DINAS KESEHATAN
Jalan Raya Darongdong No. 04 Telp
UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
BUAHDUA
DISUSUN OLEH:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas rahmat dan
petunjuknya sehingga penyusunan Manual Mutu UPTD Puskesmas Buahdua dapat tersusun
dengan baik.
Manual Mutu UPTD Puskesmas Buahdua disusun sebagai acuan untuk penyusunan
dan pengembangan mutu puskesmas, pengelola program kerja puskesmas serta pendoman
bagi penyusunan akreditasi puskesmas.
Manual Mutu UPTD Puskesmas Buahdua ini berisi tentang latar belakang, kebijakan
mutu, system, tanggung jawab, konsep penerapan dan organisasi manual mutu yang
dilaksanakan di UPTD Puskesmas Buahdua, staf administrasi dan staf puskesmas dalam
upaya peningkatan pelayanan di masyarakat.
Saran dan masukan yang bersifat membangun dari semua pihak kami harapkan, demi
peningkatan dan penyempurnaan Manual Mutu UPT Puskesmas Tanjungmedar kedepannya.
i
DAFTAR ISI
ii
E. Tanggung Jawab, Wewenang dan Komunikasi ............................................... 13
F. Wakil Manajemen Mutu .................................................................................. 15
G. Komunikasi Internal ........................................................................................ 16
BAB VI TINJAUAN MANAJEMEN ......................................................................... 18
A. Umum .............................................................................................................. 18
B. Masukan Tinjauan Manajemen ....................................................................... 18
C. Luaran Tinjauan ............................................................................................... 18
BAB VII MANAJEMEN SUMBER DAYA .............................................................. 19
A. PENYEDIAAN SUMBER DAYA ................................................................. 19
B. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA .............................................. 20
C. INFRASTRUKTUR (SARANA PRASARANA) ........................................... 21
iii
BAB VIII PENYELENGGARAAN PELAYANAN .................................................. 22
A. UPAYA PUSKESMAS ................................................................................... 22
B. PELAYANAN KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN ........................... 23
BAB IX PENGUKURAN, ANALISA DAN PENYEMPURNAAN ......................... 28
A. PENGUKURAN .............................................................................................. 28
B. ANALISA DATA ............................................................................................ 29
C. PENYEMPURNAAN ..................................................................................... 30
BAB X PENUTUP ...................................................................................................... 33
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif serta upaya preventif dan
promosi kesehatan dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan
menuju program Indonesia sehat. Program Indonesia sehat merupakan penjewantahan dari
semua rencana kerja bidang kesehatan yang terdiri dari paradigma sehat, kesehatan
primer, jaminan kesehatan. Paradigma sehat dan penguatan pelayanan kesehatan akan
mendukung terlaksananya jaminan kesehatan nasional yang ditandai dengan Kartu
Indonesia Sehat (KIS). Dasar utama Progran Indonesia Sehat adalah upaya preventif dan
promotif .
Strategi penguatan pelayanan primer adalah peningkatan akses, peningkatan
mutu dan regionalisasi rujukan. Dalam meningkatan mutu pelayanan puskesmas perlu
adanya alat ukur pencapaian standar dan pencapaian mutu yang diharapkan yaitu dengan
akreditasi FKTP. Akreditasi merupakan pengakuan terhadap Puskesmas, klinik pratama,
klinik dokter, dan praktik dokter gigi yang diberikan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh menteri setelah dinilai bahwa FKTP
tersebut telah memenuhi standar pelayanan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang telah
ditetapkan untuk meningkatkan mutu pelayanan secara berkesinambungan.
Unsur penting dan sangat vital yang menentukan keberhasilan akreditasi FKTP
adalah bagaimana mengatur sistem pendokumentasian dokumen. Pengaturan sistem
dokumentasi dalam proses akreditasi FKTP dianggap penting karena dokumen merupakan
acuan kerja, bukti pelaksanaan dan penerapan kebijakan, program dan kegiatan, serta
bagian dari salah satu persyaratan akreditasi FKTP. Dengan adanya sistem dokumen yang
baik dalam suatu institusi/organisasi diharapkan fungsi-fungsi setiap personil maupun
bagian-bagian dari organisasi dapat berjalan sesuai perencanaan bersama dalam upaya
mewujudkan kinerja yang optimal.
Pedoman mutu merupakan dokumen yang memberikan informasi yang konsisten
kedalam maupun keluar tentang sistem manajemen mutu. Pedoman mutu ini disusun
untuk menjelaskan sistem Manajemen Mutu yang diterapkan di UPTD Pusat Kesehatan
Masyarakat Buahdua Sistem Manajemen Mutu UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat
1
Buahdua yang dijelaskan akan mencakup Kebijakan dan Sasaran Mutu, komitmen dan
Manajemen , Organisasi Puskesmas serta uraian singkat Proses-proses usaha yang
dijalankan organisasi.
a. Profil Organisasi
Gambaran Umum Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua
1. Analisa Demografi
Puskesmas Buahdua mempunyai luas wilayah 495.578 km² dan mempunyai
komposisi penduduk beragam dan distribusi berdasarkan kelompok umur dan jenis
kelamin pada 9 (sembilan) desa. Berdasarkan catatan statistik, tercatat jumlah
penduduk kecamatan buahdua pada tahun 2019 sebanyak 20.908 orang dengan
perincian Laki-laki sebanyak 10.378 orang dan perempuan sebanyak 10.530 orang.
2. Analisa Geografi
Gambar 1
Peta Wilayah kerja UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua
2
Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua berada di Kecamatan Buahdua dengan batas
wilayah:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Conggeang
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjungkerta
d. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Hariang Kecamatan
Buahdua
Luas wilayah Puskesmas Buahdua terdiri dari:
a. Perumahan/Pekarangan : 170.690,5 km²
b. Persawahan : 142.368,2 km²
c. Tegalan/Ladang : 101.343,5 km²
d. Kolam : 42.661 km²
e. Lain-lain : 38.514,8 km²
Sebaran penduduk desa dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 1
Distribusi Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Buahdua Tahun 2019
No. Kelurahan Luas (Ha) Jumlah KK Jumlah
Penduduk RT RW
1. Sekarwangi 287,323 2581 984 29 6
2. Cilangkap 800,800 2764 1053 25 7
3. Nagrak 489,864 2057 760 26 6
4. Cibitung 736,287 1632 612 20 6
5. Panyindangan 317 1737 619 19 6
6. Buahdua 372,22 3281 1214 42 12
7. Gendereh 1643,9 2058 779 22 4
8. Bojongloa 532 3175 1653 32 14
9. Ciawitali 1.134 1623 586 6 17
Jumlah 6.313.394 20.908 8260 221 78
3
Mandri 8 posyandu. keberadaan Posbindu ada 1 unit. Dan Posyandu Remaja 1
Unit. Sumber Daya Manusia (ketenagaan) Puskesmas dalam pelayanan kesehatan
ditangani oleh pegawai yang berjumlah 47 Orang terdiri dari 23 PNS, dan 24
pegawai Honorer.
Sumber Daya Manusia atau Ketenagaan yang ada di UPTD Pusat Kesehatan
Masyaraka Buahdua yang berjumlah 41 orang yang terdiri dari :1 orang Dokter
Umum kunjungan dan 1 orang sebagai kepala Puskesmas, tidak mempunyai Dokter
Gigi. UPTD Pusat Kesehatn Masyarakat Buahdua mempunyai 13 orang perawat dan
sebagai pemegang Program, Bidan di UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua
sejumlah 19orang,1 orang Bidan Koordinator, 1 orang sebagai Bidan Puskesmas,1
orang bidan pelaksanan KIA, 1 orang PJ Poned, 5 0rang bidan pelaksana Poned dan 9
orang sebagai Bidan wilayah di desa. Tenaga Kesehatan Masyarakat 1 orang, Tenaga
4
Kesehatan Lingkungan tidak ada, Tenaga Teknologi Laboratorium 1 orang, Tenaga
Gizi tidak ada, Tenaga Kefarmasian 2 orang, Tenaga administrasi 2 orang, Tenaga
Pekarya 1 orang. Dan 1 orang sopir pusling/opersional puskesmas.
Sarana dan Prasarana gedung UPTD Puskesmas Buahdua memiliki 2 gedung
yaitu gedung rawat jalan dan gedung rawat inap. Gedung rawat inap terdiri dari 2
lantai, lantai 1 dimanfaatkan untuk Persalinan, rawat inap dan gawat darurat.
Sedangkan lantai 2 dimanfaatkan untuk kegiatan manajemen dan administrasi
perkantoran termasuk sekertariat manajemen pengendalian mutu dan ruang pertemuan,
dan kegiatan lainnya.
Sarana kendaraan : sarana untuk menunjang kegiatan UPTD Pusat Kesehatan
Masyarakat Buahdua di lengkapi kendaraan roda 2 sebanyak 6 buah, dan kendaraan
operasional puskesmas sebanyak 1 buah yang digunakan untuk kegiatan pusling dan
rujukan, dan kegiatan luar gedung lainnya.
Sarana sistem informasi : sarana penunjang manajemen administrasi dan
sistem informatika Pu skesmas memiliki 3 buah komputer,laptop 15 buah, printer 5
buah dengan sistem jaringan WiFi 2, 8 Modem dan 12 kabel. Software sistem
informasi puskesmas (SIMPUS) yang tersedia saat ini ada 1 : yaitu P-Care khusus
kegiatan kepersertaan BPJS, sistem SP3 maupun laporan program lainnya ke tingkat
kabupaten dan e-Puskesmas yang meliputi sistem online data pelayanan dalam
gedung belum ada, saat ini sistem informatika yang digunakan adalah pengembangan
dari kedua sistem tersebut, yaitu bridging antara P-care dengan status on
progress.Untuk SIMPUS masih ditemukan banyak kendala seperti :Hub, swicth,
akses point rusak akibat tersambar petir dan komputer belum ada di setiap unit
pelayanan
5
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berprilaku hidup sehat.
3. Meningkatkan akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat.
b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua didasarkan
kepada Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang Nomor 503/
KEP.FFE7E001-PTSP/2019 tentang Ijin Operasional UPTD Pusat Kesehatan
Masyarakat Buahdua.
c. Motto
Motto di UPTD Puskesmas Rawat Inap Buahdua adalah “Kepuasan anda adalah
komitmen kami”.
d. Tata Nilai
Dalam mencapai visi dan misinya UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua
berkomitmen menjalankan tata nilai sebagai berikut :
M = Mandiri
Mampu bekerja dengan penuh inisiatif dan kesadaran
A = Adil
Bekerja dan melayani tanpa membeda-bedakan status pasien.
N = Nyaman
Suasana tempat kerja yang nyaman bagi petugas dan pasien.
I = Inovatif
Bekerja dengan giat dan mampu menciptakan inovatif dalam
pembangunan kesehatan.
S = Santun
Sopan dalam pelayanan dan tindakan
b. Kebijakan Mutu
Pimpinan manajemen UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua telah
menetapkan suatu Kebijakan Mutu Pelayanan Puskesmas yang diketahui dan di
mengerti oleh seluruh jajaran pengelola dan seluruh karyawan Puskesmas.
Kebijakan Mutu tersebut adalah :
1. Kepala Puskesmas dan seluruh penanggung jawab program UKP dan penanggung
jawab UKM wajib berpartisipasi dalam program mutu dan keselamatan pasien mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.
6
2. Para pimpinan wajib melakukan kolaborasi dalam pelaksanaan program mutu dan
keselamatan pasien yang diselenggarakan diseluruh jajaran puskesmas.
3. Perencanaan mutu disusun oleh seluruh jajaran Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua
dengan pendekatan multidisiplin, dan dikoordinasikan oleh ketua Manajemen Mutu.
4. Perencanaan mutu berisi paling tidak:
a. Area prioritas berdasarkan data dan informasi, baik dari hasil monitoring dan
evaluasi indikator, maupun keluhan pasien/keluarga/staf dengan
mempertimbangkan kekritisan, risiko tinggi dan kecenderungan terjadinya
masalah.
b. Salah satu area prioritas adalah sasaran keselamatan pasien.
c. Kegiatan-kegiatan pengukuran dan pengendalian mutu dan keselamatan pasien
yang terkordinasi dari semua unit kerja dan unit pelayanan.
d. Pengukuran mutu dan keselamatan pasien dilakukan dengan pemilihan
indikator, pengumpulan data, untuk kemudian dianalisis dan ditindaklanjuti
dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
e. Indikator meliputi indikator manajerial, indikator kinerja UKM, dan indikator
klinis yang meliputi indikator struktur, proses dan outcome.
f. Upaya-upaya perbaikan mutu dan keselamatan pasien melaluli standarisasi,
perancangan sistem, rancang ulang sistem untuk peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
g. Penerapan manajemen resiko untuk semua lini pelayanan baik pelayanan klinis
maupun penyelenggaraan UKM.
h. Manajemen resiko klinis untuk mencegah terjadinya kejadian yang tidak
diharapkan, kejadian nyaris cedera, dan keadaan potensial cedera.
i. Program dan kegiatan peningkatan mutu pelayanan klinis dan keselamatan
pasien termasuk didalamnya program peningkatan mutu, laboratorium dan
program peningkatan mutu pelayanan obat
j. Program pelatihan yang terkait dengan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.
k. Rencana pertemuan sosialisasi dan koordinasi untuk menyampaikan
permasalahan, tindak lanjut, dan kemajuan tindak lanjut yang dilakukan.
l. Rencana monitoring dan evaluasi program mutu dan keselamatan pasien.
5. Perencanaan sistem/proses pelayanan memperhatikan butir-butir dibaawah ini:
7
a. Konsisten dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai puskesmas, dan perencanaan
Puskesmas.
b. Memenuhi kebutuhan pasien, keluarga, dan staf.
c. Menggunakan pedoman penyelenggaraan UKM, pedoman praktik klinis,
standar pelayanan klinis, kepustakaan ilmiah dan berbagai panduan dari
propesi maupun panduan dari kementrian kesehatan.
d. Sesuai dengan praktik bisnis yang sehat.
e. Mempertimbangkan informasi dari manajemen risiko.
f. Dibangun sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang ada di
puskesmas.
g. Dibangun berbasis praktik klinis yang baik.
h. Menggunakan informasi dari kegiatan peningkatan yang terkait.
i. Mengintegrasikan serta menggabungkan berbagai proses dan sistem pelayanan.
6. Seluruh kegiatan mutu dan keselamatan pasien harus didokumentasikan.
7. Ketua Manajemen Mutu wajib melaporkan kegiatan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien kepada kepala puskesmas tiap triwulan.
8. Berdasarkan pertimbangan hasil keluahan pasien/keluarga dan sta, serta pertimbangan
kekritisan, resiko tinggi, dan potensial pemasalahan maka area prioritas yang perlu
mendapat perhatian dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah :
a. Pencapaian 6 sasaran keselamatan pasien
b. Pelayanan rawat jalan
c. Pelayanan farmasi
d. Pelayanan gawat Darurat
e. Pelayanan rawat inap
c. Proses Pelayanan
Sistem Manajemen pedoman mutu dalam Dokumen Mutu ini diuraikan dengan
menjelaskan proses pelayanan yang berlangsung dan dijalankan oleh UPTD Pusat
Kesehatan Masyarakat Buahdua. Penyelenggaraan upaya kesehatan di UPTD Pusat
Kesehatan Masyarakat Buahdua ini sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 terdiri dari Upaya Kesehatan Masyarakat
dan Upaya Kesehatan Perorangan tingkat pertama serta menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat pengembangan dan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan
diatas dilaksanakan upaya penunjang.
8
Adapun uraian proses bisnis di UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua ini
sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat
UKM ESENSIAL
1. Pelayanan Promosi Kesehatan termasuk UKS
2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
3. Pelayanan KIA/KB yang bersifat UKM
4. Pelayanan gizi yang bersifat UKM
5. Pelayanan pencegahan dan Pengendalian Penyakit
UKM PENGEMBANG
1. Pelayanan Kesehatan Jiwa
2. Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat
3. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
4. Pelayanan Kesehatan Olahraga
5. Pelayanan Kesehatan Indra
6. Pelayanan Kesehatan Lansia
7. Pelayanan Kesehatan Kerja
b. Penyelenggaraan upaya Kesehatan Klinik/Perorangan :
Rawat jalan :
1. Pelayanan Pemeriksaan Umum
2. Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut
3. Pelayanan KIA/KB Yang Bersifat UKP
4. Pelayanan Gizi Yang Bersifat UKP
5. Pelayanan Persalinan
6. Pelayanan PUSLING
7. Pelayanan Satu Hari (One Day Care)
Pelayanan Gawat Darurat
Kefarmasiaan
Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Laboratorium
Rawat Inap Berdasarkan Pertimbangan Kebutuhan Masyarakat
9
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman mutu ini disusun berdasarkan standar akreditasi
puskesmas, yang meliputi: persyaratan umum sistem manajemen mutu, tanggung jawab
manajemen, manajemen sumber daya, proses pelayanan yang terdiri dari penyelenggara
Upaya Kesehatan Masyarakat, Upaya Kesehatan Klinis Perorangan dan Upaya Kesehatan
Pengembangan dan Penunjang sebagaimana yang diuraikan pada proses pelayanan.
Dalam penyelenggaraan UKM dan UKP ini memperhatikan keselamatan
sasaran/pasien dengan menerapkan manajemen resiko.
Upaya Kesehatan Masyarakat, meliputi:
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)
2. Pelayanan Ibu Nifas
3. Pelayanan KB
4. Pelayanan Kesehatn Bayi
5. Pelayanan Kesehatan Balita
6. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
7. Pelayanan Kesehatn Lansia
8. Upaya Pemberantasan Penyakit Menular
9. Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit
10. Upaya Kesehatan Lingkungan
11. Upaya kesehatan kelompok beresiko
12. Upaya kesehatan perorangan meliputi:
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, lansia dll)
melalui posyandu, Puskesmas, maupun kunjungan rumah.
b. Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, Puskesmas, maupun
dirumah.
c. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
d. Deteksi dini kasus dan factor resiko (maternal, balita,dan penyakit)
e. Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil`
f. Pelayanan kuratif.
C. Tujuan
Tujuan Pedoman mutu ini disusun sebagai acuan bagi UPTD Pusat Kesehatan
Masyarakat Buahdua dalam membangun sistem manajemen mutu baik untuk
penyelenggaraan UKM maupun untuk penyelenggaraan pelayanan klinis (UKP).
10
D. Landasan Hukum Dan Acuan
Landasan hukum yang digunakan dalam menyusun pedoman mutu ini adalah :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang
TenagaKesehatan
3. Permenkes RI no. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
4. Permenkes RI no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas
5. Permenkes RI no. 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Kedokteran
6. PMK no 11 tahun 2017 tentang keselamatan pasien.
7. Permenkes RI no. 65 tahun 2013 tentang Pedoman, pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan`
8. Keputusan Mentri Pemberdayaan Aparatur Negara no. 26 tahun 2014 tentang juknis
trnsformasi dan akuntabilitas pelayanan publik
9. PP no. 74 tahun 2014 tentang pedoman pengukuran survei kepuasan masyarakat
10. Pedoman peraturan dokumentasi akreditasi FKTP, Kementrian Kesehatan RI no 71
tahun 2013.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan
12. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2014 Nomor 184, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5570);
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perseorangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 122);
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 1118);
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 tentang
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaran Program Jaminan
Kesehatan ;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
11
18. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang Nomor 503/
KEP.FFE7E001-PTSP/2019 tentang Ijin Operasional UPTD Pusat Kesehatan
Masyarakat Buahdua.
12
terlalu jauh berbeda, karena keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
Untuk membedakannya,sarana lebih ditujukan kepada benda-benda yang bergerak,
sedangkan prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak.
11. Proses adalah serangkaian langkah sistematis, atau tahapan yang jelas dan dapat
ditempuh berulangkali,untuk mencapai hasil yang diinginkan. Jika ditempuh, setiap
tahapan itu secara konsisten mengarah pada hasil yang diinginkan.
12. Rekaman adalah Keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas,
anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan
medis yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat
jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.
13. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud atau tujuan pencapaian proses pelayanan yang bermutu.
14. Sasaran mutu adalah target dari masing-masing layanan atau program yang ingin
dicapai dalam jangka waktu tertentu.
15. Tindakan korektif adalah tindakan perbaikan penting yang dilakukan untuk
menjamin sistem manajemen mutu bebas dari permasalahan dalam segi pelayanan
media maupun program dengan cara mengidentifikasi masalah, menganalisis akar
masalah, mencari bentuk perbaikan dan pencegahannya, dan melaporkannya kepada
pihak manajemen.
16. Tindakan preventif adalah sebuah tindakan pencegahan penting yang dilakukan
untuk menjamin sistem manajemen mutu bebas dari permasalahn dalam segi
pelayanan medis maupun program dengan cara mengidentifikasi masalah,
menganalisis akar masalah, mencari bentuk perbaikan dan pencegahannya, dan
melaporkannya kepada pihak manajemen.
13
BAB II
SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN
SISTEM PENYELENGGARAANPELAYANAN
A. Persyaratan Umum
UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua menetapkan, mendokumentasikan,
memelihara sistem manajemen mutu sesuai dengan standar akreditasi Puskesmas. Sistem
ini di susun untuk memastikan telah diterapkannya persyaratan pengendalian terhadap
proses-proses penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat baik penyelenggara upaya
puskesmas maupun pelayanan klinik, yang meliputi kejelasan penanggung jawab,
penyediaan sumberdaya, penyelenggaraan pelayanan itu sendiri mulai dari perencanaan
yang berdasar kebutuhan masyarakat/ pelanggan, verifikasi terhadap rencana yang
disusun, pelaksanaan pelayanan, dan verifikasi terhadap proses pelayanan dan hasil-hasil
yang dicapai, monitoring dan evaluasi serta upaya penyempurnaan yang
berkesinambungan.
B. Pengendalian Dokumen
Secara Umum dokumen-dokumen dalam system manajemen mutu yang disusun
meliputi :
a. Dokumen level 1: Kebijakan dan uraian singkat sistem manajemen mutu UPTD
Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua;
b. Dokumen level 2: Pedoman/Manual;
c. Dokumen level 3: Standar Oprasional Prosedur (SOP);
d. Dokumen level4 : Rekaman-rekaman sebagai catatan sebagai akibat pelaksanaan
kebijakan, pedoman dan prosedur.
Prosedur Pengendalian Dokumen di UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua
ditetapkan oleh Kepala UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua yang dijadikan
acuan oleh seluruh unit di UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua.
Tujuan pengendalian Dokumen ini adalah terkendalinya kerahasiaan dokumen,
proses perubahan, penertiban, distribusi dan sirkulasi dokumen.
1. Identifikasi Penyusunan/Perubahan Dokumen
Identifikasi kebutuhan, dilakukan pada tahap self assesmen dalam pendampingan
akreditasi. Hasil self assesmen digunakan sebagai acuan untuk mengidentifikasi
14
dokumen sesuai standar Akreditasi yang sudah ada di FTKP. Bila dokumen sudah
ada, dapat diidentifikasi dokumen tersebut masih efektif atau tidak
2. Penyususnan Dokumen
Kepala Subag Tata Usaha Puskesmas, Penanggung Jawab Admen di Puskesmas
Rawat Inap Buahdua dan Penanggung Jawab UKM dan UKP bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan identifikasi/perubahan serta penyusunan dokumen.Penyusunan
dokumen secara keseluruhan dikoordinir oleh tim mutu/tim akreditasi dengan
mekanisme sebagai berikut :
a) SOP yang telah disusun pelaksana atau unit kerja disampaikan ke Tim
b) Fungsi Tim Mutu di dalam penyusunan dokumen adalah :
(1) Memberikan tanggapan, mengkoreksidan memperbaiki dokumen yang telah
disusun oleh pelaksana atau unit kerja baik segi bahasa maupun penulisan.
(2) Mengkoordinir proses pembuatan dokumen sehingga tidak terjadi
duplikasi/tumpang tindih dokumen antar unit
(3) Melakukan cek ulang terhadap dokumen yang ditandatangani oleh Kepala
Puskesmas
3. Pengesahan Dokumen
Dokumen disahkan oleh Kepala Puskesmas
4. Sosialisasi Dokumen
Agar dokumen dapat dikenali oleh seluruh pelaksana maka perlu dilakukan
sosialisasi dokumen, khusus bagi SOP yang rumit maka perlu melaksanakan SOP
tersebut perlu untuk dilakukan pelatihan.
5. Pencatatan Dokumen, Distribusi dan Penarikan Dokumen, Kepala Puskesmas
menunjuk salah satu anggota Tim Mutu/Tim Akreditasi sebagai Petugas pengendali
Dokumen. Petugas tersebut bertanggungjawab atas :
a. Penomoran Dokumen
Tata cara Penomoran Dokumen diatur pada kebijakan pengendalian dokumen,
dengan ketentuan :
1) Semua dokumen harus diberi nomor
2) Kepala Puskesmas agar membuat kebijakan tentang pemberian nomor
sesuai dengan tata naskah yang dijadikan pedoman,
3) Pemberian nomor mengikuti tata naskah FTKP, atau ketentuan penomoran
(bisa menggunakan garis miring atau dengan sistem digit)
4) Pemberian nomor sebaiknya dilakukan secara terpusat
15
b. Pencatatan dalam daftar Dokumen Eksternal atau Internal.
c. Menyerahkan dokumen kepada pengusul untuk menggandakan
d. Mendistribusikan dokumen yang sudah di beri stempel terkendali. Tata cara
pendistribusian dokumen :
1) Distribusi adalah kegiatan / usaha menyampaikan dokumen kepada unit
upaya atau pelaksana yang memerlukan dokumen tersebut agardapat
digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatannya. Kegiatan ini
dilakukan oleh Tim Mutu atau bagian Tata Usaha Puskesmas sesuai dengan
pedoman tata naskah.
2) Distribusi harus memakai ekspedisi dan atau tanda terima.
3) Distribusi Dokumen bisa hanya untuk unit kerja tertentu tetapi bisa juga
untuk seluruh unit kerja lainnya.
4) Bagi Puskesmas yang sudah menggunakan e-file maka distribusi dokumen
bias melalui jejaring area local, dan diatur kewenangan otoritas disetiap unit
kerja dapat mengetahui batas kewenangan dalam membuka dokumen.
e. Menarik dokumen lama apabila dokumen ini adalah dokumen pengganti serta
mengisi format usulan penambahan/penarikan dokumen
f. Mengarsipkan dokumen induk yang sudah tidak berlaku dengan membubuhkan
stempel “ Kedaluwarsa” dan kemudian menyimpan dokumen tersebut selama 2
tahun
g. Memusnahkan dokumen sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
6. Tata cara penyimpanan dokumen
a. Dokumen asli (master dokumen yang sudah dinomori dan sudah ditandatangani)
agar disimpan disekretariat Tim Mutu Puskesmas atau bagian Tata Usaha
Puskesmas, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di organisasi tersebut dengan
tata cara pengarsipan dokumen dalam pedoman / tatanaskah. Penyimpanan
dokumen yang asli harus rapih, sesuai metoda pengarsipan sehingga mudah
dicari kembali bila diperlukan.
b. Dokumen fotocopy disimpan di masing-masing unit upaya Puskesmas, dimana
dokumen tersebut dipergunakan. Bila tidak berlaku lagi atau tidak dipergunakan
maka unit kerja wajib mengembalikan dokumen yang sudah tidak berlaku ke
sekertariat Tim Mutu atau bagian Tata Usaha sehingga di Unit kerja hanya ada
dokumen yang berlaku saja. Sekertariat Tim Mutu atau bagian Tata Usaha dapat
memusnahkan fotocopy dokumen yang tidak berlaku tersebut., namun untuk
16
dokumen yang asli agar tetap disimpan, dengan lama penyimpanan sesuai
ketentuanretensi dokumen yang berlaku di Puskesmas.
c. Dokumen di unit upaya Puskesmas harus diletakkan di tempat yang mudah
terlihat dan mudah dibaca oleh pelaksana.
7. Penataan Dokumen
Untuk memudahkan pencarian Dokumen akreditasi Puskesmas dikelompokkan
masing-masing BAB/kelompok Pelayanan/UKM dengan diurutkan setiap urutan
criteria dan elemen penilaian, dan diberikan daftar secara berurutan
8. Revisi atau perubahan dokumen
a. Dilakukan setelah proses pengkajian serta mendapat pengesahan sesuai pejabat
yang berwenang
b. Setiap kali revisi seluruh halaman akan mengalami perubahan
c. Isi revisi perubahan harus tercatat pada Riwayat Perubahan Dokumen.
d. Tanggal terbit pada sudut kanan atas Cover merupakan tanggal terbit Dokumen
terkini (untuk dokumen selain kebijakan dan SOP)
17
BAB III
TANGGUNGJAWAB MANAJEMEN
A. Komitmen Manajemen
Kepala Puskesmas, penanggung jawab manajemen mutu, penanggung jawab upaya
kesehatan masyarakat, penanggung jawab pelayanan klinis, dan seluruh karyawan
Puskesmas bertanggung jawab untuk menerapkan seluruh persyaratan yang ada pada
pedoman mutu ini.
C. Kebijakan Mutu
Seluruh karyawan berkomitmen unutk menyelenggarakan pelayanan yang berfokus pada
pelanggan dan memperhatikan keselamatan pelanggan. Kebijakan mutu dituangkan
dalam surat keputusan Kepala Puskesmas yang meliputi kebijakan mutu pelayanan klinis
dan kebijakan mutu pelayanan UKM.
Dalam pemberi pelayanan kesehatan yang bermutu berdasarkan kompetensi kerja yang
disesuaikan tingkat pendidikan, pelatihan, kemampuan dan pengalaman serta
menindaklanjuti kompetensi tersebut melalui pendidikan atau pelatihan serta pembinaan
sesuai bidangnya atau tugas, .disamping itu untuk meningkatkan keterlibatan dan
kepedulian karyawan dalam pencapaian sasaran mutu perlu adanya suatu pembinaan
karyawan baik formal dan nonformal agar dapat dievaluasi terhadap efektifitas dan
efisiensi petugas demi tercapainya kepuasan pelanggan.
18
Perencanaan mutu Puskesmas dan keselamatan pasien berisi program-program kegiatan
peningkatan mutu yang meliputi :
a. Penilaian dan peningkatan kinerja baik UKM maupun UKP
b. Upaya pencapaian enam sasaran keselamatan pasien
c. Penerapan manajemen risiko pada area prioritas
d. Penilaian kontrak/kerjasama pihak ketiga
e. Pelaporan dan tindak lanjut insiden keselamatan pasien
f. Peningkatan mutu pelayanan laboratorium
g. Peningkatan mutu pelayanan obat
h. Pendidikan dan pelatihan karyawan tentang mutu dan keselamatan pasien
E. Tanggung jawab dan Wewenang
Tanggung jawab dan wewenang dari Kepala Puskesmas, wakil manajemen
Mutu/penanggung jawab mutu, penanggung jawab UKM dantanggung jawab pelayanan
klinis dan seluruh karyawan dalam peningkatan mutu ada dalam lampiran pedoman ini.
Tanggung jawab dan wewenang Kepala Puskesmas adalah:
1. Bertanggung jawab secara menyeluruh terhadap keputusan strategis pada
pelaksanaan program kerja puskesmas
2. Mengesahkan Pedoman dan Standar Prosedur Operasional mutu,
3. Menetapkan pernyataan Kebijakan Mutu dan Sasaran Mutu kinerja,
4. Mengadakan Tinjauan Manajemen secara berkala
5. Menyediakan sumber daya yang dibutuhkan dalam penerapan Sistem
Manajemen Mutu.
6. Memastikan setiap peraturan yang berkaitan dengan pelayanan telah dipahami oleh
pihak terkait
7. Menetapkan dan melaksanakan Manajemen MutuPuskesmas
8. Mengesahkan Struktur Organisasi manajemen mutu dan mengangkat Ketua Tim
Mutu serta menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam
pengelolaannya.
9. Memastikan bahwa tanggung jawab dan wewenang dikomunikasikan ke
pelaksana terkait di dalam Puskesmas
10. Memeriksa dan meninjau struktur organisasi, tanggung jawab dan wewenang
11. Menetapkan, mengembangkan dan menganalsis standar Kompetensi semua
karyawan yang ada,
12. Menyediakan pola ketenagaan Puskesmas,
19
13. Menetapkan dan memelihara sistem perbaikan berkesinambungan yang
berhubungan dengan Sistem Manajemen Mutu Puskesmas
20
16. Mengevaluasi dan meningkatkan kinerja sistem Manajemen Mutu melalui Audit
Mutu Internal.
17. Merencanakan, menetapkan dan melaksanakan proses pengukuran kepuasan
pelanggan.
18. Memantau efektivitas penerapan Sistem Manajemen Mutu.
19. Mengkoordinir untuk melakukan analisis data dan hasil audit mutu internal, kinerja
Puskesmas dan hasil pengukuran kepuasan pelanggan.
20. Mengkoordinir melakukan pengumpulan, pengukuran dan analisis data serta
melaporkan kepada kepala Puskesmas.
21. Memastikan proses manajemen mutudilaksanakan sesuai dengan fungsi oleh
masing-masing unit kerja sesuai dengan tujuan dan sasaran Puskesmas.
22. Melaporkan kepada kepala puskesmas tentang efektifitas penerapan sistem
manajemen mutu.
21
12. Memelihara Catatan Mutu Klinis maupun mutu Upaya Pelayanan di Puskesmas
13. Menetapkan dan mamantau serta menganalisa proses dalam pelayanan Sistem
Manajemen Mutu Puskesmas di masing-masing unit pelayanan
14. Menindaklanjuti hasil keputusan Rapat Tinjauan Manajemen
K. Komunikasi Internal
Komunikasi antar fungsi yang ada dalam UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua
telah ditetapkan menjadi suatu bagian dalam Sistem Manajemen Mutu, yang dijelaskan
22
dalam dokumentasi yang ada, dengan tujuan untuk menjembatani komunikasi antar
fungsi dan meningkatkan efektifitas pelaksanaan sistem manajemen mutu.
Komunikasi internal ini dilakukan dengan cara workshop (minilokakarya), pertemuan,
diskusi, email, sms, memo dan media lain yang tepat untuk melakukan komunikasi.
Dokumen terkait :
- SK Penanggung Jawab Manajemen Mutu Puskesmas
- SK wakil manajemen
- Prosedur identifikasi persyaratan pelanggan
- Prosedur penanganan keluhan pelanggan
- Prosedur Komunikasi internal
23
BAB IV
TINJAUAN MANAJEMEN
A. Umum
Pertemuan tinjauan manajemen merupakan proses evaluasi terhadapkesesuaian
dan efektifitas penerapan sistem manajemen mutu yang dilakukan secara berkala dan
melibatkan berbagai pihak yang terkaitdengan operasional kegiatan organisasi.
Pertemuan tinjauan manajemen dilakukan minimal dua kali dalam setahun.
Karakteristik pertemuan tinjauan manajemen :
a. Dilaksanakan secara berkala dengan interval waktu yang disesuaikan dengan tingkat
kepentingan.
b. Direncanakan dengan baik kejelasan tujuan, agenda dan penjadwalan.
c. Didokumentasikan dengan baik
d. Mengevaluasi efektifitas penerapan sistem manajemen mutu dan dampaknyapada
mutu dan kinerja.
e. Hasil pertemuan ditindak lanjuti dalam bentuk koreksi, tindakan korektif, tindkan
preventif maupun perubahan pada sistem manajemen mutu maupun sistem pelayanan
f. Tindak lanjut dipantau pelaksnaannya
g. Pihak manajemen dan pelaksana terkait di undang dalam pertemuan
h. Pertemuan diawali dengan pembahasan hasil dan tindak lanjut pertemuan tinjauan
manajemen sebelumnya
B. Masukan tinjauan manajemen meliputi :
1. Hasil Audit
2. Umpan Balik Pelanggan
3. Kinerja Proses
4. Pencapaian sasaran Mutu
5. Status Tindakan Koreksi dan pencegahan yang dilakukan
6. Tindak lanjut terhadap hasil tinjauan manajemen yang lalu
7. Perubahan terhadap kebijakan mutu
8. Perubahan yang perlu dilakukan terhadap sistem manajemen mutu atau sistem
pelayanan.
C. Luaran Tinjauan
Hasil yang diharapkan dari tinjauan manajemen adalah peningkatan efektifitas sistem
manajemen mutu, dan sistem pelayanan. peningkatan pelayanan terkait dengan
24
persyaratan pelanggan, dan identifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan baik pada
sistem manajemen maupun sistem pelayanan termasuk penyediaan sumber daya yang
perlu dilakukan agar sistem manajemen mutu dan sistem pelayanan efektif.
Dokumen terkait : Prosedur tinjauan Manajemen
25
BAB V
MANAJEMEN SUMBER DAYA
26
C. Lingkungan Kerja Puskesmas
a. Lingkungan tempat kerja dilaksanakan dengan rasa aman dan nyaman untuk
kepuasan dalam menjalankan pelayanan atau tugas dilingkungan unit masing-
masing
b. Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan agar lingkungan kerja senantiasa
ditata ulang agar lingkungan kerja terlihat rapih, bersih, aman dan nyaman.
c. Karyawan dan pimpinan berkewajiban mengupayakan akan kebersihan, kerapihan
dan kenyamanan kondisi lingkungan kerja masing-masing.
d. Pengendalian terhadap lingkungan kerja dimaksudkan untuk mendukung komitmen
mutu dan kepuasan pelanggan dan untuk mencapai kesesuaian terhadap persyaratan
proses pelayanan yang telah ditetapkan
Dokumen terkait :
- Prosedur pengadaan sarana prasarana
- Persyaratan kompetensi
- Hasil analisa kompetensi tiap karyawan
- Prosedur penialaian kinerja
- Prosedur pelatihan
- Uraian tugas karyawan
- Data Karyawan
- Prosedur pemeliharaan sarana prasarana
- Daftar inventaris barang
27
BAB VI
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
28
2. Proses yang berhubungan dengan sasaran :
a. Penetapan persyaratan sasaran
Persyaratan sasaran adalah permintaan/harapan yang diinginkan oleh sasaran. Ini
merupakan tanggung jawab wakil manajemen mutu.
Tim mutu mengidentifikas persyaratan sasaransasaran dari hasil Survai Mawas
Diri, manajemen mutu, tim mutu puskesmas menerima hasil SMD untuk
menentukan persyaratan sasaran sesuai denga prioritas dan kemampuan
Puskesmas. Kemudian ditindak lanjuti dan diserahkan kepada kepala Puskesmas
untuk disetujui.
b. Tinjauan terhadap persyaratan sasaran
Wakil manajemen mutu mendistribusikan dan mendokumentasikan rencana
tindak lanjut tersebut kemudian di respon ke unit pelayanan
c. Komunikasi dengan sasaran
Untuk berkomunikasi dengan sasaran langkah awal TU membuat surat undangan
untuk melakukan pertemuan dengan masyarakat, saat proses pertemuan dengan
masyarakat dilakukan monitoring dan evaluasi tentang penyelenggaraan
program kegiatan Puskesmas, masyarakat memberikan umpan balik saat
pertemuan tersebut.
3. Penyelenggaraan UKM
a. Pengendalian proses penyelenggaraan upaya
Puskesmas merencanakan dan melaksanakan upaya penyelenggaraan kesehatan
masyarakat, dalam keadaan tekendali yang mencakup :
1. Ketersediaan informasi tentang upaya penyelenggaraan kesehatan
masyarakat.
2. Ketersediaan instruksi kerja dari pimpinan puskesmas
3. Pemakaian peralatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan Masyarakat
4. Ketersediaan dan pemakaian sarana dan pengukuran untuk memantau hasil
upaya kesehatan masyarakat
5. Implementasi pemantauan dan pengukuran hasil kegiatan upaya kesehatan
masyarakat.
b. Validasi proses penyelenggaraan upaya
1. Puskesmas menetapkan beberapa indicator yang diverifikasi baik melalui
pengukuran atau pemantauan
29
2. Untuk indikator tersebut maka Puskesmas akan melakukan validasi dengan
cara :
a) Menetapkan kriteria untuk pengesahan proses
b) Menetapkan alat dan kualifikasi personil yang melakukan proses
c) Menetapkan spesifik
d) Menetapkan rekaman yang dibutuhkan
e) Melakukan validasi ulang
c. Identifikasi dan mampu telusur
1. Seluruh pelayanan puskesmas yang telah dilaksanakan harus diindentifikasi
sehingga mampu ditelusuri
2. Umummnya proses identifikasi melalui laporan W2KPU, Bimtek P2P,
kohort ibu, bayi dan balita, sistem informasi posyandu, F1, F2, kohort balita
gizi buruk, kohort ASI, daftar hadir kelas ibu hamil dan ibu balita.
d. Hak dan kewajiban sasaran
1. Hak sasaran
a) Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam memperoleh
layanan UKM
b) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai pelayanan
c) Hak di dengar pendapat atau keluhannya atas pelayanan yang didapatkan
d) Hak untuk mendapat pembinaan dalam penyelengaraan UKM
e) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar, jujur, dan serta tidak
diskriminatif.
2. Kewajiban sasaran
a) Membaca atau mengikuti informasi dan prosedur pemanfaatan pelayanan
UKM demi keamanan dan keselamatan
b) Beritikad baik dalam menunjang program penyelenggaraan UKM
(Undang-undang konsumen no.8 tahun 1999)
c) kewajiban sasaran adalah :
1) Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang kesehatannya
2) Mematuhi nasehat dan petunjuk.
3) Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan
4) Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
e. Pemeliharaan barang milik pelanggan
f. Manajemen resiko dan keselamatan pasien
30
1) Manajemen resiko
a) Definisi
Adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan strategi
untuk meminimalkan kerugiaan akibat kecelakaan pada manusia, sarana
prasarana fasilitas dan keuangan Puskesmas melalui identifikasi dan
penilaian potensi kehilangan asset Puskesmas.
b) Tujuan
- Mengurangi mortality dan morbility
- Meningkatkan pelayanan kepada pasien dengan mencegah
penyimpangan hasil melalui pendekatan sistematis terkoordinasi dan
- berkesinambungan untuk meningkatkan keselamatan pasien
- Untuk melindungi orang, asset serta keuangan Puskesmas akibat
terjadinya insiden, dan manajemen yang tidak efektif
c) Ruang lingkup
- Resiko terkait pelayanan pasien :
Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien
Konsekuensi hasil pelayanan yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan
Kerahasian dan pemberian informasi yang sesuai
Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan
Pasien diberitahu tentang resiko
Pelayanan non diskriminatif
Perlindungan barang berharga pasien dari kerusakan, kerugian.
- Resiko terkait staf medis
Kredensial terhadap staf medis
Tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur baku
Pasien dikelola dengan benar
Pelatihan staf medis
- Resiko terkait pegawai
Menjaga lingkungan yang aman
Kebijakan kesehatan pegawai
- Resiko terkait proferti
Melindungi asset kerugian akibat bencana
31
Catatan rekam medik non elektronik dan catatan keuangan
dilindungi dari kerusakan dan perusakan
Ikatan kerjasama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari
kerugian
- Resiko lain-lain
Manajemen bahan berbahaya lainnya, bahan kimia, bahan
biologis menular.
Manajemen limbah
- Resiko terkait hukum dan peraturan
2) Keselamatan sasaran
Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan
meminimalkan tindakan yang tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan
sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik untuk mencapai luaran klinis
yang optimum. Keselamatan pasien menghindarkan pasien dari
cedera/cedera potensial dalam pelayanan yang bertujuan untuk membantu
pasien.
Tujuan Patient Safety terciptanya budaya keselamatan pasien di
UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua, meningkatnya akuntabilitas
(tanggung jawab) Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat,menurunnya
KTD (kejadian tidak diharapkan) di Puskesmas, terlaksananya program -
program pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (kejadian
tidak diharapkan).
Sistem Patient Safety
Assesment Resiko
Identifikasi dan Pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien
Pelaporan dan analisa insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Solusi: Mencegah terjadinya CEDERA akibat kesalahan suatu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Adverse Event /KTD (Kejadian Tidak Diharapkan)
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan
pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak
32
(ommission) ketimbang daripada “underlying dessease” atau kondisi pasien
(KPP-RS). KTD yang tidak dapat dicegah (unprevetable adverse event)
yaitu suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan yang mutakhir.
33
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien:Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi melalui penerapan tujuh langkah
menuju KPRS. Pimpinan menjamim berlangsungnya program proaktif
untuk identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan atau
mengurangi KTD. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan
komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan
pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien. Pimpinan
mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji
dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta meningkatkan keselamatan
pasien. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya
dalam meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien Puskesmas memiliki proses
pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas Puskesmas
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien:
Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat
4. Pengukuran, analisa dan penyempurnaan Sasaran Kinerja UKM :
a. Umum
Semua unit upaya pelayanan kesehatan masyarakat melakukan pengukuran
terhadap kegiatannya.
1) Pengukuran direncanakan sebelum dilaksanakan
2) Data kegiatan dikumpulkan untuk dianalisa .
3) Hasil pengukuran/pemantauan/analisa dipakai untuk :
- Membuktikan kesesuaian pelayanan UKM
- Memastikan kesesuaian sistem manajemen mutu
4) Metode pemantauan/ pengukuran /analisa /perbaikan dipastikan sesuai
dengan tujuan.
34
5) Metode pemantauan/ pengukuran /analisa /perbaikan dipastikan sesuai
dengan tujuan
b. Pemantauan dan pengukuran :
1. Kepuasan pelanggan
a) Persepsi pelanggan dan kepuasan terhadap pelayanan rawat jalan yang
diberikan puskesmas harus dipantau secara berkala.
b) Pemantauan dimaksudkan untuk untuk menilai dan mengukur kinerja
sistem manajemen mutu serta mengetahui apakah persyaratan pelanggan
telah dipenuhi.
c) Metode untuk memperoleh informasi dan pemanfaatan informasi yang
diperoleh dipastikan tertuang dalam prosedur.
Dokumen Terkait :
1. Prosedur Penanganan Keluhan Pelanggan
2. Prosedur Survei Kepuasan Pelanggan
2. Audit Internal
a) Tujuan audit adalah untuk memastikan system manajemen mutu
diimplementasikan secara efektif dan hasilnya sesuai dengan yang telah
direncanakan
b) Tim audit dibentuk oleh Manajemen Representatif dan disahkan oleh
Kepala Puskesmas dan dibekali pelatihan yang cukup sebelum
melaksanakan audit.
c) Program audit direncanakan oleh ketua tim audit dengan
mempertimbangkan tingkat kepentingan dan kekritisan unit yang akan
diaudit.
d) Audit harus dilakukan secara sistematis, objektif, terencana dan
terdokumentasi serta mengedepankan integritas dan independensi.
e) Audit harus dilakukan sesuai dengan prosedur audit yang telah
ditetapkan.
f) Dalam setiap pelaksanaan audit , auditor harus memperhatikan hasil audit
yang terdahulu untuk mengevaluasi efektivitasnya.
g) Kriteria audit, lingkup, frekuensi dan metode-metode yang akan
digunakan dipastikan ditentukan dalam prosedur audit internal.
h) Pelaksanaan audit dilakukan secara objektif dan mengikuti ketentuan
persyaratan audit.
35
i) Koordinator unit yang diperiksa bertanggung jawab untuk menindak
lanjuti temuan audit pada unitnya.
j) Tindakan koreksi diambil segera mungkin untuk mengeliminasi ketidak-
sesuaian yang telah ditemukan.
k) Tindak lanjut audit harus mencakup verifikasi terhadap tindakan tindakan
yang telah diambil.
l) Ketua tim audit bertanggung jawab dan melapor kepada Manajemen
Representatif
Dokumen Terkait :
- Prosedur Audit Internal
- Prosedur Tindakan Koreksi/Pencegahan
3. Pemantauan dan Pengukuran Proses
a. Metode pemantauan dan pengukuran yang digunakan untuk
mengevaluasi efektivitas sistem manajemen mutu dan program harus
dipastikan keabsahannya.
b. Metode yang digunakan harus dapat dibuktikan kemampuannya untuk
mencapai hasil yang telah direncanakan.
c. Bila hasil yang direncanakan tidak tercapai maka tindakan koreksi dan
pencegahannya harus dilakukan untuk memastikan kesesuaian
terhadap produk.
Dokumen terkait : Standar Operasional Prosedur Program
4. Pemantauan dan pengukuran hasil layanan
a. Pemantauan dan pengukuran program Puskesmas dilakukan sesuai
prosedur
b. Tujuan pemantauan dan pengukuran programPuskesmas untuk
memastikan semua persyaratan program terpenuhi.
c. Pengukuran dan pemantauan dilaksanakan pada tahapan yang telah
ditentukan.
d. Pemantauan dan pengukuran program Puskesmas dilaksanakan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan yang tertuang dalam
rencana monitoring pelayanan/program yang dibuat oleh MR.
e. Catatan hasil pemantauan dan pengukuran program Puskesmas harus
dicatat termasuk personil yang melaksanakan.
c. Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai
36
a) Hasil seluruh program yang tidak sesuai adalah yang kondisinya berada di
luar batas persyaratan yang telah ditetapkan pada rencana monitoring
program.
b) Hasil program yang tidak sesuai dikendalikan serta dicegah agar tidak
digunakan dan tidak dikirim ke proses selanjutnya.
c) Pengendalian dan tanggung jawab serta wewenang untuk menangani yang
tidak sesuai harus ditetapkan dalam prosedur.
d) Konsesi adalah kesepakatan untuk memberi persetujuan terhadap program
Puskesmas tidak sesuai. Di Puskesmas dinamakan Persetujuan Hasil
Pelayanan.
e) Konsesi hanya boleh dilakukan dalam kondisi sangat khusus dan setelah
mendapat persetujuan, minimal dari yang mewakili
f) Bila Pelayanan Puskesmas tidak sesuai tidak di-konsesi maka harus
ditangani secara tuntas dan efektif dengan salah satu atau beberapa cara
berikut ini:
Diperbaiki untuk menghilangkan ketidak-sesuaian
Mengubah kegunaan dan diproses ulang
Mengizinkan penggunaan/pengiriman atas persetujuan
g) Ketidak-sesuaian dan tindakan yang diambil harus dicatat.
h) Bilamana program Puskesmas tidak sesuai diperbaiki maka harus dilakukan
verifikasi ulang.
i) Bilamana program Puskesmas tidak sesuai telah terlanjur diterima
pelanggan, maka puskesmas harus mengambil langkah-langkah yang sesuai
untuk menangani akibat /potensi akibatnya.
Dokumen Terkait :Prosedur Pengendalian hasil pelayanan Tidak Sesuai
d. Analisis Data
a) Data-data proses atau implementasi sistem manajemen mutu harus dikelola
dengan baik.
b) Data dianalisa dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai, misalkan
menggunakan teknik statistik.
c) Analisa data dilakukan oleh setiap Koordinator Program, kegiatannya
untuk mengetahui tingkat kinerja masing-masing proses/melihat
kesenjangan-kesenjangan yang ada sehingga dapat dilakukan tindakan
perbaikan.
37
d) Prosedur analisa data dibuat oleh WM dan menjadi acuan bagi semua
fungsi lainnya.
e) Hasil analisa data harus mengarah pada pengidentifikasian ketidak-sesuaian
ketidak-efektifan serta tindakan perbaikan yang diperlukan.
f) Data dianalisa antara lain untuk memantau :
- Kepuasan pelanggan
- Kesesuaian terhadap persyaratan Pelayanan Puskesmas
- Karakteristik dan kecenderungan proses,Pelayanan Puskesmas
- Sebagai dasar untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
e. Peningkatan berkelanjutan
a) Seluruh karyawan dan koordinator wajib melakukan peningkatan secara
terus menerus terhadap efektivitas sistem manajemen mutu sesuai dengan
tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.
b) Semua perbaikan mengacu pada komitmen yang tertuang dalam kebijakan
mutu,sasaran mutu, hasil audit, analisa data tindakan koreksi dan prevensi
serta tinjauan manajemen.
f. Tindakan korektif
a) Penyebab-penyebab terjadinya ketidak-sesuaian dipastikan dieliminasi/
dihilangkan dan dicegah dari terjadi lagi.
b) Tujuan dari tindakan koreksi dan tindakan prevensi adalah mencegah
terulangnya masalah yang sama dan untuk meningkatkan kinerja puskesmas
secara keseluruhan.
c) Agar proses tindakan koreksi berjalan lancar dan hasilnya efektif, dipastikan
prosedur tindakan koreksi disediakan yang mencakup:
1. Meninjau ketidak-sesuaian termasuk keluhan pelanggan.
2. Menentukan penyebab-penyebab masalah
3. Merencanakan dan melaksanakan tindakan koreksi
4. Menyimpan Rekaman Mutu tindakan koreksi
5. Meninjau efektivitas tindakan koreksi
d) Tindakan koreksi harus sesuai dengan dampak dari masalah
e) Prosedur tindakan koreksi dipastikan dibuat
g. Tindakan preventif
38
a) Tujuan dari tindakan tindakan preventif adalah mencegah terulangnya
masalah yang sama dan untuk meningkatkan kinerja puskesmas secara
keseluruhan
b) Upaya tindakan preventif dipastikan sesuai dengan skala dampak yang
dapat ditimbulkan dari masalah tersebut
c) Koordinator Unit bertanggung-jawab memastikan tindakan koreksi/
prevensi yang telah dilaksanakan efektif
d) Prosedur tindakan preventif dipastikan dibuat
39
Menetapkan persyaratan sasaran/pelanggan yang terkait dengan pelayanan,
meliputi :
Persyaratan untuk menerima pelayanan dan proses pelayanan.
Persyaratan lain yang diperlukan untuk pelanggan tertentu.
3. Komunikasi dengan pelanggan
Puskesmas menetapkan dan menerapkan proses komunikasi yang efektif dengan
pelanggan mengenai ;
a) Informasi pelayanan
b) Umpan balik pelanggan, termasuk keluhan-keluhan pelanggan.
Dokumen Terkait :
1. Pengendalian Pelayanan Rawat Jalan
2. Pengendalian Pelayanan Penunjang
3. Inform concent
c. Pembelian/pengadaan barang terkait dengan pelayanan klinis :
1. Proses pembeliaan
UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua menjamin bahwa setiap barang
yang dibeli sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang ditetapkan.
Kepala Puskesmas menetapkan prosedur pengadaan barang di Puskesmas
Tim pengadaan dan pengelolaan Barang
Menerapkan,memelihara dan mengembangkan prosedur pengadaan barang
di semua unit pelayanan.
Menentukan pengadaan barang yang sesuai dan memenuhi kebutuhan yang
diperlukanKoordinator Unit Pelayanan Terkait
Mengidentifikasi kebutuhan barang yang akan dibutuhkan di unit pelayanan
masing-masing
Puskesmas Klangenan dapat memenuhi kebutuhan barang yangdiperlukan
oleh pelanggan dalam proses pelayanan.
a) Menerangkan kalimat yang dimaksud dengan barang adalah :
Alat Medis
Alat Non Medis
Obat-obatan
Bahan habis Pakai
Alat Tulis Kantor
40
b) Menetapkan prosedur pengadaan barang untuk menetukan kebutuhan
barang yang diperlukan dalam proses palayanan.
c) Kegiatan pengadaan barang dilakukan oleh seksi pengadaan dan
pengelolaan barang.
d) Sebelum pengadaan barang dilaksanakan semua persyaratan produk
harus dibahas secara jelas.
e) Perencanaan pengadaan barang harus terlebih dahulu dibuat sebelum
dilaksanakan.
f) Bila kegiatan pengadaan barang melibatkan unit-unit yang lain, maka
harus dipastikan adanya kejelasan pengaturan mengenai
keterlibatan/wewenang unit-unit terkait.
g) Komunikasi pada semua tahap kegiatan pengadaan barang harus
tercatat.
Dokumen Terkait :
Prosedur Pengadaan Barang
2. Verifikasi barang yang dibeli
UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua menetapkan dan melaksanakan
aktifitas verifikasi penerimaan untuk menjamin barang atau material yang dibeli
sesuai dengan persyaratannya.
3. Kontrak dengan pihak ketiga
Perjanjian kerjasama adalah sebuah bisnis yang melibatkan dua orang atau lebih
dalam kegiatan bisnis tersebut, rawan memunculkan terjadinya perbedaan. Hal
ini merupakan sebuah kewajaran dalam proses kemajuan sebuah kegiatan selama
biasa disikapi dengan positif. Namun, bila disikapi dengan negatif dan tidak
dicari solusi atas perbedaan tersebut, bisa menjadi sebuah ancaman atas
kelangsungan
bisnis. Disinilah pentingnya dibuat perjanjian kerjasama antara pihak-pihakyang
terlibat dalam pelaksanaan bisnis. Perjanjian kerjasama dalam sebuah bisnis bisa
dilakukan secara formal maupun informal. Hal ini disesuaikan dengan jenis.
4. Tujuan perjanjian Kerjasama
Tujuan perjanjian kerjasama adalah untuk menghindari masalah atau untuk
menyelesaikan permasalahan yang muncul. Namun ada beberapa hal lain yang
menjadi tujuan dibuatnya sebuah perjanjian kerjasama pada berbagai
41
macamaktivitas manusia yang melibatkan hubungan dua belah pihak atau lebih
pada sebuah transaksi.
Beberapa tujuan pembuatan perjanjian kerjasama tersebut diantaranya adalah:
a. Sebagai acuan dalam proses kegiatan.
Dengan demikian, semua aktivitas yang akan dilakukan oleh semua pihak
yang terlibat dalam proses kerjasama, harus mengacu pada ketentuan yang
sudah diatur dalam surat perjanjian kerjasama.
b. Kepastian transaksi.
Dengan adanya surat perjanjian takan memberikan ketenangan semua
pihak dalam transaksi tersebut. Hal ini mengingat di dalam surat perjanjian
kerjasama biasanya tercantum mengenai ketentuan bagi yang sudah
disepakati dalam proses kerjasama.
UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua melakukan kontrak dengan
pihak ketiga yaitu Seluruh rumah sakit Kabupaten Sumedang.
d. Penyelenggaraan pelayanan Klinis :
1. Pengendalian proses pelayanan klinis
UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat menentukan pengendalian pelayanan dan
proses pelayanan ruang lingkup puskesmas melalui:
a) Ketersediaan informasi dari pelayanan.
b) Menetapkan prosedur kerja (SOP) yang dibutuhkan.
c) Penggunaan dan pemeliharaan peralatan yang sesuai untuk proses
pelayanan.
d) Menetapakan aktivitas pengukuran dan pemantauan.
2. Validasi proses pelayanan
Menetapkan peraturan untuk validasi proses apabila diterapkan meliputi
a. Prosedur peninjauan-ulang dan adanya kriteria persetujuan dari proses-
proses.
b. Persetujuan peralatan dan kualifiksi karyawan.
c. Penggunaan prosedur dan metode yang dispesifikan
d. Kebutuhan untuk catatan-catatan
e. Validasi ulang
3. Identifikasi dan ketelusuran
a. Seluruh pelayanan puskesmas yang telah dilaksanakan harus diidentifikasi
sehingga mampu ditelusuri
42
b. Secara garis besar, proses identifikasi melalui proses rekam medik, buku
registrasi, laporan kegiatan, laporan program, dan sebagainya
4. Hak dan kewajiban pasien
a. Hak
1) Pasien memperoleh informasi mengenai tata tertib dan pperaturan yang
berlaku di Puskesmas
2) Pasien memperoleh informasi hak dan kewajiban pasien
3) Pasien memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa
diskriminasi
4) Pasien memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar operasional profesi
5) Pasien memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi
6) Pasien mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
7) Pasien memilih konsultasi mengenai penyakit dideritanya kepada dokter
8) Pasien mendapatkan privasi dan kerahasian penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya
9) Pasien memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
10) Pasien mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medi, tujuan tindakan medis, alternate tindakan, resiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
11) Pasien di damping keluarganya dalam keadaan kritis
12) Pasien menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak menganggu pengguna/pasien lainnya.
13) Pasien memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Puskesmas
14) Pasien mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan puskesmas
terhadap dirinya
15) Pasien menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya
43
16) Pasien mengunggat dan atau menuntut puskesmas apabila puskesmas itu
di duga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata dan pidana
17) Pasien mengeluhkan pelayanan Puskesmas yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik
b. Kewajiban
1) Pasien memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatan
2) Pasien mamatuhi nasehat dan petunjuk dokter, dokter gigi dan petugas
Puskesmas
3) Pasien mematuhi ketentuan yang berlaku di Puskesmas
4) Pasien member imbalan jasa atas pelayanan yang diterima
5. Pemeliharaan barang milik pelanggan (specimen, rekam medis,dsb)
a. Puskesmas merawat dan menjaga dari kerusakan dan kehilangan barang
milik pelanggan selama berada di bawah kendali Puskesmas atau digunakan
dalam proses pemberian pelayanan kepada pelanggan ybs.
b. Bila barang milik pelanggan digunakan atau digabungkan dalam pemberian
pelayanan (seperti: Data Rekam medik pasien, spesimen laboratorium, obat
yang dibawa sendiri, alat kesehatan milik sendiri), maka barang tersebut
harus diidentifikasi, diverifikasi, dilindungi dan dijaga.
c. Bila ada barang milik pelanggan yang hilang, rusak atau tidak sesuai maka
hal tersebut harus dilakukan penanganan sesuai prosedur pengendalian
ketidaksesuaian pelayanan.
6. Manajemen risiko dan keselamatan pasien
a. Manajemen risiko
d) Definisi
adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan strategi
untuk meminimalkan kerugiaan akibat kecelakaan pada manusia, sarana
prasarana pfasilitas dan keuangan Puskesmas melalui identifikasi dan
penilaian potensi kehilangan asset Puskesmas.
e) Tujuan
- Mengurangi mortality dan morbility
44
- Meningkatkan pelayanan kepada pasien dengan mencegah
penyimpangan hasil melalui pendekatan sistematis terkoordinasi dan
berkesinambungan untuk meningkatkan keselamatan pasien
- Untuk melindungi orang, asset serta keuangan Puskesmas akibat
terjadinya insiden, dan manajemen yang tidak efektif
f) Ruang lingkup
- Resiko terkait pelayanan pasien :
Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien
Konsekuensi hasil pelayanan yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan
Kerahasian dan pemberian informasi yang sesuai
Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan
Pasien diberitahu tentang resiko
Pelayanan non diskriminatif
Perlindungan barang berharga pasien dari kerusakan,
kerugian.
- Resiko terkait staf medis
Kredensial terhadap staf medis
Tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur
baku
Pasien dikelola dengan benar
Pelatihan staf medis
- Resiko terkait pegawai
Menjaga lingkungan yang aman
Kebijakan kesehatan pegawai
- Resiko terkait proferti
Melindungi asset kerugian akibat bencana kebakaran, banjir
dll
Catatan rekam medik non elektronik dan catatan keuangan
dilindungi dari kerusakan dan perusakan
Ikatan kerjasama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari
kerugian
- Resiko lain-lain
45
Manajemen bahan berbahaya lainnya, bahan kimia, bahan
biologis menular.
Manajemen limbah
- Resiko terkait hukum dan peraturan
b. Keselamatan pasien
Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan
meminimalkan tindakan yang tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan
sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik untuk mencapai luaran klinis
yang optimum. (The Canadian Patient Safety Dictionary, October 2003).
Keselamatan pasien menghindarkan pasien dari cedera/cedera potensial
dalam pelayanan yang bertujuan untuk membantu pasien.
Tujuan Patient Safety terciptanya budaya keselamatan pasien di
UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Buahdua, meningkatnya akuntabilitas
(tanggung jawab) Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat,menurunnya
KTD (kejadian tidak diharapkan) di UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat
Buahdua, terlaksananya program - program pencegahan, sehingga tidak
terjadi pengulangan KTD (kejadian tidak diharapkan).
Sistem Patient Safety
Assesment Resiko
Identifikasi dan Pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien
Pelaporan dan analisa insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Solusi: Mencegah terjadinya CEDERA akibat kesalahan suatu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
46
Near miss/ KNC (Kejadian Nyaris Cedera)
Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (ommission), yang dpt mencederai pasien tetapi cedera serius tidak
terjadi karena keberuntungan*), karena pencegahan**), atau karena
peringanan***).
Misal :
*) Pasien menerima obat yang sebenarnya kontra indikasi tetapi tdk timbul
reakasi.
**) Obat dengan lethal overdosis akan diberikan tetapi diketahui staf lain
dan membatalkannya sebelum obat dikonsumsi pasien.
***) Obat dengan lethal overdosis diberikan tetapi diketahui secara dini dan
diberikan antidotum-nya
47
langkah menuju KPRS. Pimpinan menjamim berlangsungnya
program proaktif untuk identifikasi risiko keselatan pasien dan
program menekan atau mengurangi KTD. Pimpinan mendorong dan
menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan
pasien. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta
meningkatkan keselamatan pasien. Pimpinan mengukur dan mengkaji
efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja Puskesmas dan
keselamatan pasien,
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien Puskesmas memiliki
proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara
jelasPuskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan untuk meningkatkan dan ememlihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien,
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien:Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi
e. Peningkatan Mutu Pelayanan Klinis dan keselamatan Pasien
1. Penilaian indikator kinerja klinis
Indikator Kinerja Klinis adalah variable untuk mengukur prestasi kegiatan
perawat dan bidan dalam waktu tertentu. IKK dirumuskan dalam bentuk
kuantitas untuk mengukur pelaksanaan SOP asuhan keperawatan /
kebidanan.Variabel untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun
tidak langsung (WHO,1981)
Sistem klasifikasi indikator atas kerangka kerja yang logis dimana kontinum
antara input –output :
a) Indikator input : merujuk pada sumber-sumber/fasilitas untuk melakukan
kegiatan antara lain :personel, alat/fasilitas, informasi, dana,
peraturan/kebijakan
b) Indikator proses : memonitor yugas atau tindakan/kegiatan yang
dilaksanakan
48
c) Indikator out put : mengukur hasil kegiatan mencakup pengetahuan, sikap,
keterampilan/perubahan perilaku yang dihasilkan dari tindakan (jangka
Pendek)
d) Indikator outcome : mengukur/menilai perubahan atau dampak sautu
program dalam jangka panjang contoh perubahan status masyarakat
Dokumen Terkait : Prosedur Indikator Kinerja Klinis
2. Pengukuran pencapaian sasaran keselamatan pasien
Ada 6 indikator pengukuran pencapaian sasaran keselamatan pasien :
a. Keamanan pelanggan yang datang baik berupa jiwa dan barang.
b. Kenyamanan, pelanggan dalam memperoleh pelayanan meliputi : ruangan,
bebas kebisingan, tersedianya sarana sanitasi di wilayah pelayanan, dan
menunggu proses pelayanan.
c. Keselamatan, tersedianya standar keselamatan pelayanan dalam hal institusi
unit pelayanan , dalam keadaan bencana ataupun tidak.
d. Ketepatan, pelanggan mendapatkan kepastiuan dan ketepatan pelayanan
baik berupa jasa pelayanan dan obat.
e. Ketelitian, pelanggan mendapatankan pelayanan yang sangat baik dan
sangat teliti dari unit pelayanan
f. Ketertiban pelanggan mendapatkan pelayanan secara tertib dan teratur
3. Pelaporan insiden dan keselamatan pasien
a. Pelaporan insiden adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan
insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran. Sistem
pelaporan insiden dilakukan secara internal di Puskesmas . mengacu kepada
Pasal 17 permenkes no 1691 tahun 2011 ayat (1) menyatakan “Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit / yang telah ada dan dibentuk oleh
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) masih tetap
melaksanakan tugas sepanjang Komite Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit belum terbentuk”
b. Laporan Insiden keselamatan pasien Internal adalah pelaporan secara tertulis
setiap kondisi potensial cedera dan insiden yang menimpa pasien, keluarga
pengunjung, maupun karyawan yang terjadi di Puskesamas. Laporan insiden
keselamatan pasien eksternal KKP-Puskesmas. Pelaporan secara anonim
dan tertulis ke KKP-Puskesmas setiap Kondisi Potensial cedera dan Insiden
49
Keselamatan Pasien yang terjadi pada pasien, dan telah dilakukan analisa
penyebab, rekomendasi dan solusinya.
c. Pelaporan insiden bertujuan untuk menurunkan insiden dan mengoreksi
sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien dan tidak untuk
menyalahkan orang (non blaming). Setiap insiden harus dilaporkan secara
internal kepada TKP Puskesmasecara berjenjang dalam waktu paling lambat
2×24 jam sesuai format laporan.
d. TKP Puskesmas melakukan analisis dan memberikan rekomendasi serta
solusi atas insiden yang dilaporkan dan melaporkan hasil kegiatannya
kepada kepala Puskesmas. Tim TKP Puskesmas harus melaporkan insiden,
analisis, rekomendasi dan solusi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) secara
tertulis kepada Tim Pengendali Mutu sesuai format laporan
4. Analisis dan tindak lanjut
a. Analisa
a. Data-data proses atau implementasi sistem manajemen mutu harus
dikelola dengan baik
b) Data dianalisa dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai, misalkan
menggunakan teknik statistik.
c) Analisa data dilakukan oleh setiap Koordinator unit pelyanan,
kegiatannya untuk mengetahui tingkat kinerja masing-masing
proses/melihat kesenjangan-kesenjangan yang ada sehingga dapat
dilakukan tindakan perbaikan.
a) Prosedur analisa data dibuat oleh Wakil Manajemen dan menjadi acuan
bagi semua fungsi lainnya.
b) Hasil analisa data harus mengarah pada pengidentifikasian ketidak-
sesuaian ketidak-efektifan dan tindakan-tindakan perbaikan yang
diperlukan.
c) Data dianalisa antara lain untuk memantau :
- Kepuasan pelanggan
- Kesesuaian terhadap persyaratan Pelayanan Puskesmas
- Karakteristik dan kecenderungan proses,Pelayanan Puskesmas
- Sebagai dasar untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
b.Tindak lanjut
1. Membuat tempat parkir tempat kendaraan pasien
50
2. Membuat alur pelayanan pasien
3. Menyiapkan tempat tunggu pelayanan yang nyaman dan tersedianya
tempat sanitasi pelanggan
4. Membuat identifikasi pasien secara terukur dan terencana
5. Menginformasikan kepada pasien mengenai proses pelayanan
6. Mengarahkan pelanggan agar tertib dalam proses pelayanan dan
menunjukkan unit pelayanan yang dibutuhkan
7. Memberikan pelayanan sesuai dengan SOP kasus klinis masing-masing
8. Memberikan obat sesuai dengan iidentifikasi pelanggan dan ketepatan
obat sesuai dengan SOP
9. Mengarahkan pelanggan untuk tertib keluar dari unit pelayanan.
Dokumen Terkait : Prosedur Analisis Data
5. Penerapan manajemen risiko
a. Resiko terkait pelayanan
1. Membuat alur pelayanan,
2. Memberikan nomer antrian pelanggan
3. Membuat identifiakasi pasien dalam medical record pasien
4. Memberikan kartu kunjungan berobat sesuai dengan identitas
pelanggan
5. Memberikan hasil tertulis dari peeriksaan laboratorium
6. Menuliskan aturan minum obat
7. Memberikan KIE (Konseling, Informasi dan Edukasi ) di setiap unit
pelayanan
b. Resiko terkait staff medis
1. Mengetahui alur pelayanan
2. Membuat aturan kepegawaian
3. Memakai Alat Pelindung Diri sesuai dengan kebutuhan
4. Tersedianya tempat cuci tangan dan dekontaminasi alat serta tempat
pembuangan limbah medis
5. Menjalankan SOP yang telah dibuat
c. Resiko terhadap karyawan
1. Mengetahui alur pelayanan
2. Membuat aturan kepegawaian
3. Mengedukasi karyawan tentang sanitasi dan kebersihan lingkungan
51
4. Memahami dan menjalankan tupoksi masing-masing
52
Metode untuk memperoleh informasi dan pemanfaatan informasi
yang diperoleh dipastikan tertuang dalam prosedur.
Dokumen Terkait :
1. Prosedur Penanganan Keluhan Pelanggan
2. Prosedur Survei Kepuasan Pelanggan
2) Audit internal
a) Tujuan audit adalah untuk memastikan sistem manajemen mutu
diimplementasikan secara efektif dan hasilnya sesuai dengan yang
telah direncanakan.
b) Tim audit dibentuk oleh Wakil Manajemen dan disahkan oleh
Kepala Puskesmas dan dibekali pelatihan yang cukup sebelum
melaksanakan audit.
c) Program audit direncanakan oleh ketua tim audit dengan
mempertimbangkan tingkat kepentingan dan kekritisan unit yang
akan diaudit.
d) terencana dan terdokumentasi serta mengedepankan integritas dan
independensi.
e) Audit harus dilakukan sesuai dengan prosedur audit yang telah
ditetapkan.
f) Dalam setiap pelaksanaan audit , auditor harus memperhatikan
hasil audit yang terdahulu untuk mengevaluasi efektivitasnya.
g) Kriteria audit, lingkup, frekuensi dan metode-metode yang akan
digunakan dipastikan ditentukan dalam prosedur audit internal.
h) Pelaksanaan audit dilakukan secara objektif dan mengikuti
ketentuan persyaratan audit.
i) Koordinator unit yang diperiksa bertanggung jawab untuk
menindak-lanjuti temuan audit pada unit-nya.
j) Tindakan koreksi diambil segera mungkin untuk mengeliminasi
ketidak-sesuaian yang telah ditemukan.
k) Tindak lanjut audit harus mencakup verifikasi terhadap tindakan
tindakan yang telah diambil.
l) Ketua tim audit bertanggung jawab dan melapor kepada Wakil
Manajemen
Dokumen Terkait : Prosedur Audit Internal
53
3) Pemantaun dan pengukuran proses, kinerja
a. Metode pemantauan dan pengukuran yang digunakan untuk
mengevaluasi efektivitas sistem manajemen mutu dan pelayanan
harus dipastikan keabsahannya.
b. Metode yang digunakan harus dapat dibuktikan kemampuannya
untuk mencapai hasil yang telah direncanakan.
c. Bila hasil yang direncanakan tidak tercapai maka tindakan koreksi
dan pencegahannya harus dilakukan untuk memastikan kesesuaian
terhadap produk.
4) Pemantauan dan pengukuran hasil layanan
a. Pemantauan dan pengukuran program Puskesmas dilakukan sesuai
prosedur.
b. Tujuan pemantauan dan pengukuran pelayanan Puskesmas
untuk memastikan semua persyaratan pelayananterpenuhi.
54
5. Konsesi hanya boleh dilakukan dalam kondisi sangat khusus dan
setelah mendapat persetujuan, minimal dari yang mewakili.
6. Bila Pelayanan Puskesmas tidak sesuai tidak di-konsesi maka harus
ditangani secara tuntas dan efektif dengan salah satu atau beberapa cara
berikut ini:
Diperbaiki untuk menghilangkan ketidak-sesuaian
Mengubah kegunaan
Mengizinkan penggunaan/pengiriman atas persetujuan
Diproses ulang
7. Ketidak-sesuaian dan tindakan yang diambil harus dicatat bilamana
pelayanan Puskesmas tidak sesuai diperbaiki maka harus dilakukan
verifikasi ulang.
8. Bilamana pelayananPuskesmas tidak sesuai telah terlanjur diterima
pelanggan, maka puskesmas harus mengambil langkah-langkah yang
sesuai untuk menangani akibat /potensi akibatnya.
Dokumen Terkait : Prosedur Pengendalian hasil pelayanan Tidak
Sesuai
d) Analisa data
1. Data-data proses atau implementasi sistem manajemen mutu harus
dikelola dengan baik
2. Data dianalisa dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai,
misalkan menggunakan teknik statistik.
3. Analisa data dilakukan oleh setiap Koordinator Pelayanan, kegiatannya
untuk mengetahui tingkat kinerja masing-masing proses/melihat
kesenjangan-kesenjangan yang ada sehingga dapat dilakukan tindakan
perbaikan.
4. Prosedur analisa data dibuat oleh WM dan menjadi acuan bagi semua
fungsi lainnya.
5. Hasil analisa data harus mengarah pada pengidentifikasian ketidak-
sesuaian ketidak-efektifan dan tindakan-tindakan perbaikan yang
diperlukan.
6. Data dianalisa antara lain untuk memantau :
- Kepuasan pelanggan
- Kesesuaian terhadap persyaratan Pelayanan Puskesmas
55
- Karakteristik dan kecenderungan proses,Pelayanan Puskesmas
- Sebagai dasar untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
Dokumen Terkait : Prosedur Analisis Data
e) Peningkatan berkelanjutan
a. Seluruh karyawan dan koordinator wajib melakukan peningkatan
secara terus menerus terhadap efektivitas sistem manajemen mutu
sesuai dengan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.
b. Semua perbaikan mengacu pada komitmen yang tertuang dalam
kebijakan mutu,sasaran mutu, hasil audit, analisa data tindakan koreksi
dan prevensi serta tinjauan manajemen.
f) Tindakan korektif
1. Penyebab-penyebab terjadinya ketidak-sesuaian dipastikan
dieliminasi/ dihilangkan dan dicegah dari terjadi lagi.
2. Tujuan dari tindakan koreksi dan tindakan prevensi adalah mencegah
terulangnya masalah yang sama dan untuk meningkatkan kinerja
puskesmas secara keseluruhan.
3. Agar proses tindakan koreksi berjalan lancar dan hasilnya efektif,
dipastikan prosedur tindakan koreksi disediakan yang mencakup:
4. Meninjau ketidak-sesuaian termasuk keluhan pelanggan.
5. Menentukan penyebab-penyebab masalah
6. Merencanakan dan melaksanakan tindakan koreksi
7. Menyimpan Rekaman Mutu tindakan koreksi
8. Meninjau efektivitas tindakan koreksi
9. Tindakan koreksi harus sesuai dengan dampak dari masalah
10. Prosedur tindakan koreksi dipastikan dibuat
g) Tindakan preventif
1. Tujuan dari tindakan tindakan preventif adalah mencegah terulangnya
masalah yang sama dan untuk meningkatkan kinerja puskesmas secara
keseluruhan
2. Upaya tindakan preventif dipastikan sesuai dengan skala dampak yang
dapat ditimbulkan dari masalah tersebut.
3. Koordinator Unit bertanggung-jawab memastikan tindakan koreksi/
prevensi yang telah dilaksanakan efektif
4. Prosedur tindakan preventif dipastikan dibuat
56
BAB VII
PENUTUP
57