan Pengendalian Mutu ..................................................... 39
B. Macam Pengendalian Mutu ................................................................................ 39
BAB IX. PENUTUP ............................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 45
A. LATAR BELAKANG
Menurut WHO tahun 1968 rumah sakit adalah suatu komponen sistem pelayanan
kesehatan masyarakat untuk mewujudkan tercapainya derajat kesehatan serta status gizi yang
baik. Sesuai SK Menkes No.134/1978, bahwa rumah sakit memberikan pelayanan dan
pemeliharaan kesehatan paripurna, baik pengobatan maupun pencegahan penyakit.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit pada dasarnya merupakan suatu kesatuan upaya
kesehatan kepada seluruh masyarakat yang mencakup upaya peningkatan, pencegahan,
penyembuhan dan pemulihan yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Di rumah sakit selain dari kegiatan pelayanan medis, pelayanan gizi rumah sakit
(PGRS) merupakan salah satu kegiatan pelayanan kesehatan, yang mempunyai peranan
penting dalam mempercepat tercapainya tingkat kesehatan, baik yang bersifat promotif,
prefentif, kuratif ataupun rehabilitatif. Program pelayanan gizi di rumah sakit bertujuan untuk
meningkatkan, kualitas pelayanan rumah sakit melalui penyediaan pelayanan gizi yang
berdaya guna dan berhasil guna, serta terintergrasi dengan pelayanan kesehatan lain di rumah
sakit.
Pelayanan gizi di rumah sakit mencakup tiga kegiatan yaitu: pengadaan dan
pengolahan makanan, pelayanan gizi di ruang rawat inap, penyuluhan dan konsultasi
gizi.Pengaturan makanan dan diit untuk penyembuhan penyakit merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari keseluruhan upaya perawatan penyembuhan penyakit pasien. Oleh
karena itu pengetahuan yang cukup tentang pengaturan makanan dan diit bagi orang yang
sakit, haruslah mempunyai petugas yang bertanggung jawab dalam perawatan orang sakit.
Upaya untuk meningkatkan gizi pasien rawat inap di rumah sakit dapat dilakukan
dengan pemberian makanan dengan memperbaiki nilai mutu makanan yang meliputi nilai
gizi, rasa, cara penyajian makanan, variasi hidangan, atau variasi menu. Pentingnya
peningkatan mutu makanan dengan harapan agar pasien dapat menerima dan mengkonsumsi
makanan yang disajikan oleh pihak rumah sakit. Penggunaan makanan untuk proses
penyembuhan harus sesuai dengan ketentuan oleh dokter yang mengobatinya. Tetapi dalam
hal ini berbeda dengan pemberian obat sebab pemberian makanan bukanlah semata-mata
sebagai alat penyembuh, lebih dari itu makanan masih mempunyai fungsi lain memberikan
rasa kenyang, puas dan rasa nyaman.
Pedoman Pelayanan Gizi RSJD Sungai Bangkong 1
B. TUJUAN
Tujuan buku pedoman pelayanan gizi ini adalah memberikan informasi tentang
pelayanan gizi di Rumah Jiwa Daerah Sungai Bangkong bagi tenaga gizi (nutrisionis) serta
profesi lain yang terkait agar dapat berkolaborasi memberikan pelayanan gizi yang bermutu.
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit, untuk keperluan peningkatan
kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative.
2. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien berdasarkan pengkajian
gizi, yang meliputi terapi diet konseling gizi dan atau pemberian makanan khusus dalam
rangka penyembuhan penyakit pasien (Nutrition and Diet Theraphy Dictionary, 2004).
3. Terapi diet merupakan pengaturan makan dengan tujuan memperbaiki kondisi penyakit.
Modifikasi diet dapat berupa pembatasan atau penambahan zat gizi tertentu contohnya
pemberian suplemen makanan bernilai gizi atau makanan khusus bagi pasien yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan gizi melalui pipa ke saluran pencernaan untuk pasien yang
tidak dapat menerima makanan per oral, sedangkan pemberian nutrisi parenteral
diberikan melalui intra vena untuk pasien yang tidak dapat mengabsorbsi zat gizi melalui
saluran cerna.
4. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terstruktur dalam identifikasi masalah
gizi, penyediaan diet yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan dan membantu
mengarahkan pola makan yang tepat sesuai dengan penyakit melalui konseling dan
edukasi gizi. Kegiatan asuhan gizi diawali dengan skrining gizi, untuk pasien yang
malnutrisi dan berisiko malnutrisi diberikan asuhan yang sesuai dengan proses asuhan
gizi terstandar (PAGT) terdiri dari 4 langkah yaitu asesmen atau pengkajian gizi,
E. LANDASAN HUKUM
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong diperlukan peraturan perundang-undangan
pendukung (legal aspect). Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah:
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis.
5. Undang-Undang Nomor 2 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/Menkes/PER/2010 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan.
Pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang rumah sakit dalam penilaian
standar akreditasi untuk menjamin keselamatan pasien. Semakin baik pelayanan gizi yang
diberikan oleh rumah sakit, maka semakin baik pula standar akreditasi rumah sakit tersebut. Hal
ini dapat terlaksana bila tenaga gizi professional dalam memberikan pelayanan gizi. Dalam
upaya menjamin pelaksanaan pelayanan gizi yang optimal di rumah sakit diperlukan adanya
standar kebutuhan tenaga gizi secara lebih rinci yang memuat jnis dan jumlah tenaga gizi.
b. Pengolah SMK-Tataboga 10 5 5
makanan atau SMU
B. Distribusi Ketenagaan
Ketenagaan di Instalasi gizi yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong
saat ini adalah sebagai berikut :
C. Jadwal Dinas
- Subuh : 05.00 - 13.00Wib
- Pagi : 07.00 - 16.00Wib
- Sore : 10.00 - 18.00 Wib
Kegiatan Pelayanan Gizi di rumah sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong harus dapat
berjalan dengan optimal, maka perlu didukung oleh sarana, peralatan dan perlengkapan yang
memadai baik untuk Rawat Jalan, Rawat Inap dan Penyelenggaraan Makanan. Dalam
merencanakan sarana fisik/bangunan untuk instalasi gizi diperlukan kesatuan pemikiran antara
perencanaan dan pihak manajemen terkait.
A. DENAH RUANGAN
Pintu Pintu
Pintu masuk alat kotor
B
H
K
Plastik Curtain
M
ON
P R Q
B. STANDAR FASILITAS
1. Fasilitas Pelayanan Gizi Rawat Jalan
a. Ruang Konseling Gizi
b. Peralatan:
1) Peralatan kantor: meja, kursi, bangku ruang tunggu, lemari arsip, lemari
foodmodel, telephone, laptop + printer.
2) Peralatan konseling: food model, formulir asuhan gizi, leaflet diet, buku
panduan/pedoman, SOP, poster, software konseling/software asuhan gizi.
3) Peralatan penyuluhan: LCD (Liquid Crystal Display), food model atau contoh
bahan makanan segar, formulir (pencatatan dan pelaporan), leafletdiet, daftar
bahan makanan penukar, audio visual, wireless,poster.
4) Peralatan antropometri: alat ukur tinggi badan, alat ukur berat badan, alat ukur
lingkar lengan atas (LILA), alat ukur lingkar kepala (LK), alatukur skinfold
thickness caliper,alatukur tinggi lutut, dan formulir skrining.
Pelayanan gizi rumah sakit merupakan suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi,
makanan, dietetik, kelompok atau individu yang merupakan suatu rangkaian kegiatan meliputi
pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi, dan evaluasi gizi, makanan
dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
Pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan klinis, status gizi dan
status metabolisme tubuh.
A. TUJUAN
1. Tujuan umum: terciptanya sistem pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna sebagai
bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit.
2. Tujuan khusus:
a. Meningkatkan penyelenggarakan asuhan gizi terstandar pada pelayanan gizi rawat
jalan dan rawat inap.
b. Meningkatkan penyelenggarakan makanan sesuai standar kebutuhan gizi dan
aman dikonsumsi.
c. Meningkatkan penyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada pasien dan
keluarga.
Tujuan tersebut dapat dicapai bila tersedia tenaga pelayanan gizi yang mempunyai
kompetensi dan kemampuan sebagai berikut:
1. Melakukan pengkajian gizi, faktor yang berpengaruh terhadap gangguan gizi dan
status gizi.
2. Menegakkan diagnosis gizi berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan.
3. Menentukan tujuandan merencanakan intervensi gizi dengan menghitung kebutuhan
zat gizi,bentuk makanan, jumlah serta pemberian makanan sesuai dengan keadaan
pasien.
4. Merancang dan mengubah preskripsi diet, dan menerapkannya mulai dari perencannan
menu sampai distribusi makanan.
5. Memberikan pelayanan,penyuluhan dan konseling gizi pada pasien dan keluarganya.
6. Mengelola sumber daya dalam pelayanan penyelenggaraan makanan bagi pasien di
rumah sakit.
7. Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi.
3. Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja,
pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan,
distribusi dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi, adapun penyelenggaraan makanan di
Rumah Sakit Jiwa Sungai Bangkong antara lain:
A. LOGISTIK
Managemen logistik penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari sistem
pelayanan gizi yang merencanakan ketersediaan bahan makanan sesuai dengan spesifikasi,
pengadaan,penyediaan, dan distribusi, peralatan, gas elpiji, ATK serta melaksanakan
penyimpanan dan perawatan terkait dengan penggunaan dan penyaluran bahan.
1. Bahan Makanan
TabelV.1 Bahan makanan
NAMA BAHAN
NO SAT VOLUME SPESIFIKASI
MAKANAN
1 2 3 4 5
I GOLONGAN KARBOHIDRAT
2. Peralatan Dapur
Tabel V.2 Peralatan dapur
4. ATK
Tabel V.4 Alat Tulis Kantor
B. PEMBIAYAAN
Biaya merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dan menentukan dalam
pelayanan gizi di rumah sakit.Biaya harus diperhitungkan setepat mungkin, sehingga secara
ekonomi dapat dipertanggungjawabkan dan dikendalikan seefisien dan seefektif mungkin.
Biaya makan merupakan biaya yang terkait dengan pengeluaran bahan makanan.
Biaya makan ini menjadi biaya rata – rata makanan sehari pada periode 1 tahun berdasarkan
standar makanan yang telah direncanakan, menurut jenis pasien, dan kelas perawatan.
Karena biaya kelas perawatan berbeda maka dilakukan perhitungan pada masing-masing
kelas perawatan.
Pedoman Pelayanan Gizi RSJD Sungai Bangkong 29
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. KEAMANAN MAKANAN
1. PENGERTIAN
Keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan, sehingga menjadi hal yang
mutlak harus dipenuhi dalam proses pengolahan makanan di rumah sakit.
2. TUJUAN
a. Melindungi konsumen dari produksi makanan yang tidak aman dan tidak
memenuhi syarat.
b. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa makanan yang diproduksi sudah
aman dan layak dikonsumsi.
c. Mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan terhadap makanan yang
disajikan.
3. PENERAPAN
Upaya yang dilakukan dalam menjamin keamanan makanan, merupakan prosedur yang
bersifat antisipasi dan preventif, dan dilakukan mulai dari pemilihan bahan makanan
sampai penyajian makanan ke konsumen.
a. Pemilihan Bahan Makanan
Tindakan preventif yang dilakukan, dimulai dari penetapankualitas bahan makanan,
yang dituangkan dalam daftar spesifikasi bahan makanan.Selanjutnya daftar
spesifikasi bahan makanan tersebut digunakan sebagai pedoman dalam penerimaan
bahan makanan.
b. Penyimpanan Bahan Makanan
Persyaratan penyimpanan bahan makanan :
1) Terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri,serangga, tikus dan
hewan lainnya maupun bahan yang berbahaya.
2) Menggunakan prinsipFirst In First Out (FIFO) dan First Expired First Out
(FEFO).
3) Tempat penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan.
4) Bahan makanan kering disimpan di tempat yang kering dan tidak lembab.
5) Bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin .
Suhu penyimpanan
No. Jenis makanan Disajikan dalam Akan segera Belum segera
waktu lama disajikan disajikan
1. Makanan kering 25 ºC–30 ºC
2. Makanan basah (berkuah) >40 ºC -10 ºC
3. Makanan cepat basi ≥45 ºC -5ºC s.d -1 ºC
(santan, telur, susu)
4. Makanan disajikan dingin 5ºC – 10ºC <10 ºC
e. Pengangkutan Makanan
Pengangkutan bahan makanan dan makanan yang sudah diolah masing masing
menggunakan troly khusus. Troly untuk mengangkut makanan yang diolah,
dilengkapi dengan wadah makanan yang tertutup, terbuat dari bahan yang utuh,kuat
tidak berkarat dengan ukuran menyesuaikan dengan porsi makanan, sehingga dapat
mencegah terjadinya uap makanan yang mencair.
d. Penyajian Makanan
Setiap jenis makanan ditempatkan terpisah dan ditutup untuk mencegah terjadinya
kontaminasi silang. Jenis alat saji yang digunakan sesuai dengan kelas perawatan
pasien dengan menggunakan prinsip bersih, yaitu setiap peralatan atau wadah yang
digunakan harus higienis,utuh,tidak cacat atau rusak.
Parameter Syarat
Kondisi kesehatan Tidak menderita penyakit menular : batuk, pilek,
influenza, diare, penyakit menular lainnya.
Menutup luka (luka terbuka, bisul, luka lainnya).
Menjaga kebersihan diri Mandi teratur dengan sabun dan air bersih.
Menggosok gigi dengan pasta dan sikat gigi secara
teratur, paling sedikit dua kali dalam sehari, yaitu
setelah makan dan sebelum tidur.
Membiasakan membersihkan lubang hidung, lubang
telinga dan sela – sela jari secara teratur.
Mencuci rambut/kramas secara rutin dua kali dalam
seminggu.
Kebersihan tangan: kuku dipotong pendek, kuku tidak
dicat atau kutek, bebas luka.
Kebiasaan mencuci tangan Menggunakan metode: 6 langkah cuci tangan.
Mencuci tangan :
Sebelum menjamah atau memegang makanan.
Sebelum memegang peralatan makan.
Setelah keluar dari WC atau kamar kecil.
Setelah meracik bahan mentah seperti daging, ikan,
sayuran, dan lain-lain.
Setelah mengerjakan pekerjaan lain seperti
Pedoman Pelayanan Gizi RSJD Sungai Bangkong 32
bersalaman, menyetir kendaraan, memperbaiki
peralatan, memegang uang, dan lain-lain.
Perilaku penjamah Tidak menggaruk–garuk rambut, lubang hidung atau
makanan dalam sela sela jari kuku.
melakukan kegiatan Tidak merokok.
pelayanan penanganan Menutup mulut saat bersin atau batuk.
makanan Tidak meludah sembarangan diruangan pengolahan
makanan.
Tidak menyisir rambut sembarangan terutama
diruangan persiapan dan pengolahan makanan.
Tidak memegang, mengambil, memindahkan dan
mencicipi makanan langsung dengan tangan (tanpa
alat).
Tidak memakan permen dan sejenisnya pada saat
mengolah makanan.
Penampilan penjamah Selalu bersih dan rapi, memakai APD dengan lengkap.
makanan Celemek yang digunakan diganti setiap hari.
Memakai alas kaki yang tidak licin
Tidak memakai perhiasan
Memakai sarung tangan, jika dibutuhkan
1. Menggunakan air yang tidak berwarna,tidak berbau, dan tidak berasa dan memenuhi
persyaratan kualitas air bersih atau air minum.
2. Menjaga dapur dan tempat pengelolaan makanan agar bebas dari tikus,
kecoa,lalat,serangga dan hewan lain.
KESELAMATAN KERJA
A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam rangka
menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun
kelalaian/kesengajaan.
B. TUJUAN
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu.kebakaran atau
kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi perlindungan pada pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran,asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik, keracunan,
infeksi dan penularan.
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
10. Memelihara kebersihan, dan ketertiban.
11. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerja.
12. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
13. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan
dan penyimpanan barang.
14. Mencegah terkena aliran listrik.
15. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
a. Petugas menggunakan APD:baju kerja, penutup kepala, apron, masker dan alas
kaki.
b. Menggunakan peralatan yang sesuai dengancara yang baik, misalnya pisau dan tidak
bercakap-cakap selama menggunakan alat tersebut.
c. Mematiakan mesin (blender) sebelum membersihkannya.
d. Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan.
e. Berhati-hati bila membuka dan menutup gas elpiji.
f. Mengisi panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi kapasitas yang
ditetapkan.
g. Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi terlalu penuh.
b. Melakukan cuci tangan dengan metode 6 langkah pada 5 momen yang ditentukan
dalam kegiatan penyelenggaraan makanan.
3. Di ruang distribusi makanan
Keselamatan kerja di ruang ini terlaksana bila:
a. Menggunakan masker
b. Menggunakan sarung tangan apabila memegang pasien
c. Melakukan cuci tangan dengan metode 6 langkah pada 5 momen yang sudah
ditetapkan di ruang rawat inap.
Pelayanan gizi di rumah sakit dikatakan bermutu jika memenuhi 3 komponen mutu, yaitu:
1).Pengawasan dan pengendalian mutu untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman,
2). Menjamin kepuasan konsumen dan
3).Assesment yang berkualitas.
Mengingat ruang lingkup pelayanan gizi di rumah sakit yang kompleks, maka perlu menetapkan
dan mengembangkan indikator mutu pelayanan gizi agar tercapai pelayanan gizi yang optimal.
Pelayanan gizi di rumah sakit dapat dikatakan berkualitas, bila hasil pelayanan mendekati
hasil yang diharapkan dan dilakukan sesuai dengan standar dan prosedur yang berlaku.
Beberapa pengendalian mutu di Instalasi Gizi adalah sebagai berikut :
Periode :
Ruang :
∑ yg Tepat Salah
Tanggal Ket
disurvey Diet Diet
PENUTUP
Pelayanan gizi rumah sakit perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan yang
terbaru yaitu mengacu standar internasional dan profesionalisme. Pelayanan gizi merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit yang merupakan salah satu upaya dalam rangka
meningkat kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun rawat jalan agar status
gizi optimal sesuai dengan penyakit pasien. Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit jiwa daerah
sungai bangkong adalah asuhan gizi pada pasien rawat inap dan rawat jalan, serta
penyelenggaraan makanan.
Pedoman pelayanan gizi di RSJD Sungai Bangkong bertujuan untuk memberikan acuan
tenaga gizi dan informasi bagi tim kesehatan sehingga jelas dan profesional dalam mengelola
pasien terkait gizi pasien, khususnya asuhan gizi oleh ahli gizi. Pedoman ini juga bermanfaat
dalam mengimplementasikan proses asuhan gizi terstandar sertaalur pasien sejak masuk sampai
dengan monitoring dan evaluasi kemajuan intervensi gizi yang diberikan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan standar untuk rumah sakit.
Asosiasi Dietesien Indonesia (AsDI). 2013. Pelatihan Food Service Untuk Profesi Gizi Korwil
Malang
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Pedoman PGRS (Pelayanan Gizi Rumah Sakit)