Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI

EFISIENSI PENGAJUAN KAJIAN SUPLEMEN


KESEHATAN OLEH PELAKU USAHA BERBASIS
DIGITAL

DISUSUN OLEH

NAMA : NI WAYAN SATRIANI, S.Farm., Apt


NDH : 27
INSTANSI : BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

PELATIHAN DASAR GOLONGAN III


PUSAT PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN DAN
PEMETAAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA
LEMBAGA ADMINISTRASI
TAHUN 2019

i
LEMBAR PENGESAHAN
RANCANGAN AKTUALISASI

Judul : Efisiensi Pengajuan Kajian Suplemen Kesehatan Oleh Pelaku Usaha


Berbasis Digital
Nama : Ni Wayan Satriani
NIP : 19950119 201903 2 006
Unit Kerja : Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan
Kosmetik.

Disusun Oleh:

Ni Wayan Satriani, S.Farm., Apt.


NIP. 19950119 201903 2 006

Telah diuji di depan Penguji


Pada tanggal 29 April 2019

Mentor Coach

Dra. Yuniar Marpaung, Apt. Dr. H. Dadang Dally, M.Si.


NIP.196406091992032001 NIP.19550629197502001

Penguji

Dr. Sri Asmawati Kusumawardani


NIP.195603201989032001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Rancangan Kegiatan Aktualisasi
yang berjudul “Efisiensi Pengajuan Kajian Suplemen Kesehatan Oleh Pelaku Usaha
Berbasis Digital”. Rancangan Laporan Aktualisasi ini merupakan salah satu syarat
yang harus dipenuhi sebagai Tugas Akhir dalam Pelatihan Dasar CPNS Golongan
III Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Tahun 2019.
Terselesaikannya Laporan Aktualisasi ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak. Saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dra. Yuniar Marpaung, Apt. selaku mentor yang telah bersedia
membimbing dan memotivasi penulis.
2. Bapak Dr. H. Dadang Dally, M.Si. selaku coach, yang telah membimbing
penulis dalam penulisan Rancangan Laporan Aktualisasi,
3. Staff Puslatbang PKASN LAN Jatinangor, para pendamping (Pak Hadi dan
Pak Hidayat), dan seluruh Widyaiswara,
4. Orangtua dan keluarga yang senantiasa mendoakan serta memberikan
dukungan dan semangat,
5. Seluruh teman-teman Peserta Latsar CPNS Golongan III Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM), khususnya angkatan 3,
6. Serta seluruh pihak yang terlibat dan turut membantu dalam penyelesaian
Laporan Rancangan Aktualisasi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Rancangan Aktualisasi ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan penulisan selanjutnya.

Jatinangor, 27 April 2019

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan dan Manfaat ........................................................................... 2
C. Nilai-Nilai Dasar PNS ....................................................................... 2
D. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI .......................................... 9
E. Ruang Lingkup Rancangan Aktualisasi............................................. 12
BAB II DESKRIPSI ORGANISASI ....................................................... 13
A. Visi, Misi dan Nilai-Nilai Organisasi ................................................ 13
B. Tugas dan Fungsi Organisasi ............................................................. 14
C. Struktur Organisasi ............................................................................ 16
BAB III RANCANGAN AKTUALISASI .............................................. 18
A. Identifikasi Isu dan Analisa Penyebab ............................................... 18
B. Gagasan dan Rencana Aktualisasi ..................................................... 23
C. Keterkaitan Gagasan dengan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)
serta Dampak Jika Isu Tidak Diatasi ................................................. 25
D. Internalisasi Peran dan Kedudukan PNS dalam NKRI
melalui Gagasan Pemecahan Isu ....................................................... 25
E. Internalisasi Rencana Aktualisasi dengan Nilai-Nilai Dasar PNS .... 26
F. Jadwal Rencana Kegiatan .................................................................. 31
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 33
Lampiran ................................................................................................... 34

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merupakan lembaga negara
non kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pengawasan Obat dan Makanan di Indonesia. Peran BPOM diperkuat dengan
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2017 tentang Peningkatan
Efektivitas Pengawasan Obat dan Makanan dengan menginstruksikan
Lembaga/Kementerian/Pemda terkait turut bersinergi bersama BPOM dalam
meningkatkan efektivitas dan penguatan pengawasan Obat dan Makanan di
Indonesia.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menyebabkan
meningkatnya produk obat dan makanan yang didaftarkan di BPOM untuk
memeroleh ijin edar. Periode 2015-2017 jumlah produk obat dan makanan yang
mendapatkan ijin edar terus meningkat, sebagai contoh Obat pada tahun 2017,
BPOM menerbitkan 3.910 izin edar obat tradisional, lebih tinggi dari izin edar yang
diterbitkan pada tahun 2016 yaitu 2492 izin edar, dan 2015 sebanyak 1923 izin edar.
Selain itu, penerbitan izin edar produk lain seperti makanan dan kosmetik juga
mangalami peningkatan, hal ini menunjukkan meningkatnya produktivitas dan
kesadaran pelaku usaha dalam mendaftarkan produknya sebelum beredar di
masyarakat, dan menjadi tantangan tersendiri bagi BPOM untuk terus
meningkatkan kinerja dalam pengawasan obat dan makanan yang akan dan telah
beredar di masyarakat. Data tahun 2019 menunjukkan bahwa produk terbanyak
yang memperoleh ijin edar BPOM adalah kosmetik yaitu 15.982 produk atau 52,8%
dari total produk lainnya, dimana produk kosmetik merupakan tanggung jawab
bagian Deputi II Bidang Pengawasan Obat Tradisional Suplemen Kesehatan dan
Kosmetik (BPOM, 2017).
Dengan demikian, BPOM sebagai Lembaga yang bertanggung jawab atas
keamanan, mutu, khasiat/manfaat produk harus senantiasa didukung oleh pihak
ekstrenal seperti stakeholder terkait dan dari pihak internal yaitu Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas dan berkompeten. Stakeholder terkait telah diatur

1
dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2017 tentang
Peningkatan Efektivitas Pengawasan Obat dan Makanan. SDM yang dimaksud
adalah Aparatur Sipil Negara (ASN). Berdasarkan Undang-Undang No 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara, ASN merupakan profesi bagi Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (P3K) yang bekerja
pada instansi pemerintah yang menjalankan fungsi sebagai pelaksana kebijakan
public, pelayan public, dan perekat dan pemersatu bangsa. Fungsi tersebut harus
dijalankan dengan berlandaskan nilai-nilai dasar ASN yaitu akuntabilitas, semangat
nasionalisme dan kebangsaan, etika pelayanan masyarakat, komitmen terhadap
mutu pelayanan terbaik dan semangat anti korupsi atau disingkat ANEKA, yang
dilakukan dengan profesional dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
Untuk itu, Undang-Undang mengamanatkan bahwa ASN berhak dan wajib
memperoleh pendidikan dan pelatihan dalam rangka penguatan nilai-nilai dasar
ASN dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayan publik dan abdi negara yang
ditanamkan sejak dini yaitu pada Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS, melalui
Lembaga Administrasi Negara (LAN). LAN merupakan lembaga pemerintah
nonkementerian yang diberi kewenangan untuk melakukan pengkajian dan
pendidikan dan pelatihan ASN atau yang disebut dengan Pelatihan Dasar (Latsar).
Latsar CPNS bertujuan untuk menumbuh kembangkan karakter kuat dan unggul
serta menanamkan nilai-nilai dasar profesi sebelum CPNS mengemban jabatan
sebagai PNS, sehingga dalam menjalankan fungsinya PNS mampu bersikap dan
bertindak profesional dalam melayani masyarakat.
Penanaman nilai-nilai dan karakter pada CPNS tidak cukup hanya dengan
pemberian materi di kelas, hal ini merupakan tingkatan terendah dalam
pembelajaran karena materi yang diberikan akan cepat diingat dan cepat dilupakan,
oleh sebab itu perlu pola baru dalam proses penanaman nilai-nilai dasar PNS serta
peran dan kedudukan PNS dalam NKRI pada CPNS, yaitu dengan habituasi atau
proses pembiasaan setelah memperoleh materi di kelas dengan penerapan atau
pengaktualisasian nilai-nilai ANEKA serta nilai-nilai yang terkandung dalam peran
dan kedudukan PNS dalam NKRI pada unit kerja bersangkutan sehingga nilai-nilai
ini tertanam atau terpatri kuat dalam membentuk karakter PNS yang profesional
dan berdaya saing.

2
B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Tujuan aktualisasi nilai-nilai ANEKA serta peran dan kedudukan
PNS dalam NKRI adalah agar CPNS mampu menginternalisasikan nilai-
nilai dasar profesi ASN sehingga terpatri kuat dalam diri, serta dalam
menjalankan tugas dan fungsi di unit kerja masing-masing secara
profesional selalu berlandaskan asas akuntabilitas, rasa nasionalisme,
beretika publik, berkomitmen terhadap mutu dan anti korupsi.
2. Manfaat
Manfaat aktualisasi nilai-nilai ANEKA serta peran dan kedudukan PNS
dalam NKRI adalah terciptanya PNS yang menjalankan kewajiban dan
haknya secara profesional selalu berlandaskan asas akuntabilitas, rasa
nasionalisme, beretika publik, berkomitmen terhadap mutu dan anti korupsi.

C. Nilai-Nilai Dasar PNS


1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus
dicapai. Akuntabilitas tidak akan terwujud apabila tidak ada alat akuntabilitas
berupa: Perencanaan Strategis, Kontrak Kinerja, dan Laporan Kinerja. Dalam
menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa indikator dari
nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Kepemimpinan: Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah
dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya.
b. Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
c. Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
d. Tanggung Jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung
jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajiban.

3
e. Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
f. Kepercayaan adalah rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
g. Keseimbangan: Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja,
maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan,
serta harapan dan kapasitas.
h. Kejelasan: Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan.
i. Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

2. Nasionalisme
Nasionalisme berarti pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap
bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain. Diharapkan dengan
nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi
berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nilai-nilai
yang berorientasi pada kepentingan publik menjadi nilai dasar yang harus
dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Pegawai ASN dapat mempelajari
bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila. Nasionalisme Pancasila
merupakan pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap
bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Ada lima
indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan YME menjadikan Indonesia bukan sebagai negara
sekuler yang membatasi agama dalam ruang privat. Pancasila justru
mendorong nilai-nilai ketuhanan mendasari kehidupan masyarakat dan
berpolitik. Nilai-nilai ketuhanan yang dikehendaki Pancasila adalah
nilai-nilai ketuhanan yang positif, yang digali dari nilai-nilai
keagamaan yang terbuka (inklusif), membebaskan dan menjunjung
tinggi keadilan dan persaudaraan, etos kerja yang positif, dan memiliki

4
kepercayaan diri untuk mengembangkan potensi diri dan kekayaan
alam yang diberikan Tuhan untuk kemakmuran masyarakat.
b. Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua memiliki konsekuensi ke dalam dan ke luar. Ke dalam
berarti menjadi pedoman negara dalam memuliakan nilai-nilai
kemanusiaan dan hak asasi manusia. Ini berarti negara menjalankan
fungsi “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
c. Sila ketiga: Persatuan Indonesia
Semangat kebangsaan adalah mengakui manusia dalam
keragaman dan terbagi dalam golongan-golongan. Keberadaan bangsa
Indonesia terjadi karena memiliki satu nyawa, satu asal akal yang
tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya, yang menjalani satu kesatuan
riwayat, yang membangkitkan persatuan karakter dan kehendak untuk
hidup bersama dalam suatu wilayah geopolitik nyata.
d. Sila keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan.
Permusyawaratan dengan landasan kekeluargaan dan hikmat
kebijaksanaan diharapkan bisa mencapai kesepakatan yang
membawa kebaikan bagi semua pihak.
e. Sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia
Peran negara dalam mewujudkan rasa keadilan sosial, antara lain:
1) Perwujudan relasi yang adil di semua tingkat sistem
kemasyarakatan.
2) Pengembangan struktur yang menyediakan kesetaraan
kesempatan.
3) Proses fasilitasi akses atas informasi, layanan dan sumber daya
yang diperlukan.
4) Dukungan atas partisipasi bermakna atas pengambilan keputusan
bagi semua orang.

5
3. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan
untuk menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya
perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara pengambilan keputusan
untuk membantu membedakan hal-hal yang baik dan buruk serta
mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut
(Catalano, 1991). Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN, kode etik
dan kode perilaku ASN adalah: Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana
tercantum dalam undangundang ASN, memiliki indikator sebagai berikut:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain
yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai.

6
Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang harus
diperhatikan, yaitu:
a. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan
target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target
yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil
kerja. Efektivitas organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk
mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi
sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya
kebutuhan pelanggan.
b. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi
merupakan tingkat ketepatan realiasi penggunaan sumberdaya dan
bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada
tidaknya pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi,
penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.
c. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang
konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya.
d. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi
harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa
yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu merupakan salah
satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja.
Mutu menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan
keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.

7
5. Anti Korupsi
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu:
a. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama
bagi penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran
mustahil seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas.
b. Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki
sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan
memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat
banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran
tangan.
c. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas
kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkannya untuk
mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif.
d. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan
konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat
seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani
tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi
pegangan utama dalam bekerja.
e. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari
bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan
perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak
tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan
sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan
bangsanya.

8
f. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil
kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya.
g. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang
menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya
dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup
dalam gelimang kemewahan.
h. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian
untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan
mentolerir adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan
secara tegas dan tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki teman kalau
ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.
i. Adil
Pribadi dengan karakter ini tidak akan menuntut untuk
mendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang
pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil kepada
bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan
keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

D. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


a. Whole of Government
Whole of Government (WoG) merupakan proses menjalankan
pemerintahan secara bersama-sama dengan konsep koordinasi dan kolaborasi
antar lintas sektor. Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat
dilakukan, baik dari sisi penataan institusi formal maupun informal. Nilai-
nilai dasar Whole of Government dalam pelayanan publik adalah sebagai
berikut:
a. Koordinasi
Kompleksitas lembaga membutuhkan koordinasi yang efektif dan
efisien antar lembaga dalam menjalankan kegiatan kelembagaan

9
b. Integrasi
Integrasi dilakukan dengan pembauran sebuah sistem antar lembaga
sehingga menjadi kesatuan yang utuh
c. Sinkronisasi
Singkronisasi merupakan penyelarasan semua kegiatan/data yang
berasal dari berbagai sumber, dengan menyingkronkan seluruh sumber
tersebut.
d. Simplifikasi
Simplikasi merupakan penyederhanaan segala sesuatu baik terkait
data/proses disuatu lembaga untuk mengefisienkan waktu, tenaga dan
biaya.
b. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya ASN yang unggul
selaras dengan perkembangan zaman.
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini
dianggap belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang profesional.
Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang
dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep yang
ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN
a. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi
pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik. Selain itu untuk menjauhkan birokrasi dari
pengaruh partai politik, hai ini dimaksudkan untuk menjamin keutuhan,
kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala
perhatian, pikiran dan tenaga pada tugas yang dibebankan kepadanya.
b. Peran ASN. Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan

10
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan
publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
c. Fungsi ASN sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta
perekat dan pemersatu bangsa. Fungsi sebagai pelaksana kebijakan
publik ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan
kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN harus
mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas. Fungsi
pelayan publik, ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas. Fungsi
Perekat dan pemersatu bangsa, ASN berfungsi, bertugas dan berperan
untuk mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. ASN senantiasa setia
dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD1945, negara dan
pemerintah.
c. Pelayanan Publik
Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan
oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Penyelenggara pelayanan publik adalah Instansi Pemerintah-
Instansi Pemerintah adalah sebutan kolektif meliputi satuan kerja satuan
organisasi Kementrian, Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan
Tinggi Negara, dan instansi Pemerintah lainnya, baik Pusat maupun Daerah
termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Hukum Milik Negara dan Badan
Usaha Milik Daerah. Prinsip-prinsip Pelayanan Publik Penyelengaraan
pelayanan publik juga harus memenuhi beberapa prinsip pelayanan
sebagaimana yang disebutkan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan
Negara Nomor 63 Tahun 2003 adalah sebagai berikut:
a. Kesederhanaan
b. Kejelasan
c. Kepastian waktu
d. Akurasi

11
e. Keamanan
f. Tanggung jawab
g. Kelengkapan sarana dan prasarana
h. Kemudahan akses
i. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan
j. Kenyamanan

E. Ruang Lingkup Rancangan Aktualisasi


Ruang lingkup kegiatan ini yaitu:

1. Nilai yang diaktualisasikan dalam kegiatan tugas jabatan adalah nilai-

nilai ANEKA (akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen

mutu dan anti korupsi) serta nilai dalam Whole of Government,

manajemen ASN, dan pelayanan publik.

2. Kegiatan aktualisasi dilaksanakan selama 35 hari kerja mulai tanggal 1

Mei 2019 s/d 30 Juni 2019 bertempat di Direktorat Standarisasi Obat

Tradisional Seplemen Kesehatan dan Kosmetik.

12
BAB II
DESKRIPSI ORGANISASI

A. Visi, Misi dan Nilai-Nilai Organisasi


Visi dan Misi BPOM sesuai dengan Perturan BPOM No. 28 Tahun 2017
adalah sebagai berikut:
1. Visi
Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya
Saing Bangsa.

2. Misi
a. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
untuk melindungi masyarakat;
b. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan;
c. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM.

3. Nilai-Nilai Organisasi
a. Profesional
Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas,
ketekunan dan komitmen yang tinggi.
b. Integritas
Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung
tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan
c. Kredibilitas
Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan
internasional.
d. Kerja Sama Tim
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang
baik.

13
e. Inovatif
Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.
f. Responsif / Cepat Tanggap
Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.

B. Tugas dan Fungsi Organisasi


1) BPOM
Tugas BPOM berdasaarkan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017
tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan adalah menyelenggarakan tugas
pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Obat dan Makanan
yang dimaksud terdiri atas obat, bahan obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan
pangan olahan.
Dalam melaksanakan tugas pengawasan Obat dan Makanan BPOM
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
b. Pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
c. Penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama
Beredar;
d. Pelaksanaan Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama
Beredar;
e. Koordinasi pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan
instansi pemerintah pusat dan daerah;
f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan Obat
dan Makanan;
g. Pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;

14
h. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM;
i. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawab BPOM;
j. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM; dan
k. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan BPOM.

2) Tugas dan Fungsi Direktorat Standarisasi Obat Tradisional


Suplemen Kesehatan dan Kosmetik
Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan
Kosmetik mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan
bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
standardisasi obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik.
Fungsi Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen
Kesehatan, dan Kosmetik adalah:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang standardisasi obat
tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi obat
tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
standardisasi obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
standardisasi obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik;
e. Penyusunan dan penetapan standar dan persyaratan keamanan, khasiat,
dan mutu obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik;
f. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
standardisasi obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik; dan
g. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.

15
C. Struktur Organisasi
1. BPOM
Berdasarkan Peraturan BPOM No 26 Tahun 2017 tentang Organisasi
dan Tatat Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, struktur organisasi
BPOM adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Struktur Organisasi BPOM (BPOM, 2017)


2. Direktorat Standarisasi Obat Tradisional Suplemen Kesehatan
dan Kosmetik
Berdasarkan Peraturan BPOM No 26 Tahun 2017 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, struktur organisasi
Direktorat Standarisasi Obat Tradisional Suplemen Kesehatan dan Kosmetik
adalah sebagai berikut:

16
Gambar 2. Struktur Organisasi Direktorat Standardisasi Obat Tradisional,
Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik.

17
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

A. Identifikasi Isu dan Analisa Penyebab


Penulis ditempatkan di Direktorat Standarisasi Obat Tradisional, Suplemen
Kesehatan dan Kosmetik. Isu diperoleh dari hasil pengamatan penulis selama
bekerja terkait hal-hal yang perlu diperbaiki pada unit kerja yang berhubungan
dengan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) penulis.
1. Identifikasi Isu
Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan yang dilakukan kurang lebih
selama 3 minggu, terdapat beberapa isu yang harus diperbaiki di unit dimana
penulis ditempatkan, yaitu Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen
Kesehatan, dan Kosmetik khususnya di Sub Direktorat Standardisasi Suplemen
Kesehatan untuk meningkatkan kapasitas BPOM sebagai pengawas obat dan
makanan. Isu tersebut adalah sebagai berikut:
a. Belum efisiennya tahap pengumpulan data pada penyusunan kajian Suplemen
Kesehatan.
b. Pengarsipan dokumen hasil kajian masih belum optimal.
c. Pengarsipan surat-surat masih belum optimal.
Faktor penyebab munculnya isu di atas, untuk isu pertama adalah sistem
pengajuan kajian dari pelaku usaha khususnya untuk produk Suplemen Kesehatan
kepada Direktorat Standarisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan
Kosmetik masih manual dan data dukung diserahkan berupa hardcopy sehingga
proses pengajuan harus datang secara langsung kemudian penggunaan kertas
membuat tumpukan berkas cukup memakan ruang. Selain itu untuk isu kedua dan
ketiga lebih disebabkan oleh faktor SDM.
Terkait isu di atas serta keterkaitan dengan SKP penulis, maka dilakukan
analisis prioritas isu yang akan dipecahkan. Analisis prioritas isu menggunakan
metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth). Urgency artinya seberapa
mendesak suatu isu untuk segera dibahas, dianalisis, dan ditindaklanjuti.
Seriousness artinya seberapa serius suatu isu untuk segera dibahas dengan dikaitkan
dengan akibat yang akan ditimbulkan, sedangkan Growth artinya seberapa besar

18
kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak segera ditangani. Penggunaan
analisis USG menggunakan rentang nilai 1-5 dimana angka 1 menunjukkan bahwa
isu tersebut mulai dari tidak USG hingga sangat USG. Hasil analisis isu
menggunakan metode USG adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Pemilihan Isu Melalui Kriteria USG

No Isu U S G Total Prioritas


Belum efisiennya tahap
pengumpulan data pada
1 penyusunan kajian 5 5 5 15 I
Suplemen Kesehatan

Pengarsipan dokumen hasil


2 kajian masih belum optimal 4 4 5 13 III
Pengarsipan surat-surat
3 masih belum optimal. 4 5 5 14 II

Keterangan:

U : Urgency Skor 5 : sangat USG


S : Seriousness Skor 4 : USG
G : Growth Skor 3 : cukup USG
Skor 2 : kurang USG
Skor 1 : tidak USG
Berdasarkan hasil analisa USG, isu yang dipilih adalah “Belum efisiennya
tahap pengumpulan data pada penyusunan kajian Suplemen Kesehatan” sangat
mendesak untuk dipecahkan dan diselesaikan, karena dengan adanya sistem
pengumpulan data yang efisien maka akan mempercepat proses penyusunan kajian,
hal ini juga akan menguntungkan baik untuk staf yang bekerja dimana tahap
pengumpulan data menjadi lebih singkat karena tidak memakan banyak waktu,
selain itu dapat berimplikasi pada efifiensi penyimpanan berkas fisik yang tidak
terlalu memakan ruang atau bahkan tidak memerlukan ruang untuk menyimpan
berkas fisik karena berkas yang diajukan berbasis digital. Selain untuk organisasi,
juga berdampak pada pelaku usaha dimana, sebelumnya mereka perlu
mengeluarkan biaya untuk mencetak berkas yang akan diajukan, namun sekarang
akan lebih hemat dengan langsung mengajukan permohonan kajian berbasis digital
dengan sistem online.

19
2. Alur Pengajuan Kajian Suplemen Kesehatan dan Tahapan yang Akan
Menjadi Gagasan Pemecahan Isu
Salah satu fungsi dari Direktorat Standarisasi Obat Tradisional, Suplemen
Kesehatan, dan Kosmetik adalah penyusunan kajian. Permohonan penyusunan
kajian berasal dari dua sumber yaitu eksternal dan internal. Internal adalah
pengajuan kajian yang dilakukan atas permintaan Direktorat terkait atau
atasan/pimpinan langsung, sedangkan permohonan kajian dari pihak eksternal
adalah dari publik, dalam hal ini adalah pelaku usaha. Alur pengajuan kajian dari
eksternal maupun internal hampir sama, sesui dengan alur yang termuat dalam
gambar 3 berikut:

Gambar 3. Alur pengajuan Kajian ke Direktorat Standardisasi Obat Tradisional


Suplemen Kesehatan dan Kosmetik
Pemohon menyampaikan permohonan berupa Surat Permohonan Kajian yang
ditujukan kepada Direktur Standarisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan
Kosmetik yang dilengkapi dengan data dukung berupa data keamanan bahan/zat

20
yang diajukan untuk dikaji serta surat rekomendasi dari unit terkait (jika ada)
umumnya dari Direktorat Registrasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan
Kosmetik. Selanjutnya Direktur akan mendisposisikan surat dan lampirannya ke
masing-masing Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) sesuai bidang kajian. Kasubdit
akan mendisposisikan kepada Kepala Seksi (Kasie) yang selanjutnya akan
didisposisikan kepada staf PFM (Pengawas Farmasi dan Makanan) untuk dilakukan
kajian, bila diperlukan pembahasan dengan narasumber maka tahap penyusunan
kajian melibatkan narasumber yang merupakan tenaga ahli di bidangnya. Setelah
kajian telah selesai maka dari PFM akan menyampaikan kepada Kasie untuk
dikoreksi, kemudian naik ke Kasubdit hingga ke Direktur, jika sudah final dan
disetujui oleh Direktur maka sekaligus dibuatkan surat balasan kepada pemohon.
Alur pengajuan kajian yang diinisiasi dari pimpinan (Kepala Badan POM atau
Kepala Deputi) hampir sama dengan pengajuan dari Direktorat terkait, akan tetapi
tidak dilampirkan data dukung.
B. Gagasan dan Rencana Aktualisasi
Berdasarkan analisis prioritas isu yang akan dipecahkan, maka gagasan yang
digunakan untuk menanggulangi isu tersebut adalah dengan digitalisasi dokumen
pengajuan kajian Suplemen Kesehatan, selain papperless juga akan mempermudah
pelaku usaha dan staf pengkaji dalam pengumpulan data awal untuk kajian produk
Suplemen Kesehatan yaitu melalui pengajuan kajian yang berbasis digital, dimana
ditampilkan pada gambar 4 berikut:

21
Gambar 4. Alur pengajuan Kajian ke Direktorat Standardisasi Obat Tradisional
Suplemen Kesehatan dan Kosmetik Berbasis Digital
Berdasarkan gambar di atas, alur pengajuan kajian hampir sejalan dengan
pola lama akan tetapi pada tahap penyetoran berkas melalui sistem online
menggunakan Google Forms, dimana pelaku usaha dapat mengakses link yang
telah diberikan. Alur pengajuan secara lebih lengkap ditampilkan di dalam gambar
5 berikut.

22
Gambar 5. Alur pengajuan kajian keamanan, mutu, dan manfaat suplemen
kesehatan menggunakan Google Forms
Berdasarkan hal tersebt, maka untuk merealisasikan program ini maaka
dilakukan beberapa rencana kegiatan sebagai berikut:
1. Permohonan persetujuan kepada pimpinan
2. Identifikasi perlunya digitalisasi dokumen pengajuan kajian Suplemen
Kesehatan
3. Mereview SOP yang sudah ada terkait digitalisasi dokumen pengajuan kajian
Suplemen Kesehatan oleh pelaku usaha
4. Merancang alur pengajuan kajian Suplemen Kesehatan secara digital
menggunakan Google form berdasarkan SOP yang sudah ada
5. Sosialisasi digitalisasi dokumen pengajuan kajian Suplemen Kesehatan dari
pelaku usaha
6. Implementasi program
7. Evaluasi dan penyusunan laporan

23
C. Keterkaitan Gagasan dengan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) serta
Dampak Jika Isu Tidak Diatasi
Gagasan terkait digitalisasi dokumen pengajuan kajian Suplemen Kesehatan
berhubungan dengan salah satu poin SKP penulis yaitu Membantu menyiapkan
penyediaan data / informasi berbasis elektronik terkait hasil penyusunan standar
dan kajian di bidang Suplemen Kesehatan.
Jika isu tidak diatasi maka akan terjadi penumpukan berkas sehingga
memakan ruang dan tempat, selain itu durasi pengumpulan data untuk kajian lebih
memakan waktu.

D. Internalisasi Peran dan Kedudukan PNS dalam NKRI melalui Gagasan


Pemecahan Isu
Gagasan pemecahan isu terpilih adalah digitalisasi dokumen pengajuan
kajian Suplemen Kesehatan. Keterkaitan gagasan dengan peran dan
kedudukan PNS dalam NKRI adalah sebagai berikut:
1. Manajemen ASN
Terdapat keterkaitan antara gagasan dengan fungsi ASN dalam
memberikan pelayanan publik yaitu dalam hal ini pemberian layanan
permohonan kajian yang sifatnya administratif. Hal ini terkait dengan
Undang-Undang No. 5 tahun 2014 tentang ASN.
2. Pelayanan Publik
Gagasan ini terkait dengan pemberian pelayanan yang lebih efisien dan
responsif terhadap publik terutama berhubungan pengajuan kajian.
3. Whole of Government
Terdapat keterkaitan dan memerlukan kolaborasi dan koordinasi
dengan unit terkait dalam pemecahan isu melalui gagasan ini.

E. Internalisasi Rencana Aktualisasi dengan Nilai-Nilai Dasar PNS


1. Tahapan Kegiatan, Keterkaitan dengan Mata Pelatihan, dan
Output Kegiatan
a. Permohonan Persetujuan Kepada Pimpinan
1) Tahapan Kegiatan dan Output

24
a) Melakukan diskusi dengan mentor terkait permohonan nota
dinas ke pimpinan. Output berupa notulen
b) Melakukan diskusi dengan pimpinan berkaitan dengan
permohonan izin untuk melaksanakan program (Direktur
dan Kasubdit Standar Suplemen Kesehatan). Output berupa
nota dinas.
2) Keterkaitan dengan Mata Pelatihan
a) Etika Publik
Nilai etika publik tercermin dari bagaimana cara
menjelaskan program secara jelas dan lugas kepada mentor
maupun pimpinan. Serta ada komitmen untuk menjalankan
program ini kedepan.
b) Akuntabilitas
Nilai akuntabilitas tercermin dari adanya kejelasan tujuan
dalam diskusi yaitu berkaitan dengan permohonan izin
kepada pimpinan. Selain itu juga didasari oleh integritas
agar tujuan program yang dijalankan dapat tercapai sesuai
dengan apa yang direncanakan.
b. Identifikasi Perlunya Digitalisasi Dokumen Pengajuan Kajian
Suplemen Kesehatan
1) Tahapan Kegiatan dan Output
Kegiatan ini terbagi kedalam beberapa tahapan sebagai berikut:
a) Melakukan diskusi dengan atasan/mentor terkait perlunya
digitalisasi dokumen pengajuan kajian Suplemen
Kesehatan. Output berupa notulen
b) Melakukan survei (mengisi kuisioner) analisis kebutuhan
digitalisasi dokumen pengajuan kajian Suplemen
Kesehatan yang diisi oleh staf dan pimpinan Subdit Standar
Suplemen Kesehatan. Output berupa data kuisioner.
1) Keterkaitan Kegiatan dengan Mata Pelatihan
a) Etika Publik

25
Nilai-nilai etika publik yang tercermin adalah pada tahap
diskusi dengan atasan/mentor berlandaskan sopan santun
dan etika dalam menghadap kepada atasan
b) Akuntabilitas
Transparansi hasil survei.
c) Antikorupsi
Jujur dan terbuka terhadap data yang dikumpulkan.
2) Mereview SOP yang Sudah Ada Terkait Digitalisasi Dokumen
Pengajuan Kajian Suplemen Kesehatan Oleh Pelaku Usaha
1) Tahapan Kegiatan dan Output
Kegiatan ini terbagi kedalam beberapa tahapan sebagai berikut:
a) Menganalisa SOP yang telah ada secara mandiri
b) Melakukan diskusi dengan atasan/mentor terkait SOP yang
sudah ada, dengan output berupa notulen.
2) Keterkaitan Kegiatan dengan Mata Pelatihan
a) Akuntabilitas
Nilai-nilai akuntabilitas dalam tahap riview SOP yang
sudah ada adalah adanya kejelasan tujuan untuk digunakan
sebagai dasar dalam melaksanakan program ini
b) Etika Publik
Mendiskusikan SOP yang sudah ada merupakan bentuk
dari menghargai komunikasi dan konsultasi dengan
pimpinan dengan sopan dan santun
c) Antikorupsi
Analisa SOP dilakukan secara mandiri baru kemudian
berdiskusi dengan atasan/mentor
3) Merancang Alur Pengajuan Kajian Suplemen Kesehatan Secara
Digital Menggunakan Google Form Berdasarkan SOP yang Sudah
Ada
1) Tahapan Kegiatan dan Output
Kegiatan ini terbagi kedalam beberapa tahapan sebagai berikut:
a) Mendiskusikan rancangan alur dengan atasan/mentor.

26
b) Membaca peraturan terkait dokumen/data dukung usulan
kajian Suplemen Kesehatan yang diajukan oleh pelaku
usaha, dengan output berupa rangkuman terkait data yang
diperlukan dalam pengajuan kajian.
c) Menyusun alur permohonan kajian Suplemen Kesehatan
yang diajukan oleh pelaku usaha. Output berupa Rancangan
alur awal.
d) Memohon koreksi dan persetujuan atasan/mentor terkait
rancangan alur yang telah dibuat, output berupa rancangan
alur final.
2) Keterkaitan Kegiatan dengan Mata Pelatihan
a) Etika Publik
Nilai-nilai sopan santun harus diterapkan ketika
berkomunikasi maupun berdiskusi dengan atasan/mentor.
b) Komitmen Mutu
Membaca peraturan dengan cermat dan penuh tanggung
jawab.
4) Sosialisasi Digitalisasi Dokumen Pengajuan Kajian Suplemen
Kesehatan Dari Pelaku Usaha
1) Tahapan Kegiatan dan Output
Kegiatan ini terbagi kedalam beberapa tahapan sebagai berikut:
a) Mendesain pamflet terkait pengumuman digitalisasi
dokumen pengajuan kajian Suplemen Kesehatan yang
mengandung alur pengajuan kajian Suplemen Kesehatan
dari pelaku usaha. Output berupa desain pamflet.
b) Melakukan diskusi dengan atasan dan unit terkait
sosialisasi alur pengajuan kajian untuk memdapat
persetujuan. Output berupa notulen.
c) Penyampaian informasi ke publik terutama pelaku usaha,
melalui media sosial resmi BPOM, website resmi BPOM,
dan penyampaian informasi langsung ke email resmi

27
himpunan pengusaha Suplemen Kesehatan Indonesia
dengan median pamflet.
2) Keterkaitan Kegiatan dengan Mata Pelatihan
a) Akuntabilitas
Adanya kejelasan tujuan ketika merumuskan sosialisasi
alur pengajuan dokumen secra digital.
b) Etika Publik
Nilai etika publik diperlukan ketika berdiskusi dengan
atasan/mentor serta ketika menyampaikan informasi ke
publik didasari dengan sopan santun dan penuh tanggung
jawab.
c) Komitmen Mutu:
Berdiskusi dilakukan untuk mendapat masukan yang
digunakan sebagai perbaikan untuk mewujudkan bentuk
budaya kerja yang beriorientasi mutu.
d) Antikorupsi
Penyampaian informasi dillakukan dengan jujur tanpa ada
niat mempersulit pelaku usaha.
5) Implementasi program
1) Tahapan Kegiatan dan Output
Kegiatan ini terbagi kedalam beberapa tahapan sebagai berikut
a) Kompilasi data dukung pengajuan kajian Suplemen
Kesehatan dari pelaku usaha, dengan output berupa data
dukung (jurnal ilmiah dan proposal dari pelaku usaha).
b) Analisis data awal berkaitan dengan permohonan kajian,
dengan output berupa draft kajian awal.
2) Keterkaitan Kegiatan dengan Mata Pelatihan
a) Akuntabilitas
Kompilasi data dan analisis awal dilakukan dengan
tanggung jawab
b) Antikorupsi
Kompilasi data dilakukan dengan jujur

28
c) Nasionalisme
Mengutamakan kepentingan publik dalam pelayanan dan
penerimaan mengajuan kajian.
6) Evaluasi dan penyusunan laporan
1) Tahapan Kegiatan dan Output
Kegiatan ini terbagi kedalam beberapa tahapan sebagai berikut
a) Evaluasi terhadap program.
b) Penyusunan laporan pelaksanaan program dengan output
laporan.
2) Keterkaitan Kegiatan dengan Mata Pelatihan
a) Akuntabilitas
Membuat laporan evaluasi merupakan
pertanggungjawaban dari pencapaian target.
b) Komitmen mutu
Penyusunan laporan sedapat mungkin berasaskan efektif
dan efisien contohnya mulai diterapkan paperless.

2. Kontribusi Terhadap Visi dan Misi Organisasi


Kegiatan yang dilakukan lebih berkontribusi dalam penguatan misi
BPOM yaitu meningkatkan sistem pengawasan obat dan makanan berbasis
risiko untuk melindungi masyarakat serta mendorong kemandirian pelaku
usaha dalam memberikan jaminan keamanan obat dan makanan serta
memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

3. Penguatan Nilai Organisasi


Kegiatan yang dilakukan memberikan penguatan nilai-nilai organisasi
BPOM yaitu menjunjung tinggi profesionalitas, kredibilitas, kerja sama tim,
inovatif, dan responsif.

29
F. Jadwal Rencana Kegiatan

(a)

(b)
Keterangan: : Hari Libur
: Pelaksanaan kegiatan
Gambar 5. Jadwal kegiatan bulan Mei (a) hingga Juni (b)

30
BAB IV
PENUTUP

Rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS serta peran dan kedudukan PNS
dalam NKRI akan diaktualisasikan selama off campus di unit kerja. Penulis
berharap rancangan ini dapat disetujui setelah pelaksanaan seminar rancangan dan
diaktualisasikan di Direktorat Standarisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan,
dan Kosmetik. Selain itu, pelaksanaan aktualisasi diharapkan dapat menanamkan
nilai-nilai ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu,
Anti Korupsi) dan nilai yang ada pada prinsip manajemen ASN, Whole of
Government, dan pelayanan publik.

31
DAFTAR PUSTAKA

BPOM.2017. Laporan Tahunan BPOM Tahun 2017. Jakarta: Badan Pengawas


Obat dan Makanan Republik Indonesia.
BPOM. 2017. Peraturan BPOM No.26 tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan.
BPOM. 2017. PerBPOM No.28 tahun 2017 tentang tentang Renstra BPOM.
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2017 tentang Peningkatan
Efektivitas Pengawasan Obat dan Makanan Undang-Undang No 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Keputusan Menteri Pendayagunaan Negara Nomor 63 Tahun 2003. Tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Kumorotomo, W., Wirapradja, N.R.D., Imbaruddin, A. 2015. “Etika Publik”
Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.
Kusumasari, B., Dwiputrianti, S., Allo, E.L. 2015. “Akuntabilitas” Modul
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.
Latief, Y., Suryanto, A., dan Muslim, A.A. 2015. “Nasionalisme” Modul
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.
Suwarno, Y dan Sejati, T.A. 2017. “Whole of Government” Modul Pelatihan Dasar
Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Tim Penulis KPK. 2015. “Antikorupsi” Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan GolonganI/II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Yuniarsih, T. dan Taufiq, M. 2015. “Komitmen Mutu” Modul Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

32
Lampiran 1.

MATRIKS RANCANGAN AKTUALISASI

Unit Kerja : Seksi Standardisasi Bahan dan Sarana Suplemen Kesehatan, Direktorat Standardisasi Suplemen Kesehatan
Obat Tradisional dan Kosmetik, Badan Pengawas Obat dan Makanan
Identifikasi Isu : 1) Belum efisiennya tahap pengumpulan data pada penyusunan kajian Suplemen Kesehatan
2) Pengarsipan dokumen hasil kajian belum optimal
3) Pengarsipan surat-surat masih belum optimal
Isu yang diangkat : Belum efisiennya tahap pengumpulan data pada penyusunan kajian Suplemen Kesehatan
Gagasan Pemecahan Isu : Digitalisasi dokumen pengajuan kajian Suplemen Kesehatan

MATRIKS KETERKAITAN GAGASAN PEMECAHAN ISU TERPILIH DENGAN PERAN DAN KEDUDUKAN PNS DALAM
NKRI

Gagasan Peran Dan Kedudukan PNS Dalam NKRI

Manajemen ASN Pelayanan Publik Whole of Government

Digitalisasi Terdapat keterkaitan antara gagasan Gagasan ini terkait Terdapat keterkaitan dan
dokumen dengan fungsi ASN dalam dengan pemberian memerlukan kolaborasi dan
pengajuan kajian memberikan pelayanan publik yaitu pelayanan yang lebih koordinasi dengan unit terkait
Suplemen dalam hal ini pemberian layanan efisien dan responsif dalam pemecahan isu melalui
Kesehatan permohonan kajian yang sifatnya terhadap publik gagasan ini.
administratif. Hal ini terkait dengan terutama
Undang-undang No. 5 tahun 2014 berhubungan
tentang ASN. pengajuan kajian.

28
MATRIKS INTERNALISASI RANCANGAN AKTUALISASI DENGAN NILAI-NILAI DASAR PNS

No Kegiatan Tahapan kegiatan Output/hasil Keterkaitan Nilai-Nilai Kontribusi Penguatan Nilai


Dasar PNS Terhadap Organisasi
Visi/Misi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7

1 Permohonan a. Melakukan Notulen a) Etika Publik Meningkatkan Nilai organisasi


persetujuan diskusi dengan Nilai etika publik sistem BPOM yang
kepada mentor terkait tercermin dari pengawasan obat berkaitan dengan
bagaimana cara
pimpinan permohonan nota dan makanan tahap identifikasi
menjelaskan program
dinas ke secara jelas dan lugas berbasis risiko urgensi digitalisasi
pimpinan. kepada mentor maupun untuk melindungi dokumen
b. Melakukan Nota Dinas pimpinan. Serta ada masyarakat pengajuan kajian
diskusi dengan komitmen untuk ini adalah kerja
pimpinan menjalankan program sama tim
berkaitan dengan ini kedepan.
b) Akuntabilitas
permohonan izin
Nilai akuntabilitas
untuk tercermin dari adanya
melaksanakan kejelasan tujuan
program dalam diskusi yaitu
(Direktur dan berkaitan dengan
permohonan izin

29
Kasubdit Standar kepada pimpinan.
Suplemen Selain itu juga didasari
Kesehatan). oleh integritas agar
tujuan program yang
dijalankan dapat
tercapai sesuai dengan
apa yang direncanakan.
2 Identifikasi a. Melakukan Notulen a) Etika Publik Meningkatkan Nilai organisasi
perlunya diskusi dengan Nilai-nilai etika publik sistem BPOM yang
digitalisasi atasan/mentor yang tercermin adalah pengawasan obat berkaitan dengan
terkait perlunya pada tahap diskusi
dokumen dan makanan tahap identifikasi
digitalisasi
pengajuan dengan atasan/mentor berbasis risiko urgensi digitalisasi
dokumen
kajian pengajuan kajian berlandaskan sopan untuk melindungi dokumen
Suplemen Suplemen santun dan etika dalam masyarakat pengajuan kajian
Kesehatan Kesehatan menghadap kepada ini adalah kerja
atasan sama tim
b) Akuntabilitas
Transparansi hasil
survei.
b. Melakukan Data kuisioner c) Antikorupsi
Jujur dan terbuka
survei (mengisi
kuisioner) terhadap data yang
analisis dikumpulkan.
kebutuhan
digitalisasi
dokumen

30
pengajuan kajian
Suplemen
Kesehatan yang
diisi oleh staf dan
pimpinan Subdit
Standar
Suplemen
Kesehatan
3 Mereview SOP a) Menganalisa - a) Akuntabilitas Meningkatkan Diperlukan adanya
yang sudah ada SOP yang telah Nilai-nilai sistem kerja sama tim
terkait ada secara akuntabilitas dalam pengawasan obat dengan
mandiri tahap riview SOP yang
digitalisasi dan makanan atasan/mentor
dokumen sudah ada adalah berbasis risiko dalamm rangka
d) Melakukan Notulen adanya kejelasan
pengajuan diskusi dengan untuk melindungi mendiskusikan
kajian atasan/mentor tujuan untuk masyarakat SOP yang telah ada
Suplemen terkait SOP yang digunakan sebagai
Kesehatan oleh sudah ada dasar dalam
Pelaku Usaha melaksanakan program
ini
b) Etika Publik
Mendiskusikan SOP
yang sudah ada
merupakan bentuk dari
menghargai
komunikasi dan
konsultasi dengan

31
pimpinan dengan
sopan dan santun
c) Antikorupsi
Analisa SOP dilakukan
secara mandiri baru
kemudian berdiskusi
dengan atasan/mentor.

4 Merancang alur a) Mendiskusikan - a) Etika Publik Meningkatkan Diskusi dengan


pengajuan rancangan alur Nilai-nilai sopan sistem atasan/mentor
kajian dengan santun harus pengawasan obat memerlukan
atasan/mentor diterapkan ketika
Suplemen dan makanan adanya kerjasama
Kesehatan berkomunikasi maupun berbasis risiko tim.
b) Membaca Rangkuman berdiskusi dengan
secara digital peraturan terkait untuk melindungi
terkait data atasan/mentor
(menggunakan dokumen/data masyarakat
yang b) Komitmen Mutu
Google form) dukung usulan
diperlukan Membaca peraturan
berdasarkan kajian Suplemen
Kesehatan yang dalam dengan cermat dan
SOP yang
diajukan oleh pengajuan penuh tanggung
sudah ada
pelaku usaha kajian jawab.

c) Menyusun alur Rancangan


permohonan alur awal
kajian Suplemen
Kesehatan yang

32
diajukan oleh
pelaku usaha
d) Memohon Rancangan
koreksi dan alur final
persetujuan
atasan/mentor
terkait rancangan
alur yang telah
dibuat
5 Sosialisasi a) Permohonan ijin Nota dinas a) Akuntabilitas a) Meningkatkan Inovatif ketika
digitalisasi sosialisasi dari Adanya kejelasan sistem melakukan desain
dokumen pimpinan tujuan ketika pengawasan pamflet serta kerja
merumuskan sosialisasi obat dan
pengajuan sama tim
makanan
kajian alur pengajuan diperlukan dalam
berbasis risiko
Suplemen dokumen secra digital untuk melakukan
b) Mendesain Desain Pamflet
Kesehatan dari pamflet terkait b) Etika Publik melindungi sosialisasi serta
pelaku usaha pengumuman Nilai etika publik masyarakat didasari oleh sikap
digitalisasi diperlukan ketika b) Mendorong profesional dan
dokumen berdiskusi dengan kemandirian responsif jika
pengajuan kajian atasan/mentor serta pelaku usaha
terdapat pertanyaan
Suplemen ketika menyampaikan dalam
Kesehatan yang memberikan atau kendala dari
informasi ke publik pelaku usaha yang
mengandung alur jaminan
pengajuan kajian didasari dengan sopan keamanan obat menerima
Suplemen santun dan penuh dan makanan sosialisasi ini
Kesehatan dari tanggung jawab serta
pelaku usaha memperkuat

33
c) Melakukan Notulen c) Komitmen Mutu: kemitraan
diskusi dengan Berdiskusi dilakukan dengan
atasan dan unit untuk mendapat pemangku
terkait sosialisasi masukan yang kepentingan
alur pengajuan
digunakan sebagai
kajian untuk
memdapat perbaikan untuk
persetujuan mewujudkan bentuk
budaya kerja yang
d) Penyampaian - beriorientasi mutu
informasi ke d) Antikorupsi
internal Penyampaian informasi
Direktorat dillakukan dengan
Standardisasi dan jujur tanpa ada niat
Direktorat
mempersulit pelaku
Registrasi Obat
Tradisional, usaha
Suplemen
Kesehatan dan
Kosmetik
6 Implementasi a) Kompilasi data Data dukung a) Akuntabilitas a) Meningkatkan kompilasi data
program dukung (jurnal ilmiah Kompilasi data dan sistem dapat dilakukan
pengajuan kajian dan proposal analisis awal pengawasan dengan responsif
Suplemen dilakukan dengan obat dan
dari pelaku sehingga proses
Kesehatan dari makanan
usaha) tanggung jawab pengkajian dapat
pelaku usaha berbasis risiko
b) Antikorupsi untuk segera dilakukan

34
b) Analisis data Draft kajian Kompilasi data melindungi
awal berkaitan awal dilakukan dengan masyarakat
dengan jujur b) Mendorong
permohonan kemandirian
c) Nasionalisme
kajian pelaku usaha
Mengutamakan
dalam
kepentingan publik memberikan
dalam pelayanan dan jaminan
penerimaan keamanan
mengajuan kajian. obat dan
d) Pelayanan publik makanan serta
Pelayanan berupa memperkuat
administrasi kemitraan
dengan
pemangku
kepentingan
7 Evaluasi dan a) Evaluasi terhadap - a) Akuntabilitas Meningkatkan Kredibilitas.Untuk
penyusunan program Membuat laporan sistem dapat dipercaya
laporan c) Penyusunan Laporan evaluasi merupakan pengawasan dan diakui oleh
laporan pertanggungjawaban obat dan masyarakat luas,
pelaksanaan dari pencapaian target
program makanan nasional dan
b) Komitmen mutu berbasis internasional
Penyusunan laporan risiko untuk Badan POM harus
sedapat mungkin melindungi memiliki data yang
berasaskan efektif masyarakat dapat
dan efisien contohnya

35
mulai diterapkan dipertanggungjawa
paperless bkan
hhhh

36

Anda mungkin juga menyukai